Julius Robert Oppenheimer
J. Robert Oppenheimer | |
---|---|
Lahir | Julius Robert Oppenheimer 22 April 1904 New York City, Amerika Serikat |
Meninggal | 18 Februari 1967 Princeton, New Jersey, Amerika Serikat | (umur 62)
Pendidikan | |
Dikenal atas | |
Suami/istri | |
Anak | 2 |
Penghargaan |
|
Karier ilmiah | |
Bidang | Fisika teoretis |
Institusi | |
Disertasi | Zur Quantentheorie kontinuierlicher Spektren[1] (1927) |
Pembimbing doktoral | Max Born |
Mahasiswa doktoral | |
Tanda tangan | |
Julius Robert Oppenheimer[catatan 1] (/ˈɒpənˌhaɪmər/; 22 April 1904 – 18 Februari 1967) adalah fisikawan teoretis Amerika Serikat dan kepala Laboratorium Los Alamos semasa Perang Dunia II. Ia kerap dijuluki sebagai "bapak bom atom" atas perannya dalam mengorganisir Proyek Manhattan, upaya riset dan pengembangan yang berujung pada penciptaan senjata nuklir pertama.
Lahir di New York City dari keluarga imigran Yahudi Jerman, Oppenheimer meraih gelar sarjana dalam bidang kimia dari Universitas Harvard pada tahun 1925 dan PhD dalam bidang fisika dari Universitas Göttingen di Jerman pada tahun 1927. Setelah melakukan riset di beberapa institusi, ia bergabung dengan departemen fisika Universitas California, Berkeley dan menjadi profesor tetap pada tahun 1936. Ia berkontribusi besar terhadap fisika teori, termasuk pemikirannya mengenai mekanika kuantum dan fisika nuklir seperti perkiraan Born–Oppenheimer atas fungsi gelombang molekul, karyanya mengenai teori elektron dan positron, proses Oppenheimer–Phillips dalam fusi nuklir, dan prediksi pertama penerowongan kuantum. Bersama murid-muridnya, ia juga berkontribusi dalam menelurkan teori bintang neutron dan lubang hitam, teori medan kuantum, dan interaksi sinar kosmik.
Pada tahun 1942, Oppenheimer direkrut untuk menggarap Proyek Manhattan, dan pada tahun 1943 diangkat sebagai kepala proyek Laboratorium Los Alamos di New Mexico. Ia ditugaskan untuk mengembangkan senjata nuklir pertama, empat tahun setelah dimulainya program senjata nuklir Jerman.[catatan 2] Kepemimpinan dan kecerdasan sainsnya berperan besar dalam keberhasilan proyek tersebut. Pada 16 Juli 1945, ia menyaksikan uji coba pertama bom atom, Trinity. Pada bulan Agustus 1945, senjata tersebut digunakan untuk melawan Jepang dalam pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, yang sampai saat ini menjadi satu-satunya penggunaan senjata nuklir dalam konflik bersenjata.
Pada tahun 1947, Oppenheimer menjadi direktur Institute for Advanced Study di Princeton, New Jersey, dan mengepalai Komite Penasihat Umum di Komisi Energi Atom Amerika Serikat yang baru dibentuk. Ia menyarankan agar penggunaan tenaga nuklir diawasi secara internasional untuk mencegah proliferasi nuklir dan perlombaan senjata nuklir dengan Uni Soviet. Oppenheimer juga menentang pengembangan bom hidrogen pada tahun 1949–1950. Di tengah perdebatan pemerintah AS mengenai perlunya penggunaan senjata tersebut, ia memperoleh jabatan di departemen pertahanan, yang memicu kemarahan beberapa faksi pemerintah dan militer di AS.
Pada masa Ketakutan Merah Kedua, sikap Oppenheimer, dan juga keterkaitannya di masa lalu dengan orang dan organisasi yang berhubungan dengan Partai Komunis Amerika Serikat, menyebabkan izin pengamanannya dicabut setelah sidang keamanan pada tahun 1954. Hal ini secara efektif mengakhiri aksesnya terhadap rahasia atom pemerintah dan dengan demikian juga mengakhiri kariernya sebagai fisikawan nuklir. Meskipun pengaruh politiknya juga dilucuti, Oppenheimer terus memberi kuliah, menulis, dan berkarya di bidang fisika. Pada tahun 1963, Presiden John F. Kennedy menganugerahinya (dan diserahkan oleh Lyndon B. Johnson) Penghargaan Enrico Fermi sebagai pertanda pemulihan status politiknya. Pada tahun 2022, pemerintah AS membatalkan keputusan tahun 1954 terkait pencabutan izin keamanan Oppenheimer, mengungkapkan bahwa proses tersebut cacat secara hukum.
Kehidupan awal
Masa kecil dan pendidikan
J. Robert Oppenheimer terlahir dari keluarga Yahudi liberal[2] di New York City pada tanggal 22 April 1904.[catatan 1][3] Ibunya, Ella (née Friedman), berprofesi sebagai pelukis, dan ayahnya, Julius Seligmann Oppenheimer, adalah seorang importir tekstil tersohor. Julius lahir di Hanau, yang saat itu merupakan bagian dari Provinsi Hesse-Nassau di Kerajaan Prusia dan merantau ke Amerika Serikat saat remaja pada tahun 1888 dengan sedikit modal, tanpa uang, tanpa gelar sarjana, dan tanpa kemampuan bahasa Inggris. Ia mendapat pekerjaan di perusahaan tekstil dan dalam waktu satu dekade berhasil menjadi eksekutif di perusahaan tersebut dan kaya raya.[4] Pada tahun 1912, keluarganya pindah ke lantai 11 sebuah apartemen di Riverside Drive 155, dekat West 88th Street, Manhattan, kawasan yang terkenal memiliki banyak wastu dan rumah mewah.[3] Keluarga ini memiliki koleksi lukisan karya Pablo Picasso dan Édouard Vuillard, dan setidaknya tiga lukisan asli karya Vincent van Gogh.[5] Robert memiliki seorang adik laki-laki bernama Frank, yang juga seorang fisikawan dan kelak mendirikan museum sains Exploratorium di San Francisco.[6]
Oppenheimer awalnya bersekolah di Alcuin Preparatory School. Pada tahun 1911, ia masuk ke Ethical Culture Society School,[7] yang didirikan oleh Felix Adle untuk mempromosikan pendidikan berlandaskan Budaya Etis, yang memiliki moto "Deed before Creed". Ayahnya telah menjadi anggota lembaga tersebut selama bertahun-tahun sebagai dewan pengawas.[8] Oppenheimer adalah seorang siswa yang serbabisa, tertarik pada sastra Inggris dan Prancis, dan sangat meminati mineralogi.[9] Ia menamatkan kelas tiga dan empat secara bersamaan dalam waktu satu tahun dan naik ke kelas delapan dalam waktu setengah tahun.[7] Pada tahun terakhirnya, Oppenheimer mulai menekuni kimia.[10] Ia lulus pada tahun 1921, tetapi memilih jeda satu tahun karena terserang kolitis, yang diidapnya saat berlibur di Cekoslowakia. Ia menjalani penyembuhan di New Mexico, tempat ia menumbuhkan kegemarannya dalam menunggang kuda dan kecintaannya terhadap alam Amerika Serikat barat daya.[11]
Pada usia 18 tahun, Oppenheimer masuk Harvard College dan mengambil jurusan kimia; Harvard juga mewajibkan mata kuliah sejarah, sastra, dan filsafat atau matematika. Ia mengompensasi keterlambatannya masuk kuliah dengan mengambil enam kursus tiap semester, bukannya empat kursus seperti mahasiswa kebanyakan. Oppenheimer diterima di perhimpunan kehormatan Phi Beta Kappa, dan diberi gelar sarjana fisika melalui studi independen, yang artinya ia berhasil menjalani perkuliahan dasar tanpa ikut perkuliahan lanjutan. Ia mulai tertarik pada fisika eksperimental, berawal dari mata kuliah termodinamika yang diajarkan oleh Percy Bridgman. Pada tahun 1925, setelah berkuliah selama tiga tahun, Oppenheimer lulus dari Harvard dengan gelar Bachelor of Arts, summa cum laude.[12]
Studi di Eropa
Setelah diterima di Christ's College, Cambridge pada tahun 1924, Oppenheimer menulis surat kepada Ernest Rutherford, meminta izin untuk bekerja di Laboratorium Cavendish, meskipun surat rekomendasi dari Bridgman menjelaskan bahwa karena kecerobohan Oppenheimer di laboratorium, fisika teori adalah keahliannya, bukannya fisika eksperimen. Rutherford tidak terkesan, tetapi Oppenheimer tetap berangkat ke Cambridge;[13] ia akhirnya diterima oleh J. J. Thomson dengan syarat harus menyelesaikan kursus laboratorium dasar terlebih dahulu.[14]
Oppenheimer tidak senang di Cambridge dan menulis surat kepada seorang temannya: "Saya menjalani waktu yang sangat buruk. Pekerjaan lab sangat membosankan, dan saya sangat buruk dalam hal itu sehingga saya mungkin tidak merasa sedang mempelajari sesuatu".[15] Hubungannya tidak baik dengan tutornya Patrick Blackett. Menurut salah seorang temannya, Francis Fergusson, Oppenheimer mengaku pernah meletakkan apel yang disiram cairan kimia berbahaya di meja Blackett. Orang tua Oppenheimer meyakinkan pihak universitas agar tidak mengajukan tuntutan pidana atau mengeluarkannya, meskipun Oppenheimer berada dalam masa percobaan dan harus menjalani konseling rutin dengan psikiater di Harley Street, London.[16][17]
Oppenheimer berperawakan tinggi, kurus, dan seorang perokok berat,[18] yang sering melewatkan jam makan saat sedang berkonsentrasi tinggi. Banyak temannya yang mengatakan bahwa kebiasaannya tersebut bisa merusak dirinya sendiri. Dalam salah satu insiden, Fergusson mencoba mengalihkan perhatian Oppenheimer dari depresinya dengan mengatakan padanya bahwa dia (Fergusson) akan menikahi kekasihnya, Oppenheimer mendadak melompat ke arah Fergusson dan mencoba mencekiknya. Oppenheimer mengalami periode depresi hampir sepanjang hidupnya,[19][20] dan ia pernah berkata kepada adiknya bahwa ia "lebih membutuhkan fisika daripada teman".[21]
Pada tahun 1926, Oppenheimer meninggalkan Cambridge dan meneruskan ke Universitas Göttingen untuk belajar fisika di bawah bimbingan Max Born; Göttingen adalah salah satu pusat fisika teori terkemuka di dunia. Di Göttingen, Oppenheimer memiliki banyak teman yang kelak menjadi tokoh besar, termasuk Werner Heisenberg, Pascual Jordan, Wolfgang Pauli, Paul Dirac, Enrico Fermi dan Edward Teller. Ia dikenal terlalu antusias dalam berdiskusi, terkadang sampai mengambil alih sesi perkuliahan.[22] Hal tersebut membuat beberapa murid Born lainnya sangat kesal sehingga Maria Goeppert melayangkan protes kepada Born melalui petisi yang ditandatangani oleh dirinya sendiri dan mahasiswa lain yang mengancam akan memboikot kelas kecuali Born menyuruh agar Oppenheimer diam. Born meninggalkan petisi tersebut di mejanya tempat Oppenheimer bisa membacanya, dan hal itu efektif tanpa sepatah kata pun terucap.[23]
Oppenheimer memperoleh gelar Doctor of Philosophy (PhD) pada bulan Maret 1927 saat berusia 23 tahun, dibimbing oleh Born.[24] Setelah ujian lisan, James Franck, profesor yang mengujinya, mengutarakan: "Saya senang ini sudah berakhir. Dia kalau bertanya suka terang-terangan."[25] Oppenheimer menerbitkan lebih dari selusin makalah selama di Eropa, termasuk beragam kontribusi penting dalam bidang baru mekanika kuantum. Ia dan Born menerbitkan makalah terkenal mengenai pendekatan Born–Oppenheimer, yang memisahkan gerak nuklir dari gerak elektronik dalam perlakuan matematis molekul, memungkinkan pengabaian gerak nuklir untuk menyederhanakan perhitungan. Karya tersebut menjadi karyanya yang paling banyak dikutip.[26]
Karier awal
Karier mengajar
Oppenheimer ditawari oleh Akademi Sains, Teknik, dan Kedokteran Nasional Amerika Serikat untuk meneliti di Institut Teknologi California (Caltech) pada bulan September 1927. Bridgman juga menginginkannya meneliti di Harvard, sehingga jalan tengah diambil. Ia membaginya untuk tahun akademik 1927–1928, dengan Harvard diambilnya pada tahun 1927 dan Caltech pada tahun 1928.[27] Di Caltech, ia berteman akrab dengan Linus Pauling; keduanya berencana melakukan riset bersama mengenai sifat ikatan kimia, yang dirintis oleh Pauling, dengan Oppenheimer menyumbangkan pengetahuan matematikanya dan Pauling akan menafsirkan hasilnya. Kolaborasi dan persahabatan mereka berdua berakhir setelah Oppenheimer mengajak istri Pauling, Ava Helen Pauling, untuk berkencan dengannya di Meksiko.[28] Oppenheimer kelak menawari Pauling untuk mengepalai Divisi Kimia Proyek Manhattan, tetapi Pauling menolaknya, beralasan bahwa ia adalah seorang pasifis.[29]
Pada musim gugur 1928, Oppenheimer mengunjungi institut Paul Ehrenfest di Universitas Leiden, Belanda dan memberikan kuliah umum dalam bahasa Belanda, meskipun hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang bahasa tersebut. Di sana, ia diberi julukan Opje,[30] yang kemudian diinggriskan oleh murid-muridnya menjadi "Oppie".[31] Dari Leiden, ia lanjut ke Institut Teknologi Federal Swiss (ETH) di Zürich untuk meneliti bersama Wolfgang Pauli mengenai mekanika kuantum dan spektrum kontinu. Oppenheimer menghormati dan menyukai Pauli, dan kemungkinan turut meniru gaya pribadinya serta pendekatan kritisnya terhadap masalah.[32]
Sekembalinya ke Amerika Serikat, Oppenheimer ditawari jabatan sebagai profesor rekanan oleh Universitas California, Berkeley, karena Raymond T. Birge sangat menginginkannya untuk mengajar di sana sehingga Oppenheimer mengatakan kesediaannya untuk membagi jadwal mengajarnya dengan Caltech.[29]
Sebelum memulai jabatan barunya sebagai profesor di Berkeley, Oppenheimer didiagnosis mengidap tuberkulosis ringan dan menghabiskan waktu beberapa minggu bersama adiknya Frank di sebuah peternakan di New Mexico, yang dia sewa dan kemudian dibelinya. Ketika ia mendengar bahwa peternakan itu disewakan, ia berseru, "Hot dog!", dan kemudian menyebutnya Perro Caliente, yang berarti "hot dog" dalam bahasa Spanyol.[33] Belakangan ia mengungkapkan bahwa "fisika dan kawasan gurun" adalah "dua hal yang paling dicintainya".[34] Oppenheimer sembuh dari tuberkulosis dan kembali ke Berkeley, tempat ia tersohor sebagai pembimbing dan kolaborator bagi generasi baru fisikawan yang mengaguminya karena kecerdasan intelektual dan minatnya yang luas. Murid-murid dan rekan-rekannya menganggapnya sebagai sosok yang memesona: menghipnotis saat berinteraksi secara pribadi, tetapi seringkali bersikap dingin saat berada dalam kerumunan. Rekan-rekannya melihatnya dalam dua sisi: di satu sisi ia dipandang sebagai seorang genius penyendiri dan estetis, sedangkan di sisi lain ia dianggap sebagai sosok yang berlagak dan kurang percaya diri.[35] Kebanyakan murid-muridnya memujanya, meniru cara berjalannya, pidatonya, dan tingkah laku lainnya, dan bahkan mencontoh kecenderungannya untuk membaca seluruh buku dalam bahasa aslinya.[36] Hans Bethe mengungkapkan mengenai dirinya:
Mungkin bahan terpenting yang ia bawa ke kelasnya adalah seleranya yang luar biasa. Dia selalu tahu apa saja masalah penting, seperti yang ditunjukkan oleh pilihan mata kuliahnya. Dia benar-benar hidup dengan masalah-masalah tersebut, berjuang mencari solusi, dan mengomunikasikan pemecahannya kepada mahasiswanya. Di masa kejayaannya, ada sekitar delapan atau sepuluh mahasiswa pascasarjana dan sekitar enam mahasiswa doktoral yang dibimbingnya. Dia bertemu dengan kelompok ini sekali sehari di kantornya dan berdiskusi satu per satu mengenai status masalah penelitian mahasiswa tersebut. Dia tertarik pada segala hal, dan pada suatu sore mereka mungkin saja mendiskusikan elektrodinamika kuantum, sinar kosmik, produksi pasangan elektron, dan fisika nuklir.[37]
Oppenheimer memiliki hubungan kerja yang baik dengan fisikawan eksperimental peraih Hadiah Nobel, Ernest O. Lawrence, dan membantu merintis penemuan siklotronnya. Ia turut membantunya memahami data yang dihasilkan mesin di Laboratorium Radiasi Berkeley, yang akhirnya berkembang menjadi Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley.[38] Pada tahun 1936, Berkeley mempromosikannya menjadi profesor tetap dengan gaji tahunan sebesar $3.300 (setara dengan $60.000 pada 2022). Sebagai imbalannya, ia diminta untuk mengurangi jam mengajarnya di Caltech, sehingga disepakati bahwa Berkeley memberinya waktu selama enam minggu setiap tahun, yang cukup untuk mengajar satu semester di Caltech.[39]
Karya ilmiah
Oppenheimer berkontribusi besar dalam riset astronomi teoretis (terutama yang berkaitan dengan relativitas umum dan teori nuklir), fisika nuklir, spektroskopi, dan teori medan kuantum, termasuk perluasannya ke dalam elektrodinamika kuantum. Matematika formal dari mekanika kuantum relativistik juga menarik minatnya, meskipun ia meragukan validitasnya. Karyanya meramalkan banyak penemuan selanjutnya, misalnya neutron, meson, dan bintang neutron.[40]
Pada awalnya, minat utama Oppenheimer adalah teori spektrum kontinu, dan makalah pertamanya yang diterbitkan pada tahun 1926 membahas mengenai teori kuantum spektrum pita molekuler. Ia mengembangkan sebuah metode untuk melakukan perhitungan probabilitas transisinya. Oppenheimer juga menghitung efek fotolistrik bagi hidrogen dan sinar-X, dan berhasil memperoleh koefisien penyerapan pada tepi-K. Perhitungannya ini selaras dengan pengamatan penyerapan sinar-X pada matahari, tetapi tidak selaras dengan helium. Bertahun-tahun kemudian, diketahui bahwa matahari sebagian besar terdiri dari hidrogen dan dengan demikian perhitungannya tersebut benar.[41][42]
Oppenheimer berkontribusi besar terhadap teori hujan sinar kosmik dan mengawali riset yang kelak mengarah pada penjelasan penerowongan kuantum. Pada tahun 1931, ia ikut menulis sebuah makalah mengenai "Teori Relativistik Efek Fotolistrik" bersama muridnya, Harvey Hall.[43] Berdasarkan bukti empiris, ia dengan tepat membantah teori Dirac yang menyatakan bahwa dua tingkat energi atom hidrogen memiliki energi yang sama. Selanjutnya, salah seorang mahasiswa doktornya, Willis Lamb, menemukan bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi dari peristiwa yang dikenal sebagai pergeseran Lamb. Lamb kemudian meraih Nobel Fisika pada tahun 1955.[40]
Bersama mahasiswa doktor pertamanya, Melba Phillips, Oppenheimer mengerjakan perhitungan radioaktivitas artifisial dengan cara bombardemen oleh deuteron. Ketika Ernest Lawrence dan Edwin McMillan membombardir inti atom dengan deuteron, ditemukan hasil yang sangat sesuai dengan teori George Gamow, tetapi ketika energi yang lebih tinggi dan inti yang lebih berat diuji cobakan, hasilnya tidak sesuai dengan teori tersebut. Pada tahun 1935, Oppenheimer dan Phillips mengembangkan sebuah teori—saat ini dikenal dengan proses Oppenheimer–Phillips—untuk menjelaskan hasilnya. Teori tersebut masih digunakan sampai sekarang.[44]
Pada awal 1930, Oppenheimer menulis sebuah makalah yang memprediksi keberadaan positron. Makalah ini ditulisnya setelah Paul Dirac berpendapat bahwa elektron dapat memiliki muatan positif dan energi negatif. Teori Dirac memperkenalkan sebuah persamaan, yang dikenal sebagai persamaan Dirac. Persamaan ini mempersatukan mekanika kuantum, relativitas khusus, dan konsep spin elektron, untuk menjelaskan efek Zeeman.[45] Oppenheimer, sesuai dengan bukti eksperimennya, menolak gagasan bahwa prediksi elektron yang bermuatan positif adalah proton. Ia berpendapat bahwa keduanya harus memiliki massa yang sama sebagai elektron, sedangkan hasil eksperimennya menunjukkan bahwa massa proton jauh lebih berat daripada elektron. Dua tahun kemudian, Carl David Anderson menemukan positron, yang membuatnya dianugerahi Nobel Fisika pada tahun 1936.[46]
Pada akhir 1930-an, Oppenheimer mulai tertarik pada astrofisika, kemungkinan besar karena ia bersahabat dengan Richard Tolman, yang menghasilkan serangkaian makalah ilmiah. Makalah pertama yang ditulisnya bersama Robert Serber pada tahun 1938 berjudul "Stabilitas Inti Neutron Bintang",[47] yang menyelidiki kandungan katai putih. Makalah kedua ditulisnya bersama salah seorang muridnya, George Volkoff, yang berjudul "Pemasifan Inti Neutron".[48] Dalam makalah ini, mereka mendemonstrasikan bahwa terdapat limit, yang dinamai limit Tolman–Oppenheimer–Volkoff, pada massa bintang-bintang terjauh sehingga tidak akan stabil sebagai bintang neutron, dan akan mengalami keruntuhan gravitasi. Pada tahun 1939, Oppenheimer dan muridnya, Hartland Snyder, menerbitkan makalah berjudul "Kesinambungan Kontraksi Gravitasi",[49] yang memprediksi keberadaan lubang hitam. Setelah makalah mengenai perkiraan Born–Oppenheimer diterbitkan, makalah tersebut menjadi yang paling banyak dikutip, dan menjadi faktor utama dalam peremajaan penelitian astrofisika di Amerika Serikat pada 1950-an, terutama oleh John A. Wheeler.[50]
Makalah-makalah Oppenheimer dianggap sangat sulit untuk dipahami bahkan menurut standar topik abstrak yang dia kuasai. Ia suka menggunakan teknik matematika yang sangat rumit dan elegan untuk mendemonstrasikan prinsip-prinsip fisika, meskipun teknik ini kadang dikritik karena menciptakan kesalahan matematika, yang kemungkinan disebabkan oleh ketergesaannya. Menurut Snyder, "Fisikanya bagus, tetapi aritmatikanya buruk".[40]
Setelah Perang Dunia II, Oppenheimer hanya menerbitkan lima makalah ilmiah, salah satunya mengenai biofisika, dan tidak ada makalah yang ditulisnya setelah tahun 1950. Murray Gell-Mann, yang kelak menerima Nobel Fisika, menjadi ilmuwan tamu di Institute for Advanced Study yang berkolaborasi dengan Oppenheimer pada tahun 1951, mengungkapkan:
Dia tidak memiliki Sitzfleisch, kemampuan untuk bertahan atau melanjutkan aktivitas. Setahu saya, dia tidak pernah menulis makalah panjang atau melakukan kalkulasi panjang semacam itu. Dia tidak memiliki kesabaran untuk hal itu; karyanya sendiri terdiri dari sedikit aperçu, tetapi cukup brilian. Tetapi ia menginspirasi orang lain untuk melakukan sesuatu, dan pengaruhnya luar biasa.[51]
Kehidupan pribadi dan politik
Pada tahun 1920-an, Oppenheimer nyaris tidak mengetahui masalah-masalah yang terjadi di dunia. Ia mengakui bahwa ia tidak membaca surat kabar atau majalah populer dan baru mengetahui tentang Keruntuhan Wall Street 1929 saat sedang berjalan-jalan dengan Ernest Lawrence enam bulan setelah peristiwa tersebut terjadi.[52][53] Ia berkata bahwa ia tidak pernah memberikan suaranya dalam pemilu sampai pemilu presiden 1936. Sejak tahun 1934, ia semakin mempedulikan kondisi politik dan permasalahan internasional. Pada tahun 1934, ia menyisihkan tiga persen dari gaji tahunannya—kira-kira $100 (setara dengan $1.900 pada 2022)—untuk membantu para fisikawan Jerman yang melarikan diri dari Jerman Nazi. Pada saat terjadinya Pemogokan Buruh Pelabuhan Pantai Barat 1934, ia dan beberapa muridnya, termasuk Melba Phillips dan Bob Serber, menghadiri rapat akbar buruh pelabuhan. Oppenheimer berulang kali mengupayakan agar Serber bisa mengajar di di Berkeley, tetapi dihalangi oleh kepala Departemen Fisika Berkeley, Raymond T. Birge, yang berpendapat bahwa "seorang Yahudi di departemen sudah cukup".[54]
Ibu Oppenheimer meninggal dunia pada tahun 1931, dan dia jadi makin dekat dengan ayahnya. Meskipun ayahnya masih tinggal di New York, ia sering mengunjungi Oppenheimer di California.[55] Ketika ayahnya wafat pada tahun 1937, ia mewariskan uang sebesar $392.602 (setara dengan $7,99 juta pada tahun 2022) untuk dibagi antara Oppenheimer dan adik laki-lakinya Frank. Oppenheimer kemudian juga menulis surat wasiat yang mewariskan kekayaannya kepada Universitas California untuk dimanfaatkan sebagai beasiswa pascasarjana.[56]
Seperti kebanyakan intelektual muda pada tahun 1930-an, Oppenheimer mendukung reformasi sosial yang kemudian dikategorikan sebagai gagasan komunis. Ia menyumbang bagi banyak gerakan progresif yang dianggap sebagai sayap kiri pada era McCarthy. Banyak tindakannya yang dianggap radikal pada masa itu, misalnya menjadi penggalang dana bagi republikan dalam Perang Saudara Spanyol serta kegiatan antifasis lainnya. Ia tidak pernah secara terbuka bergabung dengan Partai Komunis Amerika Serikat, meskipun ia menyumbangkan sejumlah uang kepada gerakan sayap kiri melalui kenalannya yang diduga menjadi anggota Partai Komunis.[57]
Ketika ia bergabung dengan Proyek Manhattan pada tahun 1942, Oppenheimer menuliskan di formulir pribadinya bahwa ia telah menjadi "anggota dari hampir setiap organisasi Front Komunis di Pesisir Barat".[58] Bertahun-tahun kemudian, ia mengklaim bahwa ia tidak ingat pernah menuliskan hal tersebut, bahwa hal tersebut tidaklah benar, dan jikalau ia memang menulis begitu, pastilah itu merupakan "pernyataan berlebihan dan setengah bercanda".[59] Oppenheimer berlangganan People's World,[60] surat kabar milik Partai Komunis, dan pada tahun 1954 ia mengakui bahwa ia berhubungan dengan gerakan komunis.[61] Dari tahun 1937 sampai 1942, Oppenheimer menjadi anggota perhimpunan di Berkeley yang disebutnya "kelompok diskusi", yang kemudian diungkapkan oleh Haakon Chevalier [62][63] dan Gordon Griffiths sebagai kelompok "tertutup" (rahasia) Partai Komunis bagi fakultas Berkeley.[64]
FBI membuka arsip mengenai Oppenheimer pada bulan Maret 1941. Tercatat bahwa ia pernah menghadiri pertemuan pada bulan Desember 1940 di rumah Chevalier, yang juga dihadiri oleh sekretaris Partai Komunis negara bagian California, William Schneiderman, dan bendaharanya, Isaac Folkoff. FBI mencatat bahwa Oppenheimer menjadi anggota Komite Eksekutif American Civil Liberties Union, yang dianggap sebagai organisasi komunis garis depan. Tidak lama kemudian, FBI memasukkan Oppenheimer ke daftar Indeks Penahanan Kustodian, yang bisa ditangkap dalam keadaan darurat nasional.[65]
Keanggotaan Oppenheimer pada Partai Komunis diperdebatkan. Hampir semua sejarawan sepakat bahwa ia memiliki pandangan sayap kiri yang kuat pada saat itu dan berinteraksi dengan anggota partai, tetapi masih diperdebatkan apakah ia pernah menjadi anggota Partai Komunis secara resmi. Dalam sidang izin keamanan tahun 1954, Oppenheimer menyangkal menjadi anggota Partai Komunis, tetapi mengidentifikasi dirinya sebagai "kawan seperjalanan", yang berarti ia setuju dengan banyak tujuan komunisme tetapi tidak mau mengikuti perintah dari aparat Partai Komunis secara terang-terangan.[66]
Pada bulan Agustus 1943, Oppenheimer mengungkapkan kepada agen keamanan Proyek Manhattan bahwa George Eltenton, yang tidak dikenalnya, telah meminta tiga orang di Los Alamos untuk membocorkan rahasia nuklir kepada Uni Soviet. Ketika ditanyai mengenai permasalahan ini dalam wawancara di kemudian hari, Oppenheimer mengakui bahwa satu-satunya orang yang mendekatinya adalah temannya, Haakon Chevalier, seorang profesor sastra Prancis di Berkeley, yang mengutarakan masalah tersebut secara pribadi saat acara makan malam di rumah Oppenheimer.[67] Brigadir Jenderal Leslie R. Groves, Jr., kepala Proyek Manhattan, menganggap Oppenheimer terlalu penting bagi proyek tersebut, sehingga tidak mungkin didepak karena perilaku mencurigakan ini. Pada tanggal 20 Juli 1943, Groves menulis surat kepada Manhattan Engineer District:
Sesuai dengan arahan lisan saya pada tanggal 15 Juli, diharapkan agar izin diberikan kepada Julius Robert Oppenheimer tanpa penundaan terlepas dari informasi yang Anda miliki berkaitan dengan Mr. Oppenheimer. Dia sangat penting bagi proyek ini.[68]
Hubungan dan anak
Pada tahun 1936, Oppenheimer menjalin hubungan asmara dengan Jean Tatlock, putri seorang profesor sastra Berkeley dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Stanford. Keduanya memiliki pandangan politik yang serupa; Tatlock menulis untuk Western Worker, sebuah surat kabar Partai Komunis.[69] Pada tahun 1939, hubungan mereka berakhir. Pada bulan Agustus tahun itu, Oppenheimer bertemu dengan Katherine ("Kitty") Puening, seorang mahasiswi Berkeley yang radikal dan mantan anggota Partai Komunis. Kitty sudah pernah menikah sebelumnya. Pernikahan pertamanya hanya berlangsung beberapa bulan. Suami keduanya, Joe Dallet, adalah seorang anggota aktif Partai Komunis, yang tewas dalam Perang Saudara Spanyol.[70]
Kitty kembali ke Amerika Serikat dan memperoleh gelar Bachelor of Arts di bidang botani dari Universitas Pennsylvania. Ia kemudian menikah dengan Richard Harrison, seorang dokter dan peneliti medis, pada tahun 1938. Pada bulan Juni 1939, Kitty dan Harrison pindah ke Pasadena, California, tempat Harrison menjadi kepala radiologi di rumah sakit daerah dan mendaftar sebagai mahasiswa pascasarjana di Universitas California, Los Angeles. Oppenheimer dan Kitty memicu skandal kecil dengan tidur bersama setelah menghadiri salah satu pesta di rumah Tolman. Pada musim panas 1940, Kitty tinggal bersama Oppenheimer di rumah peternakannya di New Mexico. Ia akhirnya meminta cerai dari Harrison saat mengetahui bahwa ia hamil. Harrison menolak, tetapi Kitty melayangkan gugatan cerai kilat di Reno, Nevada, dan mengesahkan Oppenheimer sebagai suami keempatnya pada tanggal 1 November 1940.[71]
Anak pertama mereka, Peter, lahir pada bulan Mei 1941,[72] dan anak kedua mereka, Katherine ("Toni"), lahir di Los Alamos, New Mexico, pada tanggal 7 Desember 1944.[71] Semasa pernikahannya, Oppenheimer kembali berhubungan dengan Tatlock.[73] Kelak hubungan mereka berdua dipermasalahkan dalam sidang izin keamanannya, karena keterkaitan Tatlock dengan komunis.[74]
Sepanjang pengembangan proyek bom atom, Oppenheimer diinvestigasi oleh FBI dan unit keamanan internal Proyek Manhattan sehubungan dengan keterkaitannya dengan gerakan sayap kiri di masa lalunya. Ia dimata-matai oleh agen keamanan Angkatan Darat saat bepergian ke California pada bulan Juni 1943 untuk mengunjungi Tatlock, yang mengalami depresi. Oppenheimer bermalam di apartemennya.[75] Tatlock bunuh diri pada tanggal 4 Januari 1944, yang membuat Oppenheimer sangat terguncang.[76]
Banyak orang terdekat Oppenheimer yang aktif di Partai Komunis pada 1930-an atau 1940-an, termasuk adik laki-lakinya Frank, istri Frank Jackie,[77] Kitty,[78] Tatlock, kosbasnya Mary Ellen Washburn,[79] dan sejumlah mahasiswa pascasarjana di Berkeley.[80]
Mistikisme
Oppenheimer bekerja sangat giat [pada musim semi 1929] tetapi memiliki bakat untuk mengesampingkan ketekunannya dengan sikap acuh tak acuh. Sebenarnya, dia disibukkan dengan kalkulasi yang sangat rumit mengenai opasitas permukaan bintang hingga radiasi internalnya, sebuah konstanta penting dalam konstruksi teoretis model bintang. Dia hanya berbicara sedikit mengenai masalah ini dan tampaknya lebih tertarik pada sastra, terutama sastra klasik Hindu dan penulis Barat yang lebih esoteris. Pauli pernah mengatakan kepada saya bahwa Oppenheimer memperlakukan fisika sebagai avokasi dan psikoanalisis sebagai vokasi.
Kegemaran Oppenheimer yang beragam terkadang mengganggu fokusnya terhadap sains. Ia menyukai hal-hal yang rumit dan karena kebanyakan karya ilmiah adalah masalah yang bisa dipecahkannya dengan mudah, ia mulai mengembangkan minat terhadap hal-hal mistis dan gaib.[82] Setelah lulus dari Harvard, ia mulai mengenal sastra Hindu klasik melalui terjemahan bahasa Inggrisnya.[83] Ia juga tertarik mempelajari berbagai bahasa dan diajari bahasa Sanskerta[catatan 3] oleh Arthur W. Ryder di Berkeley pada tahun 1933.[85][86] Ia membaca karya sastra seperti Bhagavad Gita dan Meghaduta dalam bahasa Sansekerta asli, dan merenungkan maknanya secara mendalam. Oppenheimer kemudian mengungkapkan bahwa Gita adalah salah satu buku yang paling membentuk filosofi hidupnya.[87][88] Ia menulis kepada adiknya bahwa Gita "sangat ringan dan cukup menakjubkan", dan menyebutnya sebagai "tembang filosofis terindah yang pernah ada dalam bahasa mana pun yang diketahuinya."[86] Ia kemudian memberikan salinan Gita sebagai hadiah kepada teman-temannya dan menyimpan salinan asli yang sudah usang di rak buku di samping mejanya.[86] Ia bahkan menamai mobilnya Garuda, burung mitos yang ditunggangi oleh dewa Wisnu.[89]
Meskipun demikian, Oppenheimer tidak benar-benar menjadi seorang Hindu dalam artian religi; ia tidak mengunjungi kuil atau berdoa kepada dewa mana pun.[90][91] Ia "benar-benar terbuai oleh pesona dan kebijaksanaan Bhagavad-Gita", kata adiknya.[90] Ketertarikan Oppenheimer terhadap pemikiran Hindu diduga berawal dari perkenalannya dengan Niels Bohr.[92] Bohr dan Oppenheimer dikenal sangat analitis dan kritis terhadap cerita mitologi Hindu kuno dan metafisika yang terkandung di dalamnya.[92] Dalam salah satu percakapannya dengan David Hawkins sebelum perang, saat mendiskusikan mengenai sastra Yunani kuno, Oppenheimer berkomentar, "Saya telah membaca sastra Yunani, saya beranggapan sastra Hindu lebih mendalam.[92]
Rekan kerja sekaligus teman dekatnya, Isidor Rabi, yang telah mengenal Oppenheimer selama bertahun-tahun di Berkeley, Los Alamos, dan Princeton, penasaran "mengapa orang seberbakat Oppenheimer tidak menemukan sesuatu yang layak ditemukan",[93] ia mengungkapkan:
Oppenheimer terlalu terdidik untuk memahami bidang-bidang yang berada di luar tradisi sains, seperti minatnya terhadap agama, khususnya agama Hindu, yang mengakibatkan ia merasakan misteri alam semesta yang mengelilinginya hampir seperti kabut. Ia menilik fisika dengan jelas, bisa melihat apa yang telah dilakukannya, tetapi di perbatasan ia cenderung merasa ada lebih banyak misteri dan novel daripada yang sebenarnya... [ia berpaling] dari metode fisika teori yang alot dan cermat ke alam mistik intuisi yang luas... Unsur kebumian berpengaruh lemah terhadap Oppenheimer. Tetapi pada dasarnya kualitas spiritual, kehalusan seperti yang diungkapkan dalam ucapan dan perilakunya, menjadi dasar bagi karismanya. Dia tidak pernah mengungkapkan dirinya sepenuhnya. Dia selalu merasa bahwa ada kedalaman sensibilitas dan wawasan yang belum terungkap. Ini mungkin merupakan kualitas kepemimpinan sejak lahir yang kelihatannya memiliki cadangan kekuatan yang tidak terikat.[94]
Terlepas dari hal tersebut, beberapa pengamat seperti fisikawan peraih Nobel Luis Alvarez berpendapat bahwa jika ia hidup cukup lama untuk menyaksikan prediksinya kelak dibuktikan oleh eksperimen, Oppenheimer mungkin memenangkan Penghargaan Nobel atas pemikirannya mengenai keruntuhan gravitasi, bintang neutron dan lubang hitam.[95][96] Sejumlah fisikawan dan sejarawan menganggap pemikiran tersebut sebagai kontribusinya yang paling penting, meskipun tidak diambil alih oleh ilmuwan lain pada masa hidupnya.[97] Fisikawan dan sejarawan Abraham Pais pernah bertanya kepada Oppenheimer mengenai apa yang ia anggap sebagai kontribusi ilmiahnya yang paling penting; Oppenheimer menjawab karyanya mengenai elektron dan positron, bukannya karya mengenai kontraksi gravitasi.[98] Oppenheimer pernah dinominasikan sebagai penerima Nobel Fisika sebanyak tiga kali, yakni pada tahun 1946, 1951 dan 1967, tetapi tidak pernah menang.[99][100]
Proyek Manhattan
Los Alamos
Pada tanggal 9 Oktober 1941, dua bulan sebelum Amerika Serikat memasuki kancah Perang Dunia II, Presiden Franklin D. Roosevelt menyetujui program kilat untuk mengembangkan bom atom.[101] Pada bulan Mei 1942, Ketua Komite Riset Pertahanan Nasional, James B. Conant, yang merupakan dosen Oppenheimer saat berkuliah di Harvard, mengajak Oppenheimer untuk mengambil alih pengerjaan kalkulasi neutron cepat, tugas yang dilakukan Oppenheimer dengan penuh semangat. Ia diberi julukan "Koordinator Ruptur Cepat", yang secara spesifik mengacu pada perambatan reaksi berantai neutron cepat pada bom atom. Salah satu tindakan pertamanya adalah menjadi tuan rumah diskusi ilmiah pada musim panas yang membahas teori bom di kantornya di Berkeley. Campuran fisikawan Eropa dan murid-muridnya sendiri—kelompok yang antara lain beranggotakan Robert Serber, Emil Konopinski, Felix Bloch, Hans Bethe dan Edward Teller—menyibukkan diri dengan mengkalkulasi apa yang perlu dilakukan dan bagaimana prosedur pembuatan bom.[102]
Pada bulan Juni 1942, Angkatan Darat Amerika Serikat membangun Manhattan Engineer District sebagai bentuk keterlibatan dalam proyek bom atom, yang menandai dimulainya proses pengalihan tanggung jawab proyek dari Kantor Pengembangan dan Riset Ilmiah kepada militer.[104] Pada bulan September, Leslie Groves ditunjuk menjadi kepala proyek yang kemudian dikenal sebagai Proyek Manhattan.[105] Ia memilihselected Oppenheimer untuk mengepalai laboratorium senjata rahasia proyek tersebut. Pilihan ini mengejutkan banyak pihak, sebab Oppenheimer memiliki pandangan politik sayap kiri dan tercatat tidak pernah mengepalai proyek besar. Groves mengkhawatirkan fakta bahwa Oppenheimer tidak pernah memenangkan Penghargaan Nobel dan kemungkinan tidak memiliki prestise untuk mengarahkan rekan-rekannya sesama ilmuwan.[106]
Groves terkesan dengan pemahaman luar biasa Oppenheimer mengenai aspek praktis dalam merancang dan membuat bom atom serta luasnya pengetahuannya. Sebagai seorang insinyur militer, Groves tahu bahwa pengetahuan tersebut akan sangat berguna dalam proyek interdisipliner yang tidak hanya membutuhkan fisika, tetapi juga kimia, metalurgi, persenjataan, dan perekayasaan. Groves juga menemukan pada diri Oppenheimer sesuatu yang tidak dilakukan oleh orang lain, yakni "ambisi berlebihan" yang menurut Groves akan memberikan dorongan yang diperlukan agar proyek tersebut sukses. Isidor Rabi menganggap penunjukan Oppenheimer sebagai "kegeniusan nyata yang ditunjukkan Jenderal Groves, yang biasanya tidak dianggap genius."[107]
Oppenheimer dan Groves memutuskan bahwa demi alasan keamanan dan kerahasiaan, mereka memerlukan laboratorium penelitian rahasia yang terpusat di lokasi terpencil. Dalam upayanya mencari lokasi pada akhir 1942, terpikir olehnya New Mexico, tidak jauh dari peternakannya. Pada tanggal 16 November 1942, Oppenheimer, Groves, dan ilmuwan lainnya mengunjungi lokasi yang prospektif. Oppenheimer mencemaskan tebing tinggi yang mengelilingi lokasi lab akan memunculkan klaustrofobia, dan ada kekhawatiran mengenai kemungkinan banjir. Ia kemudian menyarankan sebuah lokasi yang dikenalnya dengan baik: sebuah mesa datar dekat Santa Fe, New Mexico, yang menjadi lokasi dari sekolah swasta Los Alamos Ranch School. Para teknisi khawatir mengenai akses jalan ke lokasi yang buruk dan kurangnya pasokan air, tetapi menganggap lokasi tersebut adalah yang paling ideal.[108] Laboratorium Los Alamos kemudian dibangun di lokasi bekas sekolah, mengambil alih sebagian gedungnya, dan banyak gedung baru yang dibangun dengan tergesa-gesa. Di laboratorium, Oppenheimer mengumpulkan sekelompok fisikawan tersohor pada masa itu, yang disebutnya "para tokoh terkenal".[109]
Los Alamos awalnya dimaksudkan menjadi laboratorium militer, dan Oppenheimer beserta peneliti lainnya akan dijadikan sebagai tentara. Oppenheimer melangkah lebih jauh dengan memesan sendiri seragam letnan kolonel dan mengikuti tes fisik Angkatan Darat, yang gagal ia lakukan. Dokter militer menganggapnya terlalu kurus dengan berat 128 pon (58 kg), mendiagnosis batuk kronisnya sebagai gejala tuberkulosis, dan mengkhawatirkan nyeri sendi lumbosakral kronis yang dideritanya.[110] Rencana untuk merekrut para ilmuwan gagal ketika Rabi dan Robert Bacher menolak keras gagasan memiliterisasi ilmuwan tersebut. Conant, Groves, dan Oppenheimer berunding dan diputuskan bahwa laboratorium dioperasikan oleh Universitas California melalui kontrak dengan Departemen Perang.[111]
Oppenheimer segera menyadari bahwa proyek ini bukanlah proyek remeh: Los Alamos berkembang dari yang awalnya hanya berpenghuni beberapa ratus orang pada tahun 1943 menjadi lebih dari 6.000 orang pada tahun 1945.[110] Pada awalnya, Oppenheimer mengalami kesulitan dalam membagi tugas di kelompok besar, tetapi ia dengan cepat mempelajari tata administrasi berskala besar setelah ia menetap secara permanen di Los Alamos. Ia dikenal karena penguasaannya atas semua aspek ilmiah proyek tersebut dan atas upayanya dalam mengendalikan konflik budaya yang tak terhindarkan antara para ilmuwan dan militer. Ia adalah sosok ikonik bagi rekan-rekan ilmuwannya, sekaligus simbol dari apa yang sedang mereka kerjakan. Victor Weisskopf mengungkapkan:
Oppenheimer mengarahkan penelitian ini, secara teori dan eksperimen, dalam arti sebenarnya. Di sini kecepatannya yang luar biasa dalam memahami poin utama dari tiap subjek merupakan faktor yang menentukan; dia bisa mengukur kemampuannya sendiri melalui detail penting dari setiap pekerjaan.
Dia tidak mengarahkan dari kantor pusat. Dia hadir secara intelektual dan fisik pada setiap langkah yang menentukan. Dia hadir di laboratorium atau di ruang seminar, saat efek baru sedang diukur, saat gagasan baru sedang diuji. Bukan karena dia turut menyumbangkan begitu banyak gagasan atau saran; dia hanya melakukannya kadang-kadang, tetapi pengaruh utamanya datang dalam hal lain. Pengaruh tersebut dalam bentuk kehadirannya yang terus menerus dan intens, yang menumbuhkan rasa keikutsertaan langsung dalam diri kami semua; hal itu menumbuhkan suasana antusiasme dan tantangan yang melingkupi tempat tersebut sepanjang waktu.[112]
Pada saat itu, timbul kekhawatiran yang cukup besar di kalangan para ilmuwan bahwa Jerman mungkin saja telah membuat kemajuan yang lebih cepat dalam pengembangan senjata atom.[catatan 2][115][116] Dalam sebuah surat tanggal 25 Mei 1943, Oppenheimer menanggapi rencana Fermi agar menggunakan bahan radioaktif untuk meracuni pasokan makanan Jerman. Oppenheimer bertanya kepada Fermi apakah ia bisa memproduksi cukup banyak stronsium tanpa berisiko membocorkan rahasia. Oppenheimer menambahkan, "Saya pikir kita tidak boleh mencoba suatu rencana kecuali kita yakin dapat meracuni makanan yang cukup untuk membunuh setengah juta orang."[117]
Pada tahun 1943, upaya pengembangan mengarah pada senjata fisi jenis bedil plutonium yang dinamai "Thin Man". Riset awal mengenai sifat-sifat plutonium dilakukan dengan menggunakan plutonium-239 yang dihasilkan siklotron, sangat murni tetapi hanya dapat dibuat dalam jumlah kecil. Ketika Los Alamos menerima sampel plutonium pertama dari Reaktor Grafit X-10 pada bulan April 1944, sebuah masalah ditemukan: plutonium hasil pembiakan reaktor memiliki konsentrasi plutonium-240 yang lebih tinggi, sehingga tidak cocok digunakan untuk senjata jenis bedil.[118]
Pada bulan Juli 1944, Oppenheimer mengabaikan desain bedil dan memilih desain senjata berjenis peledak. Dengan memanfaatkan lensa ledak kimia, bola subkritikal material fisi dapat diperas menjadi bentuk yang lebih kecil dan lebih padat. Logam hanya perlu menempuh jarak yang sangat pendek, sehingga massa kritis akan terkumpul dalam waktu yang jauh lebih singkat.[119] Pada bulan Agustus 1944, Oppenheimer menerapkan reorganisasi besar-besaran di Laboratorium Los Alamos dalam rangka berfokus pada peledak.[120] Ia memusatkan upaya pengembangan pada perangkat jenis bedil, desain sederhana yang hanya berfungsi dengan uranium-235. Perangkat ini dinamai Little Boy pada bulan Februari 1945.[121] Setelah upaya riset besar-besaran, desain perangkat peledak yang lebih kompleks, dinamai "gawai Christy", berdasarkan Robert Christy, salah seorang murid Oppenheimer,[122] berhasil diselesaikan dalam sebuah pertemuan di kantor Oppenheimer pada tanggal 28 Februari 1945.[123]
Pada bulan Mei 1945, Komite Interim dibentuk untuk memberikan nasihat dan melaporkan kebijakan masa perang dan pascaperang terkait penggunaan energi nuklir. Komite Interim menggelar diskusi panel ilmiah yang diikuti oleh Oppenheimer, Arthur Compton, Fermi, dan Lawrence untuk memberikan nasihat mengenai permasalahan sains. Dalam presentasinya kepada Komite Interim, para panelis memberikan pendapatnya, tidak hanya mengenai kemungkinan dampak fisik bom atom, tetapi juga kemungkinan dampak militer dan politiknya.[124] Permasalahan ini juga meliputi pendapat mengenai isu-isu sensitif seperti apakah Uni Soviet harus diberi tahu tentang senjata tersebut sebelum digunakan untuk melawan Jepang.[125]
Trinity
Kerja sama para ilmuwan di Los Alamos berujung pada terjadinya ledakan nuklir pertama di dunia, dekat Alamogordo, New Mexico, pada tanggal 16 Juli 1945. Oppenheimer telah menamai lokasi tersebut dengan "Trinity" pada pertengahan 1944 dan kemudian mengungkapkan bahwa nama tersebut berasal dari salah satu penggalan Soneta Suci karya John Donne. Menurut sejarawan Gregg Herken, penamaan ini bisa jadi merupakan kiasan bagi Jean Tatlock, yang bunuh diri beberapa bulan sebelumnya dan yang memperkenalkan Oppenheimer pada karya-karya Donne pada tahun 1930-an.[127]
Oppenheimer kemudian mengenang bahwa saat menyaksikan ledakan tersebut, ia memikirkan sebuah syair dalam Bhagavad Gita (XI,12):
|
"Jika pancaran seribu matahari meledak sekaligus di langit, |
Bertahun-tahun kemudian, ia mengungkapkan bahwa syair lainnya juga memenuhi kepalanya pada saat itu: "kālo'smi lokakṣayakṛtpravṛddho lokānsamāhartumiha pravṛttaḥ" (XI,32),[129] yang ia terjemahkan sebagai "Aku menjadi Maut, penghancur dunia."[catatan 4] Pada tahun 1965, ketika ia dibujuk untuk membacakan kembali kalimat tersebut dalam sebuah acara televisi, ia berkata:
Kami tahu dunia tidak akan sama lagi. Beberapa orang tertawa, beberapa orang menangis. Kebanyakan orang diam. Saya ingat penggalan dari kitab suci Hindu, Bhagavad Gita; Wisnu mencoba membujuk Pangeran agar dia melakukan tugasnya dan, untuk membuatnya terkesan, mengambil wujud berlengan banyak dan berkata, "Sekarang aku menjadi Maut, penghancur dunia." Saya kira kita semua berpikir begitu, dengan satu atau lain cara.[130]
Di antara para tokoh yang yang hadir bersama Oppenheimer di bunker pengawasan di lokasi tersebut adalah adiknya Frank dan Brigadir Jenderal Thomas Farrell. Ketika Jeremy Bernstein bertanya kepada Frank apa kata-kata pertama Oppenheimer setelah uji coba, jawabannya adalah "Saya kira berhasil."[134][135] Farrell meringkas reaksi Oppenheimer sebagai berikut:
Oppenheimer, yang telah menanggung beban yang sangat berat, jadi lebih tegang saat detik-detik terakhir berlalu. Dia hampir tidak bernapas. Dia berpegangan pada sebuah tiang untuk memantapkan dirinya. Selama beberapa detik terakhir, dia menatap lurus ke depan dan kemudian juru siar berteriak "Sekarang!" dan muncullah semburan cahaya yang luar biasa diikuti tak lama kemudian oleh raungan ledakan yang dalam, wajahnya menjadi rileks dipenuhi ekspresi kelegaan yang luar biasa.[136]
Rabi memperhatikan wajah kebingungan Oppenheimer di tengah keberhasilannya: "Saya tidak akan pernah melupakan cara dia melangkah; saya tidak akan pernah melupakan cara dia keluar dari mobil... langkahnya seperti High Noon ... goyah sepertinya. Dia telah melakukannya."[137] Dalam pertemuan di Los Alamos pada tanggal 6 Agustus (malam saat bom atom dijatuhkan di Hiroshima), Oppenheimer naik ke panggung dan mengatupkan kedua tangannya "seperti petinju yang memenangkan pertandingan" sementara penonton bersorak. Dia menyesalkan bahwa senjata tersebut tidak selesai tepat waktu sehingga tidak bisa digunakan dalam melawan Jerman Nazi.[138]
Oppenheimer berangkat ke Washington pada tanggal 17 Agustus untuk menyerahkan surat kepada Sekretaris Perang Henry L. Stimson, dan ia mengungkapkan perasaan jijik dan keinginannya agar penggunaan senjata nuklir dilarang.[139] Pada bulan Oktober 1945, Oppenheimer bertemu dengan Presiden Harry S. Truman. Pertemuan tersebut berjalan buruk setelah Oppenheimer mengatakan bahwa ia merasa ada "darah di tangannya". Ucapan tersebut membuat berang Truman dan segera mengakhiri pertemuan. Truman kemudian memberi tahu Wakil Menteri Luar Negeri Dean Acheson, "Saya tidak ingin melihat bajingan itu di kantor ini lagi."[140][141]
Atas jasanya mengepalai Los Alamos, Oppenheimer dianugerahi Medal for Merit oleh Presiden Truman pada tahun 1946.[142]
Kegiatan pascaperang
Proyek Manhattan sangat dirahasiakan dan tidak diketahui oleh publik sampai pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, dan Oppenheimer menjadi juru bicara sains nasional yang melambangkan kekuasaan baru para cendekiawan di pemerintahan.[76] Namanya banyak dibicarakan dan fotonya muncul di sampul majalah Life dan Time.[144][145] Fisikawan nuklir menjadi profesi yang diperhitungkan karena semua pemerintah di dunia mulai menyadari kekuatan strategis dan politik yang diakibatkan oleh senjata nuklir. Seperti kebanyakan ilmuwan yang segenerasi dengannya, Oppenheimer merasa bahwa kebijakan pelarangan penggunaan bom atom hanya bisa dirumuskan oleh organisasi transnasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang baru saja dibentuk, yang berkemampuan melembagakan program untuk menghentikan perlombaan senjata nuklir.[146]
Institute for Advanced Study
Pada bulan November 1945, Oppenheimer meninggalkan Los Alamos dan kembali ke Caltech,[147] tetapi ia menyadari bahwa mengajar tidak lagi disukainya.[148] Pada tahun 1947, ia menerima tawaran dari Lewis Strauss untuk menjadi direktur di Institute for Advanced Study di Princeton, New Jersey. Ini berarti bahwa ia harus pindah kembali ke timur dan meninggalkan Ruth Tolman, istri temannya, Richard Tolman, yang mulai berselingkuh dengannya setelah kepindahannya dari Los Alamos.[149] Pekerjaan itu menawarkan gaji sebesar $20.000 per tahun, ditambah akomodasi bebas sewa di rumah dinas direktur, sebuah rumah mewah abad ke-17 yang dilengkapi juru masak dan tukang kebun, dikelilingi oleh area hutan seluas 265 ekar (107 ha).[150] Ia mengoleksi furnitur Eropa, dan karya seni era pascaimpresionis dan Fauvis Prancis. Koleksi seninya antara lain karya Cézanne, Derain, Despiau, de Vlaminck, Picasso, Rembrandt, Renoir, Van Gogh dan Vuillard.[151]
Oppenheimer berhasil merangkul para intelektual dan menggandengnya menuju puncak kejayaan dari berbagai disiplin ilmu untuk menjawab pertanyaan yang paling relevan pada masa itu. Dia membantu mengarahkan dan mendorong penelitian banyak ilmuwan terkenal, seperti Freeman Dyson dan duo fisikawan Chen Ning Yang dan Tsung-Dao Lee, yang memenangkan Penghargaan Nobel atas penemuan paritas nonkonservasi. Oppenheimer juga mengundang para cendekiawan di bidang humaniora sebagai pengajar tamu, seperti T. S. Eliot dan George F. Kennan. Tindakannya ini tidak disukai oleh beberapa akademisi di fakultas matematika, yang menginginkan agar institut tersebut tetap menjadi pusat penelitian sains murni. Abraham Pais menyatakan bahwa Oppenheimer sendiri menganggap salah satu kegagalannya di institut tersebut adalah ketidakmampuannya dalam mempersatukan para cendekiawan ilmu alam dan humaniora.[152]
Dalam serangkaian konferensi di New York dari tahun 1947 sampai 1949, para fisikawan sepakat untuk kembali berfokus pada fisika teoretis. Di bawah arahan Oppenheimer, fisikawan menangani permasalahan yang sangat rumit sejak tahun-tahun sebelum perang: ekspresi nonsens, divergen, dan infinitif dalam elektrodinamika kuantum pada partikel dasar. Julian Schwinger, Richard Feynman dan Shin'ichiro Tomonaga memecahkan permasalahan regularisasi, dan mengembangkan teknik yang kemudian dikenal dengan renormalisasi. Freeman Dyson berhasil membuktikan bahwa prosedur yang diujinya memberikan hasil yang serupa. Masalah penyerapan meson dan teori Hideki Yukawa bahwa meson merupakan pembawa partikel gaya nuklir kuat juga berupaya dipecahkan. Atas dorongan dari Oppenheimer, Robert Marshak berhasil menciptakan hipotesis dua meson: bahwa sebenarnya ada dua jenis meson, yakni pion dan muon. Hal ini kemudian mendorong lahirnya terobosan oleh Cecil Powell, yang membuatnya dianugerahi Nobel Fisika pada tahun 1951 atas penemuan pion.[153][catatan 5]
Catatan
- ^ a b Arti huruf 'J' pada nama J. Robert Oppenheimer masih diperdebatkan. Sejarawan Alice Kimball Smith dan Charles Weiner dalam buku Robert Oppenheimer: Letters and recollections, berpendapat: "'J' dalam nama Robert adalah singkatan dari Julius atau, seperti yang dikatakan Robert sendiri, 'tidak berarti apa pun', mungkin tidak pernah terpecahkan. Adiknya, Frank, menduga bahwa 'J' adalah simbol, isyarat untuk menamai anak laki-laki tertua dengan nama ayahnya, tetapi juga menjadi tanda bahwa orang tuanya tidak ingin Robert menjadi 'junior'.'" Dalam J. Robert Oppenheimer: Shatterer of Worlds karangan Peter Goodchild, diungkapkan bahwa ayah Robert, Julius, menambahkan inisial kosong untuk membedakan nama Robert, tetapi buku Goodchild tidak memiliki catatan kaki, sehingga sumber pernyataan ini tidak jelas. Pengakuan Robert bahwa 'J' "tidak berarti apa pun" terungkap dari sebuah wawancara yang dilakukan oleh Thomas S. Kuhn pada tanggal 18 November 1963, yang saat ini disimpan di Arsip Sejarah Fisika Kuantum. Di sisi lain, nama Robert dalam akta kelahirannya adalah "Julius Robert Oppenheimer".
- ^ a b Penemuan fisi nuklir pada tahun 1938 dan invasi Jerman ke Polandia pada tahun 1939 menimbulkan ketakutan bahwa fisikawan Jerman seperti Heisenberg akan membuat bom atom. Weisskopf mengatakan bahwa dia "menulis surat kepada Oppenheimer yang menyarankan agar Heisenberg diculik. ... Saya bahkan menawarkan jasa saya dalam menjalankan skema ini." Rencana ini tidak berjalan, yang disebut oleh Weisskopf sebagai "gagasan bodoh". Pada tahun 1943, Oppenheimer meminta Weisskopf untuk berkunjung ke Los Alamos.[113] Ketika Bohr tiba di Los Alamos pada akhir 1943, ia memberi tahu Oppenheimer bahwa Heisenberg telah berdiskusi dengannya mengenai bom atom. Bohr mengingat foto buram yang ditunjukkan oleh Heisenberg kepadanya. "Gambaran foto itu dijelaskan kepada Edward Teller dan saya, dan kami langsung mengenalinya sebagai reaktor nuklir dengan banyak batang pengendali. Apa yang ingin dijelaskan oleh Heisenberg lewat foto itu?[114]
- ^ Ia juga fasih menuturkan bahasa Belanda, Jerman, Prancis, dan sedikit Mandarin.[84]
- ^ Oppenheimer mengucapkan kata-kata ini dalam film dokumenter televisi The Decision to Drop the Bomb (1965).[130] Oppenheimer membaca teks aslinya dalam bahasa Sansekerta, dan diterjemahkannya sendiri.[131] Dalam kesusastraan, bait yang biasanya dikutip adalah "shatterer of worlds", bukannya "destroyer of worlds", karena ini adalah bentuk yang pertama kali muncul di media cetak, yakni di majalah Time pada tanggal 8 November 1948.[25] Kemudian muncul dalam Brighter than a Thousand Suns: A Personal History of the Atomic Scientists (1958) karya Robert Jungk,[132] yang menyadurnya dari wawancara dengan Oppenheimer.[133]
- ^ Karena perkembangan Model Standar, muon sekarang dianggap sebagai lepton, bukannya meson.[154]
Referensi
Catatan kaki
- ^ Julius Robert Oppenheimer di Mathematics Genealogy Project
- ^ Schweber 2008, hlm. 283
- ^ a b Cassidy 2005, hlm. 5–11
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 10
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 12
- ^ Cassidy 2005, hlm. 16, 145, 282
- ^ a b Cassidy 2005, hlm. 35
- ^ Cassidy 2005, hlm. 23, 29
- ^ Cassidy 2005, hlm. 16–17
- ^ Cassidy 2005, hlm. 43–46
- ^ Cassidy 2005, hlm. 61–63
- ^ Cassidy 2005, hlm. 75–76, 88–89
- ^ Cassidy 2005, hlm. 90–92
- ^ Cassidy 2005, hlm. 94
- ^ Monk 2012, hlm. 92.
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 46.
- ^ Monk 2012, hlm. 97.
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 39–40, 96, 258
- ^ Smith & Weiner 1980, hlm. 91
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 35–36, 43–47, 51–52, 320, 353
- ^ Smith & Weiner 1980, hlm. 135
- ^ Cassidy 2005, hlm. 108
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 60
- ^ Cassidy 2005, hlm. 109
- ^ a b "The Eternal Apprentice". Time. November 8, 1948. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 7, 2013. Diakses tanggal May 23, 2008.
- ^ Cassidy 2005, hlm. 112
- ^ Cassidy 2005, hlm. 115–116
- ^ Cassidy 2005, hlm. 142
- ^ a b Cassidy 2005, hlm. 151–152
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 73–74
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 84
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 75–76
- ^ "The Early Years". University of California, Berkeley. 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 15, 2007. Diakses tanggal May 23, 2008.
- ^ Conant 2005, hlm. 75
- ^ Herken 2002, hlm. 14–15
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 96–97
- ^ Bethe 1968a; reprinted as Bethe 1997, hlm. 184
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 91
- ^ Conant 2005, hlm. 141
- ^ a b c Bird & Sherwin 2005, hlm. 88
- ^ Bethe 1968a; reprinted as Bethe 1997, hlm. 178
- ^ Oppenheimer, J.R. (1930). "On the Theory of Electrons and Protons" (PDF). Physical Review (Submitted manuscript). 35 (1): 562–563. Bibcode:1930PhRv...35..562O. doi:10.1103/PhysRev.35.562. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal July 24, 2018. Diakses tanggal November 5, 2018.
- ^ Oppenheimer, J.R.; Hall, Harvey (1931). "Relativistic Theory of the Photoelectric Effect". Physical Review. 38 (1): 57–79. Bibcode:1931PhRv...38...57H. doi:10.1103/PhysRev.38.57.
- ^ Cassidy 2005, hlm. 173
- ^ Dirac, P. A. M. (1928). "The quantum theory of the electron". Proceedings of the Royal Society of London. Series A. 117 (778): 610–624. Bibcode:1928RSPSA.117..610D. doi:10.1098/rspa.1928.0023 . ISSN 1364-5021. JSTOR 94981. (perlu berlangganan)
- ^ Cassidy 2005, hlm. 162–163
- ^ Oppenheimer, J.R.; Serber, Robert (1938). "On the Stability of Stellar Neutron Cores". Physical Review. 54 (7): 540. Bibcode:1938PhRv...54..540O. doi:10.1103/PhysRev.54.540.
- ^ Oppenheimer, J.R.; Volkoff, G.M. (1939). "On Massive Neutron Cores" (PDF). Physical Review. 55 (4): 374–381. Bibcode:1939PhRv...55..374O. doi:10.1103/PhysRev.55.374. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal January 16, 2014. Diakses tanggal January 15, 2014.
- ^ Oppenheimer, J.R.; Snyder, H. (1939). "On Continued Gravitational Contraction". Physical Review. 56 (5): 455–459. Bibcode:1939PhRv...56..455O. doi:10.1103/PhysRev.56.455 .
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 89–90
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 375
- ^ Herken 2002, hlm. 12
- ^ Childs 1968, hlm. 145
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 104–107
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 98
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 128
- ^ Cassidy 2005, hlm. 184–186
- ^ Teukolsky, Rachel (Spring 2001). "Regarding Scientist X" (PDF). Berkeley Science Review. No. 1. hlm. 17. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal September 1, 2006.
- ^ United States Atomic Energy Commission 1954, hlm. 9
- ^ Oppenheimer, J. R. (March 4, 1954). "Oppenheimer's Letter of Response on Letter Regarding the Oppenheimer Affair". Nuclear Age Peace Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 14, 2008. Diakses tanggal May 22, 2008.
- ^ Strout 1963, hlm. 4
- ^ "Chevalier to Oppenheimer, July 23, 1964". Brotherhood of the Bomb: The Tangled Lives and Loyalties of Robert Oppenheimer, Ernest Lawrence, and Edward Teller. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 12, 2011. Diakses tanggal February 24, 2011.
- ^ "Excerpts from Barbara Chevalier's unpublished manuscript". Brotherhood of the Bomb: The Tangled Lives and Loyalties of Robert Oppenheimer, Ernest Lawrence, and Edward Teller. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 12, 2011. Diakses tanggal February 24, 2011.
- ^ "Excerpts from Gordon Griffith's unpublished memoir". Brotherhood of the Bomb: The Tangled Lives and Loyalties of Robert Oppenheimer, Ernest Lawrence, and Edward Teller. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2011. Diakses tanggal February 24, 2011.
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 137–138
- ^ Cassidy 2005, hlm. 199–200
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 195–201
- ^ Groves 1962, hlm. 63
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 111–113
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 154–160
- ^ a b Cassidy 2005, hlm. 186–187
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 164
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 231–233
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 232–234, 511–513
- ^ Herken 2002, hlm. 101–102
- ^ a b Bird & Sherwin 2005, hlm. 249–254
- ^ "The Brothers". Time. June 27, 1949. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 21, 2007. Diakses tanggal May 22, 2008.
- ^ "FBI file: Katherine Oppenheimer". Federal Bureau of Investigation. May 23, 1944. hlm. 2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal May 25, 2013. Diakses tanggal December 16, 2013.
- ^ "A Life". University of California, Berkeley. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 27, 2007. Diakses tanggal May 22, 2008.
- ^ Haynes 2006, hlm. 147
- ^ Pais 2006, hlm. 17–18.
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 99,102.
- ^ Schweber 2006, hlm. 543.
- ^ Hunner 2012, hlm. 17.
- ^ "The TIME Vault: November 8, 1948". Time. 8 November 1948. hlm. 75. Diakses tanggal 2023-04-25.
- ^ a b c Roy 2018, hlm. 157.
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 99,102
- ^ Hijiya 2000, hlm. 133
- ^ Boyce 2015, hlm. 595.
- ^ a b Roy 2018, hlm. 158.
- ^ Hijiya 2000, hlm. 126.
- ^ a b c Scott et al. 1994, hlm. 60.
- ^ Pais 2006, hlm. 143.
- ^ Rabi, Oppenheimer (1969), p. 7, cited in Rhodes 1977, hlm. 149, Hijiya 2000, hlm. 166 and Pais 2006, hlm. 143
- ^ Kelly 2006, hlm. 128
- ^ Feldman 2000, hlm. 196–198
- ^ Hufbauer 2005, hlm. 31–47
- ^ Pais 2006, hlm. 33
- ^ Cassidy 2005, hlm. 178
- ^ "Nomination Archive - Robert J. Oppenheimer". Nobel Media AB. April 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 17, 2020. Diakses tanggal July 16, 2020.
- ^ Hewlett & Anderson 1962, hlm. 44–49
- ^ Hoddeson et al. 1993, hlm. 42–44
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 328–330
- ^ Hewlett & Anderson 1962, hlm. 72–74
- ^ Hewlett & Anderson 1962, hlm. 81–82
- ^ Groves 1962, hlm. 61–63
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 185–187
- ^ Groves 1962, hlm. 66–67
- ^ Smith & Weiner 1980, hlm. 227
- ^ a b Bird & Sherwin 2005, hlm. 210
- ^ Hewlett & Anderson 1962, hlm. 230–232
- ^ Bethe 1968a; reprinted as Bethe 1997, hlm. 190
- ^ Cahn 1991.
- ^ Bethe 2000.
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 221–222
- ^ Rhodes 1986, hlm. 511–512.
- ^ Rhodes 1986, hlm. 510–511.
- ^ Hoddeson et al. 1993, hlm. 226–229
- ^ Hewlett & Anderson 1962, hlm. 312–313
- ^ Hoddeson et al. 1993, hlm. 245–248
- ^ Hoddeson et al. 1993, hlm. 248–249
- ^ "Nuclear Files: Library: Biographies: Robert Christy". Nuclear Age Peace Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 22, 2006. Diakses tanggal March 8, 2011.
- ^ Hoddeson et al. 1993, hlm. 312
- ^ Jones 1985, hlm. 530–532
- ^ Rhodes 1986, hlm. 642–643
- ^ Jungk 1958, hlm. 201.
- ^ Herken 2002, hlm. 119
- ^ "Bhagavad Gita XI.12". Gita Supersite by Indian Institute of Technology Kanpur. 2 September 2017.
- ^ "Chapter 11. The Universal Form, text 32". Bhagavad As It Is. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 17, 2012. Diakses tanggal October 24, 2012.
- ^ a b Oppenheimer, J.R. (1965). "Now I am become death..." (video). Atomic Archive. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 16, 2008. Diakses tanggal November 19, 2021.
- ^ Hijiya 2000
- ^ Jungk 1958, hlm. 201
- ^ Hijiya 2000, hlm. 123–124
- ^ Bernstein, Jeremy (26 April 2018). "Letters : Bomb in the Head". London Review of Books. 40 (8). ISSN 0260-9592. Diakses tanggal 10 January 2022.
- ^ Johnson, Mark (22 July 2023). "How Oppenheimer weighed the odds of an atomic bomb test ending Earth". The Washington Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 July 2023. Diakses tanggal 22 July 2023.
- ^ Szasz 1984, hlm. 88
- ^ Monk 2012, hlm. 456–457.
- ^ Monk 2012, hlm. 467–468.
- ^ Monk 2012, hlm. 476.
- ^ Monk 2012, hlm. 493-494.
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 332.
- ^ "J. Robert Oppenheimer, Atom Bomb Pioneer, Dies". New York Times. February 19, 1967. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 20, 2012. Diakses tanggal March 1, 2011.
- ^ "Van Gogh work fetches record $15.29 million". Dutch Australian Weekly. 33 (14). New South Wales, Australia. May 3, 1985. hlm. 13. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 19, 2021. Diakses tanggal August 24, 2019 – via National Library of Australia.
- ^ Cassidy 2005, hlm. 253
- ^ "TIME Magazine Cover: Dr. Robert Oppenheimer". Time. November 8, 1948. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 22, 2008. Diakses tanggal December 11, 2010.
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 344–347
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 333–335
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 351
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 360–365
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 369
- ^ "Oppenheimer, J. Robert, 1904–1967". Archives Directory for the History of Collecting. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 5, 2016. Diakses tanggal August 24, 2019.
- ^ Bird & Sherwin 2005, hlm. 371–377
- ^ Cassidy 2005, hlm. 269–272
- ^ Spangenburg & Moser 2004, hlm. 41–44
Daftar Pustaka
- Hewlett, Richard G.; Anderson, Jr., Oscar E. (1962). The New World 1939/1946: A History of The United States Atomic Energy Commission Volume I (PDF). Pennsylvania: The Pennsylvania State University Press.
Pranala luar
- Biography and online exhibit created for the centennial of his birth Diarsipkan 2010-06-11 di Wayback Machine.
- PBS American Experience / The Trials of J. Robert Oppenheimer Diarsipkan 2009-02-19 di Wayback Machine.
- Was Oppenheimer a member of the Communist Party? documents on the question
- On Atomic Energy, Problems to Civilization audio file of UC Berkeley talk, November 1946
- Oppenheimer talking about the experience of the first bomb test (video file, "Now I am become death, destroyer of worlds.")
- Scanned and declassified government documents relating to the Oppenheimer Hearings and H-Bomb decision