Lompat ke isi

Tuak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 15 Juni 2013 19.53 oleh Ennio morricone (bicara | kontrib) (mengembangkan artikel)
Litografi pedagang keliling tuak nira dan prajurit pribumi di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) karya Auguste van Pers (1854).

Tuak adalah sejenis minuman beralkohol Nusantara yang merupakan hasil fermentasi dari nira, beras, atau bahan minuman/buah yang mengandung gula. Tuak adalah produk minuman yang mengandung alkohol. Bahan baku yang biasa dipakai adalah: beras atau cairan yang diambil dari tanaman seperti nira pohon enau atau nipah, atau legen dari pohon siwalan atau tal, atau sumber lain. Kadar alkohol tuak di pasaran berbeda-beda bergantung daerah pembuatnya. Tuak jenis arak yang dibuat di pulau Bali yang dikenal juga dengan nama brem bali, dikenal mengandung alkohol yang kadarnya cukup tinggi.

Beberapa tempat di Pulau Madura dahulu dikenal sebagai sebagai penghasil tuak, namun orang Madura tidak mempunyai kebiasaan minum yang kuat. Saat ini dapat dikatakan sangat sedikit orang Madura yang minum tuak atau arak.[butuh rujukan] Masyarakat Tapanuli (Sumatera Utara), khususnya masyarakat Batak menganggap bahwa tuak berkhasiat menyehatkan badan karena mengandung efek menghangatkan tubuh.[butuh rujukan] Hal yang sama dijumpai pada masyarakat suku Toraja di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, yang memiliki kebiasaan minum tuak. Selain untuk menghangatkan badan, tuak dari pohon enau di Toraja telah menjadi minuman pada ritual-ritual adat. Sehingga setiap pelaksanaan ritual adat sudah pasti tersedia tuak.

Jenis tuak

Tuak beras

Tuak beras adalah sejenis minuman masyarakat Iban di Kalimantan. Biasanya tuak beras diolah dari sejenis beras yang disebut "beras pulut" (beras ketan). Beras tersebut akan direndam air di dalam tempayan yang disebut "Tajau". Proses tersebut akan mengambil waktu setidaknya dua minggu sebelum dapat diminum dan beras tersebut juga akan menjadi makanan yang disebut "tapai". Namun saat ini proses pembuatan tuak beras berlainan sedikit, yaitu selain dibuat menggunakan beras ketan, juga dicampur dengan gula pasir supaya rasanya lebih manis.

Biasanya tuak beras akan dihidangkan pada perayaan tertentu seperti perayaan Gawai Dayak, Gawai Hantu, Gawai Kenyalang dan sebagainya. Selain dari masyarakat Iban, terdapat juga masyarakat lain seperti Bidayuh, Orang Ulu yang juga membuat tuak dengan cara mereka sendiri. Tuak jenis ini memiliki kandungan alkohol yang cukup untuk membuat mabuk bila diminum berlebihan.

Tuak nira

Tuak nira biasanya dihasilkan dari menyadap nira dari mayang (tongkol bunga) pohon enau atau nipah. Mayang enau atau nipah akan dibiarkan akan menjadi buah, dipotong dan air manis yang menitik dari tandan yang dipotong itu akan dikumpulkan dalam wadah, biasanya buluh bambu. Air nira yang terkumpul dan belum mengalami fermentasi tidak mempunya kandungan alkohol dan biasa dijual sebagai minuman jajanan legen. Bila dibiarkan, kandungan gula di dalamnya akan menjadi alkohol melalui proses fermentasi selama beberapa hari dengan kandungan alkohol sekitar 4%. Tuak enau atau nipah ini dapat diminum selepas beberapa hari.

Biasanya tuak nira dihidangkan pada perayaan tertentu seperti pesta perkawinan. Bila tuak enau atau nipah ini dibiarkan terlalu lama akan menjadi masam dan lama-kelamaan akan menjadi cuka secara alami tanpa mencampurkan bahan asing.

Lihat pula