Lompat ke isi

Irmiya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Versi yang bisa dicetak tidak lagi didukung dan mungkin memiliki kesalahan tampilan. Tolong perbarui markah penjelajah Anda dan gunakan fungsi cetak penjelajah yang baku.

Irmiya (bahasa Arab: إرميا, translit. Irmiyā) adalah seorang nabi bagi Bani Israil. Irmiya bin Hilkia adalah salah satu keturunan Bani Lewi bin Ya'qub. Ada yang mengatakan bahwa ia adalah Nabi Khidir, sebagaimana diriwayatkan oleh Adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas. "Namun riwayat ini aneh dan tidak benar," tulis Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Qashash Al-Anbiya".

Kisah

Mengutip Ibnu Asakir, Ibnu Katsir mengatakan, beberapa riwayat menyebutkan, ketika Irmiya berdiri di atas darah Yahya bin Zakariyya yang mengalir dari Damaskus, ia berkata, “Wahai darah, kamu telah menyebabkan musibah bagi masyarakat yang lain, maka berhentilah kamu!”

Lalu darah itu berhenti mengalir, meresap ke dalam tanah, lalu menghilang.

Abu Bakar bin Abi Dunya meriwayatkan, dari Ali bin Abi Maryam, dari Ahmad bin Habbab, dari Abdirrahman, ia berkata, Irmiya pernah bertanya kepada Tuhannya, "Wahai Tuhanku, seperti apakah hamba yang paling Engkau cintai?”

Tuhan menjawab, “Hamba yang paling Aku cintai adalah hamba yang paling sering mengingat-Ku, hamba yang selalu mengingat-Ku hingga lalai untuk mengingat manusia lain, hamba yang tidak tenggelam dalam kefanaan dunia dan semangat untuk meraih kebahagiaan di akhirat."

"Hamba yang ditawarkan kehidupan dunia ia membencinya namun jika terenggut darinya ia merasa bahagia. Mereka itulah yang berhak untuk mendapatkan kecintaan dari-Ku dan akan Aku berikan mereka lebih dari yang mereka harapkan.”

Wahab bin Munabbih meriwayatkan, ketika perbuatan maksiat sudah merajalela, maka Allah mewahyukan kepada salah satu Nabi Bani Israil yang bernama Irmiya.

“Bangkitlah kamu di tengah-tengah kaummu dan beritahukan kepada mereka bahwa mereka memiliki akal namun tidak dapat memahami. Mereka memiliki mata, namun tidak dapat melihat. Mereka memiliki telinga, namun tidak dapat mendengar."

"Aku mengetahui bagaimana kesalehan nenek moyang mereka, dan karena mereka itulah hingga Aku masih bersikap lembut terhadap anak keturunannya sekarang ini."

"Tanyakanlah kepada mereka apa yang akan mereka dapatkan jika mereka taat kepada-Ku. Apakah mungkin seseorang akan bahagia jika ia melanggar perintah-Ku? Apakah mungkin seseorang akan sengsara bila ia selalu taat kepada-Ku? Hewan saja ingat rumah mereka hingga mereka dapat kembali ke sana."

"Kaum yang akan Aku utus kamu kepada mereka adalah kaum yang telah mengabaikan perintah yang telah aku karuniakan kepada nenek moyang mereka, lalu mereka mencari karunia lain dari sumber yang tidak semestinya."

"Para ulama telah mengingkari hak-Ku, ahli qiraat telah menyembah selain-Ku, ahli ibadah telah melakukan ibadah yang tidak bermanfaat bagi diri mereka, para pemimpin telah mendustakan Aku dan Rasul utusan-Ku."

"Mereka menyimpan tipu daya dalam hati mereka, mengulang-ulang kebohongan di bibir mereka. Sungguh, Aku bersumpah atas keagungan-Ku dan kemuliaan-Ku, akan Aku jadikan generasi penerus mereka tidak pernah mengetahui apa yang mereka katakan, tidak pernah mengenali siapa mereka, tidak dirahmati tangisan mereka."

"Aku akan mengutus seorang raja yang bengis dan kasar, raja yang memiliki pasukan seperti awan di angkasa, seperti kapal di lautan, benderanya berkibar laksana kepakan burung elang, tali kekang kuda mereka seperti ular besar yang siap melahap siapapun. Mereka akan menghancurkan gedung-gedung, dan menjadikan tempat tinggal Bani Israil sunyi menyeramkan."

"Sungguh celaka Kota Elea dan penduduknya. Lihatlah bagaimana mereka dihinakan ketika dibunuh, mereka dikuasai ketika diseret menjadi tawanan."

"Teriakan mereka disambut dengan teriakan lainnya, ringkikan kuda berganti menjadi lengkingan serigala, istana yang megah berganti menjadi kandang hewan buas cahaya pelita berganti menjadi kobaran api yang menjilat-jilat, kemuliaan berganti menjadi penistaan, nikmat berganti menjadi perbudakan."

"Kaum wanita mereka berubah aromanya menjadi aroma debu, dan cara jalan mereka yang lembut di atas permadani akan menjadi seperti orang berlari kalang kabut tidak beraturan. Aku akan membuat daging tubuh para lelaki mereka menjadi pupuk bagi bumi, dan membuat tulang para wanita mereka menjadi sumber energi matahari."

"Aku akan mengirimkan bagi mereka berbagai macam bentuk adzab. Kemudian Aku jadikan langit sebagai atap besi bagi mereka, dan bumi menjadi lempengan tembaga, hingga jika Aku turunkan hujan maka bumi tidak akan menumbuhkan tanaman, jika Aku tumbuhkan pun karena rahmat-Ku untuk hewan-hewan."

"Aku akan menahan hewan-hewan itu pada masa penanaman, dan Aku akan melepaskannya saat masa panen tiba. Apabila mereka masih mendapatkan sisa-sisa dari tanaman itu, maka sisa-sisa itu Aku tanamkan penyakit di dalamnya. Apabila mereka memakannya maka mereka akan menularkan penyakit itu kepada mereka."

"Apabila mereka ikhlas menerimanya, maka Aku akan hilangkan keberkahannya. Apabila mereka berdoa, maka Aku tidak akan mengabulkan. Apabila mereka meminta, maka Aku tidak akan berikan. Apabila mereka menangis, maka Aku tidak akan mengasihani. Apabila mereka berusaha tunduk kepada-Ku, maka Aku akan memalingkan wajah-Ku dari mereka. (HR Ibnu Asakir).

Wahyu Allah untuk Irmiya

Ishaq bin Bisyr meriwayatkan, dari Idris, dari Wahab bin Munabbih, ia berkata: “Ketika Allah mengutus Irmiya kepada bangsa Israel, saat itu perbuatan maksiat sudah menjadi-jadi, mereka tidak lagi mengikuti ajaran yang benar, bahkan mereka membunuhi para Nabi yang diutus kepada mereka."

"Keadaan ini segera dimanfaatkan oleh Raja Nebukadnezar, Raja Babilonia, yang ditanamkan hatinya oleh Allah untuk menyerang Bani Israil, karena Allah berkehendak untuk mengadzab bangsa Yahudi yang telah menyimpang jalan melalui Nebukadnezar.

Sementara itu, Allah juga mewahyukan kepada Irmiya, “Sesungguhnya Aku hendak membinasakan Bani Israil dan mengadzab mereka. Maka bangkitlah kamu dan datanglah ke puncak Baitulmaqdis untuk menerima perintah dan instruksi dari-Ku.”

Lalu Irmiya pun pergi ke puncak Baitulmaqdis. Di sana ia merobek bajunya dan menaburkan debu ke atas kepalanya, lalu ia bersimpuh sujud kepada Allah seraya berkata: “Ya Tuhanku, aku berharap dahulu ibuku tidak melahirkan aku, dari pada aku harus menjadi Nabi terakhir yang diutus untuk Bani Israil, hingga runtuhnya Baitul Maqdis dan kebinasaan Bani Israil terjadi pada masaku.”

Allah berfirman kepadanya, “Angkatlah kepalamu.”

Lalu Irmiya pun mengangkat kepalanya, kemudian sambil menangis ia berkata, "Ya Tuhanku, siapakah yang Engkau tunjuk untuk menguasai Bani Israil?”

Allah menjawab, “Para penyembah api. Mereka tidak takut dengan siksaan-Ku dan mereka tidak mengharapkan pahala dari-Ku. Bangkitlah wahai Irmiya dan dengarkanlah Wahyu dari-Ku tentang kabar kamu dan Bani Israil."

“Sebelum Aku ciptakan, kamu telah menjadi orang pilihan-Ku. Sebelum Aku bentuk di dalam rahim ibumu, Aku telah mensucikan-Mu. Sebelum Aku keluarkan dari perut ibumu, kamu telah Aku bersihkan. Sebelum kamu menjadi baligh, Aku telah mengangkatmu menjadi Nabi. Sebelum kamu menjadi dewasa Aku telah memilihmu untuk menghadapi masalah yang sulit. Karena itu, bangkitlah kamu dan berjuanglah bersama raja dan tunjukkanlah kepadanya jalan yang Aku arahkan.”

Maka Irmiya pun menemui raja untuk memberitahukan jalan tersebut. Wahyu pun datang kepada Irmiya secara berkala untuk mendapatkan petunjuk-Nya. Hingga akhirnya Bani Israil semakin sesat, dan terlupa bagaimana mereka diselamatkan oleh Allah dari musuh mereka, Sinhareb beserta pasukannya.[1][2]

Referensi