Kekaisaran Karoling

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kekaisaran Karolingia pada puncak kekuasaannya, dan pembagiannya sesuai Traktat Verdun tahun 843.

Kekaisaran Karoling (800–888) adalah sebuah kekaisaran besar di kawasan barat dan tengah wilayah Eropa pada permulaan Abad Pertengahan. Kekaisaran ini diperintah oleh wangsa Karoling, yang sudah memerintah sebagai raja orang Franka sejak 751 dan sebagai raja Lombards di Italia sejak 774. Pada 800, Raja Franka Karel Agung dinobatkan menjadi kaisar di Roma oleh Paus Leo III sebagai bagian dari upaya menghidupkan kembali Kekaisaran Romawi di barat selama masa kekosongan takhta Kekaisaran Romawi Timur. Seusai perang saudara (840–43) yang meletus sepeninggal Kaisar Ludwig Saleh, kekaisaran ini dipecah menjadi sejumlah kerajaan otonom. Salah satu raja tetap diakui sebagai kaisar, tetapi hanya memiliki sedikit kewenangan di luar wilayah kerajaannya sendiri. Persatuan kekaisaran dan hak waris wangsa Karoling masih terus dijunjung tinggi.

Pada 884, Karel Gemuk mempersatukan kembali seluruh kerajaan untuk terakhir kalinya, tetapi ia mangkat pada 888 dan kekaisaran pun serta-merta kembali terpecah-belah. Karena satu-satunya ahli waris sah laki-laki dari wangsa Karoling yang tersisa kala itu adalah seorang kanak-kanak, maka para bangsawan memilih raja-raja regional di luar wangsa Karoling atau, sebagaimana yang terjadi di Kerajaan Franka Timur, seorang keturunan wangsa Karoling yang terlahir di luar nikah. Garis keturunan haram ini terus memerintah Kerajaan Franka Timur sampai 911, sementara di Kerajaan Franka Barat garis keturunan sah dari wangsa Karoling dipulihkan ke tampuk kekuasaan pada 898 dan memerintah sampai 987 walau sempat terjeda antara 922 sampai 936.

Luas wilayah kekaisaran ini ketika baru terbentuk kira-kira 1.112.000 kilometer persegi (429.000 sq mi), dengan populasi antara 10 sampai 20 juta jiwa.[1] Kawasan selatan dari wilayah kekaisaran ini berbatasan dengan wilayah Emirat Kórdoba dan, sesudah 824, dengan wilayah Kerajaan Pamplona; kawasan utara berbatasan dengan wilayah kerajaan orang Dan; di kawasan barat terdapat garis sempadan darat yang tak seberapa panjang, memisahkan wilayah kekaisaran dari wilayah Bretagne, yang kelak ditundukkan menjadi wilayah pembayar upeti; dan di kawasan timur terdapat garis sempadan panjang, memisahkan wilayah kekaisaran dari negeri orang Slavia dan orang Avar, yang kelak ditaklukkan dan digabungkan dengan wilayah kekaisaran. Di Italia Selatan, klaim wangsa Karoling atas kewenangan memerintah dibantah oleh orang-orang Bizantium (Romawi Timur) dan sisa-sisa kawula Kerajaan Lombardia di Kepangeranan Benevento.

Istilah "Kekaisaran Karoling" baru lazim pada zaman modern. Bahasa resmi pemerintahan kekaisaran ini adalah bahasa Latin. Kekaisaran ini pernah disebut dengan berbagai nama seperti universum regnum ("kerajaan semesta", berbeda dari kerajaan-kerajaan regional), Romanorum sive Francorum imperium ("kekaisaran orang Romawi maupun orang Franka"), Romanum imperium ("kekaisaran Romawi") atau bahkan imperium christianum ("kekaisaran Kristen").[2]

Lihat pula

  1. ^ Post-Roman towns, trade and settlement in Europe and Byzantium – Joachim Henning – Google Břger. Books.google.dk. Diakses tanggal 24 December 2014. The size of the Carolingian empire can be roughly estimated at 1,112,000 km² 
  2. ^ Ildar H. Garipzanov, The Symbolic Language of Authority in the Carolingian World (c.751–877) (Leiden: Brill, 2008).