Kota Sukabumi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kota Sukabumi
ᮊᮧᮒ ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ
Jl. Ahmad Yani di Sukabumi
Jl. Ahmad Yani di Sukabumi
Lambang resmi Kota Sukabumi
Motto: 
Reugreug Pageuh Repeh Rapih
ᮛᮩᮌ᮪ᮛᮩᮌ᮪ ᮕᮌᮩᮂ ᮦᮛᮦᮕᮂ ᮛᮕᮤᮠ᮪
(Teguh, Kukuh, Damai, Rukun)
Letak Kota Sukabumi di Jawa Barat
Letak Kota Sukabumi di Jawa Barat
NegaraIndonesia
ProvinsiJawa Barat
Ditempati1709
Hari Jadi1 April 1914
Dasar HukumStaatsblad 1914 no. 310-311 Pemerintahan Hindia Belanda
IbukotaCikole
Pembagian administratif7 Kecamatan
33 Kelurahan
Pemerintahan
 • Wali kotaH.
Achmad Fahmi
S.Ag., M.Pd.
 • Wakil Wali kotaAndri Setiawan Hamami
 • DAURp. 449.179.037.000,00 (2013)[1]
Luas
 • Total48,33 km2 (1,866 sq mi)
Ketinggian
584 m (1,916 ft)
Populasi
 (2021)
 • Total382.145
 • Kepadatan7.220,05/km2 (1,869,980/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam 95,62%
Kristen 3,03%
- Protestan 2,12%
- Katolik 0,91%
Buddha 0,91%
Hindu 0,02%
Lainnya 0,42%[2]
Zona waktuUTC+7 (WIB)
Kodepos
431xx
Kode area telepon0266
Pelat kendaraanF
IPMKenaikan 74,31 Tinggi (2021)
Situs webPortal Sukabumi Kota

Kota Sukabumi (Aksara Sunda: ᮊᮧᮒ ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ) adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat. Kota ini merupakan salah-satu kota dengan luas wilayah terkecil di Jawa Barat, yakni 48,33 km² dengan jumlah penduduk 348.945 jiwa (2019).

Sejarah

Dari Distrik Menjadi Gemeente (Kotapraja)

Kota Sukabumi merupakan suatu wilayah di Jawa Barat yang mengalami perkembangan pesat dibandingkan daerah lainnya. Pada awalnya Sukabumi adalah pemukiman penduduk bagian dari wilayah pemerintahan District Goenoeng Parang, Onderafdeeling Tjiheulang yang merupakan bagian dari Afdeeling Tjiandjoer, Residentie Preanger (Regeerings Almanaks tahun 1872). Dalam catatan arsip Hindia Belanda, nama sukabumi pertama kali digunakan oleh Andries Christoffel Johannes de Wilde, seorang ahli bedah dan administratur perkebunan kopi dan teh yang berkebangsaan Belanda, beliau yang mengenalkan sukabumi ke dunia luar. Sukabumi yang berawal dari sebuah distrik berkembang menjadi gemeente (Kotapraja). Perkembangan ini mungkin terjadi dikarenakan letak wilayah Sukabumi yang strategis terutama setelah dibangun jalan raya pos oleh Daendels. Keberadaan perkebunan teh yang berada di Sukabumi menjadi faktor penarik penduduk di sekitar untuk datang ke Sukabumi. Mereka datang mengadu nasib untuk meningkatkan taraf hidupnya. Akhirnya Sukabumi tumbuh menjadi pusat perekonomian. Penduduk yang berada di Sukabumi dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Barang-barang tersebut dihasilkan oleh penduduk di pedalaman dan akan diperjualbelikan di pasar. Wilayah Sukabumi akhirnya tumbuh dengan sistem hukum dan berkembang ke arah kosmopolitan seperti yang dikemukakan Weber. Kondisi ini menjadikan pertimbangan Pemerintahan Hindia Belanda untuk membangun lintasan jalan kereta api yang menghubungkan Batavia dengan Sukabumi. Jalur kereta api tersebut memberikan banyak keuntungan bagi perkebunan teh yang memerlukan transportasi yang murah dan cepat untuk menjual hasil perkebunan ke pabrik ataupun kota. Dengan lintasan jalan kereta api ini kehidupan sosial ekonomi masyarakat semakin berkembang. Pemerintah Hindia Belanda juga membangun sejumlah irigasi untuk mengairi kegiatan pertanian di wilayah Sukabumi. Tidak kurang dari tujuh belas tangki air melintas di atas jalan raya yang menghubungkan Bogor dengan Cianjur melalui Sukabumi. Bangsa Eropa berlomba-lomba datang ke Sukabumi untuk berinventasi, hal itu di sebabkan karena banyaknya hal menarik yang dapat dikembangkan. Kehadiran dan komposisi penduduk Eropa membawa dampak besar dalam perubahan Sukabumi menjadi sebuah gemeente (kotapraja). Kebijakan desentralisasi dan perubahan pemerintahannegeri (bestuurshervorming) memberi ruang bagi mereka untuk menjadikan Sukabumi sebagai daerah otonom.[3]

Pembukaan Perkebunan

Sejarah Kota dan Kabupaten Sukabumi bermula dari pembukaan lahan perkebunan kopi di wilayah Priangan barat di masa pemerintahan kolonial VOC.[4][5] Karena besarnya permintaan akan komoditas kopi di Eropa, pada tahun 1709 Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck mulai membuka perkebunan kopi di daerah Tjibalagoeng (Bogor), Tjiandjoer, Djogdjogan, Pondok Kopo, dan Goenoeng Goeroeh.[6] Perkebunan kopi di kelima daerah ini lalu mengalami perluasan dan peningkatan di era pemerintahan Gubernur Jenderal Hendrick Zwaardecroon (1718-1725), di mana Bupati Tjiandjoer saat itu Wira Tanoe III mendapatkan perluasan wilayah dari Zwaardecroon dengan syarat adanya pembukaan ladang-ladang kopi baru di wilayah tersebut.[7][8]

Seiring waktu, kawasan sekitar perkebunan kopi di Goenoeng Goeroeh berkembang menjadi beberapa pemukiman kecil, salah-satunya adalah kampung Tjikole. Pada tahun 1776, Bupati Tjiandjoer Wiratanu VI membentuk Kepatihan Tjikole yang merupakan pendahulu dari Kabupaten Sukabumi saat ini. Kepatihan Tjikole terdiri dari enam distrik yaitu Distrik Goenoeng Parang, Tjimahi, Tjiheoelang, Tjitjoeroeg, Djampang Koelon, dan Djampang Tengah. Pusat kepatihannya berada di Tjikole, dikarenakan Tjikole dipandang memiliki lokasi yang sangat strategis untuk komunikasi antara Batavia dan Tjiandjoer yang saat itu merupakan ibu kota dari Karesidenan Priangan.

Penggunaan nama Soekaboemi

Andries de Wilde

Nama "Soekaboemi" pertama kali digunakan pada tanggal 13 Januari 1815 dalam catatan arsip Hindia Belanda oleh Andries Christoffel Johannes de Wilde, seorang ahli bedah dan administratur perkebunan kopi dan teh berkebangsaan Belanda (Preanger Planter) yang membuka lahan perkebunan di Kepatihan Tjikole. Dalam laporan surveynya, De Wilde mencantumkan nama Soeka Boemi sebagai tempat ia menginap di Kepatihan Tjikole. De Wilde lalu mengirim surat kepada temannya Nicolaus Engelhard[9] yang menjabat sebagai administrator Hindia Belanda,[10] di mana ia meminta Engelhard untuk mengajukan penggantian nama Kepatihan Tjikole menjadi Kepatihan Soekaboemi kepada Thomas Stamford Raffles, Gubernur Hindia Belanda saat itu.

Terdapat dua pendapat mengenai asal nama Sukabumi yang digunakan oleh De Wilde. Pendapat pertama mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata Bahasa Sunda, yaitu Suka dan Bumen (Menetap) yang bermakna suatu kawasan yang disukai untuk menetap, dikarenakan iklim Sukabumi yang sejuk. Pendapat kedua mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata Bahasa Sanskerta, yaitu Suka (kesenangan, kebahagiaan, kesukaan) dan Bhumi (Bumi, Tanah) sehingga nama Sukabumi memiliki arti "Bumi yang disenangi" atau "Bumi yang disukai".

De Wilde sendiri lalu menjual kembali tanahnya di Soekaboemi kepada pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1823.[11] Lokasi strategis Soekaboemi di antara Batavia dan Bandoeng dan hasil buminya yang banyak menyumbang pemasukan bagi pemerintah Hindia Belanda merupakan faktor dibangunnya jalur kereta dari Boeitenzorg ke Soekaboemi yang terhubung pada tahun 1882. Jalur yang dibangun oleh perusahaan Staatspoorwagen ini menjadi jantung distribusi dalam pengangkutan hasil bumi seperti teh, kopi, dan kina ke pelabuhan Tandjoeng Priok di Batavia.

Soekaboemi merupakan tempat percetakan surat kabar keturunan Tionghoa pertama di Indonesia yaitu Li Po pada tahun 1901 yang berbahasa Melayu-Mandarin.

Kotapraja Soekaboemi

Status Soekaboemi sebagai kota sendiri dimulai pada 1 April 1914, di mana pemerintahan Hindia Belanda meresmikan Soekaboemi sebagai Gemeente (Kotapraja) dikarenakan populasi bangsa Eropa yang berdomisili cukup signifikan. Tanggal 1 April dipilih untuk memperingati kemenangan kelompok Geuzen (leluhur bangsa Belanda) dalam merebut kota Brielle dari tangan Spanyol dalam Perang Delapan Puluh Tahun yang terjadi pada 1 April 1572. Pemerintahan kota Soekaboemi sendiri baru terbentuk di pada 1 Mei 1926, dengan burgemeester (wali kota) pertamanya George François Rambonnet. Selama masa terbentuknya Kotapraja sampai ke pendudukan Jepang, terjadi pembangunan Soekaboemi Treinstation (Stasiun Sukabumi), Moskee te Soekaboemi (Masjid Agung), Pinkstergemeente (Gereja Pantekosta), Rooms-katholieke kerk (Gereja Katolik Santo Yoseph), Bethelkerk (Gereja Bethel), Bataksche kerk (HKBP Pasundan), Waterkrachtwerk Oebroeg (PLTA Ubrug), Onderstation Lemboersitoe (Gardu induk Lembursitu), dan Politieschool (Sekolah Pembentukan Perwira Polri).[12][13][14]

Menjelang akhir kekuasaan Hindia Belanda, Sukabumi menjadi tempat tujuan pengasingan bagi beberapa tokoh nasional Indonesia seperti Mohammad Hatta, Sutan Syahrir dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Pernah juga diadakan pertemuan diplomatik antara Ichizo Kobayashi sebagai perwakilan dari Jepang dengan Hubertus Johannes van Mook pada Oktober 1940 yang membahas mengenai kerja sama dagang antara Jepang dan Hindia Belanda.[15]

Soekaboemi di era pendudukan Jepang

Di pertengahan masa Perang Dunia Kedua, Kekaisaran Jepang melancarkan serangan ke Hindia Belanda pada 8 Desember 1941, di mana Soekaboemi jatuh ke tangan Jepang pada tanggal 7 Maret 1942. Di masa pendudukan Jepang, Soekaboemi menjadi tempat pertemuan Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir dengan perwakilan Jepang untuk membahas mengenai masa depan Hindia Belanda, namun keduanya malah mendapatkan status sebagai tahanan kota. Soekaboemi juga menjadi salah-satu tempat penahanan tawanan perang dari Amerika Serikat dan Australia di Indonesia.[16][17]

Geografi

Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat serta bagian barat daya dari wilayah Priangan pada koordinat 106° 45’ 50’’ Bujur Timur dan 106° 45’ 10’’ Bujur Timur, 6° 49’ 29’’ Lintang Selatan dan 6° 50’ 44’’ Lintang Selatan, terletak di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 m di atas permukaan laut, dengan suhu maksimum 29 °C.

Kota ini terletak 120 km sebelah selatan Jakarta dan 96 km sebelah barat Bandung, dan wilayahnya berada di sekitar timur laut wilayah Kabupaten Sukabumi serta secara administratif wilayah kota ini seluruhnya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi. Kota Sukabumi secara budaya merupakan bagian dari wilayah Priangan Barat.

Pemerintahan

Wilayah Kota Sukabumi berdasarkan PP No. 3 Tahun 1995 adalah 48,423 km² yang terbagi dalam 5 kecamatan dan 33 kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Perda Nomor 15 Tahun 2000 tanggal 27 September 2000, wilayah administrasi Kota Sukabumi mengalami pemekaran menjadi 7 kecamatan dengan 33 kelurahan. Kecamatan Baros dimekarkan menjadi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Lembursitu, Kecamatan Baros, dan Kecamatan Cibeureum. Pada tahun 2010 Kota Sukabumi terdiri dari 7 kecamatan, meliputi 33 kelurahan, 350 RW, dan 1.521 RT.

Wali Kota

Berikut ini adalah daftar wali kota Sukabumi dari masa ke masa.[18]

No Wali Kota Awal menjabat Akhir menjabat Prd. Ket. Wakil Wali Kota
1 Mr.
George François Rambonnet
1926 1933 1
2 Dr. Albert Leonard Anihenie Van Unen 1934 1939 2
3 Mr. Willem Johannes Philippus van Waning 1939 1942 3
4 Rd. Rangga Adiwikarta(Pejabat) 1942 1942 4
5 Rd. Abas Wilagosomantri
(Pejabat)
1942 1943 5
- Mr. Rd. Syamsudin
(Ditunjuk sesudah keluar dari Chuo Sangi in)
1943 1945
6 Mr.
Raden Syamsudin
1945 1946 6
7 Raden Mamur Soeria Hoedaja 1946 1948 7
8 Raden Ebo Adinegara 1948 1950 8
Raden Widjaja Soerija
(Pejabat)
1950 1950
10 Raden S. Affandi Kartadjoemena 1950 1952 9
11 Raden Soebandi Prawiranata 1952 1959 10
12 Mochamad Soelaeman 1959 1960 11
13 Raden Soewala 1960 1963 12
Raden Semeru
(Penjabat)
1963 1963
14 Drs.
Achmad Darmawan Adi
1963 1966 13
Raden Bidin Suryagunawan
(Penjabat)
1966 1966
15 Saleh Wiradikarta
S.H.
1966 1978 14
16 Soejoed 1978 1988 15
16
17 H.
Zaenudin Mulaebary
S.H.
1988 1993 17
18 H.
Udin Koswara
S.H.
1993 1997 18
R. Nuriana
(Penjabat Sementara)
1997 1998
Dra. Hj.
Molly Mulyahati Djubaedi
M.Sc.
(l. 1954)
1998 1998
19 1998 2003 19
20 H.
Mokh. Muslikh Abdussyukur
S.H., M.Si.
(l. 1947)
2003 2013 20
21
21 H.
Mohamad Muraz
S.H., MM.
(l. 1956)
2013 2018 22 Achmad Fahmi
22 H.
Achmad Fahmi
S.Ag., M.Pd.
(l. 1974)
20 September 2018 20 September 2023 23 Andri Setiawan Hamami
Drs.
Kusmana Hartadji
M.M.
(Penjabat)
20 September 2023 Petahana [19]

Kota Sukabumi dipimpin oleh seorang wali kota yang dipilih langsung setiap 5 tahun sekali. Dalam menjalankan pemerintahan wali kota dibantu oleh wakil wali kota, para staf ahli dan berbagai perangkat seperti sekretariat daerah, badan-badan serta dinas-dinas. Saat ini Kota Sukabumi dipimpin oleh Achmad Fahmi sebagai wali kota dan Andri Setiawan Hamami sebagai wakil wali kota yang menjabat di masa periode 2018-2023.[20]

Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Sukabumi dalam dua periode terakhir.[21][22]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024
PKB 1 Penurunan 0
Gerindra 4 Kenaikan 6
PDI-P 6 Penurunan 4
Golkar 6 Steady 6
NasDem 1 Kenaikan 3
PKS 3 Kenaikan 5
PPP 3 Penurunan 2
PAN 3 Steady 3
Hanura 4 Penurunan 1
Demokrat 4 Kenaikan 5
Jumlah Anggota 35 Steady 35
Jumlah Partai 10 Penurunan 9


Kecamatan

Kota Sukabumi memiliki 7 kecamatan dan 33 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 334.033 jiwa dengan luas wilayah 48,25 km² dan sebaran penduduk 6.923 jiwa/km².[23][24]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Sukabumi, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Daftar
Kelurahan
32.72.05 Baros 4
32.72.07 Cibeureum 4
32.72.02 Cikole 6
32.72.03 Citamiang 5
32.72.01 Gunungpuyuh 4
32.72.06 Lembursitu 5
32.72.04 Warudoyong 5
TOTAL 33
Peta administrasi Kota Sukabumi

Jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi pada Tahun 2010 5.733 orang yang terdiri dari Golongan I 213 orang, Golongan II 1.630 orang, Golongan III 2.209 orang, dan Golongan IV 1.681 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan S3 3 orang, S2 205 orang, S1 2.070 Orang, DIV 21 Orang, DIII/DII/DI 1.496 orang, SMA 1.584 orang, SMP 183 orang, dan SD 171 orang.

Jumlah Keputusan DPRD Kota Sukabumi pada tahun 2009/2010, berdasarkan surat Keputusan Pimpinan DPRD sebanyak 9, sedangkan Surat Keputusan Dewan (DPRD) sebanyak 23.

Perubahan Nama Pemerintahan

No Nama Pemerintahan Keterangan
1 Gemeente Soekaboemi Staatsblad (Berita negara) 1914 no. 310-311
Tahun 1914-1942
2 Soekaboemi SHI Pendudukan Jepang tahun 1942-1945
3 Kota Kecil Sukabumi UU No. 17 Tahun 1950
4 Kota praja Sukabumi UU No. 1 Tahun 1957
5 Kota madya Sukabumi UU No. 18 Tahun 1965
6 Kota madya Daerah Tingkat II Sukabumi UU No. 5 Tahun 1974
7 Kota Sukabumi UU No. 22 tahun 1999
UU No. 32 Tahun 2003

Arti Lambang Kota

Kependudukan

Perkembangan penduduk di Kota Sukabumi selama periode 1998-2002 terus meningkat, dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,75 %.[25]

Tahun Jumlah penduduk[25][26]
2018 340.756
2015 318.117
2010 298.681
2005 280.373
2000 252.420
1999 242.976
1998 241.396

Ketenagakerjaan

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Penanggulangan Bencana Kota Sukabumi tercatat bahwa jumlah pencari kerja yang terdaftar pada tahun 2010 mencapai 8.699 orang, yang terdiri dari 4.129 pencari kerja laki-laki dan 4.570 perempuan. Sedangkan pencari kerja yang berhasil ditempatkan sebanyak 2.014 orang. Jumlah Pencari Kerja yang telah ditempatkan menurut tingkat pendidikan di Kota Sukabumi tahun 2010 meliputi lulusan SMP 510 orang, lulusan SMA 967 orang, lulusan jenjang Diploma 155 orang, dan Sarjana 123 orang.

Perekonomian

Pasar Sukabumi pada tahun 1920-an

Jika dilihat dari kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kota Sukabumi masih relatif kecil yaitu berada di bawah 20 persen setiap tahunnya.[27]

Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal Kota Sukabumi pada tahun 2010, diketahui bahwa perusahaan yang memilki SIUP mengalami peningkatan sebesar 7,67 % yaitu dari 4.899 perusahaan pada tahun 2009 menjadi 5.275 perusahaan pada tahun 2010. Dari sebanyak 5.275 perusahaan yang memiliki SIUP tersebut terdiri dari 154 perusahaan besar, 519 perusahaan menengah dan 4.602 perusahaan kecil.

Sedangkan jumlah perusahaan yang mengajukan Permintaan Tanda Daftar Perusahaan pada tahun 2010 mengalami penurunan sebanyak 32,35 % dibanding tahun 2009. Dari sejumlah 366 perusahaan yang mengajukan Tanda Daftar Perusahaan, tercatat sebanyak 50 perusahaan berbentuk badan usaha PT, 8 perusahaan berbentuk Koperasi, 110 perusahaan berbentuk CV, 197 perusahaan berbentuk PO dan ada 1 perusahaan berbentuk BUL.

Grand Hotel Selabintana (1900-1935)

Kegiatan perhotelan di Kota Sukabumi dapat dilihat dari banyaknya perusahaan akomodasi dan tamu yang menginap. Pada tahun 2010 jumlah perusahaan akomodasi di Kota Sukabumi sebanyak 33 buah yang terdiri dari 598 kamar dan 875 tempat tidur.

Sementara itu banyaknya tamu yang menginap pada tahun 2010 sebanyak 107.679 orang yang terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 2.794 orang dan wisatawan nusantara sebanyak 104.885 orang. Jumlah tamu yang menginap tersebut 35,54% jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang berjumlah 38.275 orang. Jika dilihat per kecamatan, dapat diketahui bahwa tamu yang menginap di hotel, masih didominasi di wilayah Kecamatan Cikole, yaitu mencapai 68.94%. Hal ini dimungkinkan karena wilayah Kecamatan Cikole berada di pusat Kota Sukabumi.

Sedangkan kegiatan pariwisata di Kota Sukabumi relatif masih sangat kecil. Secara keseluruhan hanya tercatat 2 objek wisata, 47 penginapan remaja, 6 kolam renang serta beberapa usaha pariwisata lainnya yang meliputi biliar, golf, karaoke, dan ketangkasan.

Pendidikan

Rumah sakit Sukabumi pada tahun 1920-an

Di kota ini telah berdiri beberapa perguruan tinggi di antaranya STIE Penguji sebagai perguruan tinggi tertua di Sukabumi, lalu Politeknik Sukabumi, Politeknik BBC, Universitas Muhammadyah Sukabumi (UMMI), Institut Manajemen Wiyata Indonesia (IMWI), Sekolah Tinggi Teknologi Nusa Putra (STT NSP), AMIK CBI, Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI), STMIK PASIM, STIE PASIM, STIKES Sukabumi, STAI Al_Masturiyah, STAI Darusalam, STISIP Widyapuri Mandiri, STISIP Syamsul Ulum, STIE PGRI, STKIP PGRI, STAI Sukabumi, STAI Syamsul 'Ulum, STIBA Arayyah, STH Pasundan juga sekolah lanjutan yang berbasis pendidikan Islam yaitu MA Baiturrahman.

Pada tahun 2010 di Kota Sukabumi terdapat 56 Taman Kanak-Kanak, 123 Sekolah Dasar, 35 SMP, 16 SMA, dan 21 SMK yang meliputi sekolah negeri dan swasta. Sementara itu murid yang tertampung di TK pada tahun 2010/2011 sebanyak 2.648 siswa, murid SD sebanyak 33.785 siswa, murid SMP negeri sebanyak 11.174 siswa, murid SMP swasta sebanyak 3.086 siswa, murid SMA negeri dan swasta sebanyak 7.858 siswa dan sebanyak 10.999 murid SMK negeri dan swasta.

Kesehatan

Fasilitas kesehatan di Kota Sukabumi terdiri dari beberapa rumah sakit swasta dan umum serta puskesmas yang tersebar di area kota, seperti Rumah Sakit Umum Daerah R. Syamsudin atau disebut juga Bunut di Jl. Rumah Sakit, Rumah Sakit Islam Assyifa di Jl. Jenderal Sudirman, Kartika Medical Center di Jl. Ahmad Yani, RSIA Ridogalih di Jl. Gudang, RSIA Hermina di Jl. Ciaul, RSUD Al-Mulk di Jl. Pelabuhan II Lembursitu, dan juga kompleks Balai Pengobatan Sukabumi di Jl. Bhayangkara dan Jl. Kenari. Selain rumah sakit dan puskesmas, terdapat juga berbagai laboratorium klinik yang melayani pemeriksaan kesehatan, seperti Laboratorium Klinik Vita Medika di Jalan Suryakencana, dan Laboratorium Bina Sehat.

Stasiun radio

  • Galaxy Radio 101.4 FM
  • Radio Airlangga 99.0 FM
  • Radio Elmitra 95.0 FM
  • Radio Fortuna 90.7 FM
  • Radio Kiwari 94.7 FM
  • Radio Megaswara Sukabumi 96.00 FM
  • Radio Menara 105.7 FM
  • Radio NBS 92.3 FM
  • Radio Rama 104.1 FM
  • Radio Salam 97.4 FM
  • Radio Trijaya 103.2 FM
  • Radio Swara Perintis Kota Sukabumi 99.9 FM

Perbankan

Kuliner

Beberapa kuliner khas kota Sukabumi di antaranya adalah Nasi uduk ungu[28], mochi, roti priangan tradisional[29], bubur ayam sukabumi, bolu pisang, bandros, surabi, dan soto mie.

Tokoh

Beberapa tokoh yang berasal dari kota Sukabumi di antaranya Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Memperindag Rahardi Ramelan, Pangkostrad Djaja Suparman, pecatur Herman Suradiradja, Pebulutangkis Berry Anggriawan, Penyanyi Desy Ratnasari, Shanty, Purie Andriani (Puri Mahadewi) dan Syahrini, komedian Aom Kusman dan Omesh, pemeran wanita Happy Salma, Lania Fira dan Herfiza Novianti, pelawak Yan Asmi, musisi Rere Reza dan pencipta lagu anak-anak Ibu Sud. Kelompok musik yang berasal dari Sukabumi di antaranya Vagetoz, artis dan penari Wina Zulfiana


Rujukan

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-02-14. Diakses tanggal 2013-02-15. 
  2. ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kota Sukabumi". www.sp2010.bps.go.id. Diakses tanggal 9 September 2020. 
  3. ^ Nugraha Setia. 2017. Kota Sukabumi: Dari Distrik menjadi Gemeente (1815-1914). Jurnal Patanjala. 9(3): 423-438
  4. ^ Beekman, E. M. (1988). Fugitive Dreams: An Anthology of Dutch Colonial Literature. University of Massachusetts Press. hlm. 90. ISBN 0870235753. 
  5. ^ Brommer, Bea (2015). To My Dear Pieternelletje:Grandfather and Granddaughter in VOC Time, 1710-1720. Leiden: Brill. hlm. 19. ISBN 9789004293328. 
  6. ^ Danasasmita, Saleh (1983). Sejarah Bogor, Volume 1. Bogor: Pemerintah Daerah Kotamadya DT II Bogor. hlm. 85. 
  7. ^ Klaveren, N. A. (1983). The Dutch Colonial System in the East Indies. Springer. hlm. 60. ISBN 9789401768481. 
  8. ^ Kumar, Ann (1997). Java and Modern Europe: Ambiguous Encounters. Routledge. hlm. 292. ISBN 1138863149. 
  9. ^ Breman, Jan (2014). Keuntungan Kolonial Dari Kerja Paksa: Sistem Priangan Dari Tanam Paksa Kopi di Jawa 1920-1870. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 129. ISBN 9789794618745. 
  10. ^ Inventaris van de collectie Engelhard 1750-1832
  11. ^ Klaveren, N. A. (1983). The Dutch Colonial System in the East Indies. Springer. hlm. 103. ISBN 9789401768481. 
  12. ^ Paulus, Jozias (1989). Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië. 
  13. ^ Van Diessen, J. R. (1998). Stedenatlas Nederlands-Indië. Asia Maior. hlm. 9. ISBN 9789074861120. 
  14. ^ Ligthart, Th (1926). De Indische bodem. Volkslectuur. hlm. 174. 
  15. ^ Mook, Hubertus Johannes (1944). The Netherlands Indies and Japan: Battle on Paper, 1940-1941. W. W. Norton, Incorporated. 
  16. ^ Spiller, Harry (2009). American POWs in World War II: Twelve Personal Accounts of Captivity by Germany and Japan. McFarland. hlm. 182. ISBN 9780786453733. 
  17. ^ De Jong, Louis (2003). The Collapse of a Colonial Society (Verhandelingen Van Het Koninklijk Instituut Voor Taal-, Land- En Volkenkunde). University of Washington Press. hlm. 91. ISBN 9789067182034. 
  18. ^ "Sejarah Kota Sukabumi – Portal Kota Sukabumi". portal.sukabumikota.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-01. Diakses tanggal 2017-11-28. 
  19. ^ "Pj Gubernur Jabar Resmi Lantik Kusmana Hartadji Sebagai Pj Wali Kota Sukabumi". Pemerintah Kota Sukabumi. 20 September 2023. Diakses tanggal 20 September 2023. 
  20. ^ "Profil – Portal Resmi Kota Sukabumi". Diakses tanggal 2019-03-18. 
  21. ^ Inilah.com: Anggota DPRD Kota Sukabumi dilantik[pranala nonaktif permanen], diakses 26 Juli 2015
  22. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Sukabumi 2019-2024
  23. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  24. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  25. ^ a b http://www.sukabumikota.go.id BAB II Perkembangan Kota Sukabumi
  26. ^ "Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi". sukabumikota.bps.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-26. Diakses tanggal 2017-04-25. 
  27. ^ http://www.sukabumikota.go.id BAB IV Program dan kegiatan Strategis
  28. ^ "Nasi uduk ungu dijadikan ikon Kota Sukabumi", Antara
  29. ^ "Kuliner ala Kota Sukabumi", Pikiran Rakyat

Pranala luar