Umar bin Abdul Aziz: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
(42 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox royalti
{{Infobox royalti
|name = Umar bin Abdul Aziz
|name = Umar bin Abdul Aziz<br>عُمَر بْن عَبْد الْعَزِيز
|title = [[Amirul Mukminin]]<br>[[Khalifah|Khalifatullah]]
|image = Gold dinar of Umar II.jpg
|image = Gold dinar of Umar II.jpg
|caption = [[Dinar emas]] Khalifah Umar II, {{circa|719}}
|caption = [[Dinar emas]] Khalifah Umar II, {{circa|719}}
|succession = [[Daftar khalifah|Khalifah]]
|succession = [[Daftar khalifah|Khalifah]] [[Kekhalifahan Umayyah]] ke-8
|reign = 22 September 717 – 5 Februari 720<br />({{age in years and days|717|9|22|720|2|5|duration=yes}})
|reign = 22 September 717 – 4 Februari 720<br>({{age in years and days|717|9|22|720|2|5|duration=yes}})
|predecessor = [[Sulaiman bin Abdul Malik]]
|predecessor = [[Sulaiman bin Abdul Malik]]
|successor = [[Yazid bin Abdul Malik]]
|successor = [[Yazid bin Abdul Malik]]
|succession1 = [[Daftar gubernur khilafah di Madinah#Gubernur Umayyah|Gubernur Madinah]]
|birth_date = 2 November 682<br />(26 Safar 63 H)
|reign1 = 706 – 712
|birth_place = [[Madinah]],<ref name="umar">{{en}} [https://www.britannica.com/biography/Umar-II Umar II (Umayyad caliph)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160804060349/https://www.britannica.com/biography/Umar-II |date=2016-08-04 }}. [http://www.britannica.com/ Britannica Online Encyclopedia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180126232606/https://www.britannica.com/ |date=2018-01-26 }}.</ref> [[Hijaz]]
|reign-type1 = Masa jabatan<ref>{{harvnb|Yarshater|1985–2007|loc=v. 23: pp. 131-33, 139, 145, 148, 156, 183, 201-03}}; {{harvnb|McMillan|2011|pp=95–96, 103–04}}; {{harvtxt|EI2|loc=s.v. "Umar (II) b. Abd al-Aziz"}}; {{harvnb|Khalifah ibn Khayyat|1985|p=311}}; {{harvnb|Al-Ya'qubi|1883|p=339}}; {{harvnb|Al-Baladhuri|1916|p=20}}.</ref>
|death_date = 5 Februari 720<br />(20 [[Rajab]] 101 H) (37 tahun)<ref name="umar"/>
|predecessor1 = [[Hisyam bin Ismail al-Makhzumi]]<ref>{{harvnb|Yarshater|1985–2007|loc=v. 23: pp. 33, 71, 76, 114, 131-33}}; {{harvnb|McMillan|2011|pp=79, 92–93, 95, 102–03}}; {{harvtxt|EI2|loc=s.v. "Makhzum"}}; {{harvnb|Khalifah ibn Khayyat|1985|pp=293, 311}}; {{harvnb|Al-Ya'qubi|1883|p=335}}.</ref>
|death_place = [[Aleppo]]<ref name="umar"/>
|successor1 = [[Utsman bin Hayyan al-Murri]]<ref>{{harvnb|Yarshater|1985–2007|loc=v. 23: pp. 202-03, 206 ff., 214, 217; v. 24: pp. 3-4}}; {{harvnb|McMillan|2011|pp=105, 110–11}}; {{harvtxt|EI2|loc=s.v. "Murra"}}; {{harvnb|Khalifah ibn Khayyat|1985|pp=311, 317}}; {{harvnb|Al-Ya'qubi|1883|p=353}}.</ref>
|burial_place = Dayr Sim'an, Aleppo
|birth_date = {{circa|682}}
|birth_place = [[Madinah]],<ref name="umar">{{en}} [https://www.britannica.com/biography/Umar-II Umar II (Umayyad caliph)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160804060349/https://www.britannica.com/biography/Umar-II |date=2016-08-04 }}. [http://www.britannica.com/ Britannica Online Encyclopedia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180126232606/https://www.britannica.com/ |date=2018-01-26 }}.</ref> [[Hijaz]], Kekhalifahan Umayyah
|death_date = {{circa|Februari 720}} (39 tahun)
|death_place = Dayr Sim'an, [[Bilad asy-Syam|Syam]], Kekhalifahan Umayyah
|full name = ʿUmar bin ʿAbd al-ʿAzīz {{lang-ar|عُمَر بْن عَبْد الْعَزِيز}}
|era name = [[Kekhalifahan Umayyah]]
|era name = [[Kekhalifahan Umayyah]]
|era dates = 661–750
|era dates = 661–750
|house = [[Bani Umayyah|Umayyah]] ([[Marwan bin al-Hakam#Marwani|Marwani]])
|house = [[Bani Umayyah|Umayyah]] ([[Marwan bin al-Hakam#Marwani|Marwani]])
|father = 'Abdul 'Aziz bin [[Marwan bin al-Hakam|Marwan]]
|father = [[Abdul Aziz bin Marwan]]
|mother = Laila binti Ashim bin [[Umar bin Khattab|'Umar]]
|mother = [[Laila binti Ashim]]
|spouse = Fatimah binti [[Abdul Malik bin Marwan|'Abdul Malik]]
| spouse = {{plainlist|
|issue = 'Abdul Malik bin 'Umar
* [[Fatimah binti Abdul Malik]]
* Lamis binti Ali}}
| spouse-type = Istri
| issue = {{plainlist|
* [[Abdullah bin Umar bin Abdul Aziz|Abdullah]]
* Abdul Malik
* [[Abdul Aziz bin Umar bin Abdul Aziz|Abdul Aziz]]
* Ashim
* Abdurrahman
* Sulaiman
* Maslamah
* Zaid
* Ubaidillah
* Utsman}}
|religion = [[Islam]]
|religion = [[Islam]]
|module = {{Infobox Arabic name
|embed=yes
|ism=ʿUmar
|nasab=''ʿUmar bin ʿAbd al-ʿAzīz bin Marwān bin al-Ḥakam bin Abī al-ʿĀṣ bin Umayyah bin ʿAbd as-Syams''
|kunya= ''Abu ʿAbdillah''}}
}}
}}
'''Umar bin Abdul Aziz''' ({{lang-ar|عُمَر بْن عَبْد الْعَزِيز بْن مَرْوَان|translit=ʿUmar ibn ʿAbd al-ʿAzīz ibn Marwān}}; {{Circa|680}}{{Snd}}Februari 720), juga dikenal dengan nama '''Umar II''' ({{lang-ar|عمر الثاني|translit=ʿUmar ats-Tsānī}}), adalah [[khalifah]] [[Kekhalifahan Umayyah]] kedelapan, yang memerintah dari tahun 717 hingga kematiannya pada tahun 720. Ia dianggap telah melakukan reformasi yang signifikan terhadap pemerintahan pusat Umayyah, dengan menjadikannya jauh lebih efisien dan egaliter. Pemerintahannya ditandai dengan pengumpulan [[hadis]] resmi pertama dan mandat pendidikan universal kepada masyarakat.
'''Umar bin 'Abdul 'Aziz''' ({{lang-ar|عمر بن عبد العزيز}}; {{lahirmati||2|11|682||5|2|720}}),<ref name="umar"/> atau disebut juga ''''Umar II''', adalah [[khalifah]] yang berkuasa dari tahun {{periode|682|717|sampai|720}}. 'Umar berasal dari [[Bani Umayyah]] cabang [[Marwan bin al-Hakam#Marwani|Marwani]]. Dia merupakan sepupu dari khalifah sebelumnya, [[Sulaiman bin Abdul-Malik|Sulaiman]].


Dia mengirim utusan ke [[Tiongkok]] dan [[Tibet]], mengundang penguasa mereka untuk menerima [[Islam]]. Selama tiga tahun pemerintahannya, Islam diterima oleh sebagian besar penduduk [[Persia]] dan [[Mesir]]. Ia juga memerintahkan penarikan pasukan Muslim di berbagai front seperti di [[Konstantinopel]], [[Asia Tengah]] dan [[Septimania]]. Meskipun selama pemerintahannya, Bani Umayyah telah memperoleh banyak wilayah taklukan baru di [[Semenanjung Iberia]]. Umar dianggap oleh banyak Muslim sebagai [[mujaddid|''mujaddid'']] pertama dan ''[[Khulafaur Rasyidin]]'' kelima, selain [[Hasan bin Ali]] menurut beberapa [[Ulama|cendekiawan Muslim]]. Ia dihormati sebagai "Umar II" karena kemiripan karakternya dengan kakek buyutnya dari pihak ibu, khalifah [[Umar bin Khattab]].
Meski masa kekuasaannya terbilang singkat, 'Umar bin 'Abdul 'Aziz merupakan salah satu khalifah yang paling dikenal dalam sejarah Islam. Dia dipandang sebagai sosok yang saleh dan kerap disebut sebagai ''[[khulafaur rasyidin]]'' kelima.


== Kehidupan awal ==
== Kehidupan awal ==
'Umar lahir di [[Madinah]]{{sfn|Wellhausen|1927|p=267}}{{sfn|Cobb|2000|p=821}} pada tahun 682. Sebagian sumber menyatakan bahwa dia lahir di [[Mesir]]. Ayahnya adalah [[Abdul Aziz bin Marwan|'Abdul-'Aziz]], putra Khalifah [[Marwan bin al-Hakam]] yang merupakan sepupu Khalifah '[[Utsman bin 'Affan]]. Ibunya adalah Laila, cucu Khalifah '[[Umar bin Khattab]].{{sfn|Cobb|2000|pp=821–822}}
Umar kemungkinan lahir di [[Madinah]] sekitar tahun 680.{{sfn|Wellhausen|1927|p=267}}{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Ayahnya, [[Abdul Aziz bin Marwan]], berasal dari klan kaya [[Dinasti Umayyah|Bani Umayyah]] yang tinggal di kota, sedangkan ibunya, [[Laila binti Ashim]], adalah cucu dari Khalifah kedua, [[Umar bin Khattab]] ({{reign|634|644}}).{{sfn|Cobb|2000|pp=821–822}} Silsilahnya dari Khalifah Umar yang sangat dihormati nantinya akan banyak ditekankan oleh para sejarawan untuk membedakannya dari penguasa Bani Umayyah lainnya.{{sfn|Wellhausen|1927|p=267}}


Pada saat kelahirannya, cabang Bani Umayyah lainnya, [[Kekhalifahan Umayyah#Periode Sufyaniyah|Sufyaniyah]], memerintah Kekhalifahan dari ibu kota [[Damaskus]]. Ketika Khalifah yang berkuasa [[Yazid I]] ({{reign|680|683}}) dan putra serta penerusnya, [[Muawiyah II]] ({{reign|683|684}}), meninggal dalam waktu singkat berturut-turut pada tahun 683 dan 684, otoritas Umayyah runtuh di seluruh Kekhalifahan dan Bani Umayyah di [[Hijaz]], termasuk Madinah, diusir oleh para pendukung khalifah saingannya, [[Abdullah bin Zubair]] ({{reign|683|692}}). Orang-orang Umayyah yang diusir dari Hijaz berlindung di Suriah, tempat suku-suku Arab yang loyal mendukung dinasti tersebut. Kakek Umar dari pihak ayah, [[Marwan I]] ({{reign|684|685}}), akhirnya diakui oleh suku-suku ini sebagai khalifah dan dengan dukungan mereka, menegaskan kembali kekuasaan Umayyah di Suriah.{{sfn|Kennedy|2004|pp=90–91}}
Menurut tradisi Sunni, keterkaitan silsilah antara 'Umar bin Abdul 'Aziz dengan 'Umar bin Khattab bermula pada masa 'Umar bin Khattab. Saat sedang beronda malam, 'Umar bin Khattab mendengar percakapan antara seorang gadis dan ibunya dari keluarga pedagang susu. Sang gadis menolak mencampur susu dengan air sebagaimana yang diperintahkan ibunya lantaran terdapat larangan dari khalifah mengenai hal tersebut dan mengatakan bahwa Allah melihat perbuatan mereka meski 'Umar bin Khattab sendiri tidak mengetahui. Kagum akan kejujurannya, 'Umar memerintahkan salah seorang putranya, [[Ashim bin Umar|'Ashim]], untuk menikahi gadis tersebut. Dari pernikahan ini, lahirlah Laila, ibunda 'Umar bin 'Abdul 'Aziz.


Pada tahun 685, Marwan menggulingkan gubernur Ibnu Zubair dari [[Mesir]] dan mengangkat ayah Umar sebagai gubernur Mesir yang baru.{{sfn|Kennedy|2004|pp=92–93}} Umar menghabiskan sebagian masa kecilnya di Mesir, khususnya di [[Helwan|Hulwan]], yang menjadi pusat pemerintahan ayahnya antara tahun 686 dan kematiannya pada tahun 705.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Kemudian, Umar menempuh pendidikannya di Madinah,{{sfn|Cobb|2000|p=821}} yang telah direbut kembali oleh Bani Umayyah di bawah pimpinan paman Umar, Khalifah [[Abdul Malik bin Marwan|Abdul Malik]] ({{reign|685|705}}) pada tahun 692.{{sfn|Kennedy|2004|p=98}} Setelah menghabiskan sebagian besar masa mudanya di Madinah, Umar mengembangkan hubungan dengan para ulama, orang-orang saleh, serta para perawi [[hadis]] di kota itu.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Setelah kematian ayah Umar, Abdul Malik memanggil Umar ke Damaskus untuk mengatur pernikahan Umar dengan putrinya, [[Fatimah binti Abdul Malik|Fatimah]].{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Umar juga memiliki dua istri lainnya: yaitu sepupu dari pihak ibu, Ummu Syu'aib atau Ummu Utsman yang merupakan putri Syu'aib atau Sa'id bin Zabban dari suku [[Bani Kalb]], dan Lamis binti Ali dari [[Bani al-Harits (Yaman)|Bani al-Harits]]. Dari istri-istrinya ia diketahui memiliki tujuh anak, serta tujuh anak lainnya dari [[umm walad|selir]].{{sfn|Marsham|2022|p=41}}
'Umar lahir pada masa kepemimpinan Bani Sufyani, cabang Bani Umayyah yang merupakan keturunan [[Abu Sufyan|Abu Sufyan bin Harb]]. Pada masa Khalifah [[Yazid bin Muawiyah|Yazid]], perasaan tidak suka dari penduduk Madinah terhadap Yazid meluas menjadi sentimen anti-Umayyah, sehingga semua anggota Bani Umayyah diusir dari Madinah.

Setelah masa kekhalifahan [[Muawiyah bin Yazid|Mu'awiyah bin Yazid]] berakhir pada tahun 684, kendali Umayyah atas kekhalifahan sempat runtuh dan banyak pihak berbalik mendukung '[[Abdullah bin Zubair]], khalifah pesaing Umayyah yang berpusat di [[Makkah]]. Umayyah kembali menguatkan pengaruhnya saat Marwan diangkat menjadi khalifah di Syria. Putra Marwan, [[Abdul Malik bin Marwan|'Abdul-Malik]], ditetapkan sebagai Gubernur Palestina dan putra mahkota, sedangkan putra Marwan yang lain, 'Abdul 'Aziz, ditetapkan sebagai Gubernur Mesir dan wakil putra mahkota.{{sfn|Kennedy|2016|p=84}} Setelah Marwan mangkat, 'Abdul Malik menjadi khalifah, sedangkan kedudukan 'Abdul 'Aziz naik menjadi putra mahkota sekaligus masih tetap mempertahankan kepemimpinannya atas Mesir sebagai gubernur.

'Umar bin 'Abdul 'Aziz menghabiskan sebagian masa kecilnya di wilayah kekuasaan ayahnya di Mesir, utamanya di kota Helwan.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Meski begitu, dia menerima pendidikan di Madinah yang saat itu kepemimpinan kota tersebut sudah diambil alih kembali oleh pihak Umayyah pada 692. Menghabiskan masa mudanya di sana, 'Umar menjalin hubungan erat dengan orang-orang saleh dan [[Hadis|perawi hadits]].{{sfn|Cobb|2000|p=821}}

Di penghujung usia, 'Abdul Malik ingin agar takhta kelak diwariskan kepada putranya, Al-Walid, dan bukan kepada 'Abdul 'Aziz. 'Abdul 'Aziz menolak menyerahkan kedudukannya sebagai putra mahkota, tetapi perselisihan dapat dihindari lantaran 'Abdul 'Aziz wafat lebih dulu dari 'Abdul Malik. 'Abdul Malik kemudian menobatkan Al-Walid sebagai putra mahkota. Selain itu, 'Abdul Malik memanggil 'Umar ke Damaskus dan menikahkannya dengan putrinya sendiri, Fatimah.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}


== Gubernur Madinah ==
== Gubernur Madinah ==
Tak lama setelah aksesinya, putra dan penerus Abdul Malik, [[al-Walid I]] ({{reign|705|715}}), menunjuk Umar sebagai gubernur Madinah.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Menurut [[Julius Wellhausen]], niat al-Walid adalah menggunakan Umar untuk mendamaikan penduduk kota Madinah dengan pemerintahan Umayyah dan "menghilangkan ingatan jahat{{sic}}" dari gubernur Umayyah sebelumnya, yaitu [[Hisyam bin Ismail al-Makhzumi]], yang memerintah penduduk Madinah dengan sangat keras.{{sfn|Wellhausen|1927|p=267}} Umar mengambil alih jabatan tersebut pada bulan Februari/Maret 706 dan yurisdiksinya kemudian diperluas ke Makkah dan [[Tha'if]].{{sfn|Cobb|2000|p=821}}
Al-Walid naik takhta pada 705 setelah ayahnya mangkat. Secara silsilah, Al-Walid dan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz adalah sepupu. Melalui pernikahan, mereka berdua adalah saudara ipar. 'Umar menikah dengan Fatimah, saudari Al-Walid, dan Al-Walid merupakan suami Ummul Banin, saudari 'Umar.


Informasi mengenai pemerintahannya sebagai gubernur sangat sedikit, namun sebagian besar catatan tradisional mencatat bahwa ia adalah "gubernur yang adil".{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Dia sering memimpin ibadah [[haji]] tahunan di Makkah dan menunjukkan dukungan terhadap para [[faqih|ulama fikih]] di Madinah, khususnya [[Sa'id bin al-Musayyib]].{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Umar menoleransi kritik terbuka dari banyak ulama terhadap perilaku pemerintahan Bani Umayyah.{{sfn|Wellhausen|1927|p=267}} Namun, laporan lain menyatakan bahwa Umar memiliki kekayaan yang cukup signifikan pada awal karirnya sebagai gubernur.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Atas perintah al-Walid, Umar melakukan rekonstruksi dan perluasan [[Masjid Nabawi]] di Madinah mulai tahun 707.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Di bawah pemerintahan Umar yang cukup lunak, Hijaz umumnya menjadi tempat perlindungan terbaik bagi orang-orang buangan politik dan agama Irak yang melarikan diri dari penganiayaan [[al-Hajjaj bin Yusuf]], raja muda al-Walid yang berkuasa di bagian timur Kekhalifahan.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Menurut sejarawan [[Paul M. Cobb]], hal ini justru menjadi "kehancuran" bagi Umar karena al-Hajjaj menekan khalifah untuk memecat Umar pada bulan Mei/Juni 712.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}
Salah satu kebijakan Al-Walid adalah mengangkat 'Umar bin 'Abdul 'Aziz sebagai gubernur Madinah.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Di masa sebelumnya, Madinah yang menolak kepemimpinan Umayyah ditundukkan secara paksa oleh pihak Umayyah pada [[Pertempuran al-Harrah]] pada masa Khalifah Yazid. Gubernur Madinah sebelumnya, [[Hisyam bin Ismail al-Makhzumi]], dikenal sangat keras dalam memerintah. Penunjukan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz dimaksudkan untuk meredam ketegangan antara penduduk Madinah dengan pihak Umayyah dan menjembatani kedua belah pihak.{{sfn|Wellhausen|1927|p=267}} 'Umar mulai menjabat pada bulan Februari atau Maret tahun 706 dan wilayah kewenangannya kemudian diperluas ke [[Makkah]] dan [[Tha'if]].{{sfn|Cobb|2000|p=821}}


==Punggawa al-Walid dan Sulaiman==
'Umar juga kerap memimpin rombongan haji dan menunjukkan dukungan pada para ulama Madinah, khususnya [[Said bin al-Musayyib]] yang merupakan salah satu [[Tujuh Fuqaha Madinah]].{{sfn|Cobb|2000|p=821}} 'Umar tidak membuat keputusan tanpa berdiskusi dengan Said terlebih dahulu,<ref>Ibn Sa‘d tr. Bewley, 82.</ref> salah satunya adalah masalah perluasan [[Masjid Nabawi]]. Khalifah Al-Walid memerintahkan perluasan masjid yang menjadikan rumah Nabi Muhammad harus turut direnovasi.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} 'Umar membacakan keputusan ini di depan penduduk Madinah sehingga banyak dari mereka yang menangis. Berkata Said bin al-Musayyib, ''"Sungguh aku berharap agar rumah Rasulullah tetap dibiarkan seperti apa adanya sehingga generasi Islam yang akan datang dapat mengetahui yang sesungguhnya tata cara hidupnya yang sederhana".''<ref>{{cite book
Meskipun telah dipecat, namun Umar tetap mendukung al-Walid. Hal itu dikarenakan saudara perempuannya, [[Ummul Banin binti Abdul Aziz]], merupakan istri dari khalifah al-Walid.{{sfn|Wellhausen|1927|p=268}} Dia tetap berada di istana al-Walid di Damaskus sampai kematian khalifah pada tahun 715,{{sfn|Cobb|2000|p=821}} dan menurut riwayat dari sejarawan abad ke-9 [[al-Ya'qubi]], dia memimpin shalat jenazah untuk al-Walid.{{sfn|Biesterfeldt|Günther|2018|p=1001}} Saudara laki-laki al-Walid dan penerusnya, Khalifah [[Sulaiman bin Abdul Malik]] ({{reign|715|717}}), menempatkan Umar pada jabatan yang cukup tinggi.{{sfn|Wellhausen|1927|p=268}} Bersama [[Raja' bin Haiwah]], seorang tokoh agama berpengaruh di istana Bani Umayyah, Umar menjabat sebagai penasihat utama Sulaiman.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Dia menemani Khalifah ketika memimpin ibadah haji ke Makkah pada tahun 716 dan sekembalinya ke [[Yerusalem]].{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Demikian pula, ia berada di sisi khalifah di kamp pasukan Muslim di [[Dabiq]] di Suriah utara, di mana Sulaiman mengerahkan upaya perang besar-besaran untuk menaklukkan ibu kota [[Kekaisaran Bizantium]], [[Konstantinopel]] pada tahun 717.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}
|last = Abdurrahman
|first = Jamal
|title = Keagungan Generasi Salaf (disertai kisah-kisahnya)
|publisher = Darus Sunnah
|date = 2007
|language = Indonesia
|}}</ref>


== Kekhalifahan (717–720) ==
Dalam menjalankan tugasnya, 'Umar membentuk sebuah dewan syura (musyawarah) yang kemudian bersama-sama dengannya menjalankan pemerintahan provinsi. Mereka yang ditunjuk sebagai anggota dewan syura Madinah adalah:{{sfn|Hinds|1990|p=133}}
===Aksesi===
* [[Al-Qasim bin Muhammad|Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar ash-Shiddiq]]
Menurut sumber-sumber Muslim tradisional, ketika Sulaiman sakit keras di Dabiq, dia dibujuk oleh Raja' untuk menunjuk Umar sebagai penggantinya.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}{{sfn|Kennedy|2004|p=106}}{{sfn|Hawting|2000|p=72}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Putra Sulaiman, Ayyub, adalah calon pertamanya, namun Ayyub telah meninggal dunia sebelum dirinya,{{sfn|Wellhausen|1927|p=264}} sementara putra-putranya yang lain masih terlalu muda atau sedang berperang di front Bizantium.{{sfn|Hawting|2000|p=72}} Pencalonan Umar membatalkan keinginan Abdul Malik, yang berusaha membatasi jabatan hanya pada keturunan langsungnya.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Pengangkatan Umar, seorang anggota cabang kadet dinasti, dibandingkan keturunan langsung Abdul Malik lain yang mungkin lebih berpengaruh, telah mengejutkan para pangeran Sulaiman.{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Menurut Wellhausen, "tidak ada seorang pun yang memimpikan hal ini, terutama dirinya sendiri [Umar]".{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Pada awalnya, Raja' memanggil para pangeran Umayyah ke masjid Dabiq dan menanyakan apakah mereka bersedia untuk mengakui wasiat dari Sulaiman, sementara Raja' sendiri masih menyembunyikan nama pengganti yang telah ditunjuk kepada para pangeran.{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Setelah para pangeran Bani Umayyah menerima dan mengakui wasiat Sulaiman, barulah Raja mengungkapkan bahwa Umar adalah calon khalifah yang telah ditunjuk oleh Sulaiman.{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} [[Hisyam bin Abdul Malik]] pada awalnya menentang penunjukan Umar, namun ia akhirnya mengalah setelah diancam dengan kekerasan.{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Potensi konflik intra-dinasti ini kemudian dapat dicegah dengan penunjukan putra Abdul Malik, [[Yazid II]], sebagai penerus Umar.{{sfn|Hawting|2000|p=72}}
* [[Sulaiman bin Yasar]]
* [[Urwah bin az-Zubair|‘Urwah bin az-Zubair bin 'Awwam]]
* [[Kharijah bin Zaid|Kharijah bin Zaid bin Tsabit]]
* [[Ubaidillah bin Abdullah|‘Ubaidallah bin ‘Abdullah bin ‘Utbah]]
* [[Abubakar bin Abdurrahman|Abu Bakar bin ‘Abdur-Rahman al-Makhzumi]]
* Abu Bakar bin Sulaiman bin Abi Hatsmah
* [[Salim bin Abdullah|Salim bin 'Abdullah bin 'Umar bin Khattab]]
* ‘Abdullah bin ‘Abdullah bin ‘Umar
* ‘Abdullah bin ‘Amin bin Rabiah.
Enam nama pertama yang disebutkan termasuk [[Tujuh Fuqaha Madinah]].


Menurut sejarawan Reinhard Eisener, peran Raja' dalam aksesi Umar kemungkinan besar telah "dilebih-lebihkan." Kejadian yang mungkin "lebih masuk akal" adalah bahwa suksesi Umar merupakan hasil dari "pola tradisional, seperti senioritas dan klaim yang beralasan" yang berasal dari penunjukan ayah Umar sebelumnya, Abdul Aziz, sebagai penerus Abdul Malik oleh Khalifah Marwan I,{{sfn|Eisener|1997|p=822}} yang tidak terwujud karena Abdul Aziz meninggal dunia mendahului Abdul Malik.{{sfn|Hawting|2000|p=59}} Umar menyetujuinya tanpa perlawanan berarti pada tanggal 22 September 717, dan kemudian dilantik sebagai khalifah beberapa hari kemudian.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}
Masa di Madinah itu menjadi masa yang jauh berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, dan keluhan-keluhan resmi ke Damaskus (ibukota kekhalifahan saat itu) berkurang dan dapat diselesaikan di [[Madinah]]. 'Umar juga cenderung longgar dalam menghadapi para ulama yang kerap melayangkan kritik terhadap pemerintahan Umayyah.{{sfn|Wellhausen|1927|p=267}} Dalam masalah pribadi, 'Umar bin 'Abdul 'Aziz memiliki gaya hidup yang mewah saat menjadi gubernur.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Segala kebijakan yang diambil menjadikan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz sebagai pejabat yang terkenal akan kesalehan dan kebijaksanaannya.


===Reformasi===
Kemasyhuran 'Umar bin 'Abdul 'Aziz menjadikan kelompok [[syiah]] dari kawasan Iraq yang dipandang sebagai penentang Umayyah mencari suaka di Madinah lantaran mendapat penindasan dari gubernur tempat mereka berasal, [[Al-Hajjaj bin Yusuf]].{{sfn|Kennedy|2004|p=90}} 'Umar melayangkan surat kepada Al-Walid mengenai perbuatan Al-Hajjaj, tapi surat itu bocor dan diketahui Al-Hajjaj. Al-Hajjaj menanggapinya dengan mengatakan pada Al-Walid melalui surat bahwa semua kebijakan yang dia ambil dibuat untuk mengamankan keadaan negara, juga kemudian berbalik menyalahkan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz lantaran dipandang terlalu lemah dalam menghadapi para penentang yang dikhawatirkan akan melemahkan pengaruh Umayyah. Sebagai catatan, Al-Hajjaj adalah tangan kanan khalifah sejak masa 'Abdul Malik bin Marwan yang berkuasa selama lebih dari dua dekade. Pengaruh Al-Hajjaj semakin menguat pada masa Al-Walid lantaran Al-Walid merasa berutang budi pada Al-Hajjaj atas dukungannya. Sesuai saran Al-Hajjaj, Al-Walid memberhentikan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz, kemudian mengangkat 'Utsman bin Hayyan sebagai Gubernur [[Makkah]] dan Khalid bin 'Abdullah sebagai Gubernur [[Madinah]].{{sfn|Hinds|1990|pp=201–202}}
[[Berkas:Dirham of Umar II, 718-719.jpg|thumb|upright=1.2|Dirham perak Khalifah Umar bin Abdul Aziz.]]


Reformasi paling signifikan yang dilakukan Umar adalah memberikan kesetaraan antara orang Arab dan ''[[mawla|mawālī]]'' (Muslim non-Arab). Hal ini terutama berlaku bagi pasukan non-Arab dalam pasukan Muslim, yang pada awalnya tidak memiliki hak atas bagian rampasan, tanah, dan gaji yang sama dengan yang diberikan kepada tentara Arab. Kebijakan tersebut juga berlaku bagi masyarakat Muslim secara luas.{{sfn|Blankinship|1994|p=31}} Di bawah pemerintahan Bani Umayyah sebelumnya, Muslim Arab mempunyai keistimewaan finansial tertentu dibandingkan Muslim non-Arab. Orang non-Arab yang masuk Islam tetap diharuskan membayar [[jizyah]] yang mereka bayarkan sebelum menjadi Muslim. Umar menerapkan sistem baru yang membebaskan seluruh umat Islam, apapun asal usul mereka, dari pajak jizyah. Dia juga menambahkan beberapa pengamanan pada sistem untuk memastikan bahwa perpindahan agama secara massal ke Islam tidak akan menyebabkan runtuhnya keuangan pemerintahan Bani Umayyah.{{sfn|Hawting|2000|p=77}} Berdasarkan kebijakan pajak yang baru, ''mawālī'' yang berpindah agama tidak akan membayar jizyah (atau pajak ''[[dzimmi]]'' lainnya). Namun, setelah mereka masuk Islam, tanah milik mereka akan menjadi milik desa dan mereka tetap bertanggung jawab atas tarif penuh ''[[kharaj]]'' (pajak tanah). Hal ini mengkompensasi hilangnya pendapatan karena berkurangnya basis pajak jizyah.{{sfn|Kennedy|2004|page=107}}
Setelah dicopot jabatannya, 'Umar bin 'Abdul 'Aziz berada di istana Al-Walid di Damaskus.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=268}} Menurut sejarawan 'Abbasiyah Ahmad Al-Ya'qubi, 'Umar melakukan shalat jenazah pada Al-Walid saat dia mangkat pada 715.{{sfn|Biesterfeldt|Günther|2018|p=1001}}
Dia mengeluarkan dekrit perpajakan yang menyatakan:
<blockquote>Barangsiapa masuk Islam, baik Nasrani, Yahudi atau Majusi, di antara mereka yang sekarang dikenai pajak dan yang bergabung dengan Muslim [masuk Islam] di tempat tinggalnya, meninggalkan tempat tinggal sebelumnya{{sic}}, maka ia mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti yang mereka [orang-orang Muslim] miliki, dan mereka [orang-orang Muslim] wajib bergaul dengannya dan memperlakukannya sebagai salah satu dari mereka.{{sfn|Gibb|1955|p=3}}</blockquote>


Mungkin untuk mencegah potensi pukulan balik dari penentang langkah-langkah pemerataan, Umar memperluas upaya Islamisasi yang terus menguat di bawah pemerintahan pendahulu Marwaniyah. Upaya tersebut mencakup langkah-langkah untuk membedakan Muslim dari non-Muslim dan pengukuhan [[ikonoklasme]] Islam.{{sfn|Blankinship|1994|p=32}} Menurut [[Khalid Yahya Blankinship]], Dia menghentikan ritual untuk mengutuk Khalifah [[Ali bin Abi Thalib]] ({{reign|656|661}}), sepupu dan menantu Muhammad, dalam khotbah [[sholat Jumat]] yang sudah menjadi tradisi bagi Bani Umayyah.{{sfn|Blankinship|1994|p=32–33}} Berdasarkan keadaan umat Islam saat itu, Umar kemudian memerintahkan pengumpulan [[hadis]] (perkataan dan tindakan yang dikaitkan dengan nabi Islam [[Muhammad]]) pertama secara resmi, karena khawatir sebagian di antaranya akan hilang.{{sfn|Blankinship|1994|p=32–35}}
== Masa Sulaiman ==
Sepeninggal Al-Walid, [[Sulaiman bin Abdul-Malik|Sulaiman bin 'Abdul Malik]] yang merupakan adik kandungnya dinobatkan sebagai khalifah dan memimpin kekhalifahan dari [[Yerusalem]] ([[Al Quds|Al-Quds]]). Pada masanya, para pejabat yang berkuasa pada masa Al-Walid dilucuti satu-persatu dari jabatan mereka. Al-Hajjaj sudah meninggal tatkala Sulaiman naik takhta, tapi kerabat dan sekutunya diberhentikan dan mendapat hukuman. Di sisi lain, lawan politik mereka menempati berbagai kedudukan penting pada masa Sulaiman. Salah satu di antaranya adalah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz.


===Pemerintahan provinsi===
Sulaiman yang juga merupakan sepupu 'Umar sangat memberikan penghormatan padanya.{{sfn|Wellhausen|1927|p=268}} Bersama seorang ulama ''[[tabi'in]]'' Raja' bin Haiwah, 'Umar menjadi penasihat utama Sulaiman. Dia mendampingi Sulaiman dalam memimpin rombongan haji pada 716 dan sampai kembalinya di Yerusalem. Tampaknya dia juga mendampingi Sulaiman di [[Dabiq]] saat kekhalifahan berperang melawan [[Kekaisaran Romawi Timur|Kekaisaran Romawi]].{{sfn|Cobb|2000|p=821}}
Tak lama setelah aksesinya, Umar merombak pemerintahan provinsi.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Dia menunjuk orang-orang kompeten yang bisa dia kendalikan, menunjukkan niatnya "untuk mengawasi pemerintahan provinsi".{{sfn|Kennedy|2004|p=106}} Wellhausen mencatat bahwa khalifah tidak membiarkan para gubernur bertindak sendiri sebagai imbalan atas penerusan pendapatan provinsi; sebaliknya, ia secara aktif mengawasi pemerintahan gubernurnya dan kepentingan utamanya adalah "bukan pada peningkatan kekuasaan melainkan pada penegakan hak."{{sfn|Wellhausen|1927|p=270}}


Dia membagi lagi jabatan gubernur besar yang didirikan di Irak dan Kekhalifahan timur di bawah raja muda Abdul Malik, al-Hajjaj bin Yusuf.{{sfn|Kennedy|2004|p=106}} Orang yang ditunjuk Sulaiman untuk provinsi super ini, [[Yazid bin al-Muhallab]], dipecat dan dipenjarakan oleh Umar karena gagal meneruskan rampasan dari penaklukan sebelumnya atas [[Tabaristan]] di sepanjang [[Laut Kaspia|Kaspia]] bagian selatan pantai ke perbendaharaan khalifah.{{sfn|Kennedy|2004|p=106}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}} Sebagai pengganti Ibnul Muhallab, ia menunjuk Abdul Hamid bin Abdurrahman bin Zaid bin Khattab, anggota keluarga Khalifah Umar bin Khattab, sebagai gubernur [[Kufah]], [[Adi bin Artah al-Fazari]] sebagai gubernur [[Basra]], [[al-Jarrah bin Abdullah]] sebagai gubernur [[Khorasan Raya|Khorasan]] dan [[Amr bin Muslim al-Bahili]], saudara sang penakluk [[Qutaibah bin Muslim]], sebagai gubernur [[Sind (provinsi khalifah)|Sind]]. Dia juga menunjuk [[Umar bin Hubairah al-Fazari]] sebagai gubernur baru [[Al-Jazira (provinsi khalifah)|al-Jazira]] (Mesopotamia Atas). Meskipun banyak dari orang-orang yang ditunjuk ini adalah murid al-Hajjaj atau berafiliasi dengan faksi [[Qais 'Ailan]], Umar memilih mereka berdasarkan keandalan dan integritas mereka, bukan karena oposisi terhadap pemerintahan Sulaiman.{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}}
Pada awalnya, Sulaiman menunjuk salah seorang putranya, Ayyub, menjadi putra mahkota, tetapi Ayyub meninggal lebih dulu pada awal 717.{{sfn|Wellhausen|1927|p=264}} Sulaiman yang saat itu sakit keras kemudian berencana menunjuk putranya yang lain, Dawud, sebagai putra mahkota, tetapi Raja' bin Haiwah tidak sepakat dengan alasan bahwa Dawud sedang berperang di [[Konstantinopel]] dan tidak ada kejelasan mengenai kembalinya. Raja' mengusulkan agar mengangkat 'Umar bin 'Abdul 'Aziz sebagai pewaris{{sfn|Cobb|2000|p=821}}{{sfn|Kennedy|2016|p=106}}{{sfn|Hawting|2000|p=72}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} sebab 'Umar dikenal sebagai salah satu tokoh yang bijaksana, cakap, dan saleh pada masa itu. Sulaiman menyepakati usulan tersebut. Namun demi menghindari perselisihan di dalam tubuh Umayyah antara pihak 'Umar bin 'Abdul 'Aziz dengan saudara-saudara Sulaiman, Sulaiman menetapkan saudaranya, [[Yazid bin Abdul-Malik|Yazid]], sebagai wakil putra mahkota. Hal ini bermakna bahwa setelah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz, Yazid yang akan menjadi khalifah. Raja' yang dipasrahi urusan ini segera mengumpulkan anggota Bani Umayyah di masjid dan meminta mereka bersumpah setia untuk menerima wasiat Sulaiman yang masih dirahasiakan. Setelah mereka menyatakan kepatuhan, barulah Raja' mengumumkan bahwa 'Umar bin 'Abdul 'Aziz yang akan menjadi khalifah sepeninggal Sulaiman. Saudara Sulaiman yang lain, [[Hisyam bin Abdul-Malik|Hisyam]], menentang keputusan tersebut, tetapi kemudian diancam akan dijatuhi hukuman, sehingga Hisyam patuh.{{sfn|Hawting|2000|p=72}} Saat berada di atas mimbar, 'Umar meminta agar Hisyam yang pertama kali memberikan sumpah setia (''bai'at''). Hisyam kemudian maju membai'atnya, diikuti hadirin yang lain.{{sfn|Powers|1990|pp=72–73}}


Umar mengangkat [[as-Samah bin Malik al-Khaulani]] ke [[al-Andalus]] (Semenanjung Iberia) dan [[Ismail bin Ubaidillah bin Abi al-Muhajir]] ke [[Ifriqiyah]]. Dia memilih gubernur-gubernur ini karena mereka dianggap netral dalam [[perpecahan Qais–Yaman|faksionalisme suku antara Qays dan Yaman]] dan keadilan mereka terhadap kaum tertindas.{{sfn|Wellhausen|1927|pp=269–270}}
Namun menurut sejarawan Reinhard Eisener, peran Raja' dalam masalah ini dipandang "dilebih-lebihkan". Hal ini lantaran penunjukkan 'Umar dipandang sudah sesuai tradisi. Ayah 'Umar sendiri, 'Abdul 'Aziz, sebenarnya adalah putra mahkota dari ayah Sulaiman, Khalifah 'Abdul Malik.{{sfn|Eisener|1997|p=822}} Meski begitu, 'Abdul 'Aziz tidak mewarisi takhta lantaran meninggal lebih dulu dari 'Abdul Malik,{{sfn|Hawting|2000|p=59}} sehingga setelah 'Abdul Malik mangkat, tampuk kekhalifahan dialihkan ke putra-putra 'Abdul Malik.


===Kebijakan militer===
Sulaiman mangkat pada September 717 dan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz didaulat sebagai khalifah tanpa penentangan berarti.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}
[[File:47-cropped-manasses-chronicle.jpg|thumb|upright=1.2|alt=Medieval miniature showing cavalry sallying from a city and routing an enemy army|[[Pengepungan Konstantinopel (717–718)|Pengepungan Arab Kedua atas Konstantinopel]], seperti yang digambarkan dalam terjemahan [[Bahasa Bulgaria|Bulgaria]] abad ke-14 dari ''[[Konstantinos Manasses]]''.]]


Setelah aksesinya pada akhir tahun 717, Umar memerintahkan penarikan pasukan Muslim yang dipimpin oleh sepupunya [[Maslamah bin Abdul Malik]] dari pengepungan mereka yang gagal terhadap Konstantinopel ke wilayah [[Antiokhia]] dan [[Malatya]], lebih dekat ke perbatasan Suriah.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Dia menugaskan ekspedisi pada musim panas tahun 718 untuk memfasilitasi penarikan mereka.{{sfn|Blankinship|1994|p=34}} Umar terus melakukan serangan musim panas tahunan terhadap perbatasan Bizantium,{{sfn|Cobb|2000|p=821}} yang kemudian dianggap di luar dari kewajiban [[jihad]].{{sfn|Wellhausen|1927|p=268}} Dia tetap tinggal di Suriah utara, sering kali tinggal di tanah miliknya di [[Khanasir|Khunasirah]], di mana dia membangun markas besar yang dibentengi.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}{{sfn|Powers|1989|p=75, note 263}}
== Khalifah ==
'Umar di[[bai'at]] sebagai khalifah pada hari Jum'at setelah shalat Jum'at. Berbeda saat masih menjadi gubernur, gaya hidup 'Umar menjadi sangat sederhana pada saat menjadi khalifah. Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari<ref>{{ar}} Jalaluddin Suyuthi (w. 911 H). ''[http://shamela.ws/old_site/open.php?&book=622 Tarikh al-Khulafa]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}'' (Sejarah Para Khalifah).</ref> atau 60 dirham perbulan.


Suatu saat pada tahun 717, dia mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Ibnu Hatim bin an-Nu'man al-Bahili ke [[Azerbaijan (Iran)|Adharbayjan]] untuk membubarkan sekelompok orang Turki yang telah melancarkan serangan yang merusak terhadap provinsi tersebut.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Pada tahun 718, ia berturut-turut mengerahkan pasukan Irak dan Suriah untuk menekan pemberontakan [[Khawarij]] di Irak, meskipun beberapa sumber mengatakan pemberontakan tersebut berhasil diselesaikan secara diplomatis.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}
Segera setelah mendengar berita kematian Khalifah Sulaiman, '[[Abdul Aziz bin Al-Walid|Abdul 'Aziz]] yang merupakan putra Khalifah Al-Walid langsung bergegas menuju Damaskus beserta pasukannya, tanpa mengetahui pihak yang menggantikan Sulaiman. Sebagai catatan, Al-Walid pernah berusaha melepas posisi Sulaiman sebagai putra mahkota untuk diserahkan kepada 'Abdul 'Aziz, tetapi Al-Walid lebih dulu meninggal sebelum keinginannya diresmikan, sehingga Sulaiman yang pada akhirnya menjadi khalifah. 'Umar menyambut 'Abdul 'Aziz dengan tangan terbuka dan menyatakan siap untuk menyerahkan kekuasaan padanya jika itu kehendaknya. Mendengar jawabannya, 'Abdul 'Aziz membalas, "''Tidak ada orang selainmu yang aku harapkan mengisi kekuasaan ini''."{{sfn|Powers|1990|p=74}}


Umar sering dianggap sebagai seorang pasifis oleh sumber-sumber tersebut dan Cobb mengaitkan kelelahan khalifah dengan perang karena kekhawatiran akan berkurangnya dana perbendaharaan kekhalifahan.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Wellhausen menegaskan bahwa Umar "tidak menyukai perang penaklukan, karena dia tahu betul bahwa perang tersebut dilakukan bukan demi Tuhan, melainkan demi rampasan".{{sfn|Wellhausen|1927|p=268}} Meskipun begitu, Blankinship menganggap alasan ini "tidak cukup".{{sfn|Blankinship|1994|p=33}} Ia berpendapat bahwa bangsa Arab menghadapi kerugian besar dalam pengepungan mereka yang gagal terhadap Konstantinopel, termasuk penghancuran angkatan laut mereka, yang menyebabkan Umar melihat posisinya di Andalusia, dipisahkan oleh wilayah Kekhalifahan lainnya melalui laut, terutama [[Kilikia]] yang sangat rentan terhadap serangan Bizantium. Oleh karena itu, dia memilih untuk menarik pasukan Muslim dari kedua wilayah tersebut. Perhitungan yang sama menyebabkan dia mempertimbangkan penarikan pasukan Muslim dari Transoxiana untuk menopang pertahanan Suriah.{{sfn|Blankinship|1994|pp=33–34}} Shaban memandang upaya Umar untuk mengekang serangan terkait dengan kebencian elemen tentara Yamani, yang menurut Shaban dominan secara politik di bawah pemerintahan Umar, dikarenakan penempatan posisi mereka yang berlebihan di ketentaraan.{{sfn|Blankinship|1994|p=33}}
=== Administrasi Provinsi ===
Segera setelah menjadi khalifah, 'Umar merombak ulang administrasi provinsi-provinsi di kekhalifahan.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Dia melakukan pemekaran atas provinsi di kawasan timur kekhalifahan yang dibentuk pada masa Khalifah 'Abdul Malik bin Marwan dan Al-Hajjaj bin Yusuf.{{sfn|Kennedy|2016|p=106}} Gubernur yang ditunjuk Sulaiman untuk provinsi besar ini, [[Yazid bin al-Muhallab|Yazid bin Muhallab]], diberhentikan dan ditahan lantaran tidak menyetorkan harta rampasan perang dari penaklukan sebelumnya atas kawasan [[Thabaristan]] ke kas perbendaharaan negara.{{sfn|Kennedy|2016|p=106}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}} 'Umar kemudian menunjuk beberapa gubernur baru untuk beberapa provinsi. Perinciannya:{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}}
Meskipun ia menghentikan ekspansi lebih lanjut ke arah timur, masuknya Islam di sejumlah kota di Transoxiana menghalangi penarikan pasukan Arab dari sana oleh Umar.{{sfn|Wellhausen|1927|pp=268–269}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}} Selama masa pemerintahannya, pasukan Muslim di Andalusia menaklukkan dan membentengi kota pesisir Mediterania [[Narbonne]] di Prancis modern.{{sfn|Wellhausen|1927|p=269, note 1}}
* Kawasan timur
** [[Kufah]]: 'Abdul Hamid bin 'Abdurrahman bin Zaid bin Khattab (masih anggota keluarga '[[Umar bin Khattab]])
** [[Basra]]h: 'Adi bin Arthah al-Fazari
** [[Khorasan Raya|Khorasan]]: [[Al-Jarrah bin Abdullah|Al-Jarrah bin 'Abdullah]]
** [[Sindh]]: 'Amr bin Muslim al-Bahili
** [[Al-Jazirah]] (Mesopotamia Hulu): 'Umar bin Hubairah
* Kawasan barat
** [[Al-Andalus]]ia ([[semenanjung Iberia]]): [[As-Samh bin Malik Al-Khaulani|As-Samh bin Malik al-Khaulani]]
** [[Ifriqiya]]h (Afrika Utara): [[Ismail bin Ubaidillah bin Abi al-Muhajir|Ismail bin 'Abdullah bin Abi al-Muhajir]]
* Kawasan lain
**[[Arminiya|Armenia]] dan Azerbaijan: [[Abdul Aziz bin Hatim bin An-Nu'man]] seperti yang disebutkan [[Khalifah bin Khayyath]] dalam ''Tarikh Khalifah bin Khayyath''. Abdul Aziz bin Hatim juga disebutkan menjabat sebagai gubernur Al-Jazirah.<ref>{{ar}} [http://islamport.com/w/trj/Web/71/16223.htm Tarikh Dimasyq, Ibnu Asakir] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230220030332/http://islamport.com/w/trj/Web/71/16223.htm |date=2023-02-20 }}</ref>
**Kawasan [[Mesir]] sendiri gubernur sebelumnya adalah [[Abdul Malik bin Rifa'ah]] lalu Umar menggantinya dengan [[Ayyub bin Syurahbil|Ayyub bin Syurahbil al-Ashbahi]].<ref name="Tarikh">{{cite web|title=Tarikh Madinah Dimasyq - jilid 37|page=16|author=Ibnu Asakir|author-link=Ibnu Asakir|language=ar|website=ar.lib.eshia.ir|url=https://ar.lib.eshia.ir/22014/37/16|access-date=2023-12-19|archive-date=2023-12-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20231219073033/https://ar.lib.eshia.ir/22014/37/16|dead-url=no}}</ref>
**[[Jund Hims]]: Yazid bin Al-Hushain bin Numair As-Sakuni.{{sfn|Crone|1980|p=127}}
**[[Jund al-Urdunn]]: Ubadah bin Nusai al-Kindi.{{sfn|Crone|1980|p=127}}
**[[Jund Dimasyq]]: Muhammad bin Suwaid bin Kultsum al-Fihri{{sfn|Crone|1980|pp=126–127}} dan Adh-Dhahhak bin Abdurrahman al-Asy'ari.{{sfn|Crone|1980|p=127}}
**[[Jund Qinnasrin]]: [[Al-Walid bin Hisyam al-Mu'aithi]] dan Hilal bin Abdul A'la.{{sfn|Crone|1980|p=127}}
**[[Jund Filasthin]]: Nadhr bin Yarim bin Ma'dikarib bin Abrahah bin ash-Shabbah.{{sfn|Crone|1980|p=127}}


== Kematian ==
Meski pejabat baru yang ditunjuk di kawasan timur ini dulunya pengikut Al-Hajjaj atau dari kelompok Qais, 'Umar menunjuk mereka atas dasar kecakapan, bukan lantaran mereka adalah lawan politik Khalifah Sulaiman.{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}} Pilihannya untuk gubernur Al-Andalus dan Ifriqiyah berangkat dari pandangan 'Umar tentang netralitas mereka atas persaingan antara kelompok Qais dan Yamani, juga keadilan mereka terhadap pihak-pihak yang tertindas.{{sfn|Wellhausen|1927|pp=269–270}} 'Umar tampak memilih orang cakap yang dapat dia kendalikan, menunjukkan niatnya untuk benar-benar melakukan pengawasan cermat atas tiap-tiap provinsi.{{sfn|Kennedy|2016|p=106}} Sejarawan Wellhausen mencatat bahwa 'Umar tidak membiarkan para gubernur mengatur wilayah mereka sendiri hanya karena sudah menyetorkan pendapatan daerah ke pusat, tetapi secara aktif mengawasi administrasi para gubernurnya.{{sfn|Wellhausen|1927|p=270}}
Dalam perjalanan kembali dari Damaskus ke [[Aleppo]] atau mungkin ke tanah miliknya di Khunasirah, Umar jatuh sakit.{{sfn|Cobb|2000|p=822}} Ia meninggal antara tanggal 5 Februari dan 10 Februari 720,{{sfn|Cobb|2000|p=822}} pada usia 37 tahun,{{sfn|Wellhausen|1927|p=311}} di desa [[Dayr Syarqi|Dayr Sim'an]] (juga disebut Dayr al-Naqira) dekat [[Ma'arrat an-Nu'man]].{{sfn|Cobb|2000|p=822}} Umar telah membeli sebidang tanah di sana dengan dananya sendiri dan dimakamkan di desa tersebut, di mana reruntuhan makamnya, yang dibangun pada tanggal yang tidak diketahui, masih terlihat.{{sfn|Cobb|2000|p=822}} Setelah kematian Umar, [[Yazid II]] dinominasikan sebagai khalifah kesembilan.{{sfn|Kennedy|2004|p=107}}


=== Militer ===
==Warisan==
Sumber-sumber tradisional Muslim sepakat bahwa Umar adalah orang yang saleh dan memerintah seperti seorang Muslim sejati yang bertentangan dengan khalifah Umayyah lainnya, yang umumnya dianggap sebagai "perampas kekuasaan, tiran, dan pemimpin zalim yang [seolah] tidak bertuhan".{{sfn|Kennedy|2004|p=106}} Tradisi tersebut mengakui Umar sebagai khalifah otentik, sedangkan Bani Umayyah lainnya hanya dipandang sebagai raja.{{sfn|Hawting|2000|p=77}} Dalam pandangan Hawting, hal ini antara lain didasarkan pada fakta sejarah dan watak serta tindakan Umar. Ia berpendapat bahwa Umar "benar-benar seperti yang ditunjukkan oleh semua bukti, dia adalah orang yang terhormat, bermartabat, dan seorang penguasa yang patut dihormati."{{sfn|Hawting|2000|p=72}} Karena masa jabatannya yang terbilang singkat, sulit untuk menilai pencapaian kekhalifahan dan motifnya.{{sfn|Hawting|2000|p=77}} Memang benar, Kennedy menyebut Umar sebagai "karakter paling membingungkan di antara para penguasa Marwaniyah."{{sfn|Kennedy|2004|p=106}} Sejarawan modern sepakat bahwa Umar "adalah seorang individu saleh yang berusaha memecahkan masalah-masalah pada zamannya dengan cara yang dapat mendamaikan kebutuhan dinasti dan negaranya dengan tuntutan Islam".{{sfn|Hawting|2000|p=77}} Dalam penilaian [[H. A. R. Gibb|H.A.R. Gibb]], Umar bertindak mencegah runtuhnya kekhalifahan dengan "menjaga persatuan bangsa Arab; menghilangkan keluhan dari para ''mawālī''"; dan mendamaikan kehidupan politik dengan klaim agama."{{sfn|Gibb|1955|p=2}}
[[Berkas:47-cropped-manasses-chronicle.jpg|jmpl|upright=1.2|alt=Medieval miniature showing cavalry sallying from a city and routing an enemy army|[[Pengepungan Konstantinopel (717–718)]], digambarkan dalam terjemahan [[Konstantinos Manasses|Kronik Manasses]] ke dalam [[bahasa Bulgaria]] pada abad ke-14.]]

Dalam urusan militer, 'Umar cenderung [[Pasifisme|pasif]] bila dibandingkan pendahulunya, meskipun sejarawan Cobb mengaitkan sikap 'Umar dengan kekhawatiran akan menipisnya perbendaharaan negara.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Wellhausen menegaskan bahwa 'Umar tidak menyukai perang penaklukan, mengetahui bahwa mereka digaji bukan untuk kepentingan Allah, tetapi karena rampasan perang.{{sfn|Wellhausen|1927|p=268}} Segera setelah menjadi khalifah, dia memerintahkan agar pasukan Muslim yang dikomando oleh [[Maslamah bin Abdul-Malik|Maslamah bin 'Abdul-Malik]] segera ditarik dari pengepungan Konstantinopel dan mundur ke Malatya di [[kawasan Anatolia Timur]]/[[Armenia Barat]]. Terlepas dari penarikan tersebut, 'Umar terus melakukan serangan musim panas tahunan pada perbatasan [[Kekaisaran Romawi Timur|Romawi]], sebagai bagian dari kewajiban [[jihad]]. 'Umar tetap berada di Syria utara, sering kali tinggal di tanah miliknya di Khanasir, tempat dia membangun benteng.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}{{sfn|Powers|1989|p=75, catatan 263}}

Pada suatu waktu pada tahun 717, 'Umar mengirim pasukan ke [[Azerbaijan (Iran)|Azerbaijan selatan]] di bawah kepemimpinan [[Abdul Aziz bin Hatim bin An-Nu'man|Ibnu Hatim bin Nu'man al-Bahili]] untuk menumpas sekelompok bangsa Turki yang melakukan perusakan di kawasan tersebut. Pada 718, dia mengerahkan berturut-turut pasukan Iraq dan Syria untuk menekan pemberontakan [[Khawarij]] di Iraq, meski sebagian sumber menyatakan bahwa gerakan perlawanan ini diredam dengan diplomasi.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Di sepanjang perbatasan timur laut kekhalifahan, di [[Transoxiana]], Islam sudah memiliki kedudukan mapan di beberapa kota, mencegah 'Umar untuk menarik pasukan Arab dari sana.{{sfn|Wellhausen|1927|pp=268–269}} Meski demikian, dia mencegah untuk melakukan perluasan wilayah lebih jauh ke timur.{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}} Pada masa kekuasaannya, pasukan Muslim yang berpusat di Al-Andalus menaklukkan kota [[Narbonne]] di kawasan [[Negeri Franka|Franka]] selatan.{{sfn|Wellhausen|1927|p=269, catatan 1}}

=== Pembaharuan ===
'Umar bin 'Abdul 'Aziz merupakan seorang [[ulama]] dan dia sendiri dikelilingi ulama-ulama besar seperti Muhammad bin Ka'ab dan Maimun bin Mihran. Dia menawarkan tunjangan kepada para guru dan mendorong pendidikan. Melalui teladan pribadinya, dia menanamkan kesalehan, ketabahan, etika bisnis, dan kejujuran moral di masyarakat. Pembaharuan yang dia lakukan termasuk memperketat larangan minum-minuman keras, melarang ketelanjangan publik, menghapus pemandian umum campur laki-laki dan perempuan, dan pemberian [[dispensasi]] zakat yang adil. Dia memerintahkan pengerjaan berbagai bangunan umum di Persia, Khorasan, dan Afrika Utara, seperti pembangunan kanal, jalan, [[karavanserai]], dan klinik kesehatan. 'Umar juga melanjutkan program kesejahteraan dari beberapa khalifah Umayyah terakhir dan memperluasnya, termasuk program-program untuk anak yatim dan orang miskin.<ref name="historyofislam.com">{{cite web|url=http://historyofislam.com/contents/the-age-of-faith/omar-bin-abdul-aziz/|title=Omar bin Abdul Aziz|date=11 Desember 2009|access-date=2023-04-11|archive-date=2023-02-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230220122627/https://historyofislam.com/contents/the-age-of-faith/omar-bin-abdul-aziz/|dead-url=no}}</ref>

'Umar juga dipuji lantaran memerintahkan pengumpulan resmi [[Hadis|hadits]] yang pertama kali lantaran adanya kekhawatiran akan hilangnya sebagian hadits. Mereka yang diperintahkan 'Umar melaksanakan perintah tersebut antara lain Abu Bakar bin Muhammad bin Hazm dan [[Ibnu Syihab az-Zuhri]].<ref>{{cite web |url=http://people.uncw.edu/bergh/par246/L21RHadithCriticism.htm |title=Archived copy |accessdate=2006-09-28 |deadurl=yes |archiveurl=https://web.archive.org/web/20070311144448/http://people.uncw.edu/bergh/par246/L21RHadithCriticism.htm |archivedate=2007-03-11 |df= }}</ref>

Beberapa pembaharuan lain yang 'Umar lakukan:<ref>{{cite web|url=http://www.turntoislam.com/forum/showthread.php?t=13713|title=The Great Khalifah Umar ibn Abdul Aziz - TurnToIslam Islamic Forum & Social Network|website=www.turntoislam.com|access-date=2023-04-11|archive-date=2012-08-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20120829231906/http://www.turntoislam.com/forum/showthread.php?t=13713|dead-url=no}}</ref>

* Melarang pejabat negara untuk berbisnis
* Pekerja tanpa bayaran dianggap ilegal
* Tanah penggembalaan dan cagar alam yang diperuntukkan bagi keluarga para pejabat tinggi dibagikan secara merata pada orang miskin dan tujuan budidaya.
* Mendesak semua pejabat untuk mendengarkan keluhan orang-orang dan pada setiap kesempatan, diumumkan bahwa jika ada yang melihat petugas yang memperlakukan masyarakat tidak sebagaimana mestinya, dia harus melaporkannya dan sang pelapor akan diberikan hadiah mulai dari 100 hingga 300 [[dirham]].

Pada masa sebelumnya, Bani Umayyah terkenal akan permusuhannya terhadap [[ahlul bait]] (keluarga Nabi Muhammad) dan mengharuskan para khatib untuk melakukan celaan pada Khalifah '[[Ali bin Abi Thalib]] pada khutbah shalat Jum'at. 'Umar bin 'Abdul 'Aziz kemudian memerintahkan agar kebiasaan itu dihapus.{{sfn|Najeebabadi|2000|p=198}} Tanah Fadak yang dikuasai Bani Umayyah sejak masa Khalifah Marwan bin al-Hakam juga dikembalikan kepada [[Bani Hasyim]]. Sebagai catatan, tanah Fadak adalah tanah milik Nabi Muhammad di kawasan [[Khaybar|Khaibar]] yang berdasar perintah Nabi, hasil dari pengelolaannya diberikan kepada kalangan Bani Hasyim yang membutuhkan.

==== Pajak ====
[[Berkas:Dirham of Umar II, 718-719.jpg|jmpl|upright=1.2|[[Dirham]] perak 'Umar bin 'Abdul 'Aziz]]
Di masa khalifah Umayyah sebelumnya, Muslim Arab memiliki hak istimewa terkait keuangan daripada Muslim non-Arab. [[Mualaf]] dari kalangan non-Arab tetap diwajibkan membayar pajak [[jizyah]] seperti saat mereka belum masuk Islam. 'Umar kemudian menghapuskan kebijakan ini dan membebaskan semua Muslim dari pembayaran jizyah, tanpa memandang asal-usul mereka. Meski begitu, 'Umar juga membuat penjagaan agar keuangan negara tidak runtuh saat terjadi gelombang mualaf yang berakibat menyusutnya penerimaan jizyah.{{sfn|Hawting|2000|p=77}} Mualaf non-Arab tidak lagi membayar jizyah, tetapi tanah mereka menjadi tanah desa dan dikenakan ''[[kharaj]]'' atau cukai tanah.{{sfn|Kennedy|2004|p=107}}

=== Dakwah ===
Mengikuti teladan [[Nabi Muhammad]], 'Umar mengirim utusan ke [[Dinasti Tang|Tiongkok]] dan [[Kekaisaran Tibet|Tibet]] dan mengajak pemimpin mereka memeluk Islam. Di masa 'Umar bin 'Abdul 'Aziz inilah Islam berakar kuat dan diterima sebagian besar masyarakat [[Persia Raya|Persia]] dan Mesir. Saat para pejabat mengeluhkan merosotnya pendapatan dari jizyah lantaran terjadinya gelombang mualaf, 'Umar membalas bahwa dia menerima tampuk kekhalifahan untuk mengajak orang-orang masuk Islam, bukan menjadi penagih pajak. Jumlah Muslim non-Arab yang semakin besar menjadikan pusat negara bergeser yang semula dari [[Madinah]] dan Damaskus menjadi Persia dan Mesir.<ref name="historyofislam.com"/>

'Umar juga mengajak raja-raja di India untuk memeluk Islam dan menjadi bawahan khalifah. Sebagai balasan, mereka tetap mempertahankan kedudukan mereka sebagai raja. Beberapa raja menerima tawaran tersebut dan mulai mengadopsi nama Arab.{{sfn|Wink|2002|p=207}}

==== Surat dari Raja Sriwijaya ====
Tercatat Raja [[Sriwijaya]] pernah dua kali mengirimkan surat kepada khalifah [[Bani Umayyah]]. Surat pertama dikirim kepada [[Mu'awiyah bin Abu Sufyan]], dan yang kedua kepada 'Umar bin 'Abdul 'Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Ibnu Abd Rabbih ([[860]]-[[940]]) dalam karyanya ''Al-Iqdul Farid''. Potongan surat tersebut berbunyi:<ref>{{cite book
|last = Azra
|first = Azyumardi
|authorlink = Azyumardi Azra
|title = Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII
|publisher = Prenada Media
|date = 2004
|language = Indonesia
|pages = 27-28
|}}</ref>

{{quote|Dari Rajadiraja...; yang adalah keturunan seribu raja ... kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan yang lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan; dan saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan [[Islam]] kepada saya, dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya.}}

== Mangkat ==
Kebijakan pembaharuan yang dilakukan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz mengusik para bangsawan Umayyah karena hak istimewa mereka dihilangkan sebagai bagian dari pembaharuan yang dilakukan 'Umar. Hal ini mendorong mereka menyuap seorang budak milik 'Umar bernama Alas dengan uang sejumlah 1.000 [[dinar emas]] dan [[manumisi|kebebasan dirinya]] agar mau meracuni makanan 'Umar. 'Umar yang mengetahui tindakan budaknya kemudian mengambil uang 1.000 dinar tersebut dan dimasukkan ke [[baitul mal]], sedangkan Alas diperintahkan pergi sebagai orang merdeka.{{sfn|Najeebabadi|2000|p=210}} Dalam perjalanannya pulang dari Damaskus ke [[Aleppo]], atau saat berada di Khanasir, dia jatuh sakit. 'Umar mangkat antara tanggal 5 sampai 10 Februari 720 pada usia 37 tahun{{sfn|Wellhausen|1927|p=311}} di Dayr Sim'an di Aleppo barat laut.{{sfn|Cobb|2000|p=822}} 'Umar membeli sebidang tanah di desa dan menjadi tempat jenazahnya dikebumikan. Sisa-sisa makamnya masih terlihat, makamnya tidak diketahui secara pasti waktu pembuatannya.{{sfn|Kennedy|2016|p=107}}

Sumber-sumber sejarah Muslim utamanya sepakat akan kesalehan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz dan dia dipandang sebagai seorang pemimpin Muslim teladan, menjadikannya kerap disejajarkan dengan empat [[Khulafaur Rasyidin|khalifah rasyidah]]. Hal ini berseberangan dengan beberapa khalifah lain dari Bani Umayyah yang kerap dianggap sebagai perampas tak bertuhan dan zalim, sehingga mereka lebih dipandang sebagai seorang [[raja (gelar)|raja]] dan bukan khalifah sejati selayaknya 'Umar bin 'Abdul 'Aziz. Dalam pandangan sejarawan Hawting, penggambaran ini sebagian memang berangkat dari fakta-fakta sejarah serta sifat dan tindakan 'Umar, tetapi selain itu juga didasarkan atas "kebutuhan dan pandangan tradisi." Kennedy menyebut 'Umar sebagai "sosok paling membingungkan di antara penguasa Marwani". Menurut Hawting, sejarawan Jerman [[Julius Wellhausen]] menandai perubahan dalam studi Barat mengenai 'Umar yang awalnya dipandang sebagai "idealis yang tak praktis" beralih ke pandangan yang lebih modern sebagai "seorang saleh yang berusaha menyelesaikan masalah pada zamannya dengan jalan yang akan menyesuaikan kebutuhan dinastinya dan negara dengan tuntutan Islam."{{sfn|Hawting|2000|p=77}}

Seorang ulama sunni [[Kesultanan Mughal|Mughal]] Syah Waliullah Dehlawi pada abad ke-18 menyatakan,<ref>Izalat al-Khafa, hlm. 77 bagian 7.</ref> "Seorang [[mujaddid]] muncul di tiap akhir abad. Mujaddid pada abad pertama (hijriah) adalah imam ahlus-sunnah, 'Umar bin 'Abdul 'Aziz. Mujaddid abad kedua adalah imam ahlus-sunnah, Muhammad Idris Syafi'i ([[Abu Abdullah Muhammad asy-Syafi'i|Imam Asy-Syafi'i]]). Mujaddid abad ketiga adalah imam ahlus-sunnah, Abu Hasan Asy'ari ([[Abu al-Hasan al-Asy'ari|Imam Asy'ari]]). Mujaddin abad keempat adalah [[Hakim an-Naisaburi|Abu 'Abdullah Hakim Naisaburi]].

Sepeninggal 'Umar bin 'Abdul 'Aziz, tampuk kekhalifahan diserahkan kepada sepupunya yang juga saudara seayah Khalifah Al-Walid dan Khalifah Sulaiman, [[Yazid bin Abdul-Malik|Yazid bin 'Abdul-Malik]].

== Keluarga ==

=== Orangtua ===
'''Ayah''' — [[Abdul Aziz bin Marwan|'''<nowiki/>'Abdul 'Aziz''']]. Gubernur Mesir pada 686 sampai wafatnya pada 705. Wakil putra mahkota pada masa Khalifah [[Marwan bin al-Hakam|Marwan]]. Putra mahkota pada masa Khalifah [[Abdul Malik bin Marwan|'Abdul Malik]].

* '''Kakek''' — [[Marwan bin al-Hakam|'''Marwan''' bin al-Hakam]]. Khalifah yang berkuasa pada 684 – 685.
* '''Nenek''' — '''Laila''' binti Zabban. Berasal dari Bani Kalb.

'''Ibu''' — '''Laila'''. Juga kerap disebut Ummu 'Ashim.

* '''Kakek''' — '''[[Ashim bin Umar|<nowiki/>'Ashim]]'''. Ahli fiqih, perawi hadits, dan ''[[tabi'in]]''.
** '''Kakek buyut''' — [[Umar bin Khattab|'''<nowiki/>'Umar''' bin Khattab]]. Khalifah yang berkuasa pada 634 – 644.
** '''Nenek buyut''' — '''Jamilah''' binti Tsabit. Berasal dari [[Bani Aus]].
* '''Nenek''' — '''Ummu Ammarah'''<ref>{{cite book
| title = Ibu Sekuat Seribu Lelaki
| authors = Ibnu Watiniyah
| url = https://books.google.co.id/books?id=uz9iDAAAQBAJ&pg=PA18&dq=ashim+ibn+umar&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjyzbHSvNPTAhXMRI8KHTGyDNY4ChC7BQhOMAY#v=onepage&q=ashim%20ibn%20umar&f=false
| page = 17-18
| publisher = Puspa Swara
| id = ISBN 9791479925, 9789791479929
| access-date = 2023-04-11
| archive-date = 2023-04-26
| archive-url = https://web.archive.org/web/20230426063945/https://books.google.co.id/books?id=uz9iDAAAQBAJ&pg=PA18&dq=ashim+ibn+umar&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjyzbHSvNPTAhXMRI8KHTGyDNY4ChC7BQhOMAY#v=onepage&q=ashim%20ibn%20umar&f=false
| dead-url = no
}}</ref>

=== Pasangan ===

* '''Fatimah'''. Putri '[[Abdul Malik bin Marwan]], khalifah yang berkuasa pada 685 – 705.
* '''Lamis''' binti 'Ali
* '''Ummu 'Utsman''' binti Syu'aib

=== Putra ===

* '''<nowiki/>'Abdul Malik'''
* '''<nowiki/>'Abdul 'Aziz'''
* '''<nowiki/>'[[Abdullah bin Umar bin Abdul-Aziz|Abdullah]]'''
* '''Ibrahim'''
* '''Ishaq'''
* '''Ya'qub'''
* '''Bakar'''
* '''Al-Walid'''
* '''Musa'''
* '''<nowiki/>'Ashim'''
* '''Yazid'''
* '''Zaban'''
* '''<nowiki/>'Abdullah'''

=== Putri ===

* '''Aminah'''
* '''Ummu Ammar'''
* '''Ummu 'Abdullah'''


== Silsilah ==
== Silsilah ==
{{ahnentafel

{{ahnentafel | align = center
|collapsed=yes|align=center
| boxstyle_1 = background-color: #fcc;
|boxstyle_1=background-color: #fcc;
| boxstyle_2 = background-color: #fb9;
|boxstyle_2=background-color: #fb9;
| boxstyle_3 = background-color: #ffc;
|boxstyle_3=background-color: #ffc;
| boxstyle_4 = background-color: #bfc;
|boxstyle_4=background-color: #bfc;
|1= 1. '''Umar II, Khalifah Umayyah ke-8'''
| boxstyle_5 = background-color: #9fe;
|2= 2. [[Abdul Aziz bin Marwan]]{{sfn|Wellhausen|1927|p=267}}
| 1 = Umar bin Abdul Aziz<br>('''Umar II''')
|3= 3. Ummu Ashim binti Ashim{{sfn|Cobb|2000|pp=821–822}}
| 2 = [[Abdul Aziz bin Marwan]]
|4= 4. [[Marwan I|Marwan I, Khalifah Umayyah ke-4]]{{sfn|ibn Sa'd|1997|p=153}}
| 3 = Laila binti Ashim<br>(Ummu 'Ashim)
|5= 5. Lailah binti Zabban{{sfn|Fishbein|1990|p=162}}
| 4 = [[Marwan bin al-Hakam]], Khalifah Ummayah<br>('''Marwan I''')
|6= 6. [[Ashim bin Umar]]{{sfn|ibn Sa'd|1997|p=153}}
| 5 = Laila binti Zabban
|7=
| 6 = [[Ashim bin Umar]]
|8= 8. [[Al-Hakam bin Abi al-Ash]]{{sfn|ibn Sa'd|1997|p=20}}
| 7 =
|9= 9. Aminah binti Alqamah al-Kinaniyya{{sfn|ibn Sa'd|1997|p=20}}
| 8 = [[al-Hakam bin Abi al-Ash]]
|10= 10. Zabban bin al-Asbagh al-Kalbi{{sfn|Fishbein|1990|p=162}}
| 9 = Aminah binti 'Alqamah al-Kinaniyya
|11=
| 10 = Zabban bin al-Asbagh al-Kalbiyya
|12= 12. [[Umar bin Khattab|Umar I, Khalifah Rasyidin ke-2]]{{sfn|ibn Sa'd|1997|p=153}}
| 11 =
|13= 13. [[Jamilah binti Tsabit]]{{sfn|ibn Sa'd|1997|p=6}}
| 12 = [[Umar bin Khattab]], Khulafaur Rasyidin<br>('''Umar I''')
|14=
| 13 = Jamilah binti Thabit
| 14 =
|15=
}}
}}


== Rujukan ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}


=== Daftar pustaka ===
== Daftar pustaka ==
* {{cite book |last1=Biesterfeldt |first1=Hinrich |last2=Günther |first2=Sebastian |title=The Works of Ibn Wāḍiḥ al-Yaʿqūbī (Volume 3): An English Translation |date=2018 |publisher=Brill |location=Leiden |isbn=978-90-04-35621-4 |url=https://books.google.com/books?id=OHxTDwAAQBAJ |ref=harv}}
*{{cite book |last1=Biesterfeldt |first1=Hinrich |last2=Günther |first2=Sebastian |title=The Works of Ibn Wāḍiḥ al-Yaʿqūbī (Volume 3): An English Translation |date=2018 |publisher=Brill |location=Leiden |isbn=978-90-04-35621-4 |url=https://books.google.com/books?id=OHxTDwAAQBAJ |ref=harv}}
*{{The End of the Jihad State|ref=harv}}
* {{EI2 |last=Cobb |first=P. M. |title=ʿUmar (II) b. ʿAbd al-ʿAzīz |volume = 10 |pages=821–822 |url=https://dx.doi.org/10.1163/1573-3912_islam_COM_1282}}
*{{EI2 |last=Cobb |first=P. M. |author-link=Paul M. Cobb |title=ʿUmar (II) b. ʿAbd al-ʿAzīz |volume = 10 |pages=821–822 |url=https://dx.doi.org/10.1163/1573-3912_islam_COM_1282|ref=harv}}
*{{Slaves on Horses}}
* {{Cite journal |last=Crone |first=Patricia |author-link=Patricia Crone |date=1994 |title=Were the Qays and Yemen of the Umayyad Period Political Parties? |journal=Der Islam |publisher=Walter de Gruyter and Co. |volume=71 |issue=1 |pages=1–57 |doi=10.1515/islm.1994.71.1.1 |s2cid=154370527 |issn=0021-1818 |ref=harv}}
* {{EI2 |last=Eisener |first=R. |article=Sulaymān b. ʿAbd al-Malik |authorlink= |volume=9 |pages=821–822}}
*{{EI2 |article=Sulaymān b. ʿAbd al-Malik |last=Eisener |first=R. |authorlink= |volume=9 |pages=821–822|ref=harv}}
* {{cite book |last=Hawting |first=G. R. |title=The First Dynasty of Islam: The Umayyad Caliphate AD 661–750 (2nd Edition) |location=London and New York |publisher=Routledge |year=2000 |isbn=0-415-24072-7 |url=https://books.google.com/books?id=tNiAAgAAQBAJ |ref=harv}}
* {{The History of al-Tabari |volume=23 |url={{Google Books|XEsflZBlADwC|plainurl=y}}}}
*{{The History of al-Tabari|volume=21|url=https://archive.org/stream/LEKJHFNM/21%20The%20Victory%20Of%20The%20Marwanids%20A.H.66-73%20Vol.21#page/n181/mode/1up|ref=harv}}
*{{cite journal |last1=Gibb |first1=H. A. R. |author-link=H. A. R. Gibb |title=The Fiscal Rescript of ʿUmar II |journal=Arabica |date=January 1955 |volume=2 |issue=1 |pages=1–16 |publisher=Brill|jstor=4055283 |doi=10.1163/157005855X00158 |ref=harv}}
* {{cite book |last=Kennedy |first=Hugh N. |title=The Prophet and the Age of the Caliphates: The Islamic Near East from the 6th to the 11th Century |edition=Second |year=2004 |publisher=Pearson Education Ltd. |location=Harlow, UK |isbn=0-582-40525-4 |url=https://books.google.com/books?id=Wux0lWbxs1kC |ref=harv}}
*{{The First Dynasty of Islam|edition=Second|ref=harv}}
* {{cite book |last=Kennedy |first=Hugh N. |title=The Prophet and the Age of the Caliphates: The Islamic Near East from the 6th to the 11th Century |edition=Third |year=2016 |orig-year=2004 |publisher=Routledge |location=London and New York |isbn=978-1-138-78760-5 |url=https://books.google.com/books?id=Kak0CwAAQBAJ |ref=harv}}
*{{cite book |last1=Hoyland |first1=Robert G. |author-link=Robert G. Hoyland |title=In God's Path: the Arab Conquests and the Creation of an Islamic Empire |url=https://archive.org/details/ingodspatharabco0000hoyl |date=2015 |publisher=Oxford University Press |ref=RGHIGP2015}}
* {{cite book |last=Najeebabadi |first=Akbar Shah |title=The History Of Islam; Volume Two |year=2000 |publisher=Darussalam |location=Riyadh, Arab Saudi|ref=harv}}
*{{The Prophet and the Age of the Caliphates |edition=Second|ref=harv}}
* {{The History of al-Tabari |volume=24 |url={{Google Books|m15CKZc-TMAC|plainurl=y}}}}
* {{cite book |last1=Powers |first1=David Stephan |title=The History of al-Tabari, Vol. XXIV., The Empire in Transition; The Caliphates of Sulayman, ‘Umar, and Yazid |year=1990 |publisher=State University of New York Press |location=New York |ref=harv}}
*{{cite book |last1=Marsham |first1=Andrew |title=The Historian of Islam at Work: Essays in Honor of Hugh N. Kennedy |date=2022 |publisher=Brill |location=Leiden |isbn=978-90-04-52523-8 |pages=12–45 |url=https://books.google.com/books?id=kQmWEAAAQBAJ |chapter=Kinship, Dynasty, and the Umayyads|ref=harv}}
* {{cite book |last1=Wellhausen |first1=Julius |authorlink=Julius Wellhausen |translator=Margaret Graham Weir |title=The Arab Kingdom and its Fall |year=1927 |publisher=University of Calcutta |location=Calcutta |oclc=752790641 |url=https://archive.org/details/arabkingdomandit029490mbp |ref=harv}}
*{{cite book |last1=Mourad |first1=Suleiman Ali |title=Early Islam Between Myth and History: Al-Ḥaṣan Al-Baṣrī (d. 110H/728CE) and the Formation of His Legacy in Classical Islamic Scholarship |date=2006 |publisher=Brill |location=Leiden |isbn=90-04-14829-9 |url=https://books.google.com/books?id=BrPCUtkOKMUC |ref=harv}}
*{{The History of al-Tabari |volume=24 |url={{Google Books|m15CKZc-TMAC|plainurl=y}}|ref=harv}}
* {{citation |last=Wink |first=André |title=Al-Hind: The Making of the Indo-Islamic World |publisher=Brill |year=2002 |edition=Third |origyear=first published 1996 |isbn=978-0391041738 |url=https://books.google.co.uk/books?id=bCVyhH5VDjAC}}
*{{cite book|first=Muḥammad|last=bin Sa'ad|author-link=Ibnu Sa'ad|translator=[[Aisha Abdurrahman Bewley|Aisha Bewley]]|title=The Men of Madina|volume=Dua|url=https://books.google.com/books?id=u2EkAQAAIAAJ|year=1997|publisher=Ta-Ha|isbn=978-1-897940-90-7}}
*Tillier, Mathieu. (2014). [https://journals.openedition.org/beo/3231 Califes, émirs et cadis : le droit califal et l'articulation de l'autorité judiciaire à l'époque umayyade], ''Bulletin d’Études Orientales'', 63 (2014), p. 147–190.
*{{The Arab Kingdom and its Fall|ref=harv}}
* {{The History of al-Tabari|ref=harv}}
* {{cite book | title = Historiae, Vol. 2 | editor-first=M. Th. | editor-last=Houtsma | last = Al-Ya'qubi | first=Ahmad ibn Abu Ya'qub | author-link=Al-Ya'qubi | year=1883 | publisher=E. J. Brill | location=Leiden | url = https://books.google.com/books?id=wD0yAQAAMAAJ |ref=harv}}
* {{cite book | last = Khalifah ibn Khayyat | author-link = Khalifah bin Khayyat | title = Tarikh Khalifah ibn Khayyat, 3rd ed | publisher = Dar Taybah | language = ar | year = 1985 | location = Al-Riyadh | editor-last = al-Umari | editor-first = Akram Diya' |ref=harv}}
* {{cite book | last = McMillan | first = M.E. | title = The Meaning of Mecca: The Politics of Pilgrimage in Early Islam | publisher = Saqi | location = London | year = 2011 | isbn = 978-0-86356-437-6 | url = https://books.google.com/books?id=AjYhBQAAQBAJ |ref=harv}}
*{{cite book | title=The Origins of the Islamic State, Part I | others=Trans. Philip Khuri Hitti | last=Al-Baladhuri| first=Ahmad ibn Jabir | author-link=Al-Baladzuri | year=1916 | publisher=Columbia University | location=New York | url = https://books.google.com/books?id=z5FCAAAAYAAJ |ref=harv}}
*{{Encyclopaedia of Islam, New Edition|ref={{harvid|EI2}}}}


{{S-start}}
{{S-start}}
{{s-hou|Marwani||2 November 682||4 Februari 720|[[Bani Umayyah]]}}
{{s-hou|[[Dinasti Umayyah]]||ca. 682||Februari 720}}
{{S-bef|before = [[Sulaiman bin Abdul Malik|Sulaiman]]}}
{{s-rel|su}}
{{S-ttl|title = [[Khalifah]]<br />[[Daftar khalifah#Wangsa Umayyah (661–750)|Khalifah Umayyah]]|years=22 September 717&ndash;Februari 720}}
{{s-bef|before=[[Sulaiman bin Abdul-Malik|Sulaiman bin 'Abdul Malik]]}}
{{S-aft|after = [[Yazid II]]}}
{{s-ttl|title=[[Daftar khalifah|Khalifah]]|years=22 September 717 – 5 Februari 720}}
{{S-off}}
{{s-aft|after=[[Yazid bin Abdul-Malik|Yazid bin 'Abdul Malik]]}}
{{S-bef|before = [[Hisyam bin Ismail al-Makhzumi]]}}
{{s-end}}
{{S-ttl|title = [[Daftar gubernur khilafah di Madinah|Gubernur Madinah]]|years=Maret 706&ndash;Mei 712}}
{{S-aft|after = [[Utsman bin Hayyan al-Murri]]}}
{{S-end}}


{{Bani Umayyah}}
{{Bani Umayyah}}

Revisi per 24 Februari 2024 13.55

Umar bin Abdul Aziz
عُمَر بْن عَبْد الْعَزِيز
Amirul Mukminin
Khalifatullah
Dinar emas Khalifah Umar II, c. 719
Khalifah Kekhalifahan Umayyah ke-8
Berkuasa22 September 717 – 4 Februari 720
(2 tahun, 137 hari)
PendahuluSulaiman bin Abdul Malik
PenerusYazid bin Abdul Malik
Gubernur Madinah
Masa jabatan[1]706 – 712
PendahuluHisyam bin Ismail al-Makhzumi[2]
PenerusUtsman bin Hayyan al-Murri[3]
Informasi pribadi
Kelahiranc. 682
Madinah,[4] Hijaz, Kekhalifahan Umayyah
Kematianc. Februari 720 (39 tahun)
Dayr Sim'an, Syam, Kekhalifahan Umayyah
WangsaUmayyah (Marwani)
Nama lengkap
ʿUmar bin ʿAbd al-ʿAzīz Arab: عُمَر بْن عَبْد الْعَزِيز
Nama dan tanggal periode
Kekhalifahan Umayyah: 661–750
AyahAbdul Aziz bin Marwan
IbuLaila binti Ashim
Istri
Anak
  • Abdullah
  • Abdul Malik
  • Abdul Aziz
  • Ashim
  • Abdurrahman
  • Sulaiman
  • Maslamah
  • Zaid
  • Ubaidillah
  • Utsman
AgamaIslam
Nama Arab
Pribadi (Ism)ʿUmar
Patronimik (Nasab)ʿUmar bin ʿAbd al-ʿAzīz bin Marwān bin al-Ḥakam bin Abī al-ʿĀṣ bin Umayyah bin ʿAbd as-Syams
Teknonim (Kunyah)Abu ʿAbdillah

Umar bin Abdul Aziz (Arab: عُمَر بْن عَبْد الْعَزِيز بْن مَرْوَان, translit. ʿUmar ibn ʿAbd al-ʿAzīz ibn Marwān; c. 680 – Februari 720), juga dikenal dengan nama Umar II (Arab: عمر الثاني, translit. ʿUmar ats-Tsānī), adalah khalifah Kekhalifahan Umayyah kedelapan, yang memerintah dari tahun 717 hingga kematiannya pada tahun 720. Ia dianggap telah melakukan reformasi yang signifikan terhadap pemerintahan pusat Umayyah, dengan menjadikannya jauh lebih efisien dan egaliter. Pemerintahannya ditandai dengan pengumpulan hadis resmi pertama dan mandat pendidikan universal kepada masyarakat.

Dia mengirim utusan ke Tiongkok dan Tibet, mengundang penguasa mereka untuk menerima Islam. Selama tiga tahun pemerintahannya, Islam diterima oleh sebagian besar penduduk Persia dan Mesir. Ia juga memerintahkan penarikan pasukan Muslim di berbagai front seperti di Konstantinopel, Asia Tengah dan Septimania. Meskipun selama pemerintahannya, Bani Umayyah telah memperoleh banyak wilayah taklukan baru di Semenanjung Iberia. Umar dianggap oleh banyak Muslim sebagai mujaddid pertama dan Khulafaur Rasyidin kelima, selain Hasan bin Ali menurut beberapa cendekiawan Muslim. Ia dihormati sebagai "Umar II" karena kemiripan karakternya dengan kakek buyutnya dari pihak ibu, khalifah Umar bin Khattab.

Kehidupan awal

Umar kemungkinan lahir di Madinah sekitar tahun 680.[5][6] Ayahnya, Abdul Aziz bin Marwan, berasal dari klan kaya Bani Umayyah yang tinggal di kota, sedangkan ibunya, Laila binti Ashim, adalah cucu dari Khalifah kedua, Umar bin Khattab (m. 634–644).[7] Silsilahnya dari Khalifah Umar yang sangat dihormati nantinya akan banyak ditekankan oleh para sejarawan untuk membedakannya dari penguasa Bani Umayyah lainnya.[5]

Pada saat kelahirannya, cabang Bani Umayyah lainnya, Sufyaniyah, memerintah Kekhalifahan dari ibu kota Damaskus. Ketika Khalifah yang berkuasa Yazid I (m. 680–683) dan putra serta penerusnya, Muawiyah II (m. 683–684), meninggal dalam waktu singkat berturut-turut pada tahun 683 dan 684, otoritas Umayyah runtuh di seluruh Kekhalifahan dan Bani Umayyah di Hijaz, termasuk Madinah, diusir oleh para pendukung khalifah saingannya, Abdullah bin Zubair (m. 683–692). Orang-orang Umayyah yang diusir dari Hijaz berlindung di Suriah, tempat suku-suku Arab yang loyal mendukung dinasti tersebut. Kakek Umar dari pihak ayah, Marwan I (m. 684–685), akhirnya diakui oleh suku-suku ini sebagai khalifah dan dengan dukungan mereka, menegaskan kembali kekuasaan Umayyah di Suriah.[8]

Pada tahun 685, Marwan menggulingkan gubernur Ibnu Zubair dari Mesir dan mengangkat ayah Umar sebagai gubernur Mesir yang baru.[9] Umar menghabiskan sebagian masa kecilnya di Mesir, khususnya di Hulwan, yang menjadi pusat pemerintahan ayahnya antara tahun 686 dan kematiannya pada tahun 705.[6] Kemudian, Umar menempuh pendidikannya di Madinah,[6] yang telah direbut kembali oleh Bani Umayyah di bawah pimpinan paman Umar, Khalifah Abdul Malik (m. 685–705) pada tahun 692.[10] Setelah menghabiskan sebagian besar masa mudanya di Madinah, Umar mengembangkan hubungan dengan para ulama, orang-orang saleh, serta para perawi hadis di kota itu.[6] Setelah kematian ayah Umar, Abdul Malik memanggil Umar ke Damaskus untuk mengatur pernikahan Umar dengan putrinya, Fatimah.[6] Umar juga memiliki dua istri lainnya: yaitu sepupu dari pihak ibu, Ummu Syu'aib atau Ummu Utsman yang merupakan putri Syu'aib atau Sa'id bin Zabban dari suku Bani Kalb, dan Lamis binti Ali dari Bani al-Harits. Dari istri-istrinya ia diketahui memiliki tujuh anak, serta tujuh anak lainnya dari selir.[11]

Gubernur Madinah

Tak lama setelah aksesinya, putra dan penerus Abdul Malik, al-Walid I (m. 705–715), menunjuk Umar sebagai gubernur Madinah.[6] Menurut Julius Wellhausen, niat al-Walid adalah menggunakan Umar untuk mendamaikan penduduk kota Madinah dengan pemerintahan Umayyah dan "menghilangkan ingatan jahat [sic]" dari gubernur Umayyah sebelumnya, yaitu Hisyam bin Ismail al-Makhzumi, yang memerintah penduduk Madinah dengan sangat keras.[5] Umar mengambil alih jabatan tersebut pada bulan Februari/Maret 706 dan yurisdiksinya kemudian diperluas ke Makkah dan Tha'if.[6]

Informasi mengenai pemerintahannya sebagai gubernur sangat sedikit, namun sebagian besar catatan tradisional mencatat bahwa ia adalah "gubernur yang adil".[6] Dia sering memimpin ibadah haji tahunan di Makkah dan menunjukkan dukungan terhadap para ulama fikih di Madinah, khususnya Sa'id bin al-Musayyib.[6] Umar menoleransi kritik terbuka dari banyak ulama terhadap perilaku pemerintahan Bani Umayyah.[5] Namun, laporan lain menyatakan bahwa Umar memiliki kekayaan yang cukup signifikan pada awal karirnya sebagai gubernur.[6] Atas perintah al-Walid, Umar melakukan rekonstruksi dan perluasan Masjid Nabawi di Madinah mulai tahun 707.[6] Di bawah pemerintahan Umar yang cukup lunak, Hijaz umumnya menjadi tempat perlindungan terbaik bagi orang-orang buangan politik dan agama Irak yang melarikan diri dari penganiayaan al-Hajjaj bin Yusuf, raja muda al-Walid yang berkuasa di bagian timur Kekhalifahan.[6] Menurut sejarawan Paul M. Cobb, hal ini justru menjadi "kehancuran" bagi Umar karena al-Hajjaj menekan khalifah untuk memecat Umar pada bulan Mei/Juni 712.[6]

Punggawa al-Walid dan Sulaiman

Meskipun telah dipecat, namun Umar tetap mendukung al-Walid. Hal itu dikarenakan saudara perempuannya, Ummul Banin binti Abdul Aziz, merupakan istri dari khalifah al-Walid.[12] Dia tetap berada di istana al-Walid di Damaskus sampai kematian khalifah pada tahun 715,[6] dan menurut riwayat dari sejarawan abad ke-9 al-Ya'qubi, dia memimpin shalat jenazah untuk al-Walid.[13] Saudara laki-laki al-Walid dan penerusnya, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik (m. 715–717), menempatkan Umar pada jabatan yang cukup tinggi.[12] Bersama Raja' bin Haiwah, seorang tokoh agama berpengaruh di istana Bani Umayyah, Umar menjabat sebagai penasihat utama Sulaiman.[6] Dia menemani Khalifah ketika memimpin ibadah haji ke Makkah pada tahun 716 dan sekembalinya ke Yerusalem.[6] Demikian pula, ia berada di sisi khalifah di kamp pasukan Muslim di Dabiq di Suriah utara, di mana Sulaiman mengerahkan upaya perang besar-besaran untuk menaklukkan ibu kota Kekaisaran Bizantium, Konstantinopel pada tahun 717.[6]

Kekhalifahan (717–720)

Aksesi

Menurut sumber-sumber Muslim tradisional, ketika Sulaiman sakit keras di Dabiq, dia dibujuk oleh Raja' untuk menunjuk Umar sebagai penggantinya.[6][14][15][16] Putra Sulaiman, Ayyub, adalah calon pertamanya, namun Ayyub telah meninggal dunia sebelum dirinya,[17] sementara putra-putranya yang lain masih terlalu muda atau sedang berperang di front Bizantium.[15] Pencalonan Umar membatalkan keinginan Abdul Malik, yang berusaha membatasi jabatan hanya pada keturunan langsungnya.[6] Pengangkatan Umar, seorang anggota cabang kadet dinasti, dibandingkan keturunan langsung Abdul Malik lain yang mungkin lebih berpengaruh, telah mengejutkan para pangeran Sulaiman.[16] Menurut Wellhausen, "tidak ada seorang pun yang memimpikan hal ini, terutama dirinya sendiri [Umar]".[16] Pada awalnya, Raja' memanggil para pangeran Umayyah ke masjid Dabiq dan menanyakan apakah mereka bersedia untuk mengakui wasiat dari Sulaiman, sementara Raja' sendiri masih menyembunyikan nama pengganti yang telah ditunjuk kepada para pangeran.[16] Setelah para pangeran Bani Umayyah menerima dan mengakui wasiat Sulaiman, barulah Raja mengungkapkan bahwa Umar adalah calon khalifah yang telah ditunjuk oleh Sulaiman.[16] Hisyam bin Abdul Malik pada awalnya menentang penunjukan Umar, namun ia akhirnya mengalah setelah diancam dengan kekerasan.[16] Potensi konflik intra-dinasti ini kemudian dapat dicegah dengan penunjukan putra Abdul Malik, Yazid II, sebagai penerus Umar.[15]

Menurut sejarawan Reinhard Eisener, peran Raja' dalam aksesi Umar kemungkinan besar telah "dilebih-lebihkan." Kejadian yang mungkin "lebih masuk akal" adalah bahwa suksesi Umar merupakan hasil dari "pola tradisional, seperti senioritas dan klaim yang beralasan" yang berasal dari penunjukan ayah Umar sebelumnya, Abdul Aziz, sebagai penerus Abdul Malik oleh Khalifah Marwan I,[18] yang tidak terwujud karena Abdul Aziz meninggal dunia mendahului Abdul Malik.[19] Umar menyetujuinya tanpa perlawanan berarti pada tanggal 22 September 717, dan kemudian dilantik sebagai khalifah beberapa hari kemudian.[6]

Reformasi

Dirham perak Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Reformasi paling signifikan yang dilakukan Umar adalah memberikan kesetaraan antara orang Arab dan mawālī (Muslim non-Arab). Hal ini terutama berlaku bagi pasukan non-Arab dalam pasukan Muslim, yang pada awalnya tidak memiliki hak atas bagian rampasan, tanah, dan gaji yang sama dengan yang diberikan kepada tentara Arab. Kebijakan tersebut juga berlaku bagi masyarakat Muslim secara luas.[20] Di bawah pemerintahan Bani Umayyah sebelumnya, Muslim Arab mempunyai keistimewaan finansial tertentu dibandingkan Muslim non-Arab. Orang non-Arab yang masuk Islam tetap diharuskan membayar jizyah yang mereka bayarkan sebelum menjadi Muslim. Umar menerapkan sistem baru yang membebaskan seluruh umat Islam, apapun asal usul mereka, dari pajak jizyah. Dia juga menambahkan beberapa pengamanan pada sistem untuk memastikan bahwa perpindahan agama secara massal ke Islam tidak akan menyebabkan runtuhnya keuangan pemerintahan Bani Umayyah.[21] Berdasarkan kebijakan pajak yang baru, mawālī yang berpindah agama tidak akan membayar jizyah (atau pajak dzimmi lainnya). Namun, setelah mereka masuk Islam, tanah milik mereka akan menjadi milik desa dan mereka tetap bertanggung jawab atas tarif penuh kharaj (pajak tanah). Hal ini mengkompensasi hilangnya pendapatan karena berkurangnya basis pajak jizyah.[22] Dia mengeluarkan dekrit perpajakan yang menyatakan:

Barangsiapa masuk Islam, baik Nasrani, Yahudi atau Majusi, di antara mereka yang sekarang dikenai pajak dan yang bergabung dengan Muslim [masuk Islam] di tempat tinggalnya, meninggalkan tempat tinggal sebelumnya [sic], maka ia mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti yang mereka [orang-orang Muslim] miliki, dan mereka [orang-orang Muslim] wajib bergaul dengannya dan memperlakukannya sebagai salah satu dari mereka.[23]

Mungkin untuk mencegah potensi pukulan balik dari penentang langkah-langkah pemerataan, Umar memperluas upaya Islamisasi yang terus menguat di bawah pemerintahan pendahulu Marwaniyah. Upaya tersebut mencakup langkah-langkah untuk membedakan Muslim dari non-Muslim dan pengukuhan ikonoklasme Islam.[24] Menurut Khalid Yahya Blankinship, Dia menghentikan ritual untuk mengutuk Khalifah Ali bin Abi Thalib (m. 656–661), sepupu dan menantu Muhammad, dalam khotbah sholat Jumat yang sudah menjadi tradisi bagi Bani Umayyah.[25] Berdasarkan keadaan umat Islam saat itu, Umar kemudian memerintahkan pengumpulan hadis (perkataan dan tindakan yang dikaitkan dengan nabi Islam Muhammad) pertama secara resmi, karena khawatir sebagian di antaranya akan hilang.[26]

Pemerintahan provinsi

Tak lama setelah aksesinya, Umar merombak pemerintahan provinsi.[6] Dia menunjuk orang-orang kompeten yang bisa dia kendalikan, menunjukkan niatnya "untuk mengawasi pemerintahan provinsi".[14] Wellhausen mencatat bahwa khalifah tidak membiarkan para gubernur bertindak sendiri sebagai imbalan atas penerusan pendapatan provinsi; sebaliknya, ia secara aktif mengawasi pemerintahan gubernurnya dan kepentingan utamanya adalah "bukan pada peningkatan kekuasaan melainkan pada penegakan hak."[27]

Dia membagi lagi jabatan gubernur besar yang didirikan di Irak dan Kekhalifahan timur di bawah raja muda Abdul Malik, al-Hajjaj bin Yusuf.[14] Orang yang ditunjuk Sulaiman untuk provinsi super ini, Yazid bin al-Muhallab, dipecat dan dipenjarakan oleh Umar karena gagal meneruskan rampasan dari penaklukan sebelumnya atas Tabaristan di sepanjang Kaspia bagian selatan pantai ke perbendaharaan khalifah.[14][28] Sebagai pengganti Ibnul Muhallab, ia menunjuk Abdul Hamid bin Abdurrahman bin Zaid bin Khattab, anggota keluarga Khalifah Umar bin Khattab, sebagai gubernur Kufah, Adi bin Artah al-Fazari sebagai gubernur Basra, al-Jarrah bin Abdullah sebagai gubernur Khorasan dan Amr bin Muslim al-Bahili, saudara sang penakluk Qutaibah bin Muslim, sebagai gubernur Sind. Dia juga menunjuk Umar bin Hubairah al-Fazari sebagai gubernur baru al-Jazira (Mesopotamia Atas). Meskipun banyak dari orang-orang yang ditunjuk ini adalah murid al-Hajjaj atau berafiliasi dengan faksi Qais 'Ailan, Umar memilih mereka berdasarkan keandalan dan integritas mereka, bukan karena oposisi terhadap pemerintahan Sulaiman.[28]

Umar mengangkat as-Samah bin Malik al-Khaulani ke al-Andalus (Semenanjung Iberia) dan Ismail bin Ubaidillah bin Abi al-Muhajir ke Ifriqiyah. Dia memilih gubernur-gubernur ini karena mereka dianggap netral dalam faksionalisme suku antara Qays dan Yaman dan keadilan mereka terhadap kaum tertindas.[29]

Kebijakan militer

Medieval miniature showing cavalry sallying from a city and routing an enemy army
Pengepungan Arab Kedua atas Konstantinopel, seperti yang digambarkan dalam terjemahan Bulgaria abad ke-14 dari Konstantinos Manasses.

Setelah aksesinya pada akhir tahun 717, Umar memerintahkan penarikan pasukan Muslim yang dipimpin oleh sepupunya Maslamah bin Abdul Malik dari pengepungan mereka yang gagal terhadap Konstantinopel ke wilayah Antiokhia dan Malatya, lebih dekat ke perbatasan Suriah.[6] Dia menugaskan ekspedisi pada musim panas tahun 718 untuk memfasilitasi penarikan mereka.[30] Umar terus melakukan serangan musim panas tahunan terhadap perbatasan Bizantium,[6] yang kemudian dianggap di luar dari kewajiban jihad.[12] Dia tetap tinggal di Suriah utara, sering kali tinggal di tanah miliknya di Khunasirah, di mana dia membangun markas besar yang dibentengi.[6][31]

Suatu saat pada tahun 717, dia mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Ibnu Hatim bin an-Nu'man al-Bahili ke Adharbayjan untuk membubarkan sekelompok orang Turki yang telah melancarkan serangan yang merusak terhadap provinsi tersebut.[6] Pada tahun 718, ia berturut-turut mengerahkan pasukan Irak dan Suriah untuk menekan pemberontakan Khawarij di Irak, meskipun beberapa sumber mengatakan pemberontakan tersebut berhasil diselesaikan secara diplomatis.[6]

Umar sering dianggap sebagai seorang pasifis oleh sumber-sumber tersebut dan Cobb mengaitkan kelelahan khalifah dengan perang karena kekhawatiran akan berkurangnya dana perbendaharaan kekhalifahan.[6] Wellhausen menegaskan bahwa Umar "tidak menyukai perang penaklukan, karena dia tahu betul bahwa perang tersebut dilakukan bukan demi Tuhan, melainkan demi rampasan".[12] Meskipun begitu, Blankinship menganggap alasan ini "tidak cukup".[32] Ia berpendapat bahwa bangsa Arab menghadapi kerugian besar dalam pengepungan mereka yang gagal terhadap Konstantinopel, termasuk penghancuran angkatan laut mereka, yang menyebabkan Umar melihat posisinya di Andalusia, dipisahkan oleh wilayah Kekhalifahan lainnya melalui laut, terutama Kilikia yang sangat rentan terhadap serangan Bizantium. Oleh karena itu, dia memilih untuk menarik pasukan Muslim dari kedua wilayah tersebut. Perhitungan yang sama menyebabkan dia mempertimbangkan penarikan pasukan Muslim dari Transoxiana untuk menopang pertahanan Suriah.[33] Shaban memandang upaya Umar untuk mengekang serangan terkait dengan kebencian elemen tentara Yamani, yang menurut Shaban dominan secara politik di bawah pemerintahan Umar, dikarenakan penempatan posisi mereka yang berlebihan di ketentaraan.[32]

Meskipun ia menghentikan ekspansi lebih lanjut ke arah timur, masuknya Islam di sejumlah kota di Transoxiana menghalangi penarikan pasukan Arab dari sana oleh Umar.[34][28] Selama masa pemerintahannya, pasukan Muslim di Andalusia menaklukkan dan membentengi kota pesisir Mediterania Narbonne di Prancis modern.[35]

Kematian

Dalam perjalanan kembali dari Damaskus ke Aleppo atau mungkin ke tanah miliknya di Khunasirah, Umar jatuh sakit.[36] Ia meninggal antara tanggal 5 Februari dan 10 Februari 720,[36] pada usia 37 tahun,[37] di desa Dayr Sim'an (juga disebut Dayr al-Naqira) dekat Ma'arrat an-Nu'man.[36] Umar telah membeli sebidang tanah di sana dengan dananya sendiri dan dimakamkan di desa tersebut, di mana reruntuhan makamnya, yang dibangun pada tanggal yang tidak diketahui, masih terlihat.[36] Setelah kematian Umar, Yazid II dinominasikan sebagai khalifah kesembilan.[22]

Warisan

Sumber-sumber tradisional Muslim sepakat bahwa Umar adalah orang yang saleh dan memerintah seperti seorang Muslim sejati yang bertentangan dengan khalifah Umayyah lainnya, yang umumnya dianggap sebagai "perampas kekuasaan, tiran, dan pemimpin zalim yang [seolah] tidak bertuhan".[14] Tradisi tersebut mengakui Umar sebagai khalifah otentik, sedangkan Bani Umayyah lainnya hanya dipandang sebagai raja.[21] Dalam pandangan Hawting, hal ini antara lain didasarkan pada fakta sejarah dan watak serta tindakan Umar. Ia berpendapat bahwa Umar "benar-benar seperti yang ditunjukkan oleh semua bukti, dia adalah orang yang terhormat, bermartabat, dan seorang penguasa yang patut dihormati."[15] Karena masa jabatannya yang terbilang singkat, sulit untuk menilai pencapaian kekhalifahan dan motifnya.[21] Memang benar, Kennedy menyebut Umar sebagai "karakter paling membingungkan di antara para penguasa Marwaniyah."[14] Sejarawan modern sepakat bahwa Umar "adalah seorang individu saleh yang berusaha memecahkan masalah-masalah pada zamannya dengan cara yang dapat mendamaikan kebutuhan dinasti dan negaranya dengan tuntutan Islam".[21] Dalam penilaian H.A.R. Gibb, Umar bertindak mencegah runtuhnya kekhalifahan dengan "menjaga persatuan bangsa Arab; menghilangkan keluhan dari para mawālī"; dan mendamaikan kehidupan politik dengan klaim agama."[38]

Silsilah

Referensi

  1. ^ Yarshater 1985–2007, v. 23: pp. 131-33, 139, 145, 148, 156, 183, 201-03; McMillan 2011, hlm. 95–96, 103–04; (EI2, s.v. "Umar (II) b. Abd al-Aziz"); Khalifah ibn Khayyat 1985, hlm. 311; Al-Ya'qubi 1883, hlm. 339; Al-Baladhuri 1916, hlm. 20.
  2. ^ Yarshater 1985–2007, v. 23: pp. 33, 71, 76, 114, 131-33; McMillan 2011, hlm. 79, 92–93, 95, 102–03; (EI2, s.v. "Makhzum"); Khalifah ibn Khayyat 1985, hlm. 293, 311; Al-Ya'qubi 1883, hlm. 335.
  3. ^ Yarshater 1985–2007, v. 23: pp. 202-03, 206 ff., 214, 217; v. 24: pp. 3-4; McMillan 2011, hlm. 105, 110–11; (EI2, s.v. "Murra"); Khalifah ibn Khayyat 1985, hlm. 311, 317; Al-Ya'qubi 1883, hlm. 353.
  4. ^ (Inggris) Umar II (Umayyad caliph) Diarsipkan 2016-08-04 di Wayback Machine.. Britannica Online Encyclopedia Diarsipkan 2018-01-26 di Wayback Machine..
  5. ^ a b c d e Wellhausen 1927, hlm. 267.
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Cobb 2000, hlm. 821.
  7. ^ a b Cobb 2000, hlm. 821–822.
  8. ^ Kennedy 2004, hlm. 90–91.
  9. ^ Kennedy 2004, hlm. 92–93.
  10. ^ Kennedy 2004, hlm. 98.
  11. ^ Marsham 2022, hlm. 41.
  12. ^ a b c d Wellhausen 1927, hlm. 268.
  13. ^ Biesterfeldt & Günther 2018, hlm. 1001.
  14. ^ a b c d e f Kennedy 2004, hlm. 106.
  15. ^ a b c d Hawting 2000, hlm. 72.
  16. ^ a b c d e f Wellhausen 1927, hlm. 265.
  17. ^ Wellhausen 1927, hlm. 264.
  18. ^ Eisener 1997, hlm. 822.
  19. ^ Hawting 2000, hlm. 59.
  20. ^ Blankinship 1994, hlm. 31.
  21. ^ a b c d Hawting 2000, hlm. 77.
  22. ^ a b Kennedy 2004, hlm. 107.
  23. ^ Gibb 1955, hlm. 3.
  24. ^ Blankinship 1994, hlm. 32.
  25. ^ Blankinship 1994, hlm. 32–33.
  26. ^ Blankinship 1994, hlm. 32–35.
  27. ^ Wellhausen 1927, hlm. 270.
  28. ^ a b c Wellhausen 1927, hlm. 269.
  29. ^ Wellhausen 1927, hlm. 269–270.
  30. ^ Blankinship 1994, hlm. 34.
  31. ^ Powers 1989, hlm. 75, note 263.
  32. ^ a b Blankinship 1994, hlm. 33.
  33. ^ Blankinship 1994, hlm. 33–34.
  34. ^ Wellhausen 1927, hlm. 268–269.
  35. ^ Wellhausen 1927, hlm. 269, note 1.
  36. ^ a b c d Cobb 2000, hlm. 822.
  37. ^ Wellhausen 1927, hlm. 311.
  38. ^ Gibb 1955, hlm. 2.
  39. ^ a b c ibn Sa'd 1997, hlm. 153.
  40. ^ a b Fishbein 1990, hlm. 162.
  41. ^ a b ibn Sa'd 1997, hlm. 20.
  42. ^ ibn Sa'd 1997, hlm. 6.

Daftar pustaka

Umar bin Abdul Aziz
Lahir: ca. 682 Meninggal: Februari 720
Didahului oleh:
Sulaiman
Khalifah
Khalifah Umayyah

22 September 717–Februari 720
Diteruskan oleh:
Yazid II
Jabatan politik
Didahului oleh:
Hisyam bin Ismail al-Makhzumi
Gubernur Madinah
Maret 706–Mei 712
Diteruskan oleh:
Utsman bin Hayyan al-Murri