Lompat ke isi

Ibrani 7

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Ibrani 7:25)
Ibrani 7
Sebagian naskah Papirus 13, yang memuat Surat Ibrani 2:14-5:5; 10:8-22; 10:29-11:13; 11:28-12:17, dibuat sekitar tahun 225-250 M.
KitabSurat Ibrani
KategoriSurat-surat Paulus/Surat-surat Am
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Baru
Urutan dalam
Kitab Kristen
19
pasal 6
pasal 8

Ibrani 7 (disingkat Ibr 7) adalah pasal ketujuh Surat kepada Orang Ibrani dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[1][2] Tidak diketahui pengarangnya, selain dari informasi bahwa ia seorang laki-laki (berdasarkan jenis kata yang dipakainya, misalnya di ayat 11:32)[3] dan kenal dekat dengan Timotius.[4]

Pembagian isi pasal menurut Terjemahan Baru:

Sebab Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi; ia pergi menyongsong Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan memberkati dia. (TB)[5]

Melkisedek, yang hidup sezaman dengan Abraham, adalah seorang Kanaan yang menjabat sebagai raja Salem dan sekaligus imam Allah (Kejadian 14:18). Arti nama dan gelarnya dijelaskan dalam bagian kedua Ibrani 7:2). Pada waktu menyongsong Abraham, ia "membawa roti dan anggur" dan kemudian memberkati Abraham (Kejadian 14:19). Abraham memberikan persepuluhan kepadanya dan diberkati olehnya (Ibrani 7:2–7). Penulis Surat Ibrani memandangnya sebagai lambang Yesus Kristus yang juga merupakan Imam dan Raja (Ibrani 7:3). Keimaman Kristus adalah "menurut peraturan Melkisedek" (Ibrani 6:20) yang berarti bahwa Kristus sudah ada sebelum dan lebih mulia daripada Abraham, Lewi, dan para imam Lewi.[6]

Kepadanyapun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya.
Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera.[7]
  • Bagian pertama mengutip dari bagian kedua Kejadian 14:20.
  • Bagian kedua merupakan penjelasan dari Kejadian 14:18
  • "Melkisedek" (bahasa Ibrani: מלכי־צדק‎; mal-kî-tse-ḏeq) secara harfiah berarti "raja" (mal-k(î); me-leḵ(-î); melk(i)) "kebenaran" (tse-ḏeq; sedek)"
  • "Raja Salem" (bahasa Ibrani: מלך שלם‎; me-leḵ shā-lêm), dapat diartikan "raja" (me-leḵ) "damai sejahtera" (shā-lêm; shalom; syalom; salem)
Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya.[8]

Ayat ini tidak berarti bahwa Melkisedek benar-benar tidak mempunyai ayah dan ibu atau tidak mempunyai kerabat atau bahwa ia seorang malaikat. Ayat ini hanyalah menunjukkan bahwa Alkitab tidak mencantumkan daftar keturunannya dan tidak mengatakan apa-apa mengenai awal dan akhir hidupnya. Oleh karena itu, ia melambangkan Kristus yang abadi, yang keimaman-Nya tidak pernah berakhir (Ibrani 7:24–25).[6]

Karena itu, andaikata oleh imamat Lewi telah tercapai kesempurnaan --sebab karena imamat itu umat Israel telah menerima Taurat--apakah sebabnya masih perlu seorang lain ditetapkan menjadi imam besar menurut peraturan Melkisedek dan yang tentang dia tidak dikatakan menurut peraturan Harun?[9]

Karena keimaman Lewi tidak sempurna (bandingkan Ibrani 10:4) dan dilaksanakan oleh orang-orang berdosa (Ibrani 7:27–28), maka keimaman itu kini diganti dengan imam yang sempurna, yaitu Putra Allah sendiri. Kristus adalah Imam yang sempurna karena Ia sama sekali benar, perlu mati satu kali saja untuk menjadi korban karena dosa-dosa kita, menjadi Imam kita yang abadi di hadapan Allah di sorga dan hidup untuk selama-lamanya (Ibrani 7:24–28). Oleh karena itu, Ia mampu menyelamatkan secara sempurna dan abadi semua yang datang kepada Allah melalui Dia (lihat Ibrani 7:25).[6]

Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apapun tentang imam-imam. (TB)[10]

Referensi silang: Matius 1:3, Lukas 3:33.

Sebab tentang Dia diberi kesaksian: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek." (TB)[11]
Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka. (TB)[12]
  • "Hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara": Kristus tinggal di sorga di hadapan Allah Bapa (Ibrani 8:1), memohon syafaat bagi setiap pengikut-Nya sesuai dengan kehendak Bapa (bandingkan Roma 8:33–34; 1 Timotius 2:5; 1 Yohanes 2:1)
    • 1) Melalui pelayanan syafaat Kristus, kita mengalami kasih dan kehadiran Allah serta memperoleh kemurahan dan kasih karunia untuk menolong orang beriman dalam segala macam keperluan (Ibrani 4:16), godaan (Lukas 22:32), kelemahan (Ibrani 4:15; Ibrani 5:2), dosa (1 Yohanes 1:9; 1 Yohanes 2:1), dan pencobaan (Roma 8:31–39).
    • 2) Doa Yesus sebagai Imam Besar bagi umat-Nya (Yohanes 17:1–26) dan keinginan-Nya untuk mencurahkan Roh Kudus atas semua orang percaya (Kisah Para Rasul 2:33), membantu orang beriman untuk memahami apa yang terkandung dalam pelayanan syafaat Kristus (lihat Yohanes 17:1).
    • 3) Melalui doa syafaat Kristus, setiap orang yang datang (yaitu, yang terus-menerus datang, karena bentuk partisip Yunani di sini adalah dalam bentuk masa kini, yang menekankan tindakan yang tak putus-putusnya) kepada Allah dapat menerima kasih karunia untuk diselamatkan dengan sempurna. Doa syafaat Kristus selaku Imam Besar sangat penting untuk keselamatan orang beriman. Tanpa doa syafaat itu dan tanpa kasih karunia-Nya, maka kemurahan dan pertolongan-Nya yang disalurkan kepada orang beriman melalui doa syafaat tersebut, orang itu akan jauh dari Allah, menjadi hamba dosa dan Iblis kembali sehingga mendatangkan hukuman kekal yang patut diterima. Satu-satunya harapan bagi orang beriman adalah datang kepada Allah oleh Kristus dengan iman (lihat 1 Petrus 1:5).
    • 4) Perhatikanlah bahwa Kristus tidak tetap menjadi pembela dan pengantara bagi mereka yang menolak untuk mengakui dan meninggalkan dosa serta yang meninggalkan persekutuan dengan Allah (bandingkan 1 Yohanes 1:5–7,9; 1 Yohanes 3:10). Perantaraan-Nya untuk "menyelamatkan dengan sempurna" hanya berlaku bagi "semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah" (bandingkan Ibrani 4:16). Tidak ada keselamatan dan jaminan bagi mereka yang dengan sengaja berdosa dan menolak untuk mencari Allah (Ibrani 10:21–31; lihat Ibrani 3:6).
    • 5) Karena Kristus merupakan satu-satunya pengantara dan Jurusyafaat kita di sorga, setiap usaha untuk memandang malaikat atau orang-orang kudus yang sudah meninggal sebagai pengantara dan memanjatkan doa kepada Bapa melalui mereka adalah sia-sia dan tidak alkitabiah (lihat Kolose 1:2; Kolose 2:18)[6]
Yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia (Yesus Kristus) mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.[13]
Sebab hukum Taurat menetapkan orang-orang yang diliputi kelemahan menjadi Imam Besar, tetapi sumpah, yang diucapkan kemudian daripada hukum Taurat, menetapkan Anak, yang telah menjadi sempurna sampai selama-lamanya. (TB)[14]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
  2. ^ John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 979-415-905-0.
  3. ^ Ibrani 11:32
  4. ^ Ibrani 13:23
  5. ^ Ibrani 7:1 - Sabda.org
  6. ^ a b c d The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  7. ^ Ibrani 7:2
  8. ^ Ibrani 7:3
  9. ^ Ibrani 7:11
  10. ^ Ibrani 7:14 - Sabda.org
  11. ^ Ibrani 7:17 - Sabda.org
  12. ^ Ibrani 7:25 - Sabda.org
  13. ^ Ibrani 7:27
  14. ^ Ibrani 7:28 - Sabda.org

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]