Mazmur 116

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mazmur 116
Naskah Gulungan Mazmur "11Q5" di antara Naskah Laut Mati memuat salinan sejumlah besar mazmur Alkitab yang diperkirakan dibuat pada abad ke-2 SM.
KitabKitab Mazmur
KategoriKetuvim
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Lama
Urutan dalam
Kitab Kristen
19

Mazmur 116 (disingkat Maz 116, Mzm 116 atau Mz 116; di dalam Septuaginta dipisahkan menjadi: Mazmur 114 dan Mazmur 115) adalah sebuah mazmur dalam bagian ke-5 Kitab Mazmur di Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama dalam Alkitab Kristen. Tidak ada catatan nama penggubahnya.[1][2]

Teks[sunting | sunting sumber]

Ayat 10[sunting | sunting sumber]

Ayat 10 bahasa Indonesia[sunting | sunting sumber]

Terjemahan Baru

Aku percaya, sekalipun aku berkata: "Aku ini sangat tertindas."[3]

Terjemahan Lama

Bahwa aku percaya, maka sebab itu kataku: Wai, dahulu aku amat kepicikan.[3]

Ayat 10 bahasa Ibrani[sunting | sunting sumber]

Teks Masoret (dibaca dari kanan ke kiri)

האמנתי כי אדבר אני עניתי מאד׃

Transliterasi (dibaca dari kiri ke kanan)

he-’ĕ-man-tî ’ă-ḏa-bêr; ’ă-nî ‘ā-nî-ṯî mə-’ōḏ.

Terjemahan harfiah:

Kuimani maka kuberkata/kuberbicara; aku menderita sangat.

Ayat 10 catatan[sunting | sunting sumber]

Pada Septuaginta (versi terjemahan bahasa Yunani kuno dari abad ke-3 SM), Vulgata (versi bahasa Latin dari abad ke-4 M), versi bahasa Arab kuno, dan bahasa Etiopia kuno, ayat ini memulai mazmur baru yaitu "Mazmur 115", sedangkan ayat-ayat sebelumnya merupakan "Mazmur 114". Pemisahan ini tidak mempunyai dasar kuat pada naskah aslinya dalam bahasa Ibrani, juga tidak didukung oleh Targum; dan secara nyata bertentangan dengan kesinambungan terhadap ayat-ayat sebelumnya.[4]

  • Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata

Kata sambung bahasa Ibrani כי dapat diterjemahkan dengan berbagai cara, antara lain sebagai: "sebab", "sebab itu", "bahwasanya", "tetapi", "meskipun", "sekalipun", dan sebagainya. Terjemahan Lama dan terjemahan bahasa Inggris umumnya menerjemahkan sebagai "sebab itu" dan/atau "maka". Penafsiran ini didukung oleh kutipan rasul Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus pasal 4:13 (lihat bagian "Tradisi Kristen").[5]

Daud menyatakan imannya dalam kaitan dengan ayat-ayat sebelumnya, meskipun tidak menyebutnya secara terperinci, tetapi dibiarkan untuk dilengkapi dari pernyataan itu: ia tidak hanya peraya bahwa Allah itu ada, melainkan juga bahwa Allah itu penyayang dan pemurah, dan Dialah Allah-nya; yang membuat perjanjain dengannya, menata sebaga sesuatu, dan pasti: ia percaya janji-janji itu; dan khususnya janji agung Juruselamat dan keselamatan daripada-Nya: ia percaya Tuhan akan meluputkannya dari segala kesusahan, dan bahwa ia akan berjalan di hadapan-Nya, dan melihat kebajikan Allah di negeri orang hidup; ia percaya akan keadaan sukacita pada masa depan yang akan dinikmatinya seterusnya. Rasul Paulus mengutip ayat ini, dan menerapkannya pada dirinya serta pelayan Injil lainnya; menyatakan iman mereka akan kebangkitan orang mati, dan nilai penting kejayaan kekal yang mereka cari, (2 Korintus 4:13-14); dan karenanya berbicara bebas mengenai hal-hal ini. Iman memberikan keberanian dan kebebasan berbicara kepada manusia; yang digunakan oleh orang percaya dalam berdoa kepada Allah, dalam meyakini pandangan-pandangan mengenai-Nya, sebagai Allah mereka dalam Kristus; dan oleh Kristus, pribadi-Nya, darah, kesalehan, dan pengorbanan-Nya; ini memberikan keberanian dan kebebasan untuk berbicara terus terang, terus menerus dan tanpa halangan, akan Injil Kristus; ini memberikan hal yang sama kepada pribadi-pribadi orang Kristen, untuk berbicara bebas satu sama lain mengenai pengalaman rahmat mereka, dan menyatakan secara terbuka kepada gereja-gereja Kristus apa yang diperbuat Allah bagi jiwa-jiwa mereka;[4]

Aku sangat tertindas;

Ketika Daud percaya dan berkata-kata, dan meskipun melakukan semua itu, ia dapat menderita penindasan dan penganiayaan karena imannya, dan perkataan-perkataannya; khususnya mengenai sampainya ia pada tahta dan kekuasaan akan Kerajaan Israel. Tidak jarang pula bagi orang-orang kudus untuk dianiaya karena iman mereka, dan karena mereka berkata-kata tentang hal itu; tetapi hal-hal ini tidak menghalangi mereka; iman mereka tetap teguh, dan lebih berharga daripada emas yang dapat binasa; mereka memegang teguh pengakuan iman itu. Penganiayaan yang banyak dan berat merupakan nasib biasa bagi orang percaya.[4]

Tradisi Yahudi[sunting | sunting sumber]

  • Setiap kali Hallel dibacakan, mazmur ini dibaca lengkap, kecuali pada ibadah bulan baru Rosh Chodesh dan 6 hari terakhir perayaan Paskah Yahudi, hanya dibaca ayat 1-11.[6]
  • Ayat 13 dipakai dalam Havdalah.[7]

Tradisi Kristen[sunting | sunting sumber]

Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: "Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata", maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.[5]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ (Indonesia) Marie Claire Barth, B.A. Pareira, Tafsir Alkitab: Kitab Mazmur 73-150. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1998.
  2. ^ (Indonesia) WS Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2, sastra dan nubuatan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1994.
  3. ^ a b Mazmur 116:10
  4. ^ a b c Gill, John, Exposition of the Entire Bible, Psalm 116:10
  5. ^ a b 2 Korintus 4:13
  6. ^ The Complete Artscroll Siddur page 636
  7. ^ The Complete Artscroll Siddur page 619

Pranala luar[sunting | sunting sumber]