Penyakit hewan lintas batas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lima karakteristik penyakit hewan lintas batas

Penyakit hewan lintas batas (bahasa Inggris: transboundary animal diseases; disingkat TADs) adalah penyakit menular pada hewan yang penularannya dapat melintasi batas-batas negara dengan mudah dan cepat. Penyakit-penyakit ini dapat memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan hewan, mengganggu produksi pangan, dan menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia, yang pada akhirnya berpotensi menimbulkan dampak ekonomi, sosial, dan kesehatan masyarakat yang signifikan.[1]

Globalisasi, terutama perdagangan internasional, berperan penting dalam penyebaran penyakit hewan lintas batas. Kegiatan ekspor dan impor hewan yang terinfeksi dan perpindahan produk hewan atau bahan yang terkontaminasi patogen merupakan penyebab melintasnya penyakit. Selain itu, orang-orang yang bepergian antarnegara dan antarwilayah juga dapat menjadi pembawa mikroorganisme patogenik penyebab penyakit.[2]

Daftar penyakit[sunting | sunting sumber]

Ada banyak penyakit hewan yang dikategorikan sebagai penyakit hewan lintas batas, misalnya penyakit akibat infeksi virus seperti penyakit mulut dan kuku dan flu burung, serta penyakit akibat infeksi bakteri seperti bruselosis dan tuberkulosis. Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) membuat daftar penyakit hewan lintas batas yang kasusnya wajib dilaporkan oleh negara-negara anggotanya. Pada tahun 2022, daftar ini berisi 117 penyakit yang dikelompokkan menjadi penyakit pada hewan terestrial (mencakup sapi, kambing dan domba, kuda, babi, kelinci, burung, lebah, dan multispesies) serta penyakit pada hewan akuatik (mencakup ikan, moluska, krustasea, dan amfibi).[3]

Daftar penyakit, infeksi, dan infestasi WOAH pada hewan terestrial[4] dan akuatik[5]
Kategori Jenis hewan Nama penyakit
Hewan terestrial Multispesies Antraks
Demam berdarah Krimea–Kongo
Demam Nil Barat
Demam Q
Ensefalitis Jepang
Ensefalomielitis kuda Timur
Heartwater
Infeksi Brucella abortus, Brucella melitensis, dan Brucella suis
Infeksi Echinococcus granulosus
Infeksi Echinococcus multilocularis
Infeksi kompleks Mycobacterium tuberculosis
Infeksi virus demam lembah rift
Infeksi virus penyakit Aujeszky
Infeksi virus penyakit lidah biru
Infeksi virus penyakit hemoragik epizootik
Infeksi virus penyakit mulut dan kuku
Infeksi virus rabies
Infeksi virus sampar sapi
Infeksi Trichinella spp.
Infeksi Trypanosoma brucei, Trypanosoma congolense, Trypanosoma simiae, dan Trypanosoma vivax
Miasis lalat sekrup Dunia Baru (Cochliomyia hominivorax)
Miasis lalat sekrup Dunia Lama (Chrysomya bezziana)
Paratuberkulosis
Surra (Trypanosoma evansi)
Tularemia
Sapi Anaplasmosis sapi
Babesiosis sapi
Diare ganas sapi
Infeksi Theileria annulata, Theileria orientalis, dan Theileria parva
Infeksi virus penyakit kulit berbenjol
Kampilobakteriosis genital sapi
Leukosis sapi enzootik
Pleuropneumonia sapi menular
Penyakit sapi gila
Rhinotrakeitis sapi infeksius/penyakit mukosal
Septisemia epizotik
Trikomoniasis
Kambing dan domba Aborsi enzootik domba (infeksi Chlamydia abortus)
Agalaksia menular
Artritis/ensefalitis kambing
Cacar domba dan cacar kambing
Epididimitis domba (Brucella ovis)
Infeksi virus sampar ruminansia kecil
Maedi–visna
Penyakit domba Nairobi
Pleuropneumonia kambing menular
Salmonelosis (Salmonella abortusovis)
Skrapi
Kuda Anemia infeksius kuda
Dourin
Ensefalomielitis kuda Barat
Ensefalomielitis kuda Venezuela
Infeksi Burkholderia mallei (glanders)
Infeksi equid herpesvirus-1 (rhinopneumonitis kuda)
Infeksi virus arteritis kuda
Infeksi virus flu kuda
Infeksi virus penyakit kuda Afrika
Metritis kuda menular
Piroplasmosis kuda
Babi Ensefalitis virus nipah
Gastroenteritis menular
Infeksi virus demam babi Afrika
Infeksi virus demam babi klasik
Infeksi Taenia solium (sistiserkosis babi)
Infeksi virus sindrom reproduksi dan pernapasan babi
Burung Bronkitis infeksius burung
Hepatitis viral bebek
Infeksi burung domestik dan burung liar yang ditangkar oleh virus influenza A patogenisitas rendah yang terbukti menular secara alami ke manusia yang diasosiasikan dengan konsekuensi yang parah
Infeksi burung nonunggas, termasuk burung liar, oleh virus influenza A patogenisitas tinggi
Infeksi Mycoplasma gallisepticum (mikoplasmosis burung)
Infeksi Mycoplasma synoviae (mikoplasmosis burung)
Infeksi virus flu burung patogenisitas tinggi
Infeksi virus penyakit Newcastle
Klamidiosis burung
Laringotrakeitis infeksius burung
Penyakit bursal infeksius (penyakit gumboro)
Penyakit pulorum
Rhinotrakeitis kalkun
Tifoid unggas
Lagomorpha Miksomatosis
Penyakit hemoragik kelinci
Lebah Infeksi lebah madu oleh Melissococcus plutonius (foulbrood eropa)
Infeksi lebah madu oleh Paenibacillus larvae (foulbrood amerika)
Infestasi lebah madu oleh Acarapis woodi
Infestasi lebah madu oleh Tropilaelaps spp.
Infestasi lebah madu oleh Varroa spp. (varosis)
Infestasi oleh Aethina tumida (kumbang-sarang-lebah kecil)
Lainnya Cacar unta
Infeksi unta dromedarius oleh koronavirus terkait sindrom pernapasan Timur Tengah
Leismaniasis
Hewan akuatik Ikan Infeksi Aphanomyces invadans (sindrom ulseratif epizootik)
Infeksi epizootic haematopoietic necrosis virus
Infeksi Gyrodactylus salaris
Infeksi HPR-deleted or HPR0 infectious salmon anaemia virus
Infeksi infectious haematopoietic necrosis virus
Infeksi herpes koi virus
Infeksi red sea bream iridovirus
Infeksi salmonid alphavirus
Infeksi spring viraemia of carp virus
Infeksi tilapia lake virus
Infeksi viral haemorrhagic septicaemia virus
Moluska Infeksi abalone herpesvirus
Infeksi Bonamia ostreae
Infeksi Bonamia exitiosa
Infeksi Marteilia refringens
Infeksi Perkinsus marinus
Infeksi Perkinsus olseni
Infeksi Xenohaliotis californiensis
Krustasea Penyakit nekrosis hepatopankreatik akut
Infeksi Aphanomyces astaci (sampar lobster air tawar)
Infeksi decapod iridescent virus 1
Infeksi Hepatobacter penaei (hepatopankreatitis ternekrotisasi)
Infeksi infectious hypodermal and haematopoietic necrosis virus
Infeksi infectious myonecrosis virus
Infeksi Macrobrachium rosenbergii nodavirus (penyakit ekor putih)
Infeksi Taura syndrome virus
Infeksi white spot syndrome virus
Infeksi yellow head virus genotype 1
Amfibi Infeksi Batrachochytrium dendrobatidis
Infeksi Batrachochytrium salamandrivorans
Infeksi spesies Ranavirus

Pencegahan dan penanganan[sunting | sunting sumber]

Banyak negara dan beberapa organisasi internasional mengatur perpindahan hewan dan produk hewan lintas negara untuk mencegah dan menangani dampak buruk dari penyakit hewan lintas batas. Salah satu kesepakatan yang digunakan adalah Perjanjian tentang Penerapan Tindakan Sanitari dan Fitosanitari di bawah kerangka Organisasi Perdagangan Dunia. Dalam perjanjian ini ditentukan bahwa standar, panduan, dan rekomendasi internasional untuk kesehatan hewan dan zoonosis dikembangkan di bawah naungan WOAH.[6] WOAH sendiri menerbitkan empat standar yang berisi rekomendasi teknis yang perlu dilakukan untuk mencegah penyakit hewan lintas batas, yaitu[7]

  • Kode Kesehatan Hewan Terestrial — rekomendasi tentang hal-hal yang perlu dilakukan sebelum impor hewan terestrial dan produknya;
  • Kode Kesehatan Hewan Akuatik — rekomendasi tentang hal-hal yang perlu dilakukan sebelum impor hewan akuatik dan produknya;
  • Manual Uji Diagnostik dan Vaksin untuk Hewan Terestrial — rekomendasi tentang pemilihan metode uji dan cara uji diagnostik, serta vaksin untuk hewan terestrial; dan
  • Manual Uji Diagnostik untuk Hewan Akuatik — rekomendasi tentang pemilihan metode uji dan cara uji diagnostik untuk hewan akuatik.

Pada tahun 2004, WOAH dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) bekerja sama membentuk Kerangka Kerja Global untuk Pengendalian Progresif Penyakit Hewan Lintas Batas (GF-TADs) untuk mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan penyakit hewan lintas batas dalam skala global.[8][9] Pada tahun 2005, FAO kemudian membuat Pusat Darurat untuk Penyakit Hewan Lintas Batas (ECTAD) untuk mendukung dan memungkinkan negara-negara anggotanya mengatasi ancaman dari penyakit hewan lintas batas dengan pendekatan Satu Kesehatan.[10] Salah satu fokus FAO-ECTAD yaitu di negara-negara Asia Pasifik.[11] Sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2021 menyatakan bahwa program FAO-ECTAD mengurangi angka kematian unggas dan kasus flu burung di Indonesia.[12]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Clemmons, Elizabeth A.; Alfson, Kendra J.; Dutton, John W. (8 Juli 2021). "Transboundary Animal Diseases, an Overview of 17 Diseases with Potential for Global Spread and Serious Consequences". Animals. 11 (7): 2039. doi:10.3390/ani11072039. ISSN 2076-2615. 
  2. ^ Cartín-Rojas, Andrés (22 Agustus 2012). "Transboundary Animal Diseases and International Trade". Dalam Bobek, Vito. International Trade from Economic and Policy Perspective. InTech. doi:10.5772/48151. ISBN 978-953-51-0708-8. 
  3. ^ "Animal Diseases". World Organisation for Animal Health. Diakses tanggal 1 Januari 2023. 
  4. ^ "Terrestrial Code Online Access: Chapter 1.3 Diseases, Infections, and Infestations Listed by the OIE". WOAH. Diakses tanggal 9 Januari 2023. 
  5. ^ "Aquatic Code Online Access: Chapter 1.3 Diseases Listed by the OIE". WOAH. Diakses tanggal 9 Januari 2023. 
  6. ^ "Sanitary and Phytosanitary Measures: Text of the Agreement". World Trade Organization. Diakses tanggal 5 Januari 2023. 
  7. ^ "Codes and Manuals". World Organisation for Animal Health. Diakses tanggal 5 Januari 2023. 
  8. ^ "The Global Framework for the Progressive Control of Transboundary Animal Diseases". GF-TADs. Diakses tanggal 5 Januari 2023. 
  9. ^ Organisasi Pangan dan Pertanian; Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (24 Mei 2004). The Global Framework for the Progressive Control of Transboundary Animal Diseases (GF-TADs) (PDF). Roma dan Paris: FAO dan OIE. 
  10. ^ "Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases (ECTAD)". Food and Agriculture Organization. Diakses tanggal 5 Januari 2023. 
  11. ^ "Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases (ECTAD): Asia and the Pacific region". Food and Agriculture Organisation. 2022. Diakses tanggal 5 Januari 2023. 
  12. ^ Nursandy, Nadya Juliani (30 April 2021). "Peran Food And Agriculture Organization (FAO) Melalui Program Emergency Center For Transboundary Animal Disease (ECTAD) Dalam Mengurangi Resiko Penyakit Pada Peternakan Unggas Di Indonesia". Global Political Studies Journal. 5 (1): 45–61. doi:10.34010/gpsjournal.v5i1.5886. ISSN 2686-2905.