Lompat ke isi

Kota Tua Jakarta: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 114.124.32.224) dan mengembalikan revisi 12745545 oleh 139.195.186.104: menolak suntingan berniat baik: referensi?
Cun Cun (bicara | kontrib)
posisi galeri tidak di paling atas
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(35 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Fatahillah.jpg|thumb|right|300px|Bekas {{Audio|Nl-Stadhuis.ogg|''Stadhuis''}} (Balai Kota) [[Batavia]], kantor Gubernur Jenderal [[Perusahaan Dagang Hindia Belanda Timur|VOC]]. Bangunan ini sekarang menjadi [[Museum Sejarah Jakarta]].]]
[[Berkas:Fatahillah.jpg|jmpl|ka|300px|Bekas {{Audio|Nl-Stadhuis.ogg|''Stadhuis''}} (Balai Kota) [[Batavia]], kantor Gubernur Jenderal [[Perusahaan Dagang Hindia Belanda Timur|VOC]]. Bangunan ini sekarang menjadi [[Museum Sejarah Jakarta]].]]

'''Kota Tua Jakarta''', juga dikenal dengan sebutan '''Batavia Lama''' (''Oud Batavia''), adalah sebuah wilayah kecil di [[Jakarta]], [[Indonesia]]. Wilayah khusus ini memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi [[Jakarta Utara]] dan [[Jakarta Barat]] ([[Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat|Pinangsia]], [[Taman Sari, Taman Sari, Jakarta Barat|Taman Sari]] dan [[Roa Malaka, Tambora, Jakarta Barat|Roa Malaka]]).
'''Kota Tua Jakarta''', juga dikenal dengan sebutan '''Batavia Lama''' (''Oud Batavia''), adalah sebuah wilayah kecil di [[Jakarta]], [[Indonesia]]. Wilayah khusus ini memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi [[Jakarta Utara]] dan [[Jakarta Barat]] ([[Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat|Pinangsia]], [[Taman Sari, Taman Sari, Jakarta Barat|Taman Sari]] dan [[Roa Malaka, Tambora, Jakarta Barat|Roa Malaka]]).


Baris 5: Baris 6:


== Sejarah ==
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Kaart van het Kasteel en de stad Batavia in het jaar 1667 TMnr 10021086.jpg|thumb|left|Peta Batavia dengan bentengnya (''Kasteel'') pada tahun 1667]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Kaart van het Kasteel en de stad Batavia in het jaar 1667 TMnr 10021086.jpg|jmpl|kiri|Peta Batavia dengan bentengnya (''Kasteel'') pada tahun 1667]]
[[Berkas:Batavia, C. de Jonghe (1740).jpg|thumb|left|Peta Batavia tahun 1740. Wilayah Batavia di dalam dinding kota serta paritnya dan Pelabuhan [[Sunda Kelapa]] di kiri (utara) peta membentuk Kota Tua Jakarta.]]
[[Berkas:Batavia, C. de Jonghe (1740).jpg|jmpl|kiri|Peta Batavia tahun 1740. Wilayah Batavia di dalam dinding kota serta paritnya dan Pelabuhan [[Sunda Kelapa]] di kiri (utara) peta membentuk Kota Tua Jakarta.]]
Tahun 1526, [[Fatahillah]], dikirim oleh [[Kesultanan Demak]], menyerang pelabuhan [[Sunda Kelapa]] di kerajaan Hindu [[Kerajaan Sunda|Pajajaran]], kemudian dinamai [[Jayakarta]]. Kota ini hanya seluas 15 hektare dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa. Tahun 1619, [[Perusahaan Dagang Hindia Timur Belanda|VOC]] menghancurkan Jayakarta di bawah komando Jan Pieterszoon Coen. Satu tahun kemudian, VOC membangun kota baru bernama [[Batavia]] untuk menghormati ''Batavieren'', leluhur bangsa Belanda. Kota ini terpusat di sekitar tepi timur Sungai Ciliwung, saat ini Lapangan Fatahillah.
Tahun 1526, [[Fatahillah]], dikirim oleh [[Kesultanan Demak]], menyerang pelabuhan [[Sunda Kelapa]] di kerajaan Hindu [[Kerajaan Sunda|Pajajaran]], kemudian dinamai [[Jayakarta]]. Kota ini hanya seluas 15 hektare dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa. Tahun 1619, [[Perusahaan Dagang Hindia Timur Belanda|VOC]] menghancurkan Jayakarta di bawah komando Jan Pieterszoon Coen. Satu tahun kemudian, VOC membangun kota baru bernama [[Batavia]] untuk menghormati ''Batavieren'', leluhur bangsa Belanda. Kota ini terpusat di sekitar tepi timur Sungai Ciliwung, saat ini Lapangan Fatahillah.


Penduduk Batavia disebut "Batavianen", kemudian dikenal sebagai suku "[[Betawi]]", terdiri dari etnis [[suku kreol|kreol]] yang merupakan keturunan dari berbagai etnis yang menghuni Batavia.
Penduduk Batavia disebut "Batavianen", kemudian dikenal sebagai suku "[[Betawi]]", terdiri dari etnis [[suku kreol|kreol]] yang merupakan keturunan dari berbagai etnis yang menghuni Batavia.


Tahun 1635, kota ini meluas hingga tepi barat Sungai Ciliwung, di reruntuhan bekas Jayakarta. Kota ini dirancang dengan gaya Belanda Eropa lengkap dengan benteng (Kasteel Batavia), dinding kota, dan kanal. Kota ini diatur dalam beberapa blok yang dipisahkan oleh kanal <ref name="ReferenceA">Kota Tua Jakarta booklet, Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Pemerintah Provinsi DKI Jakarta</ref>. Kota Batavia selesai dibangun tahun 1650. Batavia kemudian menjadi kantor pusat VOC di [[Hindia Timur]]. Kanal-kanal diisi karena munculnya wabah tropis di dalam dinding kota karena sanitasi buruk. Kota ini mulai meluas ke selatan setelah epidemi tahun 1835 dan 1870 mendorong banyak orang keluar dari kota sempit itu menuju wilayah Weltevreden (sekarang daerah di sekitar Lapangan Merdeka). Batavia kemudian menjadi pusat administratif [[Hindia Timur Belanda]]. Tahun 1942, selama pendudukan Jepang, Batavia berganti nama menjadi [[Jakarta]] dan masih berperan sebagai ibu kota [[Indonesia]] sampai sekarang.
Tahun 1635, kota ini meluas hingga tepi barat Sungai Ciliwung, di reruntuhan bekas Jayakarta. Kota ini dirancang dengan gaya Belanda Eropa lengkap dengan benteng (Kasteel Batavia), dinding kota, dan kanal. Kota ini diatur dalam beberapa blok yang dipisahkan oleh kanal.<ref name="ReferenceA">Kota Tua Jakarta booklet, Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Pemerintah Provinsi DKI Jakarta</ref> Kota Batavia selesai dibangun tahun 1650. Batavia kemudian menjadi kantor pusat VOC di [[Hindia Timur]]. Kanal-kanal diisi karena munculnya wabah tropis di dalam dinding kota karena sanitasi buruk. Kota ini mulai meluas ke selatan setelah epidemi tahun 1835 dan 1870 mendorong banyak orang keluar dari kota sempit itu menuju wilayah Weltevreden (sekarang daerah di sekitar Lapangan Merdeka). Batavia kemudian menjadi pusat administratif [[Hindia Timur Belanda]]. Tahun 1942, selama pendudukan Jepang, Batavia berganti nama menjadi [[Jakarta]] dan masih berperan sebagai ibu kota [[Indonesia]] sampai sekarang.


Tahun 1972, [[Daftar Gubernur Jakarta|Gubernur]] Jakarta, [[Ali Sadikin]], mengeluarkan dekret yang resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan. Keputusan gubernur ini ditujukan untuk melindungi sejarah arsitektur kota — atau setidaknya bangunan yang masih tersisa di sana.
Tahun 1972, [[Daftar Gubernur Jakarta|Gubernur]] Jakarta, [[Ali Sadikin]], mengeluarkan dekret yang resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan. Keputusan gubernur ini ditujukan untuk melindungi sejarah arsitektur kota — atau setidaknya bangunan yang masih tersisa di sana.
Baris 18: Baris 19:


== Tempat yang sudah dihancurkan ==
== Tempat yang sudah dihancurkan ==
[[Berkas:Tugu Jam Kota Tua Jakarta.jpg|thumb|[[Tugu Jam Kota Tua Jakarta]]]]
Dalam pengembangan daerah [[Jakarta]], beberapa bangunan atau tempat yang berada di daerah kota Tua Jakarta dihancurkan dengan alasan tertentu. Beberapa tempat tersebut adalah:
Dalam pengembangan daerah [[Jakarta]], beberapa bangunan atau tempat yang berada di daerah kota Tua Jakarta dihancurkan dengan alasan tertentu. Beberapa tempat tersebut adalah:
* [[Benteng Batavia]] dihancurkan antara 1890–1910, beberapa material digunakan untuk pembangunan Istana Daendels (sekarang Departemen Keuangan Nasional)
* [[Benteng Batavia]] dihancurkan antara 1890–1910, beberapa material digunakan untuk pembangunan Istana Daendels (sekarang Departemen Keuangan Nasional)
* [[Gerbang Amsterdam]] (lokasinya berada dipertigaan Jalan Cengkeh, Jalan Tongkol dan Jalan Nelayan Timur. Dihancurkan untuk memperlebar akses jalan) dihancurkan pada tahun 1950an untuk penglebaran jalan.
* [[Gerbang Amsterdam]] (lokasinya berada dipertigaan Jalan Cengkih, Jalan Tongkol dan Jalan Nelayan Timur. Dihancurkan untuk memperlebar akses jalan) dihancurkan pada tahun 1950an untuk pelebaran jalan.
* Jalur [[Trem Batavia]] (Jalur ini pernah ada di kota [[Batavia]], tetapi sekarang sudah ditimbun dengan aspal. Karena Presiden [[Soekarno]] menganggap [[Trem Batavia]] yang membuat macet)
* Jalur [[Trem Batavia]] (Jalur ini pernah ada di kota [[Batavia]], tetapi sekarang sudah ditimbun dengan aspal. Karena Presiden [[Soekarno]] menganggap [[Trem Batavia]] yang membuat macet)


Baris 27: Baris 27:


== Tempat menarik dan bersejarah ==
== Tempat menarik dan bersejarah ==
[[Berkas:Museum Wayang.jpg|thumb|[[Museum Wayang]] di [[Jakarta]]]]
[[Berkas:Museum Wayang.jpg|jmpl|[[Museum Wayang]] di [[Jakarta]]]]
[[Berkas:Jembatan kota intan JKT.jpg|thumb|[[Jembatan Tarik Kota Intan]]]]
[[Berkas:Jembatan kota intan JKT.jpg|jmpl|[[Jembatan Kota Intan]]]]
[[Berkas:P 20160706 162717.jpg|thumb|[[Stasiun Jakarta Kota]] pada tahun 2016]]
[[Berkas:Jakartapostoffice.jpg|thumb|Kantor Pos di Kota Tua]]
[[Berkas:Dasaad musin.JPG|thumb|Gedung Dasaad Musin pada tahun 2010]]
Sebagai permukiman penting, pusat kota, dan pusat perdagangan di Asia sejak abad ke-16, ''Oud Batavia'' merupakan rumah bagi beberapa situs dan bangunan bersejarah di Jakarta:<ref name="ReferenceA"/>
* [[Gedung Arsip Nasional]]
* [[Gedung Arsip Nasional]]
* Gedung Chandranaya
* Gedung Chandranaya
Baris 57: Baris 53:
* [[Nieuws van de Dag]]
* [[Nieuws van de Dag]]
* [[Gedung Dasaad Musin]]
* [[Gedung Dasaad Musin]]
* [[Jembatan Tarik Kota Intan]]
* [[Jembatan Kota Intan]]
* [[Galangan VOC]]
* [[Galangan VOC]]
* [[Menara Syahbandar]]
* [[Menara Syahbandar]]
Baris 65: Baris 61:
* [[Masjid Luar Batang]]
* [[Masjid Luar Batang]]


Saat ini, banyak bangunan dan arsitektur bersejarah yang memburuk kondisinya<ref>[http://www.int.iol.co.za/index.php?set_id=14&art_id=qw1141708685720T614 Jakarta's Old Town sees hope for revival], ''IOL''</ref> seperti: [[Museum Sejarah Jakarta]] (bekas Balai Kota Batavia, kantor dan kediaman Gubernur Jenderal [[Perusahaan Dagang Hindia Timur Belanda|VOC]]), [[Museum Bahari]], [[Sunda Kelapa|Pelabuhan Sunda Kelapa]], dan [[Museum Bank Indonesia]].
Saat ini, banyak bangunan dan arsitektur bersejarah yang memburuk kondisinya<ref>[http://www.int.iol.co.za/index.php?set_id=14&art_id=qw1141708685720T614 Jakarta's Old Town sees hope for revival]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, ''IOL''</ref> seperti: [[Museum Sejarah Jakarta]] (bekas Balai Kota Batavia, kantor dan kediaman Gubernur Jenderal [[Perusahaan Dagang Hindia Timur Belanda|VOC]]), [[Museum Bahari]], [[Sunda Kelapa|Pelabuhan Sunda Kelapa]], dan [[Museum Bank Indonesia]].


Tetapi, masih ada usaha perbaikan Kota Tua, khususnya dari berbagai organisasi nirlaba, institusi swasta, dan pemerintah kota<ref>[http://www.kompas.com/kompas-cetak/0606/10/metro/2723307.htm Old Town Revitalization Becomes a Priority for Provincial Gov't of DKI Jakarta], ''Kompas'', June 10, 2006</ref> yang telah bekerja sama untuk mengembalikan warisan Kota Tua Jakarta. Tahun 2007, beberapa jalan di sekitar Lapangan Fatahillah seperti Jalan Pintu Besar dan Jalan Pos Kota, ditutup sebagai tahap pertama perbaikan.
Tetapi, masih ada usaha perbaikan Kota Tua, khususnya dari berbagai organisasi nirlaba, institusi swasta, dan pemerintah kota<ref>[http://www.kompas.com/kompas-cetak/0606/10/metro/2723307.htm Old Town Revitalization Becomes a Priority for Provincial Gov't of DKI Jakarta], ''Kompas'', June 10, 2006</ref> yang telah bekerja sama untuk mengembalikan warisan Kota Tua Jakarta. Tahun 2007, beberapa jalan di sekitar Lapangan Fatahillah seperti Jalan Pintu Besar dan Jalan Pos Kota, ditutup sebagai tahap pertama perbaikan.
==Galeri ==

<gallery>
Berkas:Kota-tua-jakarta waktu malam.jpg|alt=Wisata kota tua di ibu kota jakarta waktu malam|wisata kota tua di ibu kota jakarta waktu malam
Berkas:Kota tua wisata di ibu kota jakarta.jpg|alt=Fasilitas di kota tua yg menjadi kota wisata di jakarta|Fasilitas di kota tua yg menjadi kota wisata di jakarta
Berkas:Wisatawan yg ada di kota tua jakarta.jpg|alt=Pengunjung di kota tua dalam menikmati wisata di jakarta|pengunjung di kota tua dalam menikmati wisata di jakarta
Berkas:Indahnya wisata kota tua di jakarta.png|alt=Indahnya kota tua sebagai wisata sejarah di jakarta sebagai ibu kota|Indahnya kota tua sebagai wisata sejarah di jakarta sebagai ibu kota
Berkas:Mengenang kota tua jakarta jadi tempat wisata sejarah di ibu kota jakarta.jpg|alt=Mengenang kota tua di jakarta.Sebagai tempat wisata sejarah di jakarta|Mengenang kota tua di jakarta.Sebagai tempat wisata sejarah di jakarta
</gallery>
== Angkutan umum yang terhubung ==
== Angkutan umum yang terhubung ==
{{Pemutakhiran|part=angkutan umum yang kini tersedia|date=Juli 2022}}
* [[KRL Jabotabek]] di [[Stasiun Jakarta Kota]]
* [[KAI Commuter]] Lin {{rint|jakarta|red}} {{rint|jakarta|pink}} di [[Stasiun Jakarta Kota]]
* [[Mikrolet]] M08 ke Tanah Abang (via Glodok - Hayam Wuruk - Cideng)
* BRT [[Transjakarta]] Koridor {{rint|jakarta|tjk1}} {{rint|jakarta|tjk4m}} {{rint|jakarta|tjk5k}} {{rint|jakarta|tjk9B}} {{rint|jakarta|tjk12}} (di [[Kota (Transjakarta)|halte Stasiun Kota]])
* [[Mikrolet]] M12 ke Senen (via Glodok - Hayam Wuruk - Sawah Besar - Pasar Baru - Gunung Sahari)
* [[Transjakarta]] Koridor {{rint|jakarta|tjk12}} (di [[Kali Besar Barat (Transjakarta)|halte Kali Besar Barat]])
* [[Mikrolet]] M15 ke Tanjung Priok (via Kampung Bandan - Lodan Raya - Martadinata)
* [[Transjakarta]] Koridor {{rint|jakarta|tjk12}} (di [[Museum Fatahillah (Transjakarta)|halte Museum Fatahillah]])
* [[Mikrolet]] M15A ke Tanjung Priok (via Mangga Dua - Gunung Sahari - Martadinata)
* [[Mikrolet]] M25 ke Grogol (via Jembatan Tiga - Jembatan Dua - Bandengan - Gedong Panjang)
* [[Mikrotrans]] JAK.10 ke [[Stasiun Tanah Abang]] (via Mangga Dua Raya - Veteran - Suryopranoto - Abdul Muis)
* [[Mikrolet]] M39 ke Pademangan (via Mangga Dua - Gunung Sahari)
* [[Mikrotrans]] JAK.13 ke [[Stasiun Tanah Abang]] (via K.H. Moh. Mansyur - Cideng Timur)
* [[Mikrotrans]] JAK.33 ke [[Terminal Pulo Gadung]] (via Mangga Dua Raya - Gunung Sahari - Letjen Suprapto - Perintis Kemerdekaan)
* [[Mikrolet]] M41 ke Grogol (via Glodok - Duri)

* [[Mikrolet]] M43 ke Grogol (via Tubagus Angke - Duri)
* [[Mikrolet]] M53 ke Pulo Gadung (via Mangga Dua - Gunung Sahari - Kemayoran - Cempaka Putih)
* [[Angkot|KWK]] B02 ke Warung Gantung
* [[Angkot|KWK]] B06 ke Kamal
* [[Angkot|KWK]] U10 Pademangan-Muara Angke
* Kopami P02 Senen-Muara Karang
* Kopami AC U31 ke Kelapa Gading (via Koridor 12 - Koridor 5 - Koridor 2 - Boulevard Raya)
* [[Kopaja]] B86 ke Lebak Bulus
* [[Metromini]] B84 ke Kalideres
* [[Metromini]] B29 ke Sunter
* [[Metromini]] B30 ke Muara Angke
* [[Mayasari Bakti]] AC27 patas ke Bekasi (via Mangga Dua - Kemayoran - Cempaka Putih - Tol Jatibening - Tol Barat)
* [[Mayasari Bakti]] AC27 patas ke Bekasi (via Mangga Dua - Kemayoran - Cempaka Putih - Tol Jatibening - Tol Timur)
* [[Mayasari Bakti]] AC33 patas ke Poris Plawad (via Roxy - Grogol - Tol Kb. Jeruk - Tol Karawaci - Cikokol)
* [[Transjakarta|APTB]] 04 ke Ciputat (via Koridor 1 - Blok M - Panglima Polim - Radio Dalam - Margaguna - Pondok Indah - Lebak Bulus)


{{s-rail-start|noclear=yes}}
{{s-rail-start|noclear=yes}}
Baris 108: Baris 97:
{{Batavia}}
{{Batavia}}
{{coord missing|Indonesia}}
{{coord missing|Indonesia}}
{{Situs Warisan Dunia UNESCO di Indonesia}}
{{Authority control}}


[[Kategori:Tempat bersejarah di Jakarta]]
[[Kategori:Kota Tua Jakarta| ]]
[[Kategori:Kota Administrasi Jakarta Utara]]
[[Kategori:Kota Administrasi Jakarta Barat]]
[[Kategori:Sejarah Jakarta]]
[[Kategori:Tempat wisata di Jakarta]]

Revisi terkini sejak 23 September 2023 07.45

Bekas Stadhuis (Balai Kota) Batavia, kantor Gubernur Jenderal VOC. Bangunan ini sekarang menjadi Museum Sejarah Jakarta.

Kota Tua Jakarta, juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud Batavia), adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta, Indonesia. Wilayah khusus ini memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat (Pinangsia, Taman Sari dan Roa Malaka).

Dijuluki "Permata Asia" dan "Ratu dari Timur" pada abad ke-16 oleh pelayar Eropa, Jakarta Lama dianggap sebagai pusat perdagangan untuk benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya melimpah.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Peta Batavia dengan bentengnya (Kasteel) pada tahun 1667
Peta Batavia tahun 1740. Wilayah Batavia di dalam dinding kota serta paritnya dan Pelabuhan Sunda Kelapa di kiri (utara) peta membentuk Kota Tua Jakarta.

Tahun 1526, Fatahillah, dikirim oleh Kesultanan Demak, menyerang pelabuhan Sunda Kelapa di kerajaan Hindu Pajajaran, kemudian dinamai Jayakarta. Kota ini hanya seluas 15 hektare dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa. Tahun 1619, VOC menghancurkan Jayakarta di bawah komando Jan Pieterszoon Coen. Satu tahun kemudian, VOC membangun kota baru bernama Batavia untuk menghormati Batavieren, leluhur bangsa Belanda. Kota ini terpusat di sekitar tepi timur Sungai Ciliwung, saat ini Lapangan Fatahillah.

Penduduk Batavia disebut "Batavianen", kemudian dikenal sebagai suku "Betawi", terdiri dari etnis kreol yang merupakan keturunan dari berbagai etnis yang menghuni Batavia.

Tahun 1635, kota ini meluas hingga tepi barat Sungai Ciliwung, di reruntuhan bekas Jayakarta. Kota ini dirancang dengan gaya Belanda Eropa lengkap dengan benteng (Kasteel Batavia), dinding kota, dan kanal. Kota ini diatur dalam beberapa blok yang dipisahkan oleh kanal.[1] Kota Batavia selesai dibangun tahun 1650. Batavia kemudian menjadi kantor pusat VOC di Hindia Timur. Kanal-kanal diisi karena munculnya wabah tropis di dalam dinding kota karena sanitasi buruk. Kota ini mulai meluas ke selatan setelah epidemi tahun 1835 dan 1870 mendorong banyak orang keluar dari kota sempit itu menuju wilayah Weltevreden (sekarang daerah di sekitar Lapangan Merdeka). Batavia kemudian menjadi pusat administratif Hindia Timur Belanda. Tahun 1942, selama pendudukan Jepang, Batavia berganti nama menjadi Jakarta dan masih berperan sebagai ibu kota Indonesia sampai sekarang.

Tahun 1972, Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, mengeluarkan dekret yang resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan. Keputusan gubernur ini ditujukan untuk melindungi sejarah arsitektur kota — atau setidaknya bangunan yang masih tersisa di sana.

Meski dekret Gubernur dikeluarkan, Kota Tua tetap terabaikan. Banyak warga yang menyambut hangat dekret ini, tetapi tidak banyak yang dilakukan untuk melindungi warisan era kolonial Belanda.[2]

Tempat yang sudah dihancurkan[sunting | sunting sumber]

Dalam pengembangan daerah Jakarta, beberapa bangunan atau tempat yang berada di daerah kota Tua Jakarta dihancurkan dengan alasan tertentu. Beberapa tempat tersebut adalah:

  • Benteng Batavia dihancurkan antara 1890–1910, beberapa material digunakan untuk pembangunan Istana Daendels (sekarang Departemen Keuangan Nasional)
  • Gerbang Amsterdam (lokasinya berada dipertigaan Jalan Cengkih, Jalan Tongkol dan Jalan Nelayan Timur. Dihancurkan untuk memperlebar akses jalan) dihancurkan pada tahun 1950an untuk pelebaran jalan.
  • Jalur Trem Batavia (Jalur ini pernah ada di kota Batavia, tetapi sekarang sudah ditimbun dengan aspal. Karena Presiden Soekarno menganggap Trem Batavia yang membuat macet)

Beberapa bangunan berada dalam kondisi mengenaskan kebanyakan akibat kepemilikan bangunan yang tidak jelas.

Tempat menarik dan bersejarah[sunting | sunting sumber]

Museum Wayang di Jakarta
Jembatan Kota Intan

Saat ini, banyak bangunan dan arsitektur bersejarah yang memburuk kondisinya[3] seperti: Museum Sejarah Jakarta (bekas Balai Kota Batavia, kantor dan kediaman Gubernur Jenderal VOC), Museum Bahari, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Museum Bank Indonesia.

Tetapi, masih ada usaha perbaikan Kota Tua, khususnya dari berbagai organisasi nirlaba, institusi swasta, dan pemerintah kota[4] yang telah bekerja sama untuk mengembalikan warisan Kota Tua Jakarta. Tahun 2007, beberapa jalan di sekitar Lapangan Fatahillah seperti Jalan Pintu Besar dan Jalan Pos Kota, ditutup sebagai tahap pertama perbaikan.

Galeri[sunting | sunting sumber]

Angkutan umum yang terhubung[sunting | sunting sumber]


Stasiun sebelumnya   Transjakarta   Stasiun berikutnya
Koridor 1Terminus
Koridor 12

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Kota Tua Jakarta booklet, Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
  2. ^ 75% of Old Town Crumbling -- No Incentive from the Government, Kompas, March 6, 2006
  3. ^ Jakarta's Old Town sees hope for revival[pranala nonaktif permanen], IOL
  4. ^ Old Town Revitalization Becomes a Priority for Provincial Gov't of DKI Jakarta, Kompas, June 10, 2006