Lompat ke isi

Islam di Jepang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Mengembalikan suntingan oleh 2001:448A:1183:1333:38AF:282F:E791:1549 (bicara) ke revisi terakhir oleh Ghersyd
Tag: Pengembalian
 
(47 revisi perantara oleh 28 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Tokyo Camii.jpg|right|Sebuah mesjid di [[Tokyo]].|thumb|200px]]
{{Islam by country}}
{{Islam by country}}
'''Islam di Jepang''' biasanya dianut oleh orang Turki, Arab, Melayu, dan Indonesia yang pendidikan/bekerja di Jepang.{{cn}} Islam dalam bahasa Jepang adalah イスラム教 ([[bahasa Jepang]]: ''isuramukyou'')
'''Islam di Jepang''' sudah ada sejak awal masuknya pasukan Ottoman Turki ke Jepang pada akhir abad ke-18 dan muslim jepang pertama ialah Mitsutaro Takaoka yang berada di prefektur Kobe<ref>{{Cite web|date=2020-04-03|title=Melacak Masuknya Islam Pertama Kali ke Negeri Sakura Jepang|url=https://republika.co.id/share/q87ufx320|website=Republika Online|language=id|access-date=2022-07-23}}</ref>. Islam dalam bahasa Jepang adalah イスラム教 ([[bahasa Jepang]]: ''isuramukyou'')


=== Antara 1877 dan Perang Dunia II ===
== Antara 1877 dan Perang Dunia II ==


Hubungan Islam dengan Jepang ini masih terbilang belia jika dibandingkan hubungan agama ini dengan negara-negara yang lain di seluruh dunia.
Hubungan Islam dengan Jepang ini masih terbilang belia jika dibandingkan hubungan agama ini dengan negara-negara yang lain di seluruh dunia.
Baris 9: Baris 8:
Tidak terdapat sebuah hitungan yang nyata tentang hubungan-hubungan antara agama Islam dengan Jepang atau cerita sejarah tentang Islam di Jepang melalui penyebaran agama, kecuali beberapa hubungan tersembunyi antara penduduk-penduduk Jepang dengan orang-orang Muslim dari negara lain sebelum tahun 1868.
Tidak terdapat sebuah hitungan yang nyata tentang hubungan-hubungan antara agama Islam dengan Jepang atau cerita sejarah tentang Islam di Jepang melalui penyebaran agama, kecuali beberapa hubungan tersembunyi antara penduduk-penduduk Jepang dengan orang-orang Muslim dari negara lain sebelum tahun 1868.


Agama Islam diketahui untuk pertama kali oleh penduduk Jepang pada tahun 1877 sebagai sebagian pemikiran agama barat dan pada sekitar tahun itu, kehidupan Nabi Muhammad diterjemahkan dalam [[Bahasa Jepang]]. Ini membantu agama Islam menempatkan diri dalam pemikiran intelek orang Jepang, tapi hanya sebagai satu pengetahuan dan pemikiran.
Agama Islam diketahui untuk pertama kali oleh penduduk Jepang pada tahun 1877 sebagai sebagian pemikiran agama barat dan pada sekitar tahun itu, kehidupan [[Muhammad|Nabi Muhammad]] diterjemahkan dalam [[Bahasa Jepang]]. Ini membantu agama Islam menempatkan diri dalam pemikiran intelek orang Jepang, tetapi hanya sebagai satu pengetahuan dan pemikiran.


Lagi satu hubungan yang penting dibuat pada tahun 1890 ketika Turki Usmaniyah mengirim utusan yang menumpang sebuah kapal yang dinamakan "Ertugrul" ke Jepang untuk tujuan menjalin hubungan diplomatik antara kedua negara serta untuk saling memperkenalkan orang Muslim dan orang Jepang. Kapal itu yang membawa 609 orang penumpang dalam pelayaran pulang ke negara mereka tenggelam dengan 540 penumpang tewas.
Lagi satu hubungan yang penting dibuat pada tahun 1890 ketika [[Turki Utsmaniyah|Turki Usmaniyah]] mengirim utusan yang menumpang sebuah kapal yang dinamakan "[[Ertuğrul|Ertugrul]]" ke Jepang untuk tujuan menjalin hubungan diplomatik antara kedua negara serta untuk saling memperkenalkan orang Muslim dan orang Jepang. Kapal itu yang membawa 609 orang penumpang dalam pelayaran pulang ke negara mereka tenggelam dengan 540 penumpang tewas.


Dua orang Jepun Muslim pertama yang diketahui ialah Mitsutaro Takaoka yang memeluk Islam pada tahun 1909 dan mengambil nama Omar Yamaoka setelah menunaikan haji di Mekah, serta Bumpachiro Ariga yang pada masa yang lebih kurang sama telah pergi ke India untuk berdagang dan kemudian memeluk Islam di bawah pengaruh orang-orang Muslim di sana serta mengambil nama Ahmad Ariga. Bagaimanapun, kajian-kajian ini telah membuktikan bahwa seorang Jepang yang dikenali sebagai Torajiro Yamada mungkin merupakan orang Jepang Muslim yang pertama ketika ia melawat negara Turki disebabkan turut berduka cita dengan korban tewas dalam kecelakaan maut Ertugrul. Beliau mengambil nama Abdul Khalil dan mungkin pergi ke Mekah untuk naik haji.
Dua orang Jepang Muslim pertama yang diketahui ialah Mitsutaro Takaoka yang memeluk Islam pada tahun 1909 dan mengambil nama Omar Yamaoka setelah menunaikan haji di Mekah, serta Bumpachiro Ariga yang pada masa yang lebih kurang sama telah pergi ke India untuk berdagang dan kemudian memeluk Islam di bawah pengaruh orang-orang Muslim di sana serta mengambil nama Ahmad Ariga. Bagaimanapun, kajian-kajian ini telah membuktikan bahwa seorang Jepang yang dikenali sebagai Torajiro Yamada mungkin merupakan orang Jepang Muslim yang pertama ketika ia melawat negara Turki disebabkan turut berdukacita dengan korban tewas dalam kecelakaan maut Ertugrul. Dia mengambil nama Abdul Khalil dan mungkin pergi ke Mekah untuk naik haji.


Bagaimana pun, kehidupan komunitas Muslim yang benar tidak bermula sehingga beratus-ratus pelarian Muslim Turki, Uzbekistan, Tajikistan, Kirghizstan, Kazakhstan dan Tatar Turki yang lain dari Asia Tengah dan Rusia, pengaruh Revolusi Bolshevik semasa Perang Dunia I. Orang-orang Muslim ini yang diberikan perlindungan di Jepang menetap di beberapa pelabuhan utama di sekitar Jepang dan mendirikan komunitas-komunitas Islam. Segelintir orang Jepang memeluk Islam melalui hubungan mereka dengan orang-orang Muslim ini.
Bagaimanapun, kehidupan komunitas Muslim yang benar tidak bermula sehingga beratus-ratus pelarian Muslim Turki, Uzbekistan, Tajikistan, Kirghizstan, Kazakhstan dan Tatar Turki yang lain dari [[Asia Tengah]] dan Rusia, pengaruh [[Revolusi Bolshevik]] semasa Perang Dunia I. Orang-orang Muslim ini yang diberikan perlindungan di Jepang menetap di beberapa pelabuhan utama di sekitar Jepang dan mendirikan komunitas-komunitas Islam. Segelintir orang Jepang memeluk Islam melalui hubungan mereka dengan orang-orang Muslim ini.


<!--[[Berkas:Shaykh Ibrahim Sawada.jpg|right|Syaikh Ibrahim Sawada, imam pada Ahlulbayt Islamic Center di [[Tokyo]]|thumb|200px]]-->
<!--[[Berkas:Shaykh Ibrahim Sawada.jpg|right|Syaikh Ibrahim Sawada, imam pada Ahlulbayt Islamic Center di [[Tokyo]]|thumb|200px]]-->
Dengan pembentukan komunitas-komunitas Muslim ini, beberapa buah masjid telah didirikan. Masjid yang paling penting di antaranya ialah Masjid Kobe yang didirikan pada tahun 1935, dan Masjid Tokyo yang didirikan pada tahun 1938. Bagaimanapun, orang Jepang Muslim tidak mengambil bagian dalam pengelolaan masjid-masjid ini dan tidak terdapat orang Jepang yang menjadi imam, dengan pengecualian Syaikh Ibrahim Sawada, imam pada Ahlulbayt Islamic Centre di Tokyo.<ref>{{cite web|url=http://www.alquran2007.com/alquran_10.htm |title=Alquran 10 |publisher=Alquran2007.com |date= |accessdate=2010-05-02}}</ref>
Dengan pembentukan komunitas-komunitas Muslim ini, beberapa buah masjid telah didirikan. Masjid yang paling penting di antaranya ialah [[Masjid Kobe]] yang didirikan pada tahun 1935, dan [[Masjid Tokyo]] yang didirikan pada tahun 1938. Bagaimanapun, orang Jepang Muslim tidak mengambil bagian dalam pengelolaan masjid-masjid ini dan tidak terdapat orang Jepang yang menjadi imam, dengan pengecualian Syaikh Ibrahim Sawada, imam pada Ahlulbayt Islamic Centre di Tokyo.<ref>{{cite web |url=http://www.alquran2007.com/alquran_10.htm |title=Alquran 10 |publisher=Alquran2007.com |date= |accessdate=2010-05-02 |archive-date=2012-02-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120213224128/http://www.alquran2007.com/alquran_10.htm |dead-url=yes }}</ref>


=== Setelah Perang Dunia II ===
== Setelah Perang Dunia II ==
[[Berkas:Kobe mosque01 2816.jpg|thumb|right|250px|Gerbang muka [[Masjid Kobe|Mesjid Kobe]].]]
[[Berkas:Kobe mosque01 2816.jpg|jmpl|ka|250px|Gerbang muka [[Masjid Kobe]].]]
Saat [[Perang Dunia II]], satu "Ledakan Islam" telah dimulai oleh kelompok tentara di Jepang melalui pendirian pusat-pusat penyelidikan untuk mengkaji Islam dan Dunia Muslim. Telah dikatakan bahwa pada waktu itu, melebihi 100 buah buku dan jurnal mengenai Islam telah diterbitkan di Jepang. Bagaimanapun, Pusat-pusat penyelidikan ini sama sekali tidak diketuai atau diurus oleh orang-orang Muslim dan tujuannya bukan untuk penyebaran Islam. Tujuan yang sebenarnya adalah untuk menambah wawasan tentara dengan pengetahuan yang diperlukan mengenai Islam dan orang Muslim karena terdapat komunitas-komunitas Muslim yang besar di kawasan-kawasan yang diduduki oleh angkatan tentara Jepang di negara [[RRC]] dan negara-negara[[Asia Tenggara]]. Oleh itu, dengan berakhirnya perang pada tahun [[1945]], pusat-pusat penyelidikan ini menghilang sama sekali.
Saat [[Perang Dunia II]], salah satu "Ledakan Islam" dimulai oleh kelompok militer di Jepang melalui pendirian pusat-pusat studi untuk mengkaji Islam dan Dunia Muslim. Pilot-pilot tempur Jepang yang pergi ke negara-negara [[Asia Tenggara]] sebagai tentara semasa Perang Dunia II diajarkan untuk mengucapkan ''"La ilaha illa Allah"'' digunakan ketika pesawat-pesawat mereka ditembak jatuh di kawasan-kawasan ini supaya mereka tidak dibunuh. Sebuah pesawat Jepang telah dikatakan ditembak jatuh dan pilotnya diamankan oleh penduduk setempat. Apabila pilot itu mengucap kata-kata "ajaib" itu, mereka merasa terharu ketika penduduk-penduduk itu berubah sikap terhadapnya, dan memperlakukannya dengan baik. Telah dikatakan bahwa pada waktu itu, lebih dari 100 buah buku dan jurnal mengenai Islam telah diterbitkan di Jepang. Bagaimanapun, pusat-pusat pengkajian ini sama sekali tidak diketuai atau diurus oleh orang-orang Muslim dan tujuannya bukan untuk penyebaran Islam. Tujuan yang sebenarnya adalah untuk menambah wawasan militer dengan pengetahuan yang diperlukan mengenai Islam dan orang Muslim karena terdapat komunitas-komunitas Muslim yang besar di kawasan-kawasan yang diduduki oleh angkatan militer Jepang di negara [[RRT]] dan negara-negara [[Asia Tenggara]]. Oleh karena itu, dengan berakhirnya perang pada tahun [[1945]], pusat-pusat pengkajian ini menghilang sama sekali.


Ada lagi satu "Ledakan Islam", kali ini selepas [[krisis minyak 1973]]. Media massa Jepang telah memberi penerbitan yang besar tentang Dunia Muslim, dan khususnya kepada Dunia Arab, selepas menyadari kepentingan negara-negara ini terhadap [[ekonomi]] Jepang. Dengan penerbitan ini, banyak orang Jepang yang tidak mempunyai secuil pengetahuan tentang Islam mempunyai peluang untuk melihat rukun Islam ke-5, [[Haji]] di Mekah serta untuk mendengar panggilan [[Azan]] (panggilan Islam untuk salat) dan pembacaan [[Al-Quran]]. Selain daripada banyak orang Jepang yang memeluk Islam secara terang-terangan ketika itu, terdapat juga banyak upacara Islamisasi ramai-ramai yang terdiri daripada berpuluh-puluh ribu orang. Bagaimanapun, selepas krisis minyak selesai, kebanyakan pemeluk Islam meninggalkan agama itu.
Ada lagi satu "Ledakan Islam", kali ini selepas [[krisis minyak 1973]]. Media massa Jepang telah memberi penerbitan yang besar tentang Dunia Muslim, dan khususnya kepada Dunia Arab, akan pentingnya negara-negara ini terhadap [[ekonomi]] Jepang. Dengan penerbitan ini, banyak orang Jepang yang tidak mempunyai secuil pengetahuan tentang Islam mempunyai peluang untuk melihat rukun Islam ke-5, [[Haji]] di [[Makkah|Mekah]] serta untuk mendengar panggilan [[Azan]] (panggilan Islam untuk Shalat) dan pembacaan [[Al-Quran]]. Selain itu banyak orang Jepang yang memeluk Islam secara terang-terangan ketika itu, terdapat juga banyak upacara Islamisasi massal yang terdiri dari berpuluh-puluh ribu orang. Bagaimanapun, selepas krisis minyak selesai, kebanyakan pemeluk Islam Jepang meninggalkan agama itu. Orang-orang [[Turki]] merupakan komunitas Muslim yang terbesar di Jepang hingga akhir-akhir ini.{{fact}}


== Era Modern ==
Orang-orang [[Turki]] merupakan komunitas Muslim yang terbesar di Jepang sehingga akhir-akhir ini. Pilot-pilot Jepang yang pergi ke negara-negara Asia Tenggara seperti [[Malaysia]] sebagai tentara semasa Perang Dunia II diajarkan/diajak mengungkapkan ''"La ilaha illa Allah"'' ketika pesawat-pesawat mereka ditembak jatuh di kawasan-kawasan ini supaya mereka tidak dibunuh. Sebuah pesawat Jepang telah dikatakan ditembak jatuh dan pilotnya diamankan oleh penduduk setempat. Apabila pilot itu mengucap kata-kata "ajaib" itu, ia terasa terharu ketika penduduk-penduduk itu berubah sikap terhadapnya, dan memperlakukannya dengan baik.
Pada masa kini ketika Jepang menjadi salah satu tujuan pendidikan, usaha dan wisata yang populer, banyaknya pekerja, pelajar dan wisatawan muslim turut mempengaruhi perkembangan Islam disana. Minister Sato, Wakil Duta Besar untuk Indonesia menyatakan: "Di Jepang pada tahun seribu sembilan ratus tiga puluhan (1930-an), hanya ada dua masjid, namun saat ini sudah terdapat lebih dari seratus masjid. Masyarakat Islam yang ada di Jepang, paling banyak orang Indonesia, kemudian orang Pakistan, Bangladesh, dan Iran. Pusat Islam dan Asosiasi Muslim Jepang di Tokyo menjadi pusat studi Islam dan Bahasa Arab bagi warga Jepang, yang banyak menarik perhatian warga muda Jepang. Saya percaya, akumulasi dari berbagai usaha yang kecil seperti ini, dapat memberi andil bagi dunia yang lebih damai."<ref name=Sato>{{cite web|url=http://www.id.emb-japan.go.jp/spmins.html |title=Ceramah oleh Minister Sato, Wakil Duta Besar untuk Indonesia “Hubungan Islam dan Jepang” |publisher=www.id.emb-japan.go.jp |date= |accessdate=2014-01-05}}</ref>


Bandara-bandara internasional di Jepang berusaha menjadi lebih ramah kepada umat Islam dengan menyediakan fasilitas dan ruang ibadah di tengah kenaikan tajam pengunjung dari dunia Islam menyusul kelonggaran dari pemerintah Jepang tentang peraturan untuk mengeluarkan visa pada Juli 2013.<ref>{{cite web|url=http://asia.nikkei.com/Viewpoints/Culture/Airports-in-Japan-striving-to-become-friendlier-to-Muslims|title=Airports in Japan striving to become friendlier to Muslims|publisher=http://asia.nikkei.com|date=2013-12-22|accessdate=2014-01-11|archive-date=2013-12-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20131231034735/http://asia.nikkei.com/Viewpoints/Culture/Airports-in-Japan-striving-to-become-friendlier-to-Muslims|dead-url=yes}}</ref>
=== Persatuan Muslim Jepang ===
Serangan Jepang terhadap China dan negara-negara Asia Tenggara semasa Perang Dunia II menghasilkan hubungan-hubungan antara orang-orang Jepang dengan orang-orang Muslim. Mereka yang memeluk agama Islam melalui hubungan-hubungan itu kemudian mengasaskan [[Persatuan Jepun Muslim]] di bawah pimpinan '''Allahyarham Sadiq Imaizumi''' pada tahun [[1953]]. Persatuan tersebut ialah organisasi Jepang Muslim yang pertama.


[[Kyoto]], juga berencana menjadi kota yang ramah terhadap muslim. Pasca pembebasan visa pada Juli 2013, jumlah pengunjung muslim asal Malaysia ke Jepang meningkat dan mendorong pemerintahan di Kyoto mencari cara untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kyoto memiliki kelompok studi di bawah Asosiasi Muslim Kyoto. Asosiasi yang berdiri sejak tahun 1987 ini mengusahakan agar muslim dapat mengunjungi masjid dan beribadah di dalamnya, menyediakan ruangan dengan petunjuk arah [[kiblat]], juga memberikan informasi terkait tempat-tempat makan halal yang di Kyoto.<ref>{{Cite web |url=http://www.kyoto.travel/muslim/en/ |title=Salinan arsip |access-date=2014-01-11 |archive-date=2014-01-11 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140111134738/http://www.kyoto.travel/muslim/en/ |dead-url=yes }}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.japantimes.co.jp/news/2013/12/22/national/kyoto-aims-to-be-muslim-friendly-city/|title=Kyoto aims to be Muslim-friendly city|publisher=www.japantimes.co.jp|date=2013-12-22|accessdate=2014-01-11}}</ref>
Ketua kedua persatuan ini ialah '''Allahyarham Umar Mita'''. Mita merupakan orang Islam yang tipikal bagi generasi tuanya yang mempelajari Islam di wilayah-wilayah yang diduduki oleh [[Kekaisaran Jepang]]. Melalui hubungan-hubungannya dengan orang-orang Cina Muslim, beliau memeluk Islam di [[Beijing]]. Saat Mita kembali ke Jepang selepas perang, beliau menunaikan haji, dan merupakan orang Jepang pertama sesudah peperangan untuk berbuat demikian. Mita juga membuat terjemah Al-Quran bahasa [[Jepang]] untuk pertama kali. Oleh itu, hanya selepas Perang Dunia II baru terdapat sebuah komunitas di Jepang.


=== Orang Jepang Muslim ===
=== Persatuan Muslim Jepang ===
Serangan Jepang terhadap China dan negara-negara Asia Tenggara semasa Perang Dunia II menghasilkan hubungan-hubungan antara orang-orang Jepang dengan orang-orang Muslim. Mereka yang memeluk agama Islam melalui hubungan-hubungan itu kemudian mengasaskan [[Persatuan Jepang Muslim]] di bawah pimpinan Allahyarham Sadiq Imaizumi pada tahun [[1953]]. Persatuan tersebut ialah organisasi Jepang Muslim yang pertama.
Tidak terdapat sensus yang bisa dilihat tentang bilangan orang Jepang Muslim di Jepang. Sebagian orang menyatakan bahwa bilangannya hanya dalam beberapa ratus. Ketika ditanya, '''Abu Bakr Morimoto''' manjawab, "Berbicara jujur, hanya seribu. Dalam pengertiannya yang paling umum, jika kita memasukkan mereka yang memeluk Islam tetapi tidak mengamalkan agama ini, umpamanya hanya untuk [[perkawinan]], bilangannya mungkin dalam beberapa ribu.".


Ketua kedua persatuan ini ialah Allahyarham Umar Mita. Mita merupakan orang Islam yang tipikal bagi generasi tuanya yang mempelajari Islam di wilayah-wilayah yang diduduki oleh [[Kekaisaran Jepang]]. Melalui hubungan-hubungannya dengan orang-orang Cina Muslim, dia memeluk Islam di [[Beijing]]. Saat Mita kembali ke Jepang selepas perang, dia menunaikan haji, dan merupakan orang Jepang pertama sesudah peperangan untuk berbuat demikian. Mita juga membuat terjemah Al-Quran bahasa [[Jepang]] untuk pertama kali. Oleh itu, hanya selepas Perang Dunia II baru terdapat sebuah komunitas di Jepang.
Tetapi terdapat juga kelemahan dari segi orang-orang Islam Jepang sendiri juga. Terdapat perbedaan orientasi antara generasi yang tua dengan generasi yang baru. Bagi generasi yang tua, Islam disamakan dengan orang Islam [[Malaysia]], [[Indonesia]], [[China]], dan sebagainya. Tetapi bagi generasi baru, negara-negara Asia Tenggara tidak begitu menarik hati disebabkan orientasi barat mereka dan oleh itu, mereka lebih dipengaruhi oleh Islam di negara-negara Arab.


==== Populasi ====
Ketika melawat negara-negara Muslim, kata-kata bahwa orang-orang Muslim Jepang adalah kumpulan agama minoritas sering menimbulkan masalah daripada para hadirin, "Berapakah jumlah orang Muslim di Jepang?" Jawaban ketika ini: "Satu daripada seratus ribu."
Populasi Muslim telah tumbuh dalam beberapa tahun terakhir, karena pemerintah telah berusaha untuk menarik lebih banyak pekerja asing dan pelajar. Jumlah Muslim yang tinggal di Jepang meskipun kecil, telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dekade terakhir, dari 110.000 pada 2010 menjadi 230.000 pada akhir 2019. Menurut Tanada Hirofumi dari Universitas Waseda, populasi tersebut memasukkan 50.000 orang Jepang yang dikonversi ke Islam. Jepang memiliki lebih dari 110 [[masjid]]. Itu adalah perubahan yang disambut baik, kata Muhammad Tahir Abbas Khan, seorang profesor di apu dan kepala Asosiasi Muslim Beppu (bma). Pada tahun 2001, ketika dia pertama kali tiba dari Pakistan sebagai mahasiswa pascasarjana, hanya ada 24 masjid di negara itu dan tidak ada satu pun di [[Kyūshū|Kyushu]].<ref>{{Cite news|title=The number of Muslims in Japan is growing fast|url=https://www.economist.com/asia/2021/01/07/the-number-of-muslims-in-japan-is-growing-fast|newspaper=The Economist|issn=0013-0613|access-date=2022-07-09}}</ref>

=== Dakwah di Jepang ===
[[Statistik]] menunjukkan bahwa di sekitar 80% daripada jumlah penduduk Jepang adalah penganut [[Buddha]] atau [[Shinto]], sedangkan hanya 0,095% atau hanya berjumlah 121.062 orang.
Bilangan pendakwah yang berpotensi dalam komunitas Muslim di Jepang adalah amat kecil, dan terdiri daripada para pelajar dan berbagai jenis pekerjaan yang bertumpu di kota besar seperti [[Hiroshima]], [[Kyoto]], [[Nagoya]], [[Osaka]] dan [[Tokyo]].

Terdapat keperluan yang lanjut untuk orang-orang Muslim bertahan daripada tekanan-tekanan dan godaan-godaan gaya hidup modern yang lebih gairah. Orang-orang Muslim juga menghadapi kesusahan terhadap komunikasi, perumahan, pendidikan anak, makanan [[halal]], serta kesusasteraan Islam, dan semua ini menghalang kegiatan-kegiatan dakwah di Jepang.

Tanggapan salah terhadap ajaran Islam yang diperkenalkan oleh media-media barat perlu dibetulkan dengan cara yang lebih cekap dan yang mengambil kira ciri penting masyarakat Jepang sebagai salah satu negara yang paling tidak buta huruf di dunia. Bagaimanapun, disebabkan persebaran orang Muslim yang amat sedikit, terjemah Alquran dalam bahasa Jepang juga tidak mudah didapati. Hampir tidak adanya kesusasteraan Islam di dalam toko-toko buku atau perpustakaan-perpustakaan umum, kecuali beberapa esai dan buku dalam bahasa Inggris yang dijual pada harga yang agak mahal.

Oleh itu, tidaklah mengejutkan untuk mendapati bahwa pengetahuan orang Jepang yang biasa tentang agama Islam hanya dihadapkan kepada beberapa istilah yang berkaitan dengan [[poligami]], [[Sunni]] dan [[Syiah]], [[Ramadhan]], Haji, Nabi Muhammad, dan Allah. Dengan kesan-kesan yang semakin terang tentang kesadaran kewajiban komunitas-komunitas Islam serta penilaian yang rasional, Umat Muslim telah menunjukkan tanggungan yang lebih kuat terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan dakwah dengan cara yang lebih teratur.


== Referensi ==
== Referensi ==
=== Catatan kaki ===
; Catatan kaki
{{reflist}}
{{reflist}}
=== Bacaan lanjutan ===
; Bacaan lanjutan
* Islam in Japan: It's past, present and future. Islamic Centre Japan, 1980.
* Islam in Japan: It's past, present and future. Islamic Centre Japan, 1980.
* Arabia, Jilid 5, No. 54. Februari 1986/Jamad al-Awal 1406.
* Arabia, Jilid 5, No. 54. Februari 1986/Jamad al-Awal 1406.


== Pautan luar ==
== Pranala luar ==
* [http://www.id.emb-japan.go.jp/spmins.html Ceramah tentang Hubungan Islam dan Jepang oleh Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia]
* [http://63.175.194.25/index.php?ln=jpn Islam-Soalan Lazim Jepang] – tapak web Islam Jepang yang memberi daftar yang menyeluruh mengenai rujukan dan sumber Islam dalam bahasa Jepang.
* [http://63.175.194.25/index.php?ln=jpn Islam-Soalan Lazim Jepang] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060905060703/http://63.175.194.25/index.php?ln=jpn |date=2006-09-05 }} – tapak web Islam Jepang yang memberi daftar yang menyeluruh mengenai rujukan dan sumber Islam dalam bahasa Jepang.
* [http://www.dokidoki.ne.jp/home2/islam/index.htm Islamic Website Jepang] – web Islam Jepang yang terkenal.
* [http://www.dokidoki.ne.jp/home2/islam/index.htm Islamic Website Jepang] – web Islam Jepang yang terkenal.
* [http://www.islamcenter.or.jp/eng/index.html Pusat Islam Jepang]
* [http://www.islamcenter.or.jp/eng/index.html Pusat Islam Jepang] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090804173929/http://www.islamcenter.or.jp/eng/index.html |date=2009-08-04 }}


{{Topik Asia|Islam di}}
{{Topik Asia|Islam di}}
{{Masjid di Jepang}}


[[Kategori:Agama di Jepang|Jepang]]
[[Kategori:Islam di Jepang| ]]
[[Kategori:Islam di Jepang| {{PAGENAME}}]]

[[ar:الإسلام في اليابان]]
[[de:Islam in Japan]]
[[en:Islam in Japan]]
[[fa:اسلام در ژاپن]]
[[fr:Islam au Japon]]
[[ms:Islam di Jepun]]
[[ru:Ислам в Японии]]
[[sq:Islami në Japoni]]

Revisi terkini sejak 9 Januari 2024 14.49

Islam di Jepang sudah ada sejak awal masuknya pasukan Ottoman Turki ke Jepang pada akhir abad ke-18 dan muslim jepang pertama ialah Mitsutaro Takaoka yang berada di prefektur Kobe[1]. Islam dalam bahasa Jepang adalah イスラム教 (bahasa Jepang: isuramukyou)

Antara 1877 dan Perang Dunia II

[sunting | sunting sumber]

Hubungan Islam dengan Jepang ini masih terbilang belia jika dibandingkan hubungan agama ini dengan negara-negara yang lain di seluruh dunia.

Tidak terdapat sebuah hitungan yang nyata tentang hubungan-hubungan antara agama Islam dengan Jepang atau cerita sejarah tentang Islam di Jepang melalui penyebaran agama, kecuali beberapa hubungan tersembunyi antara penduduk-penduduk Jepang dengan orang-orang Muslim dari negara lain sebelum tahun 1868.

Agama Islam diketahui untuk pertama kali oleh penduduk Jepang pada tahun 1877 sebagai sebagian pemikiran agama barat dan pada sekitar tahun itu, kehidupan Nabi Muhammad diterjemahkan dalam Bahasa Jepang. Ini membantu agama Islam menempatkan diri dalam pemikiran intelek orang Jepang, tetapi hanya sebagai satu pengetahuan dan pemikiran.

Lagi satu hubungan yang penting dibuat pada tahun 1890 ketika Turki Usmaniyah mengirim utusan yang menumpang sebuah kapal yang dinamakan "Ertugrul" ke Jepang untuk tujuan menjalin hubungan diplomatik antara kedua negara serta untuk saling memperkenalkan orang Muslim dan orang Jepang. Kapal itu yang membawa 609 orang penumpang dalam pelayaran pulang ke negara mereka tenggelam dengan 540 penumpang tewas.

Dua orang Jepang Muslim pertama yang diketahui ialah Mitsutaro Takaoka yang memeluk Islam pada tahun 1909 dan mengambil nama Omar Yamaoka setelah menunaikan haji di Mekah, serta Bumpachiro Ariga yang pada masa yang lebih kurang sama telah pergi ke India untuk berdagang dan kemudian memeluk Islam di bawah pengaruh orang-orang Muslim di sana serta mengambil nama Ahmad Ariga. Bagaimanapun, kajian-kajian ini telah membuktikan bahwa seorang Jepang yang dikenali sebagai Torajiro Yamada mungkin merupakan orang Jepang Muslim yang pertama ketika ia melawat negara Turki disebabkan turut berdukacita dengan korban tewas dalam kecelakaan maut Ertugrul. Dia mengambil nama Abdul Khalil dan mungkin pergi ke Mekah untuk naik haji.

Bagaimanapun, kehidupan komunitas Muslim yang benar tidak bermula sehingga beratus-ratus pelarian Muslim Turki, Uzbekistan, Tajikistan, Kirghizstan, Kazakhstan dan Tatar Turki yang lain dari Asia Tengah dan Rusia, pengaruh Revolusi Bolshevik semasa Perang Dunia I. Orang-orang Muslim ini yang diberikan perlindungan di Jepang menetap di beberapa pelabuhan utama di sekitar Jepang dan mendirikan komunitas-komunitas Islam. Segelintir orang Jepang memeluk Islam melalui hubungan mereka dengan orang-orang Muslim ini.

Dengan pembentukan komunitas-komunitas Muslim ini, beberapa buah masjid telah didirikan. Masjid yang paling penting di antaranya ialah Masjid Kobe yang didirikan pada tahun 1935, dan Masjid Tokyo yang didirikan pada tahun 1938. Bagaimanapun, orang Jepang Muslim tidak mengambil bagian dalam pengelolaan masjid-masjid ini dan tidak terdapat orang Jepang yang menjadi imam, dengan pengecualian Syaikh Ibrahim Sawada, imam pada Ahlulbayt Islamic Centre di Tokyo.[2]

Setelah Perang Dunia II

[sunting | sunting sumber]
Gerbang muka Masjid Kobe.

Saat Perang Dunia II, salah satu "Ledakan Islam" dimulai oleh kelompok militer di Jepang melalui pendirian pusat-pusat studi untuk mengkaji Islam dan Dunia Muslim. Pilot-pilot tempur Jepang yang pergi ke negara-negara Asia Tenggara sebagai tentara semasa Perang Dunia II diajarkan untuk mengucapkan "La ilaha illa Allah" digunakan ketika pesawat-pesawat mereka ditembak jatuh di kawasan-kawasan ini supaya mereka tidak dibunuh. Sebuah pesawat Jepang telah dikatakan ditembak jatuh dan pilotnya diamankan oleh penduduk setempat. Apabila pilot itu mengucap kata-kata "ajaib" itu, mereka merasa terharu ketika penduduk-penduduk itu berubah sikap terhadapnya, dan memperlakukannya dengan baik. Telah dikatakan bahwa pada waktu itu, lebih dari 100 buah buku dan jurnal mengenai Islam telah diterbitkan di Jepang. Bagaimanapun, pusat-pusat pengkajian ini sama sekali tidak diketuai atau diurus oleh orang-orang Muslim dan tujuannya bukan untuk penyebaran Islam. Tujuan yang sebenarnya adalah untuk menambah wawasan militer dengan pengetahuan yang diperlukan mengenai Islam dan orang Muslim karena terdapat komunitas-komunitas Muslim yang besar di kawasan-kawasan yang diduduki oleh angkatan militer Jepang di negara RRT dan negara-negara Asia Tenggara. Oleh karena itu, dengan berakhirnya perang pada tahun 1945, pusat-pusat pengkajian ini menghilang sama sekali.

Ada lagi satu "Ledakan Islam", kali ini selepas krisis minyak 1973. Media massa Jepang telah memberi penerbitan yang besar tentang Dunia Muslim, dan khususnya kepada Dunia Arab, akan pentingnya negara-negara ini terhadap ekonomi Jepang. Dengan penerbitan ini, banyak orang Jepang yang tidak mempunyai secuil pengetahuan tentang Islam mempunyai peluang untuk melihat rukun Islam ke-5, Haji di Mekah serta untuk mendengar panggilan Azan (panggilan Islam untuk Shalat) dan pembacaan Al-Quran. Selain itu banyak orang Jepang yang memeluk Islam secara terang-terangan ketika itu, terdapat juga banyak upacara Islamisasi massal yang terdiri dari berpuluh-puluh ribu orang. Bagaimanapun, selepas krisis minyak selesai, kebanyakan pemeluk Islam Jepang meninggalkan agama itu. Orang-orang Turki merupakan komunitas Muslim yang terbesar di Jepang hingga akhir-akhir ini.[butuh rujukan]

Era Modern

[sunting | sunting sumber]

Pada masa kini ketika Jepang menjadi salah satu tujuan pendidikan, usaha dan wisata yang populer, banyaknya pekerja, pelajar dan wisatawan muslim turut mempengaruhi perkembangan Islam disana. Minister Sato, Wakil Duta Besar untuk Indonesia menyatakan: "Di Jepang pada tahun seribu sembilan ratus tiga puluhan (1930-an), hanya ada dua masjid, namun saat ini sudah terdapat lebih dari seratus masjid. Masyarakat Islam yang ada di Jepang, paling banyak orang Indonesia, kemudian orang Pakistan, Bangladesh, dan Iran. Pusat Islam dan Asosiasi Muslim Jepang di Tokyo menjadi pusat studi Islam dan Bahasa Arab bagi warga Jepang, yang banyak menarik perhatian warga muda Jepang. Saya percaya, akumulasi dari berbagai usaha yang kecil seperti ini, dapat memberi andil bagi dunia yang lebih damai."[3]

Bandara-bandara internasional di Jepang berusaha menjadi lebih ramah kepada umat Islam dengan menyediakan fasilitas dan ruang ibadah di tengah kenaikan tajam pengunjung dari dunia Islam menyusul kelonggaran dari pemerintah Jepang tentang peraturan untuk mengeluarkan visa pada Juli 2013.[4]

Kyoto, juga berencana menjadi kota yang ramah terhadap muslim. Pasca pembebasan visa pada Juli 2013, jumlah pengunjung muslim asal Malaysia ke Jepang meningkat dan mendorong pemerintahan di Kyoto mencari cara untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kyoto memiliki kelompok studi di bawah Asosiasi Muslim Kyoto. Asosiasi yang berdiri sejak tahun 1987 ini mengusahakan agar muslim dapat mengunjungi masjid dan beribadah di dalamnya, menyediakan ruangan dengan petunjuk arah kiblat, juga memberikan informasi terkait tempat-tempat makan halal yang di Kyoto.[5][6]

Persatuan Muslim Jepang

[sunting | sunting sumber]

Serangan Jepang terhadap China dan negara-negara Asia Tenggara semasa Perang Dunia II menghasilkan hubungan-hubungan antara orang-orang Jepang dengan orang-orang Muslim. Mereka yang memeluk agama Islam melalui hubungan-hubungan itu kemudian mengasaskan Persatuan Jepang Muslim di bawah pimpinan Allahyarham Sadiq Imaizumi pada tahun 1953. Persatuan tersebut ialah organisasi Jepang Muslim yang pertama.

Ketua kedua persatuan ini ialah Allahyarham Umar Mita. Mita merupakan orang Islam yang tipikal bagi generasi tuanya yang mempelajari Islam di wilayah-wilayah yang diduduki oleh Kekaisaran Jepang. Melalui hubungan-hubungannya dengan orang-orang Cina Muslim, dia memeluk Islam di Beijing. Saat Mita kembali ke Jepang selepas perang, dia menunaikan haji, dan merupakan orang Jepang pertama sesudah peperangan untuk berbuat demikian. Mita juga membuat terjemah Al-Quran bahasa Jepang untuk pertama kali. Oleh itu, hanya selepas Perang Dunia II baru terdapat sebuah komunitas di Jepang.

Populasi Muslim telah tumbuh dalam beberapa tahun terakhir, karena pemerintah telah berusaha untuk menarik lebih banyak pekerja asing dan pelajar. Jumlah Muslim yang tinggal di Jepang meskipun kecil, telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dekade terakhir, dari 110.000 pada 2010 menjadi 230.000 pada akhir 2019. Menurut Tanada Hirofumi dari Universitas Waseda, populasi tersebut memasukkan 50.000 orang Jepang yang dikonversi ke Islam. Jepang memiliki lebih dari 110 masjid. Itu adalah perubahan yang disambut baik, kata Muhammad Tahir Abbas Khan, seorang profesor di apu dan kepala Asosiasi Muslim Beppu (bma). Pada tahun 2001, ketika dia pertama kali tiba dari Pakistan sebagai mahasiswa pascasarjana, hanya ada 24 masjid di negara itu dan tidak ada satu pun di Kyushu.[7]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
Catatan kaki
  1. ^ "Melacak Masuknya Islam Pertama Kali ke Negeri Sakura Jepang". Republika Online. 2020-04-03. Diakses tanggal 2022-07-23. 
  2. ^ "Alquran 10". Alquran2007.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-13. Diakses tanggal 2010-05-02. 
  3. ^ "Ceramah oleh Minister Sato, Wakil Duta Besar untuk Indonesia "Hubungan Islam dan Jepang"". www.id.emb-japan.go.jp. Diakses tanggal 2014-01-05. 
  4. ^ "Airports in Japan striving to become friendlier to Muslims". http://asia.nikkei.com. 2013-12-22. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-31. Diakses tanggal 2014-01-11.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  5. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-11. Diakses tanggal 2014-01-11. 
  6. ^ "Kyoto aims to be Muslim-friendly city". www.japantimes.co.jp. 2013-12-22. Diakses tanggal 2014-01-11. 
  7. ^ "The number of Muslims in Japan is growing fast". The Economist. ISSN 0013-0613. Diakses tanggal 2022-07-09. 
Bacaan lanjutan
  • Islam in Japan: It's past, present and future. Islamic Centre Japan, 1980.
  • Arabia, Jilid 5, No. 54. Februari 1986/Jamad al-Awal 1406.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]