Lompat ke isi

Natal: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kennedyyy (bicara | kontrib)
Ejaan
Illchy (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(34 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Pp-semi-protected}}
{{disambig info}}
{{Other uses}}
{{dab|Artikel ini merupakan hari raya Kristen yang didasarkan atas peristiwa [[Kelahiran Yesus]]}}
{{dab|Artikel ini merupakan hari raya Kristen yang didasarkan atas peristiwa [[Kelahiran Yesus]]}}

{{Infobox Holiday
{{Infobox Holiday
|holiday_name=Natal
|holiday_name=Natal
Baris 7: Baris 9:
|observedby=Mayoritas umat [[Kristen]]
|observedby=Mayoritas umat [[Kristen]]
|type=Kristen
|type=Kristen
|significance=Merayakan kelahiran [[Yesus]] (Isa Almasih)
|significance=Merayakan kelahiran [[Yesus|Yesus Kristus]] (Isa Almasih)
|date=25 Desember (seluruh dunia){{br}}6 Januari (Armenia){{br}}7 Januari (Ortodoks Timur)
|date=25 Desember (seluruh dunia){{br}}6 Januari (Armenia){{br}}7 Januari (Ortodoks Timur)
|observances=
|observances=
|celebrations=kebaktian gereja, berkumpul dengan keluarga, memberi hadiah
|celebrations=[[Misa]], kebaktian gereja, berkumpul dengan keluarga, memberi hadiah
|relatedto=[[Adven]]; [[Kelahiran Yesus]], [[Epifani]]
|relatedto=[[Adven]]; [[Kelahiran Yesus]], [[Epifani]]
}}
}}
{{portal|Kristen}}
{{portal|Kristen}}


'''Natal''' (dari [[bahasa Portugis]] yang berarti "kelahiran") adalah [[hari raya]] umat [[Kristen]] yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani pada tanggal [[25 Desember]] untuk memperingati hari [[kelahiran Yesus Kristus]]. Natal dirayakan dalam kebaktian malam pada tanggal 24 Desember; dan kebaktian pagi tanggal 25 Desember. Beberapa [[gereja Ortodoks]] merayakan Natal pada tanggal 6 Januari (lihat pula [[Epifani]]).
'''Natal''' adalah [[hari raya]] umat [[Kristen]] yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani pada tanggal [[25 Desember]] untuk memperingati hari [[kelahiran Yesus Kristus]]. Natal dirayakan dalam ibadah malam pada tanggal 24 Desember; dan ibadah pagi tanggal 25 Desember. Beberapa [[gereja Ortodoks]] merayakan Natal pada tanggal 6 Januari (lihat pula [[Epifani]]).


Dalam tradisi [[barat]], peringatan Natal juga mengandung aspek non-agamawi. Beberapa tradisi Natal yang berasal dari Barat antara lain adalah [[pohon Natal]], [[kartu Natal]], bertukar hadiah antara teman, dan anggota keluarga serta kisah tentang [[Santa Klaus]] atau Sinterklas.
Dalam tradisi [[barat]], peringatan Natal juga mengandung aspek non-agamawi. Beberapa tradisi Natal yang berasal dari Barat antara lain adalah [[pohon Natal]], [[kartu Natal]], bertukar hadiah antara teman, dan anggota keluarga serta kisah tentang [[Santa Klaus]] atau Sinterklas.


== Etimologi ==
== Etimologi ==
Kata "natal" diserap dari [[bahasa Portugis]], yaitu ''natal'', yang diturunkan dari ungkapan bahasa Latin ''Dies Natalis'' (Hari Lahir), merupakan bentukan kata kerja ''nāscor'' (''nāsceris'', ''nāscī'', ''nātus sum'').<ref>{{Cite web|title=Charlton T. Lewis, Charles Short, A Latin Dictionary, nascor|url=http://www.perseus.tufts.edu/hopper/text?doc=Perseus:text:1999.04.0059:entry=nascor|website=www.perseus.tufts.edu|access-date=25 Desember 2021}}</ref>{{efn|Kata ''nāscor'' diturunkan dari [[bahasa Proto-Italik]], yaitu ''*gnāskōr'',<ref>{{Cite book|last=De Vaan|first=Michiel|date=2008|title=Etymological Dictionary of Latin and the other Italic Languages (Leiden Indo-European Etymological Dictionary Series; 7)|location=Boston dan Leiden|publisher=Brill|isbn=9789004167971|language=en-US|url-status=live}}</ref> diturunkan dari [[bahasa Proto-Indo-Eropa]], yaitu ''*ǵenh₁'', sebuah bentuk [[kata kerja inkoatif]] dari akar kata ''*gen-/*gnē'' (berarti "menghasilkan", yang juga dipakai dalam [[bahasa Latin]] (sebagai ''genĕre'' dan ''gignĕre'') dan [[Bahasa Yunani Kuno|Yunani Kuno]] (sebagai γίγνομαι, ''ghìgnomai'').<ref>{{Cite book|last=Ringe|first=Donald|date=2006|title=From Proto-Indo-European to Proto-Germanic|location=Oxford|publisher=Oxford University Press|isbn=9780199284139|language=en-GB-oxendict|url-status=live}}</ref>}} Kata tersebut juga dipakai dalam [[Rumpun bahasa Roman|bahasa-bahasa Roman]] lainnya, seperti ''natale'' ([[Bahasa Italia|Italia]]), dan ''nadal'' ([[Bahasa Katala|Katala]]). Kata ''nadal'' dalam [[bahasa Spanyol]] mulai usang dan secara bertahap kata ''navidad'' mulai sering dipakai untuk merujuk hari natal dengan ucapan khas yang mendunia yaitu "Feliz Navidad".<ref name="evangelhoquotidiano.org">[http://evangelhoquotidiano.org/main.php?language=PT&module=saintfeast&id=11286&fd=0 Natal do Senhor Jesus, evangelizo.org, VISÃO Júnior 25 de Dezembro de 2011]</ref>
Kata “natal” berasal dari ungkapan bahasa Latin ''Dies Natalis'' (Hari Lahir).Dalam bahasa Inggris perayaan Natal disebut ''Christmas'', dari istilah Inggris kuno ''Cristes Maesse'' (1038) atau ''Cristes-messe'' (1131), yang berarti [[Misa]] [[Kristus]]. Christmas biasa pula ditulis Χ'mas, suatu penyingkatan yang cocok dengan tradisi Kristen, karena huruf [[X (huruf)|X]] dalam bahasa Yunani merupakan singkatan dari Kristus atau dalam [[bahasa Yunani]] [[Chi]]-[[Rho]].


Dalam Alkitab bahasa Indonesia sendiri tidak dijumpai kata "Natal", yang ada hanya kelahiran Yesus.
Dalam Alkitab bahasa Indonesia sendiri tidak dijumpai kata "Natal", yang ada hanya kelahiran Yesus.
Baris 31: Baris 33:
Cerita kelahiran Yesus dalam Injil Perjanjian Baru ditulis dalam kitab [[Injil Matius|Matius]] ({{Alkitab|Matius 1:18-2:23|plain=y}}) dan [[Injil Lukas|Lukas]] ({{Alkitab|Lukas 2:1-21|plain=y}}).
Cerita kelahiran Yesus dalam Injil Perjanjian Baru ditulis dalam kitab [[Injil Matius|Matius]] ({{Alkitab|Matius 1:18-2:23|plain=y}}) dan [[Injil Lukas|Lukas]] ({{Alkitab|Lukas 2:1-21|plain=y}}).


Menurut Lukas, Maria mengetahui dari seorang [[malaikat]] bahwa dia telah mengandung dari [[Roh Kudus]] tanpa [[hubungan seks|persetubuhan]]. Setelah itu dia dan suaminya Yusuf meninggalkan rumah mereka di [[Nazaret]] untuk berjalan ke kota [[Betlehem]] untuk mendaftar dalam [[sensus]] yang diperintahkan oleh [[Agustus]], Kaisar Romawi pada saat itu. Karena mereka tidak mendapat tempat untuk menginap di kota itu, bayi Yesus dibaringkan di sebuah [[palungan]] (malaf)<ref>[http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Luk&chapter=2&verse=7 Lukas 2:7 versi Leydekker]</ref><ref>http://natal.sabda.org/anak_malaf</ref>. Kelahiran Kristus di Betlehem Efrata, [[Yudea]], di kampung halaman [[Daud]], nenek moyang [[Santo Yusuf|Yusuf]], memenuhi nubuat [[nabi]] [[Mikha]] ({{Alkitab|Mikha 5:1-2}}). (Di Israel purba mereka mengenal ada dua kota Betlehem, kota Betlehem satunya lagi berada di tanah [[suku Zebulon|Zebulon]].)
Menurut Lukas, Maria mengetahui dari seorang [[malaikat]] bahwa dia telah mengandung dari [[Roh Kudus]] tanpa [[hubungan seks|persetubuhan]]. Setelah itu dia dan suaminya Yusuf meninggalkan rumah mereka di [[Nazaret]] untuk berjalan ke kota [[Betlehem]] untuk mendaftar dalam [[sensus]] yang diperintahkan oleh [[Agustus]], Kaisar Romawi pada saat itu. Karena mereka tidak mendapat tempat untuk menginap di kota itu, bayi Yesus dibaringkan di sebuah [[palungan]] (malaf).<ref>[http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Luk&chapter=2&verse=7 Lukas 2:7 versi Leydekker]</ref><ref>http://natal.sabda.org/anak_malaf</ref> Kelahiran Kristus di Betlehem Efrata, [[Yudea]], di kampung halaman [[Daud]], nenek moyang [[Santo Yusuf|Yusuf]], memenuhi nubuat [[nabi]] [[Mikha]] ({{Alkitab|Mikha 5:1-2}}). (Di Israel purba mereka mengenal ada dua kota Betlehem, kota Betlehem satunya lagi berada di tanah [[suku Zebulon|Zebulon]].)


Matius mencatat [[silsilah]] dan kelahiran Yesus dari seorang perawan, dan kemudian beralih ke kedatangan [[orang-orang majus dari Timur]]—yang diduga adalah Arabia atau Persia—untuk melihat Yesus yang baru dilahirkan. Orang-orang bijak tersebut mula-mula tiba di [[Yerusalem]] dan melaporkan kepada raja [[Yudea]], [[Herodes Agung]], bahwa mereka telah melihat sebuah bintang—yang sekarang disebut [[Bintang natal|Bintang Betlehem]]—menyambut kelahiran seorang raja. Penelitian lebih lanjut memandu mereka ke Betlehem Yudea dan rumah Maria dan Yusuf. Mereka mempersembahkan [[emas]], [[kemenyan]], dan [[mur]] kepada bayi Yesus. Ketika bermalam, orang-orang majus itu mendapatkan mimpi yang berisi peringatan bahwa Raja Herodes merencanakan pembunuhan terhadap anak tersebut. Karena itu mereka memutuskan untuk langsung pulang tanpa memberitahu Herodes suksesnya misi mereka. Matius kemudian melaporkan bahwa keluarga Yesus kabur ke [[Mesir]] untuk menghindari tindakan Raja Herodes yang memutuskan untuk membunuh semua anak di bawah dua tahun di Betlehem untuk menghilangkan saingan terhadap kekuasaannya. Setelah kematian Herodes, Yesus dan keluarga kembali dari Mesir, tetapi untuk menghindar dari raja Yudea baru (anak Herodes Agung, yakni Herodes [[Arkhelaus]]) mereka pergi ke [[Galilea]] dan tinggal di [[Nazaret]].
Matius mencatat [[silsilah]] dan kelahiran Yesus dari seorang perawan, dan kemudian beralih ke kedatangan [[orang-orang majus dari Timur]]—yang diduga adalah Arabia atau Persia—untuk melihat Yesus yang baru dilahirkan. Orang-orang bijak tersebut mula-mula tiba di [[Yerusalem]] dan melaporkan kepada raja [[Yudea]], [[Herodes Agung]], bahwa mereka telah melihat sebuah bintang—yang sekarang disebut [[Bintang natal|Bintang Betlehem]]—menyambut kelahiran seorang raja. Penelitian lebih lanjut memandu mereka ke Betlehem Yudea dan rumah Maria dan Yusuf. Mereka mempersembahkan [[emas]], [[kemenyan]], dan [[mur]] kepada bayi Yesus. Ketika bermalam, orang-orang majus itu mendapatkan mimpi yang berisi peringatan bahwa Raja Herodes merencanakan pembunuhan terhadap anak tersebut. Karena itu mereka memutuskan untuk langsung pulang tanpa memberitahu Herodes suksesnya misi mereka. Matius kemudian melaporkan bahwa keluarga Yesus kabur ke [[Mesir]] untuk menghindari tindakan Raja Herodes yang memutuskan untuk membunuh semua anak di bawah dua tahun di Betlehem untuk menghilangkan saingan terhadap kekuasaannya. Setelah kematian Herodes, Yesus dan keluarga kembali dari Mesir, tetapi untuk menghindar dari raja Yudea baru (anak Herodes Agung, yakni Herodes [[Arkhelaus]]) mereka pergi ke [[Galilea]] dan tinggal di [[Nazaret]].
Baris 38: Baris 40:


== Asal-mula peringatan Natal ==
== Asal-mula peringatan Natal ==
Peringatan hari kelahiran Yesus tidak pernah menjadi perintah Kristus untuk dilakukan. Cerita dari Perjanjian Baru tidak pernah menyebutkan adanya perayaan hari kelahiran Yesus dilakukan oleh gereja awal. Klemens dari Aleksandria mengejek orang-orang yang berusaha menghitung dan menentukan hari kelahiran Yesus. Dalam abad-abad pertama, hidup kerohanian anggota-anggota jemaat lebih diarahkan kepada kebangkitan Yesus. Natal tidak mendapat perhatian. Perayaan hari ulang tahun umumnya – terutama oleh Origenes – dianggap sebagai suatu kebiasaan kafir: orang orang seperti Firaun dan Herodes yang merayakan hari ulang tahun mereka. Orang Kristen tidak berbuat demikian: orang Kristen merayakan hari kematiannya sebagai hari ulang tahunnya.
Peringatan hari kelahiran Yesus tidak pernah mendapat perhatian khusus dari Kristus untuk dilakukan, seperti peringatan Perjamuan Kudus, tetapi bukan berarti Yesus menolak peringatan sebuah hari raya yang bukan bagian dari perintah Tuhan. Yesus bahkan menghadiri sebuah perayaan Hari Raya Penahbisan Bait Suci atau Hanukkah, sebuah hari raya yang muncul pada zaman intertestamental. Cerita dari Perjanjian Baru tidak pernah menyebutkan adanya perayaan hari kelahiran Yesus dilakukan oleh gereja awal, tentu saja hal itu bisa dipahami karena gereja masih sangat belia, yang lebih diutamakan adalah misi penyebaran Injil. Klemens dari Aleksandria mengejek orang-orang yang berusaha menghitung dan menentukan hari kelahiran Yesus. Pada abad-abad pertama, hidup kerohanian anggota-anggota jemaat lebih diarahkan kepada kebangkitan Yesus. Natal tidak mendapat perhatian. Perayaan hari ulang tahun umumnya – terutama oleh Origenes – dianggap sebagai suatu kebiasaan kafir: orang orang seperti Firaun dan Herodes yang merayakan hari ulang tahun mereka. Orang Kristen tidak berbuat demikian: orang Kristen merayakan hari kematiannya sebagai hari ulang tahunnya.


Tetapi di sebelah [[Eropa Timur|Timur]] orang telah sejak dahulu memikirkan mukjizat pemunculan Allah dalam rupa manusia. Menurut tulisan-tulisan lama suatu sekte Kristen di Mesir telah merayakan "pesta [[Epifani]]a" (pesta Pemunculan Tuhan) pada tanggal [[4 Januari]]. Tetapi yang dimaksudkan oleh sekte ini dengan pesta Epifania ialah munculnya Yesus sebagai Anak Allah yaitu pada waktu Ia dibaptis di sungai Yordan. Gereja sebagai keseluruhan bukan saja menganggap baptisan Yesus sebagai Epifania, tetapi terutama kelahiran-Nya di dunia. Sesuai dengan anggapan ini, Gereja Timur merayakan pesta Epifania pada tanggal 6 Januari sebagai pesta kelahiran dan pesta baptisan Yesus.
Namun, di sebelah [[Eropa Timur|Timur]] orang telah sejak dahulu memikirkan mukjizat pemunculan Allah dalam rupa manusia. Menurut tulisan-tulisan lama suatu sekte Kristen di Mesir telah merayakan "pesta [[Epifani]]a" (pesta Pemunculan Tuhan) pada tanggal [[4 Januari]]. Namun, yang dimaksudkan oleh sekte ini dengan pesta Epifania ialah munculnya Yesus sebagai Anak Allah, yaitu pada saat Ia dibaptis di sungai Yordan. Gereja sebagai keseluruhan bukan saja menganggap baptisan Yesus sebagai Epifania, tetapi terutama kelahiran-Nya di dunia. Sesuai dengan anggapan ini, Gereja Timur merayakan pesta Epifania pada tanggal 6 Januari sebagai pesta kelahiran dan pesta baptisan Yesus.


Perayaan kedua pesta ini berlangsung pada tanggal 5 Januari malam (menjelang tanggal 6 Januari) dengan suatu tata ibadah yang indah, yang terdiri dari Pembacaan Alkitab dan puji pujian. Ephraim dari Syria menganggap Epifania sebagai pesta yang paling indah. Ia katakan: “Malam perayaan Epifania ialah malam yang membawa damai sejahtera dalam dunia. Siapakah yang mau tidur pada malam, ketika seluruh dunia sedang berjaga jaga?” Pada malam perayaan Epifania, semua gedung gereja dihiasi dengan karangan bunga. Pesta ini khususnya dirayakan dengan gembira di gua Betlehem, tempat Yesus dilahirkan.
Perayaan kedua pesta ini berlangsung pada tanggal 5 Januari malam (menjelang tanggal 6 Januari) dengan suatu tata ibadah yang indah, yang terdiri dari Pembacaan Alkitab dan puji pujian. Ephraim dari Syria menganggap Epifania sebagai pesta yang paling indah. Ia katakan: “Malam perayaan Epifania ialah malam yang membawa damai sejahtera dalam dunia. Siapakah yang mau tidur pada malam, ketika seluruh dunia sedang berjaga jaga?” Pada malam perayaan Epifania, semua gedung gereja dihiasi dengan karangan bunga. Pesta ini khususnya dirayakan dengan gembira di gua Betlehem, tempat Yesus dilahirkan.


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Perayaan Natal baru dimulai pada sekitar tahun 200 M di Aleksandria (Mesir). Para teolog Mesir menunjuk tanggal 20 Mei tetapi ada pula pada 19 atau 20 April. Di tempat-tempat lain perayaan dilakukan pada tangal 5 atau 6 Januari; ada pula pada bulan Desember. Perayaan pada tanggal 25 Desember dimulai pada tahun 221 oleh [[Sextus Julius Africanus]], dan baru diterima secara luas pada abad ke-5. Ada berbagai perayaan keagamaan dalam masyarakat non-Kristen pada bulan Desember.
Perayaan Natal baru dimulai pada sekitar tahun 200 M di Aleksandria (Mesir). Para teolog Mesir menunjuk tanggal 20 Mei tetapi ada pula pada 19 atau 20 April. Di tempat-tempat lain perayaan dilakukan pada tangal 5 atau 6 Januari; ada pula pada bulan Desember. Perayaan pada tanggal 25 Desember dimulai pada tahun 221 oleh [[Sextus Julius Africanus]], dan baru diterima secara luas pada abad ke-5. Ada berbagai perayaan keagamaan dalam masyarakat non-Kristen pada bulan Desember.


== Tanggal ==
== Tanggal ==
[[Berkas:Presepi2003.JPG|jmpl|kiri|Yusuf, Maria, dan bayi Yesus]]
[[Berkas:Presepi2003.JPG|jmpl|kiri|Yusuf, Maria, dan bayi Yesus]]
Ada pendapat yang berkata bahwa tanggal [[25 Desember]] bukanlah tanggal hari kelahiran Yesus. Pendapat ini diperkuat berdasarkan kenyataan bahwa pada malam tersebut para [[gembala]] masih menjaga dombanya di padang rumput. ([[Lukas 2:8]]). Pada bulan Desember tidak mungkin para gembala masih bisa menjaga domba-dombanya di padang rumput sebab musim dingin pada saat tersebut telah tiba jadi sudah tidak ada rumput yang tumbuh lagi. Para pendukung tanggal kelahiran bulan Desember berpendapat meski musim dingin, domba-domba tetap tinggal di kandangnya di padang rumput dan tetap dijaga oleh gembala, dan meski tidak ada rumput, padang rumput tetaplah disebut padang rumput.
Ada pendapat yang berkata bahwa tanggal [[25 Desember]] bukanlah tanggal hari kelahiran Yesus. Pendapat ini diperkuat berdasarkan kenyataan bahwa pada malam tersebut para [[gembala]] masih menjaga dombanya di padang rumput. ([[Lukas 2:8]]). Pada bulan Desember tidak mungkin para gembala masih bisa menjaga domba-dombanya di padang rumput sebab musim dingin pada saat tersebut telah tiba jadi sudah tidak ada rumput yang tumbuh lagi. Para pendukung tanggal kelahiran bulan Desember berpendapat meski musim dingin, domba-domba tetap tinggal di kandangnya di padang rumput dan tetap dijaga oleh gembala, dan meski tidak ada rumput, padang rumput tetaplah disebut padang rumput. Kenyataan bahwa kota Betlehem tidak selalu bersalju, jikalau pun turun salju, apa yang dimaksud Padang Rumput adalah tempat penjagaan domba semacam menara yang disebut "Migdal Eder". Menara itu dibuat untuk menyediakan domba sepanjang tahun karena hampir setiap bulan, umat Yahudi memiliki perayaan yang membutuhkan domba termasuk di Bulan Desember.


Ada juga pendapat yang berkata bahwa perayaan Natal bersumber dari tradisi [[Romawi]] pra-Kristen, peringatan bagi dewa pertanian [[Saturnus (mitologi)|Saturnus]] jatuh pada suatu pekan pada bulan Desember dengan puncak peringatannya pada hari [[titik balik musim dingin]] (''winter solstice'') yang jatuh pada tanggal 25 Desember dalam [[kalender Julian]]. Peringatan yang disebut Saturnalia tersebut merupakan tradisi sosial utama bagi bangsa Romawi. Agar orang-orang Romawi dapat menganut agama [[Kristen]] tanpa meninggalkan tradisi mereka sendiri, atas dorongan dari [[kaisar]] Kristen pertama [[Romawi]], [[Konstantin I]], [[Paus Julius I]] memutuskan pada tahun 350 bahwa kelahiran [[Yesus]] diperingati pada tanggal yang sama. Namun pandangan ini disanggah oleh [[Gereja Ritus Timur]], karena Gereja Ritus Timur sudah merayakan kelahiran Yesus sejak abad ke-2, sebelum Gereja di Roma menyatakan perayaan Natal pada tanggal 25 Desember.
Ada juga pendapat yang berkata bahwa perayaan Natal bersumber dari tradisi [[Romawi]] pra-Kristen, peringatan bagi dewa pertanian [[Saturnus (mitologi)|Saturnus]] jatuh pada suatu pekan pada bulan Desember dengan puncak peringatannya pada hari [[titik balik musim dingin]] (''winter solstice'') yang jatuh pada tanggal 25 Desember dalam [[kalender Julian]]. Peringatan yang disebut Saturnalia tersebut merupakan tradisi sosial utama bagi bangsa Romawi. Agar orang-orang Romawi dapat menganut agama [[Kristen]] tanpa meninggalkan tradisi mereka sendiri, atas dorongan dari [[kaisar]] Kristen pertama [[Romawi]], [[Konstantin I]], [[Paus Julius I]] memutuskan pada tahun 350 bahwa kelahiran [[Yesus]] diperingati pada tanggal yang sama. Namun pandangan ini disanggah oleh [[Gereja Ritus Timur]], karena Gereja Ritus Timur sudah merayakan kelahiran Yesus sejak abad ke-2, sebelum Gereja di Roma menyatakan perayaan Natal pada tanggal 25 Desember.
Baris 55: Baris 57:
Oleh karena itu, ada beberapa aliran Kristen yang tidak merayakan tradisi Natal karena dianggap berasal dari tradisi kafir Romawi, yaitu aliran [[Gereja Yesus Sejati]], [[Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh]],<!-- [[Gereja Baptis Hari Ketujuh]], [[Perserikatan Gereja Tuhan]],--> kaum [[Yahudi Mesianik]]<!--, dan [[Gereja Jemaat Allah Global Indonesia]]-->. [[Saksi-Saksi Yehuwa]] juga tidak merayakan Natal.
Oleh karena itu, ada beberapa aliran Kristen yang tidak merayakan tradisi Natal karena dianggap berasal dari tradisi kafir Romawi, yaitu aliran [[Gereja Yesus Sejati]], [[Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh]],<!-- [[Gereja Baptis Hari Ketujuh]], [[Perserikatan Gereja Tuhan]],--> kaum [[Yahudi Mesianik]]<!--, dan [[Gereja Jemaat Allah Global Indonesia]]-->. [[Saksi-Saksi Yehuwa]] juga tidak merayakan Natal.


Namun pendapat-pendapat mengenai keterkaitan perayaan Natal dengan tradisi pagan tersebut sudah usang dan banyak ditinggalkan. Penanggalan Natal 25 Desember yang dianggap sebagai ritus pagan sebenarnya baru dimasalahkan abad 18 oleh Paul Ernst Jablonsky. Menurut teolog dari Jerman ini, Perayaan Natal tanggal 25 Desember berasal dari ritus pagan “Natalis Sol Invicti” (Lahirnya Dewa Matahari yang tak terkalahkan). Anehnya, teori spekulatif ini tidak merujuk dokumen-dokemen kuno ini, malah diikuti oleh rahib Benedictan. Dan sejak beberapa encyclopedia mengutipnya tak “check and recheck”, teori asumsi ini menyebar ke seluruh dunia.
Namun pendapat-pendapat mengenai keterkaitan perayaan Natal dengan tradisi pagan tersebut sudah usang dan banyak ditinggalkan. Penanggalan Natal 25 Desember yang dianggap sebagai ritus pagan sebenarnya baru dimasalahkan abad 18 oleh Paul Ernst Jablonsky. Menurut teolog dari Jerman ini, Perayaan Natal tanggal 25 Desember berasal dari ritus pagan “Natalis Sol Invicti” (Lahirnya Dewa Matahari yang tak terkalahkan). Anehnya, teori spekulatif ini tidak merujuk dokumen-dokemen kuno ini, malah diikuti oleh rahib Benedictan. Dan sejak beberapa encyclopedia mengutipnya tak “check and recheck”, teori asumsi ini menyebar ke seluruh dunia.


Faktanya Paus Telesporus di Roma sudah merayakan misa malam Natal 24 Desember sejak tahun 125. Lalu Uskup Theofilus di Kaesarea merayakan Natal 25 Desember 160. Meskipun tanggal kelahiran Yesus ini baru dikanonkan tahun 189, tak lama sesudah Demetrius I menjadi Patriarkh Gereja Alexandria l, namun ini sangat jauh sebelum munculnya kultus perayaan dewa Matahari di Roma tahun 274. Jadi perayaan Natal sebagai tanggal kelahiran Yesus sudah ada lebih dahulu sebelum perayaan dewa Matahari.
Faktanya Paus Telesporus di Roma sudah merayakan misa malam Natal 24 Desember sejak tahun 125. Lalu Uskup Theofilus di Kaesarea merayakan Natal 25 Desember 160. Meskipun tanggal kelahiran Yesus ini baru dikanonkan tahun 189, tak lama sesudah Demetrius I menjadi Patriarkh Gereja Alexandria l, namun ini sangat jauh sebelum munculnya kultus perayaan dewa Matahari di Roma tahun 274. Jadi perayaan Natal sebagai tanggal kelahiran Yesus sudah ada lebih dahulu sebelum perayaan dewa Matahari.
Baris 71: Baris 73:
Tapi mengapa kini ada perbedaan dalam merayakan Natal: antara Gereja Barat yang merayakan pada tanggal 25 Desember, dan Gereja Timur yang merayakan tanggal 7 Januari? Harus dicatat, perbedaan itu tidak terjadi pada fakta dasarnya, tetapi akibat selisih perhitungan antara penanggalan Gregorian Barat dan penanggalan Julian yang lama yang masih dipakai di gereja-gereja Timur. Sebenarnya, penetapan pertama hari-hari raya Gereja, untuk pertama kalinya secara akurat dihitung dari Mesir. Seorang astronom Gereja Mesir, bernama Batlimous, pada akhir abad ke-2 Masehi, melakukan perhitungan secara cermat atas perintah Baba Dimitri/Demetrius, yang menjadi Patriakh Alexandria dari tahun 199-232. Penanggalan Mesir dihitung berdasarkan penampakan bintang Siriuz, [5] yang diakui UNESCO sebagai kalender yang paling akurat dibandingkan dengan sistem penanggalan manapun yang pernah dibuat[6]. Jadi penenetapan perayaan Natal mula-mula jatuh pada tanggal 29 bulan Kiahk. Di wilayah kekaisaran Roma pada waktu itu berlaku kalender Julian. Kalender ini ditetapkan oleh Julius Caesar tahun 46 sebelum Masehi, yang didasarkan atas peredaran matahari. Hitungannya 700 tahun dari berdirinya kota Roma. Nah, pernah terjadi hitungan kalender Julian ini salah. Lalu seorang astronom, Mesir, Sosiginous, memperbaikinya yaitu menyesuaikan dengan tahun Coptic yang terdiri dari 365 hari. Kalender inilah yang diikuti seluruh Gereja baikdi Timur maupun di Barat sampai abad ke-16 Masehi. Pada tahun 1582, Paus Gregorius dari Roma membuat modifikasi dari kalender Julian ini, yang kemudian disebut Kalender Gregorian hingga sekarang. Kalender inilah yang sampai hari ini diikuti oleh Gereja Barat: baik Katolik maupun gereja-gereja Protestan. Sedangkan gereja-gereja Timur dari dahulu hingga sekarang tetap menggunakan Kalender Julian itu.
Tapi mengapa kini ada perbedaan dalam merayakan Natal: antara Gereja Barat yang merayakan pada tanggal 25 Desember, dan Gereja Timur yang merayakan tanggal 7 Januari? Harus dicatat, perbedaan itu tidak terjadi pada fakta dasarnya, tetapi akibat selisih perhitungan antara penanggalan Gregorian Barat dan penanggalan Julian yang lama yang masih dipakai di gereja-gereja Timur. Sebenarnya, penetapan pertama hari-hari raya Gereja, untuk pertama kalinya secara akurat dihitung dari Mesir. Seorang astronom Gereja Mesir, bernama Batlimous, pada akhir abad ke-2 Masehi, melakukan perhitungan secara cermat atas perintah Baba Dimitri/Demetrius, yang menjadi Patriakh Alexandria dari tahun 199-232. Penanggalan Mesir dihitung berdasarkan penampakan bintang Siriuz, [5] yang diakui UNESCO sebagai kalender yang paling akurat dibandingkan dengan sistem penanggalan manapun yang pernah dibuat[6]. Jadi penenetapan perayaan Natal mula-mula jatuh pada tanggal 29 bulan Kiahk. Di wilayah kekaisaran Roma pada waktu itu berlaku kalender Julian. Kalender ini ditetapkan oleh Julius Caesar tahun 46 sebelum Masehi, yang didasarkan atas peredaran matahari. Hitungannya 700 tahun dari berdirinya kota Roma. Nah, pernah terjadi hitungan kalender Julian ini salah. Lalu seorang astronom, Mesir, Sosiginous, memperbaikinya yaitu menyesuaikan dengan tahun Coptic yang terdiri dari 365 hari. Kalender inilah yang diikuti seluruh Gereja baikdi Timur maupun di Barat sampai abad ke-16 Masehi. Pada tahun 1582, Paus Gregorius dari Roma membuat modifikasi dari kalender Julian ini, yang kemudian disebut Kalender Gregorian hingga sekarang. Kalender inilah yang sampai hari ini diikuti oleh Gereja Barat: baik Katolik maupun gereja-gereja Protestan. Sedangkan gereja-gereja Timur dari dahulu hingga sekarang tetap menggunakan Kalender Julian itu.


Lalu mengenai perbedaan jatuhnya perayaan Natal di Barat dan di Timur itu? Nah, perbedaan itu mula-mula disebabkan karena perbedaan dalam menghitung jatuhnya ‘Idul Fashha (Perayaan Paskah). Konkritnya, Gereja Barat menetapkan jatuhnya perayaan Paskah tepat pada bulan purnama musim semi. Ini mengikuti kebiasaan Paskah Yahudi. Padahal orang Yahudi memakai kalender bulan, yang setahunnya hanya terdiri dari 354 hari. Itu berarti selisihnya dengan kalender matahari 10 hari. Dalam hal ini, Paskah Yahudi memang selalu jatuh pada bulan purnama. Karena perhitungan peredaran bulan tadi. Tetapi tidak demikian dengan Paskah Kristen, yang dihitung berdasarkan peredaran matahari. Akibatnya, pada tahun-tahun lain bulan purnama jatuh sebelum jatuhnya perayaan Paskah Kristen. Nah, waktu itulah jatuhnya Paskah di Barat harus dimajukan. Sedangkan gereja-gereja Timur menghitungkan jatuhnya Paskah selalu pada hari Minggu. Tidak peduli tepat pada bulan purnama atau tidak. Sebab yang menjadi patokan bukan lagi pengorbanan domba dalam kalender Yahudi, sebab Yesus sendirilah “Anak Domba Paskah kita” (1 Korintus 5:7).
Mengenai perbedaan jatuhnya perayaan Natal di Barat dan di Timur, perbedaan itu bermula disebabkan karena perbedaan dalam menghitung jatuhnya ‘Idul Fashha (Perayaan Paskah). Konkritnya, Gereja Barat menetapkan jatuhnya perayaan Paskah tepat pada bulan purnama musim semi. Ini mengikuti kebiasaan Paskah Yahudi. Padahal orang Yahudi memakai kalender bulan, yang setahunnya hanya terdiri dari 354 hari. Itu berarti selisihnya dengan kalender matahari 10 hari. Dalam hal ini, Paskah Yahudi memang selalu jatuh pada bulan purnama. Karena perhitungan peredaran bulan tadi. Tetapi tidak demikian dengan Paskah Kristen, yang dihitung berdasarkan peredaran matahari. Akibatnya, pada tahun-tahun lain bulan purnama jatuh sebelum jatuhnya perayaan Paskah Kristen. Nah, waktu itulah jatuhnya Paskah di Barat harus dimajukan. Sedangkan gereja-gereja Timur menghitungkan jatuhnya Paskah selalu pada hari Minggu. Tidak peduli tepat pada bulan purnama atau tidak. Sebab yang menjadi patokan bukan lagi pengorbanan domba dalam kalender Yahudi, sebab Yesus sendirilah “Anak Domba Paskah kita” (1 Korintus 5:7).


Pada tanggal 5 Oktober 1582, kalender Gregorian maju 10 hari. Selanjutnya, satu hari hilang pada tahun 1700, 1800, dan 1900. Akibatnya, 10 hari ditambah 3 hari menjadi 13 hari itu. Hitungannya jadi berbeda, tetapi karena kalender Barat yang menang, maka hitungan yang tepat dari Gereja Timur yaitu tanggal 29 Kiahk atau 25 Tebeth itu, harus mengalah hingga sekarang ini selalu jatuh tanggal 7/6 Januari, apabila dihitung dari kalender Barat yang maju 13 hari tadi.-->
Pada tanggal 5 Oktober 1582, kalender Gregorian maju 10 hari. Selanjutnya, satu hari hilang pada tahun 1700, 1800, dan 1900. Akibatnya, 10 hari ditambah 3 hari menjadi 13 hari itu. Hitungannya jadi berbeda, tetapi karena kalender Barat yang menang, maka hitungan yang tepat dari Gereja Timur yaitu tanggal 29 Kiahk atau 25 Tebeth itu, harus mengalah hingga sekarang ini selalu jatuh tanggal 7/6 Januari, apabila dihitung dari kalender Barat yang maju 13 hari tadi.-->
Baris 131: Baris 133:
* [[Bintang Natal]]
* [[Bintang Natal]]
* Bagian Alkitab yang memuat kisah Natal: [[Matius 1]] dan [[Lukas 2]]
* Bagian Alkitab yang memuat kisah Natal: [[Matius 1]] dan [[Lukas 2]]

== Catatan ==
{{notelist}}


== Referensi ==
== Referensi ==
=== Catatan kaki ===
{{Commons|Christmas}}
{{commons}}
{{Commonscat|Christmas}}
{{Commonscat|Christmas}}
{{commons|Nativity scene|Kelahiran Yesus}}
{{commons}}
{{GambarLuar
{{GambarLuar
|align=right
|align=right
Baris 143: Baris 149:
{{reflist}}
{{reflist}}


== Bacaan lanjutan ==
=== Daftar pustaka ===
* {{cite book|title=Christmas in America: A History|first=Penne L.|last=Restad|location=New York|publisher=Oxford University Press|year=1995|isbn=0-19-509300-3}}
* {{cite book|title=Christmas in America: A History|url=https://archive.org/details/christmasinameri0000rest_x9z9|first=Penne L.|last=Restad|location=New York|publisher=Oxford University Press|year=1995|isbn=0-19-509300-3}}
* ''The Battle for Christmas'', oleh Stephen Nissenbaum (1996; New York: Vintage Books, 1997). ISBN 0-679-74038-4
* ''The Battle for Christmas'', oleh Stephen Nissenbaum (1996; New York: Vintage Books, 1997). ISBN 0-679-74038-4
* ''The Origins of Christmas'', oleh Joseph F. Kelly (August 2004: Liturgical Press) ISBN 978-0-8146-2984-0
* ''The Origins of Christmas'', oleh Joseph F. Kelly (August 2004: Liturgical Press) ISBN 978-0-8146-2984-0
Baris 164: Baris 170:
{{Tahun liturgi Gereja Katolik}}
{{Tahun liturgi Gereja Katolik}}
{{Hari raya Indonesia}}
{{Hari raya Indonesia}}
{{US Federal Holidays}}


[[Kategori:Natal| ]]
[[Kategori:Natal| ]]
[[Kategori:Hari raya di Amerika Serikat]]
[[Kategori:Hari raya di Indonesia]]
[[Kategori:Hari raya di Indonesia]]
[[Kategori:Hari raya dan festival Kristiani]]
[[Kategori:Hari raya dan festival Kristiani]]

Revisi terkini sejak 24 Februari 2024 13.58

Natal
Kisah Natal menyebutkan kelahiran Yesus di sebuah kandang di Betlehem.
Dirayakan olehMayoritas umat Kristen
JenisKristen
MaknaMerayakan kelahiran Yesus Kristus (Isa Almasih)
PerayaanMisa, kebaktian gereja, berkumpul dengan keluarga, memberi hadiah
Tanggal25 Desember (seluruh dunia)
6 Januari (Armenia)
7 Januari (Ortodoks Timur)
Terkait denganAdven; Kelahiran Yesus, Epifani

Natal adalah hari raya umat Kristen yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani pada tanggal 25 Desember untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Natal dirayakan dalam ibadah malam pada tanggal 24 Desember; dan ibadah pagi tanggal 25 Desember. Beberapa gereja Ortodoks merayakan Natal pada tanggal 6 Januari (lihat pula Epifani).

Dalam tradisi barat, peringatan Natal juga mengandung aspek non-agamawi. Beberapa tradisi Natal yang berasal dari Barat antara lain adalah pohon Natal, kartu Natal, bertukar hadiah antara teman, dan anggota keluarga serta kisah tentang Santa Klaus atau Sinterklas.

Etimologi

Kata "natal" diserap dari bahasa Portugis, yaitu natal, yang diturunkan dari ungkapan bahasa Latin Dies Natalis (Hari Lahir), merupakan bentukan kata kerja nāscor (nāsceris, nāscī, nātus sum).[1][a] Kata tersebut juga dipakai dalam bahasa-bahasa Roman lainnya, seperti natale (Italia), dan nadal (Katala). Kata nadal dalam bahasa Spanyol mulai usang dan secara bertahap kata navidad mulai sering dipakai untuk merujuk hari natal dengan ucapan khas yang mendunia yaitu "Feliz Navidad".[4]

Dalam Alkitab bahasa Indonesia sendiri tidak dijumpai kata "Natal", yang ada hanya kelahiran Yesus.

Kelahiran Yesus menurut Alkitab

Tahun Liturgi
Gereja Ritus Barat
Gereja Ritus Timur
Orang majus mengunjungi Yesus, diperingati pada Malam Kedua Belas setelah kelahirannya pada hari Natal. (Epifani)

Cerita kelahiran Yesus dalam Injil Perjanjian Baru ditulis dalam kitab Matius (Matius 1:18–2:23) dan Lukas (Lukas 2:1–21).

Menurut Lukas, Maria mengetahui dari seorang malaikat bahwa dia telah mengandung dari Roh Kudus tanpa persetubuhan. Setelah itu dia dan suaminya Yusuf meninggalkan rumah mereka di Nazaret untuk berjalan ke kota Betlehem untuk mendaftar dalam sensus yang diperintahkan oleh Agustus, Kaisar Romawi pada saat itu. Karena mereka tidak mendapat tempat untuk menginap di kota itu, bayi Yesus dibaringkan di sebuah palungan (malaf).[5][6] Kelahiran Kristus di Betlehem Efrata, Yudea, di kampung halaman Daud, nenek moyang Yusuf, memenuhi nubuat nabi Mikha (Mikha 5:1–2). (Di Israel purba mereka mengenal ada dua kota Betlehem, kota Betlehem satunya lagi berada di tanah Zebulon.)

Matius mencatat silsilah dan kelahiran Yesus dari seorang perawan, dan kemudian beralih ke kedatangan orang-orang majus dari Timur—yang diduga adalah Arabia atau Persia—untuk melihat Yesus yang baru dilahirkan. Orang-orang bijak tersebut mula-mula tiba di Yerusalem dan melaporkan kepada raja Yudea, Herodes Agung, bahwa mereka telah melihat sebuah bintang—yang sekarang disebut Bintang Betlehem—menyambut kelahiran seorang raja. Penelitian lebih lanjut memandu mereka ke Betlehem Yudea dan rumah Maria dan Yusuf. Mereka mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur kepada bayi Yesus. Ketika bermalam, orang-orang majus itu mendapatkan mimpi yang berisi peringatan bahwa Raja Herodes merencanakan pembunuhan terhadap anak tersebut. Karena itu mereka memutuskan untuk langsung pulang tanpa memberitahu Herodes suksesnya misi mereka. Matius kemudian melaporkan bahwa keluarga Yesus kabur ke Mesir untuk menghindari tindakan Raja Herodes yang memutuskan untuk membunuh semua anak di bawah dua tahun di Betlehem untuk menghilangkan saingan terhadap kekuasaannya. Setelah kematian Herodes, Yesus dan keluarga kembali dari Mesir, tetapi untuk menghindar dari raja Yudea baru (anak Herodes Agung, yakni Herodes Arkhelaus) mereka pergi ke Galilea dan tinggal di Nazaret.

Sisi lain dari cerita kelahiran Yesus yang disampaikan oleh kitab Injil Lukas adalah penyampaian berita itu oleh para malaikat kepada para gembala. Dalam Injil Matius dicatat bahwa ada orang-orang Majus dari Timur datang ke Yudea karena melihat sebuah bintang yang besar bersinar di atas wilayah Yerusalem. Mereka mengikuti bintang itu hingga ke kota Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Beberapa astronom dan sejarawan telah berusaha menjelaskan gabungan sejumlah peristiwa angkasa yang dapat ditelusuri yang mungkin dapat menerangkan penampakan bintang raksasa yang tidak pernah dilihat sebelumnya itu, pendapat yang paling kuat adalah dari Johannes Kepler, yang menerangkan bahwa Bintang Natal atau Bintang Betlehem itu secara astronomik adalah konjungsi planet Jupiter dan Saturnus pada konstalasi Pisces. Dan konjungsi ini memang benar terjadi pada bulan Desember tahun 7 SM. Mula-mula orang-orang Majus itu bertanya-tanya kepada penduduk Yerusalem, kemudian mereka dibawa menghadap raja Herodes. Raja Herodes bertanya kepada ahli kitab, di mana Mesias akan dilahirkan. Berdasarkan Alkitab, Mesias akan dilahirkan di Betlehem dan informasi ini dipakai untuk membantu para orang majus mengetahui letak di mana Yesus dilahirkan. Herodes minta akan setelah bertemu bayi itu agar mereka kemudian dapat melaporkan kepada Herodes. Tetapi karena mengetahui niat Herodes yang jahat, para orang majus tidak kembali melaporkan kepada Herodes.

Asal-mula peringatan Natal

Peringatan hari kelahiran Yesus tidak pernah mendapat perhatian khusus dari Kristus untuk dilakukan, seperti peringatan Perjamuan Kudus, tetapi bukan berarti Yesus menolak peringatan sebuah hari raya yang bukan bagian dari perintah Tuhan. Yesus bahkan menghadiri sebuah perayaan Hari Raya Penahbisan Bait Suci atau Hanukkah, sebuah hari raya yang muncul pada zaman intertestamental. Cerita dari Perjanjian Baru tidak pernah menyebutkan adanya perayaan hari kelahiran Yesus dilakukan oleh gereja awal, tentu saja hal itu bisa dipahami karena gereja masih sangat belia, yang lebih diutamakan adalah misi penyebaran Injil. Klemens dari Aleksandria mengejek orang-orang yang berusaha menghitung dan menentukan hari kelahiran Yesus. Pada abad-abad pertama, hidup kerohanian anggota-anggota jemaat lebih diarahkan kepada kebangkitan Yesus. Natal tidak mendapat perhatian. Perayaan hari ulang tahun umumnya – terutama oleh Origenes – dianggap sebagai suatu kebiasaan kafir: orang orang seperti Firaun dan Herodes yang merayakan hari ulang tahun mereka. Orang Kristen tidak berbuat demikian: orang Kristen merayakan hari kematiannya sebagai hari ulang tahunnya.

Namun, di sebelah Timur orang telah sejak dahulu memikirkan mukjizat pemunculan Allah dalam rupa manusia. Menurut tulisan-tulisan lama suatu sekte Kristen di Mesir telah merayakan "pesta Epifania" (pesta Pemunculan Tuhan) pada tanggal 4 Januari. Namun, yang dimaksudkan oleh sekte ini dengan pesta Epifania ialah munculnya Yesus sebagai Anak Allah, yaitu pada saat Ia dibaptis di sungai Yordan. Gereja sebagai keseluruhan bukan saja menganggap baptisan Yesus sebagai Epifania, tetapi terutama kelahiran-Nya di dunia. Sesuai dengan anggapan ini, Gereja Timur merayakan pesta Epifania pada tanggal 6 Januari sebagai pesta kelahiran dan pesta baptisan Yesus.

Perayaan kedua pesta ini berlangsung pada tanggal 5 Januari malam (menjelang tanggal 6 Januari) dengan suatu tata ibadah yang indah, yang terdiri dari Pembacaan Alkitab dan puji pujian. Ephraim dari Syria menganggap Epifania sebagai pesta yang paling indah. Ia katakan: “Malam perayaan Epifania ialah malam yang membawa damai sejahtera dalam dunia. Siapakah yang mau tidur pada malam, ketika seluruh dunia sedang berjaga jaga?” Pada malam perayaan Epifania, semua gedung gereja dihiasi dengan karangan bunga. Pesta ini khususnya dirayakan dengan gembira di gua Betlehem, tempat Yesus dilahirkan.

Sejarah

Perayaan Natal baru dimulai pada sekitar tahun 200 M di Aleksandria (Mesir). Para teolog Mesir menunjuk tanggal 20 Mei tetapi ada pula pada 19 atau 20 April. Di tempat-tempat lain perayaan dilakukan pada tangal 5 atau 6 Januari; ada pula pada bulan Desember. Perayaan pada tanggal 25 Desember dimulai pada tahun 221 oleh Sextus Julius Africanus, dan baru diterima secara luas pada abad ke-5. Ada berbagai perayaan keagamaan dalam masyarakat non-Kristen pada bulan Desember.

Tanggal

Yusuf, Maria, dan bayi Yesus

Ada pendapat yang berkata bahwa tanggal 25 Desember bukanlah tanggal hari kelahiran Yesus. Pendapat ini diperkuat berdasarkan kenyataan bahwa pada malam tersebut para gembala masih menjaga dombanya di padang rumput. (Lukas 2:8). Pada bulan Desember tidak mungkin para gembala masih bisa menjaga domba-dombanya di padang rumput sebab musim dingin pada saat tersebut telah tiba jadi sudah tidak ada rumput yang tumbuh lagi. Para pendukung tanggal kelahiran bulan Desember berpendapat meski musim dingin, domba-domba tetap tinggal di kandangnya di padang rumput dan tetap dijaga oleh gembala, dan meski tidak ada rumput, padang rumput tetaplah disebut padang rumput. Kenyataan bahwa kota Betlehem tidak selalu bersalju, jikalau pun turun salju, apa yang dimaksud Padang Rumput adalah tempat penjagaan domba semacam menara yang disebut "Migdal Eder". Menara itu dibuat untuk menyediakan domba sepanjang tahun karena hampir setiap bulan, umat Yahudi memiliki perayaan yang membutuhkan domba termasuk di Bulan Desember.

Ada juga pendapat yang berkata bahwa perayaan Natal bersumber dari tradisi Romawi pra-Kristen, peringatan bagi dewa pertanian Saturnus jatuh pada suatu pekan pada bulan Desember dengan puncak peringatannya pada hari titik balik musim dingin (winter solstice) yang jatuh pada tanggal 25 Desember dalam kalender Julian. Peringatan yang disebut Saturnalia tersebut merupakan tradisi sosial utama bagi bangsa Romawi. Agar orang-orang Romawi dapat menganut agama Kristen tanpa meninggalkan tradisi mereka sendiri, atas dorongan dari kaisar Kristen pertama Romawi, Konstantin I, Paus Julius I memutuskan pada tahun 350 bahwa kelahiran Yesus diperingati pada tanggal yang sama. Namun pandangan ini disanggah oleh Gereja Ritus Timur, karena Gereja Ritus Timur sudah merayakan kelahiran Yesus sejak abad ke-2, sebelum Gereja di Roma menyatakan perayaan Natal pada tanggal 25 Desember.

Oleh karena itu, ada beberapa aliran Kristen yang tidak merayakan tradisi Natal karena dianggap berasal dari tradisi kafir Romawi, yaitu aliran Gereja Yesus Sejati, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, kaum Yahudi Mesianik. Saksi-Saksi Yehuwa juga tidak merayakan Natal.

Namun pendapat-pendapat mengenai keterkaitan perayaan Natal dengan tradisi pagan tersebut sudah usang dan banyak ditinggalkan. Penanggalan Natal 25 Desember yang dianggap sebagai ritus pagan sebenarnya baru dimasalahkan abad 18 oleh Paul Ernst Jablonsky. Menurut teolog dari Jerman ini, Perayaan Natal tanggal 25 Desember berasal dari ritus pagan “Natalis Sol Invicti” (Lahirnya Dewa Matahari yang tak terkalahkan). Anehnya, teori spekulatif ini tidak merujuk dokumen-dokemen kuno ini, malah diikuti oleh rahib Benedictan. Dan sejak beberapa encyclopedia mengutipnya tak “check and recheck”, teori asumsi ini menyebar ke seluruh dunia.

Faktanya Paus Telesporus di Roma sudah merayakan misa malam Natal 24 Desember sejak tahun 125. Lalu Uskup Theofilus di Kaesarea merayakan Natal 25 Desember 160. Meskipun tanggal kelahiran Yesus ini baru dikanonkan tahun 189, tak lama sesudah Demetrius I menjadi Patriarkh Gereja Alexandria l, namun ini sangat jauh sebelum munculnya kultus perayaan dewa Matahari di Roma tahun 274. Jadi perayaan Natal sebagai tanggal kelahiran Yesus sudah ada lebih dahulu sebelum perayaan dewa Matahari.

Bahkan dalam catatan bapa-bapa gereja masa terawal dan penulis kuno lain, seperti Ireneus, Hypolitus dan Yulius Africanus juga sudah menuliskan ANNUNCIATIO CHRISTI (Kabar Gembira Malaikat Jibril kepada Bunda Maria akan lahirnya Kristus) terjadi pada tanggal 25 Maret (kalender Ibrani 15 Nisan). Karena itu, sembilan bulan setelah Maret akan jatuh 25 Desember.

Ada sejumlah naskah kuno yang mencatat bahwa Yesus ditempatkan di rahim Maria tanggal 25 Desember.[7] Penafsiran Kitab Hagai mengindikasikan tanggal itu merupakan tanggal datangnya Yesus ke dalam rahim Maria, yaitu Hagai 2:19-20:

Tanggal 24 bulan ke-9 (Kislew) dalam kalender Yahudi jatuh sekitar tanggal 25 Desember dalam kalender Gregorian.


Meskipun kapan Hari Natal jatuh masih menjadi perdebatan, agama Kristen pada umumnya sepakat untuk menetapkan Hari Natal jatuh setiap tanggal 25 Desember dalam Kalender Gregorian ini didasari atas kesadaran bahwa penetapan hari raya liturgis lain seperti Paskah dan Jumat Agung tidak didapat dengan pendekatan tanggal pasti namun hanya berupa penyelenggaraan kembali acara-acara tersebut dalam satu tahun liturgi, yang bukan mementingkan ketepatan tanggalnya namun esensi atau inti dari setiap peringatan tersebut untuk dapat diwujudkan dari hari ke hari.

Tahun

Tahun kalender Masehi diciptakan pada abad ke-6 oleh seorang biarawan yang bernama Dionysius Exiguus. Tahun Masehi yang kita gunakan sekarang ini disebut juga anno Domini (Tahun Tuhan).

Bagaimana ia bisa mengetahui bahwa Tuhan Yesus dilahirkan pada tahun 1 SM? Ia mengambil data dari catatan sejarah yang menyatakan bahwa pada tahun 754 kalender Romawi itu adalah tahun ke 15 dari pemerintahan Kaisar Tiberius seperti yang tercantum di Lukas 3:1-2. Data inilah yang dijadikan patokan olehnya untuk mengawali tahun 1 SM.

Di samping itu ia juga mengambil data dari Lukas 2:1-2 yang menyatakan bahwa Kirenius (Gubenur dari Siria) pertama kali menjalankan program sensus.

Walaupun demikian masih juga orang yang meragukannya, sebab menurut sejarahwan Yahudi yang bernama Flavius Yosefus, raja Herodes meninggal dunia pada tahun 4 SM sehingga konsekuensinya tanggal lahir Yesus harus dimundurkan sebanyak empat tahun. Tapi teori ini pun tidak benar, sebab ia menganalisis tahun tersebut berdasaran adanya gerhana bulan pada tahun saat Herodes meninggal dunia yang terjadi di Yerusalem pada tanggal 13 Maret tahun 4 SM.

Gembala di musim dingin

Ada pendapat bahwa mustahil Yesus dilahirkan pada bulan Desember karena itu merupakan jatuh pada musim dingin dan para gembala tidak akan menggembalakan domba-dombanya diluar, sebab Lukas 2:1 mencatat bahwa di daerah itu ada gembala-gembala yang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Namun faktanya, suhu rata-rata Bethlehem pada musim dingin antara 13,5 sampai 5,5 derajat Celsius, sedangkan salju biasanya turun di bawah nol derajat, karena hawa kota kelahiran Yesus itu dan sekitarnya cukup hangat untuk domba-domba tetap digembalakan. Lagi pula, domba-domba yang dimaksud dalam Luk. 2:1 bukanlah domba-domba biasa, tetapi sejajar dengan informasi Mishnah, Shekalim 7:4 בְּהֵמָה שֶׁנִּמְצְאוּ מִירוּשָׁלַיִם וְעַד מִגְדַּל עֵדֶר “behemah shenimetseu mirusalaim we 'ad Migdal Eder” (binatang-binatang yang ditemukan di sebuah tempat dari Yerusalem sampai Migdal Eder).6) Inilah domba-domba kurban di Bait Suci, yang dijaga oleh gembala-gembala khusus di tempat tertutup yang dikelilingi benteng, sehingga domba-domba itu bisa merumput, pada saat musim panas maupun musim hujan” (Talmud, Bezah 40a, dan Tsepta Bezah 4:6). sejarawan kuno Eusebius dari Caesaria (265-340), ketika mengunjugi Betlehem pada zamannya, mencatat: “Migdal Eder yang terletak seribu kaki dari Yerusalem adalah tempat para gembala menerima kabar kelahiran Kristus”. Dan ini bukan “tafsiran subyektif Kristen”, para rabbi Yahudi pun mengakuinya. Targum Yonathan menerjemahkan frasa וְאַתָּ֣ה מִגְדַּל־עֵ֗דֶר “We attah Migdal ‘Eder” (Hai engkau Menara Kawanan Domba) dalam Mikha 4:8 ואַת מְשִׁיחָא דְיִשׁרָאֵל “W’at Meshîhâ deYishra’el” (Hai Mesias Israel). Targum Pseudo-Yonathan menyebut Miqdal ‘Eder dalam Kej. 35:21, tempat Yakub memasang kemahnya, sebagai tempat Raja Mesiah akan menyatakan diri-Nya pada hari-hari akhir.7)

Tradisi

Banyak tradisi perayaan Natal di barat yang merupakan pengembangan kemudian dengan menyerap unsur berbagai kebudayaan.

Pohon Natal

Pohon natal di gereja atau di rumah-rumah mungkin berhubungan dengan tradisi Mesir, atau Ibrani kuno. Ada pula yang menghubungkannya dengan pohon khusus di taman Eden (lihat Kejadian 2:9). Tetapi dalam kehidupan pra-Kristen Eropa memang ada tradisi menghias pohon dan menempatkannya dalam rumah pada perayaan tertentu. Tradisi “Pohon Terang” modern berkembang dari Jerman pada abad ke-18.[8]

Kartu Natal

Terdapat pula tradisi mengirim Kartu Natal, yang dimulai pada tahun 1843 oleh John Calcott Horsley dari Inggris. Biasanya dengan gambar yang berhubungan dengan kisah kelahiran Yesus Kristus dan disertai tulisan: Selamat Hari Natal dan Tahun Baru. Dewasa ini orang memakai teknologi informasi (email) berkirim kartu Natal elektronik.

Sinterklas

Juga dalam rangka perayaan Natal dikenal di Indonesia tradisi Sinterklaas, yang berasal dari Belanda. Tradisi yang dirayakan pada tanggal 6 Desember ini, sekarang dikenal dengan Santa Claus (atau Sint Nikolas), seorang tokoh legenda, yang mengunjungi rumah anak-anak pada malam dengan kereta salju terbang ditarik beberapa ekor rusa kutub membagi-bagi hadiah. Santo Nikolas yang sebenarnya berasal dari kota Myra dan diyakini hidup pada abad ke-4 Masehi. Dia terkenal karena kebaikannya memberi hadiah kepada orang miskin. Di Eropa (lebih tepatnya di Belanda, Belgia, Austria dan Jerman) dia digambarkan sebagai seorang uskup yang berjanggut dengan jubah keuskupan resmi, tetapi kemudian gambaran ini menjalar ke seluruh dunia dengan penambahan sejumlah atribut, seperti topi dan sebagainya. Ada pengamat agama yang menyatakan Sinterklas justru merupakan simbol-simbol sekuler dalam Kristen yang memang tidak ada Referensinya Alkitab, dan dikomersialkan sedemikian rupa sehingga simbol Sinterklas diusahakan lebih populer daripada hal-hal yang berkaitan langsung dengan Natal yang sesunggunya, misalnya gambar bayi Yesus, dalam setiap perayaan Natal.[9][10]

Dalam dunia modern, perayaan Natal secara sekuler lebih menekankan aspek saling memberi hadiah Natal, sehingga ada yang beranggapan Santa Nikolas makin lebih penting daripada Yesus Kristus. Tradisi Sinterklaas Belanda menjadi bagian dari acara keluarga (untuk mendisiplin anak-anak) dengan mengunjungi rumah-rumah disertai pembantu berkulit hitam (Zwarte Pit) yang memikul karung berisi hadiah untuk anak yang baik; tetapi karung itu juga tempat anak-anak nakal dimasukkan untuk dibawa pergi. Di Amerika Serikat tokoh ini disebut "Santa Claus" dan digambarkan pertama kali oleh suatu iklan minuman Amerika sejak tahun 1931 sebagai seorang tua gendut, bercambang putih dan berpakain merah dengan sepatu bot, ikat pinggang hitam, dan topi runcing lembut. Yang sering kita lihat juga Natal dimeriahkan dengan banyak cahaya lampu berkelap-kelip. Selain untuk menambah semarak perayaan, ini juga memiliki pemahaman cahaya yang ada, maksudnya adalah Kristus akan mengusir kuasa kegelapan.[11]

Kelompok Puritan

Wajah sekuler Natal ini pernah mendapat tentangan dari orang Kristen Puritan di Inggris pada 1647. Demi menghapus elemen-elemen yang tidak alkitabiah, Inggris yang ketika itu dikuasai oleh Parlemen Puritan bahkan pernah melarang perayaan Natal.[9]

Mereka menganggap perayaan Natal hanyalah festival kepausan (popish) yang tidak punya pembenarannya dalam Alkitab. Akhirnya, kaum Puritan di Inggris menggantinya dengan satu hari puasa. Akibat larangan perayaan Natal ini, kerusuhan meledak di sejumlah kota di Inggris. Bahkan, Canterbury dikuasai oleh massa pemrotes selama berminggu-minggu. Kerusuhan akhirnya reda dengan pencabutan larangan lewat Restorasi Raja Charles II pada 1660, kendati sejumlah pendeta tetap tidak menyetujuinya.[9]

Ritus timur

Berbeda dengan tradisi perayaan Natal di barat, perayaan Natal ritus timur banyak mengandung aspek rohani seperti puasa, bermazmur, membaca Alkitab, dan puji-pujian. Di Gereja-gereja Arab, boleh dibilang tidak ada perayaan Natal tanpa didahului puasa. Gereja Ortodoks Syria melakukan persiapan Natal dengan berpuasa selama 10 hari. Sementara di Gereja Ortodoks Koptik puasanya lebih lama lagi, yaitu sejak minggu terakhir November. Jadi, sekitar 40 hari. Waktu iftar (buka puasa) pada tanggal 7 Januari pagi. Puasa pra-Natal ini disebut dengan puasa kecil (Shaum el-Shagir). Meskipun agak berbeda dalam tradisi, secara prinsip cara ini tidak jauh berbeda dengan cara berpuasa Gereja-gereja Orthodoks lain.

Makna Lilin Dalam Natal

Lilin

Dalam masa Natal, Lilin menggambarkan atau memberikan gambaran tentang Kristus.[12] Kristus dilambangkan sebagai terang bagi dunia yang gelap.[12] Di dalam Alkitabpun tertulis tentang terang, di dalam Perjanjian Lama,Yesaya 9:1-6, “terang yang besar”, sedangkan di dalam Perjanjian Baru, Yohanes 1:1-18,” terang manusia”.[12]

Bukan hanya di dalam peribadahan saja, di rumah-rumah dan di toko-toko kerap di hias dengan lampu-lampu yang kelap-kelip, hal ini muncul sejak zaman patristik sebagai gambaran akan terang yang mengalahkan kegelapan.[12] Penggunaan lilin dan lampu-lampu kelap-kelip merupakan pengaruh dari pesta cahaya Yahudi atau Hanukah.[12] Hari raya Hanukkah dirayakan sekitar masa Adven dan Natal, dan terkadang sering diplesetkan dengan istilah Natal Yahudi.[12]

Ekonomi

Natal biasanya merupakan stimulus ekonomi tahunan terbesar di berbagai negara di dunia. Penjualan barang-barang meningkat tajam di berbagai area retail, dan pada musim Natal orang-orang membeli berbagai hadiah, dekorasi, dan persediaan Natal. Industri yang bergantung pada penjualan di musim Natal antara lain kartu Natal, pohon Natal, dan lain-lain.

Selain kegiatan ekonomi terbesar, Hari Natal di berbagai negara Barat merupakan hari paling sepi bagi dunia bisnis; hampir semua toko retail, institusi bisnis dan komersial tutup, dan hampir semua industri berhenti beroperasi. Studio-studio film merilis berbagai film berbiaya tinggi pada musim Natal untuk menghibur orang-orang, yang sedang berlibur.

Kegiatan sosial

Selama puasa, jemaat gereja-gereja Koptik, seperti Gereja Koptik Sayidah el-Adzra’ (Santa Maria), di Madinat al-Tahrir, Imbaba, Kairo mempunyai kebiasaan hanya makan sekali sehari dengan menu makanan semacam tempe (dari kacang-kacangan), namanya tamiya atau falafel yang dimakan dengan sepotong roti dan air putih. Karena itu, uang belanja yang biasanya mereka belikan daging dan menu lumayan mewah lainnya dikumpulkan dan diserahkan langsung kepada orang orang miskin yang dikoordinasi oleh Gereja.[butuh rujukan]

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Kata nāscor diturunkan dari bahasa Proto-Italik, yaitu *gnāskōr,[2] diturunkan dari bahasa Proto-Indo-Eropa, yaitu *ǵenh₁, sebuah bentuk kata kerja inkoatif dari akar kata *gen-/*gnē (berarti "menghasilkan", yang juga dipakai dalam bahasa Latin (sebagai genĕre dan gignĕre) dan Yunani Kuno (sebagai γίγνομαι, ghìgnomai).[3]

Referensi

Catatan kaki

Gambar pada pranala luar
Orang Majus
  1. ^ "Charlton T. Lewis, Charles Short, A Latin Dictionary, nascor". www.perseus.tufts.edu. Diakses tanggal 25 Desember 2021. 
  2. ^ De Vaan, Michiel (2008). Etymological Dictionary of Latin and the other Italic Languages (Leiden Indo-European Etymological Dictionary Series; 7) (dalam bahasa Inggris). Boston dan Leiden: Brill. ISBN 9789004167971. 
  3. ^ Ringe, Donald (2006). From Proto-Indo-European to Proto-Germanic (dalam bahasa Inggris). Oxford: Oxford University Press. ISBN 9780199284139. 
  4. ^ Natal do Senhor Jesus, evangelizo.org, VISÃO Júnior 25 de Dezembro de 2011
  5. ^ Lukas 2:7 versi Leydekker
  6. ^ http://natal.sabda.org/anak_malaf
  7. ^ Coulson Shepherd, "Jewish Holy Days", page 89
  8. ^ Asal-Usul Pohon Natal
  9. ^ a b c Umat Kristen pernah menolak Sinterklas
  10. ^ Gereja di Georgia mengeluarkan pesan bahwa Santa (Claus) adalah Satan (=setan, iblis)
  11. ^ (Indonesia)Rasid Rachman. 2009. Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  12. ^ a b c d e f (Indonesia)Rasid Rachman.2009. Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK-Gunung Mulia. Hal. 130-132.

Daftar pustaka

  • Restad, Penne L. (1995). Christmas in America: A History. New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-509300-3. 
  • The Battle for Christmas, oleh Stephen Nissenbaum (1996; New York: Vintage Books, 1997). ISBN 0-679-74038-4
  • The Origins of Christmas, oleh Joseph F. Kelly (August 2004: Liturgical Press) ISBN 978-0-8146-2984-0
  • Christmas Customs and Traditions, oleh Clement A. Miles (1976: Dover Publications) ISBN 978-0-486-23354-3
  • The World Encyclopedia of Christmas, oleh Gerry Bowler (October 2004: McClelland & Stewart) ISBN 978-0-7710-1535-9
  • Santa Claus: A Biography, oleh Gerry Bowler (November 2007: McClelland & Stewart) ISBN 978-0-7710-1668-4
  • There Really Is a Santa Claus: The History of St. Nicholas & Christmas Holiday Traditions, oleh William J. Federer (December 2002: Amerisearch) ISBN 978-0-9653557-4-2
  • St. Nicholas: A Closer Look at Christmas, oleh Jim Rosenthal (July 2006: Nelson Reference) ISBN 1-4185-0407-6
  • Just say Noel: A History of Christmas from the Nativity to the Nineties, oleh David Comfort (November 1995: Fireside) ISBN 978-0-684-80057-8
  • 4000 Years of Christmas: A Gift from the Ages, oleh Earl W. Count (November 1997: Ulysses Press) ISBN 978-1-56975-087-2
  • Sammons, Peter (May 2006). The Birth of Christ. Glory to Glory Publications (UK). ISBN 0-9551790-1-7. 
  • Markus Aziz, Khalil, The Coptic Orthodox Church (Montreal, Canada: The Coptic Orthodox Patriarchete,t.t), p.35.
  • Bambang Noorsena, Renungan-renungan Idul Milad (Natal) di Tanah Suci Israel/Palestina (Malang: Studia Syriaca Orthodoxia,1999).

Pranala luar