Lompat ke isi

Museum Wahanarata: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 7°48′20″S 110°21′47″E / 7.805467°S 110.363062°E / -7.805467; 110.363062
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(8 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Museum
{{Infobox Museum
| name = Wahanarata
| name = Kagungan Dalem Wahanarata
| native_name = ꦮꦲꦤꦫꦠ
| native_name = ꦏꦒꦸꦁꦔꦤ꧀ꦢꦊꦩ꧀ꦮꦲꦤꦫꦠ
| location = Jalan Rotowijayan, [[Kadipaten, Kraton, Yogyakarta]], Indonesia
| location = Jalan Rotowijayan, [[Kadipaten, Kraton, Yogyakarta]], Indonesia
| native_name_lang = jv
| native_name_lang = jv
| image = Museum Kareta Karaton.jpg
| image = Wahanarata 2023.jpg
| imagesize = 200
| imagesize =
| caption =
| caption =
| map_type =
| map_type =
| map_caption =
| map_caption =
| coordinates = {{coord|-7.805467|110.363062|abbr=on}}
| coordinates = {{coord|-7.805467|110.363062|display=inline,title}}
| type =
| type =
| former_names = Museum Kereta Keraton
| former_names = Museum Kereta Keraton
Baris 23: Baris 23:
| publictransit =
| publictransit =
}}
}}
'''Wahanarata''' ({{Lang-jv|ꦮꦲꦤꦫꦠ}}) adalah [[museum]] yang terletak di sebelah barat area [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat]], tepatnya di Jalan Rotowijayan, di sebelah utara kantor Kemantren Kraton. Museum ini merupakan bagian dari [[Museum Keraton Yogyakarta]], selain Museum Lukisan, Museum Sri Sultan Hamengkubuwana IX, dan Museum Batik. Museum ini dikhususkan untuk menyimpan koleksi [[kereta kencana]] yang sedang atau pernah digunakan oleh keluarga [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]].
'''Museum Wahanarata''' ({{Lang-jv|ꦏꦒꦸꦁꦔꦤ꧀ꦢꦊꦩ꧀ꦮꦲꦤꦫꦠ|Kagungan Dalem Wahanarata}}), dikenal pula sebagai '''Museum Kereta Keraton''', adalah [[museum]] yang terletak di sebelah barat area [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat]], tepatnya di Jalan Rotowijayan, di sebelah utara kantor Kemantren Kraton. Museum ini merupakan bagian dari [[Museum Keraton Yogyakarta]], selain Museum Lukisan, Museum Sri Sultan Hamengkubuwana IX, dan Museum Batik. Museum ini dikhususkan untuk menyimpan koleksi [[kereta kencana]] yang sedang atau pernah digunakan oleh keluarga [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]].


== Sejarah ==
== Sejarah ==
[[file:Museum Kareta Karaton.jpg|thumb|ki|Museum Wahanarata saat masih bernama "Museum Kereta Keraton"]]
Museum Wahanarata awalnya merupakan sebuah garasi yang dibangun atas prakarsa [[Hamengkubuwana VI]] tahun 1855. Sebelumnya, lahan seluas {{Convert|14000|m2|sqft|abbr=on}} tempat museum ini berdiri dahulunya merupakan kandang kuda milik Keraton.{{Sfn|Sujarweni|2021|p=116}} Bangunan tersebut dikenal sebagai '''Gedhong Balerata''' (gedung tempat penyimpanan kereta kuda). Bangunan ini dibangun karena jumlah armada kereta kencana yang dimiliki Keraton semakin banyak.{{Sfn|Sabdacarakatama|2009|p=119}}
Museum Wahanarata awalnya merupakan sebuah garasi yang dibangun atas prakarsa [[Hamengkubuwana VI]] tahun 1855. Sebelumnya, lahan seluas {{Convert|14000|m2|sqft|abbr=on}} tempat museum ini berdiri dahulunya merupakan kandang kuda milik Keraton.{{Sfn|Sujarweni|2021|p=116}} Bangunan tersebut dikenal sebagai '''Gedhong Balerata''' (gedung tempat penyimpanan kereta kuda). Bangunan ini dibangun karena jumlah armada kereta kencana yang dimiliki Keraton semakin banyak.{{Sfn|Sabdacarakatama|2009|p=119}}


Baris 38: Baris 39:


=== Kanjeng Nyai Jimad ===
=== Kanjeng Nyai Jimad ===
[[Berkas:Kereta kanjeng Nyai Jimat.jpg|jmpl|Kereta Nyai Jimad|kiri]]Kanjeng Nyai Jimad adalah kereta kencana tertua yang dikoleksi oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang digunakan pada masa [[Hamengkubuwana I]] (1755–1792) hingga [[Hamengkubuwana III]] (1812–1814). Kereta Kanjeng Nyai Jimad dibuat di Belanda antara tahun 1740–1750. Berdasar catatan yang ada, Kereta Kanjeng Nyai Jimad merupakan hadiah dari Gubernur Jenderal [[VOC]] [[Jacob Mossel]] (1750–1761) kepada [[Hamengkubuwana I]], setelah [[perjanjian Giyanti]] pada tahun 1755.<ref name="sejarah">[https://www.kratonjogja.id/benda/Kereta/5/kereta-kereta-pusaka-keraton-yogyakarta ''Kereta-kereta pusaka keraton Yogya''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190720092627/https://www.kratonjogja.id/benda/Kereta/5/kereta-kereta-pusaka-keraton-yogyakarta|date=2019-07-20}}. Website resmi kraton Yogya. 2019. Diakses tanggal 20/07/2019</ref>
[[File:Kencana Carriage from Yogyakarta Kraton, Kota Jogjakarta 200 Tahun, plate before page 11.jpg|jmpl|Kereta Nyai Jimad|kiri]]Kanjeng Nyai Jimad adalah kereta kencana tertua yang dikoleksi oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang digunakan pada masa [[Hamengkubuwana I]] (1755–1792) hingga [[Hamengkubuwana III]] (1812–1814). Kereta Kanjeng Nyai Jimad dibuat di Belanda antara tahun 1740–1750. Berdasar catatan yang ada, Kereta Kanjeng Nyai Jimad merupakan hadiah dari Gubernur Jenderal [[VOC]] [[Jacob Mossel]] (1750–1761) kepada [[Hamengkubuwana I]], setelah [[perjanjian Giyanti]] pada tahun 1755.<ref name="sejarah">[https://www.kratonjogja.id/benda/Kereta/5/kereta-kereta-pusaka-keraton-yogyakarta ''Kereta-kereta pusaka keraton Yogya''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190720092627/https://www.kratonjogja.id/benda/Kereta/5/kereta-kereta-pusaka-keraton-yogyakarta|date=2019-07-20}}. Website resmi kraton Yogya. 2019. Diakses tanggal 20/07/2019</ref>


Bentuk dan gaya Kereta Kanjeng Nyai Jimad sama dengan kereta buatan Eropa. Di Eropa, kereta dengan bentuk dan bergaya [[Renaisans|Renaissance]] merupakan kereta yang digunakan oleh bangsawan kelas tertinggi atau para raja. Kereta dengan model dan bentuk yang sama, serta dengan usia yang kurang lebih sama terdapat pula di Keraton [[Kasunanan Surakarta]], dengan nama [[Kereta kencana Kanjeng Kyai Gurdo|kereta kencana Kanjeng Kyai Grudo]]. Baik Kereta Kanjeng Nyai Jimad maupun Kanjeng Kyai Grudo, masing-masing digunakan oleh Keraton [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Kasultanan Yogyakarta]] dan [[Keraton Surakarta Hadiningrat|Keraton Kasunanan Surakarta]] setelah perjanjian Giyanti.<ref name="sejarah" />
Bentuk dan gaya Kereta Kanjeng Nyai Jimad sama dengan kereta buatan Eropa. Di Eropa, kereta dengan bentuk dan bergaya [[Renaisans|Renaissance]] merupakan kereta yang digunakan oleh bangsawan kelas tertinggi atau para raja. Kereta dengan model dan bentuk yang sama, serta dengan usia yang kurang lebih sama terdapat pula di Keraton [[Kasunanan Surakarta]], dengan nama [[Kereta kencana Kanjeng Kyai Gurdo|kereta kencana Kanjeng Kyai Grudo]]. Baik Kereta Kanjeng Nyai Jimad maupun Kanjeng Kyai Grudo, masing-masing digunakan oleh Keraton [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Kasultanan Yogyakarta]] dan [[Keraton Surakarta Hadiningrat|Keraton Kasunanan Surakarta]] setelah perjanjian Giyanti.<ref name="sejarah" />
Baris 46: Baris 47:
=== Kanjeng Kyai Garuda Yaksa ===
=== Kanjeng Kyai Garuda Yaksa ===
[[Berkas:De Kareta Kiai Garoedajaksa van sultan Hamengkoe Boewono IX te Jogjakarta KITLV 54294.tiff|jmpl|Kereta Kyai Garuda Yaksa]]
[[Berkas:De Kareta Kiai Garoedajaksa van sultan Hamengkoe Boewono IX te Jogjakarta KITLV 54294.tiff|jmpl|Kereta Kyai Garuda Yaksa]]
Kanjeng Kyai Garuda Yaksa adalah kereta kencana yang diproduksi di [[Amsterdam]], Belanda pada tahun 1867–1869.{{Sfn|Tjandrasasmita|2009|p=208}} Kereta tersebut ditarik 8 ekor kuda, dan digunakan saat penobatan Sultan. Kereta tersebut memiliki ornamen mewah dengan lapisan emas asli dan dipasangi lambang Kerajaan Belanda yang bersanding dengan ''cihnaning pribadi'' (lambang pribadi) dari [[Hamengkubuwana VI]].<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-09-04|title=Kereta Kencana Kiai Garuda Yeksa, Pusaka Keraton Yogyakarta yang Digunakan Pada Kirab Penobatan Sultan|url=https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/09/04/200045978/kereta-kencana-kiai-garuda-yeksa-pusaka-keraton-yogyakarta-yang-digunakan|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2024-04-20}}</ref>
Kanjeng Kyai Garuda Yaksa adalah kereta kencana yang diproduksi di Hermans & Co., Belanda pada tahun 1867–1869.{{Sfn|Tjandrasasmita|2009|p=208}} Kereta tersebut ditarik 8 ekor kuda, dan digunakan saat penobatan Sultan. Kereta tersebut memiliki ornamen mewah dengan lapisan emas asli dan dipasangi lambang Kerajaan Belanda yang bersanding dengan ''cihnaning pribadi'' (lambang pribadi) dari [[Hamengkubuwana VI]].<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-09-04|title=Kereta Kencana Kiai Garuda Yeksa, Pusaka Keraton Yogyakarta yang Digunakan Pada Kirab Penobatan Sultan|url=https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/09/04/200045978/kereta-kencana-kiai-garuda-yeksa-pusaka-keraton-yogyakarta-yang-digunakan|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2024-04-20}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 56: Baris 57:
* {{Cite book|last=Sujarweni|first=V. W.|date=2021|title=Menelusuri Jejak Mataram Islam di Yogyakarta|location=Yogyakarta|publisher=Anak Hebat Indonesia|isbn=978-623-244-735-6|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Sujarweni|first=V. W.|date=2021|title=Menelusuri Jejak Mataram Islam di Yogyakarta|location=Yogyakarta|publisher=Anak Hebat Indonesia|isbn=978-623-244-735-6|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Tjandrasasmita|first=U.|date=2009|title=Arkeologi Islam Nusantara|location=Jakarta|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=978-979-91-0212-6|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Tjandrasasmita|first=U.|date=2009|title=Arkeologi Islam Nusantara|location=Jakarta|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=978-979-91-0212-6|url-status=live}}
{{Topik Yogyakarta}}
{{Museum di Indonesia}}{{Topik Yogyakarta}}
[[Kategori:Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]]
[[Kategori:Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat]]
[[Kategori:Kereta kencana di Indonesia|Nyai Jimat]]
[[Kategori:Kereta kencana di Indonesia|Nyai Jimat]]
[[Kategori:Museum di Yogyakarta]]
[[Kategori:Museum di Yogyakarta]]

Revisi terkini sejak 26 Mei 2024 03.08

Kagungan Dalem Wahanarata
ꦏꦒꦸꦁꦔꦤ꧀ꦢꦊꦩ꧀ꦮꦲꦤꦫꦠ
Peta
Nama lamas
Museum Kereta Keraton
Didirikan1 Juni 1985; 39 tahun lalu (1985-06-01)
LokasiJalan Rotowijayan, Kadipaten, Kraton, Yogyakarta, Indonesia
Koordinat7°48′20″S 110°21′47″E / 7.805467°S 110.363062°E / -7.805467; 110.363062
Koleksi penting
  • Kanjeng Nyai Jimad
  • Kanjeng Kyai Garuda Yaksa
KoleksiKereta kencana
Ukuran koleksi21
PemilikKesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat

Museum Wahanarata (bahasa Jawa: ꦏꦒꦸꦁꦔꦤ꧀ꦢꦊꦩ꧀ꦮꦲꦤꦫꦠ, translit. Kagungan Dalem Wahanarata), dikenal pula sebagai Museum Kereta Keraton, adalah museum yang terletak di sebelah barat area Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tepatnya di Jalan Rotowijayan, di sebelah utara kantor Kemantren Kraton. Museum ini merupakan bagian dari Museum Keraton Yogyakarta, selain Museum Lukisan, Museum Sri Sultan Hamengkubuwana IX, dan Museum Batik. Museum ini dikhususkan untuk menyimpan koleksi kereta kencana yang sedang atau pernah digunakan oleh keluarga Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Museum Wahanarata saat masih bernama "Museum Kereta Keraton"

Museum Wahanarata awalnya merupakan sebuah garasi yang dibangun atas prakarsa Hamengkubuwana VI tahun 1855. Sebelumnya, lahan seluas 14.000 m2 (150.000 sq ft) tempat museum ini berdiri dahulunya merupakan kandang kuda milik Keraton.[1] Bangunan tersebut dikenal sebagai Gedhong Balerata (gedung tempat penyimpanan kereta kuda). Bangunan ini dibangun karena jumlah armada kereta kencana yang dimiliki Keraton semakin banyak.[2]

Pada tanggal 1 Juni 1985, bangunan ini dibuka sebagai museum untuk umum dengan nama Museum Kereta Keraton. Pada masa itu museum ini telah mengoleksi 18 kereta kencana serta atribut yang digunakan baik oleh kusir maupun kuda seperti pelana dan pakaian kuda. Selain itu, museum ini juga menjadi tempat untuk merawat kuda milik Keraton.[3]

Pada tahun 2022, museum ini mulai ditutup untuk menjalani serangkaian renovasi. Setelah direnovasi total, pada tanggal 18 Juli 2023, museum ini berganti nama menjadi Wahanarata.[4] Nama Wahanarata berasal dari kata majemuk yang bermakna "tempatnya kereta perang".[5] Pelayanan museum ini ditingkatkan dengan menambahkan fasilitas baru berbasis teknologi digital yang dapat dinikmati langsung oleh wisatawan, seperti Augmented Reality, Catch and Run, Come to Life, dan photo booth.[6]

Saat ini Wahanarata mengoleksi 21 kereta kencana, baik yang diimpor maupun diproduksi lokal. Terdapat dua kereta kencana yang dikenal sangat penting dalam sejarah Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yaitu Kanjeng Nyai Jimad dan Kyai Garuda Yaksa.[5]

Separuh dari koleksi kereta kencana milik Kesultanan Ngayogyakarta diimpor, sedangkan sisanya dibuat di bengkel Yogyakarta dan Semarang. Hingga dekade 1930-an, kereta-kereta kencana tersebut masih digunakan hingga digantikan oleh mobil dan sepeda motor, yang menyebabkan Keraton tidak lagi menambah kereta kencananya.[7]

Kanjeng Nyai Jimad

[sunting | sunting sumber]
Kereta Nyai Jimad

Kanjeng Nyai Jimad adalah kereta kencana tertua yang dikoleksi oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang digunakan pada masa Hamengkubuwana I (1755–1792) hingga Hamengkubuwana III (1812–1814). Kereta Kanjeng Nyai Jimad dibuat di Belanda antara tahun 1740–1750. Berdasar catatan yang ada, Kereta Kanjeng Nyai Jimad merupakan hadiah dari Gubernur Jenderal VOC Jacob Mossel (1750–1761) kepada Hamengkubuwana I, setelah perjanjian Giyanti pada tahun 1755.[8]

Bentuk dan gaya Kereta Kanjeng Nyai Jimad sama dengan kereta buatan Eropa. Di Eropa, kereta dengan bentuk dan bergaya Renaissance merupakan kereta yang digunakan oleh bangsawan kelas tertinggi atau para raja. Kereta dengan model dan bentuk yang sama, serta dengan usia yang kurang lebih sama terdapat pula di Keraton Kasunanan Surakarta, dengan nama kereta kencana Kanjeng Kyai Grudo. Baik Kereta Kanjeng Nyai Jimad maupun Kanjeng Kyai Grudo, masing-masing digunakan oleh Keraton Kasultanan Yogyakarta dan Keraton Kasunanan Surakarta setelah perjanjian Giyanti.[8]

Setelah dipensiunkan sebagai kereta kencana Sultan, kereta kanjeng Nyai Jimad disimpan di keraton sebagai kereta pusaka Kasultanan Yogyakarta. Sebagai kereta pusaka, setiap tahun pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pada bulan Sura, Kereta Kanjeng Nyai Jimad dikeluarkan dari Wahanarata untuk dijamas.[9]

Kanjeng Kyai Garuda Yaksa

[sunting | sunting sumber]
Kereta Kyai Garuda Yaksa

Kanjeng Kyai Garuda Yaksa adalah kereta kencana yang diproduksi di Hermans & Co., Belanda pada tahun 1867–1869.[10] Kereta tersebut ditarik 8 ekor kuda, dan digunakan saat penobatan Sultan. Kereta tersebut memiliki ornamen mewah dengan lapisan emas asli dan dipasangi lambang Kerajaan Belanda yang bersanding dengan cihnaning pribadi (lambang pribadi) dari Hamengkubuwana VI.[11]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Sujarweni 2021, hlm. 116.
  2. ^ Sabdacarakatama 2009, hlm. 119.
  3. ^ "Malam 1 Suro: Air Bekas Cucian Kereta Kencana Keraton Yogyakarta Dipercaya Bisa Bikin Awet Muda - Semua Halaman - Intisari". intisari.grid.id. Diakses tanggal 2024-04-20. 
  4. ^ Media, Kompas Cyber (2023-07-20). "Museum Kereta Keraton Yogyakarta: Jam Buka dan Harga Tiket Terkini Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-04-20. 
  5. ^ a b Habibi, Muhammad Irfan. "Menilik Koleksi Museum Wahanarata yang Sajikan Koleksi Kereta Kuda Keraton Yogyakarta dengan Konsep Kekinian - Jawa Pos". Menilik Koleksi Museum Wahanarata yang Sajikan Koleksi Kereta Kuda Keraton Yogyakarta dengan Konsep Kekinian - Jawa Pos. Diakses tanggal 2024-04-20. 
  6. ^ Times, I. D. N.; Ayu, Dyar. "Kagungan Dalem Wahanarata, Museum Kereta Keraton yang Megah". IDN Times Jogja (dalam bahasa In). Diakses tanggal 2024-04-20. 
  7. ^ "Mengintip Koleksi Kereta-Kereta Pusaka Keraton Yogyakarta, Sempat Jadi Transportasi Populer". Tribunjogja.com. Diakses tanggal 2024-04-20. 
  8. ^ a b Kereta-kereta pusaka keraton Yogya Diarsipkan 2019-07-20 di Wayback Machine.. Website resmi kraton Yogya. 2019. Diakses tanggal 20/07/2019
  9. ^ "Berebut Berkah Air Cucian Kereta Pusaka Diarsipkan 2009-05-09 di Wayback Machine.", Tempo Interaktif, 24 Januari 2007
  10. ^ Tjandrasasmita 2009, hlm. 208.
  11. ^ Media, Kompas Cyber (2022-09-04). "Kereta Kencana Kiai Garuda Yeksa, Pusaka Keraton Yogyakarta yang Digunakan Pada Kirab Penobatan Sultan". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-04-20. 

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]
  • Sabdacarakatama (2009). Sejarah Keraton Yogyakarta. Yogyakarta: Narasi. ISBN 978-979-168-104-9. 
  • Sujarweni, V. W. (2021). Menelusuri Jejak Mataram Islam di Yogyakarta. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia. ISBN 978-623-244-735-6. 
  • Tjandrasasmita, U. (2009). Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-91-0212-6.