Lompat ke isi

Hokkien Medan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Anak Deli (bicara | kontrib)
introduksi dan sejarah, juga termasuk tautan dan referensi.
Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan menambah tag nowiki tanpa kategori [ * ] VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi
 
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(15 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2: Baris 2:
| name = Hokkien Medan
| name = Hokkien Medan
| familycolor = Sino-Tibet
| familycolor = Sino-Tibet
| contoh_teks = Tak-tak lang chut-si cu-yu kak u siang e martabat cham hak.
| contoh_teks = Wa su-kak ciak ang-ku kue, ta-pi bo su-kak lai-bin lek-tau e. Wa khak su-kak lai-bin tho-tau e. Na-si bo, iaⁿ cham ba-tak t’hng e pun ho-ciak.
| nativename = 棉蘭福建話<br>{{transl|nan|Mî-lân Hok-kiàn-oā}} {{font|size=70%|([[Pe̍h-ōe-jī|POJ]])}}
| nativename = 棉蘭福建話<br>{{transl|nan|Mî-lân Hok-kiàn-oā}} {{font|size=70%|([[Pe̍h-ōe-jī|POJ]])}}
| states = [[Indonesia]]
| states = [[Indonesia]]
| region = [[Medan]], [[Pematangsiantar]], [[Kisaran]], [[Rantau Prapat]], [[Tebing Tinggi]], [[Tanjungbalai]], [[Binjai]], [[Jakarta]] dan kota-kota sekitar di [[Sumatera Utara]].
| region = [[Medan]], [[Kisaran]], [[Rantau Prapat]], [[Tebing Tinggi]], [[Tanjungbalai]], [[Binjai]], [[Jakarta]] dan kota-kota sekitar di [[Sumatera Utara]].
| ethnicity = Suku Hokkien, Kaum Peranakan Babanyonya Medan.
| ethnicity = Orang Hokkien, Tionghoa Medan pada umumnya.
| fam1 = Sinitik
| fam1 = Sinitik
| fam2 = Min
| fam2 = Min
| fam3 = Min Selatan
| fam3 = [[Bahasa Min Selatan]]
| fam4 = Cuan-Ciang
| fam4 = Cuan-Ciang
| fam5 = Ciangciu
| fam5 = [[Dialek Zhangzhou]]
| fam6 = Dialek Haiteng
| fam6 = Dialek Haiteng
| fam7 = Hokkien Penang
| fam7 = [[Hokkien Penang]]
| fam8 = Hokkien Medan
| isoexception = Dialek
| isoexception = Dialek
| lingua = 79-AAA-jek
| lingua = 79-AAA-jek
| contoh_terjemahan = Saya suka makan kue Angku, tapi tidak suka yang berisi kacang hijau. Saya lebih suka yang berisi kacang tanah. Kalaupun tidak ada, yang berisi kelapa bercampur gula Batak (merah) juga lezat.
}}
}}


'''Hokkien Medan''' adalah variasi lokal dari [[Bahasa Hokkien]] yang dipakai antara [[Tionghoa|kaum Tionghoa]] di [[Kota Medan|Medan]], [[Sumatera Utara]], [[Indonesia]]. Bahasa tersebut merupakan [[Basantara|lingua franca]] di kota Medan dan juga kota-kota sekitar [[Sumatera Utara]]. Hokkien Medan juga digunakan oleh komunitas perantau asal Medan seperti di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Medan Hokkien adalah subdialek dari [[Zhangzhou|Hokkien Ciangciu (漳州)]], khususnya [[:en:Haicheng,_Fujian|subdialek Haiteng (海澄)]] . Hokkien Medan meminjam cukup banyak kata serapaan dari [[dialek Tiociu]], [[Suku Melayu Deli|Melayu Deli]] dan [[Bahasa Indonesia]].
'''Hokkien Medan''' adalah variasi lokal dari [[Bahasa Hokkien]] yang dipakai antara [[Tionghoa Medan]], [[Sumatera Utara]], [[Indonesia]]. Bahasa tersebut merupakan [[Basantara|lingua franca]] di kota Medan dan juga kota-kota sekitar [[Sumatera Utara]]. Hokkien Medan juga digunakan oleh komunitas perantau asal Medan seperti di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Hokkien Medan dianggap sebagai subdialek dari [[Dialek Zhangzhou|Hokkien Ciangciu (漳州)]], khususnya [[:en:Haicheng,_Fujian|subdialek Haiteng (海澄)]] namun sudah menyerap banyak kata dari [[bahasa Tiociu]], [[Suku Melayu Deli|Melayu Deli]] dan [[Bahasa Indonesia]].


Hokkien Medan pada umumnya adalah dialek lisan, yang diturunkan secara lisan dan jarang ditulis dalam ortografi [[:en:Written_Hokkien|Hokkien sastra]]. Terlebih lagi, rezim Orde Baru menerapkan penekanan dan melarang [[Aksara Han|aksara Tionghoa]] dan [[Budaya Tionghoa|tradisi Tionghoa]] di muka umum.<ref>Suryadinata, L. (1976). Indonesian Policies toward the Chinese Minority under the New Order. ''Asian Survey'', ''16''(8), 770–787. <nowiki>https://doi.org/10.2307/2643578</nowiki></ref> Walaupun demikian, sejalan berkembangnya [[media sosial]], Hokkien Medan sering ditulis dengan [[Ejaan yang Disempurnakan|Ejaan Yang Disempurnakan]], dan mengabaikan tanda nada sekaligus.<ref>{{Cite web|title=KUMPULAN KALIMAT DENGAN BAHASA HOKKIEN|url=https://belajarhokkienmedan.blogspot.com/2017/10/kumpulan-kalimat-dengan-bahasa-hokkien.html|access-date=2023-10-13}}</ref>
Hokkien Medan pada umumnya adalah dialek lisan, yang diturunkan secara lisan dan jarang ditulis dalam ortografi [[:en:Written_Hokkien|Hokkien sastra]]. Terlebih lagi, rezim Orde Baru menerapkan penekanan dan melarang [[Aksara Han|aksara Tionghoa]] dan [[Budaya Tionghoa|tradisi Tionghoa]] di muka umum.<ref>Suryadinata, L. (1976). Indonesian Policies toward the Chinese Minority under the New Order. ''Asian Survey'', ''16''(8), 770–787. <nowiki>https://doi.org/10.2307/2643578</nowiki></ref> Walaupun demikian, sejalan berkembangnya [[media sosial]], Hokkien Medan sering ditulis dengan [[Ejaan yang Disempurnakan|Ejaan Yang Disempurnakan]], dan mengabaikan tanda nada sekaligus.<ref>{{Cite web|title=KUMPULAN KALIMAT DENGAN BAHASA HOKKIEN|url=https://belajarhokkienmedan.blogspot.com/2017/10/kumpulan-kalimat-dengan-bahasa-hokkien.html|access-date=2023-10-13}}</ref>



Bila membandingkan Hokkien Medan dengan dialek Hokkien yang digunakan di negara lain seperti Malaysia dan Singapura, Hokkien medan kurang lebih dapat dimengerti. Bagaimanapula, Hokkien Medan paling serupa dengan [[:en:Penang_Hokkien|Hokkien Penang]]. Sebegitu miripnya kedua dialek tersebut sehingga sangat sulit bagi kaum awam membedakannya, kecuali bila pengguna Hokkien medan tidak banyak mencampur kata serapan Melayu Deli dan Bahasa Indonesia dalam penuturannya.
==Kemiripan dengan Hokkien Penang ==
Bila membandingkan Hokkien Medan dengan dialek Hokkien yang digunakan di negara lain seperti Malaysia dan Singapura, Hokkien medan kurang lebih dapat dimengerti. Bagaimanapun juga, Hokkien Medan paling mirip dengan [[:en:Penang_Hokkien|Hokkien Penang]]. Sebegitu miripnya kedua dialek tersebut sehingga sangat sulit bagi kaum awam membedakannya, kecuali bila pengguna Hokkien medan tidak banyak mencampur kata serapan Melayu Deli dan Bahasa Indonesia dalam penuturannya.


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Asal muasal Hokkien medan secara linguistik dapat ditelusur balik ke [[:en:Penang_Hokkien|Hokkien Penang]]<ref>{{Citation|title=2. Penang and the Big Five in Regional Context|date=2015-12-31|url=http://dx.doi.org/10.1355/9789814515030-008|work=Penang Chinese Commerce in the 19th Century|pages=14–46|access-date=2023-10-13|publisher=ISEAS Publishing}}</ref> dan [[Kedah]].<ref>{{Cite journal|last=Wilson|first=H. E.|last2=Khoo|first2=Gilbert|last3=Lo|first3=Dorothy|date=1980|title=Asian Transformation. A History of South-East, South and East Asia.|url=http://dx.doi.org/10.2307/2757476|journal=Pacific Affairs|volume=53|issue=2|pages=306|doi=10.2307/2757476|issn=0030-851X}}</ref> Petanda awal datangnya Tionghoa ke Medan terbukti dalam penemuan arkeologi di [[Pulau Kampai]]<ref>{{Cite journal|last=Dussubieux|first=Laure|last2=Soedewo|first2=Ery|date=2018|title=The glass beads of Kampai Island, Sumatra|url=http://link.springer.com/10.1007/s12520-016-0438-5|journal=Archaeological and Anthropological Sciences|language=en|volume=10|issue=5|pages=1129–1139|doi=10.1007/s12520-016-0438-5|issn=1866-9557}}</ref> and [[Museum Situs Kota China|Kota China]]<ref>{{Cite journal|last=McKinnon|first=E. E.|date=1977|title=Research at Kota Cina, a Sung-Yüan period trading site in East Sumatra|url=https://www.persee.fr/doc/arch_0044-8613_1977_num_14_1_1355|journal=Archipel|volume=14|issue=1|pages=19–32|doi=10.3406/arch.1977.1355}}</ref>, menunjukkan kehadiran pedagang Tionghoa sedini abad ke-12 masehi. Ketika [[:en:John_Anderson_(diplomatic_writer)|John Anderson]] dikirim untuk misi diplomatis ke pesisir timur Sumatera pada tahun 1823, ia mencatat adanya orang Tionghoa dalam jumlah sangat kecil di tanah Deli,<ref>{{Cite book|last=Anderson|first=John|year=1826|title=Mission to the east coast of Sumatra, in 1823, under the direction of the Government of Prince of Wales Island|location=United Kingdom|publisher=Edinburgh : Blackwood ; London : Cadell.|pages=296}}</ref> dan sekitar 50 sampai 100 orang Tionghoa di Asahan.<ref>Anderson, John (1826). ''Mission to the east coast of Sumatra, in 1823, under the direction of the Government of Prince of Wales Island''. United Kingdom: Edinburgh : Blackwood ; London : Cadell. p.&nbsp;318</ref> Perdagangan antara pesisir timur Sumatera dengan [[Pulau Pinang|Penang]] dan [[Melaka]] sudah terjalin dan berkembang pada masa itu.
Asal muasal penutur Hokkien medan secara linguistik dapat ditelusur balik ke [[:en:Penang_Hokkien|Hokkien Penang]]<ref>{{Citation|title=2. Penang and the Big Five in Regional Context|date=2015-12-31|url=http://dx.doi.org/10.1355/9789814515030-008|work=Penang Chinese Commerce in the 19th Century|pages=14–46|access-date=2023-10-13|publisher=ISEAS Publishing}}</ref> dan [[Kedah]].<ref>{{Cite journal|last=Wilson|first=H. E.|last2=Khoo|first2=Gilbert|last3=Lo|first3=Dorothy|date=1980|title=Asian Transformation. A History of South-East, South and East Asia.|url=http://dx.doi.org/10.2307/2757476|journal=Pacific Affairs|volume=53|issue=2|pages=306|doi=10.2307/2757476|issn=0030-851X}}</ref> Petanda awal datangnya Tionghoa ke Medan terbukti dalam penemuan arkeologi di [[Pulau Kampai]]<ref>{{Cite journal|last=Dussubieux|first=Laure|last2=Soedewo|first2=Ery|date=2018|title=The glass beads of Kampai Island, Sumatra|url=http://link.springer.com/10.1007/s12520-016-0438-5|journal=Archaeological and Anthropological Sciences|language=en|volume=10|issue=5|pages=1129–1139|doi=10.1007/s12520-016-0438-5|issn=1866-9557}}</ref> and [[Museum Situs Kota China|Kota China]]<ref>{{Cite journal|last=McKinnon|first=E. E.|date=1977|title=Research at Kota Cina, a Sung-Yüan period trading site in East Sumatra|url=https://www.persee.fr/doc/arch_0044-8613_1977_num_14_1_1355|journal=Archipel|volume=14|issue=1|pages=19–32|doi=10.3406/arch.1977.1355}}</ref>, menunjukkan kehadiran pedagang Tionghoa sedini abad ke-12 masehi. Ketika [[:en:John_Anderson_(diplomatic_writer)|John Anderson]] dikirim untuk misi diplomatis ke pesisir timur Sumatera pada tahun 1823, ia mencatat adanya orang Tionghoa dalam jumlah sangat kecil di tanah Deli,<ref>{{Cite book|last=Anderson|first=John|year=1826|title=Mission to the east coast of Sumatra, in 1823, under the direction of the Government of Prince of Wales Island|location=United Kingdom|publisher=Edinburgh : Blackwood ; London : Cadell.|pages=296}}</ref> dan sekitar 50 sampai 100 orang Tionghoa di Asahan.<ref>Anderson, John (1826). ''Mission to the east coast of Sumatra, in 1823, under the direction of the Government of Prince of Wales Island''. United Kingdom: Edinburgh : Blackwood ; London : Cadell. p.&nbsp;318</ref> Perdagangan antara pesisir timur Sumatera dengan [[Pulau Pinang|Penang]] dan [[Melaka]] sudah terjalin dan berkembang pada masa itu.


Bangkitnya [[Kabupaten Deli Serdang|Deli]] sebagai eksportir utama tembakau membawa influks [[Kuli]] Tionghoa dari [[Pulau Pinang|Penang]]. Pada tahun 1980, Kuli Tionghoa di Sumatera Timur telah mencapai angka 53,806.<ref>Anthony Reid, An Indonesian Frontier: Acehnese & Other Histories of Sumatra (Singapore: Singapore University Press, 2005), p. 223.</ref> Pentingnya peran Penang bagi ekonomi Deli dan pengaruh kaum elit [[Orang Peranakan|Babanyonya]] Penang dan Lima [[Kongsi]] Besar tidak dapat dipungkiri. [https://overseaschineseinthebritishempire.blogspot.com/2011/12/cheah-choo-yew.html Cheah Choo Yew (1841-1931)] ialah salah satu pelopor dari [http://cheahkongsi.org/ Cheah Kongsi] yang berkelahiran [[Kabupaten Langkat|Langkat]], Sumatera Timur. [https://overseaschineseinthebritishempire.blogspot.com/2012/11/khoo-cheow-teong.html Khoo Cheow Teong] (1840-1916) ialah cicitnya [[Koh Lay Huan]] (Kapitan Cina Penang yang pertama) dan cucu dari Khoo Wat Seng (perintis [https://www.khookongsi.com.my/ Khoo Kongsi]). Ia menjabat sebagai Kapitan Cina di [[Kabupaten Asahan|Asahan]] selama 26 tahun. Saudagar ternama Penang [[Cheong Fatt Tze]] juga merupakan saudara sekampung dari Kapitan Cina Medan [[Tjong A Fie]] dan [[Tjong Yong Hian]], dan ketiganya memonopolisir berbagai komoditi utama di Sumatera Timur. Hubungan kebudayaan antara Penang dan Medan melampaui jarak. Kita dapat menemukan banyak kesamaan seperti tradisi pemujaan Datuk dan kuliner Peranakan yang sama.
Bangkitnya [[Kabupaten Deli Serdang|Deli]] sebagai eksportir utama tembakau membawa influks [[Kuli]] Tionghoa dari [[Pulau Pinang|Penang]]. Pada tahun 1880, Kuli Tionghoa di Sumatera Timur telah mencapai angka 53,806.<ref>Anthony Reid, An Indonesian Frontier: Acehnese & Other Histories of Sumatra (Singapore: Singapore University Press, 2005), p. 223.</ref> Pentingnya peran Penang bagi ekonomi Deli dan pengaruh kaum elit [[Orang Peranakan|Babanyonya]] Penang dan Lima [[Kongsi]] Besar tidak dapat dipungkiri. [https://overseaschineseinthebritishempire.blogspot.com/2011/12/cheah-choo-yew.html Cheah Choo Yew (1841-1931)] ialah salah satu pelopor dari [http://cheahkongsi.org/ Cheah Kongsi] yang berkelahiran [[Kabupaten Langkat|Langkat]], Sumatera Timur. [https://overseaschineseinthebritishempire.blogspot.com/2012/11/khoo-cheow-teong.html Khoo Cheow Teong] (1840-1916) ialah cicitnya [[Koh Lay Huan]] (Kapitan Cina Penang yang pertama) dan cucu dari Khoo Wat Seng (perintis [https://www.khookongsi.com.my/ Khoo Kongsi]). Ia menjabat sebagai Kapitan Cina di [[Kabupaten Asahan|Asahan]] selama 26 tahun. Saudagar ternama Penang [[Cheong Fatt Tze]] juga merupakan saudara sekampung dari Kapitan Cina Medan [[Tjong A Fie]] dan [[Tjong Yong Hian]], dan ketiganya memonopolisir berbagai komoditi utama di Sumatera Timur. Hubungan kebudayaan antara Penang dan Medan melampaui jarak. Kita dapat menemukan banyak kesamaan seperti tradisi pemujaan Datuk dan kuliner Peranakan yang sama.


Russel Jones, dalam artikelnya 'The Chiangchew Hokkiens, the true pioneers in Nanyang' mengambil upaya untuk memastikan kehadiran awal Hokkien [[Zhangzhou]], bukan hanya di [[Pulau Pinang|Penang]], tetapi juga di [[Melaka]], [[Batavia]] dan kepulauan sekitarnya. <ref>Jones, R. (2009). The Chiangchew Hokkiens, the True Pioneers in the Nanyang. ''Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society'', ''82''(2 (297)), 46. <nowiki>http://www.jstor.org/stable/41493748</nowiki></ref> Terlebih lagi, kemiripan kata serapan bahasa Melayu (''batu, mana, binatang, tapi''), Hokkienisasi istilah Melayu ''(Lokun, Sukak'') dan juga dialek [[Kedah]] (''gatai'') dalam Hokkien Penang yang telah menjadi integral dalam kosakata Hokkien Medan membuktikan silsilah linguistik.
Russel Jones, dalam artikelnya 'The Chiangchew Hokkiens, the true pioneers in Nanyang' mengambil upaya untuk memastikan kehadiran awal Hokkien [[Zhangzhou]], bukan hanya di [[Pulau Pinang|Penang]], tetapi juga di [[Melaka]], [[Batavia]] dan kepulauan sekitarnya.<ref>Jones, R. (2009). The Chiangchew Hokkiens, the True Pioneers in the Nanyang. ''Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society'', ''82''(2 (297)), 46. <nowiki>http://www.jstor.org/stable/41493748</nowiki></ref> Terlebih lagi, kemiripan kata serapan bahasa Melayu (''batu, mana, binatang, tapi''), Hokkienisasi istilah Melayu ''(Lokun, Sukak'') dan juga dialek [[Kedah]] (''gatai'') dalam Hokkien Penang yang telah menjadi integral dalam kosakata Hokkien Medan membuktikan silsilah linguistik.


Medan Hokkien juga cukup dipengaruhi oleh [[Bahasa Tiochiu|dialek Tiociu]], oleh sebab kehadiran kuli [[Chaozhou|Tiociu]] yang dominan pada zaman emas tembakau. Peristiwa [[Invasi jepang ke malaya|invasi Jepang]], [[Revolusi Sosial Sumatra Timur|revolusi Sumatera Timur]] dan [[Orde Baru|rezim Orde Baru]] memupuskan kekerabatan lintas selat antara kedua kota. Sejak itu, kedua dialek tersebut bercabang dan berevolusi bersendiri, dimana Hokkien Penang lebih dipengaruhi oleh bahasa [[Bahasa Mandarin|Mandarin]] dan [[Bahasa Inggris|Inggris]], dan Hokkien Medan sangat dipengaruhi oleh [[Bahasa Indonesia]].
Medan Hokkien juga cukup dipengaruhi oleh [[Bahasa Tiochiu]], oleh sebab kehadiran kuli [[Chaozhou|Tiociu]] yang dominan pada zaman emas tembakau. Peristiwa [[Invasi jepang ke malaya|invasi Jepang]], [[Revolusi Sosial Sumatra Timur|revolusi Sumatera Timur]] dan [[Orde Baru|rezim Orde Baru]] memupuskan kekerabatan lintas selat antara kedua kota. Sejak itu, kedua dialek tersebut bercabang dan berevolusi bersendiri, dimana Hokkien Penang lebih dipengaruhi oleh bahasa [[Bahasa Mandarin|Mandarin]] dan [[Bahasa Inggris|Inggris]], dan Hokkien Medan sangat dipengaruhi oleh [[Bahasa Indonesia]].


== Referensi ==
== Referensi ==
<references />
<references />
{{Tionghoa Indonesia}}
[[Kategori:Bahasa di Sumatera Utara]]
[[Kategori:Bahasa Hokkien]]
[[Kategori:Kota Medan]]

Revisi terkini sejak 13 Juni 2024 19.38

Bahasa Hokkien Medan
棉蘭福建話
Mî-lân Hok-kiàn-oā (POJ)
Dituturkan diIndonesia
WilayahMedan, Kisaran, Rantau Prapat, Tebing Tinggi, Tanjungbalai, Binjai, Jakarta dan kota-kota sekitar di Sumatera Utara.
EtnisOrang Hokkien, Tionghoa Medan pada umumnya.
Penutur
Kode bahasa
ISO 639-3
Linguasfer79-AAA-jek
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Hokkien Medan adalah variasi lokal dari Bahasa Hokkien yang dipakai antara Tionghoa Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Bahasa tersebut merupakan lingua franca di kota Medan dan juga kota-kota sekitar Sumatera Utara. Hokkien Medan juga digunakan oleh komunitas perantau asal Medan seperti di Jakarta. Hokkien Medan dianggap sebagai subdialek dari Hokkien Ciangciu (漳州), khususnya subdialek Haiteng (海澄) namun sudah menyerap banyak kata dari bahasa Tiociu, Melayu Deli dan Bahasa Indonesia.

Hokkien Medan pada umumnya adalah dialek lisan, yang diturunkan secara lisan dan jarang ditulis dalam ortografi Hokkien sastra. Terlebih lagi, rezim Orde Baru menerapkan penekanan dan melarang aksara Tionghoa dan tradisi Tionghoa di muka umum.[1] Walaupun demikian, sejalan berkembangnya media sosial, Hokkien Medan sering ditulis dengan Ejaan Yang Disempurnakan, dan mengabaikan tanda nada sekaligus.[2]


Kemiripan dengan Hokkien Penang

[sunting | sunting sumber]

Bila membandingkan Hokkien Medan dengan dialek Hokkien yang digunakan di negara lain seperti Malaysia dan Singapura, Hokkien medan kurang lebih dapat dimengerti. Bagaimanapun juga, Hokkien Medan paling mirip dengan Hokkien Penang. Sebegitu miripnya kedua dialek tersebut sehingga sangat sulit bagi kaum awam membedakannya, kecuali bila pengguna Hokkien medan tidak banyak mencampur kata serapan Melayu Deli dan Bahasa Indonesia dalam penuturannya.

Asal muasal penutur Hokkien medan secara linguistik dapat ditelusur balik ke Hokkien Penang[3] dan Kedah.[4] Petanda awal datangnya Tionghoa ke Medan terbukti dalam penemuan arkeologi di Pulau Kampai[5] and Kota China[6], menunjukkan kehadiran pedagang Tionghoa sedini abad ke-12 masehi. Ketika John Anderson dikirim untuk misi diplomatis ke pesisir timur Sumatera pada tahun 1823, ia mencatat adanya orang Tionghoa dalam jumlah sangat kecil di tanah Deli,[7] dan sekitar 50 sampai 100 orang Tionghoa di Asahan.[8] Perdagangan antara pesisir timur Sumatera dengan Penang dan Melaka sudah terjalin dan berkembang pada masa itu.

Bangkitnya Deli sebagai eksportir utama tembakau membawa influks Kuli Tionghoa dari Penang. Pada tahun 1880, Kuli Tionghoa di Sumatera Timur telah mencapai angka 53,806.[9] Pentingnya peran Penang bagi ekonomi Deli dan pengaruh kaum elit Babanyonya Penang dan Lima Kongsi Besar tidak dapat dipungkiri. Cheah Choo Yew (1841-1931) ialah salah satu pelopor dari Cheah Kongsi yang berkelahiran Langkat, Sumatera Timur. Khoo Cheow Teong (1840-1916) ialah cicitnya Koh Lay Huan (Kapitan Cina Penang yang pertama) dan cucu dari Khoo Wat Seng (perintis Khoo Kongsi). Ia menjabat sebagai Kapitan Cina di Asahan selama 26 tahun. Saudagar ternama Penang Cheong Fatt Tze juga merupakan saudara sekampung dari Kapitan Cina Medan Tjong A Fie dan Tjong Yong Hian, dan ketiganya memonopolisir berbagai komoditi utama di Sumatera Timur. Hubungan kebudayaan antara Penang dan Medan melampaui jarak. Kita dapat menemukan banyak kesamaan seperti tradisi pemujaan Datuk dan kuliner Peranakan yang sama.

Russel Jones, dalam artikelnya 'The Chiangchew Hokkiens, the true pioneers in Nanyang' mengambil upaya untuk memastikan kehadiran awal Hokkien Zhangzhou, bukan hanya di Penang, tetapi juga di Melaka, Batavia dan kepulauan sekitarnya.[10] Terlebih lagi, kemiripan kata serapan bahasa Melayu (batu, mana, binatang, tapi), Hokkienisasi istilah Melayu (Lokun, Sukak) dan juga dialek Kedah (gatai) dalam Hokkien Penang yang telah menjadi integral dalam kosakata Hokkien Medan membuktikan silsilah linguistik.

Medan Hokkien juga cukup dipengaruhi oleh Bahasa Tiochiu, oleh sebab kehadiran kuli Tiociu yang dominan pada zaman emas tembakau. Peristiwa invasi Jepang, revolusi Sumatera Timur dan rezim Orde Baru memupuskan kekerabatan lintas selat antara kedua kota. Sejak itu, kedua dialek tersebut bercabang dan berevolusi bersendiri, dimana Hokkien Penang lebih dipengaruhi oleh bahasa Mandarin dan Inggris, dan Hokkien Medan sangat dipengaruhi oleh Bahasa Indonesia.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Suryadinata, L. (1976). Indonesian Policies toward the Chinese Minority under the New Order. Asian Survey, 16(8), 770–787. https://doi.org/10.2307/2643578
  2. ^ "KUMPULAN KALIMAT DENGAN BAHASA HOKKIEN". Diakses tanggal 2023-10-13. 
  3. ^ "2. Penang and the Big Five in Regional Context", Penang Chinese Commerce in the 19th Century, ISEAS Publishing, hlm. 14–46, 2015-12-31, diakses tanggal 2023-10-13 
  4. ^ Wilson, H. E.; Khoo, Gilbert; Lo, Dorothy (1980). "Asian Transformation. A History of South-East, South and East Asia". Pacific Affairs. 53 (2): 306. doi:10.2307/2757476. ISSN 0030-851X. 
  5. ^ Dussubieux, Laure; Soedewo, Ery (2018). "The glass beads of Kampai Island, Sumatra". Archaeological and Anthropological Sciences (dalam bahasa Inggris). 10 (5): 1129–1139. doi:10.1007/s12520-016-0438-5. ISSN 1866-9557. 
  6. ^ McKinnon, E. E. (1977). "Research at Kota Cina, a Sung-Yüan period trading site in East Sumatra". Archipel. 14 (1): 19–32. doi:10.3406/arch.1977.1355. 
  7. ^ Anderson, John (1826). Mission to the east coast of Sumatra, in 1823, under the direction of the Government of Prince of Wales Island. United Kingdom: Edinburgh : Blackwood ; London : Cadell. hlm. 296. 
  8. ^ Anderson, John (1826). Mission to the east coast of Sumatra, in 1823, under the direction of the Government of Prince of Wales Island. United Kingdom: Edinburgh : Blackwood ; London : Cadell. p. 318
  9. ^ Anthony Reid, An Indonesian Frontier: Acehnese & Other Histories of Sumatra (Singapore: Singapore University Press, 2005), p. 223.
  10. ^ Jones, R. (2009). The Chiangchew Hokkiens, the True Pioneers in the Nanyang. Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, 82(2 (297)), 46. http://www.jstor.org/stable/41493748