Partai Kebangkitan Bangsa: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Penjelasan istilah awal, penambah sumber rujukan serius |
||
(48 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Distinguish|Partai Kebangkitan Nusantara}} |
|||
{{Redirect|PKB|pajak kendaraan bermotor|pajak kendaraan bermotor}} |
{{Redirect|PKB|pajak kendaraan bermotor|pajak kendaraan bermotor}} |
||
{{Infobox |
{{Infobox partai politik Indonesia |
||
| |
| nama = Partai Kebangkitan Bangsa |
||
|logo = [[Berkas:Logo PKB.svg|160px]] |
| logo = [[Berkas:Logo PKB.svg|160px]] |
||
|colorcode = #02754C |
| colorcode = #02754C |
||
| abbr = PKB |
|||
|chair = [[Muhaimin Iskandar]] |
|||
| ketuaumum = [[Muhaimin Iskandar]] |
|||
|SecGen =[[Hasanuddin Wahid]] |
|||
| sekjen = [[Hasanuddin Wahid]] |
|||
|leader1_title = Ketua Fraksi di [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|DPR]] |
|||
| leader1_title = Wakil Ketua Umum |
|||
|leader1_name = [[Cucun Ahmad Syamsurijal]] |
|||
| leader1_name = [[Ma'ruf Amin]] |
|||
|foundation = {{start date and age|1998|7|23}} |
|||
| leader2_title = Ketua Fraksi di [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|DPR]] |
|||
|headquarters = Jalan Raden Saleh No. 9, Senen, Jakarta Pusat 10430 |
|||
| leader2_name = [[Jazilul Fawaid]] |
|||
|ideology = [[Pancasila]]<br>[[Demokrasi Islam]]<br>[[Liberalisme]]<ref>{{cite web |url= http://cald.org/members/national-awakening-party|title= Nation Awakening Party|author=[[Dewan Liberal dan Demokrat Asia]] |date= 2016|website= Council of Asian Liberals and Democrats|publisher= |access-date= 19 Agustus 2019 |quote=}}</ref><br>[[Pluralisme]] |
|||
| tahun = {{start date and age|1998|7|23}} |
|||
|political_position = [[Sentrisme|Tengah]]<ref>{{Cite web|url=https://australiaindonesiacentre.org/commentary/guide-to-the-2019-indonesian-elections-a-little-psephology/|title = Guide to the 2019 Indonesian elections: A little psephology|date = Oktober 2018}}</ref> |
|||
| kantorpusat = Jalan Raden Saleh No. 9, Senen, [[Jakarta Pusat]] 10430 |
|||
|international = [[Sentris Demokrat Internasional]]<br />[[Dewan Liberal dan Demokrat Asia]]<br />[[Uni Demokrat Asia Pasifik]] |
|||
| youth = [[Garda Bangsa]] |
|||
| DPRseats = {{Composition bar|58|575|hex={{party color|National Awakening Party}}}} |
|||
| women = [[Perempuan Bangsa]] |
|||
| DPRD1seats = {{Composition bar|180|2232|hex={{party color|National Awakening Party}}}} |
|||
| ideologi = [[Pancasila]]<ref name="peta">{{cite journal| title = Peta Baru Ideologi Partai Politik Indonesia| last = Nurjaman| first = Asep| date = 2009| journal = Bestari | via = Neliti.com| url = https://www.neliti.com/publications/243916/peta-baru-ideologi-partai-politik-indonesia| access-date = 2024-03-01}}</ref><br>[[Demokrasi Islam]]<ref name="King" /><br>[[Nasionalisme Indonesia|Nasionalisme]]<ref name="King" /><br>[[Konservatisme bangsa]]<br>[[Liberalisme]]<ref>{{cite web |url= http://cald.org/members/national-awakening-party|title= Nation Awakening Party|website= cald.org|publisher= [[Dewan Liberal dan Demokrat Asia|Council of Asian Liberals and Democrats]]|date= 2016|access-date= 2024-03-01 |language=en}}</ref><br>[[Pluralisme]] |
|||
| DPRD2seats = {{Composition bar|1553|17340|hex={{party color|National Awakening Party}}}} |
|||
| political_position = [[Sentrisme|Tengah]]<ref>{{Cite web|url=https://australiaindonesiacentre.org/commentary/guide-to-the-2019-indonesian-elections-a-little-psephology/|title = Guide to the 2019 Indonesian elections: A little psephology|date = Oktober 2018}}</ref> |
|||
|website = {{url|https://www.pkb.id}} |
|||
| international = [[Sentris Demokrat Internasional]]<br />[[Uni Demokrat Internasional]]<br />[[Dewan Liberal dan Demokrat Asia]]<ref>{{cite web|url=http://cald.org/pkb-becomes-full-cald-member/|title=PKB Becomes Full CALD Member|website=cald.org|publisher=[[Dewan Liberal dan Demokrat Asia|Council of Asian Liberals and Democrats]]|access-date=2024-03-01|language=en}}</ref><br />[[Persatuan Demokrat Asia Pasifik]] |
|||
|youth=[[Garda Bangsa]]|women=[[Perempuan Bangsa]]}} |
|||
| kursi_dpr = {{Composition bar|68|580|hex={{party color|National Awakening Party}}}} |
|||
'''Partai K0nt01 Badag''' ('''PKB'''), adalah sebuah [[partai politik]] berideologi [[Moderat]] di [[Indonesia]]. Partai ini didirikan di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] pada tanggal 23 Juli 1998 (29 [[Rabiulawal|Rabi'ul Awal]] 1419 [[Kalender Hijriah|Hijriah]]) yang dideklarasikan oleh para kiai-kiai [[Nahdlatul Ulama]], seperti [[Munasir Ali]], [[Ilyas Ruhiat]], [[Abdurrahman Wahid]], [[Mustofa Bisri]], [[KH Zuhdi Fatkur|Zuhdi Fatkur]] dan [[Muhith Muzadi]]. |
|||
| kursi_dprd1 = {{Composition bar|220|2372|hex={{party color|National Awakening Party}}}} |
|||
| kursi_dprd2 = {{Composition bar|1833|17510|hex={{party color|National Awakening Party}}}} |
|||
| membership = 386.021 (2023) |
|||
| situsweb = {{url|pkb.id}} |
|||
}} |
|||
'''Partai Kebangkitan Bangsa''' ('''PKB'''), adalah sebuah [[partai politik di Indonesia]] berideologi [[moderat]], artinya partai Muslim tetapi tidak Islamis.<ref name="King">{{cite book |surname=King |given=Blair A. |chapter=Chapter 4. Government and Politics |editor1=Frederick, William H. |editor2=Worden, Robert L. |title=Indonesia: A Country Study |series=Area handbook series, 39 |others=[[Library of Congress]], Federal Research Division |edition=6 |place=Washington, DC |publisher=U.S. Government Printing Office |year=2011 |page=263 |chapter-url={{Google books|id=6dgmXWMgWcwC|plainurl=y|page=225}}|url=https://books.google.com/books?id=6dgmXWMgWcwC |isbn=978-0-8444-0790-6 |lang=en}}</ref> Partai ini didirikan oleh Presiden Indonesia ke-4 [[Abdurrahman Wahid]] di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] pada 23 Juli 1998 (29 Rabi'ul Awal 1419 [[Kalender Hijriah|Hijriah]]) yang mendapat dukungan kuat dari kiai-kiai [[Nahdlatul Ulama]], seperti [[Munasir Ali]], [[Ilyas Ruhiat]], [[Mustofa Bisri]] dan [[Muhith Muzadi|Muchith Muzadi]].<ref>https://radarseluma.disway.id/read/662649/gus-dur-peran-pkb-dalam-politik-indonesia</ref> |
|||
== Sejarah == |
|||
=== Pembentukan partai === |
|||
Pembentukan Partai Kebangkitan Bangsa berawal pada pertemuan para kiai [[Nahdlatul Ulama]] di Pondok Pesantren Langitan, [[Kabupaten Tuban|Tuban]], Jawa Timur yang diasuh oleh [[Abdullah Faqih|Kiai Haji Abdullah Faqih]]. Dalam pertemuan pada Mei 1998 membicarakan mengenai situasi terakhir negeri dan perlu adanya perubahan besar untuk menyelamatkan bangsa dari kehancuran. Mereka mengembangkan pernyataan resmi, yang dikirim oleh [[Muchid Muzadi|Kyai Muchid Muzadi]] dari [[Kabupaten Jember|Jember]] dan [[Yusuf Muhammad|Gus Yusuf Muhammad]] untuk disampaikan kepada Presiden Soeharto. Namun sebelum mereka sempat menyampaikan pernyataan tersebut, [[Soeharto]] mengundurkan diri pada 21 Mei 1998. |
|||
Tidak lama setelah rezim [[Orde Baru]] lengser, digelar ''istighosah'' akbar [[Jawa Timur]] yang mengumpulkan para kiai [[Nahdlatul Ulama]] dikantor Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur dan meminta K.H [[Cholil Bisri|Muhammad Cholil Bisri]] dari [[Kabupaten Rembang|Rembang]], [[Jawa Tengah]] untuk menggagas pendirian partai untuk wadah aspirasi politik [[Nahdlatul Ulama|NU]]. Awalnya, Cholil menolak langkah tersebut karena Cholil masih ingin fokus di [[pesantren]]. Namun, Bisri akhirnya mengalah dan menerima peran kepemimpinan dalam partai yang akan dibentuk tersebut. |
|||
Seminggu kemudian, pada 6 Juni, [[Cholil Bisri]] bertemu dengan para [[Kiai|kyai]] guna membicarakan pembentukan partai baru tersebut. Undangan telah disampaikan melalui telepon dan lebih dari 200 kyai menghadiri pertemuan yang digelar di rumah [[Cholil Bisri]] di [[Leteh, Rembang, Rembang|Leteh]], [[Kabupaten Rembang|Rembang]], [[Jawa Tengah]]. Rapat ini menghasilkan pembentukan “Panitia Tetap” yang beranggotakan 11 orang, dengan Bisri sebagai ketua dan Gus Yus sebagai sekretaris. Secara bergantian, panitia ini bekerja secara maraton, menyiapkan platform dan komponen partai, termasuk logo yang akan menjadi lambang partai. Logo tersebut dibuat oleh [[Mustofa Bisri|KH A. Mustofa Bisri]]. |
|||
Pengurus Tetap dan perwakilan NU mengadakan konferensi besar di [[Kota Bandung|Bandung]], pada tanggal 4 Juli 1998, yang dihadiri oleh 27 perwakilan daerah. Dalam pembahasan nama organisasi tersebut, berbagai nama yang diusulkan adalah “Partai Kebangkitan Bangsa”, “Partai Kebangkitan Nahdlatul Ummah” dan “Partai Ummat”. Nama yang dipilih sebagai nama resmi partai adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Deklarasi partai berjumlah 72 orang yang mewakili usia organisasi NU, terdiri dari Tim Panitia Tetap (11), Tim Pendamping Lajnah (14), Tim NU (5), Tim Pendamping NU (7), dan dua orang Wakil. dari masing-masing 27 wilayah (27 x 2). Ke-72 pendiri menandatangani Platform Partai dan komponen-komponennya. Namun setelahnya, PBNU memutuskan hanya lima orang yang bisa menjadi pengusung partai tersebut. Kelimanya adalah [[Munasir Ali]], [[Ilyas Ruhiat]], [[Muchid Muzadi]], [[Mustofa Bisri|KH A. Mustofa Bisri]], dan [[Abdurrahman Wahid|Abddurahman Wahid]] yang merupakan Ketua Umum PBNU. 72 nama asli deklarasi partai itu dihapus PBNU. |
|||
Usai pembentukan partai, deklarasi pun dilaksanakan di Jakarta pada 29 Rabiul Awal 1419 H atau 23 Juli 1998.<ref>{{Cite web|title=Sejarah Pendirian|url=https://pkb.id/page/sejarah-pendirian/|website=Partai Kebangkitan Bangsa|access-date=2024-03-12}}</ref> Setelah pendeklarasian tersebut, PKB bersiap dalam menghadapi [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1999|Pemilihan Umum 1999]] dengan sistem yang tidak berbeda jauh dari Pemilu pertama tahun [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|1955]] dan [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1971|1971]]. |
|||
=== Mengikuti pemilihan umum === |
|||
PKB berpartisipasi dalam [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1999|Pemilu 1999]] dan berhasil memenangkan 12,61% suara nasional atau sebanyak 51 kursi. PKB berhasil mengalahkan suara [[Partai Persatuan Pembangunan|PPP]], partai islam yang dominan dalam sejarah [[Orde Baru]] dan menempati posisi ketiga setelah [[Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan|PDI-P]] dan [[Partai Golongan Karya|Golkar]].<ref name=":0">{{Cite web|date=2021-12-27|title=Partai Kebangkitan Bangsa|url=https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/lembaga/partai-kebangkitan-bangsa|website=Kompaspedia|language=id|access-date=2024-03-12}}</ref> PKB berhasil membangun kembali kepercayaan diri dari kalangan [[Nahdlatul Ulama|Nahdliyin]] dalam bidang politik yang sudah lama terpengaruh sejak era [[Orde Baru]]. Keberhasilan yang telah dipersiapkan selama satu tahun tidak terlepas dari peran para ulama [[Nahdlatul Ulama|NU]] yang memberi dukungan penuh terhadap partai. Namun dibandingkan dengan jumlah kursi di DPR, PKB masih belum melampaui [[Partai Persatuan Pembangunan|PPP]] karena PKB hanya mendapatkan 51 kursi dibandingkan 57 kursi yang diraih [[Partai Persatuan Pembangunan|PPP]].<ref name=":0" /> |
|||
Menjelang [[Pemilihan Presiden Indonesia 1999|pemilihan presiden 1999]], PKB dibawah pimpinan [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]] sempat mempertimbangkan untuk membentuk koalisi politik dengan [[Megawati Soekarnoputri]] dari [[Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan|PDI-P]] dan [[Amien Rais]] dari [[Partai Amanat Nasional|PAN]], juga sebuah partai baru yang muncul menjelang Pemilu 1999, untuk melawan Presiden [[B. J. Habibie|Habibie]] dan [[GOLKAR|Golkar]]. Pada bulan Mei, [[Alwi Shihab]] mengadakan konferensi pers di rumahnya di mana Megawati, Wahid dan Amien akan mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama. Di menit-menit terakhir, Megawati memilih untuk tidak hadir, karena dia memutuskan tidak bisa mempercayai Amien.<ref name="autogenerated4">{{cite book|last=Barton|first=Greg|year=2002|url=https://archive.org/details/abdurrahmanwahid00bart/page/270|title=Abdurrahman Wahid: Muslim Democrat, Indonesian President|location=Singapore|publisher=UNSW Press|isbn=0-86840-405-5|page=[https://archive.org/details/abdurrahmanwahid00bart/page/270 270]}}</ref> |
|||
Untuk persiapan [[Sidang Umum MPR 1999]], PKB membentuk koalisi longgar dengan [[Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan|PDI-P]]. Koalisi longgar tersebut diuji pada saat memilih [[Daftar Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|Ketua DPR]]. PDI-P mendukung Ketua Umum PKB [[Matori Abdul Djalil]] untuk merebut posisi tersebut, namun Matori Abdul Djalil dikalahkan oleh [[Akbar Tanjung]] yang didukung oleh [[Partai Golongan Karya|Golkar]] dan [[Poros Tengah]] yang dibentuk oleh [[Amien Rais]].<ref name="autogenerated3">{{Cite web|title=Indonesia in Transition: The 1999 Presidential Elections|url=http://www.nbr.org/publications/briefing/pdf/brief9.pdf|archive-url=https://web.archive.org/web/20120925021128/http://www.nbr.org/publications/briefing/pdf/brief9.pdf|archive-date=25 September 2012|access-date=29 March 2007|url-status=dead}}</ref> Di saat yang bersamaan, PKB ikut bergabung dalam [[Poros Tengah]] yang terdiri dari PKB, [[Partai Amanat Nasional|PAN]], [[Partai Keadilan Sejahtera|Partai Keadilan]], [[Partai Persatuan Pembangunan|PPP]] dan [[Partai Bulan Bintang|PBB]].<ref>Gus Nuril Soko Tunggal, Khoerul Rosyadi (2010), ''Ritual Gus Dur dan Rahasia Kewaliannya''. Yogyakarta: Galangpress, hlm. 81.</ref> Setelah MPR menolak pidato pertanggungjawaban Habibie, [[Partai Golongan Karya|Golkar]] memutuskan untuk mendukung [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]]. Pada 7 Oktober 1999, Amien dan [[Poros Tengah]] secara resmi menyatakan Abdurrahman Wahid sebagai calon presiden.<ref>Barton, halaman 281</ref> Pemilihan presiden yang dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 1999 berpihak pada [[Megawati Soekarnoputri|Megawati]] dan [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]] dengan hasil Gus Dur terpilih sebagai presiden dengan perolehan 373 suara, sementara Megawati hanya mendapatkan 313 suara.<ref name="autogenerated32">{{Cite web|title=Indonesia in Transition: The 1999 Presidential Elections|url=http://www.nbr.org/publications/briefing/pdf/brief9.pdf|archive-url=https://web.archive.org/web/20120925021128/http://www.nbr.org/publications/briefing/pdf/brief9.pdf|archive-date=25 September 2012|access-date=29 March 2007|url-status=dead}}</ref> Namun, karena mengetahui kerusuhan yang dilakukan oleh pendukung Megawati karena kekalahannya, [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]] menyadari bahwa Megawati harus menjadi wakil presiden dan PDI-P harus diakui sebagai partai pemenang pemilu. Maka, Gus Dur memerintah PKB untuk mendukung Megawati sebagai calon Wakil Presiden, Megawati kemudian mengalahkan [[Hamzah Haz]] dan berhasil menjadi wakil presiden perempuan pertama di Indonesia. |
|||
=== Pemerintahan Gus Dur & Megawati, perpecahan internal dan Pemilu 2004 === |
|||
PKB dalam sejarah politik Indonesia merupakan partai yang paling dinamis dalam hal sukses penguasaan dan kepemimpinan partai. Saat dibawah kepemimpinan [[Matori Abdul Djalil]] selaku ketua umum pertama PKB, PKB solid hingga mampu mendudukan [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]] selaku deklarator PKB menjadi Presiden RI keempat. Gus Dur membentuk [[Kabinet Persatuan Nasional]] yang dianggotai oleh kader PKB. Diantara lain adalah tokoh seperti [[Muhammad A. S. Hikam|AS Hikam]], [[Khofifah Indar Parawansa]], [[Mahfud MD]] dan [[Muhammad Tholchah Hasan|Muhammad Tolchah Hasan]]. |
|||
Namun pada 2001, [[Pemakzulan Abdurrahman Wahid|Gus Dur dimakzulkan]].<ref>{{Citation|title=Megawati Resmi Menjadi Presiden Indonesia|newspaper=Tempo Interaktif|year=2001|date=23 Juli 2001|url=http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2001/07/23/brk,20010723-69,id.html|accessdate=5 Oktober 2009|archive-date=2010-01-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20100121133356/http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2001/07/23/brk,20010723-69,id.html|dead-url=yes}}</ref> Sebelum Sidang Khusus MPR, anggota PKB setuju untuk tidak hadir sebagai lambang solidaritas. Namun, [[Matori Abdul Djalil]], ketua PKB, bersikeras hadir karena ia adalah Wakil Ketua MPR. Dengan posisinya sebagai Ketua Dewan Syuro, Gus Dur menjatuhkan posisi Matori sebagai Ketua PKB pada tanggal 15 Agustus 2001 dan melarangnya ikut serta dalam aktivitas partai sebelum akhirnya mencabut keanggotaan Matori pada bulan November.<ref>{{Cite web|title=Tempo Interaktif: Matori dipecat dari PKB|url=http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2001/11/15/brk,20011115-05,id.html|archive-url=https://web.archive.org/web/20070930023713/http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2001/11/15/brk,20011115-05,id.html|archive-date=2007-09-30|dead-url=yes|access-date=2009-10-02}}</ref> Pada tanggal 14 Januari 2002, Matori mengadakan Munas Khusus yang dihadiri oleh pendukungnya di PKB. Munas tersebut memilihnya kembali sebagai ketua PKB. Gus Dur membalasnya dengan mengadakan Munasnya sendiri pada tanggal 17 Januari, sehari setelah Munas Matori selesai<ref>{{Cite web|title=UTAMA<!-- Bot generated title -->|url=http://www.indomedia.com/bernas/012002/01/UTAMA/01uta4.htm|archive-url=https://web.archive.org/web/20041020230400/http://www.indomedia.com/bernas/012002/01/UTAMA/01uta4.htm|archive-date=2004-10-20|dead-url=yes|access-date=2009-10-02}}</ref> Musyawarah Nasional memilih kembali Gus Dur sebagai Ketua Dewan Penasihat dan [[Alwi Shihab]] sebagai Ketua PKB. PKB Gus Dur lebih dikenal sebagai PKB Kuningan sementara PKB Matori dikenal sebagai PKB Batutulis.<ref name=":1">{{Cite web|date=2013-12-27|title=Gus Dur berseteru dengan tiga orang ini di PKB|url=https://www.merdeka.com/politik/gus-dur-berseteru-dengan-empat-orang-ini-di-pkb.html|website=merdeka.com|language=id|access-date=2024-03-13}}</ref> [[Matori Abdul Djalil]] menjadi satu satunya anggota PKB yang menjadi menteri di pemerintahan Megawati di [[Kabinet Gotong Royong]]. |
|||
Ketegangan kedua kubu PKB makin memanas setelah jalur musyawarah gagal mempertemukan kedua kubu. Bahkan adanya campur tangan oleh [[Nahdlatul Ulama|NU]] tidak membuahkan hasil. Pada tahun 2002, NU menyatakan menyerah untuk menyelesaikan konflik kedua kubu tersebut<ref>{{Cite web|date=2003-10-14|title=Kiai Langitan Gagal Pertemukan Gus Dur-Matori|url=https://nasional.tempo.co/read/21709/kiai-langitan-gagal-pertemukan-gus-dur-matori|website=Tempo|language=en|access-date=2024-03-13}}</ref> dan kedua kubu kemudian menempuh jalur hukum untuk menentukan siapa yang paling berhak menjadi pimpinan PKB. [[Nahdlatul Ulama|NU]] juga mewanti-wanti kepada [[Megawati Soekarnoputri]] untuk tidak ikut campur tangan dalam konflik internal PKB.<ref name=":0" /> Konflik internal tersebut berlangsung selama 2 tahun dan pada 2003, [[Mahkamah Agung Republik Indonesia|Makhamah Agung]] memenangkan gugatan [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]].<ref name=":1" /><ref>{{Cite web|title=Seperti Matori & Alwi, Muhaimin Belum Tentu Menang di MA|url=https://news.detik.com/berita/d-955768/seperti-matori-alwi-muhaimin-belum-tentu-menang-di-ma|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-03-13}}</ref> [[Matori Abdul Djalil]] yang kalah gugatan MA memutuskan untuk mendirikan partai baru, yakni [[Partai Kejayaan Demokrasi]] (PEKADE).<ref>{{Cite web|last=Indonesia|first=C. N. N.|title=Deretan 75 Parpol yang Berhak Daftar Pemilu 2024|url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220424135247-617-788950/deretan-75-parpol-yang-berhak-daftar-pemilu-2024|website=nasional|language=id-ID|access-date=2024-03-13}}</ref> |
|||
Pada April 2004, PKB berpartisipasi dalam [[Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Indonesia 2004]], memperoleh 10.6% suara. Untuk [[Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2004]], di mana rakyat akan memilih secara langsung, PKB memilih [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]] sebagai calon presiden. Namun, [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]] gagal melewati pemeriksaan medis sehingga [[Komisi Pemilihan Umum]] menolak memasukkannya sebagai calon. Gus Dur lalu mendukung [[Salahuddin Wahid]] yang merupakan pasangan dari [[Wiranto]]. Pada 5 Juli 2004, Wiranto dan Salahuddin Wahid kalah dalam pilpres. Untuk pemilihan kedua antara pasangan [[Susilo Bambang Yudhoyono|Yudhoyono]]-[[Jusuf Kalla|Kalla]] dengan Megawati-[[Hasyim Muzadi|Muzadi]], PKB sempat dilirik dukungan oleh kedua pihak peserta pemilihan presiden.<ref name=":2">{{Cite web|title=Kini SBY dan Mega Tinggal Tunggu Keputusan PKB|url=https://news.detik.com/berita/d-199164/kini-sby-dan-mega-tinggal-tunggu-keputusan-pkb|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-03-13}}</ref> Menurut Wakil Ketua PKB [[Mahfud MD]], PKB memiliki peluang yang sama. Ketiga opsi itu adalah mendukung Mega-Hasyim, mendukung SBY-Kalla, dan bersikap netral. Secara pribadi, Mahfud MD memilih bersikap netral. Namun, sejumlah DPW PKB sudah menyatakan dukungan kepada SBY-Kalla. Namun, ada juga DPW yang menyatakan dukungan Mega-Hasyim.<ref name=":2" /> Namun pada 1 September 2004, Gus Dur dan PKB menyatakan sikap untuk tidak mendukung kedua pihak koalisi dan memperbolehkan kader PKB untuk memilih sesuai hati nurani masing-masing.<ref>{{Cite web|title=Putusan Mukernas: PKB Netral|url=https://news.detik.com/berita/d-200982/putusan-mukernas-pkb-netral|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-03-13}}</ref> |
|||
=== Perpecahan Berlanjutan & Pemilu 2009 === |
|||
PKB mengawali pemerintahan [[Susilo Bambang Yudhoyono|SBY]] sebagai bagian dari oposisi. Pada Agustus 2005, Gus Dur menjadi salah satu pemimpin koalisi politik yang bernama [[Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu]] bersama berbagai tokoh nasional seperti [[Megawati Soekarnoputri|Megawati]], [[Try Sutrisno]], [[Wiranto]] dan [[Akbar Tanjung]]. Koalisi ini kerap mengkritik kebijakan SBY. Namun, PKB kembali mengalami gejolak internal. Konflik kepengurusan tersebut terjadi setelah [[Pemilu 2004]], yakni munculnya PKB versi [[Muhaimin Iskandar]] hasil Muktamar Semarang yang didukung [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]] dan PKB versi [[Choirul Anam]] hasil Muktamar Surabaya tahun 2005. PKB pimpinan [[Choirul Anam]] kemudian berubah menjadi [[Partai Kebangkitan Nasional Ulama]] (PKNU) setelah secara hukum negara mengakui PKB versi Muhaimin. Setelah konflik ini, dinamika PKB relatif mereda sampai 2008.<ref name=":3" /> Sebagai konsekuensi konflik tersebut, Gus Dur memecat [[Alwi Shihab]] dan [[Saifullah Yusuf]] dari kepengurusan PKB.<ref name=":1" /> |
|||
Konflik internal kembali terjadi pada tahun 2008 dengan isu dualisme kepengurusan kembali muncul. Kali ini, ada kepengurusan PKB versi [[Muhaimin Iskandar]] hasil Muktamar Ancol dan PKB versi [[Ali Masykur Musa]] hasil Muktamar Parung, Bogor, yang didukung [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]].<ref name=":3" /> Sebelumnya, memang beredar kabar bahwa alasan pemecatan [[Muhaimin Iskandar|Cak Imin]] karena Cak Imin terlalu dekat dengan Istana.<ref name=":1" /> Gus Dur juga sempat menuding Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]] dan Wakil Presiden [[Jusuf Kalla]] sebagai inisiator konflik PKB.<ref>{{Cite web|date=15 April 2008|title=Gus Dur Sebut SBY-JK Biang Runyam PKB|url=https://nasional.kompas.com/read/2008/04/15/20545640/gus.dur.sebut.sby-jk.biang.runyam.pkb|website=[[Kompas]]|access-date=28 Maret 2024}}</ref> Namun kali ini, [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]] kalah karena pemerintahan SBY mengakui PKB versi Muktamar Ancol.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2008-07-24|title=Pemerintah Akui PKB Muhaimin|url=https://nasional.kompas.com/read/2008/07/25/00305076/index-html|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2024-03-20}}</ref> Perpecahan ini mengakibatkan putri Gus Dur, [[Yenny Wahid]], untuk keluar dari PKB dan membentuk partai baru, yakni [[Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru]] (PKBIB).<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2012-07-10|title=Yenny Wahid-Kartini Sjahrir Bentuk Partai|url=https://nasional.kompas.com/read/2012/07/11/01542763/yenny.wahid-kartini.sjahrir.bentuk.partai|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2024-03-20}}</ref> |
|||
Perpecahan internal yang berlangsung dalam partai memberi imbasan terhadap perolehan suara PKB dalam [[pemilu 2009]]. Berbagai analis prediksi bahwa suara PKB akan merosot tajam akibat konflik diantara [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]] dan [[Muhaimin Iskandar]] yang mengakibatkan basis pemilih dari [[Nahdlatul Ulama|NU]] meninggalkan partai pilihannya untuk partai lain, terutama dengan perkembangan pesat [[Partai Kebangkitan Nasional Ulama|PKNU]] yang mengancam dominasi PKB di kalangan pemilih [[Nahdlatul Ulama|nahdliyin]].<ref>{{Cite web|title=Suara Parpol Islam Diprediksi Merosot pada Pemilu 2009|url=https://news.detik.com/berita/d-889996/suara-parpol-islam-diprediksi-merosot-pada-pemilu-2009|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-03-28}}</ref><ref>{{Cite web|title=Suara PKB Diprediksi Bakal Merosot Tajam|url=https://www.nu.or.id/warta/suara-pkb-diprediksi-bakal-merosot-tajam-RmHam|website=NU Online|language=id-id|access-date=2024-03-28}}</ref> Dalam [[pemilu 2009]], PKB hanya berhasil meraup 4,95% suara nasional dan meraih 27 kursi di [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|DPR]].<ref>{{Cite web|last=Basyari|first=Iqbal|date=2022-09-07|title=Strategi Dua Kaki PKB demi Kuasai 100 Kursi Parlemen|url=https://www.kompas.id/baca/polhuk/2022/09/07/strategi-dua-kaki-pkb-demi-kuasai-100-kursi-parlemen|website=kompas.id|language=id|access-date=2024-03-28}}</ref> Hasil perolehan pemilu 2009 menjadi hasil terburuk yang pernah dicapai oleh PKB selama sejarah elektoralnya. |
|||
=== Kebangkitan kembali & bergabung masuk pemerintahan === |
|||
Sejak kekalahan PKB dalam pemilu legislatif, PKB berusaha memperbaiki jati partai untuk pemilu berikutnya. Hal ini dimulai dalam [[Pemilihan umum Presiden Indonesia 2009|pilpres 2009]], dimana PKB dibawah pimpinan [[Muhaimin Iskandar]] memantapkan dukungan pencalonan kembali [[Susilo Bambang Yudhoyono]] sebagai presiden.<ref>{{Cite web|last=Cahyono|first=Budi|date=6 Mei 2009|title=PKB mantap dukung SBY|url=https://news.solopos.com/pkb-mantab-dukung-sby-132473|website=Solo Pos|access-date=28 Maret 2024}}</ref> Meskipun PKB sempat menyodorkan nama [[Muhaimin Iskandar|Cak Imin]] sebagai calon wakil presiden mendampingi [[Susilo Bambang Yudhoyono|SBY]], PKB menolak melakukan upaya maneuver untuk berhendak demikian dan mendukung penuh pasangan SBY-[[Boediono]].<ref>{{Cite web|title=Mantap Dukung SBY, PKB Tolak Bermanuver ala PKS dan PAN|url=https://news.detik.com/pemilu/d-1117014/mantap-dukung-sby-pkb-tolak-bermanuver-ala-pks-dan-pan|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-03-28}}</ref><ref>{{Cite web|title=PKB Dukung SBY-Boediono|url=https://www.nu.or.id/warta/pkb-dukung-sby-boediono-r2RjX|website=NU Online|language=id-id|access-date=2024-03-28}}</ref> Koalisi SBY yang juga terdiri dari [[Partai Amanat Nasional|PAN]], [[Partai Keadilan Sejahtera|PKS]], dan [[Partai Persatuan Pembangunan|PPP]] memenangkan [[Pemilihan umum Presiden Indonesia 2009|pilpres 2009]] dengan hasil sebesar 60,8% suara nasional atau 73.874.562 suara. [[Muhaimin Iskandar|Cak Imin]] dan kader PKB lainnya, [[Helmy Faishal Zaini]] diangkat sebagai menteri di [[Kabinet Indonesia Bersatu II]]. |
|||
[[Muhaimin Iskandar]] mulai melakukan beberapa upaya memperkuat kembali basis partai. Pada HUT PKB 2010, [[Muhaimin Iskandar|Cak Imin]] menegaskan PKB akan menjadi partai yang berdiri sendiri, bahkan menggalang partai lain.<ref>{{Cite web|title=Cak Imin Sampaikan Terima Kasih Kepada Gus Dur|url=https://news.detik.com/berita/d-1403972/cak-imin-sampaikan-terima-kasih-kepada-gus-dur|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-03-28}}</ref> Ia juga mengajak kader PKB yang sempat berselisih untuk bergabung kembali untuk membesarkan partai.<ref>{{Cite web|title=Muhaimin : Islah PKB Terus Diupayakan|url=https://news.detik.com/berita/d-1289804/muhaimin-islah-pkb-terus-diupayakan|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-03-28}}</ref> Cak Imin juga mengonsolidasi kembali kekuatan basis suara [[Nahdlatul Ulama|nahdliyin]] menjelang pemilu 2014.<ref>{{Cite web|title=Kompasdata {{!}} Strategi PKB Mendongkrak Suara|url=https://data.kompas.id/data-detail/kompas_statistic/64994c1668b0d1e9c9bf0b49|website=data.kompas.id|language=en|access-date=2024-03-28}}</ref> Upaya ini membantu PKB kembali bangkit pada pemilu 2014 dengan meraup 11,29 juta suara (9,04%), dua kali lipat dari perolehan suaranya pada 2009.<ref>{{Cite web|date=2023-12-15|title=Profil PKB: Kendaraan Politik Nahdliyin Berharap Nasib Baik dari Nomor Urut 1|url=https://www.voaindonesia.com/a/profil-pkb-kendaraan-politik-nahdliyin-berharap-nasib-baik-dari-nomor-urut-1/7396113.html|website=VOA Indonesia|language=id|access-date=2024-04-13}}</ref> |
|||
Dalam kontestasi [[Pemilihan umum Presiden Indonesia 2014|Pilpres 2014]], PKB bersama partai PDI-P, [[Partai NasDem|NasDem]] dan [[Partai Hati Nurani Rakyat|Hanura]] mendukung [[Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Gubernur DKI Jakarta]] [[Joko Widodo]] sebagai calon presiden<ref>{{Cite web|last=Hasugian|first=Maria Rita|date=2014-05-11|title=PKB Resmi Dukung Jokowi Jadi Capres|url=https://nasional.tempo.co/read/576870/pkb-resmi-dukung-jokowi-jadi-capres|website=Tempo|language=en|access-date=2024-04-13}}</ref> dan [[Jusuf Kalla]] sebagai calon wakil presiden.<ref>{{Cite web|last=Sulistyawati|first=Anik|date=19 Mei 2014|title=PILPRES 2014 : PDIP, PKB, Hanura, Nasdem Mantap Usung Jokowi-JK|url=https://news.solopos.com/pilpres-2014-pdip-pkb-hanura-nasdem-mantap-usung-jokowi-jk-508645|website=Solopos.com|language=id|access-date=2024-04-13}}</ref> |
|||
== Identitas politik == |
|||
=== Ideologi === |
|||
Undang-Undang Partai Politik Tahun 2008 menyatakan bahwa partai politik diperbolehkan mencantumkan ciri-ciri tertentu yang mencerminkan aspirasi politiknya, sepanjang tidak bertentangan dengan [[Pancasila]] dan [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|UUD 1945]].<ref>{{Cite journal|last=Saifulloh|first=Putra Perdana Ahmad|date=2016|title=Kewajiban Partai Politik Berideologi Pancasila Ditinjau dari Prinsip-Prinsip Negara Hukum Indonesia|url=https://journal.unnes.ac.id/nju/pandecta/article/view/9276|journal=Pandecta Research Law Journal|volume=11|issue=2|pages=174–188|doi=10.15294/pandecta.v11i2.9276|issn=2337-5418}}</ref> Meski berbasis Islam, PKB mengidentifikasi sebagai partai nasionalis religius. Oleh sebab itu, sejak awal pendirian, PKB selalu menyatakan sebagai partai terbuka dalam pengertian lintas agama, suku, ras, dan lintas golongan.<ref>{{Cite web|last=Wulandari|first=Fitri|date=2023-12-15|title=Profil PKB: Kendaraan Politik Nahdliyin Berharap Nasib Baik dari Nomor Urut 1|url=https://www.voaindonesia.com/a/profil-pkb-kendaraan-politik-nahdliyin-berharap-nasib-baik-dari-nomor-urut-1/7396113.html|website=VOA Indonesia}}</ref> PKB kerap berbeda haluan dengan [[Nahdlatul Ulama]] karena meskipun mendukung peran Islam dalam pemerintahan, PKB tidak memiliki dukungan yang sama dengan organisasi lama terhadap [[republik Islam]] yang secara eksplisit.<ref>Evans, Kevin R (2003). ''The history of political parties & general elections in Indonesia''. Jakarta: Arise Consultancies.</ref> Sebagai contoh, PKB mendukung acara [[Miss World 2013]] yang diselenggarakan di [[Bali]] walaupun ditolak oleh [[Nahdlatul Ulama|NU]] dan ormas Islam konservatif lainnya.<ref>{{Cite web|last=TNR|first=Yandi M. rofiyandi|date=2013-09-06|title=PKB Dukung Miss World, Alat Diplomasi Budaya|url=https://nasional.tempo.co/read/511058/pkb-dukung-miss-world-alat-diplomasi-budaya|website=Tempo|language=en|access-date=2024-04-13}}</ref> |
|||
=== Dukungan elektoral === |
|||
Sebagai partai yang didirikan oleh kyai [[Nahdlatul Ulama]], PKB memiliki dukungan historis dengan kalangan ''nahdliyin.'' Partai ini adalah anak kandung dari NU, begitu narasi yang kuat dikumandangkan dari tokoh-tokoh ''nahdliyin.''<ref name=":3">{{Cite web|last=KOMPAS|first=YOHAN WAHYU/Litbang|date=2023-10-22|title=PKB, Mempertahankan Tren Positif Elektoral|url=https://www.kompas.id/baca/riset/2023/10/22/pkb-mempertahankan-tren-positif-elektoral|website=kompas.id|language=id|access-date=2024-03-13}}</ref> Hasil pemilu memperkuat narasi tersebut karena basis pemilih PKB berada di wilayah-wilayah yang memiliki pengaruh kuat dari [[Nahdlatul Ulama|NU]], terutama di [[Jawa Timur]] dan [[Jawa Tengah]]. Hal ini tampak dari porsi sumbangan pemilih dari Jawa Timur dan Jawa Tengah yang lebih besar dibandingkan dengan provinsi lainnya.<ref name=":3" /> Secara sosial ekonomi, mayoritas pemilih PKB yang berpendidikan tinggi meningkat enam kali lipat dibanding pemilu sebelumnya. Jumlah pemilih dari kalangan ibu rumah tangga dan aparat negara juga meningkat cukup signifikan. Di sisi lain, proporsi pemilih PKB yang berwirausaha cenderung berkurang.<ref name=":0" /> |
|||
== Tokoh == |
== Tokoh == |
||
{{main|Tokoh Partai Kebangkitan Bangsa}} |
{{main|Tokoh Partai Kebangkitan Bangsa}} |
||
== Pimpinan == |
== Pimpinan == |
||
{| class="wikitable" |
|||
{{main|Pimpinan Partai Kebangkitan Bangsa}} |
|||
|- |
|||
! No. !! Potret !! Ketua Umum !! Mulai Menjabat !! Akhir Jabatan !! Periode |
|||
|- |
|||
|bgcolor={{Partai Kebangkitan Bangsa/meta/color}}|<center>{{white|'''1'''}} |
|||
| [[Berkas:KGR Matori Abdul Djalil.jpg|70px]] |
|||
| '''[[Matori Abdul Djalil]]'''<br>({{small|1942-2007}}) |
|||
| <center>23 Juli 1998 |
|||
| <center>15 Agustus 2001 |
|||
| rowspan=2|<center>1 |
|||
|- |
|||
|bgcolor={{Partai Kebangkitan Bangsa/meta/color}}|<center>{{white|'''Pjs'''}} |
|||
| rowspan=2|[[Berkas:Alwi Shihab.jpg|70px]] |
|||
| rowspan=2|'''[[Alwi Shihab]]'''<br>({{small|1946-}}) |
|||
| <center>15 Agustus 2001 |
|||
| <center>17 Januari 2002 |
|||
|- |
|||
|bgcolor={{Partai Kebangkitan Bangsa/meta/color}}|<center>{{white|'''2'''}} |
|||
| <center>17 Januari 2002 |
|||
| <center>25 Mei 2005 |
|||
| <center>2 |
|||
|- |
|||
| rowspan=5 bgcolor={{Partai Kebangkitan Bangsa/meta/color}}|<center>{{white|'''3'''}} |
|||
| rowspan=5|[[Berkas:Muhaimin Iskandar, Candidate for Indonesia's Vice President in 2024.jpg|70px]] |
|||
| rowspan=5|'''[[Muhaimin Iskandar]]'''<br>({{small|1966-}}) |
|||
|<center>25 Mei 2005 |
|||
|<center>23 Juli 2010 |
|||
|<center>3 |
|||
|- |
|||
|<center>23 Juli 2010 |
|||
|<center>1 September 2014 |
|||
|<center>4 |
|||
|- |
|||
|<center>1 September 2014 |
|||
|<center>21 Agustus 2019 |
|||
|<center>5 |
|||
|- |
|||
|<center>21 Agustus 2019 |
|||
|<center>24 Agustus 2024 |
|||
|<center>6 |
|||
|- |
|||
|<center>24 Agustus 2024 |
|||
|<center>''Petahana'' |
|||
|<center>7 |
|||
|} |
|||
== Perolehan suara dan kursi == |
== Perolehan suara dan kursi == |
||
=== DPR RI === |
=== DPR RI === |
||
{| class="wikitable" |
|||
{{electiontable|Pemilihan umum legislatif Indonesia 1999}} |
|||
!Pemilu |
|||
'''Perolehan suara Partai Kebangkitan Bangsa pada pemilihan umum legislatif''' |
|||
!Jumlah kursi |
|||
!Jumlah suara |
|||
!Persentase |
|||
!Hasil |
|||
!Urutan |
|||
!Ketua umum |
|||
|- |
|- |
||
![[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1999|1999]] |
|||
! align=left style="background-color:#E9E9E9"|Tahun |
|||
|{{Composition bar|51|462|hex={{party color|National Awakening Party}}}} |
|||
!align=center style="background-color:#E9E9E9"|Suara |
|||
| align="right" |13.336.982 |
|||
!align=center style="background-color:#E9E9E9; width: 3em;"|% |
|||
| align="right" |12,61% |
|||
!align=center style="background-color:#E9E9E9; width: 3em;"|Kursi |
|||
|''Partai baru''; '''Pro-pemerintah''' |
|||
!align=center style="background-color:#E9E9E9; width: 3em;"|% |
|||
| align="center" |4 |
|||
|[[Matori Abdul Djalil]] |
|||
|- |
|- |
||
![[Pemilihan umum legislatif Indonesia 2004|2004]] |
|||
|{{Composition bar|52|550|hex={{party color|National Awakening Party}}}} |
|||
|align=right|13,336,982 |
|||
|align=right| |
| align="right" |11.989.564 |
||
|align=right| |
| align="right" |10,57% |
||
|{{increase}}1 kursi; '''Pro-pemerintah''' |
|||
|align=right|11.03 |
|||
|align= |
| align="center" |3 |
||
|[[Alwi Shihab]] |
|||
|-style="background:#E9E9E9;" |
|||
|- |
|- |
||
![[Pemilihan umum legislatif Indonesia 2009|2009]] |
|||
|{{Composition bar|27|560|hex={{party color|National Awakening Party}}}} |
|||
|align=right|11,989,564 |
|||
|align=right| |
| align="right" |5.146.122 |
||
|align=right| |
| align="right" |4,94% |
||
|{{decrease}}25 kursi; '''Pro-pemerintah''' |
|||
|align=right|9,45 |
|||
|align= |
| align="center" |7 |
||
|[[Muhaimin Iskandar]] |
|||
|- |
|- |
||
![[Pemilihan umum legislatif Indonesia 2014|2014]] |
|||
|{{Composition bar|47|560|hex={{party color|National Awakening Party}}}} |
|||
|align=right|5,146,122 |
|||
|align=right| |
| align="right" |11.298.957 |
||
|align=right| |
| align="right" |9,04% |
||
|{{increase}}20 kursi; '''Pro-pemerintah''' |
|||
|align=right|4,82 |
|||
|align= |
| align="center" |5 |
||
|[[Muhaimin Iskandar]] |
|||
|- |
|- |
||
![[Pemilihan umum legislatif Indonesia 2019|2019]] |
|||
|{{Composition bar|58|575|hex={{party color|National Awakening Party}}}} |
|||
|align=right|11,298,957 |
|||
|align=right| |
| align="right" |13.570.097 |
||
|align=right| |
| align="right" |9,69% |
||
|{{increase}}11 kursi; '''Pro-pemerintah''' |
|||
|align=right|8,40 |
|||
|align= |
| align="center" |5 |
||
|[[Muhaimin Iskandar]] |
|||
|- |
|- |
||
![[Pemilihan umum legislatif Indonesia 2024|2024]] |
|||
|{{Composition bar|68|580|hex={{party color|National Awakening Party}}}} |
|||
|align=right|13,570,097 |
|||
|align=right| |
| align="right" |16.115.655 |
||
|align=right| |
| align="right" |10,62% |
||
|{{increase}}10 kursi; '''Pro-pemerintah''' |
|||
|align=right|10,09 |
|||
|align= |
| align="center" |5 |
||
|[[Muhaimin Iskandar]] |
|||
|} |
|} |
||
<noinclude> |
|||
=== DPRD Provinsi === |
=== DPRD Provinsi === |
||
Pada [[Pemilu |
Pada [[Pemilu 2024]], PKB berhasil mendudukkan 220 kadernya menjadi anggota DPRD Provinsi di 37 provinsi. Selain itu, PKB berhasil mendudukkan kadernya sebagai Ketua [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Timur|DPRD Provinsi Jawa Timur]]. |
||
{| class=wikitable |
{| class=wikitable |
||
! Pemilu |
! Pemilu |
||
Baris 96: | Baris 207: | ||
| align=center|''tidak ada'' |
| align=center|''tidak ada'' |
||
| Tidak memiliki perwakilan di [[DPRD Provinsi]] [[Bali]] dan [[Kepulauan Bangka Belitung]]. |
| Tidak memiliki perwakilan di [[DPRD Provinsi]] [[Bali]] dan [[Kepulauan Bangka Belitung]]. |
||
|- |
|||
| align=center|[[Pemilihan umum legislatif Indonesia 2024|2024]] |
|||
| align=center|{{kenaikan}} 220 |
|||
| align=center|{{kenaikan}} 37 |
|||
| align=center|[[Jawa Timur]] |
|||
| Tidak memiliki perwakilan di [[DPRD Provinsi]] [[Bali]]. |
|||
|} |
|} |
||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
{{references}} |
{{references}} |
||
Baris 116: | Baris 234: | ||
[[Kategori:Partai Kebangkitan Bangsa| ]] |
[[Kategori:Partai Kebangkitan Bangsa| ]] |
||
[[Kategori:Partai politik di Indonesia|Kebangkitan Bangsa]] |
[[Kategori:Partai politik di Indonesia|Kebangkitan Bangsa]] |
||
[[Kategori:Partai Islam|Kebangkitan Bangsa]] |
|||
[[Kategori:Partai konservatif nasional|Kebangkitan Bangsa]] |
|||
[[Kategori:Partai liberal|Kebangkitan Bangsa]] |
|||
[[Kategori:Partai politik yang didirikan tahun 1998]] |
[[Kategori:Partai politik yang didirikan tahun 1998]] |
||
[[Kategori:Partai politik peserta pemilihan umum legislatif Indonesia 1999]] |
[[Kategori:Partai politik peserta pemilihan umum legislatif Indonesia 1999]] |
Revisi terkini sejak 17 November 2024 05.28
Partai Kebangkitan Bangsa | |
---|---|
Singkatan | PKB |
Ketua umum | Muhaimin Iskandar |
Sekretaris Jenderal | Hasanuddin Wahid |
Wakil Ketua Umum | Ma'ruf Amin |
Ketua Fraksi di DPR | Jazilul Fawaid |
Dibentuk | 23 Juli 1998 |
Kantor pusat | Jalan Raden Saleh No. 9, Senen, Jakarta Pusat 10430 |
Sayap pemuda | Garda Bangsa |
Sayap wanita | Perempuan Bangsa |
Keanggotaan | 386.021 (2023) |
Ideologi | Pancasila[1] Demokrasi Islam[2] Nasionalisme[2] Konservatisme bangsa Liberalisme[3] Pluralisme |
Posisi politik | Tengah[4] |
Afiliasi internasional | Sentris Demokrat Internasional Uni Demokrat Internasional Dewan Liberal dan Demokrat Asia[5] Persatuan Demokrat Asia Pasifik |
Kursi di DPR | 68 / 580 |
Kursi di DPRD I | 220 / 2.372 |
Kursi di DPRD II | 1.833 / 17.510 |
Situs web | |
pkb | |
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), adalah sebuah partai politik di Indonesia berideologi moderat, artinya partai Muslim tetapi tidak Islamis.[2] Partai ini didirikan oleh Presiden Indonesia ke-4 Abdurrahman Wahid di Jakarta pada 23 Juli 1998 (29 Rabi'ul Awal 1419 Hijriah) yang mendapat dukungan kuat dari kiai-kiai Nahdlatul Ulama, seperti Munasir Ali, Ilyas Ruhiat, Mustofa Bisri dan Muchith Muzadi.[6]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pembentukan partai
[sunting | sunting sumber]Pembentukan Partai Kebangkitan Bangsa berawal pada pertemuan para kiai Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur yang diasuh oleh Kiai Haji Abdullah Faqih. Dalam pertemuan pada Mei 1998 membicarakan mengenai situasi terakhir negeri dan perlu adanya perubahan besar untuk menyelamatkan bangsa dari kehancuran. Mereka mengembangkan pernyataan resmi, yang dikirim oleh Kyai Muchid Muzadi dari Jember dan Gus Yusuf Muhammad untuk disampaikan kepada Presiden Soeharto. Namun sebelum mereka sempat menyampaikan pernyataan tersebut, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998.
Tidak lama setelah rezim Orde Baru lengser, digelar istighosah akbar Jawa Timur yang mengumpulkan para kiai Nahdlatul Ulama dikantor Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur dan meminta K.H Muhammad Cholil Bisri dari Rembang, Jawa Tengah untuk menggagas pendirian partai untuk wadah aspirasi politik NU. Awalnya, Cholil menolak langkah tersebut karena Cholil masih ingin fokus di pesantren. Namun, Bisri akhirnya mengalah dan menerima peran kepemimpinan dalam partai yang akan dibentuk tersebut.
Seminggu kemudian, pada 6 Juni, Cholil Bisri bertemu dengan para kyai guna membicarakan pembentukan partai baru tersebut. Undangan telah disampaikan melalui telepon dan lebih dari 200 kyai menghadiri pertemuan yang digelar di rumah Cholil Bisri di Leteh, Rembang, Jawa Tengah. Rapat ini menghasilkan pembentukan “Panitia Tetap” yang beranggotakan 11 orang, dengan Bisri sebagai ketua dan Gus Yus sebagai sekretaris. Secara bergantian, panitia ini bekerja secara maraton, menyiapkan platform dan komponen partai, termasuk logo yang akan menjadi lambang partai. Logo tersebut dibuat oleh KH A. Mustofa Bisri.
Pengurus Tetap dan perwakilan NU mengadakan konferensi besar di Bandung, pada tanggal 4 Juli 1998, yang dihadiri oleh 27 perwakilan daerah. Dalam pembahasan nama organisasi tersebut, berbagai nama yang diusulkan adalah “Partai Kebangkitan Bangsa”, “Partai Kebangkitan Nahdlatul Ummah” dan “Partai Ummat”. Nama yang dipilih sebagai nama resmi partai adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Deklarasi partai berjumlah 72 orang yang mewakili usia organisasi NU, terdiri dari Tim Panitia Tetap (11), Tim Pendamping Lajnah (14), Tim NU (5), Tim Pendamping NU (7), dan dua orang Wakil. dari masing-masing 27 wilayah (27 x 2). Ke-72 pendiri menandatangani Platform Partai dan komponen-komponennya. Namun setelahnya, PBNU memutuskan hanya lima orang yang bisa menjadi pengusung partai tersebut. Kelimanya adalah Munasir Ali, Ilyas Ruhiat, Muchid Muzadi, KH A. Mustofa Bisri, dan Abddurahman Wahid yang merupakan Ketua Umum PBNU. 72 nama asli deklarasi partai itu dihapus PBNU.
Usai pembentukan partai, deklarasi pun dilaksanakan di Jakarta pada 29 Rabiul Awal 1419 H atau 23 Juli 1998.[7] Setelah pendeklarasian tersebut, PKB bersiap dalam menghadapi Pemilihan Umum 1999 dengan sistem yang tidak berbeda jauh dari Pemilu pertama tahun 1955 dan 1971.
Mengikuti pemilihan umum
[sunting | sunting sumber]PKB berpartisipasi dalam Pemilu 1999 dan berhasil memenangkan 12,61% suara nasional atau sebanyak 51 kursi. PKB berhasil mengalahkan suara PPP, partai islam yang dominan dalam sejarah Orde Baru dan menempati posisi ketiga setelah PDI-P dan Golkar.[8] PKB berhasil membangun kembali kepercayaan diri dari kalangan Nahdliyin dalam bidang politik yang sudah lama terpengaruh sejak era Orde Baru. Keberhasilan yang telah dipersiapkan selama satu tahun tidak terlepas dari peran para ulama NU yang memberi dukungan penuh terhadap partai. Namun dibandingkan dengan jumlah kursi di DPR, PKB masih belum melampaui PPP karena PKB hanya mendapatkan 51 kursi dibandingkan 57 kursi yang diraih PPP.[8]
Menjelang pemilihan presiden 1999, PKB dibawah pimpinan Gus Dur sempat mempertimbangkan untuk membentuk koalisi politik dengan Megawati Soekarnoputri dari PDI-P dan Amien Rais dari PAN, juga sebuah partai baru yang muncul menjelang Pemilu 1999, untuk melawan Presiden Habibie dan Golkar. Pada bulan Mei, Alwi Shihab mengadakan konferensi pers di rumahnya di mana Megawati, Wahid dan Amien akan mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama. Di menit-menit terakhir, Megawati memilih untuk tidak hadir, karena dia memutuskan tidak bisa mempercayai Amien.[9]
Untuk persiapan Sidang Umum MPR 1999, PKB membentuk koalisi longgar dengan PDI-P. Koalisi longgar tersebut diuji pada saat memilih Ketua DPR. PDI-P mendukung Ketua Umum PKB Matori Abdul Djalil untuk merebut posisi tersebut, namun Matori Abdul Djalil dikalahkan oleh Akbar Tanjung yang didukung oleh Golkar dan Poros Tengah yang dibentuk oleh Amien Rais.[10] Di saat yang bersamaan, PKB ikut bergabung dalam Poros Tengah yang terdiri dari PKB, PAN, Partai Keadilan, PPP dan PBB.[11] Setelah MPR menolak pidato pertanggungjawaban Habibie, Golkar memutuskan untuk mendukung Gus Dur. Pada 7 Oktober 1999, Amien dan Poros Tengah secara resmi menyatakan Abdurrahman Wahid sebagai calon presiden.[12] Pemilihan presiden yang dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 1999 berpihak pada Megawati dan Gus Dur dengan hasil Gus Dur terpilih sebagai presiden dengan perolehan 373 suara, sementara Megawati hanya mendapatkan 313 suara.[13] Namun, karena mengetahui kerusuhan yang dilakukan oleh pendukung Megawati karena kekalahannya, Gus Dur menyadari bahwa Megawati harus menjadi wakil presiden dan PDI-P harus diakui sebagai partai pemenang pemilu. Maka, Gus Dur memerintah PKB untuk mendukung Megawati sebagai calon Wakil Presiden, Megawati kemudian mengalahkan Hamzah Haz dan berhasil menjadi wakil presiden perempuan pertama di Indonesia.
Pemerintahan Gus Dur & Megawati, perpecahan internal dan Pemilu 2004
[sunting | sunting sumber]PKB dalam sejarah politik Indonesia merupakan partai yang paling dinamis dalam hal sukses penguasaan dan kepemimpinan partai. Saat dibawah kepemimpinan Matori Abdul Djalil selaku ketua umum pertama PKB, PKB solid hingga mampu mendudukan Gus Dur selaku deklarator PKB menjadi Presiden RI keempat. Gus Dur membentuk Kabinet Persatuan Nasional yang dianggotai oleh kader PKB. Diantara lain adalah tokoh seperti AS Hikam, Khofifah Indar Parawansa, Mahfud MD dan Muhammad Tolchah Hasan.
Namun pada 2001, Gus Dur dimakzulkan.[14] Sebelum Sidang Khusus MPR, anggota PKB setuju untuk tidak hadir sebagai lambang solidaritas. Namun, Matori Abdul Djalil, ketua PKB, bersikeras hadir karena ia adalah Wakil Ketua MPR. Dengan posisinya sebagai Ketua Dewan Syuro, Gus Dur menjatuhkan posisi Matori sebagai Ketua PKB pada tanggal 15 Agustus 2001 dan melarangnya ikut serta dalam aktivitas partai sebelum akhirnya mencabut keanggotaan Matori pada bulan November.[15] Pada tanggal 14 Januari 2002, Matori mengadakan Munas Khusus yang dihadiri oleh pendukungnya di PKB. Munas tersebut memilihnya kembali sebagai ketua PKB. Gus Dur membalasnya dengan mengadakan Munasnya sendiri pada tanggal 17 Januari, sehari setelah Munas Matori selesai[16] Musyawarah Nasional memilih kembali Gus Dur sebagai Ketua Dewan Penasihat dan Alwi Shihab sebagai Ketua PKB. PKB Gus Dur lebih dikenal sebagai PKB Kuningan sementara PKB Matori dikenal sebagai PKB Batutulis.[17] Matori Abdul Djalil menjadi satu satunya anggota PKB yang menjadi menteri di pemerintahan Megawati di Kabinet Gotong Royong.
Ketegangan kedua kubu PKB makin memanas setelah jalur musyawarah gagal mempertemukan kedua kubu. Bahkan adanya campur tangan oleh NU tidak membuahkan hasil. Pada tahun 2002, NU menyatakan menyerah untuk menyelesaikan konflik kedua kubu tersebut[18] dan kedua kubu kemudian menempuh jalur hukum untuk menentukan siapa yang paling berhak menjadi pimpinan PKB. NU juga mewanti-wanti kepada Megawati Soekarnoputri untuk tidak ikut campur tangan dalam konflik internal PKB.[8] Konflik internal tersebut berlangsung selama 2 tahun dan pada 2003, Makhamah Agung memenangkan gugatan Gus Dur.[17][19] Matori Abdul Djalil yang kalah gugatan MA memutuskan untuk mendirikan partai baru, yakni Partai Kejayaan Demokrasi (PEKADE).[20]
Pada April 2004, PKB berpartisipasi dalam Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Indonesia 2004, memperoleh 10.6% suara. Untuk Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2004, di mana rakyat akan memilih secara langsung, PKB memilih Gus Dur sebagai calon presiden. Namun, Gus Dur gagal melewati pemeriksaan medis sehingga Komisi Pemilihan Umum menolak memasukkannya sebagai calon. Gus Dur lalu mendukung Salahuddin Wahid yang merupakan pasangan dari Wiranto. Pada 5 Juli 2004, Wiranto dan Salahuddin Wahid kalah dalam pilpres. Untuk pemilihan kedua antara pasangan Yudhoyono-Kalla dengan Megawati-Muzadi, PKB sempat dilirik dukungan oleh kedua pihak peserta pemilihan presiden.[21] Menurut Wakil Ketua PKB Mahfud MD, PKB memiliki peluang yang sama. Ketiga opsi itu adalah mendukung Mega-Hasyim, mendukung SBY-Kalla, dan bersikap netral. Secara pribadi, Mahfud MD memilih bersikap netral. Namun, sejumlah DPW PKB sudah menyatakan dukungan kepada SBY-Kalla. Namun, ada juga DPW yang menyatakan dukungan Mega-Hasyim.[21] Namun pada 1 September 2004, Gus Dur dan PKB menyatakan sikap untuk tidak mendukung kedua pihak koalisi dan memperbolehkan kader PKB untuk memilih sesuai hati nurani masing-masing.[22]
Perpecahan Berlanjutan & Pemilu 2009
[sunting | sunting sumber]PKB mengawali pemerintahan SBY sebagai bagian dari oposisi. Pada Agustus 2005, Gus Dur menjadi salah satu pemimpin koalisi politik yang bernama Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu bersama berbagai tokoh nasional seperti Megawati, Try Sutrisno, Wiranto dan Akbar Tanjung. Koalisi ini kerap mengkritik kebijakan SBY. Namun, PKB kembali mengalami gejolak internal. Konflik kepengurusan tersebut terjadi setelah Pemilu 2004, yakni munculnya PKB versi Muhaimin Iskandar hasil Muktamar Semarang yang didukung Gus Dur dan PKB versi Choirul Anam hasil Muktamar Surabaya tahun 2005. PKB pimpinan Choirul Anam kemudian berubah menjadi Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) setelah secara hukum negara mengakui PKB versi Muhaimin. Setelah konflik ini, dinamika PKB relatif mereda sampai 2008.[23] Sebagai konsekuensi konflik tersebut, Gus Dur memecat Alwi Shihab dan Saifullah Yusuf dari kepengurusan PKB.[17]
Konflik internal kembali terjadi pada tahun 2008 dengan isu dualisme kepengurusan kembali muncul. Kali ini, ada kepengurusan PKB versi Muhaimin Iskandar hasil Muktamar Ancol dan PKB versi Ali Masykur Musa hasil Muktamar Parung, Bogor, yang didukung Gus Dur.[23] Sebelumnya, memang beredar kabar bahwa alasan pemecatan Cak Imin karena Cak Imin terlalu dekat dengan Istana.[17] Gus Dur juga sempat menuding Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai inisiator konflik PKB.[24] Namun kali ini, Gus Dur kalah karena pemerintahan SBY mengakui PKB versi Muktamar Ancol.[25] Perpecahan ini mengakibatkan putri Gus Dur, Yenny Wahid, untuk keluar dari PKB dan membentuk partai baru, yakni Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB).[26]
Perpecahan internal yang berlangsung dalam partai memberi imbasan terhadap perolehan suara PKB dalam pemilu 2009. Berbagai analis prediksi bahwa suara PKB akan merosot tajam akibat konflik diantara Gus Dur dan Muhaimin Iskandar yang mengakibatkan basis pemilih dari NU meninggalkan partai pilihannya untuk partai lain, terutama dengan perkembangan pesat PKNU yang mengancam dominasi PKB di kalangan pemilih nahdliyin.[27][28] Dalam pemilu 2009, PKB hanya berhasil meraup 4,95% suara nasional dan meraih 27 kursi di DPR.[29] Hasil perolehan pemilu 2009 menjadi hasil terburuk yang pernah dicapai oleh PKB selama sejarah elektoralnya.
Kebangkitan kembali & bergabung masuk pemerintahan
[sunting | sunting sumber]Sejak kekalahan PKB dalam pemilu legislatif, PKB berusaha memperbaiki jati partai untuk pemilu berikutnya. Hal ini dimulai dalam pilpres 2009, dimana PKB dibawah pimpinan Muhaimin Iskandar memantapkan dukungan pencalonan kembali Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden.[30] Meskipun PKB sempat menyodorkan nama Cak Imin sebagai calon wakil presiden mendampingi SBY, PKB menolak melakukan upaya maneuver untuk berhendak demikian dan mendukung penuh pasangan SBY-Boediono.[31][32] Koalisi SBY yang juga terdiri dari PAN, PKS, dan PPP memenangkan pilpres 2009 dengan hasil sebesar 60,8% suara nasional atau 73.874.562 suara. Cak Imin dan kader PKB lainnya, Helmy Faishal Zaini diangkat sebagai menteri di Kabinet Indonesia Bersatu II.
Muhaimin Iskandar mulai melakukan beberapa upaya memperkuat kembali basis partai. Pada HUT PKB 2010, Cak Imin menegaskan PKB akan menjadi partai yang berdiri sendiri, bahkan menggalang partai lain.[33] Ia juga mengajak kader PKB yang sempat berselisih untuk bergabung kembali untuk membesarkan partai.[34] Cak Imin juga mengonsolidasi kembali kekuatan basis suara nahdliyin menjelang pemilu 2014.[35] Upaya ini membantu PKB kembali bangkit pada pemilu 2014 dengan meraup 11,29 juta suara (9,04%), dua kali lipat dari perolehan suaranya pada 2009.[36]
Dalam kontestasi Pilpres 2014, PKB bersama partai PDI-P, NasDem dan Hanura mendukung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon presiden[37] dan Jusuf Kalla sebagai calon wakil presiden.[38]
Identitas politik
[sunting | sunting sumber]Ideologi
[sunting | sunting sumber]Undang-Undang Partai Politik Tahun 2008 menyatakan bahwa partai politik diperbolehkan mencantumkan ciri-ciri tertentu yang mencerminkan aspirasi politiknya, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.[39] Meski berbasis Islam, PKB mengidentifikasi sebagai partai nasionalis religius. Oleh sebab itu, sejak awal pendirian, PKB selalu menyatakan sebagai partai terbuka dalam pengertian lintas agama, suku, ras, dan lintas golongan.[40] PKB kerap berbeda haluan dengan Nahdlatul Ulama karena meskipun mendukung peran Islam dalam pemerintahan, PKB tidak memiliki dukungan yang sama dengan organisasi lama terhadap republik Islam yang secara eksplisit.[41] Sebagai contoh, PKB mendukung acara Miss World 2013 yang diselenggarakan di Bali walaupun ditolak oleh NU dan ormas Islam konservatif lainnya.[42]
Dukungan elektoral
[sunting | sunting sumber]Sebagai partai yang didirikan oleh kyai Nahdlatul Ulama, PKB memiliki dukungan historis dengan kalangan nahdliyin. Partai ini adalah anak kandung dari NU, begitu narasi yang kuat dikumandangkan dari tokoh-tokoh nahdliyin.[23] Hasil pemilu memperkuat narasi tersebut karena basis pemilih PKB berada di wilayah-wilayah yang memiliki pengaruh kuat dari NU, terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hal ini tampak dari porsi sumbangan pemilih dari Jawa Timur dan Jawa Tengah yang lebih besar dibandingkan dengan provinsi lainnya.[23] Secara sosial ekonomi, mayoritas pemilih PKB yang berpendidikan tinggi meningkat enam kali lipat dibanding pemilu sebelumnya. Jumlah pemilih dari kalangan ibu rumah tangga dan aparat negara juga meningkat cukup signifikan. Di sisi lain, proporsi pemilih PKB yang berwirausaha cenderung berkurang.[8]
Tokoh
[sunting | sunting sumber]Pimpinan
[sunting | sunting sumber]No. | Potret | Ketua Umum | Mulai Menjabat | Akhir Jabatan | Periode |
---|---|---|---|---|---|
Matori Abdul Djalil (1942-2007) |
|||||
Alwi Shihab (1946-) |
|||||
Muhaimin Iskandar (1966-) |
|||||
Perolehan suara dan kursi
[sunting | sunting sumber]DPR RI
[sunting | sunting sumber]Pemilu | Jumlah kursi | Jumlah suara | Persentase | Hasil | Urutan | Ketua umum |
---|---|---|---|---|---|---|
1999 | 51 / 462
|
13.336.982 | 12,61% | Partai baru; Pro-pemerintah | 4 | Matori Abdul Djalil |
2004 | 52 / 550
|
11.989.564 | 10,57% | 1 kursi; Pro-pemerintah | 3 | Alwi Shihab |
2009 | 27 / 560
|
5.146.122 | 4,94% | 25 kursi; Pro-pemerintah | 7 | Muhaimin Iskandar |
2014 | 47 / 560
|
11.298.957 | 9,04% | 20 kursi; Pro-pemerintah | 5 | Muhaimin Iskandar |
2019 | 58 / 575
|
13.570.097 | 9,69% | 11 kursi; Pro-pemerintah | 5 | Muhaimin Iskandar |
2024 | 68 / 580
|
16.115.655 | 10,62% | 10 kursi; Pro-pemerintah | 5 | Muhaimin Iskandar |
DPRD Provinsi
[sunting | sunting sumber]Pada Pemilu 2024, PKB berhasil mendudukkan 220 kadernya menjadi anggota DPRD Provinsi di 37 provinsi. Selain itu, PKB berhasil mendudukkan kadernya sebagai Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur.
Pemilu | Perolehan Kursi |
Jumlah Provinsi |
Provinsi Juara |
Keterangan |
---|---|---|---|---|
2014 | 145 | 32 | Jawa Timur | Tidak memiliki perwakilan di DPRD Provinsi Bali dan Sulawesi Utara. |
2019 | 180 | 32 | tidak ada | Tidak memiliki perwakilan di DPRD Provinsi Bali dan Kepulauan Bangka Belitung. |
2024 | 220 | 37 | Jawa Timur | Tidak memiliki perwakilan di DPRD Provinsi Bali. |
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Nurjaman, Asep (2009). "Peta Baru Ideologi Partai Politik Indonesia". Bestari. Diakses tanggal 2024-03-01 – via Neliti.com.
- ^ a b c King, Blair A. (2011). "Chapter 4. Government and Politics". Dalam Frederick, William H.; Worden, Robert L. Indonesia: A Country Study. Area handbook series, 39 (dalam bahasa Inggris). Library of Congress, Federal Research Division (edisi ke-6). Washington, DC: U.S. Government Printing Office. hlm. 263. ISBN 978-0-8444-0790-6.
- ^ "Nation Awakening Party". cald.org (dalam bahasa Inggris). Council of Asian Liberals and Democrats. 2016. Diakses tanggal 2024-03-01.
- ^ "Guide to the 2019 Indonesian elections: A little psephology". Oktober 2018.
- ^ "PKB Becomes Full CALD Member". cald.org (dalam bahasa Inggris). Council of Asian Liberals and Democrats. Diakses tanggal 2024-03-01.
- ^ https://radarseluma.disway.id/read/662649/gus-dur-peran-pkb-dalam-politik-indonesia
- ^ "Sejarah Pendirian". Partai Kebangkitan Bangsa. Diakses tanggal 2024-03-12.
- ^ a b c d "Partai Kebangkitan Bangsa". Kompaspedia. 2021-12-27. Diakses tanggal 2024-03-12.
- ^ Barton, Greg (2002). Abdurrahman Wahid: Muslim Democrat, Indonesian President. Singapore: UNSW Press. hlm. 270. ISBN 0-86840-405-5.
- ^ "Indonesia in Transition: The 1999 Presidential Elections" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 September 2012. Diakses tanggal 29 March 2007.
- ^ Gus Nuril Soko Tunggal, Khoerul Rosyadi (2010), Ritual Gus Dur dan Rahasia Kewaliannya. Yogyakarta: Galangpress, hlm. 81.
- ^ Barton, halaman 281
- ^ "Indonesia in Transition: The 1999 Presidential Elections" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 September 2012. Diakses tanggal 29 March 2007.
- ^ "Megawati Resmi Menjadi Presiden Indonesia", Tempo Interaktif, 23 Juli 2001, diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-21, diakses tanggal 5 Oktober 2009
- ^ "Tempo Interaktif: Matori dipecat dari PKB". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-30. Diakses tanggal 2009-10-02.
- ^ "UTAMA". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2004-10-20. Diakses tanggal 2009-10-02.
- ^ a b c d "Gus Dur berseteru dengan tiga orang ini di PKB". merdeka.com. 2013-12-27. Diakses tanggal 2024-03-13.
- ^ "Kiai Langitan Gagal Pertemukan Gus Dur-Matori". Tempo (dalam bahasa Inggris). 2003-10-14. Diakses tanggal 2024-03-13.
- ^ "Seperti Matori & Alwi, Muhaimin Belum Tentu Menang di MA". detiknews. Diakses tanggal 2024-03-13.
- ^ Indonesia, C. N. N. "Deretan 75 Parpol yang Berhak Daftar Pemilu 2024". nasional. Diakses tanggal 2024-03-13.
- ^ a b "Kini SBY dan Mega Tinggal Tunggu Keputusan PKB". detiknews. Diakses tanggal 2024-03-13.
- ^ "Putusan Mukernas: PKB Netral". detiknews. Diakses tanggal 2024-03-13.
- ^ a b c d KOMPAS, YOHAN WAHYU/Litbang (2023-10-22). "PKB, Mempertahankan Tren Positif Elektoral". kompas.id. Diakses tanggal 2024-03-13.
- ^ "Gus Dur Sebut SBY-JK Biang Runyam PKB". Kompas. 15 April 2008. Diakses tanggal 28 Maret 2024.
- ^ Media, Kompas Cyber (2008-07-24). "Pemerintah Akui PKB Muhaimin". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-03-20.
- ^ Media, Kompas Cyber (2012-07-10). "Yenny Wahid-Kartini Sjahrir Bentuk Partai". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-03-20.
- ^ "Suara Parpol Islam Diprediksi Merosot pada Pemilu 2009". detiknews. Diakses tanggal 2024-03-28.
- ^ "Suara PKB Diprediksi Bakal Merosot Tajam". NU Online. Diakses tanggal 2024-03-28.
- ^ Basyari, Iqbal (2022-09-07). "Strategi Dua Kaki PKB demi Kuasai 100 Kursi Parlemen". kompas.id. Diakses tanggal 2024-03-28.
- ^ Cahyono, Budi (6 Mei 2009). "PKB mantap dukung SBY". Solo Pos. Diakses tanggal 28 Maret 2024.
- ^ "Mantap Dukung SBY, PKB Tolak Bermanuver ala PKS dan PAN". detiknews. Diakses tanggal 2024-03-28.
- ^ "PKB Dukung SBY-Boediono". NU Online. Diakses tanggal 2024-03-28.
- ^ "Cak Imin Sampaikan Terima Kasih Kepada Gus Dur". detiknews. Diakses tanggal 2024-03-28.
- ^ "Muhaimin : Islah PKB Terus Diupayakan". detiknews. Diakses tanggal 2024-03-28.
- ^ "Kompasdata | Strategi PKB Mendongkrak Suara". data.kompas.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-03-28.
- ^ "Profil PKB: Kendaraan Politik Nahdliyin Berharap Nasib Baik dari Nomor Urut 1". VOA Indonesia. 2023-12-15. Diakses tanggal 2024-04-13.
- ^ Hasugian, Maria Rita (2014-05-11). "PKB Resmi Dukung Jokowi Jadi Capres". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-04-13.
- ^ Sulistyawati, Anik (19 Mei 2014). "PILPRES 2014 : PDIP, PKB, Hanura, Nasdem Mantap Usung Jokowi-JK". Solopos.com. Diakses tanggal 2024-04-13.
- ^ Saifulloh, Putra Perdana Ahmad (2016). "Kewajiban Partai Politik Berideologi Pancasila Ditinjau dari Prinsip-Prinsip Negara Hukum Indonesia". Pandecta Research Law Journal. 11 (2): 174–188. doi:10.15294/pandecta.v11i2.9276. ISSN 2337-5418.
- ^ Wulandari, Fitri (2023-12-15). "Profil PKB: Kendaraan Politik Nahdliyin Berharap Nasib Baik dari Nomor Urut 1". VOA Indonesia.
- ^ Evans, Kevin R (2003). The history of political parties & general elections in Indonesia. Jakarta: Arise Consultancies.
- ^ TNR, Yandi M. rofiyandi (2013-09-06). "PKB Dukung Miss World, Alat Diplomasi Budaya". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-04-13.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Partai Kebangkitan Bangsa
- Partai politik di Indonesia
- Partai Islam
- Partai konservatif nasional
- Partai liberal
- Partai politik yang didirikan tahun 1998
- Partai politik peserta pemilihan umum legislatif Indonesia 1999
- Partai politik peserta pemilihan umum legislatif Indonesia 2004
- Partai politik peserta pemilihan umum legislatif Indonesia 2009
- Partai politik peserta pemilihan umum legislatif Indonesia 2014
- Partai politik peserta pemilihan umum legislatif Indonesia 2019
- Partai politik peserta pemilihan umum legislatif Indonesia 2024