Lompat ke isi

Kabupaten Tanah Bumbu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Borneorigin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Angayubagia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(167 revisi perantara oleh 61 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Dati2
{{Dati2
| nama=Kabupaten Tanah Bumbu
|settlement_type = Kabupaten
|nama = Kabupaten Tanah Bumbu
| propinsi=[[Kalimantan Selatan]]
|translit_lang1_type = [[Jawi]] Banjar
| ibukota=[[Batulicin, Tanah Bumbu|Batulicin]]
|translit_lang1_info = كابوڤاتين تانه بومبو
| luas= 5066.96
|foto =
| penduduk= 267913
|caption = [[Masjid Ziyadatul Abrar]] di Pagatan
| penduduktahun= (2010)
|propinsi = [[Kalimantan Selatan]]
| kepadatan= 53
|ibukota = [[Batulicin, Tanah Bumbu|Batulicin]]
| kecamatan=10
|lambang = Lambang Kabupaten Tanah Bumbu.jpg
| kelurahan=
|peta =
| kodearea=
|dasar hukum = UU No. 2 Tahun 2002
| dau = Rp. 283.283.503.000,-
|tanggal = [[20 Maret]] [[2002]]
| dauref =(2011)<ref>{{cite web|url=http://www.djpk.depkeu.go.id/regulation/27/tahun/2011/bulan/02/tanggal/17/id/590/|title=Perpres No. 6 Tahun 2011|date=2011-02-17|accessdate=2011-05-23}}</ref>
|hari jadi = {{birth date and age|2003|4|08}}
| lambang=[[Berkas:Lambang_Kabupaten_Tanah_Bumbu2.gif]]
|motto = '''Bersujud'''{{br}}<small>''artinya:'' Bersih, jujur, dan adil</small>
| peta= [[Berkas:Lokasi Kalimantan Selatan Kabupaten Tanah Bumbu.svg‎|300px]]
|kecamatan = 12
| koordinat= 2,52' - 3,47' LS dan 115,15' - 116,04' BT
|kelurahan = 5
| dasar hukum=
|desa = 152
| tanggal=
|kepala daerah = [[Daftar Bupati Tanah Bumbu|Bupati]]
| motto= Bersujud
| kepala daerah=[[Bupati]]
|wakil kepala daerah = [[Wakil Bupati]]
| nama kepala daerah=[[Mardani H. Maming]]
|nama kepala daerah = [[Zairullah Azhar]]
|nama wakil kepala daerah = Muhammad Rusli
| web=http://www.tanahbumbukab.go.id/
|nama sekretaris daerah = Ambo Sakka
|luas = 5066,96
|penduduk = 346336
|penduduktahun= 31 Desember [[2023]]
|pendudukref = <ref name="DUKCAPIL"/>
|kepadatan = auto
|agama = {{ublist |item_style=white-space;
|94,87% [[Islam]]
|{{Tree list}}
* 2,59% [[Kekristenan]]
** 1,47% [[Protestan]]
** 1,12% [[Katolik]]
{{Tree list/end}}
|2,39% [[Hindu]] |0,11% Kepercayaan |0,03% [[Agama Buddha|Buddha]] |0,01% [[Konghucu]]<ref name="DUKCAPIL"/>}}
|IPM = {{increase}} 73,86 ([[2023]])<br> <span style="background:Yellow;color:#00726a">&nbsp;tinggi&nbsp;</span><ref name="IPM">{{cite web|url=https://kalsel.bps.go.id/indicator/26/356/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia-menurut-kabupaten-kota-umur-harapan-hidup-hasil-long-form-sp2020-.html|title=[Metode Baru] Indeks Pembangunan Manusia menurut Kabupaten/Kota (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form SP2020), 2021-2023|website=www.kalsel.bps.go.id|accessdate=13 Maret 2024}}</ref>
|kodearea = +62 518
|nomor_polisi = '''DA xxxx''' Z**
|dau = Rp 491.426.287.000,- ([[2020]])
|dauref = <ref>{{cite web|url=http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2019/09/2.-DAU.pdf |title=Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020|website=www.djpk.kemenkeu.go.id|date=(2020)|accessdate=29 Juli 2021|format=pdf}}</ref>
|web = {{URL|http://www.tanahbumbukab.go.id}}
}}
}}

'''Kabupaten Tanah Bumbu''' adalah salah satu [[kabupaten]] di [[provinsi]] [[Kalimantan Selatan]], [[Indonesia]]. [[Ibukota]] [[kabupaten]] ini terletak di [[Batulicin, Tanah Bumbu|Batulicin]]. Tepatnya ibukota Kabupaten Tanah Bumbu berada di Kelurahan Gunung Tinggi yang dulunya bernama Desa Pondok Butun. Adapun yang menjadi sentra kegiatan usaha dan ekonomi adalah Simpang Empat, yang dulunya merupakan bagian dari Kecamatan Batulicin sebelum dimekarkan menjadi Kecamatan Simpang Empat. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.066,96 km² dan jumlah penduduk sebanyak 267.913 jiwa (hasil [[Sensus Penduduk Indonesia 2010]]). Kabupaten Tanah Bumbu merupakan [[kabupaten]] pemekaran dari [[Kabupaten Kotabaru]] yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tanggal 20 Maret 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan di Provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan undang-undang tersebut, Kabupaten Tanah Bumbu selalu merayakan hari jadinya pada tanggal 20 Maret setiap tahunnya. Nama historis yang pernah digunakan untuk menyebut daerah kabupaten ini adalah Tanah Koesan - 1879<ref>[http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1879.html?zoomview=1 Administrative sub-divisions in Dutch Borneo, ca 1879]</ref> & Tanah Bumbu Selatan.
'''Kabupaten Tanah Bumbu''' adalah sebuah wilayah [[kabupaten]] yang terletak di [[provinsi]] [[Kalimantan Selatan]], [[Indonesia]]. Sebelumnya kabupaten ini termasuk dalam wilayah [[Kabupaten Kotabaru]]. Secara historis semula dinamakan Daerah Tingkat II Persiapan '''Tanah Bumbu Selatan'''.<ref>{{id}} {{cite book|pages=16|url=https://books.google.co.id/books?id=bjweAAAAIAAJ&q=bantam-raya+kalimantan+selatan&dq=bantam-raya+kalimantan+selatan&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiIpfav-pzVAhXJp48KHSQqBnAQ6AEIITAA|title=Data daerah Kalimantan Selatan|author=Kalimantan Selatan (Indonesia). Biro Perentjanaan dan Pembangunan|publisher=Kalimantan Selatan (Indonesia). Biro Perentjanaan dan Pembangunan|year=1972|access-date=2017-07-22|archive-date=2023-03-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20230310125549/https://books.google.co.id/books?id=bjweAAAAIAAJ&q=bantam-raya+kalimantan+selatan&dq=bantam-raya+kalimantan+selatan&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiIpfav-pzVAhXJp48KHSQqBnAQ6AEIITAA|dead-url=no}}</ref> Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.066,96&nbsp;km² dan jumlah penduduk sebanyak 267.913 jiwa (hasil [[Sensus Penduduk Indonesia 2010]]), dan pada akhir tahun [[2023]], jumlah penduduk Tanah Bumbu berjumlah 346.336 jiwa.<ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=13 Maret 2024|format=visual}}</ref>

Ibu kotanya adalah kecamatan [[Batulicin, Tanah Bumbu|Batulicin]], pusat pemerintahan kabupaten berada di kelurahan [[Gunung Tinggi, Batulicin, Tanah Bumbu|Gunung Tinggi]] yang dulunya bernama desa Pondok Butun. Adapun yang menjadi sentra kegiatan usaha dan ekonomi adalah kecamatan [[Simpang Empat, Tanah Bumbu|Simpang Empat]], yang dulunya merupakan bagian dari Kecamatan Batulicin.

Kabupaten Tanah Bumbu merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Kotabaru yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2003 tanggal 8 April 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan di Provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan undang-undang tersebut, Kabupaten Tanah Bumbu selalu merayakan hari jadinya pada tanggal 8 April setiap tahunnya. Nama historis yang pernah digunakan untuk menyebut daerah kabupaten ini adalah Tanah Koesan - 1879.<ref>{{Web reference|url = http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1879.html?zoomview=1|title = Administrative sub-divisions in Dutch Borneo, ca 1879|author = Indonesian History Info|access-date = 2012-04-06|archive-date = 2012-05-05|archive-url = https://web.archive.org/web/20120505053147/http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1879.html?zoomview=1|dead-url = yes}}</ref>


== Sejarah ==
== Sejarah ==
=== Sebelum Tahun 1888===
Pada mulanya Tanah Boemboe adalah nama kolektif dari sebuah wilayah yang terdiri dari kerajaan Tjangtoeng dengan Boentar-laut, Bangkala-an, Sampanahan, Menoenggoel dan Tjengal. Ini terletak di pantai timur Kalimantan, memanjang dari Tjandjong Aroe (titik berbatu), pada 2° 7 ° 2. br., dan 116° 48' 0. L., ke sungai Serongga pada 3° 2' 2 br ., dan dibatasi), di utara, oleh Pasir, di timur, oleh Selat Makassar, di selatan, oleh Kussan, — dan di barat, oleh Bandjarmasin, yang dipisahkan oleh pegunungan Beratus atau Meratus.<ref>{{cite book
| lg= nl
| pages= 32
| url= https://books.google.co.id/books?id=LeU4eJn8ruwC&pg=PT4&dq=Smalawi+tanah+boemboe&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjlnaaVtInqAhXL6XMBHRpyDAUQ6AEwAXoECAEQAg#v=onepage&q=Smalawi%20tanah%20boemboe&f=false
| title= Historische, geografische en statistieke aanteekeningen betreffende Tanah Boemboe: aangetroffen onder de bij het Gouvernement van Nederlandsch-Indië berustende papieren van C.A.L.M. Schwaner
| volume= 1
| authorlink= Carl Schwaner
| first= C.A.L.M.
| last= Schwaner
| publisher=
| year= 1851
| access-date= 2022-03-27
| archive-date= 2023-03-10
| archive-url= https://web.archive.org/web/20230310125534/https://books.google.co.id/books?id=LeU4eJn8ruwC&pg=PT4&dq=Smalawi+tanah+boemboe&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjlnaaVtInqAhXL6XMBHRpyDAUQ6AEwAXoECAEQAg#v=onepage&q=Smalawi%20tanah%20boemboe&f=false
| dead-url= no
}}</ref>


=== Tahun 1888===
* Daerah Kabupaten Tanah Bumbu termasuk dalam kawasan Tanah Bumbu yang lebih luas atau wilayah Kalimantan Tenggara. Sejak dahulu kala wilayah tenggara pulau Kalimantan bukanlah daerah tidak bertuan karena daerah ini juga sudah dihuni oleh penduduk asli Kalimantan, menurut Hikayat Banjar penduduknya terdiri orang [[Satui, Tanah Bumbu|Satui]], orang [[Pulau Laut|Laut Pulau]], orang [[Pamukan]] (Dayak Samihim) dan [[orang Paser]] maupun orang-orang Dayak Bukit yang tinggal di pegunungan Meratus. Orang Pamukan dan orang Paser masing-masing memiliki pemerintahan kerajaan sendiri-sendiri. Di daerah Cantung terdapat sebuah lesung batu (yoni) yang menunjukkan adanya pengaruh agama Hindu memasuki wilayah ini pada jaman dahulu kala. Sebelum terjadinya migrasi suku Bugis ke wilayah ini, seluruh wilayah tenggara Kalimantan dibawah koordinator Aji Tunggul, penguasa Paser yang menjadi bawahan Sultan Banjar IV Mustain-Bilah/Marhum Panembahan. Pada abad ke-17 Sultan Banjar menguasai Kalimantan Tenggara untuk diperintah keturunannya yaitu Pangeran Dipati Tuha dengan nama Kerajaan Tanah Bumbu dengan wilayah awal mulanya meliputi daerah dari Tanjung Silat]] sampai [[Tanjung Aru, Tanjung Harapan, Paser|Tanjung Aru]] (batas wilayah Banjar dengan Paser). Sebelum berdirinya Kerajaan Tanah Bumbu pada pertengahan abad ke-17 (sebelum adanya [[Perjanjian Bungaya]]), Sultan Makassar meminjam tanah Paser sebagai tempat berdagang kepada Sultan Banjar IV Mustain Billah, sewaktu Kiai Martasura diutus ke Makassar dan mengadakan perjanjian dengan I Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud, yaitu Sultan Tallo yang menjabat mangkubumi bagi Sultan Malikussaid Raja Gowa tahun 1638-1654 maka dipinjamkanlah Tanah Paser beserta wilayah timur dan tenggara Kalimantan lainnya sebagai tempat berdagang bagi Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo)<ref name="hikayat banjar">{{ms}}[[Johannes Jacobus Ras]], [[Hikayat Banjar]] halaman 350, diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - [[Selangor]] Darul Ehsan, [[Malaysia]] [[1990]].</ref>, dengan demikian mulai berdatanganlah suku-suku dari Sulawesi dengan bukti adanya makam Islam tertua dari seorang putri dari suku Mandar yang bernama Nyai Galih.
Poeloe Laut sejak tahun 1888 secara administratif dihitung sebagai milik wilayah Tanah Boemboelands, seperti Batoe Litjin, Pagatan dengan Koesan dan Sebamban; Namun pada awalnya, Tanah Bumbu ini hanya berarti lanskap di sekitar Teluk Kloempang (Tjantoeng, Boentar Laut dan Bangkalaän serta di sekitar Teluk Pamoekan, Sampanahan, Menoengoel dan Tjengal).<ref name="Jaarboek 17">{{cite book
| lang= nl
* [[1660]]-[[1700]], Orang Pamukan atau Suku Dayak Samihim dahulu telah memiliki kerajaan sendiri yaitu Kerajaan Pamukan yang telah dihancurkan oleh suatu serangan dari luar dengan bukti sisa-sisa pemukiman mereka terdapat di Tanjung Kersik Itam. Setelah kejadian tersebut, orang Pamukan/Dayak Samihim meminta kepada Sultan Banjar untuk mendirikan pemerintahan (kerajaan) untuk mengamankan wilayah tersebut dan untuk mengantisipasi banyaknya pendatang dari luar memasuki daerah tersebut maka Pangeran Dipati Tuha (Raden Basus) putera Sultan Saidullah ditunjuk sebagai raja membawahi wilayah antara Tanjung Silat sampai Tanjung Aru yang dinamakan Kerajaan Tanah Bumbu dengan pusat pemerintahan di sungai Bumbu termasuk dalam Daerah Aliran Sungai Sampanahan. Pangeran Dipati Tuha kemudian digantikan puteranya Pangeran Mangu sebagai Raja Tanah Bumbu dan seorang putera lainnya Pangeran Citra menjadi sultan negeri Kelua. Pangeran Mangu (1700-1740) kemudian digantikan putrinya, yaitu Ratu Mas. Ratu Mas (1740-1780) menikahi seorang pedagang dari Gowa bernama Daeng Malewa yang bergelar Pangeran Dipati; pasangan ini beranak Ratu Intan I, sedangkan dari selir Daeng Malewa berputra Pangeran Prabu dan Pangeran Layah<ref>[http://www.guide2womenleaders.com/indonesia_substates.htm Ratu Mas dari Tanah Bumbu ]</ref> [[1780]], Kerajaan Tanah Bumbu dipecah menjadi wilayah selatan di bawah pemerintahan Ratu Intan I (keturunan Pangeran Dipati Tuha) yang dikenal sebagai Ratu Cantung dan Batulicin dan wilayah utara yang berpusat di Sampanahan di bawah pemerintahan Pangeran Prabu bergelar Sultan Sepuh. Ratu Intan I menikahi Sultan Anom dari Paser tetapi perkawinan ini tidak menghasilkan keturunan. Sedangkan Sultan Anom dengan selirnya memiliki keturunan yaitu Pangeran Haji Muhammad/Maj Pangeran, Andin Kedot, Andin Girok dan Andin Proah. Pangeran Layah menjadi penguasa Buntar Laut, ia memiliki kerurunan Gusti Cita dan Gusti Tahora.
| url= https://books.google.co.id/books?id=InHOAAAAMAAJ&pg=PA358&dq=Pangeran-Mangkoe-Praboe-Djaja&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj419Xq1ILtAhWzmOYKHSSNC40Q6AEwAHoECAUQAg#v=onepage&q=Pangeran-Mangkoe-Praboe-Djaja&f=false
| author= Dutch East Indies. Dienst van den Mijnbouw, Netherlands. Departement van Kolonien
| title= Jaarboek van het mijnwezen in Nederlandsch-Indië
| volume= 17
| publisher= J.G. Stemler.
| year= 1888
| access-date= 2022-03-27
| archive-date= 2023-03-10
| archive-url= https://web.archive.org/web/20230310125557/https://books.google.co.id/books?id=InHOAAAAMAAJ&pg=PA358&dq=Pangeran-Mangkoe-Praboe-Djaja&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj419Xq1ILtAhWzmOYKHSSNC40Q6AEwAHoECAUQAg#v=onepage&q=Pangeran-Mangkoe-Praboe-Djaja&f=false
| dead-url= no
}}</ref>


Dari perbatasan barat daya dengan [[Tanah Laut]] ([[Distrik Satui|distrik Satoei]]) sekarang (sejak tahun 1888) dihitung di bawah Tanah Bumbu:
* [[1733]], Puana Dekke meminjam tanah dekat muara sungai Kusan kepada Sultan Tahlilullah yang dinamakan daerah [[Kota Pagatan, Kusan Hilir, Tanah Bumbu|Pagatan]]. Dan pada tahun 1750 suku Bugis meminjam tanah kepada [[Sultan Banjar]] untuk mendirikan koloni di [[Tanjung Aru, Tanjung Harapan, Paser|Tanjung Aru]].<ref>http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf</ref> Tahun [[1775]], [[La Pangewa]] (Kapitan Laut Pulo), selaku kapitan [[orang Bugis-Pagatan]] menggantikan Puana Dekke dan kemudian ia juga direstui oleh Sultan [[Tahmidullah II]] sebagai raja pertama [[Kerajaan Pagatan]], karena jasa-jasanya menggempur Pangeran Amir - Raja Kusan I. Pangeran Amir atau Sultan Amir menyingkir ke [[Kuala Biaju]] untuk meminta bantuan suku Dayak Dusun dan Bakumpai di [[Tanah Dusun]]. Pada tahun [[1785]], [[Pangeran Amir]] anak Sultan Kuning dibantu [[Arung Tarawe]] menyerang Tabanio dengan pasukan 3000 orang Bugis-Paser berkekuatan 60 buah perahu untuk menuntut [[tahta]] [[Kesultanan Banjar]] dari [[Tahmidullah II]]. Pada tanggal [[14 Mei]] [[1787]], [[Pangeran Amir]] (kakeknya [[Pangeran Antasari]]) ditangkap Kompeni Belanda, kemudian diasingkan ke [[Srilangka]].


Dikelola oleh :
* [[13 Agustus]] [[1787]], Sultan [[Tahmidullah II dari Banjar]] menyerahkan kedaulatan [[Kesultanan Banjar]] kepada [[VOC]] menjadi daerah protektorat dengan Akte Penyerahan di depan Residen Walbeck, setelah VOC berhasil menyingkirkan Pangeran Amir, rivalnya dalam perebutan tahta. Sebagian besar [[Kalimantan]] menjadi [[properti]] [[perusahaan]] VOC.
# Sebamban: [[Pangeran Sjarif Hasan]]
# Pagatan dan Koesan: [[Pangeran Mangkoe Boemi Daëng Machmud]] (akting untuk minoritas raja). TAHUNB. MYW. N. 0. I. 1888, TECHN. GED. 24san
# Batoe Litjin: [[Pangeran Sharif Achmad]]
# Poeloe Laut dan Sebuku: [[Pangeran Amir Hoesin]]
# Tjanjoeng dan Boentar Laut: [[Adji Darma]]
# Bangkalaän, Tjengal dan Menoengoel: [[Adji Mas Rawan]]
# Sampanahan: [[Pangeran Mangkoe Praboe Djaja]]


Bentang alam ini, bersama dengan kerajaan Pasir, membentuk divisi terpisah yang disebut: Pasir dan Tanah Boembuland di bawah kendali seorang pengendali yang berbasis di Kota Baroe di Poeloe Laut.
* [[1788]], [[Sultan Dipati Anom Alamsyah]] menjadi [[Sultan Pasir]] III sampai tahun [[1799]]. Sultan ini menikahi [[Ratu Intan I]], yaitu Ratu dari [[Tjangtoeng]] dan [[Batoe Litjin]].


Batas antara negara-negara ini terutama ditentukan oleh daerah tangkapan air di sungai-sungai utama.
* [[1789]], kedaulatan atas daerah Pasir dan Pulau Laut diserahkan VOC kembali kepada Sultan Banjar, [[Tahmidullah II]].


Jadi Pagatan dan Kusan menutupi daerah tangkapan air dari sungai dengan nama itu, dan lebih jauh lagi ke wilayah pantai selatan sampai Tanah Laut, dengan pengecualian jalur sempit milik Sebamban.
* [[4 Mei]] [[1826]]/(26 Ramadhan 1241 H), Sultan Banjar (Sultan Adam al-Watsiq Billah), menyerahkan wilayah tenggara dan timur Kalimantan beserta daerah lainnya kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda.


Bentang alam Batoe Litjin berisi cekungan Sungai Batoe Litjin, sehingga garis pemisah air antara Pagatan dan Koesan dan di utara dengan Sungai Tjantung membentuk batas; Sedangkan di sisi Selat Laut garis batas ini mencapai selat tersebut di sebelah selatan sepanjang sungai kecil Sekoempang dan di sebelah utara sepanjang sungai [[Serongga, Kelumpang Hilir|Saronga]].
* [[1844]], Kasus Sebuli – Batulicin yaitu perompakan yang menyebabkan pertikaian Daeng Manggading yang dibantu Raja Pagatan dan Raja Sabamban dengan Aji Pati (Raja Bangkalaan) yang dibantu Pangeran Meraja Nata penguasa Batulicin, mengakibatkan rumah-rumah orang Bugis di Batulicin dibakar.<ref>[http://subiyakto.wordpress.com/2008/03/08/perompakan-sebuah-realitas-historis-abad-xix-di-kalimantan-selatan/ PEROMPAKAN: SEBUAH REALITAS HISTORIS ABAD XIX DI KALIMANTAN SELATAN ]</ref><ref>[http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:8wvXMo4-vloJ:hestiikrima2001.blogspot.com/2009/12/perompakan-sebuah-realitas-historis.html+perompakan+aji+jawa&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&source=www.google.co.id Perompakan: Sebuah Realitas Historis Abad XIX di Kalimantan Selatan]</ref>


Tjantoeng disebut daerah Sungai Tjantoeng dan Boentar Laut adalah daerah utara Dewa ([[Tanjung Dewa]]), bersama-sama dikendalikan oleh satu kepala yang terletak di Tjantoeng.
* Pada tahun 1844, distrik-distrik dalam onderafdeeling van Tanah Boemboe yaitu Pagatan, Kusan, Batulicin, Cantung dengan Buntar Laut, Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul dan Cengal. Pada waktu itu distrik Pulau Laut belum dibentuk. Tahun 1845, Pulau Laut dan Batulicin berada di bawah pemerintah Kusan.<ref>{{en}} (1853){{cite book|pages= |url=http://books.google.co.id/books?id=1PBAAAAAcAAJ&dq=tanah-koessan&pg=PA357#v=onepage&q&f=false |title=Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde|volume=1}}</ref> Penguasa Kusan kemudian pindah ke pulau Laut, dan akhirnya divisi Kusan digabung dengan Pagatan. Sabamban dibentuk belakangan. Wilayah kabupaten Tanah Bumbu hari ini merupakan gabungan wilayah bekas distrik ([[swapraja]]) pada masa kolonial Hindia Belanda tersebut, yaitu [[Batoe Litjin]], [[Kerajaan Kusan|Koessan]], [[Kerajaan Pagatan|Pagatan]] dan [[Sabamban]], serta [[Distrik Satui]] (tahun 1889 Satui masih merupakan bagian dari ''[[Afdeeling Tanah Laut]]''). Jadi Kerajaan Pagatan hanya salah satu dari banyak kerajaan yang ada di Tanah Bumbu maupun Kalimantan Tenggara.<ref>[http://www.indonesianhistory.info/places/tanah-boemboe.html Atlas Tanah Boemboe ]</ref>


Bangkalaän berisi daerah tangkapan air sungai Bangkalaän yang menghubungkan di utara dengan daerah tangkapan sungai Sampanahan, membentuk lanskap Sampanahan.
* Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan ''Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie'', pada 27 Agustus 1849, No. 8<ref>[http://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&dq=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen%2C%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&pg=PA55-IA22#v=onepage&q=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen,%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&f=false {{nl}} Staatsblad van Nederlandisch Indië, s.n., 1849]</ref>


Di sebelah utara Sampanahan terhampar pemandangan Menoengoel, kembali meliputi wilayah Sungai Menoengal, dan terakhir Tjengal yang paling utara, yang selain merupakan daerah tangkapan air Sungai Tjengal yang mengalir ke Teluk Pamoekan. masih memanjang di sepanjang pantai dari Tandjong Merah (seberang Samalantakkan di pintu masuk Teluk Pamukan) sampai ke Tandjong Ares (Tanjung Aru), di mana perbatasan dengan Kerajaan Pasir dimulai.
== Geografis ==
Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu terletak di antara 2°52’ – 3°47’ Lintang Selatan dan 115°15’ – 116°04’ Bujur Timur.
Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak persis di ujung tenggara Pulau Kalimantan, memiliki luas wilayah sebesar 5.066,96 km2 (506.696 ha) atau 13,50 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan.<ref>[http://tanahbumbukab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=5&Itemid=6 Pemkab Tanah Bumbu] Diakses: 14 Oktober 2009.</ref>


Tiga lanskap Bankalaän, Menoengoel dan Tjengal berada di bawah satu kepala, yang biasanya berada di [[Tanjung Batu, Kelumpang tengah|Tandjong Batoe]] di Teluk Kloempang.
Batas-batas wilayah Kabupaten Tanah Bumbu adalah:


Daerah Kabupaten Tanah Bumbu termasuk dalam kawasan Tanah Bumbu yang lebih luas atau wilayah Kalimantan Tenggara. Sejak dahulu kala wilayah tenggara pulau Kalimantan bukanlah daerah tidak bertuan karena daerah ini juga sudah dihuni oleh penduduk asli Kalimantan, menurut Hikayat Banjar penduduknya terdiri orang [[Satui, Tanah Bumbu|Satui]], orang [[Pulau Laut|Laut Pulau]], orang [[Pamukan]] (Dayak Samihim) dan [[orang Paser]] maupun orang-orang [[Dayak Bukit]] yang tinggal di [[pegunungan Meratus]]. Orang Pamukan dan orang Paser masing-masing memiliki pemerintahan kerajaan sendiri-sendiri.
{{batas_USBT

|utara=[[Kabupaten Kotabaru]] dan [[Kabupaten Hulu Sungai Tengah]]
Di daerah [[Cantung]] terdapat sebuah lesung batu (yoni) yang menunjukkan adanya pengaruh agama [[Hindu]] memasuki wilayah ini pada zaman dahulu kala. Sebelum terjadinya migrasi suku Bugis ke wilayah ini, seluruh wilayah tenggara Kalimantan di bawah koordinator [[Adji Tenggal]], penguasa Paser yang menjadi bawahan Sultan Banjar IV Mustain-Bilah/Marhum Panembahan. Pada abad ke-17 Sultan Banjar menguasai [[Kalimantan Tenggara]] untuk diperintah keturunannya yaitu [[Pangeran Dipati Tuha]] dengan nama [[Kerajaan Tanah Bumbu]] dengan wilayah awal mulanya meliputi daerah dari [[Tanjung Aru, Tanjung Harapan, Paser|Tanjung Aru]] (batas wilayah Banjar dengan Paser) sampai [[Tanjung Silat]].
|barat=[[Kabupaten Tanah Laut]] dan [[Kabupaten Banjar]]

|timur=[[Kabupaten Kotabaru]]
=== Kronologi ===
|selatan=[[Laut Jawa]]
==== [[1520]]-[[1546]] ====
* Menurut [[Hikayat Banjar]], ada beberapa daerah dari wilayah tenggara [[pulau Kalimantan]] yang takluk dan mengirimkan upeti kepada Raja Banjar Islam ke-1 Sultan Suriansyah (1520-1546) yang berkedudukan di [[Banjarmasin]], daerah-daerah tersebut yaitu Satui, [[Pulau Laut|Laut Pulau]], Pamukan dan Paser. Kesultanan Banjar menamakan kawasan pesisir dengan "Laut" yang terdiri atas '''Laut Pulau''' dan '''Laut Darat'''. Nama daerah-daerah yang turut mengirimkan upeti ditemukan dalam naskah '''Cerita Turunan Raja-raja Banjar dan Kotawaringin''' (disebut juga Hikayat Banjar 1):<ref name="hikayat banjar">[[Johannes Jacobus Ras]], [[Hikayat Banjar]] halaman 350, diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - [[Selangor]] Darul Ehsan, [[Malaysia]] [[1990]].</ref>

Pada masa itu daerah Kabupaten Tanah Bumbu termasuk ke dalam wilayah negeri Satui, salah satu negeri yang turut serta mengirim prajurit membantu Pangeran Samudera berperang melawan pamannya [[Pangeran Tumenggung]] (Raja [[Negara Daha]] terakhir).<br />
Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan: <br />
{{cquote|Maka [[Patih Masih]] menyuruh orang memberitahu ke Kintap, ke [[Satui]], ke [[Sawarangan]], ke [[Hasam-Hasam]], ke [[Laut Pulau]], ke [[Pamukan]], ke [[Paser]], ke [[Kutai]], ke [[Berau]], ke [[Karasikan]], dan memberitahu ke [[Tanah Biaju|Biaju]], ke [[Sebangau]], ke [[Mendawai]], ke [[Sampit]], ke [[Pembuang]], ke [[Kotawaringin]], ke [[Sukadana]], ke [[Lawai]], ke [[Sambas]]: [[Pangeran Samudera]] menjadi [[raja]] di [[Banjarmasih]]. Banyak tiada tersebut.<ref name="hikayat banjar"/>}}

Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan: <br />
{{cquote|Maka [[Patih Balit]] itu kembali maka datang serta orang bantu itu. Maka orang yang takluk tatkala zaman [[Maharaja Suryanata]] sampai ke zaman [[Maharaja Sukarama]] itu, seperti [[negeri Sambas]] dan [[negeri Batang Lawai]] dan [[negeri Sukadana]] dan Kotawaringin dan Pembuang dan Sampit, Mendawai dan Sebangau dan [[Biaju Besar]] dan orang [[Biaju Kecil]] dan orang [[negeri Karasikan]] dan Kutai dan Berau dan Paser dan Pamukan dan orang Laut-Pulau dan Satui dan Hasam-Hasam dan Kintap dan Sawarangan dan [[Tambangan Laut]] dan orang [[Takisung]] dan [[Tabuniau]], sekaliannya itu sudah sama datang serta senjata serta persembahnya. Sama suka hatinya merajakan Pangeran Samudera itu. Sekaliannya orang itu berhimpun di [[Banjar]] dengan [[orang Banjarmasih]] itu, kira-kira orang empat laksa. Serta orang dagang itu, seperti [[orang Melayu]], [[orang Cina]], [[orang Bugis]], [[orang Mangkasar]], [[orang Jawa]] yang berdagang itu, sama lumpat menyerang itu. Banyak tiada tersebut.<ref name="hikayat banjar"/>}}

Daerah-daerah yang takluk pada masa [[Sultan Suryanullah]] - Sultan Banjarmasin ke-1 disebutkan dalam [[Hikayat Banjar]].<ref>{{id icon}} {{cite book|last=Poesponegoro|first=Marwati Djoened|year=1992|url=http://books.google.co.id/books?id=HiZvFZbm6sgC&lpg=PA88&dq=pulau%20banjar&pg=PA86#v=onepage&q=pulau%20banjar&f=false|title=Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia|publisher=PT Balai Pustaka|isbn=9794074098|pages=86|access-date=2016-10-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20131111153613/http://books.google.co.id/books?id=HiZvFZbm6sgC&lpg=PA88&dq=pulau%20banjar&pg=PA86#v=onepage&q=pulau%20banjar&f=false|archive-date=2013-11-11|coauthors=Nugroho Notosusanto|dead-url=yes}}ISBN 978-979-407-409-1</ref><br />
{{cquote|''Sudah itu maka orang [[Sebangau Kuala, Pulang Pisau|Sebangau]], [[orang Mendawai]], [[orang Sampit]], orang [[Seruyan|Pembuang]], orang [[Kerajaan Kotawaringin|Kota Waringin]], orang [[Kerajaan Tanjungpura|Sukadana]], orang [[Kabupaten Melawi|Lawai]], [[orang Sambas]] sekaliannya itu dipersalin sama disuruh kembali. Tiap-tiap musim barat sekaliannya negeri itu datang mahanjurkan upetinya, musim timur kembali itu. Dan orang [[Takisung, Tanah Laut|Takisung]], orang [[Kuala Tambangan, Takisung, Tanah Laut|Tambangan Laut]], orang [[Kintap, Tanah Laut|Kintap]], orang [[Asam Asam, Jorong, Tanah Laut|Asam-Asam]], orang [[Pulau Laut|Laut-Pulau]], orang [[Pamukan]], [[orang Paser]], [[orang Kutai]], [[orang Berau]], orang [[Suku Suluk|Karasikan]], sekaliannya itu dipersalin, sama disuruh kembali. Tiap-tiap musim timur datang sekaliannya negeri itu mahanjurkan upetinya, musim barat kembali.''<ref name="hikayat banjar"/>}}

==== [[1595]]-[[1642]] ====
* Pada masa pemerintahan Raja Banjar Islam ke-4 Sultan Mustain Billah (Raja Maruhum Panambahan) mengutus menteri/duta besar '''Kiai Martasura''' ke negeri [[Makassar]] (Tallo-Gowa) untuk menjalin hubungan bilateral kedua negara pada masa I Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud, Raja [[Tallo, Makassar|Tallo]] yang menjabat mangkubumi bagi Sultan Malikussaid Raja Gowa 1638-1654, ia meminjam ("menyewa") negeri Paser dan beberapa daerah lainnya termasuk daerah hunian suku Banjar - negeri [[Satui, Tanah Bumbu|Satui]] kepada Raja Banjar Marhum Panembahan ([[1595]]-[[1642]]) sebagai tempat berdagang. Peristiwa tersebut sebelum adanya Perjanjian [[Bungaya, Gowa|Bungaya]], hal ini menunjukkan pengakuan Makassar (Tallo-Gowa) mengenai kekuasaan Kesultanan Banjar terhadap daerah-daerah di wilayah sepanjang tenggara dan timur pulau Kalimantan. Pada masa itu Sultan Makassar terfokus untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di kepulauan [[Sunda Kecil]]. Namun setelah [[Perjanjian Bungaya]] (1667), Kesultanan Gowa dilarang oleh VOC-Belanda berdagang ke wilayah timur dan utara pulau Kalimantan.
Naskah '''Cerita Turunan Raja-raja Banjar dan Kotawaringin''' (disebut juga Hikayat Banjar 1) menyebutkan:
{{cquote|''Kemudian daripada itu tatkala Kiai Martasura ke Mangkasar, zaman Karaing Patigaloang itu, ia menyuruh pada Marhum Panembahan itu meminjam Pasir itu akan tempatnya berdagang serta bersumpah: "Barang siapa anak cucuku hendak aniaya lawan negeri Banjar mudah-mudahan dibinasakan Allah itu." Maka dipinjamkan oleh Marhum Panembahan. Itulah mulanya Pasir - serta diberi desa namanya [[Distrik Satui|Satui]] dan [[Asam Asam, Jorong, Tanah Laut|Hasam-Hasam]] dan [[Kintap, Tanah Laut|Kintap]], dan [[Swarangan, Jorong, Tanah Laut|Sawarangan]] itu, Banacala, Balang Pasir dan [[Kesultanan Kutai|Kutai]] dan [[Kesultanan Berau|Berau]] serta [[Kesultanan Sulu|Karasikan]] - itu tiada mahanjurkan hupati ke Martapura itu.''<ref name="hikayat banjar"/>}}

==== [[1660]]-[[1700]] ====
* Orang [[Pamukan]] atau Suku [[Dayak Samihim]] dahulu telah memiliki kerajaan sendiri yaitu [[Kerajaan Pamukan]] yang telah dihancurkan oleh suatu serangan musuh dari luar dengan bukti sisa-sisa pemukiman mereka terdapat di [[Tanjung Kersik Itam]]. Setelah kejadian tersebut, orang Pamukan/Dayak Samihim meminta kepada Sultan Banjar untuk mengamankan wilayah itu dengan mendirikan pemerintahan (kerajaan) dan untuk mengantisipasi banyaknya pendatang dari luar memasuki daerah tersebut maka [[Pangeran Dipati Tuha I|Pangeran Dipati Tuha]] putera [[Sultan Saidullah]] ditunjuk sebagai raja membawahi wilayah antara [[Tanjung Silat]] sampai [[Tanjung Aru]] yang dinamakan [[Kerajaan Tanah Bumbu]] dengan pusat pemerintahan di sungai Bumbu termasuk dalam Daerah Aliran [[Sungai Sampanahan]]. Pangeran Dipati Tuha kemudian digantikan puteranya [[Pangeran Mangu]] (Mangun Kesuma) sebagai Raja Tanah Bumbu berikutnya dan seorang putera lainnya [[Pangeran Citra]] (Citra Yuda) menjadi sultan negeri Kelua. Pangeran Mangu (1700-1740) kemudian digantikan putrinya, yaitu Ratu Mas. Ratu Mas (1740-1780) menikahi seorang pedagang dari Gowa bernama Daeng Malewa yang bergelar Pangeran Dipati; pasangan ini beranak [[Ratu Intan]] I dan Pangeran Layah, sedangkan dari selir Daeng Malewa berputra Pangeran Prabu<ref>{{Web|url = http://www.guide2womenleaders.com/indonesia_substates.htm|title = Indonesia Sub-States|author = guide2womenleaders (site)|access-date = 2010-03-17|archive-date = 2010-11-25|archive-url = https://web.archive.org/web/20101125201218/http://guide2womenleaders.com/indonesia_substates.htm|dead-url = no}}</ref> [[1780]], Kerajaan Tanah Bumbu dipecah menjadi wilayah selatan di bawah pemerintahan Ratu Intan I (keturunan Pangeran Dipati Tuha) yang dikenal sebagai Ratu Cantung dan Batulicin dan wilayah utara yang berpusat di Sampanahan di bawah pemerintahan Pangeran Prabu bergelar Sultan Sepuh. Ratu Intan I menikahi Sultan Anom dari Paser tetapi perkawinan ini tidak menghasilkan keturunan. Sedangkan Sultan Anom dengan selirnya memiliki keturunan yaitu Pangeran Muhammad, Andin Kedot, Andin Girok dan Andin Proah. Pangeran Layah menjadi penguasa Buntar Laut, ia memiliki kerurunan Gusti Cita dan Gusti Tahora.

==== [[1733]] ====
* [[Puanna Dekke'|Puana Dekke]] meminjam tanah dekat muara sungai Kusan kepada Sultan Tahlilullah yang dinamakan daerah [[Kota Pagatan, Kusan Hilir, Tanah Bumbu|Pagatan]]. Dan pada tahun 1750 suku Bugis meminjam tanah kepada [[Sultan Banjar]] untuk mendirikan koloni di [[Tanjung Aru, Tanjung Harapan, Paser|Tanjung Aru]].<ref>{{Cite web |url=http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf |title=Situs web Universitas Indonesia |access-date=2011-08-10 |archive-date=2012-01-18 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120118065114/http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf |dead-url=yes }}</ref> Tahun [[1775]], [[La Pangewa]] (Kapitan Laut Pulo), selaku kapitan orang [[Bugis Pagatan|Bugis-Pagatan]] menggantikan [[Puanna Dekke'|Puana Dekke]] dan kemudian ia juga direstui oleh Sultan [[Tahmidullah II]] sebagai raja pertama [[Kerajaan Pagatan]], karena jasa-jasanya menggempur Pangeran Amir - Raja Kusan I. Pangeran Amir atau Sultan Amir menyingkir ke [[Kuala Biaju]] untuk meminta bantuan suku Dayak Dusun dan Bakumpai di [[Tanah Dusun]]. Pada tahun [[1785]], [[Pangeran Amir]] anak Sultan Kuning dibantu [[Arung Tarawe]] menyerang Tabanio dengan pasukan 3000 orang Bugis-Paser berkekuatan 60 buah perahu untuk menuntut [[tahta]] [[Kesultanan Banjar]] dari [[Tahmidullah II]]. Pada tanggal [[14 Mei]] [[1787]], [[Pangeran Amir]] (kakeknya [[Pangeran Antasari]]) ditangkap Kompeni Belanda, kemudian diasingkan ke [[Srilangka]].

==== [[1787]] ====
* Pada tanggal [[13 Agustus]] [[1787]], Sultan [[Tahmidullah II dari Banjar]] menyerahkan kedaulatan [[Kesultanan Banjar]] kepada [[VOC]] menjadi daerah protektorat dengan Akta Penyerahan di depan Residen Walbeck, setelah VOC berhasil menyingkirkan Pangeran Amir, rivalnya dalam perebutan tahta. Sebagian besar [[Kalimantan]] menjadi [[properti]] [[perusahaan]] VOC.

==== [[1788]] ====
* [[Sultan Anom Alamsyah|Sultan Dipati Anom Alamsyah]] menjadi [[Sultan Pasir]] III sampai tahun [[1799]]. Sultan ini menikahi [[Ratu Intan I]], yaitu Ratu dari [[Tjangtoeng]] dan [[Batoe Litjin]].

==== [[1789]] ====
* <nowiki/>Kedaulatan atas daerah Pasir dan Pulau Laut diserahkan VOC kembali kepada Sultan Banjar, [[Tahmidullah II]].

==== [[1826]] ====
* Pada tanggal [[4 Mei]] [[1826]] (26 Ramadhan 1241 H), Sultan Banjar (Sultan Adam al-Watsiq Billah), menyerahkan wilayah tenggara dan timur Kalimantan beserta daerah lainnya kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

==== [[1844]] ====
* Kasus [[Sebuli]] – Batulicin yaitu perompakan yang menyebabkan pertikaian Daeng Manggading yang dibantu Raja Pagatan dan Raja Sabamban dengan Aji Pati (Raja Bangkalaan) yang dibantu Pangeran Meraja Nata yang bermukim di Batulicin, mengakibatkan rumah-rumah orang Bugis di Batulicin dibakar.<ref>{{Web|url = http://subiyakto.wordpress.com/2008/03/08/perompakan-sebuah-realitas-historis-abad-xix-di-kalimantan-selatan/|title = Perompakan: Sebuah Realitas Historis Abad XIX di Kalimantan Selatan|author = Subiyakto|date = 8 Maret 2008|access-date = 2011-07-22|archive-date = 2014-08-14|archive-url = https://web.archive.org/web/20140814213316/http://subiyakto.wordpress.com/2008/03/08/perompakan-sebuah-realitas-historis-abad-xix-di-kalimantan-selatan/|dead-url = no}}</ref>
* Pada tahun ini, distrik-distrik dalam onderafdeeling van Tanah Boemboe yaitu Pagatan, Kusan, Batulicin, Cantung dengan Buntar Laut, Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul dan Cengal. Pada waktu itu Pulau Laut masih di bawah pemerintah pusat Kesultanan Banjar.

==== [[1845]] ====
* Batulicin dan Pulau Laut berada di bawah pemerintah Kusan.<ref>{{cite book|pages=|url=http://books.google.co.id/books?id=1PBAAAAAcAAJ&dq=tanah-koessan&pg=PA357#v=onepage&q&f=false|title=Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde|volume=1|access-date=2011-05-27|archive-date=2023-03-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20230310124231/https://books.google.co.id/books?id=1PBAAAAAcAAJ&dq=tanah-koessan&pg=PA357&hl=id#v=onepage&q&f=false|dead-url=no}}</ref> Penguasa Kusan kemudian pindah ke pulau Laut, dan akhirnya divisi Kusan digabung dengan Pagatan. Sabamban dibentuk belakangan. Wilayah kabupaten Tanah Bumbu hari ini merupakan gabungan wilayah bekas distrik ([[swapraja]]) pada masa kolonial Hindia Belanda tersebut, yaitu [[Batoe Litjin]], [[Kerajaan Kusan|Koessan]], [[Kerajaan Pagatan|Pagatan]] dan [[Sabamban]], serta [[Distrik Satui]] (tahun 1889 Satui masih merupakan bagian dari ''[[Afdeeling Tanah Laut]]''). Jadi Kerajaan Pagatan hanya salah satu dari banyak kerajaan yang ada di Tanah Bumbu maupun Kalimantan Tenggara.<ref>{{Web|title = Tanah Boemboe (atlas)|url = http://www.indonesianhistory.info/places/tanah-boemboe.html|author = Indonesian History Info (situs)|access-date = 2011-07-22|archive-date = 2012-05-25|archive-url = https://web.archive.org/web/20120525125853/http://www.indonesianhistory.info/places/tanah-boemboe.html|dead-url = yes}}</ref>

==== [[1849]] ====
* Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan ''Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie'', pada 27 Agustus 1849, No. 8<ref>{{Web|title = Staatsblad van Nederlandisch Indië, s.n., 1849|url = http://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&dq=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen%2C%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&pg=PA55-IA22#v=onepage&q=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen,%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&f=false|author = Google Book|access-date = 2011-04-02|archive-date = 2023-01-24|archive-url = https://web.archive.org/web/20230124102251/https://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&dq=Verdeeling+van+het+Eiland+Borneo+in+tteee++afdeelingen,+onder+de+benaming+van+Wester+afdeeling+en+Zuid+en+Ooster+afdeeling.&pg=PA55-IA22&hl=id#v=onepage&q=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen,%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&f=false|dead-url = no}}</ref>

== Geografi ==
Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu terletak di antara 2°52’ – 3°47’ Lintang Selatan dan 115°15’ – 116°04’ Bujur Timur. Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu kabupaten dari 13(tiga belas) kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak persis di ujung tenggara Pulau Kalimantan. Tanah Bumbu memiliki luas wilayah sebesar 5.066,96 km2 (506.696 ha) atau 13,50 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan.<ref>[https://web.archive.org/web/20100403133857/http://tanahbumbukab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=5&Itemid=6 Pemkab Tanah Bumbu] Diakses: 14 Oktober 2009.</ref>

=== Batas Wilayah ===
Batas wilayah Kabupaten Tanah Bumbu adalah:{{batas_USBT
|utara = [[Kabupaten Kotabaru]] dan [[Kabupaten Hulu Sungai Tengah]]
|selatan = [[Laut Jawa]]
|barat = [[Kabupaten Tanah Laut]] dan [[Kabupaten Banjar]]
|timur = [[Kabupaten Kotabaru]]
}}
}}


== Pemerintahan ==
== Kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu ==
=== Bupati ===
Saat ini [[Kabupaten Tanah Bumbu]] memiliki 10 kecamatan, yaitu:
{{utama|Daftar Bupati Tanah Bumbu}}


{|class="wikitable" style="text-align:center;"
# [[Angsana, Tanah Bumbu|Angsana]]
! No.
# [[Batulicin, Tanah Bumbu|Batulicin]]
! colspan="2" | Bupati
# [[Kuranji, Tanah Bumbu|Kuranji]]
! Mulai menjabat
# [[Kusan Hilir, Tanah Bumbu|Kusan Hilir]]
! Akhir menjabat
# [[Kusan Hulu, Tanah Bumbu|Kusan Hulu]]
! colspan="2" | Wakil Bupati
# [[Mentewe, Tanah Bumbu|Mentewe]]
|-
# [[Satui, Tanah Bumbu|Satui]]
! 4
# [[Simpang Empat, Tanah Bumbu|Simpang Empat]]
| [[File:Dr. Zairullah Azhar Bupati Tanbu foto (2).png|100px]]
# [[Sungai Loban, Tanah Bumbu|Sungai Loban]]
| [[Zairullah Azhar]]
# [[Karang Bintang, Tanah Bumbu|Karang Bintang]]
| 26 Februari 2021<ref name=":0">{{Cite news|url=https://regional.kompas.com/read/2021/02/26/18210141/ini-pesan-pj-gubernur-kalsel-usai-lantik-5-kepala-daerah-pemenang-pilkada |title=Ini Pesan Pj Gubernur Kalsel Usai Lantik 5 Kepala Daerah Pemenang Pilkada 2020 |date=26-02-2021 |access-date=16-04-2022 |work=[[Kompas.com]] |last=Haswar |first=Andi Muhammad |editor=Dony Aprian |editor-last=Aprian |editor-first=Dony }}</ref>
| [[Daftar kepala daerah dan wakil kepala daerah petahana di Kalimantan Selatan|Petahana]]
|[[Berkas:H. Rusli Wabup Tanbu Foto (2).png|100px]]
| Muhammad Rusli
|}


== Suku Bangsa ==
=== Dewan Perwakilan ===
{{utama|Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tanah Bumbu}}
Suku bangsa yang ada di daerah ini antara lain:
{{:Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tanah Bumbu}}


=== Kecamatan ===
{{utama|Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Tanah Bumbu}}
{{:Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Tanah Bumbu}}

== Ekonomi ==
Tanah Bumbu memiliki beberapa industri dan perusahaan tambang yang cukup besar, antara lain [[PT. Arutmin Indonesia Tambang Batulicin]] dan [[PT. Arutmin Indonesia Tambang Satui]] yang berada di bawah manajemen [[PT. Arutmin Indonesia]] yang sahamnya sebagian dimiliki [[Bakrie & Brothers|Bakrie]] melalui [[Bumi Resources]]. Kemudian perusahaan tambang biji besi antara lain; [[PT. Yiwan Mining]], [[PT. Meratus Jaya Iron Steel]], dan yang baru diresmikan pada awal Juli 2012 yakni [[PT. Batulicin Steel]].

== Seni Budaya ==
[[Berkas:Maket_Balai_Bini.JPG|jmpl|ka|200px|Rumah Adat Tanah Bumbu ([[Rumah Balai Bini]]).]]

=== Suku bangsa ===
Suku bangsa yang ada di daerah ini antara lain:
# [[Suku Banjar]]
# [[Suku Banjar]]
# [[Suku Dayak Bukit]]
# [[Suku Dayak Bukit]]
# [[Suku Bugis]]
# [[Suku Bugis]]
# [[Suku Makassar]]
# [[Suku Mandar]]
# [[Suku Mandar]]
# [[Suku Jawa]]
# [[Suku Jawa]]
Baris 85: Baris 218:
# [[Tionghoa-Indonesia|Suku Tionghoa-Indonesia]]
# [[Tionghoa-Indonesia|Suku Tionghoa-Indonesia]]
# [[Suku Batak]]
# [[Suku Batak]]
# [[Suku Sasak]]

== Lagu Daerah ==

Lagu daerah dari kabupaten ini antara lain:

* [[b:Tanah Bumbu/Lagu|Tanah Bumbu]]
* [[b:Mahadang Ading|Mahadang Ading]]
* [[b:Baikat Janji|Baikat Janji]]


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist|2}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.tanahbumbukab.go.id/ Situs web resmi pemerintah kabupaten Tanah Bumbu]

* {{id}} [http://www.kapetbatulicin.com/index.php?option=com_content&view=article&id=57&Itemid=63 Kapet Batulicin] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20111025112312/http://www.kapetbatulicin.com/index.php?option=com_content&view=article&id=57&Itemid=63 |date=2011-10-25 }}
* [http://www.tanahbumbukab.go.id/ Situs web resmi]
* [http://www.kapetbatulicin.com/index.php?option=com_content&view=article&id=57&Itemid=63 Kapet Batulicin]
* http://books.google.co.id/books?id=rfgeAAAAMAAJ&q=Adapun&dq=pangeran+maj+musa&source=gbs_word_cloud_r&cad=3
* http://books.google.co.id/books?pg=PA344&dq=pangeran+praboe+tanah+boemboe&lr=&id=exRJAAAAMAAJ#v=onepage&q=pangeran%20praboe%20tanah%20boemboe&f=false
* http://books.google.co.id/books?id=exRJAAAAMAAJ&dq=pangeran%20praboe%20tanah%20boemboe&lr=&pg=PA344#v=onepage&q=pangeran%20praboe%20tanah%20boemboe&f=false
* http://arizali47.wordpress.com/2009/06/24/70/
{{Kabupaten Tanah Bumbu}}
{{Kabupaten Tanah Bumbu}}
{{Kalimantan Selatan}}
{{Kalimantan Selatan}}
{{Authority control}}
{{Indo-geo-stub}}


[[Kategori:Kabupaten Tanah Bumbu| ]]
[[Kategori:Kabupaten di Kalimantan Selatan|Tanah Bumbu]]
[[Kategori:Kabupaten di Kalimantan Selatan|Tanah Bumbu]]
[[Kategori:Kabupaten di Indonesia|Tanah Bumbu]]
[[Kategori:Kabupaten di Indonesia|Tanah Bumbu]]
[[Kategori:Kabupaten Tanah Bumbu| ]]

[[bjn:Kabupatin Tanah Bumbu]]
[[en:Tanah Bumbu Regency]]
[[jv:Kabupatèn Tanah Bumbu]]
[[ms:Kabupaten Tanah Bumbu]]

Revisi terkini sejak 24 Juni 2024 02.26

Kabupaten Tanah Bumbu
Transkripsi bahasa daerah
 • Jawi Banjarكابوڤاتين تانه بومبو
Lambang resmi Kabupaten Tanah Bumbu
Motto: 
Bersujud
artinya: Bersih, jujur, dan adil
Peta
Peta
Kabupaten Tanah Bumbu di Kalimantan
Kabupaten Tanah Bumbu
Kabupaten Tanah Bumbu
Peta
Kabupaten Tanah Bumbu di Indonesia
Kabupaten Tanah Bumbu
Kabupaten Tanah Bumbu
Kabupaten Tanah Bumbu (Indonesia)
Koordinat: 3°29′01″S 115°56′53″E / 3.48363391°S 115.9479384°E / -3.48363391; 115.9479384
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Selatan
Tanggal berdiri20 Maret 2002
Dasar hukumUU No. 2 Tahun 2002
Hari jadi08 April 2003 (umur 21)
Ibu kotaBatulicin
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 12
  • Kelurahan: 5
  • Desa: 152
Pemerintahan
 • BupatiZairullah Azhar
 • Wakil BupatiMuhammad Rusli
 • Sekretaris DaerahAmbo Sakka
Luas
 • Total5.066,96 km2 (1,956,36 sq mi)
Populasi
 (31 Desember 2023)[1]
 • Total346.336
 • Kepadatan68/km2 (180/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 94,87% Islam
  • 2,39% Hindu
  • 0,11% Kepercayaan
  • 0,03% Buddha
  • 0,01% Konghucu[1]
 • IPMKenaikan 73,86 (2023)
 tinggi [2]
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode BPS
6310 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 518
Pelat kendaraanDA xxxx Z**
Kode Kemendagri63.10 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 491.426.287.000,- (2020)
Situs webwww.tanahbumbukab.go.id


Kabupaten Tanah Bumbu adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Sebelumnya kabupaten ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Kotabaru. Secara historis semula dinamakan Daerah Tingkat II Persiapan Tanah Bumbu Selatan.[3] Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.066,96 km² dan jumlah penduduk sebanyak 267.913 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010), dan pada akhir tahun 2023, jumlah penduduk Tanah Bumbu berjumlah 346.336 jiwa.[1]

Ibu kotanya adalah kecamatan Batulicin, pusat pemerintahan kabupaten berada di kelurahan Gunung Tinggi yang dulunya bernama desa Pondok Butun. Adapun yang menjadi sentra kegiatan usaha dan ekonomi adalah kecamatan Simpang Empat, yang dulunya merupakan bagian dari Kecamatan Batulicin.

Kabupaten Tanah Bumbu merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Kotabaru yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2003 tanggal 8 April 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan di Provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan undang-undang tersebut, Kabupaten Tanah Bumbu selalu merayakan hari jadinya pada tanggal 8 April setiap tahunnya. Nama historis yang pernah digunakan untuk menyebut daerah kabupaten ini adalah Tanah Koesan - 1879.[4]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sebelum Tahun 1888[sunting | sunting sumber]

Pada mulanya Tanah Boemboe adalah nama kolektif dari sebuah wilayah yang terdiri dari kerajaan Tjangtoeng dengan Boentar-laut, Bangkala-an, Sampanahan, Menoenggoel dan Tjengal. Ini terletak di pantai timur Kalimantan, memanjang dari Tjandjong Aroe (titik berbatu), pada 2° 7 ° 2. br., dan 116° 48' 0. L., ke sungai Serongga pada 3° 2' 2 br ., dan dibatasi), di utara, oleh Pasir, di timur, oleh Selat Makassar, di selatan, oleh Kussan, — dan di barat, oleh Bandjarmasin, yang dipisahkan oleh pegunungan Beratus atau Meratus.[5]

Tahun 1888[sunting | sunting sumber]

Poeloe Laut sejak tahun 1888 secara administratif dihitung sebagai milik wilayah Tanah Boemboelands, seperti Batoe Litjin, Pagatan dengan Koesan dan Sebamban; Namun pada awalnya, Tanah Bumbu ini hanya berarti lanskap di sekitar Teluk Kloempang (Tjantoeng, Boentar Laut dan Bangkalaän serta di sekitar Teluk Pamoekan, Sampanahan, Menoengoel dan Tjengal).[6]

Dari perbatasan barat daya dengan Tanah Laut (distrik Satoei) sekarang (sejak tahun 1888) dihitung di bawah Tanah Bumbu:

Dikelola oleh :

  1. Sebamban: Pangeran Sjarif Hasan
  2. Pagatan dan Koesan: Pangeran Mangkoe Boemi Daëng Machmud (akting untuk minoritas raja). TAHUNB. MYW. N. 0. I. 1888, TECHN. GED. 24san
  3. Batoe Litjin: Pangeran Sharif Achmad
  4. Poeloe Laut dan Sebuku: Pangeran Amir Hoesin
  5. Tjanjoeng dan Boentar Laut: Adji Darma
  6. Bangkalaän, Tjengal dan Menoengoel: Adji Mas Rawan
  7. Sampanahan: Pangeran Mangkoe Praboe Djaja

Bentang alam ini, bersama dengan kerajaan Pasir, membentuk divisi terpisah yang disebut: Pasir dan Tanah Boembuland di bawah kendali seorang pengendali yang berbasis di Kota Baroe di Poeloe Laut.

Batas antara negara-negara ini terutama ditentukan oleh daerah tangkapan air di sungai-sungai utama.

Jadi Pagatan dan Kusan menutupi daerah tangkapan air dari sungai dengan nama itu, dan lebih jauh lagi ke wilayah pantai selatan sampai Tanah Laut, dengan pengecualian jalur sempit milik Sebamban.

Bentang alam Batoe Litjin berisi cekungan Sungai Batoe Litjin, sehingga garis pemisah air antara Pagatan dan Koesan dan di utara dengan Sungai Tjantung membentuk batas; Sedangkan di sisi Selat Laut garis batas ini mencapai selat tersebut di sebelah selatan sepanjang sungai kecil Sekoempang dan di sebelah utara sepanjang sungai Saronga.

Tjantoeng disebut daerah Sungai Tjantoeng dan Boentar Laut adalah daerah utara Dewa (Tanjung Dewa), bersama-sama dikendalikan oleh satu kepala yang terletak di Tjantoeng.

Bangkalaän berisi daerah tangkapan air sungai Bangkalaän yang menghubungkan di utara dengan daerah tangkapan sungai Sampanahan, membentuk lanskap Sampanahan.

Di sebelah utara Sampanahan terhampar pemandangan Menoengoel, kembali meliputi wilayah Sungai Menoengal, dan terakhir Tjengal yang paling utara, yang selain merupakan daerah tangkapan air Sungai Tjengal yang mengalir ke Teluk Pamoekan. masih memanjang di sepanjang pantai dari Tandjong Merah (seberang Samalantakkan di pintu masuk Teluk Pamukan) sampai ke Tandjong Ares (Tanjung Aru), di mana perbatasan dengan Kerajaan Pasir dimulai.

Tiga lanskap Bankalaän, Menoengoel dan Tjengal berada di bawah satu kepala, yang biasanya berada di Tandjong Batoe di Teluk Kloempang.

Daerah Kabupaten Tanah Bumbu termasuk dalam kawasan Tanah Bumbu yang lebih luas atau wilayah Kalimantan Tenggara. Sejak dahulu kala wilayah tenggara pulau Kalimantan bukanlah daerah tidak bertuan karena daerah ini juga sudah dihuni oleh penduduk asli Kalimantan, menurut Hikayat Banjar penduduknya terdiri orang Satui, orang Laut Pulau, orang Pamukan (Dayak Samihim) dan orang Paser maupun orang-orang Dayak Bukit yang tinggal di pegunungan Meratus. Orang Pamukan dan orang Paser masing-masing memiliki pemerintahan kerajaan sendiri-sendiri.

Di daerah Cantung terdapat sebuah lesung batu (yoni) yang menunjukkan adanya pengaruh agama Hindu memasuki wilayah ini pada zaman dahulu kala. Sebelum terjadinya migrasi suku Bugis ke wilayah ini, seluruh wilayah tenggara Kalimantan di bawah koordinator Adji Tenggal, penguasa Paser yang menjadi bawahan Sultan Banjar IV Mustain-Bilah/Marhum Panembahan. Pada abad ke-17 Sultan Banjar menguasai Kalimantan Tenggara untuk diperintah keturunannya yaitu Pangeran Dipati Tuha dengan nama Kerajaan Tanah Bumbu dengan wilayah awal mulanya meliputi daerah dari Tanjung Aru (batas wilayah Banjar dengan Paser) sampai Tanjung Silat.

Kronologi[sunting | sunting sumber]

1520-1546[sunting | sunting sumber]

  • Menurut Hikayat Banjar, ada beberapa daerah dari wilayah tenggara pulau Kalimantan yang takluk dan mengirimkan upeti kepada Raja Banjar Islam ke-1 Sultan Suriansyah (1520-1546) yang berkedudukan di Banjarmasin, daerah-daerah tersebut yaitu Satui, Laut Pulau, Pamukan dan Paser. Kesultanan Banjar menamakan kawasan pesisir dengan "Laut" yang terdiri atas Laut Pulau dan Laut Darat. Nama daerah-daerah yang turut mengirimkan upeti ditemukan dalam naskah Cerita Turunan Raja-raja Banjar dan Kotawaringin (disebut juga Hikayat Banjar 1):[7]

Pada masa itu daerah Kabupaten Tanah Bumbu termasuk ke dalam wilayah negeri Satui, salah satu negeri yang turut serta mengirim prajurit membantu Pangeran Samudera berperang melawan pamannya Pangeran Tumenggung (Raja Negara Daha terakhir).
Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan:

Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan:

Daerah-daerah yang takluk pada masa Sultan Suryanullah - Sultan Banjarmasin ke-1 disebutkan dalam Hikayat Banjar.[8]

1595-1642[sunting | sunting sumber]

  • Pada masa pemerintahan Raja Banjar Islam ke-4 Sultan Mustain Billah (Raja Maruhum Panambahan) mengutus menteri/duta besar Kiai Martasura ke negeri Makassar (Tallo-Gowa) untuk menjalin hubungan bilateral kedua negara pada masa I Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud, Raja Tallo yang menjabat mangkubumi bagi Sultan Malikussaid Raja Gowa 1638-1654, ia meminjam ("menyewa") negeri Paser dan beberapa daerah lainnya termasuk daerah hunian suku Banjar - negeri Satui kepada Raja Banjar Marhum Panembahan (1595-1642) sebagai tempat berdagang. Peristiwa tersebut sebelum adanya Perjanjian Bungaya, hal ini menunjukkan pengakuan Makassar (Tallo-Gowa) mengenai kekuasaan Kesultanan Banjar terhadap daerah-daerah di wilayah sepanjang tenggara dan timur pulau Kalimantan. Pada masa itu Sultan Makassar terfokus untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di kepulauan Sunda Kecil. Namun setelah Perjanjian Bungaya (1667), Kesultanan Gowa dilarang oleh VOC-Belanda berdagang ke wilayah timur dan utara pulau Kalimantan.

Naskah Cerita Turunan Raja-raja Banjar dan Kotawaringin (disebut juga Hikayat Banjar 1) menyebutkan:

1660-1700[sunting | sunting sumber]

  • Orang Pamukan atau Suku Dayak Samihim dahulu telah memiliki kerajaan sendiri yaitu Kerajaan Pamukan yang telah dihancurkan oleh suatu serangan musuh dari luar dengan bukti sisa-sisa pemukiman mereka terdapat di Tanjung Kersik Itam. Setelah kejadian tersebut, orang Pamukan/Dayak Samihim meminta kepada Sultan Banjar untuk mengamankan wilayah itu dengan mendirikan pemerintahan (kerajaan) dan untuk mengantisipasi banyaknya pendatang dari luar memasuki daerah tersebut maka Pangeran Dipati Tuha putera Sultan Saidullah ditunjuk sebagai raja membawahi wilayah antara Tanjung Silat sampai Tanjung Aru yang dinamakan Kerajaan Tanah Bumbu dengan pusat pemerintahan di sungai Bumbu termasuk dalam Daerah Aliran Sungai Sampanahan. Pangeran Dipati Tuha kemudian digantikan puteranya Pangeran Mangu (Mangun Kesuma) sebagai Raja Tanah Bumbu berikutnya dan seorang putera lainnya Pangeran Citra (Citra Yuda) menjadi sultan negeri Kelua. Pangeran Mangu (1700-1740) kemudian digantikan putrinya, yaitu Ratu Mas. Ratu Mas (1740-1780) menikahi seorang pedagang dari Gowa bernama Daeng Malewa yang bergelar Pangeran Dipati; pasangan ini beranak Ratu Intan I dan Pangeran Layah, sedangkan dari selir Daeng Malewa berputra Pangeran Prabu[9] 1780, Kerajaan Tanah Bumbu dipecah menjadi wilayah selatan di bawah pemerintahan Ratu Intan I (keturunan Pangeran Dipati Tuha) yang dikenal sebagai Ratu Cantung dan Batulicin dan wilayah utara yang berpusat di Sampanahan di bawah pemerintahan Pangeran Prabu bergelar Sultan Sepuh. Ratu Intan I menikahi Sultan Anom dari Paser tetapi perkawinan ini tidak menghasilkan keturunan. Sedangkan Sultan Anom dengan selirnya memiliki keturunan yaitu Pangeran Muhammad, Andin Kedot, Andin Girok dan Andin Proah. Pangeran Layah menjadi penguasa Buntar Laut, ia memiliki kerurunan Gusti Cita dan Gusti Tahora.

1733[sunting | sunting sumber]

1787[sunting | sunting sumber]

1788[sunting | sunting sumber]

1789[sunting | sunting sumber]

  • Kedaulatan atas daerah Pasir dan Pulau Laut diserahkan VOC kembali kepada Sultan Banjar, Tahmidullah II.

1826[sunting | sunting sumber]

  • Pada tanggal 4 Mei 1826 (26 Ramadhan 1241 H), Sultan Banjar (Sultan Adam al-Watsiq Billah), menyerahkan wilayah tenggara dan timur Kalimantan beserta daerah lainnya kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

1844[sunting | sunting sumber]

  • Kasus Sebuli – Batulicin yaitu perompakan yang menyebabkan pertikaian Daeng Manggading yang dibantu Raja Pagatan dan Raja Sabamban dengan Aji Pati (Raja Bangkalaan) yang dibantu Pangeran Meraja Nata yang bermukim di Batulicin, mengakibatkan rumah-rumah orang Bugis di Batulicin dibakar.[11]
  • Pada tahun ini, distrik-distrik dalam onderafdeeling van Tanah Boemboe yaitu Pagatan, Kusan, Batulicin, Cantung dengan Buntar Laut, Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul dan Cengal. Pada waktu itu Pulau Laut masih di bawah pemerintah pusat Kesultanan Banjar.

1845[sunting | sunting sumber]

  • Batulicin dan Pulau Laut berada di bawah pemerintah Kusan.[12] Penguasa Kusan kemudian pindah ke pulau Laut, dan akhirnya divisi Kusan digabung dengan Pagatan. Sabamban dibentuk belakangan. Wilayah kabupaten Tanah Bumbu hari ini merupakan gabungan wilayah bekas distrik (swapraja) pada masa kolonial Hindia Belanda tersebut, yaitu Batoe Litjin, Koessan, Pagatan dan Sabamban, serta Distrik Satui (tahun 1889 Satui masih merupakan bagian dari Afdeeling Tanah Laut). Jadi Kerajaan Pagatan hanya salah satu dari banyak kerajaan yang ada di Tanah Bumbu maupun Kalimantan Tenggara.[13]

1849[sunting | sunting sumber]

  • Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8[14]

Geografi[sunting | sunting sumber]

Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu terletak di antara 2°52’ – 3°47’ Lintang Selatan dan 115°15’ – 116°04’ Bujur Timur. Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu kabupaten dari 13(tiga belas) kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak persis di ujung tenggara Pulau Kalimantan. Tanah Bumbu memiliki luas wilayah sebesar 5.066,96 km2 (506.696 ha) atau 13,50 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan.[15]

Batas Wilayah[sunting | sunting sumber]

Batas wilayah Kabupaten Tanah Bumbu adalah:

Utara Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Timur Kabupaten Kotabaru
Selatan Laut Jawa
Barat Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Banjar

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Bupati[sunting | sunting sumber]

No. Bupati Mulai menjabat Akhir menjabat Wakil Bupati
4 Zairullah Azhar 26 Februari 2021[16] Petahana Muhammad Rusli

Dewan Perwakilan[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Tanah Bumbu dalam dua periode terakhir.[17][18]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024
PKB 5 Steady 15
Gerindra 5 Kenaikan 16
PDI-P 10 Kenaikan 13
Golkar 3 Kenaikan 16
NasDem 3 Penurunan 11
PKS 1 Steady 11
PPP 2 Penurunan 11
PAN 2 Steady 12
Hanura 3 Penurunan 10
Demokrat 1 Penurunan 10
Jumlah Anggota 35 Steady 35
Jumlah Partai 10 Penurunan 8

Kecamatan[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Tanah Bumbu terdiri dari 12 kecamatan, 5 kelurahan, dan 144 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 310.309 jiwa dengan luas wilayah 5.006,96 km² dan sebaran penduduk 62 jiwa/km².[19]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Tanah Bumbu, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Status Daftar
Desa/Kelurahan
63.10.09 Angsana 9 Desa
63.10.01 Batulicin 2 7 Desa
Kelurahan
63.10.07 Karang Bintang 11 Desa
63.10.10 Kuranji 7 Desa
63.10.02 Kusan Hilir 1 34 Desa
Kelurahan
63.10.05 Kusan Hulu 21 Desa
63.10.08 Mantewe 12 Desa
63.10.04 Satui 16 Desa
63.10.06 Simpang Empat 2 10 Desa
Kelurahan
63.10.03 Sungai Loban 17 Desa
TOTAL 5 144

Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Tanah Bumbu memiliki beberapa industri dan perusahaan tambang yang cukup besar, antara lain PT. Arutmin Indonesia Tambang Batulicin dan PT. Arutmin Indonesia Tambang Satui yang berada di bawah manajemen PT. Arutmin Indonesia yang sahamnya sebagian dimiliki Bakrie melalui Bumi Resources. Kemudian perusahaan tambang biji besi antara lain; PT. Yiwan Mining, PT. Meratus Jaya Iron Steel, dan yang baru diresmikan pada awal Juli 2012 yakni PT. Batulicin Steel.

Seni Budaya[sunting | sunting sumber]

Rumah Adat Tanah Bumbu (Rumah Balai Bini).

Suku bangsa[sunting | sunting sumber]

Suku bangsa yang ada di daerah ini antara lain:

  1. Suku Banjar
  2. Suku Dayak Bukit
  3. Suku Bugis
  4. Suku Makassar
  5. Suku Mandar
  6. Suku Jawa
  7. Suku Bali
  8. Suku Sunda
  9. Suku Tionghoa-Indonesia
  10. Suku Batak
  11. Suku Sasak

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 13 Maret 2024. 
  2. ^ "[Metode Baru] Indeks Pembangunan Manusia menurut Kabupaten/Kota (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form SP2020), 2021-2023". www.kalsel.bps.go.id. Diakses tanggal 13 Maret 2024. 
  3. ^ (Indonesia) Kalimantan Selatan (Indonesia). Biro Perentjanaan dan Pembangunan (1972). Data daerah Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan (Indonesia). Biro Perentjanaan dan Pembangunan. hlm. 16. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-10. Diakses tanggal 2017-07-22. 
  4. ^ Indonesian History Info. "Administrative sub-divisions in Dutch Borneo, ca 1879". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-05. Diakses tanggal 2012-04-06. 
  5. ^ Schwaner, C.A.L.M. (1851). Historische, geografische en statistieke aanteekeningen betreffende Tanah Boemboe: aangetroffen onder de bij het Gouvernement van Nederlandsch-Indië berustende papieren van C.A.L.M. Schwaner. 1. hlm. 32. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-10. Diakses tanggal 2022-03-27. 
  6. ^ Dutch East Indies. Dienst van den Mijnbouw, Netherlands. Departement van Kolonien (1888). Jaarboek van het mijnwezen in Nederlandsch-Indië (dalam bahasa Belanda). 17. J.G. Stemler. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-10. Diakses tanggal 2022-03-27. 
  7. ^ a b c d e Johannes Jacobus Ras, Hikayat Banjar halaman 350, diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia 1990.
  8. ^ (Indonesia) Poesponegoro, Marwati Djoened (1992). Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. PT Balai Pustaka. hlm. 86. ISBN 9794074098. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-11. Diakses tanggal 2016-10-25.  ISBN 978-979-407-409-1
  9. ^ guide2womenleaders (site). "Indonesia Sub-States". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-11-25. Diakses tanggal 2010-03-17. 
  10. ^ "Situs web Universitas Indonesia" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-01-18. Diakses tanggal 2011-08-10. 
  11. ^ Subiyakto (8 Maret 2008). "Perompakan: Sebuah Realitas Historis Abad XIX di Kalimantan Selatan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-14. Diakses tanggal 2011-07-22. 
  12. ^ Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde. 1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-10. Diakses tanggal 2011-05-27. 
  13. ^ Indonesian History Info (situs). "Tanah Boemboe (atlas)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-25. Diakses tanggal 2011-07-22. 
  14. ^ Google Book. "Staatsblad van Nederlandisch Indië, s.n., 1849". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2011-04-02. 
  15. ^ Pemkab Tanah Bumbu Diakses: 14 Oktober 2009.
  16. ^ Haswar, Andi Muhammad (26-02-2021). Dony Aprian, Dony, ed. "Ini Pesan Pj Gubernur Kalsel Usai Lantik 5 Kepala Daerah Pemenang Pilkada 2020". Kompas.com. Diakses tanggal 16-04-2022. 
  17. ^ Perolehan Kursi DPRD Tanah Bumbu 2014-2019
  18. ^ Perolehan Kursi DPRD Tanah Bumbu 2019-2024
  19. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-19. Diakses tanggal 5 Desember 2018. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]