Islam di Korea: Perbedaan antara revisi
Islam di Korea |
Rescuing 3 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
||
Baris 4: | Baris 4: | ||
'''Islam di Korea''' merupakan salah satu agama yang berkembang di [[Korea]]. Di [[Korea Selatan]], populasi [[Muslim]] terus meningkat sejak diperkenalkannya [[Islam]] tak lama setelah [[Perang Korea]]. Komunitas Muslim (baik orang Korea dan warga asing) ini berpusat di sekitar [[Seoul]], di mana masjid besar yang pertama pada abad ke-20 dibangun pada tahun 1976 dengan menggunakan dana dari Misi Islam [[Malaysia]] dan [[dunia Muslim|negara-negara Islam]] lainnya. |
'''Islam di Korea''' merupakan salah satu agama yang berkembang di [[Korea]]. Di [[Korea Selatan]], populasi [[Muslim]] terus meningkat sejak diperkenalkannya [[Islam]] tak lama setelah [[Perang Korea]]. Komunitas Muslim (baik orang Korea dan warga asing) ini berpusat di sekitar [[Seoul]], di mana masjid besar yang pertama pada abad ke-20 dibangun pada tahun 1976 dengan menggunakan dana dari Misi Islam [[Malaysia]] dan [[dunia Muslim|negara-negara Islam]] lainnya. |
||
Selain kurang dari 30.000 umat Muslim asli Korea, telah terjadi pertumbuhan yang lambat tetapi jelas dari imigrasi [[Asia Selatan]], [[Timur Tengah]] (yaitu [[diaspora Irak|Irak]]), [[Indonesia]] dan [[Malaysia]] ke Korea Selatan, mayoritas menjadi Muslim, selama 1990-an dan 2000-an, biasanya datang sebagai tenaga kerja ekspatriat. Secara keseluruhan ada sampai 35.000 Muslim di Korea Selatan.<ref>{{cite web|author=Bae Ji-sook|title=Life is Very Hard for Korean Muslims|publisher=''[[The Korea Times]]''|date=2007-08-10|url=http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2007/08/117_8104.html|accessdate=2008-12-19 |
Selain kurang dari 30.000 umat Muslim asli Korea, telah terjadi pertumbuhan yang lambat tetapi jelas dari imigrasi [[Asia Selatan]], [[Timur Tengah]] (yaitu [[diaspora Irak|Irak]]), [[Indonesia]] dan [[Malaysia]] ke Korea Selatan, mayoritas menjadi Muslim, selama 1990-an dan 2000-an, biasanya datang sebagai tenaga kerja ekspatriat. Secara keseluruhan ada sampai 35.000 Muslim di Korea Selatan.<ref>{{cite web|author=Bae Ji-sook|title=Life is Very Hard for Korean Muslims|publisher=''[[The Korea Times]]''|date=2007-08-10|url=http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2007/08/117_8104.html|accessdate=2008-12-19|archive-date=2009-01-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20090117070500/http://koreatimes.co.kr/www/news/nation/2007/08/117_8104.html|dead-url=yes}}</ref> |
||
Hal ini diyakini bahwa tidak ada kehadiran yang signifikan dari Islam di [[Korea Utara]], di mana kegiatan keagamaan otonom secara umum hampir tidak ada. |
Hal ini diyakini bahwa tidak ada kehadiran yang signifikan dari Islam di [[Korea Utara]], di mana kegiatan keagamaan otonom secara umum hampir tidak ada. |
||
Baris 24: | Baris 24: | ||
Pada periode awal [[dinasti Joseon|Joseon]], [[penanggalan Islam]] berfungsi sebagai dasar untuk kalender karena reformasi untuk akurasi yang unggul di atas kalender Cina yang sudah ada.<ref name="Baker"/> Penerjemahan Korea dari ''[[orang Hui|Huihui]] Lifa'', sebuah teks yang menggabungkan [[astronomi Cina]] dengan [[Astronomi dalam Islam abad pertengahan|astronomi Islam]], dipelajari di [[Korea]] di bawah [[Dinasti Joseon]] pada masa [[Sejong yang Agung]] pada abad ke-15.<ref>{{Cite journal|title=The Korean Adaptation of the Chinese-Islamic Astronomical Tables|author=Yunli Shi|journal=Archive for History of Exact Sciences|publisher=[[Springer Science+Business Media|Springer]]|issn=1432-0657|volume=57|issue=1|date=January 2003|doi=10.1007/s00407-002-0060-z|pages=25–60 [26–7]|postscript=<!--None-->}}</ref> Tradisi astronomi Cina-Islam bertahan di Korea sampai awal abad ke-19.<ref name=Shi-30>{{Cite journal|title=The Korean Adaptation of the Chinese-Islamic Astronomical Tables|author=Yunli Shi|journal=Archive for History of Exact Sciences|publisher=[[Springer Science+Business Media|Springer]]|issn=1432-0657|volume=57|issue=1|date=January 2003|doi=10.1007/s00407-002-0060-z|pages=25–60 [30]|postscript=<!--None-->}}</ref> |
Pada periode awal [[dinasti Joseon|Joseon]], [[penanggalan Islam]] berfungsi sebagai dasar untuk kalender karena reformasi untuk akurasi yang unggul di atas kalender Cina yang sudah ada.<ref name="Baker"/> Penerjemahan Korea dari ''[[orang Hui|Huihui]] Lifa'', sebuah teks yang menggabungkan [[astronomi Cina]] dengan [[Astronomi dalam Islam abad pertengahan|astronomi Islam]], dipelajari di [[Korea]] di bawah [[Dinasti Joseon]] pada masa [[Sejong yang Agung]] pada abad ke-15.<ref>{{Cite journal|title=The Korean Adaptation of the Chinese-Islamic Astronomical Tables|author=Yunli Shi|journal=Archive for History of Exact Sciences|publisher=[[Springer Science+Business Media|Springer]]|issn=1432-0657|volume=57|issue=1|date=January 2003|doi=10.1007/s00407-002-0060-z|pages=25–60 [26–7]|postscript=<!--None-->}}</ref> Tradisi astronomi Cina-Islam bertahan di Korea sampai awal abad ke-19.<ref name=Shi-30>{{Cite journal|title=The Korean Adaptation of the Chinese-Islamic Astronomical Tables|author=Yunli Shi|journal=Archive for History of Exact Sciences|publisher=[[Springer Science+Business Media|Springer]]|issn=1432-0657|volume=57|issue=1|date=January 2003|doi=10.1007/s00407-002-0060-z|pages=25–60 [30]|postscript=<!--None-->}}</ref> |
||
Namun, karena isolasi politik dan geografis Korea selama periode Joseon, Islam akhirnya lenyap di Korea sampai diperkenalkan kembali pada abad ke-20. Hal ini diyakini bahwa banyak praktik-praktik keagamaan dan ajaran tidak dapat bertahan.<ref name="Baker"/> Namun, pada abad ke-19, pemukim Korea di [[Manchuria]] melakukan kontak kembali dengan Islam, ini menjadi Muslim Korea pertama pada zaman modern.<ref name="SeoulCity">{{cite web|url=http://english.seoul.go.kr/today/about/about_09way.htm|work=Seoul City government website|title=About Seoul: Way of Life|accessdate=2006-03-20 |
Namun, karena isolasi politik dan geografis Korea selama periode Joseon, Islam akhirnya lenyap di Korea sampai diperkenalkan kembali pada abad ke-20. Hal ini diyakini bahwa banyak praktik-praktik keagamaan dan ajaran tidak dapat bertahan.<ref name="Baker"/> Namun, pada abad ke-19, pemukim Korea di [[Manchuria]] melakukan kontak kembali dengan Islam, ini menjadi Muslim Korea pertama pada zaman modern.<ref name="SeoulCity">{{cite web|url=http://english.seoul.go.kr/today/about/about_09way.htm|work=Seoul City government website|title=About Seoul: Way of Life|accessdate=2006-03-20|archive-date=2006-02-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20060208084901/http://english.seoul.go.kr/today/about/about_09way.htm|dead-url=yes}}</ref> |
||
Catatan paling awal dari Muslim asli Korea berawal dari abad ke-19, ketika ada sebuah komunitas Muslim yang signifikan yang menempatkan dirinya di [[Manchuria]]. Kelompok ini meliputi keturunan pedagang Asia Tengah yang telah menetap di kota-kota Manchuria. Di sanalah warga Korea asli pertama kali datang untuk menerima Islam sebagai agama mereka. Namun, itu hanya setelah [[Perang Korea]] bahwa Islam mulai tumbuh secara signifikan di Korea. Islam diperkenalkan ke Korea oleh [[Brigade Turki]] yang datang untuk membantu Korea selama perang. Sejak itu, Islam telah terus tumbuh di Korea dan diadopsi oleh kalangan penduduk asli Korea yang cukup signifikan.<ref>{{Cite book|title=Korea: A Religious History|first=James Huntley|last=Grayson|publisher=[[Routledge]]|year=2002|isbn=0-7007-1605-X|page=196}}</ref> |
Catatan paling awal dari Muslim asli Korea berawal dari abad ke-19, ketika ada sebuah komunitas Muslim yang signifikan yang menempatkan dirinya di [[Manchuria]]. Kelompok ini meliputi keturunan pedagang Asia Tengah yang telah menetap di kota-kota Manchuria. Di sanalah warga Korea asli pertama kali datang untuk menerima Islam sebagai agama mereka. Namun, itu hanya setelah [[Perang Korea]] bahwa Islam mulai tumbuh secara signifikan di Korea. Islam diperkenalkan ke Korea oleh [[Brigade Turki]] yang datang untuk membantu Korea selama perang. Sejak itu, Islam telah terus tumbuh di Korea dan diadopsi oleh kalangan penduduk asli Korea yang cukup signifikan.<ref>{{Cite book|title=Korea: A Religious History|first=James Huntley|last=Grayson|publisher=[[Routledge]]|year=2002|isbn=0-7007-1605-X|page=196}}</ref> |
||
Baris 59: | Baris 59: | ||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
* [http://www.koreaislam.org/e-index.php Korea Muslim Federation] |
* [http://www.koreaislam.org/e-index.php Korea Muslim Federation] |
||
* [http://msa.kaist.ac.kr/ Korea Advanced Institute of Science and Technology ( KAIST ) - Muslim Students Association ( MSA )] |
* [http://msa.kaist.ac.kr/ Korea Advanced Institute of Science and Technology ( KAIST ) - Muslim Students Association ( MSA )] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080406005127/http://msa.kaist.ac.kr/ |date=2008-04-06 }} |
||
* [[Islamic Center of Daejeon|Islamic Center & Masjid of Daejeon]] |
* [[Islamic Center of Daejeon|Islamic Center & Masjid of Daejeon]] |
||
* [http://www.islamkorea.com/ Cheonju Masjid] |
* [http://www.islamkorea.com/ Cheonju Masjid] |
Revisi per 22 Februari 2021 13.15
Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Islam di Korea di en.wiki-indonesia.club. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan. (Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel) |
Islam menurut negara |
---|
Portal Islam |
Islam di Korea merupakan salah satu agama yang berkembang di Korea. Di Korea Selatan, populasi Muslim terus meningkat sejak diperkenalkannya Islam tak lama setelah Perang Korea. Komunitas Muslim (baik orang Korea dan warga asing) ini berpusat di sekitar Seoul, di mana masjid besar yang pertama pada abad ke-20 dibangun pada tahun 1976 dengan menggunakan dana dari Misi Islam Malaysia dan negara-negara Islam lainnya.
Selain kurang dari 30.000 umat Muslim asli Korea, telah terjadi pertumbuhan yang lambat tetapi jelas dari imigrasi Asia Selatan, Timur Tengah (yaitu Irak), Indonesia dan Malaysia ke Korea Selatan, mayoritas menjadi Muslim, selama 1990-an dan 2000-an, biasanya datang sebagai tenaga kerja ekspatriat. Secara keseluruhan ada sampai 35.000 Muslim di Korea Selatan.[1]
Hal ini diyakini bahwa tidak ada kehadiran yang signifikan dari Islam di Korea Utara, di mana kegiatan keagamaan otonom secara umum hampir tidak ada.
Sejarah
Tiga Kerajaan
Selama pertengahan abad ke-7, pedagang Muslim telah melintasi Asia Timur sejak Dinasti Tang dan membentuk kontak dengan Silla, salah satu dari Tiga Kerajaan Korea.[2] Pada tahun 751, seorang jenderal Cina keturunan Goguryeo, Gao Xianzhi, memimpin Pertempuran Talas untuk Dinasti Tang terhadap kekhalifahan Abbasiyah namun dikalahkan. Referensi paling awal ke Korea dalam kerja geografis non-Asia Timur muncul dalam General Survey of Roads and Kingdoms oleh Ibnu Khurdadbih pada pertengahan abad ke-9.[3]
Kehadiran pertama Islam dapat diverifikasi di Korea berawal dari abad ke-9 selama periode Silla Bersatu dengan kedatangan pedagang dan navigator Persia dan Arab. Menurut banyak geografer Muslim, termasuk penjelajah dan ahli geografi Muslim Persia abad ke-9 Ibnu Khurdadhbih, banyak dari mereka menetap secara permanen di Korea, mendirikan desa-desa Muslim.[4] Beberapa catatan menunjukkan bahwa banyak dari pemukim berasal dari Irak.[5] Catatan lain menunjukkan bahwa sejumlah besar dariSyiah faksi Alawi menetap di Korea.[6] Selanjutnya yang menunjukkan adanya masyarakat Muslim Timur Tengah di Silla adalah patung-patung wali kerajaan dengan karakteristik khas Persia.[7] Pada gilirannya, umat Islam banyak kemudian menikah dengan wanita Korea. Beberapa asimilasi ke Buddhisme dan Shamanisme terjadi, karena isolasi geografis Korea dari dunia Muslim.[8]
Dinasti Goryeo
Hubungan perdagangan antara dunia Islam dan semenanjung Korea dilanjutkan dengan kerajaan Goryeo sampai abad ke-15. Akibatnya, sejumlah pedagang Muslim dari Timur Dekat dan Asia Tengah menetap di Korea dan mendirikan keluarga di sana. Setidaknya satu klan utama Korea, keluarga Chang keluarga dengan tempatnya di desa Toksu, mengklaim keturunannya dari keluarga Muslim.[2] Beberapa Muslim Hui dari Cina juga tampaknya telah tinggal di kerajaan Goryeo.[9] Pada 1154, Korea termasuk dalam atlas dunia geografer Arab Muhammad al-Idrisi, Tabula Rogeriana. Peta tertua dunia Korea, Kangnido, menarik pengetahuan dari Kawasan Barat dari karya geografi Islam.[10]
Kontak kecil dengan masyarakat mayoritas Muslim, khususnya Uighur, berjalan terus dan semakin dekat. Satu kata untuk Islam dalam bahasa Korea, hoegyo (회교, 回敎) berasal dari huihe (回紇), nama bahasa Tionghoa tua untuk Uyghur. Selama akhir periode Goryeo, ada masjid di ibu kota Gaeseong.[11] Selama kekuasaan Mongol di Korea, Mongol sangat bergantung pada Uyghur untuk membantu mereka menjalankan kerajaan besar mereka karena orang Uighur berpengalaman dalam mengelola jaringan perdagangan yang diperluas. Setidaknya dua orang Uighur tinggal di Korea secara permanen dan menjadi nenek moyang dari dua klan Korea.[3][12]
Salah satu imigran Asia Tengah di Korea awalnya datang ke Korea sebagai asisten seorang putri Mongol yang telah dikirim untuk menikahi Raja Chungnyeol. Dokumen Goryeo mengatakan bahwa nama aslinya adalah Samga. Tetapi, setelah ia memutuskan untuk tinggal di Korea, raja menganugerahinya nama Korea Jang Sun-nyeong. Jang menikah dengan seorang Korea dan menjadi nenek moyang pendiri klan Deoksu Jang. Klannya menghasilkan banyak pejabat tinggi dan cendekiawan Konfusianisme yang dihormati selama berabad-abad. Dua puluh lima generasi kemudian, sekitar 30.000 warga Korea melihat kembali ke belakang Jang Sun-nyeong sebagai leluhur dari klan mereka. Mereka sadar bahwa ia bukan penduduk asli Korea. Banyak yang percaya bahwa ia adalah seorang Muslim Arab. Namun, tidak ada bukti pengaruh Islam pada tradisi keluarga Deoksu Jang. Hal yang sama juga terjadi pada keturunan Asia Tengah lain yang tinggal di Korea. Seorang Asia Tengah (mungkin Uighur) bernama Seol Son melarikan diri ke Korea ketika Pemberontakan Serban Merah meletus menjelang akhir dari Dinasti Yuan. Dia juga menikah dengan seorang Korea, menjadi leluhur klan Seol Gyeongju yang mengklaim sedikitnya 2.000 anggota di Korea saat ini tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda khusus dari pengaruh Muslim.[3]
Dinast Joseon
Pada periode awal Joseon, penanggalan Islam berfungsi sebagai dasar untuk kalender karena reformasi untuk akurasi yang unggul di atas kalender Cina yang sudah ada.[3] Penerjemahan Korea dari Huihui Lifa, sebuah teks yang menggabungkan astronomi Cina dengan astronomi Islam, dipelajari di Korea di bawah Dinasti Joseon pada masa Sejong yang Agung pada abad ke-15.[13] Tradisi astronomi Cina-Islam bertahan di Korea sampai awal abad ke-19.[14]
Namun, karena isolasi politik dan geografis Korea selama periode Joseon, Islam akhirnya lenyap di Korea sampai diperkenalkan kembali pada abad ke-20. Hal ini diyakini bahwa banyak praktik-praktik keagamaan dan ajaran tidak dapat bertahan.[3] Namun, pada abad ke-19, pemukim Korea di Manchuria melakukan kontak kembali dengan Islam, ini menjadi Muslim Korea pertama pada zaman modern.[15]
Catatan paling awal dari Muslim asli Korea berawal dari abad ke-19, ketika ada sebuah komunitas Muslim yang signifikan yang menempatkan dirinya di Manchuria. Kelompok ini meliputi keturunan pedagang Asia Tengah yang telah menetap di kota-kota Manchuria. Di sanalah warga Korea asli pertama kali datang untuk menerima Islam sebagai agama mereka. Namun, itu hanya setelah Perang Korea bahwa Islam mulai tumbuh secara signifikan di Korea. Islam diperkenalkan ke Korea oleh Brigade Turki yang datang untuk membantu Korea selama perang. Sejak itu, Islam telah terus tumbuh di Korea dan diadopsi oleh kalangan penduduk asli Korea yang cukup signifikan.[16]
Pengenalan kembali abad ke-20
Selama Perang Korea, Turki mengirim sejumlah besar pasukannya untuk membantu Korea Selatan di bawah perintah PBB, yang disebut Brigade Turki. Selain kontribusi mereka di medan perang, Turki juga membantu dalam pekerjaan kemanusiaan, membantu mengoperasikan sekolah selama waktu perang untuk anak yatim korban perang. Tak lama setelah perang, beberapa orang Turki yang bertugas di Korea Selatan sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB mulai mengajar di Korea tentang Islam. Pada awal mengubahnya mendirikan Korea Muslim Society pada tahun 1955, pada saat di mana masjid pertama di Korea Selatan didirikan.[15] Korea Muslim Society tumbuh cukup besar untuk menjadi Korea Muslim Federation pada tahun 1967.[3]
Saat ini
Pada tahun 1962, pemerintah Malaysia menawarkan hibah sebesar US $ 33.000 untuk sebuah masjid yang akan dibangun di Seoul. Namun, rencana itu gagal karena inflasi. Tidak sampai 1970-an, ketika hubungan ekonomi Korea Selatan dengan banyak negara Timur Tengah menonjol, menunjukkan bahwa minat terhadap Islam mulai bangkit kembali. Beberapa warga Korea yang bekerja di Arab Saudi masuk Islam, ketika mereka menyelesaikan masa tugas kerja mereka dan kembali ke Korea, mereka didukung sejumlah Muslim penduduk asli.[3] Masjid Pusat Seoul akhirnya dibangun di Seoul lingkungan Itaewon pada tahun 1976. Saat ini ada juga masjid di Busan, Anyang, Gwangju, Jeonju dan Daegu. Menurut Lee Hee-Soo (Yi Hui-su), Presiden Korea Islam Institute, ada sekitar 40.000 Muslim yang terdaftar di Korea Selatan, dan sekitar 10.000 diperkirakan penganut yang sangat aktif.[17]
Korea Muslim Federation (KMF) mengatakan akan membuka sekolah dasar Islam pertama bernama SD Pangeran Sultan Bin Abdul Aziz pada Maret 2009 dengan tujuan membantu Muslim di Korea belajar tentang agama mereka melalui kurikulum sekolah resmi. Rencana sedang dilakukan untuk membuka sebuah pusat budaya, sekolah menengah dan bahkan universitas. Abdullah Al-Aifan, Duta Besar Arab Saudi di Seoul, menyerahkan $500.000 untuk KMF atas nama pemerintah Arab Saudi.[18]
Jauh sebelum dibentuknya sekolah formal berupa SD, sebuah madrasah bernama Madrasah Sultan Bin Abdul Aziz, telah berfungsi sejak tahun 1990 dan di situlah anak-anak diberi kesempatan untuk belajar bahasa Arab, budaya Islam, dan Inggris.
Banyak Muslim Korea yang mengatakan gaya hidup mereka yang berbeda membuat mereka lebih menonjol daripada yang lain dalam masyarakat. Namun, kekhawatiran terbesar mereka adalah prasangka yang mereka rasakan setelah serangan 11 September pada tahun 2001.[19]
Dalam Arirang TV, sebuah stasiun TV Korea juga membuat laporan 9 menit pada Imam Hak Ap-du dan Islam di Korea.[20]
Jumlah Muslim di Korea
- Korea Selatan
Populasi Muslim di Korea Selatan saat ini berjumlah 35.000 dari populasi negara dengan hampir kesemuanya adalah imigran dari Asia Selatan.
- Korea Utara
Saat ini, jumlah Muslim di Korea Utara sangatlah kecil mengingat 64% warga Korea Utara adalah ateis. Terhitung ada 3.000 muslim di negara ini. Satu-satunya masjid di Korea Utara yaitu Masjid Ar-Rahman yang terletak di dekat Kedutaan Besar Iran[21].
Catatan
- ^ Bae Ji-sook (2007-08-10). "Life is Very Hard for Korean Muslims". The Korea Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-01-17. Diakses tanggal 2008-12-19.
- ^ a b Grayson, James Huntley (2002). Korea: A Religious History. Routledge. hlm. 195. ISBN 0-7007-1605-X.
- ^ a b c d e f g Baker, Don (Winter 2006). "Islam Struggles for a Toehold in Korea". Harvard Asia Quarterly. Diakses tanggal 2007-04-23.
- ^ Lee (1991) reviews the writings of more than 15 Arabic geographers on Silla, which most refer to as al-sila or al-shila.
- ^ Lee (1991, pp. 27-28) cites the writings of Dimashqi, Al-Maqrisi, and Al-Nuwairi as reporting Alawi emigration to Silla in the late 7th century.
- ^ Lee (1991, p. 26) cites the 10th-century chronicler Mas'udi.
- ^ These were found in the tomb of Wonseong of Silla, d. 798 (Kwon 1991, p. 10).
- ^ Islamic Korea - Pravda.Ru
- ^ Keith Pratt, Richard Rutt, James Hoare (1999). Korea: A Historical and Cultural Dictionary. Routledge. hlm. 189. ISBN 0-7007-0464-7.
- ^ Keith Pratt, Richard Rutt, James Hoare (1999). Korea: A Historical and Cultural Dictionary. Routledge. hlm. 36. ISBN 0-7007-0464-7.
- ^ "Islam takes root and blooms". Islam Korea. Diakses tanggal 2006-03-20.
- ^ "덕수장씨". Rootsinfo.co.kr (Korean language). Diakses tanggal 2006-03-20.
- ^ Yunli Shi (January 2003). "The Korean Adaptation of the Chinese-Islamic Astronomical Tables". Archive for History of Exact Sciences. Springer. 57 (1): 25–60 [26–7]. doi:10.1007/s00407-002-0060-z. ISSN 1432-0657.
- ^ Yunli Shi (January 2003). "The Korean Adaptation of the Chinese-Islamic Astronomical Tables". Archive for History of Exact Sciences. Springer. 57 (1): 25–60 [30]. doi:10.1007/s00407-002-0060-z. ISSN 1432-0657.
- ^ a b "About Seoul: Way of Life". Seoul City government website. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-02-08. Diakses tanggal 2006-03-20.
- ^ Grayson, James Huntley (2002). Korea: A Religious History. Routledge. hlm. 196. ISBN 0-7007-1605-X.
- ^ The article (in Korean) at [1] quotes Lee Hee-Soo (Yi Hui-su), president of 한국 이슬람 학회 (Korea Islam Institute), with these figures.
- ^ http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2008/03/117_20746.html First Muslim School to Open Next Year
- ^ http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2007/08/117_8104.html Life is Very Hard for Korean Muslims
- ^ http://www.youtube.com/watch?v=05ROUDTAo-M
- ^ https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200506152714-269-500757/ibadah-di-satu-satunya-masjid-di-negara-kim-jong-un
Sumber
- Baker, Don (Winter 2006). "Islam Struggles for a Toehold in Korea". Harvard Asia Quarterly. Diakses tanggal 2007-04-23.
- Kwon, Young-pil. (1991). Ancient Korean art and Central Asia: Non-Buddhist art prior to the 10th century. Korea Journal 31(2), 5-20. [2]
- Lee, Hee-Soo. (1991). Early Korea-Arabic maritime relations based on Muslim sources. Korea Journal 31(2), 21-32. [3]
Pranala luar
- Korea Muslim Federation
- Korea Advanced Institute of Science and Technology ( KAIST ) - Muslim Students Association ( MSA ) Diarsipkan 2008-04-06 di Wayback Machine.
- Islamic Center & Masjid of Daejeon
- Cheonju Masjid
- Islam and Muslims in South Korea
- Collections of Korean Muslim Sermons (Audio)
- “난 한국인 무슬림이다” (Korea) - Introducing Korean Muslim communities (Part 1) by the Hankyeohrae
- ‘코슬림’ 알리 “내 나라는 코리아” (Korea) - Introducing Korean Muslim communities (Part 2) by the Hankyeohrae