Lompat ke isi

Angkor Wat: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 13°24′45″N 103°52′01″E / 13.41250°N 103.86694°E / 13.41250; 103.86694
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 53: Baris 53:


== Sejarah ==
== Sejarah ==
[[Berkas:Suryavarman II in procession.jpg|jmpl|kiri|Raja [[Suryawarman II]], pembangun Angkor Wat.]]
[[File:Suryavarman_II.jpg|thumb|left|Raja [[Suryawarman II]], pembangun Angkor Wat]]
Angkor Wat terletak 5,5 km di sebelah utara kota modern [[Siem Reap]]. Candi ini juga berada tidak jauh di sebelah selatan dan agak ke timur dari bekas ibu kota Khmer yang berpusat di candi [[Baphuon]]. Angkor Wat sendiri berlokasi di kawasan percandian Angkor, dan juga merupakan candi paling selatan dari antara candi-candi lainnya di kawasan tersebut.
Angkor Wat terletak 5,5 kilometer (3,4 mil) di sebelah utara kota modern [[Siem Reap]], tidak jauh di sebelah selatan dan sedikit ke timur dari bekas ibu kota Kerajaan Kambujadesa yang berpusat di candi [[Baphuon]]. Angkor Wat adalah situs terselatan di dalam lingkup kawasan utama situs-situs arkeologi Angkor.{{cn|date=Mei 2021}}


Menurut mitos, Angkor Wat dibangun atas perintah Dewa [[Indra]] untuk dijadikan istana putranya, Preca Ket Mealea.<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=HAZrFhvqnTkC|title=Asiatic Mythology:A Detailed Description and Explanation of the Mythologies of All the Great Nations of Asia|author1= J. Hackin|author2= Clayment Huart|author3= Raymonde Linossier|author4= H. de Wilman Grabowska|author5= Charles-Henri Marchal|author6= Henri Maspero|author7= Serge Eliseev|date=1932|page=194|isbn=978-81-206-0920-4}}</ref> Menurut keterangan musafir Tiongkok dari abad ke-13, [[Zhou Daguan]], ada pihak-pihak yang percaya bahwa Angkor Wat dibangun hanya dalam semalam oleh dewa undagi.<ref>{{cite book|title= A Record of Cambodia: The Land and Its People|author=daguan Zhou|others=Translated by Peter Harris|publisher=Silkworm Books|date=2007}}</ref>
Rintisan rancangan dan pembangunan candi dimulai pada paruh pertama abad ke-12 Masehi, pada masa pemerintahan raja [[Suryawarman II]] (memerintah pada 1113 – sekitar 1150).<ref name=Higham1>{{cite book |author=Higham, C. |date= 2014 |title= Early Mainland Southeast Asia |location= Bangkok |publisher= River Books Co., Ltd. |isbn= 978-616-7339-44-3 |pages=372, 378–379}}</ref> Dipersembahkan untuk memuliakan [[Wisnu]], candi ini dibangun sebagai candi agung negara milik raja sekaligus sebagai ibu kota. Karena prasasti yang menyebutkan pembangunannya belum ditemukan, maka nama asli candi ini tidak diketahui. Ditafsirkan candi ini mungkin aslinya disebut sebagai ''"Preah Pisnu-lok"'' (Bahasa Khmer Kuno, serapan dari bahasa Sanskerta: ''"Wara Wisnuloka"'') secara harfiah bermakna "Tempat Suci Wisnu", diambil dari nama dewa utama yang dimuliakan di candi ini. Proyek pembangunan sepertinya dihentikan segera setelah kematian raja, menyisakan beberapa relief rendah yang belum rampung.<ref name="Ohio">{{cite web |url= http://huntingtonarchive.osu.edu/seasia/angkor.html|title=Angkor Wat, 1113–1150 |accessdate=27 April 2008 |publisher=College of the Arts, The Ohio State University |work=The Huntington Archive of Buddhist and Related Art}}</ref> Pada 1177, kira-kira 27 tahun setelah kematian Suryawarman II, Angkor diserang oleh bangsa [[Champa]], musuh tradisional bangsa Khmer. Kemudian kerajaan Khmer dipulihkan kembali oleh raja baru [[Jayawarman VII]], yang mendirikan ibu kota baru di [[Angkor Thom]] dan candi kerajaan baru di [[Bayon]], yang terletak beberapa kilometer di utara Angkor Wat.


Tahap awal perancangan dan pengerjaan Angkor Wat terlaksana pada paruh pertama abad ke-12, pada masa pemerintahan Raja [[Suryawarman II]] (memerintah tahun 1113 sampai kira-kira tahun 1150). Bertolak belakang dengan kebijakan raja-raja pendahulunya yang menganut aliran [[Saiwa]], Suryawarman II membaktikan Angkor Wat kepada Dewa [[Wisnu]]. Percandian ini dibangun untuk digunakan sebagai kuil kenegaraan sekaligus ibu kota kerajaan. Nama asli Angkor Wat tidak diketahui, karena tidak ditemukan [[Stela|yupa prasasti]] maupun prasasti-prasasti lain dari masa pembangunannya yang menyebut-nyebut keberadaan percandian ini, tetapi mungkin saja namanya adalah "Warah Wisnulok", seperti nama dewa yang diistanakan di dalamnya. Kegiatan pembangunan tampaknya terhenti tidak lama sesudah sang raja mangkat, terbukti dari sejumlah ukiran [[Relief|relief rendah]] yang belum rampung dikerjakan.<ref name="Ohio">{{cite web |url= http://huntingtonarchive.osu.edu/seasia/angkor.html|title=Angkor Wat, 1113–1150 |access-date=27 April 2008 |publisher=College of the Arts, The Ohio State University |work=The Huntington Archive of Buddhist and Related Art}}</ref> Istilah ''Wrah Wiṣṇuloka'' atau ''Parama Wiṣṇuloka'' secara harfiah berarti "raja yang sudah berpindah ke kahyangan luhur Dewa Wisnu". Istilah tersebut adalah gelar anumerta yang diberikan kepada Suryawarman II dengan maksud mengabadikan kegemilangan dan kenangan akan dirinya.<ref name="Falser"/>
Menjelang akhir abad ke-13, Angkor Wat perlahan-lahan dialihfungsikan dari candi Hindu menjadi candi [[Buddha Theravada]], dan candi ini masih difungsikan seperti ini hingga kini. Angkor Wat agak tidak biasa dibandingkan candi-candi lainnya di Angkor; meskipun agak ditelantarkan setelah abad ke-16, Angkor Wat tidak pernah benar-benar ditinggalkan. Angkor tetap bertahan antara lain salah satunya karena parit yang mengelilinginya melindungi bangunan candi dari rongrongan pohon besar hutan rimba.<ref>Glaize, ''The Monuments of the Angkor Group'' hlm. 59.</ref>


Pada tahun 1177, kira-kira 27 tahun sesudah Suryawarman II mangkat, kota Angkor diserbu [[Kerajaan Champa|bangsa Campa]], musuh bebuyutan bangsa Khmer.<ref>{{cite book|last= Coedès|first= George|author-link= George Coedès|editor= Walter F. Vella|others= penerjemah. Susan Brown Cowing|title= The Indianized States of Southeast Asia|date= 1968|publisher= University of Hawaii Press|isbn= 978-0-8248-0368-1 |page=164}}</ref> Kedaulatan negara Kambujadesa dipulihkan raja baru, [[Jayawarman VII]]. Sang raja mendirikan ibu kota dan candi kenegaraan baru beberapa kilometer di sebelah utara Angkor Wat, yakni kota [[Angkor Thom]] dan candi [[Bayon]], yang ia baktikan untuk kepentingan agama Buddha, karena merasa sudah dikecewakan dewa-dewi Hindu. Angkor Wat juga sedikit demi sedikit diubah menjadi sebuah situs agama Buddha, dan banyak ukiran bertema Hindu diganti dengan karya seni agama Buddha.<ref>{{Cite web|title=Angkor Wat {{!}} Description, Location, History, Restoration, & Facts|url=https://www.britannica.com/topic/Angkor-Wat|access-date=7 February 2021|website=Encyclopedia Britannica}}</ref>
Salah satu pengunjung Barat pertama yang mendatangi candi ini antara lain adalah [[António da Madalena]], seorang biarawan [[Katolik]] Portugis yang mengunjunginya pada tahun 1586 dan berkata, "Sebuah bangunan luar biasa yang tak mungkin digambarkan dengan pena, terutama karena tidak ada bangunan lain di dunia ini yang menyerupainya. Bangunan ini memiliki menara dengan hiasan yang sangat indah yang hanya bisa diciptakan oleh manusia jenius."<ref>Higham, ''The Civilization of Angkor'' hlm. 1–2.</ref> Pada pertengahan abad ke-19, candi ini dikunjungi oleh ilmuwan dan penjelajah Prancis, [[Henri Mouhot]], yang memperkenalkan situs ini ke dunia Barat melalui catatan perjalanannya. Ia menulis:
{{Multiple image
| align = right | direction = horizontal |total_width=400
| image1 = Facade of Angkor Wat.jpg
| caption1 =Muka bangunan Angkor Wat, digambar [[Henri Mouhot]] sekitar tahun 1860
| image2 = AngkorWat_Delaporte1880.jpg
| caption2 = Sketsa Angkor Wat, digambar [[Louis Delaporte]] sekitar tahun 1880
}}


Menjelang akhir abad ke-12, sedikit demi sedikit Angkor Wat diubah dari sebuah pusat peribadatan agama Hindu menjadi pusat peribadatan [[agama Buddha]]. Fungsi baru ini bertahan sampai sekarang.<ref name="cyark" /> Tidak seperti candi-candi Angkor lainnya, Angkor Wat tidak pernah sepenuhnya ditinggalkan orang, kendati sebagaian besar bangunannya sudah telantar selepas abad ke-16.<ref>Glaize, ''The Monuments of the Angkor Group'' hlm. 59.</ref> Empat belas prasasti dari abad ke-17 yang ditemukan di area Angkor membuktikan bahwa para peziarah Buddha dari [[bangsa Jepang|Jepang]] pernah mendirikan permukiman-permukiman kecil yang berdampingan dengan kampung-kampung pribumi Khmer.<ref name="Nikkei">{{cite web |title =Japanese Diaspora – Cambodia | author = Masako Fukawa | author2 = Stan Fukawa |date = 6 November 2014 | website = Discover Nikkei | url =http://www.discovernikkei.org/en/journal/2014/11/6/japanese-diaspora-cambodia/ | access-date =18 Oktober 2015}}</ref> Para musafir Jepang pada masa itu menyangka Angkor Wat adalah [[Jetawana]], taman [[Siddhartha Gautama|Sang Buddha]] yang mula-mula berada di Kerajaan [[Magadha|Magada]], India.<ref>{{cite journal | title = Au-dela du plan Japonais du XVII siècle d'Angkor Vat, (A XVII century Japanese map of Angkor Wat) |author = Abdoul-Carime Nasir |url =http://aefek.free.fr/iso_album/carteangkor_jetavana.pdf | language =fr |access-date =18 Oktober 2015 | journal=Bulletin de l'AEFEK}}</ref> Prasasti yang paling terkenal adalah prasasti yang menyebutkan bahwa [[Ukondayu Kazufusa]] merayakan [[Tahun Baru Khmer]] di Angkor Wat pada tahun 1632.<ref>{{cite web | title = History of Cambodia, Post-Angkor Era (1431 – present day) | work = Cambodia Travel |url =http://www.cambodia-travel.com/khmer/post-angkor.htm |access-date =18 Oktober 2015}}</ref>
<blockquote>"Candi ini—yang menyaingi [kemegahan] [[Bait Salomo|Kenisah Salomo]] dan dibangun oleh [[Michelangelo]] purba—pantas menduduki tempat terhormat sebagai salah satu bangunan terindah [di dunia]. Bangunan ini lebih besar dari segala peninggalan [[Yunani Kuno|Yunani]] atau [[Romawi Kuno|Romawi]], dan menyajikan kontras yang sangat menyedihkan dengan kondisi kini yang jatuh terpuruk ke dalam kebiadaban."<ref>Quoted in [http://www.cambodianview.com/documents/articles/Brief_Presentation.pdf Brief Presentation by Venerable Vodano Sophan Seng]</ref></blockquote>


Salah seorang di antara musafir-musafir Barat pertama yang sampai ke situs Angkor Wat adalah [[António da Madalena]]. Padri [[Portugal|Portugis]] yang berkunjung pada tahun 1586 ini mengungkapkan bahwa Angkor Wat "adalah bangunan yang sungguh luar biasa sampai-sampai mustahil digambarkan lewat tulisan, terutama karena tidak ada satu pun bangunan lain di dunia ini yang menyerupainya. Bangunan ini dilengkapi menara-menara, hiasan-hiasan, dan segala macam keindahan yang dapat dibayangkan manusia."<ref>Higham, ''The Civilization of Angkor'' hlmn. 1–2.</ref>
Mouhot, seperti kebanyakan pengunjung Barat, sulit memercayai bahwa bangsa Khmer mampu membangun candi semegah ini, secara keliru memperkirakan waktu pembangunannya sezaman dengan era Romawi Kuno. Sejarah sebenarnya dari Angkor Wat secara perlahan dirangkaikan kembali dengan mempelajari gaya arsitektur serta bukti [[epigrafi]] tertulis pada prasasti, yang diperoleh selama pembersihan di sekitar situs Angkor. Penggalian di sekitar situs Angkor Wat tidak menemukan sisa-sisa permukiman seperti bekas rumah hunian atau bukti hunian lainnya seperti perabot memasak, senjata, atau bekas pakaian yang biasa ditemukan di situs purbakala. Hanya monumen inilah yang ditemukan di kawasan ini.<ref>''Time Life Lost Civilizations series: Southeast Asia: A Past Regained'' (1995) hlm. 67-99</ref>


Pada tahun 1860, Angkor Wat secara efektif ditemukan [[Henri Mouhot]], naturalis sekaligus penjelajah berkebangsaan Prancis yang memopulerkan situs ini di Dunia Barat lewat penerbitan catatan perjalanannya. Ia mengungkapkan sebagai berikut:
{{multiple image
{{cquote|Salah satu di antara kuil-kuil – yang sebanding dengan [[Solomon's Temple|Haikal Sulaiman]] dan dibangun seorang [[Michelangelo]] purba – ini mungkin layak disejajarkan gedung-gedung kita yang paling indah. Kuil ini lebih megah daripada segala peninggalan [[Yunani Kuno|Yunani]] maupun [[Romawi Kuno|Romawi]], dan malangnya kontras sekali dengan peri kehidupan barbar yang sekarang menjerat bangsa ini.<ref>Quoted in [http://www.cambodianview.com/documents/articles/Brief_Presentation.pdf Brief Presentation by Venerable Vodano Sophan Seng] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060823131709/http://www.cambodianview.com/documents/articles/Brief_Presentation.pdf |date=23 Agustus 2006 }}</ref>}}<!--
| align = right

| direction = horizontal
There were no ordinary dwellings or houses or other signs of settlement, including cooking utensils, weapons, or items of clothing usually found at ancient sites. Instead, there is only evidence of the monuments themselves.<ref name="Southeast Asia 1995 p. 67-99">''Time Life Lost Civilizations series: Southeast Asia: A Past Regained'' (1995). pp. 67–99</ref>
| header_align = center
[[File:Expo 1931 Angkor nuit.jpg|thumb|left|The grand replica of Angkor Wat in [[Paris Colonial Exposition]] (1931) represented the immense grandeur of the [[French protectorate of Cambodia]].]]
| header =

| image1 = Facade of Angkor Wat.jpg
The artistic legacy of Angkor Wat and other Khmer monuments in the [[Angkor]] region led directly to France adopting Cambodia as a [[protectorate]] on 11 August 1863 and invading Siam to take control of the ruins. This quickly led to Cambodia reclaiming lands in the northwestern corner of the country that had been under Siamese (Thai) control since AD 1351 (Manich Jumsai 2001), or by some accounts, AD 1431.<ref>Penny Edwards (2007).''Cambodge: The Cultivation of a Nation, 1860–1945'' {{ISBN|978-0-8248-2923-0}}</ref>
| width1 = 207

| alt1 =
Angkor Wat's aesthetics were on display in the plaster cast museum of [[Louis Delaporte]] called ''musée Indo-chinois'' which existed in the Parisian Trocadero Palace from c.1880 to the mid-1920s.<ref>Falser, Michael (2013). [http://www.riha-journal.org/articles/2013/2013-apr-jun/falser-musee-indo-chinois ''From Gaillon to Sanchi, from Vézelay to Angkor Wat. The Musée Indo-Chinois in Paris: A Transcultural Perspective on Architectural Museums.''].</ref>
| caption1 = <center> Tampak depan Angkor Wat, digambar oleh [[Henri Mouhot]].

| image2 = AfficheAngkorGroslier.jpg
The 20th century saw a considerable restoration of Angkor Wat.<ref name="multiref1">Glaize p. 59.</ref> Gradually teams of laborers and archeologists pushed back the jungle and exposed the expanses of stone, permitting the sun to once again illuminate the dark corners of the temple. Angkor Wat caught the attention and imagination of a wider audience in Europe when the pavilion of [[French protectorate of Cambodia]], as part of [[French Indochina]], recreated the life-size replica of Angkor Wat during [[Paris Colonial Exposition]] in 1931.<ref>{{Cite web|url=https://transversal.at/transversal/1007/kuster/en|title=On the international colonial exhibition in Paris 1931 {{!}} transversal texts
| width2 = 200
|first=Brigitta |last=Kuster |website=transversal.at|access-date=23 April 2020}}</ref>
| alt2 =

| caption2 = <center>Kartu pos Prancis bergambar Angkor Wat pada tahun 1911.
Cambodia gained independence from France on 9 November 1953 and has controlled Angkor Wat since that time. It is safe to say that from the colonial period onwards until the site's nomination as [[UNESCO World Heritage]] in 1992, this specific temple of Angkor Wat was instrumental in the formation of the modern and gradually globalised concept of built cultural heritage.<ref>Falser, Michael: Clearing the Path towards Civilization – 150 Years of "Saving Angkor". In: Michael Falser (ed.) Cultural Heritage as Civilizing Mission. From Decay to Recovery. Springer: Heidelberg, New York, pp.&nbsp;279–346.</ref>
}}
[[File:Bullet holes at angkor wat.jpg|thumb|right|Bullet holes left by a shoot-out between the Khmer Rouge and Vietnamese forces at Angkor Wat]]
Restoration work was interrupted by the [[Cambodian Civil War]] and [[Khmer Rouge]] control of the country during the 1970s and 1980s, but relatively little damage was done during this period. Camping Khmer Rouge forces used whatever wood remained in the building structures for firewood, and a shoot-out between Khmer Rouge and Vietnamese forces put a few bullet holes in a bas relief. Far more damage was done after the wars, by [[art thieves]] working out of Thailand, which, in the late 1980s and early 1990s, claimed almost every head that could be lopped off the structures, including reconstructions.<ref name="Angkor Battle">{{cite magazine|url=https://books.google.com/books?id=9hAteN7ddW0C&q=Angkor+Wat+Khmer+Rouge+war&pg=PA52|title=The Battle of Angkor Wat |magazine=New Scientist|pages=52–57|date=14 October 1989 |author=Russell Ciochon |author2=Jamie James |name-list-style=amp|access-date=22 November 2015}}</ref>

The temple is a powerful symbol of Cambodia, and is a source of great national pride that has factored into Cambodia's diplomatic relations with France, the United States, and its neighbour Thailand. A depiction of Angkor Wat has been a part of [[Flag of Cambodia|Cambodian national flags]] since the introduction of the first version circa 1863.<ref>Flags of the World, [http://flagspot.net/flags/kh_hstry.html Cambodian Flag History]</ref> From a larger historical and even transcultural perspective, however, the temple of Angkor Wat did not become a symbol of national pride ''sui generis'' but had been inscribed into a larger politico-cultural process of French-colonial heritage production in which the original temple site was presented in French colonial and universal exhibitions in Paris and Marseille between 1889 and 1937.<ref>Falser, Michael (2011). [http://archiv.ub.uni-heidelberg.de/ojs/index.php/transcultural/article/view/9083 ''Krishna and the Plaster Cast. Translating the Cambodian Temple of Angkor Wat in the French Colonial Period''].</ref>

In December 2015, it was announced that a research team from [[University of Sydney]] had found a previously unseen ensemble of buried towers built and demolished during the construction of Angkor Wat, as well as a massive structure of unknown purpose on its south side and wooden fortifications. The findings also include evidence of low-density residential occupation in the region, with a road grid, ponds, and mounds. These indicate that the temple precinct, bounded by moat and wall, may not have been used exclusively by the priestly elite, as was previously thought. The team used [[LiDAR]], [[ground-penetrating radar]] and targeted excavation to map Angkor Wat.<ref name="sydney">{{cite web | url =http://sydney.edu.au/news-opinion/news/2015/12/09/new-discoveries-redefine-angkor-wat-s-history.html|title=Recent research has transformed archaeologists' understanding of Angkor Wat and its surroundings|publisher=University of Sydney| date=9 December 2015| access-date =10 December 2015}}</ref>-->

Salah satu pengunjung Barat pertama yang mendatangi candi ini antara lain adalah [[António da Madalena]], seorang biarawan [[Katolik]] Portugis yang mengunjunginya pada tahun 1586 dan berkata, "Sebuah bangunan luar biasa yang tak mungkin digambarkan dengan pena, terutama karena tidak ada bangunan lain di dunia ini yang menyerupainya. Bangunan ini memiliki menara dengan hiasan yang sangat indah yang hanya bisa diciptakan oleh manusia jenius."<ref>Higham, ''The Civilization of Angkor'' hlm. 1–2.</ref> Pada pertengahan abad ke-19, candi ini dikunjungi oleh ilmuwan dan penjelajah Prancis, [[Henri Mouhot]], yang memperkenalkan situs ini ke dunia Barat melalui catatan perjalanannya. Ia menulis:

Mouhot, seperti kebanyakan pengunjung Barat, sulit memercayai bahwa bangsa Khmer mampu membangun candi semegah ini, secara keliru memperkirakan waktu pembangunannya sezaman dengan era Romawi Kuno. Sejarah sebenarnya dari Angkor Wat secara perlahan dirangkaikan kembali dengan mempelajari gaya arsitektur serta bukti [[epigrafi]] tertulis pada prasasti, yang diperoleh selama pembersihan di sekitar situs Angkor. Penggalian di sekitar situs Angkor Wat tidak menemukan sisa-sisa permukiman seperti bekas rumah hunian atau bukti hunian lainnya seperti perabot memasak, senjata, atau bekas pakaian yang biasa ditemukan di situs purbakala. Hanya monumen inilah yang ditemukan di kawasan ini.<ref>''Time Life Lost Civilizations series: Southeast Asia: A Past Regained'' (1995) hlm. 67-99</ref>


Angkor Wat menjalani pemugaran besar pada abad ke-20, kebanyakan di antaranya adalah pembersihan jeratan tumbuhan dan tumpukan tanah yang menutupi bangunan.<ref name="multiref1">Glaize hlm. 59.</ref> Proyek pemugaran sempat terhenti akibat perang saudara dan kendali rezim [[Khmer Merah]] atas Kamboja pada dasawarsa 1970-an dan 1980-an, akan tetapi sangat sedikit kerusakan yang ditimbulkan pada periode ini, yang kebanyakan adalah penjarahan dan pencurian serta perusakan pada arca setelah era Angkor.<ref>APSARA authority, [http://www.autoriteapsara.org/en/angkor/history/war.html The Modern Period: The war]</ref>
Angkor Wat menjalani pemugaran besar pada abad ke-20, kebanyakan di antaranya adalah pembersihan jeratan tumbuhan dan tumpukan tanah yang menutupi bangunan.<ref name="multiref1">Glaize hlm. 59.</ref> Proyek pemugaran sempat terhenti akibat perang saudara dan kendali rezim [[Khmer Merah]] atas Kamboja pada dasawarsa 1970-an dan 1980-an, akan tetapi sangat sedikit kerusakan yang ditimbulkan pada periode ini, yang kebanyakan adalah penjarahan dan pencurian serta perusakan pada arca setelah era Angkor.<ref>APSARA authority, [http://www.autoriteapsara.org/en/angkor/history/war.html The Modern Period: The war]</ref>
Baris 160: Baris 177:
Hampir semua permukaan, kolom, ambang dan bahkan atapnya diukir. Ada bermil-mil relief yang menggambarkan adegan-adegan dari [[literatur India]] termasuk unicorn, griffin, naga bersayap yang menarik kereta perang serta pejuang mengikuti pemimpin gajah dan gadis menari surgawi dengan gaya rambut rumit. Dinding galeri saja didekorasi dengan relief relief hampir 1.000 meter persegi. Lubang di beberapa dinding Angkor menunjukkan bahwa mereka mungkin telah dihiasi dengan lembaran perunggu. Ini sangat dihargai di zaman kuno dan merupakan target utama bagi perampok. Sementara menggali Khajuraho, Alex Evans, seorang tukang batu dan pemahat, menciptakan patung batu di bawahnya {{convert|4|ft|m}}, membutuhkan sekitar 60 hari untuk diukir.<ref>"Lost Worlds of the Kama Sutra" History channel</ref> Roger Hopkins dan Mark Lehner juga melakukan percobaan untuk menambang batu kapur yang membutuhkan 12 penambang, 22 hari untuk menggali sekitar 400 ton batu.<ref>Lehner, Mark (1997). ''The Complete Pyramids'', London: Thames and Hudson, pp.&nbsp;202–225 {{ISBN|0-500-05084-8}}.</ref> Tenaga kerja untuk menggali, mengangkut, mengukir, dan memasang begitu banyak batu pasir pasti telah mencapai ribuan termasuk banyak pengrajin yang sangat terampil. Keterampilan yang diperlukan untuk mengukir patung-patung ini dikembangkan ratusan tahun sebelumnya, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa artefak yang berasal dari abad ketujuh, sebelum Khmer berkuasa.<ref name="Southeast Asia 1995 p. 67-99">''Time Life Lost Civilizations series: Southeast Asia: A Past Regained'' (1995). pp. 67–99</ref><ref name="Scarre p. 81-85"/>
Hampir semua permukaan, kolom, ambang dan bahkan atapnya diukir. Ada bermil-mil relief yang menggambarkan adegan-adegan dari [[literatur India]] termasuk unicorn, griffin, naga bersayap yang menarik kereta perang serta pejuang mengikuti pemimpin gajah dan gadis menari surgawi dengan gaya rambut rumit. Dinding galeri saja didekorasi dengan relief relief hampir 1.000 meter persegi. Lubang di beberapa dinding Angkor menunjukkan bahwa mereka mungkin telah dihiasi dengan lembaran perunggu. Ini sangat dihargai di zaman kuno dan merupakan target utama bagi perampok. Sementara menggali Khajuraho, Alex Evans, seorang tukang batu dan pemahat, menciptakan patung batu di bawahnya {{convert|4|ft|m}}, membutuhkan sekitar 60 hari untuk diukir.<ref>"Lost Worlds of the Kama Sutra" History channel</ref> Roger Hopkins dan Mark Lehner juga melakukan percobaan untuk menambang batu kapur yang membutuhkan 12 penambang, 22 hari untuk menggali sekitar 400 ton batu.<ref>Lehner, Mark (1997). ''The Complete Pyramids'', London: Thames and Hudson, pp.&nbsp;202–225 {{ISBN|0-500-05084-8}}.</ref> Tenaga kerja untuk menggali, mengangkut, mengukir, dan memasang begitu banyak batu pasir pasti telah mencapai ribuan termasuk banyak pengrajin yang sangat terampil. Keterampilan yang diperlukan untuk mengukir patung-patung ini dikembangkan ratusan tahun sebelumnya, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa artefak yang berasal dari abad ketujuh, sebelum Khmer berkuasa.<ref name="Southeast Asia 1995 p. 67-99">''Time Life Lost Civilizations series: Southeast Asia: A Past Regained'' (1995). pp. 67–99</ref><ref name="Scarre p. 81-85"/>
-->
-->

== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
{{Portal|Hindu|Agama}}
{{Portal|Hindu|Agama}}

Revisi per 28 Mei 2021 08.56

Angkor Wat
អង្គរវត្ត
Sisi depan percandian
Angkor Wat di Kamboja
Angkor Wat
Lokasi di Kamboja
Nama alternatifNokor Wat
LokasiSiem Reap, Kamboja
Koordinat13°24′45″N 103°52′01″E / 13.41250°N 103.86694°E / 13.41250; 103.86694
Sejarah
PendiriDiprakarsai Raja Suryawarman II
DidirikanAwal abad ke-12[1]
BudayaKerajaan Kambujadesa
Angkor Wat
Situs Warisan Dunia UNESCO
KriteriaBudaya: i, ii, iii, iv
Nomor identifikasi668
Pengukuhan1992 (16)

Angkor Wat (aksara Khmer: អង្គរវត្ត, artinya "kota candi" atau "kota percandian")[2] adalah bangunan keagamaan (percandian) terbesar di dunia dari segi luas areal[3] karena menempati lahan seluas 162,6 hektar (1,626 km²).[4] Angkor Wat dibangun pada awal abad ke-12 sebagai candi kenegaraan oleh Raja Suryawarman II[5] di Yasodarapura (aksara Khmer: យសោធរបុរៈ, sekarang Angkor), ibu kota Kerajaan Kambujadesa.[6][7] Candi pendarmaan Raja Suryawarman II ini pada mulanya adalah candi agama Hindu yang dibaktikan kepada Dewa Wisnu, kemudian dialihfungsikan menjadi candi agama Buddha menjelang akhir abad ke-12.[7][8]

Sebagai candi paling terawat di situs arkeologi Angkor, Angkor Wat adalah satu-satunya bangunan yang masih difungsikan sebagai pusat kegiatan religius sejak didirikan. Mahakarya arsitektur Khmer langgam klasik ini merupakan salah satu situs peziarahan utama umat Buddha Kamboja maupun umat Buddha dari seluruh penjuru dunia.[9] Candi ini sudah menjadi lambang negara Kamboja,[10] corak hias bendera Kamboja, dan daya tarik wisata utama di Kamboja.[11] Angkor Wat juga turut berjasa mentransformasi Kamboja menjadi sebuah negara Buddha.[8]

Angkor Wat merupakan perpaduan dua langgam utama bangunan candi Khmer, yakni langgam candi gunungan dan langgam candi berserambi. Angkor Wat dirancang sebagai lambang Mahameru, persemayaman para Dewa menurut kosmologi Hindu-Buddha. Percandian yang dikelilingi waduk sepanjang lebih dari 5 kilometer (3 mil)[12] dan dipagari tembok sepanjang 3,6 kilometer (2,2 mil) ini memiliki tiga serambi persegi panjang dengan ketinggian yang berbeda-beda satu sama lain. Di tengah-tengah percandian berdiri lima candi menara dalam tatanan pancayatana. Berbeda dari candi-candi Angkor pada umumnya, Angkor Wat dibangun menghadap ke barat. Belum ada kesepakatan di kalangan para ahli mengenai alasan yang melatarbelakangi perbedaan tersebut. Percandian ini dikagumi karena kemegahan tampilan maupun keselarasan tata bangunannya, relief-relief rendahnya yang berlimpah ruah, serta arca-arca para Buddha dan Dewa yang terpahat pada dinding-dindingnya.

Etimologi

Nama Khmer modern untuk percandian ini, yakni Angkor Wat (aksara Khmer: អង្គរវត្ត) atau Nokor Wat (aksara Khmer: នគរវត្ត),[13] berarti "kota candi" atau "kota percandian". Angkor (aksara Khmer: អង្គរ) adalah lafalan daerah setempat untuk kata nokor (aksara Khmer: នគរ), yang berarti "kota" atau "ibu kota". Kata nokor berasal dari kata nagara (aksara Dewanagari: नगर) dalam bahasa Sanskerta atau bahasa Pali yang berarti "kota".[14] Wat (aksara Khmer: វត្ត) artinya "lingkungan candi", dari kata wāṭa (aksara Dewanagari: वाट) dalam bahasa Sanskerta atau bahasa Pali yang berarti "lingkungan".[2]

Nama aslinya adalah Wrah Wisnuloka atau Parama Wisnuloka (aksara Dewanagari: परमविष्णुलोक; aksara Khmer: បរមវិស្ណុលោក, Barom Wisnulōk), yakni nama anumerta Raja Suryawarman II.[15][16]

Sejarah

Raja Suryawarman II, pembangun Angkor Wat

Angkor Wat terletak 5,5 kilometer (3,4 mil) di sebelah utara kota modern Siem Reap, tidak jauh di sebelah selatan dan sedikit ke timur dari bekas ibu kota Kerajaan Kambujadesa yang berpusat di candi Baphuon. Angkor Wat adalah situs terselatan di dalam lingkup kawasan utama situs-situs arkeologi Angkor.[butuh rujukan]

Menurut mitos, Angkor Wat dibangun atas perintah Dewa Indra untuk dijadikan istana putranya, Preca Ket Mealea.[17] Menurut keterangan musafir Tiongkok dari abad ke-13, Zhou Daguan, ada pihak-pihak yang percaya bahwa Angkor Wat dibangun hanya dalam semalam oleh dewa undagi.[18]

Tahap awal perancangan dan pengerjaan Angkor Wat terlaksana pada paruh pertama abad ke-12, pada masa pemerintahan Raja Suryawarman II (memerintah tahun 1113 sampai kira-kira tahun 1150). Bertolak belakang dengan kebijakan raja-raja pendahulunya yang menganut aliran Saiwa, Suryawarman II membaktikan Angkor Wat kepada Dewa Wisnu. Percandian ini dibangun untuk digunakan sebagai kuil kenegaraan sekaligus ibu kota kerajaan. Nama asli Angkor Wat tidak diketahui, karena tidak ditemukan yupa prasasti maupun prasasti-prasasti lain dari masa pembangunannya yang menyebut-nyebut keberadaan percandian ini, tetapi mungkin saja namanya adalah "Warah Wisnulok", seperti nama dewa yang diistanakan di dalamnya. Kegiatan pembangunan tampaknya terhenti tidak lama sesudah sang raja mangkat, terbukti dari sejumlah ukiran relief rendah yang belum rampung dikerjakan.[19] Istilah Wrah Wiṣṇuloka atau Parama Wiṣṇuloka secara harfiah berarti "raja yang sudah berpindah ke kahyangan luhur Dewa Wisnu". Istilah tersebut adalah gelar anumerta yang diberikan kepada Suryawarman II dengan maksud mengabadikan kegemilangan dan kenangan akan dirinya.[15]

Pada tahun 1177, kira-kira 27 tahun sesudah Suryawarman II mangkat, kota Angkor diserbu bangsa Campa, musuh bebuyutan bangsa Khmer.[20] Kedaulatan negara Kambujadesa dipulihkan raja baru, Jayawarman VII. Sang raja mendirikan ibu kota dan candi kenegaraan baru beberapa kilometer di sebelah utara Angkor Wat, yakni kota Angkor Thom dan candi Bayon, yang ia baktikan untuk kepentingan agama Buddha, karena merasa sudah dikecewakan dewa-dewi Hindu. Angkor Wat juga sedikit demi sedikit diubah menjadi sebuah situs agama Buddha, dan banyak ukiran bertema Hindu diganti dengan karya seni agama Buddha.[21]

Muka bangunan Angkor Wat, digambar Henri Mouhot sekitar tahun 1860
Sketsa Angkor Wat, digambar Louis Delaporte sekitar tahun 1880

Menjelang akhir abad ke-12, sedikit demi sedikit Angkor Wat diubah dari sebuah pusat peribadatan agama Hindu menjadi pusat peribadatan agama Buddha. Fungsi baru ini bertahan sampai sekarang.[7] Tidak seperti candi-candi Angkor lainnya, Angkor Wat tidak pernah sepenuhnya ditinggalkan orang, kendati sebagaian besar bangunannya sudah telantar selepas abad ke-16.[22] Empat belas prasasti dari abad ke-17 yang ditemukan di area Angkor membuktikan bahwa para peziarah Buddha dari Jepang pernah mendirikan permukiman-permukiman kecil yang berdampingan dengan kampung-kampung pribumi Khmer.[23] Para musafir Jepang pada masa itu menyangka Angkor Wat adalah Jetawana, taman Sang Buddha yang mula-mula berada di Kerajaan Magada, India.[24] Prasasti yang paling terkenal adalah prasasti yang menyebutkan bahwa Ukondayu Kazufusa merayakan Tahun Baru Khmer di Angkor Wat pada tahun 1632.[25]

Salah seorang di antara musafir-musafir Barat pertama yang sampai ke situs Angkor Wat adalah António da Madalena. Padri Portugis yang berkunjung pada tahun 1586 ini mengungkapkan bahwa Angkor Wat "adalah bangunan yang sungguh luar biasa sampai-sampai mustahil digambarkan lewat tulisan, terutama karena tidak ada satu pun bangunan lain di dunia ini yang menyerupainya. Bangunan ini dilengkapi menara-menara, hiasan-hiasan, dan segala macam keindahan yang dapat dibayangkan manusia."[26]

Pada tahun 1860, Angkor Wat secara efektif ditemukan Henri Mouhot, naturalis sekaligus penjelajah berkebangsaan Prancis yang memopulerkan situs ini di Dunia Barat lewat penerbitan catatan perjalanannya. Ia mengungkapkan sebagai berikut:

Salah satu di antara kuil-kuil – yang sebanding dengan Haikal Sulaiman dan dibangun seorang Michelangelo purba – ini mungkin layak disejajarkan gedung-gedung kita yang paling indah. Kuil ini lebih megah daripada segala peninggalan Yunani maupun Romawi, dan malangnya kontras sekali dengan peri kehidupan barbar yang sekarang menjerat bangsa ini.[27]

Salah satu pengunjung Barat pertama yang mendatangi candi ini antara lain adalah António da Madalena, seorang biarawan Katolik Portugis yang mengunjunginya pada tahun 1586 dan berkata, "Sebuah bangunan luar biasa yang tak mungkin digambarkan dengan pena, terutama karena tidak ada bangunan lain di dunia ini yang menyerupainya. Bangunan ini memiliki menara dengan hiasan yang sangat indah yang hanya bisa diciptakan oleh manusia jenius."[28] Pada pertengahan abad ke-19, candi ini dikunjungi oleh ilmuwan dan penjelajah Prancis, Henri Mouhot, yang memperkenalkan situs ini ke dunia Barat melalui catatan perjalanannya. Ia menulis:

Mouhot, seperti kebanyakan pengunjung Barat, sulit memercayai bahwa bangsa Khmer mampu membangun candi semegah ini, secara keliru memperkirakan waktu pembangunannya sezaman dengan era Romawi Kuno. Sejarah sebenarnya dari Angkor Wat secara perlahan dirangkaikan kembali dengan mempelajari gaya arsitektur serta bukti epigrafi tertulis pada prasasti, yang diperoleh selama pembersihan di sekitar situs Angkor. Penggalian di sekitar situs Angkor Wat tidak menemukan sisa-sisa permukiman seperti bekas rumah hunian atau bukti hunian lainnya seperti perabot memasak, senjata, atau bekas pakaian yang biasa ditemukan di situs purbakala. Hanya monumen inilah yang ditemukan di kawasan ini.[29]

Angkor Wat menjalani pemugaran besar pada abad ke-20, kebanyakan di antaranya adalah pembersihan jeratan tumbuhan dan tumpukan tanah yang menutupi bangunan.[30] Proyek pemugaran sempat terhenti akibat perang saudara dan kendali rezim Khmer Merah atas Kamboja pada dasawarsa 1970-an dan 1980-an, akan tetapi sangat sedikit kerusakan yang ditimbulkan pada periode ini, yang kebanyakan adalah penjarahan dan pencurian serta perusakan pada arca setelah era Angkor.[31]

Candi ini merupakan simbol yang penting bagi negara Kamboja.[32] Angkor Wat merupakan kebanggaan nasional dan menjadi faktor penting bagi hubungan diplomatik luar negeri antara Kamboja dengan Prancis, Amerika Serikat, dan Thailand. Penggambaran Angkor Wat dalam bendera nasional Kamboja telah mulai ditampilkan sejak diperkenalkannya bendera perdana Kamboja sekitar tahun 1863.[33]

Warisan kesenian yang agung dari Angkor Wat dan monumen Khmer lainnya di kawasan Angkor telah mendorong Prancis untuk memasukkan Kamboja sebagai protektorat Prancis pada 11 Agustus 1863 dan menyerang kerajaan Siam untuk merebut kendali atas kawasan reruntuhan candi ini. Maka dari itu, Kamboja dapat menguasai kembali kawasan di sudut barat laut yang dikuasai Siam sejak tahun 1351, atau menurut sumber lain dari tahun 1431.[34] Kamboja meraih kemerdekaan dari Prancis pada 9 November 1953 dan sejak saat itu menguasai candi Angkor Wat.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Editors, History com. "Angkor Wat". History.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 5 April 2021. 
  2. ^ a b Cambodian-English Dictionary by Robert K. Headley, Kylin Chhor, Lam Kheng Lim, Lim Hak Kheang, and Chen Chun (1977, Catholic University Press)
  3. ^ Society, National Geographic (1 Maret 2013). "Angkor Wat". National Geographic Society (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 23 April 2020. 
  4. ^ "Largest religious structure". Guinness World Records. Diakses tanggal 29 April 2016. 
  5. ^ Higham, C. (2014). Early Mainland Southeast Asia. Bangkok: River Books Co., Ltd. hlm. 372, 378–379. ISBN 978-616-7339-44-3. 
  6. ^ Atlas of the World's Religions. Oxford university press. hlm. 93. 
  7. ^ a b c Ashley M. Richter (8 September 2009). "Recycling Monuments: The Hinduism/Buddhism Switch at Angkor". CyArk. Diakses tanggal 7 Juni 2015. 
  8. ^ a b "Angkor Wat". www.apsaraauthority.gov.kh. Diakses tanggal 7 Februari 2021. 
  9. ^ "Angkor Wat | Description, Location, History, Restoration, & Facts". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 19 Januari 2021. 
  10. ^ "Government : Cambodia". CIA World Factbook. 
  11. ^ "Cambodia's Angkor Wat Breaking Records for Visitors Again | News from Tourism Cambodia". Tourism of Cambodia. 
  12. ^ Jarus, Owen (5 April 2018). "Angkor Wat: History of Ancient Temple". Live Science. Purch. Diakses tanggal 28 Juli 2018. 
  13. ^ Kamus bahasa Khmer, bersumber dari kamus bahasa Khmer institut agama Buddha Kamboja, hlm. 1424, terbit tahun 2007
  14. ^ Kamus Bahasa Khmer Chuon Nath (1966, Institut Agama Buddha, Phnom Penh)
  15. ^ a b Falser, Michael (16 Desember 2019). Angkor Wat – A Transcultural History of Heritage: Jilid 1: Angkor in France. From Plaster Casts to Exhibition Pavilions. Jilid 2: Angkor in Cambodia. From Jungle Find to Global Icon (dalam bahasa Inggris). Walter de Gruyter GmbH & Co KG. hlm. 12. ISBN 978-3-11-033584-2. 
  16. ^ "Angkor Wat". www.apsaraauthority.gov.kh. Diakses tanggal 7 Februari 2021. 
  17. ^ J. Hackin; Clayment Huart; Raymonde Linossier; H. de Wilman Grabowska; Charles-Henri Marchal; Henri Maspero; Serge Eliseev (1932). Asiatic Mythology:A Detailed Description and Explanation of the Mythologies of All the Great Nations of Asia. hlm. 194. ISBN 978-81-206-0920-4. 
  18. ^ daguan Zhou (2007). A Record of Cambodia: The Land and Its People. Translated by Peter Harris. Silkworm Books. 
  19. ^ "Angkor Wat, 1113–1150". The Huntington Archive of Buddhist and Related Art. College of the Arts, The Ohio State University. Diakses tanggal 27 April 2008. 
  20. ^ Coedès, George (1968). Walter F. Vella, ed. The Indianized States of Southeast Asia. penerjemah. Susan Brown Cowing. University of Hawaii Press. hlm. 164. ISBN 978-0-8248-0368-1. 
  21. ^ "Angkor Wat | Description, Location, History, Restoration, & Facts". Encyclopedia Britannica. Diakses tanggal 7 February 2021. 
  22. ^ Glaize, The Monuments of the Angkor Group hlm. 59.
  23. ^ Masako Fukawa; Stan Fukawa (6 November 2014). "Japanese Diaspora – Cambodia". Discover Nikkei. Diakses tanggal 18 Oktober 2015. 
  24. ^ Abdoul-Carime Nasir. "Au-dela du plan Japonais du XVII siècle d'Angkor Vat, (A XVII century Japanese map of Angkor Wat)" (PDF). Bulletin de l'AEFEK (dalam bahasa Prancis). Diakses tanggal 18 Oktober 2015. 
  25. ^ "History of Cambodia, Post-Angkor Era (1431 – present day)". Cambodia Travel. Diakses tanggal 18 Oktober 2015. 
  26. ^ Higham, The Civilization of Angkor hlmn. 1–2.
  27. ^ Quoted in Brief Presentation by Venerable Vodano Sophan Seng Diarsipkan 23 Agustus 2006 di Wayback Machine.
  28. ^ Higham, The Civilization of Angkor hlm. 1–2.
  29. ^ Time Life Lost Civilizations series: Southeast Asia: A Past Regained (1995) hlm. 67-99
  30. ^ Glaize hlm. 59.
  31. ^ APSARA authority, The Modern Period: The war
  32. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Government::Cambodia
  33. ^ Flags of the World, Cambodian Flag History
  34. ^ Cambodge: The Cultivation of a Nation, 1860–1945 oleh Penny Edwards. 2007. ISBN 978-0-8248-2923-0

Kepustakaan

  • Albanese, Marilia (2006). The Treasures of Angkor (Sampul kertas). Vercelli: Penerbit White Star. ISBN 978-88-544-0117-4. 
  • Briggs, Lawrence Robert (1951, cetak ulang tahun 1999). The Ancient Khmer Empire. White Lotus. ISBN 974-8434-93-1.
  • Falser, Michael (2020). Angkor Wat – A Transcultural History of Heritage. Jilid 1: Angkor in France. From Plaster Casts to Exhibition Pavilions. Jilid 2: Angkor in Cambodia. From Jungle Find to Global Icon. Berlin-Boston DeGruyter ISBN 978-3-11-033584-2
  • Forbes, Andrew; Henley, David (2011). Angkor, Eighth Wonder of the World. Chiang Mai: Cognoscenti Books. ASIN B0085RYW0O
  • Freeman, Michael and Jacques, Claude (1999). Ancient Angkor. River Books. ISBN 0-8348-0426-3.
  • Higham, Charles (2001). The Civilization of Angkor. Phoenix. ISBN 1-84212-584-2.
  • Higham, Charles (2003). Early Cultures of Mainland Southeast Asia. Art Media Resources. ISBN 1-58886-028-0.
  • Hing Thoraxy. Achievement of "APSARA": Problems and Resolutions in the Management of the Angkor Area.
  • Jessup, Helen Ibbitson; Brukoff, Barry (2011). Temples of Cambodia – The Heart of Angkor (Sampul keras). Bangkok: River Books. ISBN 978-616-7339-10-8. 
  • Petrotchenko, Michel (2011). Focusing on the Angkor Temples: The Guidebook, 383 halaman, Penerbit Percetakan Amarin, edisi ke-2, ISBN 978-616-305-096-0
  • Ray, Nick (2002). Lonely Planet guide to Cambodia (edisi ke-4). ISBN 1-74059-111-9.

Pranala luar