Liberalisme: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{under construction}}
{{under construction}}
{{Kotak samping liberalisme}}'''Liberalisme''' adalah sebuah pandangan filosofi [[Filsafat politik|politik]] dan [[Etika|moral]] yang didasarkan pada [[kebebasan]], [[Persetujuan dari yang terperintah|persetujuan dari yang diperintah]] dan [[Persamaan di hadapan hukum|persamaan di depan hukum]]. <ref>"liberalism In general, the belief that it is the aim of politics to preserve individual rights and to maximize freedom of choice." ''Concise Oxford Dictionary of Politics'', Iain McLean and Alistair McMillan, Third edition 2009, {{ISBN|978-0-19-920516-5}}.</ref> <ref name="wpt2">"political rationalism, hostility to autocracy, cultural distaste for conservatism and for tradition in general, tolerance, and [...] individualism". John Dunn. ''Western Political Theory in the Face of the Future'' (1993). Cambridge University Press. {{ISBN|978-0-521-43755-4}}.</ref> <ref>"With a nod to [[Robert Trivers]]' definition of altruistic behaviour" ({{Harvard citation no brackets|Trivers|1971}}), [[Satoshi Kanazawa]] defines liberalism (as opposed to conservatism) as "the genuine concern for the welfare of genetically unrelated others and the willingness to contribute larger proportions of private resources for the welfare of such others" ({{Harvard citation no brackets|Kanazawa|2010}}).</ref> Orang-orang liberal mendukung beragam pandangan tergantung pada pemahaman mereka tentang prinsip-prinsip ini, tetapi mereka umumnya mendukung hak-hak individu (termasuk [[Hak sipil dan politik|hak-hak sipil]] dan [[hak asasi manusia]]), [[demokrasi]], [[sekularisme]], [[kebebasan berbicara]], [[kebebasan pers]], [[kebebasan beragama]] dan [[ekonomi pasar]]. <ref>{{Cite book|last=Adams|first=Sean|last2=Morioka|first2=Noreen|last3=Stone|first3=Terry Lee|date=2006|url=https://archive.org/details/colordesignworkb0000ston/page/86|title=Color Design Workbook: A Real World Guide to Using Color in Graphic Design|location=Gloucester, Mass.|publisher=Rockport Publishers|isbn=1-59253-192-X|pages=[https://archive.org/details/colordesignworkb0000ston/page/86 86]|oclc=60393965}}</ref> <ref>{{Cite journal|last=Kumar|first=Rohit Vishal|last2=Joshi|first2=Radhika|date=October–December 2006|title=Colour, Colour Everywhere: In Marketing Too|journal=SCMS Journal of Indian Management|volume=3|issue=4|pages=40–46|issn=0973-3167|ssrn=969272}}</ref> <ref>Cassel-Picot, Muriel "The Liberal Democrats and the Green Cause: From Yellow to Green" in Leydier, Gilles and Martin, Alexia (2013) ''Environmental Issues in Political Discourse in Britain and Ireland''. Cambridge Scholars Publishing. [https://books.google.ca/books?id=fFgxBwAAQBAJ&lpg=PP1&pg=PA105#v=onepage&q&f=false p.105]. {{ISBN|9781443852838}}</ref>
'''Liberalisme''' atau '''Liberal''' adalah sebuah [[ideologi]], pandangan [[filsafat]], dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa [[kebebasan]] dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama.<ref>A: "'Liberalisme' didefinisikan sebagai suatu etika sosial yang menganjurkan kebebasan dan kesetaraan secara umum." - Coady, C. A. J. ''Distributive Justice'', A Companion to Contemporary Political Philosophy, editors Goodin, Robert E. and Pettit, Philip. Blackwell Publishing, 1995, p.440. B: "Kebebasan itu sendiri bukanlah sarana untuk mencapai tujuan politik yang lebih tinggi. Ia sendiri adalah tujuan politik yang tertinggi."- Lord Acton</ref>


Liberalisme menjadi [[Gerakan politik|gerakan]] yang berbeda di [[Abad Pencerahan|Zaman Pencerahan]], ketika menjadi populer di kalangan filsuf dan ekonom [[Dunia Barat|Barat]]. Liberalisme berusaha untuk menggantikan norma-[[Norma sosial|norma]] [[Bangsawan|hak istimewa turun-temurun]], [[agama negara]], [[Kerajaan mutlak|monarki absolut]], [[Hak ilahi raja-raja|hak ilahi raja]] dan [[Konservatisme tradisionalis|konservatisme tradisional]] dengan [[demokrasi perwakilan]] dan [[Rule of law|supremasi hukum]]. Para liberal juga mengakhiri kebijakan [[Merkantilisme|merkantilis]], [[Monopoli hukum|monopoli kerajaan]] dan [[hambatan perdagangan]] lainnya. Ini dimaksudkan untuk mempromosikan perdagangan bebas dan marketisasi. <ref name="Gould, p. 3">Gould, p. 3.</ref> Filsuf [[John Locke]] sering dikreditkan sebagai pendiri liberalisme sebagai tradisi yang berbeda, berdasarkan [[Kontrak sosial|''kontrak sosial'']], dengan alasan bahwa setiap orang memiliki [[Hak kodrati dan hak ikhtiyari|hak alami]] untuk [[Kehidupan, kebebasan, dan properti|hidup, atas kebebasan dan properti]] dan pemerintah tidak boleh melanggar hak- [[hak]] ini. <ref>"All mankind [...] being all equal and independent, no one ought to harm another in his life, health, liberty, or possessions", John Locke, ''Second Treatise of Government''</ref> Sementara [[Liberalisme Gladstone|tradisi liberal Inggris]] menekankan perluasan demokrasi, [[Liberalisme dan Radikalisme di Prancis|liberalisme Prancis]] menekankan penolakan [[otoritarianisme]] dan terkait dengan [[Nasionalisme|pembangunan bangsa]]. <ref name="Kirchner, p. 3">Kirchner, p. 3.</ref>
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu.<ref name="S">Sukarna. Ideologi: Suatu Studi Ilmu Politik. (Bandung: Penerbit Alumni, 1981)</ref> Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.<ref name="S"/>


Para pemimpin dalam [[Revolusi Agung]] Inggris tahun 1688, <ref>{{Cite book|last=Steven Pincus|year=2009|url=https://archive.org/details/1688firstmodernr00stev|title=1688: The First Modern Revolution|publisher=Yale University Press|isbn=978-0-300-15605-8|access-date=7 February 2013|url-access=registration}}</ref> [[Revolusi Amerika Serikat|Revolusi Amerika tahun]] 1776 dan [[Revolusi Prancis|Revolusi Perancis tahun]] 1789 menggunakan filosofi liberal untuk menggulingkan [[kedaulatan]] kerajaan dengan senjata. Liberalisme mulai menyebar dengan cepat terutama setelah Revolusi Perancis. Pada abad ke-19, banyak pemerintahan liberal didirikan di sebagian besar negara-negara di [[Liberalisme di Eropa|Eropa]] dan [[Liberalisme dan konservatisme di Amerika Latin|Amerika Selatan]], bersamaan dengan mapannya [[Republikanisme di Amerika Serikat|republikanisme]] di [[Liberalisme di Amerika Serikat|Amerika Serikat]]. <ref>{{Cite book|last=Milan Zafirovski|year=2007|url=https://books.google.com/books?id=GNlT9Qho0tAC&pg=PA237|title=Liberal Modernity and Its Adversaries: Freedom, Liberalism and Anti-Liberalism in the 21st Century|publisher=Brill|isbn=978-90-04-16052-1|page=237}}</ref> Di [[Era Victoria|Inggris Victoria]], liberalisme digunakan untuk mengkritik institusi politik yang mapan, dengan merujuk pada ilmu pengetahuan dan akal budi atas nama rakyat. <ref>{{Cite journal|last=Eddy|first=Matthew Daniel|date=2017|title=The Politics of Cognition: Liberalism and the Evolutionary Origins of Victorian Education|journal=British Journal for the History of Science|volume=50|issue=4|pages=677–699|doi=10.1017/S0007087417000863|pmid=29019300}}</ref> Selama abad ke-19 dan awal abad ke-20, [[Liberalisme di Turki|liberalisme di Kekaisaran Ottoman]] dan Timur Tengah mempengaruhi periode reformasi seperti [[Tanzimat]] dan [[An-Nahdah|Al-Nahda]] serta munculnya [[konstitusionalisme]], [[nasionalisme]], dan sekularisme. Sebelum 1920, lawan ideologi utama liberalisme adalah [[komunisme]], [[konservatisme]] dan [[sosialisme]], <ref>{{Cite book|last=Koerner|first=Kirk F.|year=1985|url=https://books.google.com/books?id=Lta_DwAAQBAJ|title=Liberalism and Its Critics|location=London|publisher=Routledge|isbn=978-0-429-27957-7}}</ref> tetapi liberalisme kemudian menghadapi tantangan ideologis utama dari [[fasisme]] dan [[Marxisme–Leninisme|Marxisme-Leninisme]] sebagai lawan baru. Selama abad ke-20, ide-ide liberal menyebar lebih jauh, terutama di Eropa Barat, ketika [[demokrasi liberal]] tampil sebagai pemenang dalam kedua perang dunia. <ref>{{Cite book|last=Conway|first=Martin|year=2014|title=Anti-liberal Europe: A Neglected Story of Europeanization|publisher=Berghahn Books|isbn=978-1-78238-426-7|editor-last=Gosewinkel|editor-first=Dieter|page=184|chapter=The Limits of an Anti-liberal Europe|quote=Liberalism, liberal values and liberal institutions formed an integral part of that process of European consolidation. Fifteen years after the end of the Second World War, the liberal and democratic identity of Western Europe had been reinforced on almost all sides by the definition of the West as a place of freedom. Set against the oppression in the Communist East, by the slow development of a greater understanding of the moral horror of Nazism, and by the engagement of intellectuals and others with the new states (and social and political systems) emerging in the non-European world to the South|chapter-url=https://books.google.com/books?id=ECIfAwAAQBAJ&pg=PA184}}</ref>
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem [[demokrasi]], hal ini dikarenakan keduanya sama-sama didasarkan pada kebebasan mayoritas.<ref>[http://www.liberal-international.org/editorial.asp?ia_id=535 Oxford Manifesto] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110211151351/http://www.liberal-international.org/editorial.asp?ia_id=535 |date=2011-02-11 }} dari Liberal International: "Hak-hak dan kondisi ini hanya dapat diperoleh melalui demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati tidak terpisahkan dari kebebasan politik dan didasarkan pada persetujuan yang dilakukan dengan sadar, bebas, dan yang diketahui benar (''enlightened'') dari kelompok [[mayoritas]], yang diungkapkan melalui surat suara yang bebas dan rahasia, dengan menghargai kebebasan dan pandangan-pandangan kaum minoritas."</ref> Banyak suatu negara yang tidak mematuhi peraturan tersebut.

Di Eropa dan Amerika Utara, pembentukan [[liberalisme sosial]] (sering disebut [[Liberalisme modern di Amerika Serikat|''liberalisme'']] sederhana di Amerika Serikat) menjadi elemen penting dalam perluasan [[negara kesejahteraan]]. <ref>[http://www.writing.upenn.edu/~afilreis/50s/schleslib.html "Liberalism in America: A Note for Europeans"] by [[Arthur M. Schlesinger Jr.]] (1956) from: ''The Politics of Hope'' (Boston: Riverside Press, 1962). "Liberalism in the U.S. usage has little in common with the word as used in the politics of any other country, save possibly Britain."</ref> Hari ini, [[Partito Liberale|partai-partai liberal]] terus memegang kekuasaan dan pengaruh [[Liberalisme menurut negara|di seluruh dunia]]. Elemen fundamental [[Modernitas|masyarakat kontemporer]] memiliki akar liberal. Gelombang awal liberalisme mempopulerkan individualisme ekonomi sambil memperluas [[Pemerintah|pemerintahan]] [[Konstitusi|konstitusional]] dan otoritas [[Parlemen|parlementer]]. <ref name="Gould, p. 32">Gould, p. 3.</ref> Kaum liberal mencari dan menetapkan tatanan konstitusional yang menghargai [[Kebebasan sipil|kebebasan individu]] yang penting, seperti [[kebebasan berbicara]] dan [[kebebasan berserikat]]; [[Kemerdekaan yudisial|pengadilan yang independen dan pengadilan]] publik [[Uji coba juri|oleh juri]]; dan penghapusan hak-hak istimewa [[Aristokrasi (kelas)|aristokrat]]. <ref name="Gould, p. 32" /> Gelombang pemikiran dan perjuangan liberal modern belakangan sangat dipengaruhi oleh kebutuhan untuk memperluas hak-hak sipil. <ref name="Worell470">Worell, p. 470.</ref> Kaum liberal telah [[Pembelaan|menganjurkan]] kesetaraan gender dan ras dalam upaya mereka untuk mempromosikan hak-hak sipil dan [[Gerakan hak-hak sipil|gerakan hak-hak sipil global]] di abad ke-20 mencapai beberapa tujuan menuju kedua tujuan. Tujuan lain yang sering diterima oleh kaum liberal termasuk [[hak pilih universal]] dan [[akses universal ke pendidikan]].


== Pokok-pokok Liberalisme ==
== Pokok-pokok Liberalisme ==
Ada tiga hal yang mendasar dari Ideologi Liberalisme yakni Kehidupan, Kebebasan dan Hak Milik (''[[Life]], Liberty dan Property'').<ref name="S"/> Dibawah ini, adalah nilai-nilai pokok yang bersumber dari tiga nilai dasar Liberalisme tadi:
Ada tiga hal yang mendasar dari Ideologi Liberalisme yakni Kehidupan, Kebebasan dan Hak Milik (''[[Life]], Liberty dan Property'').<ref name="S">Sukarna. Ideologi: Suatu Studi Ilmu Politik. (Bandung: Penerbit Alumni, 1981)</ref> Dibawah ini, adalah nilai-nilai pokok yang bersumber dari tiga nilai dasar Liberalisme tadi:


* Kesempatan yang sama (''Hold the Basic Equality of All Human Being''). Bahwa manusia mempunyai kesempatan yang sama, di dalam segala bidang kehidupan baik [[politik]], [[sosial]], [[ekonomi]] dan [[kebudayaan]].<ref name="S"/> Namun karena kualitas manusia yang berbeda-beda, sehingga dalam menggunakan persamaan kesempatan itu akan berlainan tergantung kepada kemampuannya masing-masing. Terlepas dari itu semua, hal ini (persamaan kesempatan) adalah suatu nilai yang mutlak dari [[demokrasi]].<ref name="S"/>
* Kesempatan yang sama (''Hold the Basic Equality of All Human Being''). Bahwa manusia mempunyai kesempatan yang sama, di dalam segala bidang kehidupan baik [[politik]], [[sosial]], [[ekonomi]] dan [[kebudayaan]].<ref name="S"/> Namun karena kualitas manusia yang berbeda-beda, sehingga dalam menggunakan persamaan kesempatan itu akan berlainan tergantung kepada kemampuannya masing-masing. Terlepas dari itu semua, hal ini (persamaan kesempatan) adalah suatu nilai yang mutlak dari [[demokrasi]].<ref name="S"/>

Revisi per 6 Februari 2022 03.01

Liberalisme adalah sebuah pandangan filosofi politik dan moral yang didasarkan pada kebebasan, persetujuan dari yang diperintah dan persamaan di depan hukum. [1] [2] [3] Orang-orang liberal mendukung beragam pandangan tergantung pada pemahaman mereka tentang prinsip-prinsip ini, tetapi mereka umumnya mendukung hak-hak individu (termasuk hak-hak sipil dan hak asasi manusia), demokrasi, sekularisme, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan beragama dan ekonomi pasar. [4] [5] [6]

Liberalisme menjadi gerakan yang berbeda di Zaman Pencerahan, ketika menjadi populer di kalangan filsuf dan ekonom Barat. Liberalisme berusaha untuk menggantikan norma-norma hak istimewa turun-temurun, agama negara, monarki absolut, hak ilahi raja dan konservatisme tradisional dengan demokrasi perwakilan dan supremasi hukum. Para liberal juga mengakhiri kebijakan merkantilis, monopoli kerajaan dan hambatan perdagangan lainnya. Ini dimaksudkan untuk mempromosikan perdagangan bebas dan marketisasi. [7] Filsuf John Locke sering dikreditkan sebagai pendiri liberalisme sebagai tradisi yang berbeda, berdasarkan kontrak sosial, dengan alasan bahwa setiap orang memiliki hak alami untuk hidup, atas kebebasan dan properti dan pemerintah tidak boleh melanggar hak- hak ini. [8] Sementara tradisi liberal Inggris menekankan perluasan demokrasi, liberalisme Prancis menekankan penolakan otoritarianisme dan terkait dengan pembangunan bangsa. [9]

Para pemimpin dalam Revolusi Agung Inggris tahun 1688, [10] Revolusi Amerika tahun 1776 dan Revolusi Perancis tahun 1789 menggunakan filosofi liberal untuk menggulingkan kedaulatan kerajaan dengan senjata. Liberalisme mulai menyebar dengan cepat terutama setelah Revolusi Perancis. Pada abad ke-19, banyak pemerintahan liberal didirikan di sebagian besar negara-negara di Eropa dan Amerika Selatan, bersamaan dengan mapannya republikanisme di Amerika Serikat. [11] Di Inggris Victoria, liberalisme digunakan untuk mengkritik institusi politik yang mapan, dengan merujuk pada ilmu pengetahuan dan akal budi atas nama rakyat. [12] Selama abad ke-19 dan awal abad ke-20, liberalisme di Kekaisaran Ottoman dan Timur Tengah mempengaruhi periode reformasi seperti Tanzimat dan Al-Nahda serta munculnya konstitusionalisme, nasionalisme, dan sekularisme. Sebelum 1920, lawan ideologi utama liberalisme adalah komunisme, konservatisme dan sosialisme, [13] tetapi liberalisme kemudian menghadapi tantangan ideologis utama dari fasisme dan Marxisme-Leninisme sebagai lawan baru. Selama abad ke-20, ide-ide liberal menyebar lebih jauh, terutama di Eropa Barat, ketika demokrasi liberal tampil sebagai pemenang dalam kedua perang dunia. [14]

Di Eropa dan Amerika Utara, pembentukan liberalisme sosial (sering disebut liberalisme sederhana di Amerika Serikat) menjadi elemen penting dalam perluasan negara kesejahteraan. [15] Hari ini, partai-partai liberal terus memegang kekuasaan dan pengaruh di seluruh dunia. Elemen fundamental masyarakat kontemporer memiliki akar liberal. Gelombang awal liberalisme mempopulerkan individualisme ekonomi sambil memperluas pemerintahan konstitusional dan otoritas parlementer. [16] Kaum liberal mencari dan menetapkan tatanan konstitusional yang menghargai kebebasan individu yang penting, seperti kebebasan berbicara dan kebebasan berserikat; pengadilan yang independen dan pengadilan publik oleh juri; dan penghapusan hak-hak istimewa aristokrat. [16] Gelombang pemikiran dan perjuangan liberal modern belakangan sangat dipengaruhi oleh kebutuhan untuk memperluas hak-hak sipil. [17] Kaum liberal telah menganjurkan kesetaraan gender dan ras dalam upaya mereka untuk mempromosikan hak-hak sipil dan gerakan hak-hak sipil global di abad ke-20 mencapai beberapa tujuan menuju kedua tujuan. Tujuan lain yang sering diterima oleh kaum liberal termasuk hak pilih universal dan akses universal ke pendidikan.

Pokok-pokok Liberalisme

Ada tiga hal yang mendasar dari Ideologi Liberalisme yakni Kehidupan, Kebebasan dan Hak Milik (Life, Liberty dan Property).[18] Dibawah ini, adalah nilai-nilai pokok yang bersumber dari tiga nilai dasar Liberalisme tadi:

  • Kesempatan yang sama (Hold the Basic Equality of All Human Being). Bahwa manusia mempunyai kesempatan yang sama, di dalam segala bidang kehidupan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan.[18] Namun karena kualitas manusia yang berbeda-beda, sehingga dalam menggunakan persamaan kesempatan itu akan berlainan tergantung kepada kemampuannya masing-masing. Terlepas dari itu semua, hal ini (persamaan kesempatan) adalah suatu nilai yang mutlak dari demokrasi.[18]
  • Dengan adanya pengakuan terhadap persamaan manusia, di mana setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mengemukakan pendapatnya, maka dalam setiap penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi baik dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan kenegaraan dilakukan secara diskusi dan dilaksanakan dengan persetujuan – di mana hal ini sangat penting untuk menghilangkan egoisme individu (Treat the Others Reason Equally).[18]
  • Pemerintah harus mendapat persetujuan dari yang diperintah. Pemerintah tidak boleh bertindak menurut kehendaknya sendiri, tetapi harus bertindak menurut kehendak rakyat (Government by the Consent of The People or The Governed).[18]
  • Berjalannya hukum (The Rule of Law). Fungsi Negara adalah untuk membela dan mengabdi pada rakyat. Terhadap hak asasi manusia yang merupakan hukum abadi di mana seluruh peraturan atau hukum dibuat oleh pemerintah adalah untuk melindungi dan mempertahankannya. Maka untuk menciptakan rule of law, harus ada patokan terhadap hukum tertinggi (Undang-undang), persamaan dimuka umum, dan persamaan sosial.[18]
  • Yang menjadi pemusatan kepentingan adalah individu.(The Emphasis of Individual)[18]
  • Negara hanyalah alat (The State is Instrument).[18] Negara itu sebagai suatu mekanisme yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang lebih besar dibandingkan negara itu sendiri.[18] Di dalam ajaran Liberal Klasik, ditekankan bahwa masyarakat pada dasarnya dianggap, dapat memenuhi dirinya sendiri, dan negara hanyalah merupakan suatu langkah saja ketika usaha yang secara sukarela masyarakat telah mengalami kegagalan.[18]
  • Dalam liberalisme tidak dapat menerima ajaran dogmatisme (Refuse Dogmatism).[18] Hal ini disebabkan karena pandangan filsafat dari John Locke (1632 – 1704) yang menyatakan bahwa semua pengetahuan itu didasarkan pada pengalaman. Dalam pandangan ini, kebenaran itu adalah berubah.[18]

Dua Masa Liberalisme

Liberalisme adalah sebuah ideologi yang mengagungkan kebebasan.[18] Ada dua macam Liberalisme, yakni Liberalisme Klasik dan Liberallisme Modern.[18] Liberalisme Klasik timbul pada awal abad ke 16.[18] Sedangkan Liberalisme Modern mulai muncul sejak abad ke-20.[18] Namun, bukan berarti setelah ada Liberalisme Modern, Liberalisme Klasik akan hilang begitu saja atau tergantikan oleh Liberalisme Modern, karena hingga kini, nilai-nilai dari Liberalisme Klasik itu masih ada.[18] Liberalisme Modern tidak mengubah hal-hal yang mendasar ; hanya mengubah hal-hal lainnya atau dengan kata lain, nilai intinya (core values) tidak berubah hanya ada tambahan-tanbahan saja dalam versi yang baru.[18] Jadi sesungguhnya, masa Liberalisme Klasik itu tidak pernah berakhir.[18]

Dalam Liberalisme Klasik, keberadaan individu dan kebebasannya sangatlah diagungkan.[18] Setiap individu memiliki kebebasan berpikir masing-masing – yang akan menghasilkan paham baru. Ada dua paham, yakni demokrasi (politik) dan kapitalisme (ekonomi).[18] Meskipun begitu, bukan berarti kebebasan yang dimiliki individu itu adalah kebebasan yang mutlak, karena kebebasan itu adalah kebebasan yang harus dipertanggungjawabkan.[18] Jadi, tetap ada keteraturan di dalam ideologi ini, atau dengan kata lain, bukan bebas yang sebebas-bebasnya.[19]

Pemikiran Tokoh Klasik dalam Kelahiran dan Perkembangan Liberalisme Klasik

Tokoh yang memengaruhi paham Liberalisme Klasik cukup banyak – baik itu dari awal maupun sampai taraf perkembangannya. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pandangan yang relevan dari tokoh-tokoh terkait mengenai Liberalisme Klasik.

Kedua tokoh ini berangkat dari sebuah konsep sama. Yakni sebuah konsep yang dinamakan konsep negara alamaiah" atau yang lebih dikenal dengan konsep State of Nature.[20] Namun dalam perkembangannya, kedua pemikir ini memiliki pemikiran yang sama sekali bertolak belakang satu sama lainnya.[20] Jika ditinjau dari awal, konsepsi State of Nature yang mereka pahami itu sesungguhnya berbeda.[20] Hobbes (1588 – 1679) berpandangan bahwa dalam ‘’State of Nature’’, individu itu pada dasarnya jelek (egois) – sesuai dengan fitrahnya.[20] Namun, manusia ingin hidup damai.[20] Oleh karena itu mereka membentuk suatu masyarakat baru – suatu masyarakat politik yang terkumpul untuk membuat perjanjian demi melindungi hak-haknya dari individu lain di mana perjanjian ini memerlukan pihak ketiga (penguasa).[20] Sedangkan John Locke (1632 – 1704) berpendapat bahwa individu pada State of Nature adalah baik, namun karena adanya kesenjangan akibat harta atau kekayaan, maka khawatir jika hak individu akan diambil oleh orang lain sehingga mereka membuat perjanjian yang diserahkan oleh penguasa sebagai pihak penengah namun harus ada syarat bagi penguasa sehingga tidak seperti ‘membeli kucing dalam karung’.[20] Sehingga, mereka memiliki bentuk akhir dari sebuah penguasa/pihak ketiga (Negara), di mana Hobbes berpendapat akan timbul Negara Monarkhi Absolute sedangkan Locke, Monarki Konstitusional.[20] Bertolak dari kesemua hal tersebut, kedua pemikir ini sama-sama menyumbangkan pemikiran mereka dalam konsepsi individualisme.[20] Inti dari terbentuknya Negara, menurut Hobbes adalah demi kepentingan umum (masing-masing individu) meskipun baik atau tidaknya Negara itu kedepannya tergantung pemimpin negara.[20] Sedangkan Locke berpendapat, keberadaan Negara itu akan dibatasi oleh individu sehingga kekuasaan Negara menjadi terbatas – hanya sebagai “penjaga malam” atau hanya bertindak sebagai penetralisasi konflik.[20]

Para ahli ekonomi dunia menilai bahwa pemikiran mahzab ekonomi klasik merupakan dasar sistem ekonomi kapitalis. Menurut Sumitro Djojohadikusumo, haluan pandangan yang mendasari seluruh pemikiran mahzab klasik mengenai masalah ekonomi dan politik bersumber pada falsafah tentang tata susunan masyarakat yang sebaiknya dan seyogianya didasarkan atas hukum alam yang secara wajar berlaku dalam kehidupan masyarakat. Salah satu pemikir ekonomi klasik adalah Adam Smith (1723-1790). Pemikiran Adam Smith mengenai politik dan ekonomi yang sangat luas, oleh Sumitro Djojohadikusumo dirangkum menjadi tiga kelompok pemikiran. Pertama, haluan pandangan Adam Smith tidak terlepas dari falsafah politik, kedua, perhatian yang ditujukan pada identifikasi tentang faktor-faktor apa dan kekuatan-kekuatan yang manakah yang menentukan nilai dan harga barang. Ketiga, pola, sifat, dan arah kebijaksanaan negara yang mendukung kegiatan ekonomi ke arah kemajuan dan kesejahteraan mesyarakat. Singkatnya, segala kekuatan ekonomi seharusnya diatur oleh kekuatan pasar di mana kedudukan manusia sebagai individulah yang diutamakan, begitu pula dalam politik.

Relevansi kekuatan Individu Liberalisme Klasik dalam Demokrasi dan Kapitalisme

Telah dikatakan bahwa setidaknya ada dua paham yang relevan atau menyangkut Liberalisme Klasik. Dua paham itu adalah paham mengenai Demokrasi dan Kapitalisme.

  • Demokrasi dan Kebebasan

Dalam pengertian Demokrasi, termuat nilai-nilai hak asasi manusia, karena demokrasi dan Hak-hak asasi manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Sebuah negara yang mengaku dirinya demokratis mestilah mempraktikkan dengan konsisten mengenai penghormatan pada hak-hak asasi manusia, karena demokrasi tanpa penghormatan terhadap hak-hak asasi setiap anggota masyarakat, bukanlah demokrasi melainkan hanyalah fasisme atau negara totalitarian yang menindas.

Jelaslah bahwa demokrasi berlandaskan nilai hak kebebasan manusia. Kebebasan yang melandasi demokrasi haruslah kebebasan yang positif – yang bertanggungjawab, dan bukan kebebasan yang anarkhis. Kebebasan atau kemerdekaan di dalam demokrasi harus menopang dan melindungi demokrasi itu dengan semua hak-hak asasi manusia yang terkandung di dalamnya. Kemerdekaan dalam demokrasi mendukung dan memiliki kekuatan untuk melindungi demokrasi dari ancaman-ancaman yang dapat menghancurkan demokrasi itu sendiri. Demokrasi juga mengisyaratkan penghormatan yang setinggi-tingginya pada kedaulatan Rakyat.[21]

  • Kapitalisme dan Kebebasan

Tatanan ekonomi memainkan peranan rangkap dalam memajukan masyarakat yang bebas. Di satu pihak, kebebasan dalam tatanan ekonomi itu sendiri merupakan komponen dari kebebasan dalam arti luas ; jadi, kebebasan di bidang ekonomi itu sendiri menjadi tujuan. Di pihak lain, kebebasan di bidang ekonomi adalah juga cara yang sangat yang diperlukan untuk mencapai kebebasan politik. Pada dasarnya, hanya ada dua cara untuk mengkoordinasikan aktivitas jutaan orang di bidang ekonomi. Cara pertama ialah bimbingan terpusat yang melibatkan penggunaan paksaan – tekniknya tentara dan negara dan negara totaliter yang modern. Cara lain adalah kerjasama individual secara sukarela – tekniknya sebuah sistem pasaran. Selama kebebasan untuk mengadakan sistem transaksi dipertahankan secara efektif, maka ciri pokok dari usaha untuk mengatur aktivitas ekonomi melalui sistem pasaran adalah bahwa ia mencegah campur tangan seseorang terhadap orang lain. Jadi terbukti bahwa kapitalisme adalah salah satu perwujudan dari kerangka pemikiran liberal.[22]

Referensi

  1. ^ "liberalism In general, the belief that it is the aim of politics to preserve individual rights and to maximize freedom of choice." Concise Oxford Dictionary of Politics, Iain McLean and Alistair McMillan, Third edition 2009, ISBN 978-0-19-920516-5.
  2. ^ "political rationalism, hostility to autocracy, cultural distaste for conservatism and for tradition in general, tolerance, and [...] individualism". John Dunn. Western Political Theory in the Face of the Future (1993). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-43755-4.
  3. ^ "With a nod to Robert Trivers' definition of altruistic behaviour" (Trivers 1971), Satoshi Kanazawa defines liberalism (as opposed to conservatism) as "the genuine concern for the welfare of genetically unrelated others and the willingness to contribute larger proportions of private resources for the welfare of such others" (Kanazawa 2010).
  4. ^ Adams, Sean; Morioka, Noreen; Stone, Terry Lee (2006). Color Design Workbook: A Real World Guide to Using Color in Graphic Design. Gloucester, Mass.: Rockport Publishers. hlm. 86. ISBN 1-59253-192-X. OCLC 60393965. 
  5. ^ Kumar, Rohit Vishal; Joshi, Radhika (October–December 2006). "Colour, Colour Everywhere: In Marketing Too". SCMS Journal of Indian Management. 3 (4): 40–46. ISSN 0973-3167. SSRN 969272alt=Dapat diakses gratis. 
  6. ^ Cassel-Picot, Muriel "The Liberal Democrats and the Green Cause: From Yellow to Green" in Leydier, Gilles and Martin, Alexia (2013) Environmental Issues in Political Discourse in Britain and Ireland. Cambridge Scholars Publishing. p.105. ISBN 9781443852838
  7. ^ Gould, p. 3.
  8. ^ "All mankind [...] being all equal and independent, no one ought to harm another in his life, health, liberty, or possessions", John Locke, Second Treatise of Government
  9. ^ Kirchner, p. 3.
  10. ^ Steven Pincus (2009). 1688: The First Modern RevolutionPerlu mendaftar (gratis). Yale University Press. ISBN 978-0-300-15605-8. Diakses tanggal 7 February 2013. 
  11. ^ Milan Zafirovski (2007). Liberal Modernity and Its Adversaries: Freedom, Liberalism and Anti-Liberalism in the 21st Century. Brill. hlm. 237. ISBN 978-90-04-16052-1. 
  12. ^ Eddy, Matthew Daniel (2017). "The Politics of Cognition: Liberalism and the Evolutionary Origins of Victorian Education". British Journal for the History of Science. 50 (4): 677–699. doi:10.1017/S0007087417000863. PMID 29019300. 
  13. ^ Koerner, Kirk F. (1985). Liberalism and Its Critics. London: Routledge. ISBN 978-0-429-27957-7. 
  14. ^ Conway, Martin (2014). "The Limits of an Anti-liberal Europe". Dalam Gosewinkel, Dieter. Anti-liberal Europe: A Neglected Story of Europeanization. Berghahn Books. hlm. 184. ISBN 978-1-78238-426-7. Liberalism, liberal values and liberal institutions formed an integral part of that process of European consolidation. Fifteen years after the end of the Second World War, the liberal and democratic identity of Western Europe had been reinforced on almost all sides by the definition of the West as a place of freedom. Set against the oppression in the Communist East, by the slow development of a greater understanding of the moral horror of Nazism, and by the engagement of intellectuals and others with the new states (and social and political systems) emerging in the non-European world to the South 
  15. ^ "Liberalism in America: A Note for Europeans" by Arthur M. Schlesinger Jr. (1956) from: The Politics of Hope (Boston: Riverside Press, 1962). "Liberalism in the U.S. usage has little in common with the word as used in the politics of any other country, save possibly Britain."
  16. ^ a b Gould, p. 3.
  17. ^ Worell, p. 470.
  18. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v Sukarna. Ideologi: Suatu Studi Ilmu Politik. (Bandung: Penerbit Alumni, 1981)
  19. ^ Diksi ini didapat pada saat mengikuti acara perkuliahan mata kuliah Pemikiran Politik Barat, FISIP UI.
  20. ^ a b c d e f g h i j k Deliar Noer. Pemikiran Politik di Negeri Barat. (Jakarta: Penerbit Mizan, 1998)
  21. ^ Mochtar Lubis (penyunting). Demokrasi Klasik dan Modern (terj. The Demokracy Reader: Classic and Modern Speeches, Essay, Poems, Declaration, and Document of Freedom and Human Right Worldwide oleh Diane Ravitch and Abigail Thernstrom (editor). (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 1994)
  22. ^ Miriam Budiardjo (penyunting). Simposium Kapitalisme, Sosialisme, Demokrasi (Jakarta: PT Gramedia, 1984)

Referensi lain

  • Michael Scott Christofferson "An Antitotalitarian History of the French Revolution: François Furet's Penser la Révolution française in the Intellectual Politics of the Late 1970s" (in French Historical Studies, Fall 1999)
  • Piero Gobetti La Rivoluzione liberale. Saggio sulla lotta politica in Italia, Bologna, Rocca San Casciano, 1924

Referensi

  • Adams, Ian. Ideology and politics in Britain today. Manchester: Manchester University Press, 1998. ISBN 0-7190-5056-1
  • Alterman, Eric. Why We're Liberals. New York: Viking Adult, 2008. ISBN 0-670-01860-0
  • Ameringer, Charles. Political parties of the Americas, 1980s to 1990s. Westport: Greenwood Publishing Group, 1992. ISBN 0-313-27418-5
  • Antoninus, Marcus Aurelius. The Meditations of Marcus Aurelius Antoninus. New York: Oxford University Press, 2008. ISBN 0-19-954059-4
  • Arnold, N. Scott. Imposing values: an essay on liberalism and regulation. New York: Oxford University Press, 2009. ISBN 0-495-50112-3
  • Auerbach, Alan and Kotlikoff, Laurence. Macroeconomics Cambridge: MIT Press, 1998. ISBN 0-262-01170-0
  • Barzilai, Gad, Communities and Law: Politics and Cultures of Legal Identities University of Michigan Press, 2003. ISBN 978-0-472-03079-8
  • Chodos, Robert et al. The unmaking of Canada: the hidden theme in Canadian history since 1945. Halifax: James Lorimer & Company, 1991. ISBN 1-55028-337-5
  • Coker, Christopher. Twilight of the West. Boulder: Westview Press, 1998. ISBN 0-8133-3368-7
  • Colomer, Josep Maria. Great Empires, Small Nations. New York: Routledge, 2007. ISBN 0-415-43775-X
  • Colton, Joel and Palmer, R.R. A History of the Modern World. New York: McGraw Hill, Inc., 1995. ISBN 0-07-040826-2
  • Cook, Richard. The Grand Old Man. Whitefish: Kessinger Publishing, 2004. ISBN 1-4191-6449-X
  • Delaney, Tim. The march of unreason: science, democracy, and the new fundamentalism. New York: Oxford University Press, 2005. ISBN 0-19-280485-5
  • Diamond, Larry. The Spirit of Democracy. New York: Macmillan, 2008. ISBN 0-8050-7869-X
  • Dobson, John. Bulls, Bears, Boom, and Bust. Santa Barbara: ABC-CLIO, 2006. ISBN 1-85109-553-5
  • Dorrien, Gary. The making of American liberal theology. Louisville: Westminster John Knox Press, 2001. ISBN 0-664-22354-0
  • Farr, Thomas. World of Faith and Freedom. New York: Oxford University Press US, 2008. ISBN 0-19-517995-1
  • Falco, Maria. Feminist interpretations of Mary Wollstonecraft. State College: Penn State Press, 1996. ISBN 0-271-01493-8
  • Fawcett, Edmund. Liberalism: The Life of an Idea. Princeton, NJ: Princeton University Press, 2014. ISBN 978-0-691-15689-7
  • Flamm, Michael and Steigerwald, David. Debating the 1960s: liberal, conservative, and radical perspectives. Lanham: Rowman & Littlefield, 2008. ISBN 0-7425-2212-1
  • Frey, Linda and Frey, Marsha. The French Revolution. Westport: Greenwood Press, 2004. ISBN 0-313-32193-0
  • Gallagher, Michael et al. Representative government in modern Europe. New York: McGraw Hill, 2001. ISBN 0-07-232267-5
  • Gifford, Rob. China Road: A Journey into the Future of a Rising Power. Random House, 2008. ISBN 0-8129-7524-3
  • Godwin, Kenneth et al. School choice tradeoffs: liberty, equity, and diversity. Austin: University of Texas Press, 2002. ISBN 0-292-72842-5
  • Gould, Andrew. Origins of liberal dominance. Ann Arbor: University of Michigan Press, 1999. ISBN 0-472-11015-2
  • Gray, John. Liberalism. Minneapolis: University of Minnesota Press, 1995. ISBN 0-8166-2801-7
  • Grigsby, Ellen. Analyzing Politics: An Introduction to Political Science. Florence: Cengage Learning, 2008. ISBN 0-495-50112-3
  • Gross, Jonathan. Byron: the erotic liberal. Lanham: Rowman & Littlefield Publishers, Inc., 2001. ISBN 0-7425-1162-6
  • Hafner, Danica and Ramet, Sabrina. Democratic transition in Slovenia: value transformation, education, and media. College Station: Texas A&M University Press, 2006. ISBN 1-58544-525-8
  • Handelsman, Michael. Culture and Customs of Ecuador. Westport: Greenwood Press, 2000. ISBN 0-313-30244-8
  • Hartz, Louis. The liberal tradition in America. New York: Houghton Mifflin Harcourt, 1955. ISBN 0-15-651269-6
  • Heywood, Andrew (2003). Political Ideologies: An Introduction. New York, NY: Palgrave Macmillan. ISBN 0-333-96177-3. 
  • Hodge, Carl. Encyclopedia of the Age of Imperialism, 1800–1944. Westport: Greenwood Publishing Group, 2008. ISBN 0-313-33406-4
  • Jensen, Pamela Grande. Finding a new feminism: rethinking the woman question for liberal democracy. Lanham: Rowman & Littlefield, 1996. ISBN 0-8476-8189-0
  • Johnson, Paul. The Renaissance: A Short History. New York: Modern Library, 2002. ISBN 0-8129-6619-8
  • Kanazawa, Satoshi (2010). "Why Liberals and Atheists Are More Intelligent". Social Psychology Quarterly. 73 (1): 33–57. JSTOR 25677384. 
  • Karatnycky, Adrian. Freedom in the World. Piscataway: Transaction Publishers, 2000. ISBN 0-7658-0760-2
  • Karatnycky, Adrian et al. Nations in transit, 2001. Piscataway: Transaction Publishers, 2001. ISBN 0-7658-0897-8
  • Kirchner, Emil. Liberal parties in Western Europe. Cambridge: Cambridge University Press, 1988. ISBN 0-521-32394-0
  • Knoop, Todd. Recessions and Depressions Westport: Greenwood Press, 2004. ISBN 0-313-38163-1
  • Koerner, Kirk. Liberalism and its critics. Oxford: Taylor & Francis, 1985. ISBN 0-7099-1551-9
  • Leroux, Robert, Political Economy and Liberalism in France: The Contributions of Frédéric Bastiat, London and New York, 2011.
  • Leroux, Robert, Davi M. Hart (eds), French Liberalism in the 19th Century, London and New York: London, 2012.
  • Lightfoot, Simon. Europeanizing social democracy?: the rise of the Party of European Socialists. New York: Routledge, 2005. ISBN 0-415-34803-X
  • Lyons, Martyn. Napoleon Bonaparte and the Legacy of the French Revolution. New York: St. Martin's Press, Inc., 1994. ISBN 0-312-12123-7
  • Mackenzie, G. Calvin and Weisbrot, Robert. The liberal hour: Washington and the politics of change in the 1960s. New York: Penguin Group, 2008. ISBN 1-59420-170-6
  • Manent, Pierre and Seigel, Jerrold. An Intellectual History of Liberalism. Princeton: Princeton University Press, 1996. ISBN 0-691-02911-3
  • Mazower, Mark. Dark Continent. New York: Vintage Books, 1998. ISBN 0-679-75704-X
  • Monsma, Stephen and Soper, J. Christopher. The Challenge of Pluralism: Church and State in Five Democracies. Lanham: Rowman & Littlefield, 2008. ISBN 0-7425-5417-1
  • Penniman, Howard. Canada at the polls, 1984: a study of the federal general elections. Durham: Duke University Press, 1988. ISBN 0-8223-0821-5
  • Perry, Marvin et al. Western Civilization: Ideas, Politics, and Society. Florence, KY: Cengage Learning, 2008. ISBN 0-547-14742-2
  • Pierson, Paul. The New Politics of the Welfare State. New York: Oxford University Press, 2001. ISBN 0-19-829756-4
  • Puddington, Arch. Freedom in the World: The Annual Survey of Political Rights and Civil Liberties. Lanham: Rowman & Littlefield, 2007. ISBN 0-7425-5897-5
  • Riff, Michael. Dictionary of modern political ideologies. Manchester: Manchester University Press, 1990. ISBN 0-7190-3289-X
  • Rivlin, Alice. Reviving the American Dream Washington D.C.: Brookings Institution Press, 1992. ISBN 0-8157-7476-1
  • Ros, Agustin. Profits for all?: the cost and benefits of employee ownership. New York: Nova Publishers, 2001. ISBN 1-59033-061-7
  • Routledge, Paul et al. The geopolitics reader. New York: Routledge, 2006. ISBN 0-415-34148-5
  • Russell, Bertrand (2000) [1945]. History of Western Philosophy. London: Routledge. ISBN 0-415-22854-9. 
  • Ryan, Alan. The Making of Modern Liberalism (Princeton UP, 2012)
  • Schell, Jonathan. The Unconquerable World: Power, Nonviolence, and the Will of the People. New York: Macmillan, 2004. ISBN 0-8050-4457-4
  • Shaw, G. K. Keynesian Economics: The Permanent Revolution. Aldershot, England: Edward Elgar Publishing Company, 1988. ISBN 1-85278-099-1
  • Sinclair, Timothy. Global governance: critical concepts in political science. Oxford: Taylor & Francis, 2004. ISBN 0-415-27662-4
  • Song, Robert. Christianity and Liberal Society. Oxford: Oxford University Press, 2006. ISBN 0-19-826933-1
  • Stacy, Lee. Mexico and the United States. New York: Marshall Cavendish Corporation, 2002. ISBN 0-7614-7402-1
  • Steinberg, David I. Burma: the State of Myanmar. Georgetown University Press, 2001. ISBN 0-87840-893-2
  • Steindl, Frank. Understanding Economic Recovery in the 1930s. Ann Arbor: University of Michigan Press, 2004. ISBN 0-472-11348-8
  • Susser, Bernard. Political ideology in the modern world. Upper Saddle River: Allyn and Bacon, 1995. ISBN 0-02-418442-X
  • Van den Berghe, Pierre. The Liberal dilemma in South Africa. Oxford: Taylor & Francis, 1979. ISBN 0-7099-0136-4
  • Van Schie, P. G. C. and Voermann, Gerrit. The dividing line between success and failure: a comparison of Liberalism in the Netherlands and Germany in the 19th and 20th Centuries. Berlin: LIT Verlag Berlin-Hamburg-Münster, 2006. ISBN 3-8258-7668-3
  • Various authors. Countries of the World & Their Leaders Yearbook 08, Volume 2. Detroit: Thomson Gale, 2007. ISBN 0-7876-8108-3
  • Venturelli, Shalini. Liberalizing the European media: politics, regulation, and the public sphere. New York: Oxford University Press, 1998. ISBN 0-19-823379-5
  • Wempe, Ben. T. H. Green's theory of positive freedom: from metaphysics to political theory. Exeter: Imprint Academic, 2004. ISBN 0-907845-58-4
  • Whitfield, Stephen. Companion to twentieth-century America. Hoboken: Wiley-Blackwell, 2004. ISBN 0-631-21100-4
  • Wolfe, Alan. The Future of Liberalism. New York: Random House, Inc., 2009. ISBN 0-307-38625-2
  • Worell, Judith. Encyclopedia of women and gender, Volume I. Amsterdam: Elsevier, 2001. ISBN 0-12-227246-3
  • Young, Shaun (2002). Beyond Rawls: An Analysis of the Concept of Political Liberalism. Lanham, MD: University Press of America. ISBN 0-7618-2240-2. 
  • Zvesper, John. Nature and liberty. New York: Routledge, 1993. ISBN 0-415-08923-9

Lihat pula

Pranala luar