Lompat ke isi

Lampung: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 4°57′S 105°1′E / 4.950°S 105.017°E / -4.950; 105.017
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual Dikembalikan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 80: Baris 80:


== Sejarah ==
== Sejarah ==
[[Berkas:PETA MARGA.jpg|jmpl|kiri|280px|Peta Pembagian Administratif yang menunjukkan wilayah daripada Kepaksian dan Marga Lampung marga indeling residentie Lampung 1 Saat Drukkerij 1930 yang diperkuat oleh Dewan Perwatin LMAL Provinsi Daerah Istimewa Lampung tahun 2005.]]
[[Berkas:PETA MARGA.jpg|jmpl|kiri|280px|Peta Pembagian Administratif yang menunjukkan wilayah daripada Kepaksian dan Marga Lampung marga indeling residentie Lampung 1 Saat Drukkerij 1930 yang diperkuat oleh Dewan Perwatin LMAL Provinsi Lampung tahun 2005.]]
Pada abad ke- 7 tahun [[671]] [[Masehi]] zaman pra-sejarah Daerah Istimewa Lampung di [[Sumatra]], [[Sriwijaya]] menguasai sebagian besar [[Asia Tenggara]] hingga abad ke-11 [[Masehi]], di adad ke-13 tahun [[1289]] [[Masehi]] penyebaran Islam awal bermula dari [[Batu Brak]] di tengkuk gunung pesagi daerah hanibung yang ditandai dengan adanya peninggalan pra-sejarah hingga zaman sejarah yakni [[Dolmen]] dan Megalitikum tertua di tanah Daerah Istimewa Lampung, lokasi ini secara administratif berada di wilayah [[Kabupaten Lampung Barat]] yang beribu kota di [[Liwa]], penyebaran ini menjadi tanda tonggak berdirinya Kerajaan di wilayah tersebut. Pada abad ke-16 Masehi Penyebaran Islam juga masuk dari [[Banten]] ke Tolang Pohwang, secara administratif berada di daerah Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Daerah Istimewa Lampung.
Pada abad ke- 7 tahun [[671]] [[Masehi]] zaman pra-sejarah Lampung di [[Sumatra]], [[Sriwijaya]] menguasai sebagian besar [[Asia Tenggara]] hingga abad ke-11 [[Masehi]], di adad ke-13 tahun [[1289]] [[Masehi]] penyebaran Islam awal bermula dari [[Batu Brak]] di tengkuk gunung pesagi daerah hanibung yang ditandai dengan adanya peninggalan pra-sejarah hingga zaman sejarah yakni [[Dolmen]] dan Megalitikum tertua di tanah Lampung, lokasi ini secara administratif berada di wilayah [[Kabupaten Lampung Barat]] yang beribu kota di [[Liwa]], penyebaran ini menjadi tanda tonggak berdirinya Kerajaan di wilayah tersebut. Pada abad ke-16 Masehi Penyebaran Islam juga masuk dari [[Banten]] ke Tolang Pohwang, secara administratif berada di daerah Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung.


Provinsi Daerah Istimewa Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Daerah Istimewa Lampung merupakan keresidenan yang tergabung dengan [[Provinsi Sumatra Selatan]].
Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan keresidenan yang tergabung dengan [[Provinsi Sumatra Selatan]].


Kendatipun Provinsi Daerah Istimewa Lampung sebelum tanggal 18 Maret 1964 tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatra Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khazanah adat budaya di Nusantara. Oleh karenanya, pada zaman VOC di dapat dari berbagai sumber bawasanya [[Vereenigde Oostindische Compagnie|Vereenigde Oostindische Compagnie (Persatuan Perusahaan Hindia Timur)]] yang berada di bawah pemerintahan Belanda pada tahun 1800 selama abad ke-19 hingga abad ke-20, [[Hindia Belanda]] adalah salah satu koloni Eropa yang paling berharga di bawah kekuasaan [[Imperium Belanda]]. Tatanan sosial kolonial didasarkan pada struktur rasial dan sosial yang kaku dengan para elit Belanda yang tinggi terpisah akan tetapi tetap berhubungan dengan penduduk pribumi yang dijajah oleh mereka, sedangkan istilah [[Indonesia]] digunakan untuk lokasi geografis setelah tahun 1880 Masehi, nama Hindia Belanda tercatat dalam dokumen VOC pada awal tahun 1620 Masehi. Daerah Lampung sendiri tidak terlepas dari incaran penjajahan Belanda.
Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 Maret 1964 tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatra Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khazanah adat budaya di Nusantara. Oleh karenanya, pada zaman VOC di dapat dari berbagai sumber bawasanya [[Vereenigde Oostindische Compagnie|Vereenigde Oostindische Compagnie (Persatuan Perusahaan Hindia Timur)]] yang berada di bawah pemerintahan Belanda pada tahun 1800 selama abad ke-19 hingga abad ke-20, [[Hindia Belanda]] adalah salah satu koloni Eropa yang paling berharga di bawah kekuasaan [[Imperium Belanda]]. Tatanan sosial kolonial didasarkan pada struktur rasial dan sosial yang kaku dengan para elit Belanda yang tinggi terpisah akan tetapi tetap berhubungan dengan penduduk pribumi yang dijajah oleh mereka, sedangkan istilah [[Indonesia]] digunakan untuk lokasi geografis setelah tahun 1880 Masehi, nama Hindia Belanda tercatat dalam dokumen VOC pada awal tahun 1620 Masehi. Daerah Lampung sendiri tidak terlepas dari incaran penjajahan Belanda.


Lampung Tolang Pohwang kemungkinan besar pernah menjadi wilayah kekuasaan [[Kerajaan Sunda]], setidaknya sampai abad ke-16. Sebelum akhirnya [[Kesultanan Banten]] menghancurkan [[Pajajaran]], ibu kota Kerajaan Sunda. Sultan Banten yakni [[Sultan Ageng Tirtayasa]], lalu tidak mengambil alih kekuasaan atas Lampung. Hal ini dijelaskan dalam buku ''The Sultanate of Banten'' karya Claude Guillot pada halaman 19 sebagai berikut:{{quote|''"From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region".<ref name="Claude Guillot">{{cite book|last =Guillot|first =Claude.|publisher= Gramedia Book Publishing Division|title = The sultanate of Banten|date =|year =1990|page =19
Lampung Tolang Pohwang kemungkinan besar pernah menjadi wilayah kekuasaan [[Kerajaan Sunda]], setidaknya sampai abad ke-16. Sebelum akhirnya [[Kesultanan Banten]] menghancurkan [[Pajajaran]], ibu kota Kerajaan Sunda. Sultan Banten yakni [[Sultan Ageng Tirtayasa]], lalu tidak mengambil alih kekuasaan atas Lampung. Hal ini dijelaskan dalam buku ''The Sultanate of Banten'' karya Claude Guillot pada halaman 19 sebagai berikut:{{quote|''"From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region".<ref name="Claude Guillot">{{cite book|last =Guillot|first =Claude.|publisher= Gramedia Book Publishing Division|title = The sultanate of Banten|date =|year =1990|page =19
Baris 101: Baris 101:
Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut "[[Jenangan, Ponorogo|jenangan]]" atau kadang-kadang disebut [[gubernur]] hanyalah dalam mengurus kepentingan perdagangan hasil bumi (lada). Sedangkan para penguasa hasil bumi Lampung asli yang terpencar pada tiap-tiap desa atau kota yang disebut "adipati" secara hierarki tidak berada di bawah koordinasi penguasaan [[Jenangan, Ponorogo|jenangan]]/gubernur. Disimpulkan penguasaan Sultan Banten atas Lampung hanya dalam hal garis pantai Banten saja dalam rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil bumi terutama lada. Dengan demikian jelas hubungan Banten-Lampung adalah dalam hubungan saling membutuhkan satu dengan lainnya.
Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut "[[Jenangan, Ponorogo|jenangan]]" atau kadang-kadang disebut [[gubernur]] hanyalah dalam mengurus kepentingan perdagangan hasil bumi (lada). Sedangkan para penguasa hasil bumi Lampung asli yang terpencar pada tiap-tiap desa atau kota yang disebut "adipati" secara hierarki tidak berada di bawah koordinasi penguasaan [[Jenangan, Ponorogo|jenangan]]/gubernur. Disimpulkan penguasaan Sultan Banten atas Lampung hanya dalam hal garis pantai Banten saja dalam rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil bumi terutama lada. Dengan demikian jelas hubungan Banten-Lampung adalah dalam hubungan saling membutuhkan satu dengan lainnya.


Selanjutnya pada masa Raffles berkuasa pada tahun 1811 ia tidak menduduki daerah Semangka dan tidak mau melepaskan daerah Lampung kepada Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda. Namun setelah Raffles meninggalkan Daerah Istimewa Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk Residen Belanda untuk Lampung. Kebesaran seorang Raffles terendus sejak dirinya berusia 14. Di masa remaja itu Raffles harus menggantikan peran ayahnya sebagai tulang punggung keluarga. Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (lahir di Jamaica, 6 Juli 1781 – meninggal di London, Inggris, 5 Juli 1826 pada umur 44 tahun) adalah seorang Gubernur-Letnan Hindia Belanda yang terbesar. Ia adalah seorang warga negara Inggris. Ia dikatakan juga pendiri kota dan negara kota Singapura.<ref>{{Cite web|title=Thomas Stamford Raffles: Gubernur Jenderal Hindia-Belanda dari Inggris yang Menggugah Kebesaran Jawa|url=https://voi.id/memori/18848/thomas-stamford-raffles-gubernur-jenderal-hindia-belanda-dari-inggris-yang-menggugah-kebesaran-jawa|website=VOI - Waktunya Merevolusi Pemberitaan|language=id|access-date=2021-08-05|archive-date=2021-07-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20210709190432/https://voi.id/memori/18848/thomas-stamford-raffles-gubernur-jenderal-hindia-belanda-dari-inggris-yang-menggugah-kebesaran-jawa|dead-url=no}}</ref>
Selanjutnya pada masa Raffles berkuasa pada tahun 1811 ia tidak menduduki daerah Semangka dan tidak mau melepaskan daerah Lampung kepada Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda. Namun setelah Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk Residen Belanda untuk Lampung. Kebesaran seorang Raffles terendus sejak dirinya berusia 14. Di masa remaja itu Raffles harus menggantikan peran ayahnya sebagai tulang punggung keluarga. Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (lahir di Jamaica, 6 Juli 1781 – meninggal di London, Inggris, 5 Juli 1826 pada umur 44 tahun) adalah seorang Gubernur-Letnan Hindia Belanda yang terbesar. Ia adalah seorang warga negara Inggris. Ia dikatakan juga pendiri kota dan negara kota Singapura.<ref>{{Cite web|title=Thomas Stamford Raffles: Gubernur Jenderal Hindia-Belanda dari Inggris yang Menggugah Kebesaran Jawa|url=https://voi.id/memori/18848/thomas-stamford-raffles-gubernur-jenderal-hindia-belanda-dari-inggris-yang-menggugah-kebesaran-jawa|website=VOI - Waktunya Merevolusi Pemberitaan|language=id|access-date=2021-08-05|archive-date=2021-07-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20210709190432/https://voi.id/memori/18848/thomas-stamford-raffles-gubernur-jenderal-hindia-belanda-dari-inggris-yang-menggugah-kebesaran-jawa|dead-url=no}}</ref>

== Geografi ==
== Geografi ==



Revisi per 27 Mei 2023 05.03

Daerah Istimewa Lampung
Transkripsi bahasa Lampung
Dari atas, kiri ke kanan; Tugu Siger, Rumah Nuwo Sesat, Pulau Pahawang, Gunung Anak Krakatau, Harimau sumatra di Bukit Barisan, Penari Bedana, Pantai Gigi Hiu Tanggamus, dan Pelabuhan Bakauheni.
Bendera Daerah Istimewa Lampung
Motto: 
Sang bumi ruwa jurai
(Lampung) Satu wilayah yang ditinggali oleh dua masyarakat adat Lampung yaitu Saibatin dan Pepadun
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUU No. 14 Tahun 1964
Hari jadi18 Maret 1964 (umur 60)
Ibu kotaBandar Lampung
Kota besar lainnyaMetro
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 13
  • Kota: 2
  • Kecamatan: 228
  • Kelurahan: 205
  • Desa: 2.449
Pemerintahan
 • GubernurArinal Djunaidi[1]
 • Wakil GubernurChusnunia Chalim[1]
 • Sekretaris DaerahFahrizal Darminto[1]
 • Ketua DPRDMingrum Gumay
Luas
 • Total33.553,55 km2 (12,955,10 sq mi)
Populasi
 • Total9.176.546
 • Peringkat15
 • Kepadatan268/km2 (690/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam 95,48%
Kristen 2,42%
- Protestan 1,51%
- Katolik 0,91%
Hindu 1,49%
Buddha 0,32%
Konghucu 0,01%
Lainnya 0,01%
Tidak diketahui 0,27%[4]
 • Bahasa
 • IPMKenaikan 70,45 (2022)
tinggi[5]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
34xxx-35xxx
Kode area telepon
Daftar
  • 0721 — Kota Bandar Lampung — Gedong Tataan - Tegineneng (Kabupaten Pesawaran) — Natar - Jati Agung (Kabupaten Lampung Selatan)
  • 0722 — Kota Agung (Kabupaten Tanggamus)
  • 0723 — Blambangan Umpu (Kabupaten Way Kanan)
  • 0724 — Kotabumi (Kabupaten Lampung Utara)
  • 0725 — Kota Metro — Gunung Sugih (Kabupaten Lampung Tengah) — Sukadana (Kabupaten Lampung Timur)
  • 0726 — Menggala (Kabupaten Tulang Bawang) — Kabupaten Tulang Bawang Barat — Wiralaga Mulya (Kabupaten Mesuji)
  • 0727 — Kalianda (Kabupaten Lampung Selatan) — Punduh Pidada (Kabupaten Pesawaran)
  • 0728 — Kota Liwa (Kabupaten Lampung Barat) — Krui (Kabupaten Pesisir Barat)
  • 0729 — Pringsewu (Kabupaten Pringsewu)
Kode ISO 3166ID - LA
Pelat kendaraanBE
Kode Kemendagri18 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS18 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp 784.582.000.000.-[6] (2020)
PADRp 329.843.000.000.- (2020)[6]
DAURp 1.922.699.775.000,- (2020)[7]
Slogan pariwisataThe Treasure of Sumatra[8]
Lagu daerah
Rumah adat
Senjata tradisional
Flora resmiCempaka telur[9]
Fauna resmiGajah sumatra[9]
Situs weblampungprov.go.id
Peta Administrasi provinsi Daerah Istimewa Lampung

Daerah Istimewa Lampung (disingkat DIL, (aksara Lampung: ), adalah sebuah Daerah Istimewa setingkat provinsi di bagian ujung selatan Pulau Sumatra, Indonesia. Ibu kota dan pusat pemerintahannya berada di Kota Bandar Lampung.[10] Provinsi ini memiliki dua kota, yaitu Bandar Lampung dan Metro, serta 13 kabupaten. Posisi provinsi Daerah Istimewa Lampung secara geografis di sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia, di sebelah timur dengan Laut Jawa, di sebelah utara berbatasan dengan provinsi Sumatra Selatan dan Bengkulu, serta di sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda.

Provinsi Daerah Istimewa Lampung memiliki pelabuhan utama bernama Pelabuhan Internasional Panjang dan Pelabuhan Penyebrangan Bakauheni, bandar udara utama yakni Bandara Internasional Radin Intan II terletak 28 km dari ibu kota provinsi, serta stasiun kereta api besar Tanjung Karang yang terletak di pusat ibu kota provinsi. Pada 2020, penduduk provinsi Daerah Istimewa Lampung berjumlah 9.007.848 jiwa, dengan kepadatan 268 jiwa/km2, dan tahun 2022, jumlah penduduk Daerah Istimewa Lampung sebanyak 9.176.546 jiwa.[3][2]

Sejarah

Berkas:PETA MARGA.jpg
Peta Pembagian Administratif yang menunjukkan wilayah daripada Kepaksian dan Marga Lampung marga indeling residentie Lampung 1 Saat Drukkerij 1930 yang diperkuat oleh Dewan Perwatin LMAL Provinsi Lampung tahun 2005.

Pada abad ke- 7 tahun 671 Masehi zaman pra-sejarah Lampung di Sumatra, Sriwijaya menguasai sebagian besar Asia Tenggara hingga abad ke-11 Masehi, di adad ke-13 tahun 1289 Masehi penyebaran Islam awal bermula dari Batu Brak di tengkuk gunung pesagi daerah hanibung yang ditandai dengan adanya peninggalan pra-sejarah hingga zaman sejarah yakni Dolmen dan Megalitikum tertua di tanah Lampung, lokasi ini secara administratif berada di wilayah Kabupaten Lampung Barat yang beribu kota di Liwa, penyebaran ini menjadi tanda tonggak berdirinya Kerajaan di wilayah tersebut. Pada abad ke-16 Masehi Penyebaran Islam juga masuk dari Banten ke Tolang Pohwang, secara administratif berada di daerah Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung.

Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan keresidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatra Selatan.

Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 Maret 1964 tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatra Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khazanah adat budaya di Nusantara. Oleh karenanya, pada zaman VOC di dapat dari berbagai sumber bawasanya Vereenigde Oostindische Compagnie (Persatuan Perusahaan Hindia Timur) yang berada di bawah pemerintahan Belanda pada tahun 1800 selama abad ke-19 hingga abad ke-20, Hindia Belanda adalah salah satu koloni Eropa yang paling berharga di bawah kekuasaan Imperium Belanda. Tatanan sosial kolonial didasarkan pada struktur rasial dan sosial yang kaku dengan para elit Belanda yang tinggi terpisah akan tetapi tetap berhubungan dengan penduduk pribumi yang dijajah oleh mereka, sedangkan istilah Indonesia digunakan untuk lokasi geografis setelah tahun 1880 Masehi, nama Hindia Belanda tercatat dalam dokumen VOC pada awal tahun 1620 Masehi. Daerah Lampung sendiri tidak terlepas dari incaran penjajahan Belanda.

Lampung Tolang Pohwang kemungkinan besar pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda, setidaknya sampai abad ke-16. Sebelum akhirnya Kesultanan Banten menghancurkan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Sultan Banten yakni Sultan Ageng Tirtayasa, lalu tidak mengambil alih kekuasaan atas Lampung. Hal ini dijelaskan dalam buku The Sultanate of Banten karya Claude Guillot pada halaman 19 sebagai berikut:

"From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region".[11]

Di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa (1651–1683) Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC di perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Dalam masa pemerintahannya, Sultan Ageng berupaya meluaskan wilayah kekuasaan Banten yang terus mendapat hambatan karena dihalangi VOC yang bercokol di Batavia. VOC yang tidak suka dengan perkembangan Kesultanan Banten mencoba berbagai cara untuk menguasainya termasuk mencoba membujuk Sultan Abu Nashar Abdul Qahar, Putra Sultan Ageng untuk melawan Ayahnya sendiri.

Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Abu Nashar Abdul Qahar meminta bantuan VOC dan sebagai imbalannya ia menjanjikan akan menyerahkan penguasaan atas daerah Lampung kepada VOC. Akhirnya pada tanggal 7 April 1682 Sultan Ageng Tirtayasa disingkirkan dan Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten.

Dari perundingan-perundingan antara VOC dengan Sultan Abu Nashar Abdul Qahar menghasilkan sebuah piagam dari Sultan Abu Nashar Abdul Qahar tertanggal 27 Agustus 1682 yang isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan perdagangan rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Banten kepada VOC yang sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di daerah Lampung.

Pada tanggal 29 Agustus 1682 iring-iringan armada VOC dan Banten membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur dengan membawa surat mandat dari Sultan Abu Nashar Abdul Qahar yang mewakili Sultan Banten. Ekspedisi Vander Schuur yang pertama ini tidak berhasil dan ia tidak mendapatkan lada yang dicarinya. Perdagangan langsung antara VOC dengan Lampung mengalami kegagalan disebabkan karena tidak semua penguasa di Lampung langsung tunduk begitu saja kepada kekuasaan Sultan Abu Nashar Abdul Qahar yang bersekutu dengan kompeni, sebagian mereka masih tidak mengakui Sultan Ageng Tirtayasa sebagai Sultan Kerajaan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai musuh.[12] Sementara itu timbul keraguan dari VOC mengenai status penguasaan Lampung di bawah Kekuasaan Kesultanan Banten, yang kemudian baru diketahui bahwa penguasaan Banten atas Lampung tidaklah mutlak.

Logo Distrik Keresidenan (Oosthaven) saat penjajahan Belanda

Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut "jenangan" atau kadang-kadang disebut gubernur hanyalah dalam mengurus kepentingan perdagangan hasil bumi (lada). Sedangkan para penguasa hasil bumi Lampung asli yang terpencar pada tiap-tiap desa atau kota yang disebut "adipati" secara hierarki tidak berada di bawah koordinasi penguasaan jenangan/gubernur. Disimpulkan penguasaan Sultan Banten atas Lampung hanya dalam hal garis pantai Banten saja dalam rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil bumi terutama lada. Dengan demikian jelas hubungan Banten-Lampung adalah dalam hubungan saling membutuhkan satu dengan lainnya.

Selanjutnya pada masa Raffles berkuasa pada tahun 1811 ia tidak menduduki daerah Semangka dan tidak mau melepaskan daerah Lampung kepada Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda. Namun setelah Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk Residen Belanda untuk Lampung. Kebesaran seorang Raffles terendus sejak dirinya berusia 14. Di masa remaja itu Raffles harus menggantikan peran ayahnya sebagai tulang punggung keluarga. Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (lahir di Jamaica, 6 Juli 1781 – meninggal di London, Inggris, 5 Juli 1826 pada umur 44 tahun) adalah seorang Gubernur-Letnan Hindia Belanda yang terbesar. Ia adalah seorang warga negara Inggris. Ia dikatakan juga pendiri kota dan negara kota Singapura.[13]

Geografi

Topografi

Provinsi Daerah Istimewa Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dan terletak di antara 105°45'-103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS. Daerah ini berada di sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia, di sebelah timur dengan Laut Jawa, di sebelah utara berbatasan dengan provinsi Sumatra Selatan dan Bengkulu, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Daerah Istimewa Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Kelagian, Pulau Sebesi, Pulau Pahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Pesisir Barat.

Keadaan alam Daerah Istimewa Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatra. Di tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas.

Gunung

Gunung-gunung yang puncaknya cukup tinggi, antara lain:[14]

Sungai

Sungai-sungai yang mengalir di Lampung menurut panjang dan daerah tangkapan airnya adalah sebagai berikut:

Way Seputih mengalir di daerah Kabupaten Lampung Tengah dengan anak-anak sungai yang panjangnya lebih dari 50 km adalah:

  • Way Terusan, panjang 175 km, c.a. 1.500 km2
  • Way Pengubuan, panjang 165 km, c.a. 1.143,78 km2
  • Way Pegadungan, panjang 80 km, c.a. 975 km2
  • Way Raman, panjang 55 km, c.a. 200 km2

Way Tulangbawang mengalir di kabupaten Tulangbawang dengan anak-anak sungai yang lebih dari 50 km panjangnya, di antaranya:

  • Way Kanan, panjang 51 km, c.a. 1.197 km2
  • Way Rarem, panjang 53,50 km, c.a. 870 km2
  • Way Umpu, panjang 100 km, c.a. 1.179 km2
  • Way Tahmy, panjang 60 km, c.a. 550 km2
  • Way Besay, panjang 113 km, c.a. 879 km2
  • Way Giham, panjang 80 km, c.a. 506,25 km2

Way Mesuji yang mengalir di perbatasan provinsi Lampung dan Sumatra Selatan di sebelah utara mempunyai anak sungai bernama Sungai Buaya, sepanjang 70 km dengan c.a. 347,5 km2. Sedangkan Way Sekampung mengalir di daerah kabupaten Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran dan Lampung Selatan. Anak sungainya banyak, tetapi tidak ada yang panjangnya sampai 100 km. Hanya ada satu sungai yang panjangnya 51 km dengan c.a. 106,97 km2 ialah Way Ketibung di Kalianda. Beberapa kota di daerah provinsi Lampung yang tingginya 50 m lebih dari permukaan laut adalah: Tanjungkarang (96 m), Kedaton (100 m), Metro (53), Gisting (480 m), Negeri Sakti (100 m), Pringsewu (50 m), Pekalongan (50 m), Batanghari (65 m), Punggur (50 m), Padang Ratu (56 m), Wonosobo (50 m), Kedondong (80 m), Sidomulyo (75 m), Kasui (200 m), Sri Menanti (320 m) dan Kota Liwa (850 m).

Politik dan pemerintahan

Kabupaten dan Kota

Daftar kabupaten dan kota di Daerah Istimewa Lampung

Daftar gubernur

Daftar gubernur Daerah Istimewa Lampung

Dewan Perwakilan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Lampung

Demografi

Suku bangsa

Berkas:Saibatin dan Pepadun.jpg
Siger adalah mahkota wanita pengantin Lampung yang terdiri atas masyarakat Saibatin dan Pepadun.

Provinsi Daerah Istimewa Lampung menjadi salah satu provinsi di Indonesia di luar Pulau Jawa, tempat mayoritas penduduknya adalah suku Jawa, dengan total populasi tahun 2010 sebanyak 64,17% yang kebanyakkan berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sebagian kecil Jawa Barat. Sementara penduduk asli yakni suku Lampung berjumlah 13,56%. Diposisi ketiga ada suku Sunda berjumlah 11,88% (sudah gabungan suku Sunda asal Jawa Barat dan juga Sunda asal Banten) banyaknya etnis pendatang dari pulau Jawa ke provinsi Lampung disebabkan pulau Jawa yang tidak begitu besar tetapi penduduknya cukup ramai dan padat maka diadakan transmigrasi besar-besaran ke pulau lain khususnya pulau Sumatra di provinsi Daerah Istimewa Lampung. Diposisi keempat dan kelima ada suku Melayu dengan persentase 5,64% dan juga Bali 1,38%. Suku Melayu sudah termasuk semua sub-suku Melayu asal Sumatra Selatan yang ada di provinsi Daerah Istimewa Lampung seperti: Ogan, Semendo, Mesuji, dan Palembang. Suku Bali dari pulau Bali juga turut didatangkan ke provinsi Daerah Istimewa Lampung secara besar-besaran karena adanya program transmigrasi. Masyarakat Melayu asal Sumatra Selatan seperti Ogan, Semendo, Mesuji, dan Palembang dapat ditemukan signifikan karena wilayah Sumatra Selatan dan Daerah Istimewa Lampung berdekatan bahkan berbatasan langsung, mereka juga sudah lama bermigrasi ke provinsi Daerah Istimewa Lampung. Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Daerah Istimewa Lampung:[16][17]

No Suku Jumlah 2010 %
1 Jawa 4.865.330 64,17%
2 Lampung 1.028.190 13,56%
3 Sunda 901.087 11,88%
4 Melayu 427.326 5,64%
5 Bali 104.810 1,38%
6 Minangkabau 69.652 0,92%
7 Batak 52.311 0,69%
8 Tionghoa 39.979 0,53%
9 Bugis 21.054 0,28%
10 Lainnya 72.209 0,95%
Provinsi Lampung 7.581.948 100%

Catatan: suku lainnya sudah termasuk beberapa suku seperti (Madura, Betawi, Komering, suku asal Bengkulu, Arab, suku asal Sumatera lainnya, Tamil India, dan lain-lain)

Bahasa

Masyarakat Daerah Istimewa Lampung yang plural menggunakan berbagai bahasa, antara lain: Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu Semendo, Bahasa Melayu Ogan, Bahasa Melayu Mesuji, Bahasa Melayu Palembang, Bahasa Batak, Bahasa Minangkabau, Bahasa Mandarin & Bahasa Tionghoa, Bahasa Madura dan bahasa setempat yang disebut Bahasa Lampung.[18]

Agama

Agama di Lampung (2010)

  Islam Sunni (95.48%)
  Kristen Protestan (1.51%)
  Hindu (1.49%)
  Kristen Katolik (0.91%)
  Buddhisme (0.32%)
  Konfusianisme (0.01%)
  Lainnya (0.01%)
  Tidak diketahui (0.27%)

Agama di provinsi Daerah Istimewa Lampung beragam. Agama Islam menjadi agama terbesar/terbanyak jumlahnya yang kebanyakkan dipeluk oleh suku Jawa, Lampung, Sunda, Melayu, Minang, Bugis, serta sebagian kecil suku Batak dan lainnya. Kekristenan (Protestanisme & Katolik Roma) menjadi agama kedua terbesar yang dipeluk oleh masyarakat Daerah Istimewa Lampung setelah Islam dengan persentase sebanyak 2,42%. Untuk denominasi Protestan sebagian besar dianut oleh suku Batak, Jawa, serta sebagian Tionghoa dan lainnya. Sedangkan untuk denominasi Katolik kebanyakkan dianut oleh masyarakat keturunan Tionghoa, Jawa, serta sebagian suku Batak dan lainnya. Agama Hindu mayoritas dianut oleh masyarakat dari suku Bali. Selain itu, agama Hindu juga dianut oleh masyarakat keturunan India (Tamil) serta juga dianut oleh sebagian kecil suku Jawa. Agama Buddha kebanyakkan dianut oleh masyarakat keturunan Tionghoa serta sebagian kecil suku Jawa. Agama Konghucu umumnya hanya dianut oleh komunitas masyarakat Tionghoa lalu ada agama lainnya/kepercayaan, sisanya tidak terdata/tidak diketahui.

Pendidikan

Sekolah-sekolah di Daerah Istimewa Lampung terdiri dari TK, SD, SMP, dan SMA/SMK dan juga Perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Namun di artikel ini hanya akan menampilkan daftar perguruan tinggi saja, karena jumlah sekolah sangat banyak.

Perguruan Tinggi

Ekonomi

Masyarakat pesisir Daerah Istimewa Lampung kebanyakan bekerja sebagai nelayan dan bercocok tanam. Dibeberapa daerah pesisir, komoditas perikanan seperti tambak udang lebih menonjol, bahkan untuk tingkat nasional dan internasional. Sedangkan masyarakat yang tinggal bukan di pesisir kebanyakan bertanam padi dan berkebun lada, kopi, cengkih, kayu manis dan lain-lain. Daerah Istimewa Lampung fokus pada pengembangan lahan bagi perkebunan besar seperti kelapa sawit, karet, padi, singkong, kakao, lada hitam, kopi, jagung, tebu, dan lain-lain. Selain hasil bumi Daerah Istimewa Lampung juga merupakan kota pelabuhan karena Daerah Istimewa Lampung adalah pintu gerbang untuk masuk ke pulau Sumatra. Dari hasil bumi tumbuhlah banyak industri-industri seperti di daerah Panjang, Natar, Tanjung Bintang, dan Bandar Jaya.

Industri

Industri penambakan udang termasuk salah satu tambak yang terbesar di dunia setelah adanya penggabungan usaha antara Bratasena, Dipasena, dan Wachyuni Mandira. Pabrik gula dapat menghasilkan produksi per tahun mencapai 600.000 ton oleh dua pabrik yaitu Gunung Madu Plantation dan Sugar Group. Pada tahun 2007 kembali diresmikan pembangunan satu pabrik gula di bawah PT Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI). Industri agrobisnis lainnya: nanas, ketela (ubi), kelapa sawit, kopi robusta, lada, coklat, kakao, nata de coco dan lain-lain.

Pariwisata

Pantai

Objek wisata pantai di Daerah Istimewa Lampung terdapat di Lampung Selatan, Pesawaran, Tanggamus, dan Kabupaten Pesisir Barat.

Taman Nasional

Daerah Istimewa Lampung memiliki Taman Nasional Way Kambas yang terdapat di Kabupaten Lampung Timur.

Wisata alam lainnya

Festival

Festival Sekura yang diadakan dalam seminggu setelah Idul Fitri di Lampung Barat,[19] Festival Krakatau di Bandar Lampung, Festival Teluk Stabas di Pesisir Barat, Festival Teluk Semaka di Tanggamus, dan Festival Way Kambas di Lampung Timur.

Wisata budaya

Jenis wisata yang dapat dikunjungi di Daerah Istimewa Lampung adalah Wisata Budaya di beberapa Kampung Tua di Sukau, Liwa, Kembahang, Batu Brak, Kenali, Ranau dan Krui di Pesisir Barat.[20]

Transportasi

Jalan raya

Untuk mengakses Provinsi Daerah Istimewa Lampung, dari arah Aceh dapat menggunakan jalur darat melalui jalan lintas tengah Sumatra, Jalan Lintas Timur Sumatra, Jalan Lintas Barat Sumatra dan Jalan Lintas Pantai Timur Sumatra.

Jalan tol

Sejak 9 Maret 2019, Jalan Tol Bakauheni-Bandar Lampung-Terbanggi Besar telah beroperasi penuh, dari Bakauheni (Lampung Selatan) hingga Terbanggi Besar (Lampung Tengah) sepanjang 140 kilometer.[21]

Sebelumnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) tengah mempersiapkan pembangunan jalan tol kawasan Bakauheni-Palembang. Jalan tol ini, nantinya akan terdiri dari tiga kawasan ruas tol. Untuk tahun ini yang akan dibangun salah satunya Bakauheni-Terbanggi Besar, panjangnya 138 km. Selain itu, modernisasi dermaga Merak dan Bakauheni juga akan dibangun.

Kawasan ruas tol Bakauheni-Terbangi besar diperkirakan dapat diselesaikan dalam empat tahun dengan pendanaan dari swasta, pemerintah, gabungan swasta maupun Pemerintah. Adapun biaya pembangunan ini, diprediksi mencapai Rp 53 triliun, termasuk pembebasan lahan dan konstruksi sekira Rp30 triliun.[22]

Bus

Terminal bus di Daerah Istimewa Lampung:

  • Terminal Rajabasa dan Terminal Sukaraja yang berada di Bandar Lampung. Terminal Rajabasa melayani rute jarak dekat, menengah, dan jauh (AKAP) yang melayani rute ke kota-kota di Sumatra dan Jawa.
  • Terminal Kota Metro

Selain tiga terminal tersebut, terdapat banyak terminal bus yang berada di seluruh ibu kota kabupaten di Daerah Istimewa Lampung.

Bandar udara dan penerbangan

Bandar Udara utama adalah "Radin Intan II" yaitu nama baru dari "Branti", terletak 28 km dari ibu kota melalui jalan negara menuju Kotabumi. Terdapat pula tiga Bandar Udara perintis yaitu: Bandar Udara Mohammad Taufik Kiemas di Krui, Kabupaten Pesisir Barat; Bandar Udara Gatot Subroto di Kabupaten Way Kanan; dan Lapangan terbang AURI terdapat di Menggala yang bernama Astra Ksetra.

Berikut adalah daftar maskapai dan tujuannya:

MaskapaiTujuan
Express Air Bandung, Palembang
Garuda Indonesia Batam, Tangerang-Soekarno-Hatta, Medan
Garuda Indonesia
dioperasikan oleh Explore Garuda
Palembang
Lion Air Jakarta-Soekarno-Hatta
Sriwijaya Air Jakarta-Soekarno Hatta, Batam
Susi Air Pesisir Barat
Wings Air Palembang, Bandung

Pelabuhan

Di provinsi ini terdapat Pelabuhan Panjang yang merupakan pelabuhan ekspor-impor bagi Daerah Istimewa Lampung dan juga Pelabuhan Srengsem yang menjadi pelabuhan untuk lalu lintas distribusi batu bara dari Sumatra Selatan ke Jawa. Sekitar 92 kilometer dari selatan Bandar Lampung, ada Bakauheni, yang merupakan sebuah kota pelabuhan di provinsi Lampung, tepatnya di ujung selatan Pulau Sumatra. Terletak di ujung selatan dari Jalan Raya Lintas Sumatra, pelabuhan Bakauheni menghubungkan Sumatra dengan Jawa via perhubungan laut. Serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung.

Ratusan trip feri penyeberangan dengan 24 buah kapal feri dari beberapa operator berlayar mengarungi Selat Sunda yang menghubungkan Bakauheni dengan Merak di Provinsi Banten, Pulau Jawa. Feri-feri penyeberangan ini terutama melayani jasa penyeberangan angkutan darat seperti bus-bus penumpang antar kota antar provinsi, truk-truk barang maupun mobil pribadi. Rata-rata durasi perjalanan yang diperlukan antara Bakauheni – Merak atau sebaliknya dengan feri ini adalah sekitar 2-3 jam.

Kereta api

Provinsi Daerah Istimewa Lampung mempunyai jalur kereta api antara Bandar Lampung – Palembang, yang merupakan bagian dari jaringan jalur kereta api di Sumatra Bagian Selatan yang dioperasikan oleh PT Kereta Api (Persero) Divre IV Tanjung Karang yang berkedudukan di Bandar Lampung. Jalur kereta api Bandar Lampung – Palembang dengan 40 stasiun di sepanjang 387,872 km terbentang antara Stasiun Tanjungkarang (+96) di Bandar Lampung sampai Stasiun Kertapati (+2) di Palembang.

Berikut ini Layanan Kereta api di Daerah Istimewa Lampung:

Seni dan budaya

Sastra

Daerah Istimewa Lampung menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan sastra, baik sastra (berbahasa) Indonesia maupun sastra (berbahasa) Lampung. Kehidupan sastra (Indonesia) di Daerah Istimewa Lampung dapat dikatakan sangat ingar-bingar meskipun usia dunia kesusastraan Lampung relatif masih muda. Penyair dan seniman Daerah Istimewa Lampung antara lain Thamrin Effendi, Isbedi ZS, A.M. Zulqornain, Sugandhi Putra, Djuhardi Basri, Naim Emel Prahana dan beberapa nama lainnya.

Barulah memasuki 1990-an kemudian Lampung mulai semarak dengan penyair-penyair seperti Iswadi Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi, Ahmad Yulden Erwin, Christian Heru Cahyo, Oyos Saroso H.N., dan lain-lain. Menyusul kemudian Ari Pahala Hutabarat, Budi Elpiji, Rifian A. Chepy, Dahta Gautama dkk. Kini ada Dina Oktaviani, Alex R. Nainggolan, Jimmy Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit Putria Marga, Nersalya Renata dan Lupita Lukman. Selain itu ada cerpenis Dyah Merta dan M. Arman AZ.

Leksikon Seniman Lampung (2005) menyebutkan tidak kurang dari 36 penyair/sastrawan Lampung yang meramaikan lembar-lembar sastra koran, jurnal dan majalah seantero negeri.

Tapis Lampung

Kain Tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung; "Cucuk").[23]

Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak[24].

Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi[24].

Setiap suku bangsa di Indonesia telah meninggalkan tanda yang menjadi ciri khas wilayah masing-masing. Salah satu jenis yakni kain tapis yang memiliki nilai estesis dari religi yang tinggi dan sudah dikenal di wilayah-wilayah lain bahkan sampai ke luar negeri. Kain tapis merupakan salah satu benda budaya karya masyarakat Daerah Istimewa Lampung dari masa lampau yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik fisik maupun spiritual. Kain tapis yakni pakaian adat Lampung. Pakaian adat itu itak saja berpungsi sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam sekitar, tapi juga berpungsi sebagai perhiasan, lambang kesucian, perlengkapan upacara sakral, bahkan merupakan lambang status social seseorang[25].

Musik

Jenis musik yang masih bertahan hingga sekarang adalah Klasik Lampung. Jenis musik ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik. Mungkin jenis musik ini merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu sendiri. Beberapa kegiatan festival diadakan dengan tujuan untuk mengembangkan budaya musik tradisional tanpa harus khawatir akan kehilangan jati diri. Festival Krakatau, contohnya adalah sebuah Festival yang diadakan oleh Pemda Daerah Istimewa Lampung yang bertujuan untuk mengenalkan Daerah Istimewa Lampung kepada dunia luar dan sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata.

Tarian

Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung contohnya Tari Sembah (atau Tari Sigeh Penguten) dan Tari Melinting. Ritual Tari Sembah biasanya diadakan untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan. Selain sebagai ritual penyambutan, Tari Sembah pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakat Lampung.

Media massa

Koran pertama di Daerah Istimewa Lampung adalah Harian Tamtama (4 Oktober 1968). Pada awal dekade 1970-an terbit koran lokal Daerah Istimewa Lampung, Pusiban, Indevenden, dan Post Ekonomi. Ketiganya kemudian bergabung menjadi Harian Lampung Post pada 1974. Sejak itu hingga menjelang era reformasi media yang ada yaitu Tamtama (kemudian berubah menjadi Lampung Ekspres) dan Lampung Post. Lampung Ekspres dimiliki Harun Muda Indrajaya, sedangkan Lampung Post pada awal 1990-an dibeli Surya Paloh.

Memasuki era reformasi banyak koran bermunculan. Namun, sebagian besar tirasnya kecil dan masih mengandalkan sumber pengasilan dari iklan dan anggaran pemerintah daerah. Pada 2002 hingga 2011, terbit media milik NGO. Media dalam bentuk majalah yang bernama Sapu Lidi diterbitkan oleh Komite Anti Korupsi (KoAk) Lampung yang kemudian mati seiring berhentinya program dari lembaga donor.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c "Pimpinan Daerah Provinsi Lampung". lampungprov.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-16. Diakses tanggal 26 Oktober 2021. 
  2. ^ a b "Provinsi Lampung Dalam Angka 2021" (pdf). BPS Lampung. hlm. 7, 76, 250. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-11. Diakses tanggal 17 September 2021. 
  3. ^ a b "Jumlah Penduduk". lampung.bps.go.id. BPS Lampung. Diakses tanggal 18 April 2023. 
  4. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-12-29. Diakses tanggal 2022-09-16. 
  5. ^ "Metode Baru - Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi 2020-2022". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-15. Diakses tanggal 16 November 2022. 
  6. ^ a b "APBD 2020". www.djpk.kemenkeu.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-08. Diakses tanggal 8 Juni 2020. 
  7. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 11 April 2021. 
  8. ^ Lampung, Dinas Kominfotik Provinsi. "Gubernur Paparkan Rangkaian Kegiatan Festival Krakatau di Kementerian Pariwisata". Pemerintah Provinsi Lampung (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-07. Diakses tanggal 2022-01-07. 
  9. ^ a b "Keputusan Gubernur Lampung No. 26 Tahun 2004 Tentang Penetapan Tanaman Telor dan Gajah Sebagai Flora dan Fauna Identitas Propinsi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-14. Diakses tanggal 2022-08-05. 
  10. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-10. Diakses tanggal 2021-11-10. 
  11. ^ Guillot, Claude. (1990). The sultanate of Banten. Gramedia Book Publishing Division. hlm. 19. 
  12. ^ Ningsih, Widya Lestari (1 Mei 2021). Nailufar, Nibras Nada, ed. "Raja-Raja Kerajaan Banten". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-09. Diakses tanggal 16 Oktober 2021. 
  13. ^ "Thomas Stamford Raffles: Gubernur Jenderal Hindia-Belanda dari Inggris yang Menggugah Kebesaran Jawa". VOI - Waktunya Merevolusi Pemberitaan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-09. Diakses tanggal 2021-08-05. 
  14. ^ Karimah, Inggit Dwi (2021-04-23). "KARAKTERISTIK MORFOLOGI SPORA TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) PADA KELAS FILICINAE (PAKU SEJATI) DI GUNUNG TANGGAMUS, LAMPUNG". dx.doi.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2021-09-17. 
  15. ^ "Gunung Rajabasa, Memiliki Dua Titik Puncak". Altumnews.com. 2021-03-26. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-29. Diakses tanggal 2021-08-05. 
  16. ^ "Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia" (pdf). www.bps.go.id. hlm. 36–41. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-03-25. Diakses tanggal 22 September 2021. 
  17. ^ Ananta, Aris (2015). Demography of Indonesia's Ethnicity. Evi Nurvidya Arifin, M. Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono. SG: Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 978-981-4519-88-5. OCLC 1011165696. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2021-04-16. 
  18. ^ Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. "Peta Bahasa di Provinsi Lampung". Bahasa dan Peta Bahasa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-11. Diakses tanggal 2021-02-10. 
  19. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-26. Diakses tanggal 2021-06-23. 
  20. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-26. Diakses tanggal 2018-04-26. 
  21. ^ Ihsanuddin. Gatra, Sandro, ed. "Presiden Jokowi Resmikan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar, Terpanjang di Indonesia". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-08. Diakses tanggal 2019-03-15. 
  22. ^ Sriningrum, Prabawati. "Pemerintah Bangun Tol Bakauheni-Terbanggi Besar di 2015". Okezone.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-02-06. Diakses tanggal 2016-01-29. 
  23. ^ "Kain Tapis, Kemegahan Warisan Kriya Tekstil Tradisional Lampung". Indonesia Kaya. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-16. Diakses tanggal 2022-11-16. 
  24. ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-23. Diakses tanggal 2022-12-23. 
  25. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-13. Diakses tanggal 2022-12-13. 

Pranala luar

4°57′S 105°1′E / 4.950°S 105.017°E / -4.950; 105.017