Lompat ke isi

Kota Sorong: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Arlan11 (bicara | kontrib)
Arlan11 (bicara | kontrib)
Baris 56: Baris 56:
[[Berkas:Doom Island 1955.jpg|jmpl|220px|ki|Pulau Doom pada tahun 1955]]
[[Berkas:Doom Island 1955.jpg|jmpl|220px|ki|Pulau Doom pada tahun 1955]]


Berdirinya kota Sorong tidak lepas dari sejarahnya sebagai Kota Minyak. Dengan ditemukannya sumber minyak di daerah [[Semenanjung Doberai]], [[Pulau Papua]] pada tahun 1908. Pada masa itu, sebagian besar wilayah [[Kepulauan Nusantara]], termasuk Pulau Papua bagian barat merupakan [[koloni]] dari [[Kerajaan Belanda]]. Pada tahun 1932 pengeboran [[sumur minyak]] pertama kali dilakukan di wilayah Sorong. Perusahaan minyak Belanda, [[Royal Dutch Shell]] melalui anak usahanya [[Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM)|''Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM)'']] di [[Hindia Belanda]] kemudian mendirikan '''''Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM)''''' sebagai perusahaan tambang minyak bumi di wilayah Nieuw Guinea (Papua) pada tahun 1935. NNGPM mendirikan ''base-camp'' di wilayah pesisir Sorong, sementara kegiatan administrasi pemerintahan berpusat di [[Pulau Doom]] (Sorong-Doom) yang terletak berhadapan di sebelah barat daya Sorong. <ref name=":0" />
Berdirinya kota Sorong tidak lepas dari sejarahnya sebagai Kota Minyak. Dengan ditemukannya sumber minyak di daerah [[Semenanjung Doberai]], [[Pulau Papua]] pada tahun 1908, Belanda mulai menduduki wilayah tersebut. Pada masa itu, sebagian besar wilayah [[Kepulauan Nusantara]], termasuk Pulau Papua bagian barat merupakan [[koloni]] dari [[Kerajaan Belanda]]. Pada tahun 1932 pengeboran [[sumur minyak]] pertama kali dilakukan di wilayah Sorong. Perusahaan minyak Belanda, [[Royal Dutch Shell]] melalui anak usahanya [[Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM)|''Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM)'']] di [[Hindia Belanda]] kemudian mendirikan '''''Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM)''''' sebagai perusahaan tambang minyak bumi di wilayah Nieuw Guinea (Papua) pada tahun 1935. NNGPM mendirikan ''base-camp'' di wilayah pesisir Sorong, sementara kegiatan administrasi pemerintahan berpusat di [[Pulau Doom]] (Sorong-Doom) yang terletak berhadapan di sebelah barat daya Sorong. <ref name=":0" />


=== Masa [[Pendudukan Jepang di Hindia-Belanda|Pendudukan Jepang]] ===
=== Masa [[Pendudukan Jepang di Hindia-Belanda|Pendudukan Jepang]] ===

Revisi per 21 Februari 2024 10.30

Kota Sorong
Pemandangan Kota Sorong
Pemandangan Kota Sorong
Lambang resmi Kota Sorong
Julukan: 
Kota Minyak
Kota Bersama
Motto: 
Setara - Bersahabat - Dinamis
Peta
Peta
Kota Sorong di Maluku dan Papua
Kota Sorong
Kota Sorong
Peta
Kota Sorong di Indonesia
Kota Sorong
Kota Sorong
Kota Sorong (Indonesia)
Koordinat: 0°52′46″S 131°15′40″E / 0.87956°S 131.26104°E / -0.87956; 131.26104
Negara Indonesia
ProvinsiPapua Barat Daya
Tanggal berdiri28 Februari 2000
Dasar hukumUU No. 45 Tahun 1999[1]
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Distrik: 10
  • Kelurahan: 41
Pemerintahan
 • Wali KotaSeptinus Lobat (Pj.)
 • Wakil Wali KotaLowong
 • Sekretaris DaerahRudy R Laku (Pj.)
Luas
 • Total1.105,00 km2 (426,64 sq mi)
Peringkat5
Populasi
 (2022)[2]
 • Total295.809
 • Peringkat48
 • Kepadatan270/km2 (690/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 44,92% Islam
  • 0,19% Buddha
  • 0,08% Hindu
  • 0,01% Lainnya[3]
 • IPMKenaikan 78,98 (2022)
Tinggi[4]
Zona waktuUTC+09:00 (WIT)
Kode BPS
9171 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 984
Pelat kendaraanPB xxxx S*
Kode Kemendagri92.71 Edit nilai pada Wikidata
Kode SNI 7657:2023SON
DAURp 529.184.008.000,- (2020)
Situs websorongkota.bps.go.id


Kota Sorong adalah ibukota provinsi Papua Barat Daya, Indonesia. Kota ini dikenal dengan sebutan Kota Minyak, di mana Nederlands Nieuw-Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) mulai melakukan aktivitas pengeboran minyak bumi di Sorong sejak tahun 1935.[5] Sorong adalah kota terbesar kedua di wilayah Papua, setelah Kota Jayapura.

Kota Sorong sangatlah strategis karena merupakan pintu keluar masuk dan transit ke Provinsi Papua Barat Daya. Kota Sorong juga merupakan kota industri, perdagangan dan jasa, karena Kota Sorong dikelilingi oleh kabupaten lain yang mempunyai sumber daya alam yang sangat potensial sehingga membuka peluang bagi investor dalam maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya.

Asal nama

Nama Sorong berasal dari kata Soren. Soren dalam bahasa Biak Numfor yang berarti laut yang dalam dan bergelombang. Kata Soren digunakan pertama kali oleh suku Biak Numfor yang berlayar pada zaman dahulu dengan perahu-perahu layar dari satu pulau ke pulau lain hingga tiba dan menetap di Kepulauan Raja Ampat. Suku Biak Numfor inilah yang memberi nama "Daratan Maladum " (sekarang termasuk bagian dari wilayah Kota Sorong) dengan sebutan “Soren” yang kemudian dilafalkan oleh para pedagang Tionghoa, misionaris clad Eropa, Maluku dan Sangihe Talaud dengan sebutan Sorong.[5]

Namun versi lain menyebutkan Sorong berasal dari singkatan salah satu anak usaha dari kartel dagang VOC yang bernama Seismic Ondersub Oil Niew Guines (SOrONG) yang bergerak dalam bidang eksplorasi minyak.[5]

Sejarah

Pulau Doom pada tahun 1955

Berdirinya kota Sorong tidak lepas dari sejarahnya sebagai Kota Minyak. Dengan ditemukannya sumber minyak di daerah Semenanjung Doberai, Pulau Papua pada tahun 1908, Belanda mulai menduduki wilayah tersebut. Pada masa itu, sebagian besar wilayah Kepulauan Nusantara, termasuk Pulau Papua bagian barat merupakan koloni dari Kerajaan Belanda. Pada tahun 1932 pengeboran sumur minyak pertama kali dilakukan di wilayah Sorong. Perusahaan minyak Belanda, Royal Dutch Shell melalui anak usahanya Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) di Hindia Belanda kemudian mendirikan Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) sebagai perusahaan tambang minyak bumi di wilayah Nieuw Guinea (Papua) pada tahun 1935. NNGPM mendirikan base-camp di wilayah pesisir Sorong, sementara kegiatan administrasi pemerintahan berpusat di Pulau Doom (Sorong-Doom) yang terletak berhadapan di sebelah barat daya Sorong. [5]

Sorong merupakan salah satu wilayah di Papua yang ikut terdampak saat terjadi Perang Pasifik pada masa Perang Dunia II. [6]

Setelah Perang Dunia Kedua berakhir, industri perminyakan baru benar-benar berkembang pesat di Sorong. Minyak bumi adalah salah satu alasan Belanda ingin mempertahankan wilayah Papua.

Sorong-Doom pada awalnya merupakan pusat administrasi pemerintahan di Nugini Belanda bagian barat. Pada tahun 1957 pemerintah residen memindahkan pusat pemerintahan kawasan ke Manokwari. Menjelang pemindahan tersebut para pekerja administrasi pemerintah di Sorong-Doom dipindahkan ke Remoeland, sebuah lokasi baru yang dibuka oleh NNGPM. Sebelum dikenal sebagai Remoeland, wilayah itu lebih dulu dikenal dalam bahasa Belanda sebagai "Sorong Olie" (Indonesia: Sorong Minyak, Inggris: Sorong Oil) atau "Sorong-vaste-wal" (Indonesia: Sorong Daratan, Inggris: Mainland Sorong). Pada masa itu, kedua nama tersebut sering digunakan untuk membedakan antara "Sorong Daratan" dan "Sorong-Doom". Sorong-Doom kemudian lebih dikenal sebagai Pulau Doom atau Pulau Dum, sedangkan Remoeland (Remoe/Remu) menjadi bagian dari Distrik Sorong.

Untuk mendukung pekerjaan pertambangan minyak di Sorong, NNGPM membangun sejumlah kawasan pemukiman untuk para pekerja. Kawasan pemukiman Klademak I, Klademak II dan Klademak III diperuntukkan bagi para pekerja buruh yang berasal dari berbagai daerah lain di Indonesia. Kawasan pemukiman di Krani Heuvel (Puncak Cendrawasih) diperuntukkan bagi staf administrasi tingkat rendah (kerani). Dibangun juga kawasan pemukiman untuk para pekerja Papua dan Tionghoa, serta untuk para pekerja ekspatriat Eropa. Perusahaan pelayaran Belanda Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) membuka jalur pelayaran antara Sorong dengan Hollandia (Jayapura), Merauke dan Singapura. Maskapai penerbangan Belanda KLM terbang setiap dua minggu antara Sorong (Jefman) dan Biak.

Pada tahun 1956, populasi penduduk di wilayah Sorong Daratan adalah 7.689 jiwa yang terdiri dari 3.075 orang Papua, 3.728 orang Asia (terutama orang Indonesia dan Tionghoa) dan 886 orang Eropa. Populasi penduduk di wilayah Sorong Daratan tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan 1.667 jiwa penduduk di wilayah Sorong-Doom.

Tahun 1954 adalah tahun puncak bagi NNGPM, ketika setengah juta ton minyak (yang nilainya sebesar 26,4 juta Gulden) berhasil diekspor dari Sorong. Namun setelah itu, penambangan minyak mulai menurun secara drastis, ditambah dengan adanya gejolak politik serta perkiraan bahwa masa depan pertambangan minyak dan Sorong akan suram. Pada tahun 1961, sebagian besar pekerja ekspatriat Eropa meninggalkan Sorong dan sejumlah tentara Belanda ditempatkan di Distrik Klademak untuk mengawal keberangkatan mereka. Pada akhirnya NNGPM menjual seluruh asetnya sebelum Republik Indonesia menguasai Papua. Pertambangan minyak di Sorong kemudian diambil alih oleh Perusahaan Minyak Negara (Permina) yang kemudian menjadi Pertamina.

Masa Pemerintahan Indonesia

Setelah penyerahan Irian Barat secara penuh oleh Penguasa Sementara PBB atau UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) kepada pemerintah Republik Indonesia, maka pada tahun 1965 berdasarkan berbagai pertimbangan kemudian diangkat seorang wakil Bupati Koordinator yang berkedudukan di Sorong, dengan tugas:

1. Mengkoordinir pelaksanaan tugas pemerintahan oleh Kepala Pemerintahan Setempat (KPS) Sorong, Raja Ampat, Teminabuan dan Ayamaru.

2. Mempersiapkan pemecahan Kota Irian Barat Bagian Barat menjadi 2 (dua) Kota.

Pada tahun 1969, dengan selesainya pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) maka perkembangan status dari Kota Administratif menjadi Kota Otonom ini tidak ada perubahan dalam pembagian wilayah dan keadaan sampai dengan akhir tahun 1972 adalah sebagai berikut:

  • Wilayah Pemerintahan Setempat Sorong dengan ibu kota Sorong;
  • Wilayah Pemerintahan Setempat Raja Ampat dengan ibu kota Sorong Doom;
  • Wilayah Pemerintahan Setempat Teminabuan dengan ibu kota Teminabuan;
  • Wilayah Pemerintahan Setempat Ayamaru dengan ibu kota Ayamaru.

Pembagian wilayah di Sorong seperti tersebut di atas berlaku sampai tahun 1973 saat dilakukannya penghapusan wilayah-wilayah Kepala Daerah Setempat dan sejumlah distrik dan dibentuknya Pemerintahan Wilayah Kecamatan Tahap Pertama Tahun 1973-1974.

Kota Sorong pada mulanya merupakan salah satu kecamatan yang dijadikan pusat pemerintahan Kabupaten Sorong. Namun dalam perkembangannya telah mengalami perubahan sesuai Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1996 tanggal 3 Juni 1996 menjadi Kota Administratif Sorong. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang no. 45 Tahun 1999 Kota Administratif Sorong ditingkatkan statusnya menjadi daerah otonom sebagai Kota Sorong.[5]

Geografi

Pelabuhan Sorong

Secara geografis, Kota Sorong berada pada koordinat 131°51' Bujur Timur dan 0° 54' Lintang Selatan.

Batas Wilayah

Kota Sorong memiliki batas-batas sebagai berikut:

Utara Distrik Makbon dan Selat Dampier
Timur Distrik Makbon dan Selat Dampier
Selatan Distrik Aimas dan Distrik Salawati
Barat Selat Dampier

Luas Wilayah

Luas wilayah Kota Sorong mencapai 1.105,00 km² atau sekitar 1.13% dari total luas wilayah Papua Barat. Wilayah kota ini berada pada ketinggian 3 meter dari permukaan laut. Keadaan topografi Kota Sorong sangat bervariasi terdiri dari pegunungan, lereng, bukit-bukit dan sebagian adalah dataran rendah, sebelah timur di kelilingi hutan lebat yang merupakan hutan lindung dan hutan wisata.

Geologi

Keadaan geologi Kota Sorong terdapat hamparan galian golongan C seperti batu gunung, batu kaIi, sirtu, pasir, tanah uruk dan kerikil. Sedangkan jenis tanah yang terdapat di Kota Sorong adalah tanah latosal putih yang terdapat di pinggiran pantai Tanjung Kasuari dan tanah fudsolik merah kuning yang terdapat dihamparan seluruh kawasan Distrik Sorong Timur. Keadaan permukaan Kota Sorong yang terdiri dari gunung, buki-bukit dan dataran yang rendah yang ditandai dengan jurang, dan wilayah ini dialiri sungai-sungai sedang, kecil seperti sungai Rufei, sungai Klabala, sungai Duyung, sungai Remu, sungai Klagison, sungai Klawiki, sungai Klasaman dan sungai Klabtin.

Iklim

Kota Sorong beriklim hutan hujan tropis (Af) dengan suhu udara minimum di Kota Sorong sekitar ±23 °C dan suhu udara maksimum sekitar ±33 °C. Curah hujan tahunan tercatat berada pada kisaran 2.700 hingga 3.200 mm. Curah hujan cukup merata sepanjang tahun serta tidak terdapat bulan tanpa hujan dan banyaknya hari hujan setiap bulan antara 9–27 hari. Kelembaban udara rata-rata tercatat ±83%.

Data iklim Sorong, Papua Barat, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 32.6
(90.7)
32.5
(90.5)
31.5
(88.7)
30.7
(87.3)
30
(86)
29.4
(84.9)
29.5
(85.1)
29.9
(85.8)
31.6
(88.9)
32.7
(90.9)
33
(91)
32.8
(91)
31.35
(88.4)
Rata-rata harian °C (°F) 27.5
(81.5)
27.4
(81.3)
27.5
(81.5)
27.6
(81.7)
27.5
(81.5)
26.7
(80.1)
26.6
(79.9)
26.9
(80.4)
27.1
(80.8)
27.5
(81.5)
28
(82)
27.8
(82)
27.34
(81.18)
Rata-rata terendah °C (°F) 25.4
(77.7)
25.4
(77.7)
24.6
(76.3)
24.5
(76.1)
24.5
(76.1)
24
(75)
23.9
(75)
23.9
(75)
24.3
(75.7)
24.6
(76.3)
25.5
(77.9)
25.5
(77.9)
24.68
(76.39)
Presipitasi mm (inci) 198
(7.8)
178
(7.01)
236
(9.29)
241
(9.49)
279
(10.98)
348
(13.7)
378
(14.88)
249
(9.8)
269
(10.59)
222
(8.74)
213
(8.39)
212
(8.35)
3.023
(119,02)
Rata-rata hari hujan 13 11 14 14 14 14 14 11 13 12 13 14 157
% kelembapan 81 80 82 84 85 86 85 85 84 83 82 82 83.3
Rata-rata sinar matahari harian 6.5 6.9 6.4 6.3 5.2 4.6 4.9 5.4 5.7 6.1 6.8 6.7 5.96
Sumber #1: BMKG[7] & Climate-Data.org[8]
Sumber #2: Weatherbase[9]

Pemerintahan

Wali Kota

No Walikota Mulai jabatan Akhir jabatan Wakil Walikota
(-) Septinus Lobat
(Penjabat)
22 Agustus 2023 Petahana Lowong

Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Sorong dalam tiga periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019[10][11] 2019-2024[12] 2024-2029[13]
PKB 1 Kenaikan 2 Penurunan 1
Gerindra 2 Kenaikan 3 Penurunan 1
PDI-P 3 Steady 3 Steady 3
Golkar 8 Steady 8 Penurunan 6
NasDem 3 Penurunan 2 Kenaikan 3
Buruh (baru) 1
PKS 0 Kenaikan 2 Kenaikan 4
Hanura 2 Steady 2 Steady 2
PAN 3 Penurunan 2 Kenaikan 3
PBB 2 Penurunan 0 Steady 0
Demokrat 5 Penurunan 3 Penurunan 2
PSI (baru) 2 Steady 2
Perindo (baru) 2 Steady 2
PPP 1 Steady 1 Penurunan 0
Jumlah Anggota 30 Steady 30 Steady 30
Jumlah Partai 10 Kenaikan 11 Kenaikan 12


Kecamatan/Distrik

Secara administratif, Kota Sorong terdiri dari 10 distrik (setingkat dengan kecamatan), yaitu Sorong, Sorong Barat, Sorong Kepulauan, Sorong Timur, Sorong Utara, Sorong Manoi, Sorong Kota, Malaimsimsa, Klaurung dan Maladum Mes. Kemudian dibagi lagi atas 41 kelurahan yang tersebar pada masing-masing distrik tersebut. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 275.618 jiwa dengan luas wilayah 656,64 km² dan sebaran penduduk 420 jiwa/km².[14][15]

Daftar distrik dan kelurahan di Kota Sorong adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Distrik Jumlah
Kelurahan
Daftar
Kelurahan
92.71.08 Klaurung 4
92.71.10 Maladum Mes 4
92.71.09 Malaimsimsa 4
92.71.01 Sorong 4
92.71.03 Sorong Barat 4
92.71.04 Sorong Kepulauan 4
92.71.07 Sorong Kota 4
92.71.06 Sorong Manoi 5
92.71.02 Sorong Timur 4
92.71.05 Sorong Utara 4
TOTAL 41


Demografi

Berdasarkan hasil Pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Sorong (Angka Sementara) adalah 190.341 jiwa, yang terdiri atas 99.898 laki-laki dan 90.446 perempuan. Jumlah penduduk terbanyak di Distrik Sorong Utara sebanyak 44.774 jiwa dan jumlah penduduk terkecil berada di Distrik Sorong Kepulauan dengan Jumlah penduduk 9.710 jiwa. Tahun 2022, jumlah penduduk kota ini bertambah cukup signifikan menjadi 295.809 jiwa (laki-laki 155.628 jiwa dan perempuan 140.181 jiwa).[2]

Perbandingan laki-laki dan perempuan atau rasio jenis kelamin di Kota Sorong adalah sebesar 111,02 persen. Dari sepuluh distrik yang ada di Kota Sorong, angka rasio jenis kelamin tertinggi berada di Distrik Sorong Maladummes yaitu sebesar 117,77 persen.

Laju pertumbuhan penduduk Kota Sorong sebesar 2,27 persen per tahun. Distrik yang laju pertumbuhan penduduknya tertinggi adalah Distrik sorong Manoi yakni 19,13 persen dan yang terendah adalah Distrik Maladummes yakni sebesar 3,99 persen.

Dengan Luas wilayah 1.105 km² yang didiami penduduk 295.809 jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Sorong adalah sebesar 268 jiwa/km². Distrik yang paling tinggi tingkat kepadatannya adalah Distrik Sorong Timur yakni sebesar 340 jiwa/km², sedangkan yang paling terendah Distrik Maladummes Kepulauan yakni 92.4 jiwa/km².

Agama

Sebuah gereja Protestan di Sorong

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2023, menunjukkan bahwa persentase agama penduduk kota Sorong mayoritas adalah Kekristenan yakni 54,80% (Kristen Protestan 47,25% dan Katolik 7,55%), kemudian jumlah pemeluk agama Islam berjumlah 44,92%, lalu Buddha 0,19% dan Hindu 0,08%.[3]

Agama di Kota Sorong (2023)
Agama Persen
Protestan
  
47,25%
Islam
  
44,92%
Katolik
  
7,55%
Buddha
  
0,19%
Hindu
  
0,08%
Lainnya
  
0,01%

Penduduk asli Papua Barat umumnya memeluk agama Kekristenan, ditambah etnis Batak, Minahasa, penduduk asal NTT, Maluku dan sebagian kecil Tionghoa, Jawa dan Dayak. Sedangkan pemeluk agama Islam berasal dari etnis Jawa, Sunda, Bugis, Makassar, Minangkabau dan lainnya. Sedangkan pemeluk agama Buddha umumnya adalah Tionghoa dan Hindu berasal dari etnis Bali.

Pendidikan

Beberapa perguruan tinggi yang ada di kota Sorong yakni:

Kesehatan

Ekonomi

Komoditas unggulan Kota Sorong yaitu sektor pertanian, Perkebunan dan jasa. Sub sektor perkebunan komoditas yang diunggulkan berupa Kakao, Kelapa dan cengkih. Pariwisatanya yaitu wisata alam, wisata adat dan budaya.

Sebagai penunjang kegiatan perekonomian, di provinsi ini tersedia 1 pelabuhan, yaitu Pelabuhan Sorong (Port of Sorong) dan 1 bandar udara, yaitu Bandar Udara Domine Eduard Osok. Sebelum adanya Bandar Udara Domine Eduard Osok, Kota Sorong menggunakan Bandar Udara Jeffman di Pulau Jeffman. Untuk mencapai bandar udara tersebut penumpang pesawat terbang menggunakan angkutan kapal dari Kota Sorong. Saat ini bandar udara tersebut sudah tidak digunakan lagi.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Sorong dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 nilainya telah mencapai sekitar Rp 15,1 triliun. Besar kecilnya perkembangan PDRB Kota Sorong berpengaruh terhadap besar kecilnya sumbangan PDRB Kota Sorong terhadap pembentukan PDRB Provinsi Papua Barat.[butuh rujukan]

Pariwisata

Sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembangunan perekonomian Kota Sorong. Kota Sorong terkenal sebagai salah satu kota dengan peninggalan sejarah bekas perusahaan minyak milik Belanda Heritage Nederlands Nieuw-Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM). Beberapa kawasan wisata lainnya adalah taman rekreasi pantai Tanjung Kasuari dengan pesona pasir putihnya, termasuk kawasan pantai pada Pulau Raam, Pulau Soop, Pulau Item dan Pulau Doom.[butuh rujukan]

Fasilitas wisata lainnya adalah taman rekreasi pantai Tanjung Kasuari dengan pesona pasir putihnya, Pulau Raam, Pulau Soop dan Pulau Doom yang terkenal dengan pantainya yang indah. Juga pulau Dofior yang terdapat Tugu Selamat Datang di Kota Sorong dengan menggunakan bahasa Moi (suku asli di Kota Sorong) yang ramah dan bersahabat menyambut pengunjung yang datang di Kota Sorong. Juga tembok Berlin yang terkenal dengan pemandangan panorama laut dan keindahan alam menjelang senja.

Kota Kembar

Referensi

  1. ^ "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014" (PDF). www.otda.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-07-12. Diakses tanggal 22 April 2021. 
  2. ^ a b "Statistik Daerah Kota Sorong 2023". BPS Kota Sorong. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-26. Diakses tanggal 21 July 2023. 
  3. ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 14 Desember 2023. 
  4. ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2019-2020". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-27. Diakses tanggal 22 April 2021. 
  5. ^ a b c d e Mashad, Dhurorudin (2020). Muslim Papua: membangun harmoni berdasar sejarah agama di bumi cendrawasih (edisi ke-Cetakan pertama). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 978-979-592-881-2. 
  6. ^ Liputan6.com (2022-05-19). "Warga Sorong Papua Temukan Bom Perang Dunia Saat Keruk Pembuangan Air". liputan6.com. Diakses tanggal 2024-02-20. 
  7. ^ "Buku Peta Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. hlm. 88 & 153. Diakses tanggal 7 Oktober 2024. 
  8. ^ "Sorong, Papua Barat, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 7 Februari 2021. 
  9. ^ "Sorong, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 7 Februari 2020. 
  10. ^ "Info Pemilu 2019". KPU RI. Diakses tanggal 25-03-2020. 
  11. ^ "BPS Kota Sorong". sorongkota.bps.go.id. Diakses tanggal 2019-09-18. 
  12. ^ Club, Sion Study (Selasa, 13 Mei 2014). "DAFTAR ANGGOTA DPRD KOTA SORONG TAHUN 2014/2019 | BELANTARA PAPUA". DAFTAR ANGGOTA DPRD KOTA SORONG TAHUN 2014/2019 | BELANTARA PAPUA. Diakses tanggal 2019-09-18. 
  13. ^ "BPS Kota Sorong". sorongkota.bps.go.id. Diakses tanggal 2019-09-18. 
  14. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  15. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 

Pranala luar