Kota Sorong: Perbedaan antara revisi
k ~cite |
|||
Baris 56: | Baris 56: | ||
[[Berkas:Doom Island 1955.jpg|jmpl|220px|ki|Pulau Doom pada tahun 1955]] |
[[Berkas:Doom Island 1955.jpg|jmpl|220px|ki|Pulau Doom pada tahun 1955]] |
||
Berdirinya kota Sorong tidak lepas dari sejarahnya sebagai Kota Minyak. Berawal sejak kedatangan surveyor minyak di daerah [[Semenanjung Doberai]], [[Pulau Papua]] hingga ditemukannya sumber minyak pada tahun 1908 menjadi titik awal |
Berdirinya kota Sorong tidak lepas dari sejarahnya sebagai Kota Minyak. Berawal sejak kedatangan surveyor minyak di daerah [[Semenanjung Doberai]], [[Pulau Papua]] hingga ditemukannya sumber minyak pada tahun 1908 menjadi titik awal pendudukan Belanda wilayah tersebut. Pada masa itu, sebagian besar wilayah [[Kepulauan Nusantara]], termasuk Pulau Papua bagian barat adalah [[koloni]] dari [[Kerajaan Belanda]]. Pada tahun 1932 pengeboran [[sumur minyak]] pertama kali dilakukan. Perusahaan minyak Belanda, [[Royal Dutch Shell]] melalui anak usahanya [[Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM)|''Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM)'']] di [[Hindia Belanda]] kemudian mendirikan '''''Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM)''''' sebagai perusahaan tambang minyak bumi di wilayah Papua pada tahun 1935. Sebelum dipindahkan ke Sorong, Shell (NNGPM) pada awalnya mendirikan ''base-camp'' dan kantor pertamanya di [[Pulau Doom]], sebuah pulau kecil yang terletak berhadapan di sebelah barat daya Sorong. Pada masa itu, sebutan "Sorong" masih sangat melekat dengan Pulau Doom (Sorong-Doom) karena kegiatan administrasi pemerintahan masih terpusat disana. Setelah perpindahan NNGPM ke Sorong, Pulau Doom tetap ditinggali keluarga-keluarga yang bekerja untuk perusahaan-perusahaan lain di masa kolonial. <ref name=":0" /> |
||
=== Masa Pendudukan Jepang === |
=== Masa Pendudukan Jepang === |
||
Sebelum dan selama peristiwa [[Perang Pasifik]], wilayah Sorong masih menjadi bagian dari koloni Hindia Belanda |
Sebelum dan selama peristiwa [[Perang Pasifik]], wilayah Sorong masih menjadi bagian dari koloni Hindia Belanda. Selama tahun 1942 pasukan Jepang berhasil menduduki wilayah Sorong dan wilayah-wilayah koloni Belanda lainnya di Papua. Pada pertengahan tahun 1943 hingga akhir tahun 1944 Sorong menjadi target serangan bom dan pesawat tempur [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Sekutu]]. Pendudukan Jepang di Sorong terus berlangsung hingga berakhirnya [[Perang Dunia II]] ketika [[Menyerahnya Jepang|Jepang secara resmi menyatakan menyerah kepada Sekutu]]<ref>{{Cite web|last=Liputan6.com|date=2022-05-19|title=Warga Sorong Papua Temukan Bom Perang Dunia Saat Keruk Pembuangan Air|url=https://www.liputan6.com/regional/read/4965837/warga-sorong-papua-temukan-bom-perang-dunia-saat-keruk-pembuangan-air|website=liputan6.com|language=id|access-date=2024-02-20}}</ref><ref>{{Cite web|last=PacificWrecks.com|title=Pacific Wrecks|url=http://pacificwrecks.com/|website=pacificwrecks.com|language=en|access-date=2024-02-21}}</ref> |
||
=== Masa Nugini Belanda === |
=== Masa Nugini Belanda === |
||
Setelah [[Perang Dunia II]] berakhir, industri perminyakan baru benar-benar berkembang pesat di Sorong. Minyak bumi adalah salah satu alasan Belanda ingin mempertahankan wilayah Papua. Pada masa kolonial, wilayah Sorong terdiri atas dua area: '''Sorong-Doom''' dan '''Sorong''-''vaste-wal''' (disebut juga '''Sorong-olie'''). ''Sorong-vaste-wal'' (Indonesia: Sorong Daratan) atau ''Sorong Olie'' (Indonesia: Sorong Minyak) adalah dua sebutan dalam bahasa Belanda yang pada masa itu sering digunakan untuk membedakan antara "Sorong" yang terletak di daratan utama ''(mainland)'' [[Pulau Papua]] dengan Sorong-Doom yang sejatinya adalah sebuah pulau tersendiri tetapi memakai nama "Sorong" karena faktor administratif. <ref>{{Cite web|title=Pulau Doom island - Reisverslag uit Sorong, Indonesië van Stephan Manie - WaarBenJij.nu|url=https://stephanmanie.waarbenjij.nu/reisverslag/2301739/pulau-doom-island|website=stephanmanie.waarbenjij.nu|access-date=2024-02-21}}</ref> |
|||
Setelah Perang Dunia Kedua berakhir, industri perminyakan baru benar-benar berkembang pesat di Sorong. Minyak bumi adalah salah satu alasan Belanda ingin mempertahankan wilayah Papua. |
|||
[[Pulau Doom|Sorong-Doom]] pada awalnya |
[[Pulau Doom|'''Sorong-Doom''']] pada awalnya pernah menjadi pusat pemerintahan dan kediaman [[Keresidenan|residen]] divisi barat [[Nugini Belanda]], administrator departemen untuk Sorong dan Raja Ampat juga berkedudukan disana. Pada bulan Maret 1957 kantor residen divisi barat dipindahkan ke [[Manokwari (kota)|Manokwari]] dan kantor departemen Sorong dipindahkan ke ''Sorong-vaste-wal'' (Sorong Daratan).<ref>{{Cite web|title=Sorong, Nederlands Nieuw Guinea/Netherlands New Guinea/Irian Jaya/West Papua|url=http://www.vanderheijden.org/ng/towns/sorong.html|website=www.vanderheijden.org|access-date=2024-02-21}}</ref> Wilayah Sorong-Doom kemudian ditempatkan dibawah departemen Raja Ampat dan dalam perkembangannya menjadi lebih dikenal dengan sebutan Pulau Doom. Para pekerja pemerintah di departemen Sorong mulai dipindahkan dari Pulau Doom ke Remoeland. Remoeland atau ''Remoe Complex'' adalah sebuah lokasi baru di Sorong Daratan, terletak 6 kilometer di sebelah selatan sentra perminyakan yang dibuka oleh NNGPM dan diserahkan sebagian kepada pemerintah. Remoe/Remu kemudian menjadi bagian dari Distrik Sorong. |
||
Untuk mendukung pekerjaan pertambangan minyak di Sorong, NNGPM membangun sejumlah kawasan pemukiman untuk para |
Perpindahan NNGPM ke Sorong Daratan/''Sorong Olie'' berkontribusi dalam membentuk suatu komunitas tersendiri yang kondisi kehidupan masyarakatnya sangat berbeda dengan kondisi kehidupan masyarakat di wilayah lain di Papua. Untuk mendukung pekerjaan pertambangan minyak di Sorong, NNGPM membangun sejumlah kawasan pemukiman dengan perabotan lengkap untuk para karyawannya. Kawasan pemukiman Klademak I, Klademak II dan Klademak III diperuntukkan bagi para pekerja buruh yang berasal dari berbagai daerah lain di Indonesia. Kawasan pemukiman di Krani Heuvel (Puncak Cendrawasih) diperuntukkan bagi staf administrasi. Dibangun juga kawasan pemukiman untuk para pekerja Papua dan Tionghoa, serta pemukiman di Lido untuk para pekerja ekspatriat Eropa. NNGPM juga membangun fasilitas-fasilitas penunjang seperti pembangkit tenaga listrik, toko, rumah sakit. Selain itu, perusahaan pengiriman barang Belanda ''[[Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM)]]'' membuka jalur logistik reguler antara Sorong dengan [[Holandia|Hollandia]] ([[Kota Jayapura|Jayapura]]), [[Merauke, Merauke|Merauke]] dan [[Singapura]]. Maskapai penerbangan Belanda [[KLM]] membuka jalur penerbangan setiap dua minggu antara Sorong dan [[Bandar Udara Frans Kaisiepo-Biak|Biak]]. <ref>{{Cite web|title=Sorong, Nederlands Nieuw Guinea/Netherlands New Guinea/Irian Jaya/West Papua|url=http://www.vanderheijden.org/ng/towns/sorong.html|website=www.vanderheijden.org|access-date=2024-02-21}}</ref> |
||
Pada tahun 1956, populasi penduduk di |
Pada tahun 1956, populasi penduduk di Sorong Daratan adalah 7.689 jiwa yang terdiri dari 3.075 orang Papua, 3.728 orang Asia (terutama orang Indonesia dan Tionghoa) dan 886 orang Eropa. Populasi penduduk di wilayah Sorong Daratan tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan 1.667 jiwa penduduk di wilayah Sorong-Doom. |
||
Tahun 1954 adalah tahun puncak bagi NNGPM, ketika setengah juta ton minyak (yang nilainya sebesar 26,4 juta [[Gulden Papua Barat|Gulden]]) berhasil diekspor dari Sorong. Namun setelah itu, penambangan minyak mulai menurun secara drastis, ditambah dengan adanya gejolak politik |
Tahun 1954 adalah tahun puncak bagi NNGPM, ketika setengah juta ton minyak (yang nilainya sebesar 26,4 juta [[Gulden Papua Barat|Gulden]]) berhasil diekspor dari Sorong. Namun setelah itu, penambangan minyak mulai menurun secara drastis, ditambah dengan adanya gejolak politik dan perkiraan bahwa masa depan pertambangan minyak dan Sorong akan suram. Pada tahun 1961, sebagian besar pekerja ekspatriat Eropa meninggalkan Sorong dan sejumlah tentara Belanda ditempatkan di Distrik [[Klademak, Sorong, Kota Sorong|Klademak]] untuk mengawal keberangkatan mereka. Pada akhirnya NNGPM menjual seluruh asetnya sebelum Republik Indonesia menguasai Papua. Pertambangan minyak di Sorong kemudian diambil alih oleh Perusahaan Minyak Negara (Permina) yang kemudian menjadi Pertamina. |
||
=== Masa Pemerintahan Indonesia === |
=== Masa Pemerintahan Indonesia === |
Revisi per 21 Februari 2024 18.16
Kota Sorong | |
---|---|
Julukan: Kota Minyak Kota Bersama | |
Motto: Setara - Bersahabat - Dinamis | |
Koordinat: 0°52′46″S 131°15′40″E / 0.87956°S 131.26104°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Papua Barat Daya |
Tanggal berdiri | 28 Februari 2000 |
Dasar hukum | UU No. 45 Tahun 1999[1] |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Wali Kota | Septinus Lobat (Pj.) |
• Wakil Wali Kota | Lowong |
• Sekretaris Daerah | Rudy R Laku (Pj.) |
Luas | |
• Total | 1.105,00 km2 (426,64 sq mi) |
Peringkat | 5 |
Populasi (2022)[2] | |
• Total | 295.809 |
• Peringkat | 48 |
• Kepadatan | 270/km2 (690/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | |
• IPM | 78,98 (2022) Tinggi[4] |
Zona waktu | UTC+09:00 (WIT) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | +62 984 |
Pelat kendaraan | PB xxxx S* |
Kode Kemendagri | 92.71 |
Kode SNI 7657:2023 | SON |
DAU | Rp 529.184.008.000,- (2020) |
Situs web | sorongkota |
Kota Sorong adalah ibukota provinsi Papua Barat Daya, Indonesia. Kota ini dikenal dengan sebutan Kota Minyak, di mana Nederlands Nieuw-Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) mulai melakukan aktivitas pengeboran minyak bumi di Sorong sejak tahun 1935.[5] Sorong adalah kota terbesar kedua di wilayah Papua, setelah Kota Jayapura.
Kota Sorong sangatlah strategis karena merupakan pintu keluar masuk dan transit ke Provinsi Papua Barat Daya. Kota Sorong juga merupakan kota industri, perdagangan dan jasa, karena Kota Sorong dikelilingi oleh kabupaten lain yang mempunyai sumber daya alam yang sangat potensial sehingga membuka peluang bagi investor dalam maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya.
Asal nama
Nama Sorong berasal dari kata Soren. Soren dalam bahasa Biak Numfor yang berarti laut yang dalam dan bergelombang. Kata Soren digunakan pertama kali oleh suku Biak Numfor yang berlayar pada zaman dahulu dengan perahu-perahu layar dari satu pulau ke pulau lain hingga tiba dan menetap di Kepulauan Raja Ampat. Suku Biak Numfor inilah yang memberi nama "Daratan Maladum " (sekarang termasuk bagian dari wilayah Kota Sorong) dengan sebutan “Soren” yang kemudian dilafalkan oleh para pedagang Tionghoa, misionaris clad Eropa, Maluku dan Sangihe Talaud dengan sebutan Sorong.[5]
Namun versi lain menyebutkan Sorong berasal dari singkatan salah satu anak usaha dari kartel dagang VOC yang bernama Seismic Ondersub Oil Niew Guines (SOrONG) yang bergerak dalam bidang eksplorasi minyak.[5]
Sejarah
Masa Hindia Belanda
Berdirinya kota Sorong tidak lepas dari sejarahnya sebagai Kota Minyak. Berawal sejak kedatangan surveyor minyak di daerah Semenanjung Doberai, Pulau Papua hingga ditemukannya sumber minyak pada tahun 1908 menjadi titik awal pendudukan Belanda wilayah tersebut. Pada masa itu, sebagian besar wilayah Kepulauan Nusantara, termasuk Pulau Papua bagian barat adalah koloni dari Kerajaan Belanda. Pada tahun 1932 pengeboran sumur minyak pertama kali dilakukan. Perusahaan minyak Belanda, Royal Dutch Shell melalui anak usahanya Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) di Hindia Belanda kemudian mendirikan Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) sebagai perusahaan tambang minyak bumi di wilayah Papua pada tahun 1935. Sebelum dipindahkan ke Sorong, Shell (NNGPM) pada awalnya mendirikan base-camp dan kantor pertamanya di Pulau Doom, sebuah pulau kecil yang terletak berhadapan di sebelah barat daya Sorong. Pada masa itu, sebutan "Sorong" masih sangat melekat dengan Pulau Doom (Sorong-Doom) karena kegiatan administrasi pemerintahan masih terpusat disana. Setelah perpindahan NNGPM ke Sorong, Pulau Doom tetap ditinggali keluarga-keluarga yang bekerja untuk perusahaan-perusahaan lain di masa kolonial. [5]
Masa Pendudukan Jepang
Sebelum dan selama peristiwa Perang Pasifik, wilayah Sorong masih menjadi bagian dari koloni Hindia Belanda. Selama tahun 1942 pasukan Jepang berhasil menduduki wilayah Sorong dan wilayah-wilayah koloni Belanda lainnya di Papua. Pada pertengahan tahun 1943 hingga akhir tahun 1944 Sorong menjadi target serangan bom dan pesawat tempur Sekutu. Pendudukan Jepang di Sorong terus berlangsung hingga berakhirnya Perang Dunia II ketika Jepang secara resmi menyatakan menyerah kepada Sekutu[6][7]
Masa Nugini Belanda
Setelah Perang Dunia II berakhir, industri perminyakan baru benar-benar berkembang pesat di Sorong. Minyak bumi adalah salah satu alasan Belanda ingin mempertahankan wilayah Papua. Pada masa kolonial, wilayah Sorong terdiri atas dua area: Sorong-Doom dan Sorong-vaste-wal (disebut juga Sorong-olie). Sorong-vaste-wal (Indonesia: Sorong Daratan) atau Sorong Olie (Indonesia: Sorong Minyak) adalah dua sebutan dalam bahasa Belanda yang pada masa itu sering digunakan untuk membedakan antara "Sorong" yang terletak di daratan utama (mainland) Pulau Papua dengan Sorong-Doom yang sejatinya adalah sebuah pulau tersendiri tetapi memakai nama "Sorong" karena faktor administratif. [8]
Sorong-Doom pada awalnya pernah menjadi pusat pemerintahan dan kediaman residen divisi barat Nugini Belanda, administrator departemen untuk Sorong dan Raja Ampat juga berkedudukan disana. Pada bulan Maret 1957 kantor residen divisi barat dipindahkan ke Manokwari dan kantor departemen Sorong dipindahkan ke Sorong-vaste-wal (Sorong Daratan).[9] Wilayah Sorong-Doom kemudian ditempatkan dibawah departemen Raja Ampat dan dalam perkembangannya menjadi lebih dikenal dengan sebutan Pulau Doom. Para pekerja pemerintah di departemen Sorong mulai dipindahkan dari Pulau Doom ke Remoeland. Remoeland atau Remoe Complex adalah sebuah lokasi baru di Sorong Daratan, terletak 6 kilometer di sebelah selatan sentra perminyakan yang dibuka oleh NNGPM dan diserahkan sebagian kepada pemerintah. Remoe/Remu kemudian menjadi bagian dari Distrik Sorong.
Perpindahan NNGPM ke Sorong Daratan/Sorong Olie berkontribusi dalam membentuk suatu komunitas tersendiri yang kondisi kehidupan masyarakatnya sangat berbeda dengan kondisi kehidupan masyarakat di wilayah lain di Papua. Untuk mendukung pekerjaan pertambangan minyak di Sorong, NNGPM membangun sejumlah kawasan pemukiman dengan perabotan lengkap untuk para karyawannya. Kawasan pemukiman Klademak I, Klademak II dan Klademak III diperuntukkan bagi para pekerja buruh yang berasal dari berbagai daerah lain di Indonesia. Kawasan pemukiman di Krani Heuvel (Puncak Cendrawasih) diperuntukkan bagi staf administrasi. Dibangun juga kawasan pemukiman untuk para pekerja Papua dan Tionghoa, serta pemukiman di Lido untuk para pekerja ekspatriat Eropa. NNGPM juga membangun fasilitas-fasilitas penunjang seperti pembangkit tenaga listrik, toko, rumah sakit. Selain itu, perusahaan pengiriman barang Belanda Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) membuka jalur logistik reguler antara Sorong dengan Hollandia (Jayapura), Merauke dan Singapura. Maskapai penerbangan Belanda KLM membuka jalur penerbangan setiap dua minggu antara Sorong dan Biak. [10]
Pada tahun 1956, populasi penduduk di Sorong Daratan adalah 7.689 jiwa yang terdiri dari 3.075 orang Papua, 3.728 orang Asia (terutama orang Indonesia dan Tionghoa) dan 886 orang Eropa. Populasi penduduk di wilayah Sorong Daratan tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan 1.667 jiwa penduduk di wilayah Sorong-Doom.
Tahun 1954 adalah tahun puncak bagi NNGPM, ketika setengah juta ton minyak (yang nilainya sebesar 26,4 juta Gulden) berhasil diekspor dari Sorong. Namun setelah itu, penambangan minyak mulai menurun secara drastis, ditambah dengan adanya gejolak politik dan perkiraan bahwa masa depan pertambangan minyak dan Sorong akan suram. Pada tahun 1961, sebagian besar pekerja ekspatriat Eropa meninggalkan Sorong dan sejumlah tentara Belanda ditempatkan di Distrik Klademak untuk mengawal keberangkatan mereka. Pada akhirnya NNGPM menjual seluruh asetnya sebelum Republik Indonesia menguasai Papua. Pertambangan minyak di Sorong kemudian diambil alih oleh Perusahaan Minyak Negara (Permina) yang kemudian menjadi Pertamina.
Masa Pemerintahan Indonesia
Setelah penyerahan Irian Barat secara penuh oleh Penguasa Sementara PBB atau UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) kepada pemerintah Republik Indonesia, maka pada tahun 1965 berdasarkan berbagai pertimbangan kemudian diangkat seorang wakil Bupati Koordinator yang berkedudukan di Sorong, dengan tugas:
1. Mengkoordinir pelaksanaan tugas pemerintahan oleh Kepala Pemerintahan Setempat (KPS) Sorong, Raja Ampat, Teminabuan dan Ayamaru.
2. Mempersiapkan pemecahan Kota Irian Barat Bagian Barat menjadi 2 (dua) Kota.
Pada tahun 1969, dengan selesainya pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) maka perkembangan status dari Kota Administratif menjadi Kota Otonom ini tidak ada perubahan dalam pembagian wilayah dan keadaan sampai dengan akhir tahun 1972 adalah sebagai berikut:
- Wilayah Pemerintahan Setempat Sorong dengan ibu kota Sorong;
- Wilayah Pemerintahan Setempat Raja Ampat dengan ibu kota Sorong Doom;
- Wilayah Pemerintahan Setempat Teminabuan dengan ibu kota Teminabuan;
- Wilayah Pemerintahan Setempat Ayamaru dengan ibu kota Ayamaru.
Pembagian wilayah di Sorong seperti tersebut di atas berlaku sampai tahun 1973 saat dilakukannya penghapusan wilayah-wilayah Kepala Daerah Setempat dan sejumlah distrik dan dibentuknya Pemerintahan Wilayah Kecamatan Tahap Pertama Tahun 1973-1974.
Kota Sorong pada mulanya merupakan salah satu kecamatan yang dijadikan pusat pemerintahan Kabupaten Sorong. Namun dalam perkembangannya telah mengalami perubahan sesuai Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1996 tanggal 3 Juni 1996 menjadi Kota Administratif Sorong. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang no. 45 Tahun 1999 Kota Administratif Sorong ditingkatkan statusnya menjadi daerah otonom sebagai Kota Sorong.[5]
Geografi
Secara geografis Kota Sorong terletak dibawah garis khatulistiwa, antara koordinat 131°-51' Bujur Timur dan 0° 54' Lintang Selatan dengan ketinggian berkisar 3 meter di atas permukaan laut pada Semenanjung Doberai, di ujung barat laut Pulau Papua.[11]
Batas Wilayah
Kota Sorong memiliki batas-batas sebagai berikut:
Utara | Distrik Makbon dan Selat Dampier |
Timur | Distrik Makbon dan Selat Dampier |
Selatan | Distrik Aimas dan Distrik Salawati |
Barat | Selat Dampier |
Luas Wilayah
Luas wilayah Kota Sorong mencapai 1.105,00 km² atau sekitar 1.13% dari total luas wilayah Papua Barat. Wilayah kota ini berada pada ketinggian 3 meter dari permukaan laut. Keadaan topografi Kota Sorong sangat bervariasi terdiri dari pegunungan, lereng, bukit-bukit dan sebagian adalah dataran rendah, sebelah timur di kelilingi hutan lebat yang merupakan hutan lindung dan hutan wisata.
Geologi
Keadaan geologi Kota Sorong terdapat hamparan galian golongan C seperti batu gunung, batu kaIi, sirtu, pasir, tanah uruk dan kerikil. Sedangkan jenis tanah yang terdapat di Kota Sorong adalah tanah latosal putih yang terdapat di pinggiran pantai Tanjung Kasuari dan tanah fudsolik merah kuning yang terdapat dihamparan seluruh kawasan Distrik Sorong Timur. Keadaan permukaan Kota Sorong yang terdiri dari gunung, buki-bukit dan dataran yang rendah yang ditandai dengan jurang, dan wilayah ini dialiri sungai-sungai sedang, kecil seperti sungai Rufei, sungai Klabala, sungai Duyung, sungai Remu, sungai Klagison, sungai Klawiki, sungai Klasaman dan sungai Klabtin.
Iklim
Kota Sorong beriklim hutan hujan tropis (Af) dengan suhu udara minimum di Kota Sorong sekitar ±23 °C dan suhu udara maksimum sekitar ±33 °C. Curah hujan tahunan tercatat berada pada kisaran 2.700 hingga 3.200 mm. Curah hujan cukup merata sepanjang tahun serta tidak terdapat bulan tanpa hujan dan banyaknya hari hujan setiap bulan antara 9–27 hari. Kelembaban udara rata-rata tercatat ±83%.
Data iklim Sorong, Papua Barat, Indonesia | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 32.6 (90.7) |
32.5 (90.5) |
31.5 (88.7) |
30.7 (87.3) |
30 (86) |
29.4 (84.9) |
29.5 (85.1) |
29.9 (85.8) |
31.6 (88.9) |
32.7 (90.9) |
33 (91) |
32.8 (91) |
31.35 (88.4) |
Rata-rata harian °C (°F) | 27.5 (81.5) |
27.4 (81.3) |
27.5 (81.5) |
27.6 (81.7) |
27.5 (81.5) |
26.7 (80.1) |
26.6 (79.9) |
26.9 (80.4) |
27.1 (80.8) |
27.5 (81.5) |
28 (82) |
27.8 (82) |
27.34 (81.18) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 25.4 (77.7) |
25.4 (77.7) |
24.6 (76.3) |
24.5 (76.1) |
24.5 (76.1) |
24 (75) |
23.9 (75) |
23.9 (75) |
24.3 (75.7) |
24.6 (76.3) |
25.5 (77.9) |
25.5 (77.9) |
24.68 (76.39) |
Presipitasi mm (inci) | 198 (7.8) |
178 (7.01) |
236 (9.29) |
241 (9.49) |
279 (10.98) |
348 (13.7) |
378 (14.88) |
249 (9.8) |
269 (10.59) |
222 (8.74) |
213 (8.39) |
212 (8.35) |
3.023 (119,02) |
Rata-rata hari hujan | 13 | 11 | 14 | 14 | 14 | 14 | 14 | 11 | 13 | 12 | 13 | 14 | 157 |
% kelembapan | 81 | 80 | 82 | 84 | 85 | 86 | 85 | 85 | 84 | 83 | 82 | 82 | 83.3 |
Rata-rata sinar matahari harian | 6.5 | 6.9 | 6.4 | 6.3 | 5.2 | 4.6 | 4.9 | 5.4 | 5.7 | 6.1 | 6.8 | 6.7 | 5.96 |
Sumber #1: BMKG[12] & Climate-Data.org[13] | |||||||||||||
Sumber #2: Weatherbase[14] |
Pemerintahan
Wali Kota
No | Walikota | Mulai jabatan | Akhir jabatan | Wakil Walikota | |
---|---|---|---|---|---|
(-) | Septinus Lobat (Penjabat) |
22 Agustus 2023 | Petahana | Lowong |
Dewan Perwakilan
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Sorong dalam tiga periode terakhir.
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | |||
---|---|---|---|---|
2014-2019[15][16] | 2019-2024[17] | 2024-2029[18] | ||
PKB | 1 | 2 | 1 | |
Gerindra | 2 | 3 | 1 | |
PDI-P | 3 | 3 | 3 | |
Golkar | 8 | 8 | 6 | |
NasDem | 3 | 2 | 3 | |
Buruh | (baru) 1 | |||
PKS | 0 | 2 | 4 | |
Hanura | 2 | 2 | 2 | |
PAN | 3 | 2 | 3 | |
PBB | 2 | 0 | 0 | |
Demokrat | 5 | 3 | 2 | |
PSI | (baru) 2 | 2 | ||
Perindo | (baru) 2 | 2 | ||
PPP | 1 | 1 | 0 | |
Jumlah Anggota | 30 | 30 | 30 | |
Jumlah Partai | 10 | 11 | 12 |
Kecamatan/Distrik
Secara administratif, Kota Sorong terdiri dari 10 distrik (setingkat dengan kecamatan), yaitu Sorong, Sorong Barat, Sorong Kepulauan, Sorong Timur, Sorong Utara, Sorong Manoi, Sorong Kota, Malaimsimsa, Klaurung dan Maladum Mes. Kemudian dibagi lagi atas 41 kelurahan yang tersebar pada masing-masing distrik tersebut. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 275.618 jiwa dengan luas wilayah 656,64 km² dan sebaran penduduk 420 jiwa/km².[19][20]
Daftar distrik dan kelurahan di Kota Sorong adalah sebagai berikut:
Kode Kemendagri |
Distrik | Jumlah Kelurahan |
Daftar Kelurahan |
---|---|---|---|
92.71.08 | Klaurung | 4 | |
92.71.10 | Maladum Mes | 4 | |
92.71.09 | Malaimsimsa | 4 | |
92.71.01 | Sorong | 4 | |
92.71.03 | Sorong Barat | 4 | |
92.71.04 | Sorong Kepulauan | 4 | |
92.71.07 | Sorong Kota | 4 | |
92.71.06 | Sorong Manoi | 5 | |
92.71.02 | Sorong Timur | 4 | |
92.71.05 | Sorong Utara | 4 | |
TOTAL | 41 |
Demografi
Berdasarkan hasil Pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Sorong (Angka Sementara) adalah 190.341 jiwa, yang terdiri atas 99.898 laki-laki dan 90.446 perempuan. Jumlah penduduk terbanyak di Distrik Sorong Utara sebanyak 44.774 jiwa dan jumlah penduduk terkecil berada di Distrik Sorong Kepulauan dengan Jumlah penduduk 9.710 jiwa. Tahun 2022, jumlah penduduk kota ini bertambah cukup signifikan menjadi 295.809 jiwa (laki-laki 155.628 jiwa dan perempuan 140.181 jiwa).[2]
Perbandingan laki-laki dan perempuan atau rasio jenis kelamin di Kota Sorong adalah sebesar 111,02 persen. Dari sepuluh distrik yang ada di Kota Sorong, angka rasio jenis kelamin tertinggi berada di Distrik Sorong Maladummes yaitu sebesar 117,77 persen.
Laju pertumbuhan penduduk Kota Sorong sebesar 2,27 persen per tahun. Distrik yang laju pertumbuhan penduduknya tertinggi adalah Distrik sorong Manoi yakni 19,13 persen dan yang terendah adalah Distrik Maladummes yakni sebesar 3,99 persen.
Dengan Luas wilayah 1.105 km² yang didiami penduduk 295.809 jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Sorong adalah sebesar 268 jiwa/km². Distrik yang paling tinggi tingkat kepadatannya adalah Distrik Sorong Timur yakni sebesar 340 jiwa/km², sedangkan yang paling terendah Distrik Maladummes Kepulauan yakni 92.4 jiwa/km².
Agama
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2023, menunjukkan bahwa persentase agama penduduk kota Sorong mayoritas adalah Kekristenan yakni 54,80% (Kristen Protestan 47,25% dan Katolik 7,55%), kemudian jumlah pemeluk agama Islam berjumlah 44,92%, lalu Buddha 0,19% dan Hindu 0,08%.[3]
Penduduk asli Papua Barat umumnya memeluk agama Kekristenan, ditambah etnis Batak, Minahasa, penduduk asal NTT, Maluku dan sebagian kecil Tionghoa, Jawa dan Dayak. Sedangkan pemeluk agama Islam berasal dari etnis Jawa, Sunda, Bugis, Makassar, Minangkabau dan lainnya. Sedangkan pemeluk agama Buddha umumnya adalah Tionghoa dan Hindu berasal dari etnis Bali.
Pendidikan
Beberapa perguruan tinggi yang ada di kota Sorong yakni:
- Universitas Papua (UNIPA)
- Universitas Muhammadiyah Sorong (UNAMIN)
- Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong (UNIMUDA)
- Universitas Kristen Papua (UKIP)
- Universitas Nani Bili Nusantara
- Universitas Victory Sorong (UNVIC)
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bukit Zaitun
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trinitas
- Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik St. Benediktus
- Institut Agama Islam Negeri Sorong (IAIN Sorong)
- Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Sorong (Poltekkes Kemenkes Sorong)
- Politeknik Katolik Saint Paul Sorong
- Politeknik Pelayaran Sorong (Poltekpel Sorong)
- Politeknik Papua Internasional
- Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong
Kesehatan
Ekonomi
Komoditas unggulan Kota Sorong yaitu sektor pertanian, Perkebunan dan jasa. Sub sektor perkebunan komoditas yang diunggulkan berupa Kakao, Kelapa dan cengkih. Pariwisatanya yaitu wisata alam, wisata adat dan budaya.
Sebagai penunjang kegiatan perekonomian, di provinsi ini tersedia 1 pelabuhan, yaitu Pelabuhan Sorong (Port of Sorong) dan 1 bandar udara, yaitu Bandar Udara Domine Eduard Osok. Sebelum adanya Bandar Udara Domine Eduard Osok, Kota Sorong menggunakan Bandar Udara Jeffman di Pulau Jeffman. Untuk mencapai bandar udara tersebut penumpang pesawat terbang menggunakan angkutan kapal dari Kota Sorong. Saat ini bandar udara tersebut sudah tidak digunakan lagi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Sorong dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 nilainya telah mencapai sekitar Rp 15,1 triliun. Besar kecilnya perkembangan PDRB Kota Sorong berpengaruh terhadap besar kecilnya sumbangan PDRB Kota Sorong terhadap pembentukan PDRB Provinsi Papua Barat.[butuh rujukan]
Pariwisata
Sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembangunan perekonomian Kota Sorong. Kota Sorong terkenal sebagai salah satu kota dengan peninggalan sejarah bekas perusahaan minyak milik Belanda Heritage Nederlands Nieuw-Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM). Beberapa kawasan wisata lainnya adalah taman rekreasi pantai Tanjung Kasuari dengan pesona pasir putihnya, termasuk kawasan pantai pada Pulau Raam, Pulau Soop, Pulau Item dan Pulau Doom.[butuh rujukan]
Fasilitas wisata lainnya adalah taman rekreasi pantai Tanjung Kasuari dengan pesona pasir putihnya, Pulau Raam, Pulau Soop dan Pulau Doom yang terkenal dengan pantainya yang indah. Juga pulau Dofior yang terdapat Tugu Selamat Datang di Kota Sorong dengan menggunakan bahasa Moi (suku asli di Kota Sorong) yang ramah dan bersahabat menyambut pengunjung yang datang di Kota Sorong. Juga tembok Berlin yang terkenal dengan pemandangan panorama laut dan keindahan alam menjelang senja.
Kota Kembar
- Baubau, Indonesia
- Baltimore, Amerika Serikat
- Busan, Korea Selatan
- Dili, Timor Leste
- Fukuoka, Jepang
- Singapura, Singapura
- Tual, Indonesia
Referensi
- ^ "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014" (PDF). www.otda.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-07-12. Diakses tanggal 22 April 2021.
- ^ a b "Statistik Daerah Kota Sorong 2023". BPS Kota Sorong. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-26. Diakses tanggal 21 July 2023.
- ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 14 Desember 2023.
- ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2019-2020". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-27. Diakses tanggal 22 April 2021.
- ^ a b c d e Mashad, Dhurorudin (2020). Muslim Papua: membangun harmoni berdasar sejarah agama di bumi cendrawasih (edisi ke-Cetakan pertama). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 978-979-592-881-2.
- ^ Liputan6.com (2022-05-19). "Warga Sorong Papua Temukan Bom Perang Dunia Saat Keruk Pembuangan Air". liputan6.com. Diakses tanggal 2024-02-20.
- ^ PacificWrecks.com. "Pacific Wrecks". pacificwrecks.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-02-21.
- ^ "Pulau Doom island - Reisverslag uit Sorong, Indonesië van Stephan Manie - WaarBenJij.nu". stephanmanie.waarbenjij.nu. Diakses tanggal 2024-02-21.
- ^ "Sorong, Nederlands Nieuw Guinea/Netherlands New Guinea/Irian Jaya/West Papua". www.vanderheijden.org. Diakses tanggal 2024-02-21.
- ^ "Sorong, Nederlands Nieuw Guinea/Netherlands New Guinea/Irian Jaya/West Papua". www.vanderheijden.org. Diakses tanggal 2024-02-21.
- ^ "Sejarah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Sorong". Ditjen Perbendaharaan Kemenkeu RI KPPN Sorong. Diakses tanggal 2024-02-21.
- ^ "Buku Peta Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. hlm. 88 & 153. Diakses tanggal 7 Oktober 2024.
- ^ "Sorong, Papua Barat, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 7 Februari 2021.
- ^ "Sorong, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 7 Februari 2020.
- ^ "Info Pemilu 2019". KPU RI. Diakses tanggal 25-03-2020.
- ^ "BPS Kota Sorong". sorongkota.bps.go.id. Diakses tanggal 2019-09-18.
- ^ Club, Sion Study (Selasa, 13 Mei 2014). "DAFTAR ANGGOTA DPRD KOTA SORONG TAHUN 2014/2019 | BELANTARA PAPUA". DAFTAR ANGGOTA DPRD KOTA SORONG TAHUN 2014/2019 | BELANTARA PAPUA. Diakses tanggal 2019-09-18.
- ^ "BPS Kota Sorong". sorongkota.bps.go.id. Diakses tanggal 2019-09-18.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
Pranala luar
- Wisata Kota Sorong Diarsipkan 2013-08-11 di Wayback Machine.