Soedirman: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: mengosongkan halaman [ * ]
Menolak perubahan terakhir (oleh 223.255.224.24) dan mengembalikan revisi 5015379 oleh 61.247.31.5
Baris 6: Baris 6:
|caption = Jenderal Besar Soedirman
|caption = Jenderal Besar Soedirman
|nickname =
|nickname =
|placeofbirth = [[Sumingkir,Bantarbarang, Rembang, Purbalingga|Bodas Karangjati]], [[Purbalingga]], [[Jawa Tengah]]
|placeofbirth = [[Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga|Bodas Karangjati]], [[Purbalingga]], [[Jawa Tengah]]
|placeofdeath = [[Magelang]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
|placeofdeath = [[Magelang]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
|allegiance = {{flagicon|Indonesia}} [[Indonesia]]
|allegiance = {{flagicon|Indonesia}} [[Indonesia]]
Baris 28: Baris 28:


== Karier militer ==
== Karier militer ==
Ketika zaman pendudukan [[Jepang]], ia masuk tentara [[Pembela Tanah Air]] (PETA) di [[Bogor]] di bawah pelatihan tentara [[Jepang]].<ref name="DESTINIESp35">{{cite book| last =Friend| first =Theodore| authorlink =| coauthors =| title =Indonesian Destinies| publisher =The Belknap Press of Harvard University Press| date =2003| location =| url =| doi =| isbn =0-674-01834-6| page =35 }}</ref> Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia menjadi [[Komandan]] [[Batalyon]] di [[Kroya]], [[Jawa Tengah]]. Kemudian ia menjadi [[Panglima]] Divisi V/[[Banyumas]] sesudah [[TKR]] terb
Ketika zaman pendudukan [[Jepang]], ia masuk tentara [[Pembela Tanah Air]] (PETA) di [[Bogor]] di bawah pelatihan tentara [[Jepang]].<ref name="DESTINIESp35">{{cite book| last =Friend| first =Theodore| authorlink =| coauthors =| title =Indonesian Destinies| publisher =The Belknap Press of Harvard University Press| date =2003| location =| url =| doi =| isbn =0-674-01834-6| page =35 }}</ref> Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia menjadi [[Komandan]] [[Batalyon]] di [[Kroya]], [[Jawa Tengah]]. Kemudian ia menjadi [[Panglima]] Divisi V/[[Banyumas]] sesudah [[TKR]] terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TKR).
Soedirman dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya yang teguh pada prinsip dan keyakinan, dimana ia selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya, bahkan kesehatannya sendiri. Pribadinya tersebut ditulis dalam sebuah buku oleh [[Tjokropranolo]], pengawal pribadinya semasa gerilya, sebagai seorang yang selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. <ref>[[Tjokropranolo]]. 1992. ''Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman pemimpin pendobrak terakhir penjajahan di Indonesia''. PT [[Surya Persindo]]. ISBN 979-8329-00-7</ref>

Pada masa pendudukan Jepang ini, Soedirman pernah menjadi anggota [[Badan Pengurus Makanan Rakyat]] dan anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat]] [[Karesidenan]] [[Banyumas]]. Dalam saat ini ia mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan.

=== Pasca kemerdekaan Indonesia ===
Setelah berakhirnya [[Perang Dunia II]], pasukan Jepang menyerah tanpa syarat kepada [[Blok Sekutu|Pasukan Sekutu]] dan Soekarno [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia]]. Soedirman mendapat prestasi pertamanya sebagai tentara setelah keberhasilannya merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di [[Banyumas]], [[Jawa Tengah]]. Soedirman mengorganisir batalyon PETA-nya menjadi sebuah [[resimen]] yang bermarkas di [[Banyumas]], untuk menjadi pasukan perang Republik Indonesia yang selanjutnya berperan besar dalam perang [[Revolusi Nasional Indonesia]].

Sesudah [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi [[Panglima]] Divisi V/[[Banyumas]] dengan pangkat [[Kolonel]]. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 12 November 1945, Soedirman terpilih menjadi [[Panglima Besar]] TKR/Panglima Angkatan Perang RI. Selanjutnya dia mulai menderita penyakit [[tuberkulosis]], walaupun begitu selanjutnya dia tetap terjun langsung dalam beberapa kampanye perang [[gerilya]] melawan pasukan [[NICA]] Belanda.

=== Peran dalam revolusi nasional Indonesia ===
Menangnya [[Blok Sekutu|Pasukan Sekutu]] atas Jepang dalam [[Perang Dunia II]] membawa pasukan Belanda untuk datang kembali ke kepulauan [[Hindia Belanda]] (Republik Indonesia sekarang), bekas jajahan mereka yang telah menyatakan untuk [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|merdeka]]. Setelah menyerahnya pasukan Jepang, Pasukan Sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang. Ternyata pasukan sekutu datang bersama dengan tentara [[NICA]] dari Belanda yang hendak mengambil kembali Indonesia sebagai koloninya. Mengetahui hal tersebut, TKR pun terlibat dalam banyak pertempuran dengan tentara sekutu.

Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang ''[[Palagan Ambarawa]]'' melawan pasukan [[Inggris]] dan [[NICA]] [[Belanda]] yang berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945. <ref>[http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/s/sudirman/index.shtml Jenderal Sudirman (1916-1950)]</ref> Pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Soedirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di [[Ambarawa]]. Dan pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris di Ambarawa. Pertempuran terkenal yang berlangsung selama lima hari tersebut diakhiri dengan mundurnya pasukan Inggris ke [[Semarang]]. Perang tersebut berakhir tanggal [[16 Desember]] [[1945]].<ref>[http://www.kebudayaan.depdiknas.go.id/BudayaOnline/SeniBudaya/Sejarah/PERANG/n_Jawa-tengah.htm Peristiwa Perlawanan - Pertempuran Ambarawa]</ref>

Setelah kemenangan Soedirman dalam ''Palagan Ambarawa'', pada tanggal 18 Desember 1945 dia dilantik sebagai [[Jenderal]] oleh Presiden [[Soekarno]]. Soedirman memperoleh pangkat Jenderal tersebut tidak melalui sistem [[Akademi Militer]] atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya.

=== Peran dalam Agresi Militer II Belanda ===
Saat terjadinya [[Agresi Militer II]] Belanda, Ibukota Republik Indonesia dipindahkan di [[Yogyakarta]], karena [[Jakarta]] sudah diduduki oleh tentara Belanda. Soedirman memimpin pasukannya untuk membela [[Yogyakarta]] dari serangan Belanda II tanggal 19 Desember 1948 tersebut. Dalam perlawanan tersebut, Soedirman sudah dalam keadaan sangat lemah karena penyakit [[tuberkulosis]] yang dideritanya sejak lama. Walaupun begitu dia ikut terjun ke medan perang bersama pasukannya dalam keadaan ditandu, memimpin para tentaranya untuk tetap melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda secara [[gerilya]].

Penyakit yang diderita Soedirman saat berada di Yogyakarta semakin parah. Paru-parunya yang berfungsi hanya tinggal satu karena penyakitnya. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun sempat dikuasai oleh tentara Indonesia setelah [[Serangan Umum 1 Maret 1949]]. Saat itu, Presiden [[Soekarno]] dan [[Mohammad Hatta]] dan beberapa anggota kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi genting tersebut, Soedirman dengan ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali melakukan perang gerilya. Ia berpindah-pindah selama tujuh bulan dari [[hutan]] satu ke hutan lain, dan dari [[gunung]] ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah dan dalam kondisi hampir tanpa pengobatan dan perawatan medis. Walaupun masih ingin memimpin perlawanan tersebut, akhirnya Soedirman pulang dari kampanye gerilya tersebut karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkannya untuk memimpin Angkatan Perang secara langsung. Setelah itu Soedirman hanya menjadi tokoh perencana di balik layar dalam kampanye gerilya melawan Belanda.

Setelah Belanda menyerahkan kepulauan nusantara sebagai ''[[Republik Indonesia Serikat]]'' dalam ''[[Konferensi Meja Bundar]]'' tahun 1949 di ''[[Den Haag]]'', Jenderal Soedirman kembali ke [[Jakarta]] bersama Presiden [[Soekarno]], dan Wakil Presiden [[Mohammad Hatta]].

== Kematian ==
Pada tanggal 29 Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal dunia di [[Magelang]], [[Jawa Tengah]] karena sakit [[tuberkulosis]] parah yang dideritanya. Ia dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara]] di [[Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta|Semaki]], [[Yogyakarta]]. Ia dinobatkan sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia|Pahlawan Pembela Kemerdekaan]]. Pada tahun 1997 dia mendapat gelar sebagai [[Jenderal Besar]] [[Anumerta]] dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh tiga jenderal di RI sampai sekarang, Haji Muhammad Soeharto, Abdul Haris Nasution dan dirinya sendiri.

== Warisan budaya ==
[[Berkas:Monumen_Jenderal_Soedirman_Surabaya.jpg|right|thumb|Monumen Jenderal Soedirman di [[Surabaya]]]]
* Patung dan monumen Jenderal Soedirman didirikan di banyak kota di Indonesia, seperti [[Jakarta]], [[Yogyakarta]], [[Surabaya]].
* Banyak kota besar di Indonesia mempunyai jalan raya yang dinamakan "''Jalan Jenderal Sudirman''". <ref>[http://www.surabaya.go.id/budaya.php?page=jend_sudirman Monumen Jenderal Sudirman], Pemerintah Daerah [[Surabaya]].</ref>
* Sebuah perguruan tinggi negeri di [[Purwokerto]], [[Jawa Tengah]] diberi nama [[Universitas Jenderal Soedirman]] (Unsoed).<ref>[http://akademik.unsoed.ac.id/home/Index Universitas Jenderal Soedirman]</ref>

== Lihat pula ==
* [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]]
* [[Sejarah Indonesia (1945-1949)|Revolusi Nasional Indonesia]] (1945-1949)
* [[Palagan Ambarawa]]
* [[Agresi Militer Belanda I]]
* [[Agresi Militer Belanda II]]
* [[Serangan Umum 1 Maret 1949]]

== Catatan kaki ==
{{reflist}}

== Rujukan ==
* Indonesia Ministry of State. 1981. ''30th independence of Indonesia''.
* [[Roeslan Abdulgani|Abdulgani, Roeslan]]. 2004. "''Peranan Panglima Besar Soedirman dalam Revolusi Indonesia''". [[Restu Agung]]. Jakarta.
* [[Salim Said|Said, Salim]],''Genesis of power : General Sudirman and the Indonesian military in politics, 1945-49'' / Salim Said. North Sydney: Allen & Unwin, 1992. ISBN 1-86373-195-4. Diterbitkan pertama di Singapura: ''Institute of Southeast Asian Studies'', 1991.
* [[Tjokropranolo]]. 1992. ''Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman pemimpin pendobrak terakhir penjajahan di Indonesia''. PT [[Surya Persindo]]. ISBN 979-8329-00-7
::English Translation - ''General Sudirman : the leader who finally destroyed colonialism in Indonesia'' translated by Libby Krahling, Bert Jordan & Steve Dawson ; edited by Ian MacFarling. Canberra, A.C.T. : Australian Defence Studies Centre, 1995. ISBN 0-7317-0322-7

== Pranala luar ==
* {{id icon}} [http://www.berhatinyaman.com/id/museum-sasmitaloka-pangsar-sudirman/ Museum Sasmitaloka Pangsar Sudirman]
* {{id icon}} [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/s/sudirman/index.shtml Jenderal Soedirman di TokohIndonesia.com]
* {{id icon}} [http://www.unsoed.ac.id Universitas Jenderal Soedirman]
{{Pahlawan Indonesia}}
{{BPUPKI}}

[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Purbalingga]]
[[Kategori:Jenderal Indonesia]]

[[en:Sudirman]]
[[fr:Sudirman]]
[[jv:Sudirman, Jenderal]]
[[map-bms:Soedirman]]
[[ms:Sudirman (Jeneral)]]
[[nl:Soedirman]]
[[no:Sudirman]]

Revisi per 13 Januari 2012 14.53

Soedirman
Berkas:Soedirman.jpg
Jenderal Besar Soedirman
PengabdianIndonesia Indonesia
Lama dinas1945–1950
PangkatJenderal Besar Anumerta Bintang Lima (1997)
KesatuanTKR/TNI
Divisi V / Banyumas
Batalyon Kroya
KomandanPanglima Besar TKR / TNI (pangkat Jenderal)
Panglima Divisi V / Banyumas (pangkat Kolonel)
Komandan Batalyon Kroya, Jawa Tengah
Perang/pertempuranPalagan Ambarawa
Serangan Umum 1 Maret 1949
Perang Kemerdekaan Indonesia
PenghargaanPahlawan Pembela Kemerdekaan

Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman (Ejaan Soewandi: Sudirman) (24 Januari 1916 – 29 Januari 1950) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31 tahun ia telah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam perang pembelaan kemerdekaan RI. Pada tahun 1950 ia wafat karena penyakit tuberkulosis tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta.

Latar belakang keluarga

Soedirman dibesarkan dalam lingkungan keluarga sederhana. Ayahnya, Karsid Kartowirodji, adalah seorang pekerja di Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas, dan ibunya, Siyem, adalah keturunan Wedana Rembang. Soedirman sejak umur 8 bulan diangkat sebagai anak oleh R. Tjokrosoenaryo, seorang asisten Wedana Rembang yang masih merupakan saudara dari Siyem.

Pendidikan

Soedirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Surakarta tapi tidak sampai tamat. Soedirman saat itu juga giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Setelah itu ia menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap.

Karier militer

Ketika zaman pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor di bawah pelatihan tentara Jepang.[1] Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia menjadi Komandan Batalyon di Kroya, Jawa Tengah. Kemudian ia menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TKR).

Soedirman dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya yang teguh pada prinsip dan keyakinan, dimana ia selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya, bahkan kesehatannya sendiri. Pribadinya tersebut ditulis dalam sebuah buku oleh Tjokropranolo, pengawal pribadinya semasa gerilya, sebagai seorang yang selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. [2]

Pada masa pendudukan Jepang ini, Soedirman pernah menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Karesidenan Banyumas. Dalam saat ini ia mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan.

Pasca kemerdekaan Indonesia

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pasukan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Pasukan Sekutu dan Soekarno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Soedirman mendapat prestasi pertamanya sebagai tentara setelah keberhasilannya merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah. Soedirman mengorganisir batalyon PETA-nya menjadi sebuah resimen yang bermarkas di Banyumas, untuk menjadi pasukan perang Republik Indonesia yang selanjutnya berperan besar dalam perang Revolusi Nasional Indonesia.

Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 12 November 1945, Soedirman terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang RI. Selanjutnya dia mulai menderita penyakit tuberkulosis, walaupun begitu selanjutnya dia tetap terjun langsung dalam beberapa kampanye perang gerilya melawan pasukan NICA Belanda.

Peran dalam revolusi nasional Indonesia

Menangnya Pasukan Sekutu atas Jepang dalam Perang Dunia II membawa pasukan Belanda untuk datang kembali ke kepulauan Hindia Belanda (Republik Indonesia sekarang), bekas jajahan mereka yang telah menyatakan untuk merdeka. Setelah menyerahnya pasukan Jepang, Pasukan Sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang. Ternyata pasukan sekutu datang bersama dengan tentara NICA dari Belanda yang hendak mengambil kembali Indonesia sebagai koloninya. Mengetahui hal tersebut, TKR pun terlibat dalam banyak pertempuran dengan tentara sekutu.

Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang Palagan Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda yang berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945. [3] Pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Soedirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris di Ambarawa. Pertempuran terkenal yang berlangsung selama lima hari tersebut diakhiri dengan mundurnya pasukan Inggris ke Semarang. Perang tersebut berakhir tanggal 16 Desember 1945.[4]

Setelah kemenangan Soedirman dalam Palagan Ambarawa, pada tanggal 18 Desember 1945 dia dilantik sebagai Jenderal oleh Presiden Soekarno. Soedirman memperoleh pangkat Jenderal tersebut tidak melalui sistem Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya.

Peran dalam Agresi Militer II Belanda

Saat terjadinya Agresi Militer II Belanda, Ibukota Republik Indonesia dipindahkan di Yogyakarta, karena Jakarta sudah diduduki oleh tentara Belanda. Soedirman memimpin pasukannya untuk membela Yogyakarta dari serangan Belanda II tanggal 19 Desember 1948 tersebut. Dalam perlawanan tersebut, Soedirman sudah dalam keadaan sangat lemah karena penyakit tuberkulosis yang dideritanya sejak lama. Walaupun begitu dia ikut terjun ke medan perang bersama pasukannya dalam keadaan ditandu, memimpin para tentaranya untuk tetap melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda secara gerilya.

Penyakit yang diderita Soedirman saat berada di Yogyakarta semakin parah. Paru-parunya yang berfungsi hanya tinggal satu karena penyakitnya. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun sempat dikuasai oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat itu, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi genting tersebut, Soedirman dengan ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali melakukan perang gerilya. Ia berpindah-pindah selama tujuh bulan dari hutan satu ke hutan lain, dan dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah dan dalam kondisi hampir tanpa pengobatan dan perawatan medis. Walaupun masih ingin memimpin perlawanan tersebut, akhirnya Soedirman pulang dari kampanye gerilya tersebut karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkannya untuk memimpin Angkatan Perang secara langsung. Setelah itu Soedirman hanya menjadi tokoh perencana di balik layar dalam kampanye gerilya melawan Belanda.

Setelah Belanda menyerahkan kepulauan nusantara sebagai Republik Indonesia Serikat dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949 di Den Haag, Jenderal Soedirman kembali ke Jakarta bersama Presiden Soekarno, dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.

Kematian

Pada tanggal 29 Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah karena sakit tuberkulosis parah yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan. Pada tahun 1997 dia mendapat gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh tiga jenderal di RI sampai sekarang, Haji Muhammad Soeharto, Abdul Haris Nasution dan dirinya sendiri.

Warisan budaya

Berkas:Monumen Jenderal Soedirman Surabaya.jpg
Monumen Jenderal Soedirman di Surabaya

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ Friend, Theodore (2003). Indonesian Destinies. The Belknap Press of Harvard University Press. hlm. 35. ISBN 0-674-01834-6. 
  2. ^ Tjokropranolo. 1992. Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman pemimpin pendobrak terakhir penjajahan di Indonesia. PT Surya Persindo. ISBN 979-8329-00-7
  3. ^ Jenderal Sudirman (1916-1950)
  4. ^ Peristiwa Perlawanan - Pertempuran Ambarawa
  5. ^ Monumen Jenderal Sudirman, Pemerintah Daerah Surabaya.
  6. ^ Universitas Jenderal Soedirman

Rujukan

  • Indonesia Ministry of State. 1981. 30th independence of Indonesia.
  • Abdulgani, Roeslan. 2004. "Peranan Panglima Besar Soedirman dalam Revolusi Indonesia". Restu Agung. Jakarta.
  • Said, Salim,Genesis of power : General Sudirman and the Indonesian military in politics, 1945-49 / Salim Said. North Sydney: Allen & Unwin, 1992. ISBN 1-86373-195-4. Diterbitkan pertama di Singapura: Institute of Southeast Asian Studies, 1991.
  • Tjokropranolo. 1992. Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman pemimpin pendobrak terakhir penjajahan di Indonesia. PT Surya Persindo. ISBN 979-8329-00-7
English Translation - General Sudirman : the leader who finally destroyed colonialism in Indonesia translated by Libby Krahling, Bert Jordan & Steve Dawson ; edited by Ian MacFarling. Canberra, A.C.T. : Australian Defence Studies Centre, 1995. ISBN 0-7317-0322-7

Pranala luar