Budaya Indonesia: Perbedaan antara revisi
cuma merapikan |
k kasih kolom |
||
Baris 105: | Baris 105: | ||
=== Alat musik === |
=== Alat musik === |
||
[[Berkas:Traditional indonesian instruments04.jpg|thumb|250px|Gamelan]] |
[[Berkas:Traditional indonesian instruments04.jpg|thumb|250px|Gamelan]] |
||
{{col|2}} |
|||
* [[Jawa]]: [[Gamelan]], [[Kendang Jawa]]. |
* [[Jawa]]: [[Gamelan]], [[Kendang Jawa]]. |
||
* [[Nusa Tenggara Timur]]: [[Sasando]], [[Gong dan Tambur]], [[Juk Dawan]], [[Gitar Lio]]. |
* [[Nusa Tenggara Timur]]: [[Sasando]], [[Gong dan Tambur]], [[Juk Dawan]], [[Gitar Lio]]. |
||
Baris 139: | Baris 140: | ||
* [[Kesok-Kesok]] |
* [[Kesok-Kesok]] |
||
* [[Saluang]] |
* [[Saluang]] |
||
{{EndDiv}} |
|||
=== Gambar === |
=== Gambar === |
Revisi per 14 April 2012 06.08
Netralitas artikel ini dipertanyakan. |
Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Kebudayaan nasional
Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199
kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”
Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.[1]
Wujud kebudayaan daerah di Indonesia
Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.
- Aceh: Rumoh Aceh
- Sumatera Barat: Rumah Gadang
- Riau: Rumah Adat Melayu Selaso Jatuh Kembar, Lontiok
- Sumatera Selatan: Rumah Limas
- Jawa: Joglo
- Papua: Honai
- Sulawesi Selatan: Tongkonan (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa (Makassar Gowa)
- Sulawesi Tenggara: Istana buton
- Sulawesi Utara: Rumah Panggung
- Kalimantan Barat: Rumah Betang
- Nusa Tenggara Timur: Lopo
- Maluku: Balieu (dari bahasa Portugis)
Tarian
- Aceh: Tari Bines, Didong, Tari Guel, Tari Mesekat, Tari Ratéb Meuseukat, Tari Saman, Tari Seudati, Tari Laweut, Tari Likok Pulo, Tari Pho, Tari Rapa'i Geleng, Tari Ula-ula Lembing, Tari Pukat
- Sumatera Utara: Tortor, Tari Sapu Tangan, Tari Adok, Tari Anak, Tari Pahlawan, Tari Lagu Duo, Tari Perak, Famaena
- Sumatera Barat: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Pasambahan, Tari Lilin
- Riau: Zapin, Rentak Bulian, Serampang Dua Belas
- Kepulauan Riau: Madah Gurindam
- Jambi: Sekapur Sirih, Selampit Delapan
- Bengkulu: Tari Andun, Bidadei Teminang, Tari Kejei
- Sumatera Selatan: Gending Sriwijaya, Bekhusek, Tanggai
- Kepulauan Bangka Belitung: Tari Campak
- Lampung: Bedana, Sembah, Tayuhan, Sigegh, Labu Kayu
- Jakarta: Cokek, Yapong
- Jawa Barat: Bangbarongan, Bengberokan, Jaipongan, Tari Cikeruhan, Tari Topeng Cirebon, Tari Topeng Priangan, Kuda lumping, Reog (Sunda)
- Jawa Tengah: Ebeg, Topeng Ireng, Kuda lumping, Tari Topeng Sinok, Tari Topeng Brebes, Reog (Banjarharjo)
- Yogyakarta: Tari Golek Menak, Kuda lumping
- Jawa Timur: Tari Remo, Kuda lumping, Reog (Ponorogo)
- Bali: Joged Bumbung, Gambuh, Kecak, Legong, Sanghyang, Tari Bali, Tari Janger, Tari Pendet, Tari Rejang
- Nusa Tenggara Timur: Caci, Caci Melo, Likurai, Bidu, Tebe, Bonet, Pado'a, Rokatenda
- Kalimantan: Tari Banjar, Tari Kanjar, Manasai, Tari Pedang, Tari Giring-Giring, Tari Pala, Tari Pinggan, Tari Hudog
- Gorontalo: Tari Saronde, Tari Elengge, Tari Dana-Dana, Tari Polopalo, Tari Pore-Pore
- Sulawesi Tengah: Dero
- Sulawesi Selatan: Pajoge, Tari Pakarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa
- Sulawesi Tenggara: Tari Malulo
- Maluku dan Maluku Utara: Cakalele, Orlapei, Katreji
- Papua: Musyoh, Yosim Pancar
Lagu
- Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung, Keroncong Kemayoran, Surilang, Terang Bulan
- Maluku: Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama, Buka Pintu, Burung Tantina, Goro-Gorone, Huhatee, Kole-Kole, Mande-Mande, Ole Sioh, O Ulate, Sarinande, Tanase
- Riau: Soleram, Kebangkitan Melayu, Tanjung Katung, Bungo Cempako, Lancang kuning, Ayam Putih Pungguk, Makan Sirih, Uyang Bagan Tak Ondak Belaya, Mak Long, Tuanku Tambusai, Pak Ngah Balek, Puteri Tujuh, Dedap Durhaka, Kutang Barendo.
- Aceh: Bungong Jeumpa, Lembah Alas, Piso Surit
- Kalimantan Selatan: Ampar-Ampar Pisang, Paris Barantai, Saputangan Bapuncu Ampat
- Nusa Tenggara Timur: Anak Kambing Saya, Oras Loro Malirin, Sonbilo, Tebe Onana, Ofalangga, Do Hawu, Bolelebo, Lewo Ro Piring Sina, Bengu Re Le Kaju, Aku Retang, Gaila Ruma Radha, Desaku, Flobamora, Potong Bebek Angsa
- Sulawesi Selatan: Angin Mamiri, Pakarena, Sulawesi Parasanganta, Ma Rencong
- Sumatera Utara: Anju Ahu, Bungo Bangso, Cikala Le Pongpong, Bungo Bangso, Butet, Dago Inang Sarge, Lisoi, Madekdek Magambiri, Mariam Tomong, Nasonang Dohita Nadua, Rambadia, Sengko-Sengko, Siboga Tacinto, Sinanggar Tulo, Sing Sing So, Tapian Nauli
- Papua/Irian Barat: Apuse, Yamko Rambe Yamko
- Sumatera Barat: Ayam Den Lapeh, Barek Solok, Dayung Palinggam, Kambanglah Bungo, Kampuang Nan Jauh Di Mato, Ka Parak Tingga, Malam Baiko, Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang, Rang Talu
- Jambi: Batanghari, Soleram
- Jawa Barat: Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es Lilin, Karatagan Pahlawan, Manuk Dadali, Panon Hideung, Peuyeum Bandung, Pileuleuyan, Tokecang
- Kalimantan Barat: Cik-Cik Periuk, Cak Uncang, Batu Ballah, Alok Galing, Tandak Sambas, Sungai Sambas Kebanjiran, Alon-Alon
- Sumatera Selatan: Cuk Mak Ilang, Dek Sangke, Gending Sriwijaya, Kabile-bile, Tari Tanggai
- Banten: Dayung Sampan
- Sulawesi Utara: Esa Mokan, O Ina Ni Keke, Si Patokaan, Sitara Tillo
- Jawa Tengah: Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundul Pacul, Ilir-ilir, Jamuran, Bapak Pucung, Yen Ing Tawang Ono Lintang, Stasiun Balapan
- Nusa Tenggara Barat: Helele U Ala De Teang, Moree, Orlen-Orlen, Pai Mura Rame, Tebe Onana, Tutu Koda
- Kalimantan Timur: Indung-Indung
- Jambi: Injit-Injit Semut, Pinang Muda, Selendang Mayang
- Kalimantan Tengah: Kalayar
- Jawa Timur: Keraban Sape, Tanduk Majeng
- Bengkulu: Lalan Belek
- Bali: Mejangeran, Ratu Anom
- Sulawesi Tenggara: Peia Tawa-Tawa
- Yogyakarta: Pitik Tukung, Sinom, Suwe Ora Jamu, Te Kate Dipanah
- Sulawesi Tengah: Tondok Kadadingku, Tope Gugu
- Sulawesi Barat: Bulu Londong, Malluya, Io-Io, Ma'pararuk
- Gorontalo: Hulondalo li Pu'u , Bulalo Lo Limutu , Wanu Mamo Leleyangi
Musik
- Jakarta: Keroncong Tugu.
- Maluku:
- Melayu: Hadrah, Makyong, Langgam
- Minangkabau:
- Aceh:
- Makassar: Gandrang Bulo, Sinrilik
- Pesisir Sibolga/Tapteng: Sikambang
- Jawa Barat: karawitan
- Serang Banten [pencak silat]
Alat musik
- Jawa: Gamelan, Kendang Jawa.
- Nusa Tenggara Timur: Sasando, Gong dan Tambur, Juk Dawan, Gitar Lio.
- Gendang Bali
- Gendang Simalungun
- Gendang Melayu
- Gandang Tabuik
- Sasando
- Talempong
- Calempong Kampar
- Tifa
- Saluang
- Rebana
- Bende
- Kenong
- Keroncong
- Serunai
- Jidor
- Suling Lembang
- Suling Sunda
- Dermenan
- Saron
- Kecapi
- Bonang
- Angklung
- Calung
- Kulintang
- Gong Kemada
- Gong Lambus
- Rebab
- Tanggetong
- Gondang Batak
- Kecapi
- Kesok-Kesok
- Saluang
Gambar
Patung
- Jawa: Patung Buto, patung Budha.
- Bali: Garuda.
- Irian Jaya: Asmat.
Pakaian
- Jawa: Batik.
- Sumatra Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong.
- Sumatra Barat/ Minang:Anak Daro & Marapule.
- Riau/ Melayu:Baju Kurung Melayu, Kebaya Laboh, Cekak Musang, Teluk Belanga
- Sumatra Selatan Songket
- Lampung: Tapis
- Sasiringan
- Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur
- Bugis - MakassarBaju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu
- Papua Timur : Manawou
- Papua Barat : Ewer
- NTT:
- sulawesi tenggara
Suara
- Jawa: Sinden.
- Sumatra: Tukang cerita.
- Talibun: (Sibolga, Sumatera Utara)
- Gorontalo: (Dikili)
Sastra/tulisan
- Jawa: Babad Tanah Jawa, karya-karya Ronggowarsito.
- Bali: karya tulis di atas Lontar.
- Sumatra bagian timur (Melayu): Hang Tuah
- Sulawesi Selatan Naskah Tua Lontara
- Timor Ai Babelen, Ai Kanoik
Makanan
- Timor: Jagung Bose, Daging Se'i, Ubi Tumis.
- Riau : Asam Pedas , Bolu Kemojo , Kue Bangkit , Lempuk Durian, Galopung, Rendang Dodo,Jangko Duyan
- Sumatera bagian Barat: Sate Padang, Rendang
- Sumatera bagian Selatan: Pempek Palembang, Celimpungan, Laksan
- Jakarta: Soto Betawi
- Jogjakarta: Gudeg
- Jawa Timur: Rawon, Pecel
- Gorontalo: Binde Biluhuta
- Sulawesi Utara: Bubur Manado(Tinutuan)
- Sulawesi Selatan: Coto Makassar, Pallubasa, Es pisang hijau
Kebudayaan Modern Khas Indonesia
- Musik Dangdut: Elvie Sukaesih, Rhoma Irama.
- Film Indonesia: "Daun di Atas Bantal" (1998) yang mendapat penghargaan Film terbaik di "Asia Pacific Film Festival" di Taipei.
- Sastra: Pujangga Baru.
Referensi
- ^ Direktorat Sejarah dan Nilai Tradsional, Kongres Kebudayaan 1991: Kebudayaan Nasional Kini dan di Masa Depan