Lompat ke isi

Ilmu formal: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '{{sains}} '''Sains formal''' adalah disiplin yang terkait dengan sistem formal seperti logika, matematika, statistika, ilmu komputer teoritis, te...'
 
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{sains}}
{{sains}}
'''Sains formal''' adalah disiplin yang terkait dengan [[sistem formal]] seperti [[logika]], [[matematika]], [[statistika]], [[ilmu komputer teoritis]], [[teori informasi]], [[teori permainan]], [[teori sistem]], [[teori pengambilan keputusan]], dan [[linguistika]].
<ref name=":0" />'''Sains formal''' adalah disiplin yang terkait dengan [[sistem formal]] seperti [[logika]], [[matematika]], [[statistika]], [[ilmu komputer teoritis]], [[teori informasi]], [[teori permainan]], [[teori sistem]], [[teori pengambilan keputusan]], dan [[linguistika]].


Ketika [[ilmu alam]] dan sains lainnya seperti [[ilmu sosial]], [[sains perilaku]], dan [[sains kognitif]] yang mencari [[teori ilmiah]] dengan mengandalkan pengamatan yang bertujuan memprediksi secara tepat dan akurat untuk menjelaskan fenomena eksternal dunia, sains formal bekerja dengan sifat internal dari dari [[sistem formal]], terutama [[definisi]] dari suatu istilah dan [[Peraturan kesimpulan|peraturan yang mengatur suatu kesimpulan]].
Ketika [[ilmu alam]] dan sains lainnya seperti [[ilmu sosial]], [[sains perilaku]], dan [[sains kognitif]] yang mencari [[teori ilmiah]] dengan mengandalkan pengamatan yang bertujuan memprediksi secara tepat dan akurat untuk menjelaskan fenomena eksternal dunia, sains formal bekerja dengan sifat internal dari dari [[sistem formal]], terutama [[definisi]] dari suatu istilah dan [[Peraturan kesimpulan|peraturan yang mengatur suatu kesimpulan]].
Baris 20: Baris 20:
Berlawanan dengan sains empiris (alam dan sosial), sains formal tidak melibatkan prosedur empiris. Sains formal juga tidak membutuhkan hipotesis, fakta terkait, atau penjelasan di dunia nyata. Dalam pandangan ini, sains formal adalah bersifat [[a priori dan a posteriori|a priori]] secara logika dan metodologi, dengan isi dan validitasnya independen terhadap setiap prosedur empiris.
Berlawanan dengan sains empiris (alam dan sosial), sains formal tidak melibatkan prosedur empiris. Sains formal juga tidak membutuhkan hipotesis, fakta terkait, atau penjelasan di dunia nyata. Dalam pandangan ini, sains formal adalah bersifat [[a priori dan a posteriori|a priori]] secara logika dan metodologi, dengan isi dan validitasnya independen terhadap setiap prosedur empiris.


Karena sifat non-empirisnya, sains formal ditafsirkan dengan menguraikan serangkaian [[aksioma]] dan [[definisi]] dari penyataan ([[teorema]]) yang dideduksi. Dengan kata lain, teori dalam sains formal tidak mengandung pernyataan sintetis. Semua pernyataan di dalam sains formal adalah analitik.<ref>{{Cite encyclopedia | last = Carnap | first = Rudolf | authorlink = Rudolf Carnap | title = Logical Foundations of the Unity of Science | encyclopedia = International Encyclopaedia of Unified Science | volume = I | publisher = University of Chicago Press | location = Chicago | year = 1938}}</ref><ref>{{Citation | first = Thompson | last = Bill | title = The Nature of Statistical Evidence | chapter = 2.4 Formal Science and Applied Mathematics | publisher = Springer | series = Lecture Notes in Statistics | volume = 189 | edition = 1st | year = 2007 | page = 15}}</ref>
Karena sifat non-empirisnya, sains formal ditafsirkan dengan menguraikan serangkaian [[aksioma]] dan [[definisi]] dari penyataan ([[teorema]]) yang dideduksi. Dengan kata lain, teori dalam sains formal tidak mengandung pernyataan sintetis. Semua pernyataan di dalam sains formal adalah analitik.<ref>{{Cite encyclopedia | last = Carnap | first = Rudolf | authorlink = Rudolf Carnap | title = Logical Foundations of the Unity of Science | encyclopedia = International Encyclopaedia of Unified Science | volume = I | publisher = University of Chicago Press | location = Chicago | year = 1938}}</ref><ref name=":0">{{Citation | first = Thompson | last = Bill | title = The Nature of Statistical Evidence | chapter = 2.4 Formal Science and Applied Mathematics | publisher = Springer | series = Lecture Notes in Statistics | volume = 189 | edition = 1st | year = 2007 | page = 15}}</ref>


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi per 26 Maret 2014 10.26

[1]Sains formal adalah disiplin yang terkait dengan sistem formal seperti logika, matematika, statistika, ilmu komputer teoritis, teori informasi, teori permainan, teori sistem, teori pengambilan keputusan, dan linguistika.

Ketika ilmu alam dan sains lainnya seperti ilmu sosial, sains perilaku, dan sains kognitif yang mencari teori ilmiah dengan mengandalkan pengamatan yang bertujuan memprediksi secara tepat dan akurat untuk menjelaskan fenomena eksternal dunia, sains formal bekerja dengan sifat internal dari dari sistem formal, terutama definisi dari suatu istilah dan peraturan yang mengatur suatu kesimpulan.

Sains formal membantu membangun, menilai, dan menguji teori dan permodelan ilmiah dengan terlebih dahulu menemukan inkonsistensi dan bentuk kecacatan dari kesimpulan.

Sejarah

Sains formal dimulai sebelum formulasi metode ilmiah, dengan teks matematika bertanggal 1800 sebelum masehi di Babilonia (Matematika Babilonia), 1600 sebelum masehi di Mesir Kuno (Matematika Mesir), dan 1000 sebelum masehi di India (Matematika India). Dari kebudayaan yang berbeda, lahir Matematika Yunani dan Matematika Islam yang membuat kontribusi utama, sementara Matematika Cina dan Matematika Jepang berkembang secara independen dari jauh untuk budaya mereka sendiri.

Selain matematika, logika adalah salah satu contoh subjek pengetahuan tertua dalam bidang sains formal. Seperti analisis eksplisit dari metode pertimbangan, logika terbangun di tiga tempat, yaitu Logika India dari abad ke enam sebelum masehi, Logika Cina dari abad ke lima sebeum masehi, dan Yunani kuno dari abad ke empat sebelum masehi. Pengolahan logika modern secara formal diturunkan dari budaya Yunani kuno, dituliskan melalui Logika Aristotelian, yang lalu dikembangkan lebih jauh oleh pakar logika Islam.

Sejumlah disiplin lain dalam sains formal sangat bergantung pada matematika, mereka tidak muncul hingga matematika berkembang menjadi level tingkat tinggi. Pierre de Fermat dan Blaise Pascal (1654), serta Christiaan Huygens (1657) memulai studi awal mengenai teori probabilitas. Di awal abad ke 19, Carl Friedrich Gauss dan Pierre-Simon Laplace mengembangkan teori matematika statistika yang juga menjelaskan penggunaan statistika dalam asuransi dan akuntansi di pemerintahan.

Di pertengahan abad ke 20, matematika berkembang dengan munculnya sains matematika dan disiplin teknik seperti riset operasi dan teknik sistem. Sains mengambil keuntungan dari penelitian dasar di bidang kelistrikan yang lalu berkembang komputer. Kemajuan ini juga mengembangkan teori informasi, analisis numerik, komputasional ilmiah, dan ilmu komputer teoritis. Ilmu komputer teoritis juga berkembang dari logika matematika, yang masuk ke dalam teori komputasi

Perbedaan dengan bentuk sain lainnya

Satu alasan mengapa matematika menikmati peran khusus di atas ilmu lainnya adalah karena matematika dan hukum-hukumnya memiliki kebenaran absolut dan tidak dapat diragukan, sementara ilmu lainnya pada derajat tertentu diperdebatkan dan selalu berada dalam ancaman digulingkan dengan ditemukannya fakta baru.

Berlawanan dengan sains empiris (alam dan sosial), sains formal tidak melibatkan prosedur empiris. Sains formal juga tidak membutuhkan hipotesis, fakta terkait, atau penjelasan di dunia nyata. Dalam pandangan ini, sains formal adalah bersifat a priori secara logika dan metodologi, dengan isi dan validitasnya independen terhadap setiap prosedur empiris.

Karena sifat non-empirisnya, sains formal ditafsirkan dengan menguraikan serangkaian aksioma dan definisi dari penyataan (teorema) yang dideduksi. Dengan kata lain, teori dalam sains formal tidak mengandung pernyataan sintetis. Semua pernyataan di dalam sains formal adalah analitik.[3][1]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Bill, Thompson (2007), "2.4 Formal Science and Applied Mathematics", The Nature of Statistical Evidence, Lecture Notes in Statistics, 189 (edisi ke-1st), Springer, hlm. 15 
  2. ^ Albert Einstein (1923). "Geometry and Experience". Sidelights on relativity. Courier Dover Publications. hlm. 27.  Reprinted by Dover (2010), ISBN 978-0-486-24511-9.
  3. ^ Carnap, Rudolf (1938). "Logical Foundations of the Unity of Science". International Encyclopaedia of Unified Science. I. Chicago: University of Chicago Press. 

Bahan bacaan terkait

  • Mario Bunge (1985). Philosophy of Science and Technology. Springer.
  • Mario Bunge (1998). Philosophy of Science. Rev. ed. of: Scientific research. Berlin, New York: Springer-Verlag, 1967.
  • C. West Churchman (1940). Elements of Logic and Formal Science, J.B. Lippincott Co., New York.
  • James Franklin (1994). The formal sciences discover the philosophers' stone. In: Studies in History and Philosophy of Science. Vol. 25, No. 4, pp. 513–533, 1994
  • Stephen Leacock (1906). Elements of Political Science. Houghton, Mifflin Co, 417 pp.
  • Bernt P. Stigum (1990). Toward a Formal Science of Economics. MIT Press
  • Marcus Tomalin (2006), Linguistics and the Formal Sciences. Cambridge University Press
  • William L. Twining (1997). Law in Context: Enlarging a Discipline. 365 pp.

Pranala luar