Lompat ke isi

Teknologi pangan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 18 September 2021 10.46 oleh Hysocc (bicara | kontrib) (Membatalkan 1 suntingan by Arsadam (bicara): Link sudah diarsipkan, tidak masalah. Selain itu, ditulis.id website non ilmiah yang banyak sekali iklan)

Teknologi pangan adalah suatu disiplin ilmu yang menerapkan ilmu pengetahuan tentang bahan pangan khususnya setelah panen (pascapanen) menggunakan teknologi yang tepat untuk memperoleh manfaat seoptimal mungkin sekaligus meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut.[1] Dalam teknologi pangan, dipelajari sifat fisik, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan proses yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, di antaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan sebagainya.

Sejarah teknologi pangan dimulai ketika Nicolas Appert mengalengkan bahan pangan, sebuah proses yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun ketika itu, Nicolas Appert mengaplikasikannya tidak berdasarkan ilmu pengetahuan terkait pangan. Aplikasi teknologi pangan berdasarkan ilmu pengetahuan dimulai oleh Louis Pasteur ketika mencoba untuk mencegah kerusakan akibat mikrob pada fasilitas fermentasi anggur setelah melakukan penelitian terhadap anggur yang terinfeksi. Selain itu, Pasteur juga menemukan proses yang disebut pasteurisasi, yaitu pemanasan susu dan produk susu untuk membunuh mikrob yang ada di dalamnya dengan perubahan sifat dari susu yang minimal.

Sejarah Teknologi pangan di Indonesia menyangkut beberapa aspek, disamping aspek program pendidikan juga berhubungan erat dengan sejarah perkembangan institusi, bidang IPTEK, SDM (Staff, lulusan), prasarana dan fasilitas, juga menyangkut perkembangan lapangan kerja, industri dan perdagangan produk pangan serta dinamika masyarakat dan trend konsumsi pangan.[2]

Manfaat teknologi pangan

Adanya teknologi pangan sangat mempengaruhi ketersediaan pangan. Alam menghasilkan bahan pangan secara berkala, sementara kebutuhan manusia akan pangan adalah rutin. Kita tidak mungkin menunda kebutuhan jasmani hingga masa panen tiba. Oleh karena itu, terciptalah teknologi pengawetan sehingga makanan dapat disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Teknik pengawetan juga memungkinkan untuk mendistribusikan bahan pangan secara merata ke seluruh penjuru dunia. Dulu, orang-orang di Eropa tidak bisa menikmati makanan-makanan dari wilayah Asia. Tetapi sekarang karena teknologi pangan setiap bangsa dapat menikmati makanan khas bangsa lainnya.[3]

Pengembangan di bidang teknologi pangan

Beberapa proses terkait pemrosesan bahan pangan telah memberikan kontribusinya di bidang teknologi pangan, terutama pada rantai produksi dan suplai pangan. Pengembangan tersebut misalnya:

  • Pembuatan susu bubuk telah menjadi dasar untuk pembuatan berbagai produk baru dari benda cair dan semi cair yang dapat diseduh (dapat direhidrasi kembali) setelah dikeringkan menjadi padatan berbentuk serbuk. Hal ini juga yang menjadikan proses distribusi susu menjadi lebih efisien dan cikal bakal berkembangnya industri susu formula.
  • Dekafeinasi untuk kopi dan teh, tetapi lebih banyak digunakan pada biji kopi demi mengurangi kadar kafeina pada kopi. Biji kopi kering diproses menggunakan uap hingga kadar airnya menjadi sektar 20%. Panas diberikan untuk memisahkan kafeina dari biji kopi ke permukaan kulitnya. Lalu pelarut diberikan untuk memindahkan kafeina dari biji kopi. Hingga tahun 1980-an, pelarut yang digunakan adalah pelarut organik. Karbon dioksida merupakan salah satu pelarut non organik yang digunakan untuk memisahkan kafeina di bawah kondisi super kritis.

Program studi teknologi pangan

Perguruan tinggi Fakultas Program Studi
Institut Pertanian Bogor Teknologi Pertanian Ilmu dan Teknologi Pangan
Universitas Gadjah Mada Teknologi Pertanian Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian
Universitas Bina Nusantara Teknik Teknologi Pangan
Universitas Pasundan Teknik Teknologi Pangan
Universitas Brawijaya Teknologi Pertanian Ilmu dan Teknologi Pangan
Universitas Udayana Teknologi Pertanian Ilmu dan Teknologi Pangan
Universitas Padjajaran Teknologi Industri Pertanian Teknologi Pangan
Universitas Mercu Buana Yogyakarta Agroindustri Teknologi Pangan
Universitas Bakrie Teknologi dan Ilmu Komputer Ilmu dan Teknologi Pangan
Universitas Pendidikan Indonesia Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Pendidikan Teknologi Agroindustri
Universitas Hasanuddin Pertanian Ilmu dan Teknologi Pangan
Universitas Jenderal Soedirman Pertanian Ilmu dan Teknologi Pangan
Universitas Pelita Harapan Sains dan Teknologi Teknologi Pangan
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Teknologi Industri Teknologi Pangan
Universitas Muhammadiyah Malang Pertanian Peternakan Ilmu dan Teknologi Pangan
Universitas Kristen Satya Wacana Fakultas Ilmu Kesehatan Teknologi Pangan
Universitas Diponegoro Peternakan dan Pertanian Teknologi Pangan
Universitas Sumatra Utara Pertanian Ilmu dan Teknologi Pangan
Universitas Surya Fakultas Ilmu Hayati Nutrisi dan Teknologi Pangan
Universitas Halu Oleo Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian Teknologi Pangan
Universitas Dr. Soetomo Surabaya Fakultas Pertanian Teknologi Pangan & Gizi
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Fakultas Teknologi Pertanian Teknologi Pangan
Universitas Katolik Soegijapranata Fakultas Teknologi Pertanian Teknologi Pangan
Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Ilmu dan Teknologi Pangan
Universitas Sahid Jakarta Fakultas Teknologi Industri Pertanian Teknologi Pangan
Universitas Tanjungpura Pertanian Ilmu dan Teknologi Pangan
Universitas Ciputra Hospitality International Food Technology
Universitas Djuanda Bogor Ilmu Pangan Halal Teknologi Pangan Halal
Universitas Widya Mataram Yogyakarta Fakultas Teknologi Pertanian Teknologi Pangan

Di Indonesia, Institut Pertanian Bogor menjadi pionir studi teknologi pangan dengan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,[4] dan Universitas Djuanda Bogor menjadi pionir dalam Studi Teknologi Pangan Halal.[butuh rujukan]

Referensi

Pranala luar