The Passion of the Christ
The Passion of the Christ | |
---|---|
Berkas:Thepassionposterface-1-.jpg | |
Sutradara | Mel Gibson |
Produser |
|
Skenario |
|
Berdasarkan | Kisah Sengsara dalam Alkitab Perjanjian Baru |
Pemeran | |
Penata musik | John Debney |
Sinematografer | Caleb Deschanel |
Penyunting | John Wright |
Perusahaan produksi | |
Distributor | |
Tanggal rilis |
|
Durasi | |
Negara | Amerika Serikat |
Bahasa | |
Anggaran | $30 juta[3] |
Pendapatan kotor | $612 juta[3] |
The Passion of the Christ (terkadang disebut The Passion[4]) adalah suatu film drama epik buatan Amerika Serikat, disutradarai oleh Mel Gibson dan dibintangi oleh Jim Caviezel yang berperan sebagai Yesus Kristus. Film ini menggambarkan Penderitaan Yesus yang utamanya berdasarkan pada Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Film ini juga mengacu pada praktik keimanan seperti Jumat Dukacita beserta karya tulis devosional yang lain, contohnya penampakan-penampakan terkenal Maria yang dikaitkan dengan Beata Anna Katharina Emmerick.[5][6][7][8]
Film ini secara khusus menceritakan 12 jam terakhir kehidupan Yesus di dunia, dimulai dengan Penderitaan di Taman Getsemani, insomnia dan kedukaan Santa Perawan Maria, serta berakhir dengan suatu penggambaran singkat kebangkitan Yesus. Kilas balik sosok Yesus sebagai seorang anak kecil dan sebagai seorang pemuda dengan Maria ibu-Nya, memberikan Khotbah di Bukit, mengajar Kedua Belas Rasul, dan saat Perjamuan Terakhir, merupakan beberapa penggambaran yang paling penting. Pengambilan gambar film ini dilakukan di Italia, semua percakapan menggunakan bahasa Aram, Ibrani vernakular, dan Latin, beserta dengan sub judul.[9]
The Passion of the Christ telah menjadi kontroversi dan mendapat berbagai ulasan beragam hingga yang positif, dengan beberapa kritikus mengklaim bahwa kekerasan ekstrem dalam film ini "mengaburkan pesannya".[10][11][12][13] Film ini mengalami kesuksesan besar, memperoleh pendapat kotor sebesar $612 juta selama penayangannya di bioskop.[14] The Passion of the Christ menjadi film keagamaan dengan pendapatan kotor tertinggi dan film bukan berbahasa Inggris dengan pendapatan kotor tertinggi sepanjang sejarah.[15] Film ini juga mendapat tiga nominasi di Academy Awards ke-77.
Pemeran
- Jim Caviezel sebagai Yesus Kristus
- Maia Morgenstern sebagai Maria
- Hristo Zhivkov sebagai Yohanes
- Monica Bellucci sebagai Maria Magdalena
- Francesco De Vito sebagai Petrus
- Mattia Sbragia sebagai Kayafas
- Toni Bertorelli sebagai Hanas bin Set
- Luca Lionello sebagai Yudas Iskariot
- Hristo Shopov sebagai Pontius Pilatus
- Rosalinda Celentano sebagai Setan
- Claudia Gerini sebagai Claudia Procula
- Fabio Sartor sebagai Abenader
- Luca De Dominicis sebagai Herodes Ántipas
- Chokri Ben Zagden sebagai Yakobus
- Jarreth Merz sebagai Simon dari Kirene
- Sergio Rubini sebagai Dismas
- Francesco Cabras sebagai Gesmas
- Giovanni Capalbo sebagai Cassius
- Roberto Bestazoni sebagai Malkhus
- Sabrina Impacciatore sebagai Serafia
- Pietro Sarubbi sebagai Barabas
- Matt Patresi sebagai Yanus
- Emilio De Marchi sebagai Prajurit Romawi 1 yang mencemooh
- Roberto Visconti sebagai Prajurit Romawi 2 yang mencemooh
- Lello Giulivo sebagai Prajurit Romawi yang brutal
- Ted Rusoff sebagai Kepala Tua-tua
Tema
Dalam The Passion: Photography from the Movie "The Passion of the Christ", Mel Gibson sebagai sutradara film ini mengatakan: "Ini adalah suatu film tentang kasih, pengharapan, iman, dan pengampunan. Ia [Yesus] wafat untuk semua umat manusia, menderita bagi kita semua. Sekarang saatnya untuk kembali ke pesan dasar tersebut. Dunia ini sudah gila. Kita semua dapat menggunakan sedikit lebih banyak cinta, iman, harapan, dan pemberian maaf."
Materi sumber
Perjanjian Baru
Menurut Mel Gibson, sumber bahan utama untuk The Passion of the Christ adalah kisah sengsara Kristus dalam keempat Injil kanonik. Film ini mencakup peristiwa pengadilan Yesus di istana Herodes, yang hanya ditemukan dalam Injil Lukas. Banyak perkataan Yesus dalam film ini yang tidak bersumber langsung pada Injil dan merupakan bagian dari suatu narasi Kristen yang lebih luas. Film ini juga bersumber dari bagian Perjanjian Baru yang lain. Kalimat yang diucapkan oleh Yesus dalam film ini, "Aku menjadikan segala sesuatu baru," dapat ditemukan dalam Kitab Wahyu.[16]
Tanakh
The Passion of the Christ juga merujuk pada Tanakh. Film ini dimulai dengan suatu epigraf dari Nyanyian Keempat dari Hamba yang Menderita dalam Kitab Yesaya.[17] Dalam rangkaian adegan pembuka di Taman Getsemani, Yesus meremukkan kepala ular sebagai kiasan visual yang secara langsung merujuk pada Kejadian 3:15.[18] Sepanjang film ini, Yesus mengambil kutipan-kutipan dari Kitab Mazmur, selain hal-hal yang tercatat dalam Perjanjian Baru.
Cerita dan ikonografi menurut tradisi
Banyak penggambaran dalam film ini yang mencerminkan representasi tradisi Kisah Sengsara dalam karya seni. Sebagai contoh, 14 stasi Jalan Salib merupakan pusat penggambaran Via Dolorosa dalam The Passion of the Christ. Semua stasi atau perhentian tersebut tergambarkan dalam film ini, kecuali stasi ke-8 (Yesus menghibur perempuan-perempuan Yerusalem yang menangisi-Nya, suatu adegan yang dihapus di versi DVD) dan stasi ke-14 (Yesus dimakamkan). Gibson juga terinspirasi secara visual oleh representasi Yesus dalam Kain Kafan Turin.[19]
Atas saran aktris Maia Morgenstern, Seder Paskah Yahudi dikutip di awal film. Maria bertanya, "Mengapa malam ini berbeda dengan malam-malam lainnya?", dan Maria Magdalena menjawab dengan tanggapan sebagaimana lazimnya: "Karena kita pernah menjadi budak dan [sekarang] kita bukan lagi budak".[20]
Identifikasi Maria Magdalena dengan pezina yang diselamatkan oleh Yesus dari hukuman rajam memiliki beberapa preseden dalam tradisi, dan menurut sang sutradara hal ini dilakukan demi alasan-alasan dramatis. Nama beberapa karakter dalam film ini adalah berdasarkan tradisi dan tidak terdapat dalam Kitab Suci, misalnya para penyamun yang disalibkan bersama dengan Kristus, yaitu Dismas dan Gesmas.
Tulisan devosional Katolik
Para penulis skenario film ini, Gibson dan Benedict Fitzgerald, mengatakan bahwa mereka membaca banyak laporan mengenai Kisah Sengsara Kristus sebagai inspirasi, termasuk tulisan-tulisan devosional dari para mistikus Katolik Roma. Salah satu sumber utama yaitu Dukacita Sengsara Tuhan Kita Yesus Kristus yang berisi visiun-visiun (penglihatan) dari stigmatis bernama Anna Katharina Emmerick (1774–1824) yang adalah seorang biarawati Jerman, sebagaimana ditulis oleh penyair bernama Clemens Brentano.[6][7][8] Pembacaan dengan cermat atas buku Emmerick tersebut menunjukkan tingkat ketergantungan yang tinggi film ini padanya.[6][7][21]
Bagaimanapun atribusi Clemens Brentano atas buku Dukacita Sengsara pada Emmerick telah menimbulkan perdebatan, dengan dugaan bahwa Brentano menulis sendiri kebanyakan isi buku tersebut; penyelidikan Vatikan menyimpulkan bahwa: "Benar-benar tidak yakin kalau [Emmerick] pernah menulisnya".[22][23][24] Dalam ulasan terhadap film ini di suatu publikasi Katolik berjudul America, seorang imam Yesuit bernama John O' Malley menggunakan istilah "fiksi kesalehan" dan "penipuan bermaksud baik" untuk menyebut tulisan-tulisan Clemens Brentano tersebut.[5][22]
Di antara banyak elemen yang diambil dari Dukacita Sengsara misalnya adegan tergantungnya Yesus di sebuah jembatan setelah Ia ditangkap oleh para penjaga Bait Allah, penyiksaan Yudas oleh roh-roh jahat setelah ia menyerahkan Yesus kepada Sanhedrin, penyekaan darah Yesus setelah Ia didera, dan dislokasi bahu Yesus sehingga telapak tangan-Nya dapat dipaku pada lubang yang telah disiapkan.[25]
Perbedaan dengan Kisah Sengsara menurut tradisi
Elemen-elemen tertentu The Passion of the Christ tidak memiliki preseden dalam penggambaran awal Kisah Sengsara. Dalam adegan di Taman Getsemani pada permulaan film ini, Setan tampil dan berupaya untuk mengalihkan perhatian Yesus yang sedang berdoa. Yesus kemudian meremukkan seekor ular dengan tumit-Nya (hal ini merujuk pada protevangelium, Kejadian 3:15 – suatu nubuat mengenai Mesias); peristiwa ini tidak terdapat dalam Injil mana pun. Contoh lainnya yaitu Yudas Iskariot disiksa oleh anak-anak yang ditampilkan padanya sebagai roh-roh jahat. Film ini memberi penekanan pada kerapuhan hubungan antara Tiberius Caesar dengan Pontius Pilatus dalam percakapan Pilatus dengan istrinya mengenai perintah imperial untuk menghindari pemberontakan lanjutan Yudea. Film ini juga secara jelas mengidentifikasi Simon dari Kirene sebagai orang Yahudi, kendati Injil Sinoptik hanya menginformasikan nama dan tempat asalnya. Dalam film ini, seorang prajurit Romawi mengejek Simon (yang membantu memikul salib Yesus) dengan secara ketus menyebutnya Yahudi. Sebaliknya, Simon dideskripsikan sebagai seorang pagan dalam Dukacita Sengsara Tuhan Kita Yesus Kristus.[25] Perbedaan utama lainnya yang sering luput dari perhatian adalah tulisan INRI di kayu salib Yesus yang hanya tertulis dalam dua bahasa (namun menempati tiga baris), bukannya tiga bahasa sebagaimana disebutkan dalam Injil.
Adegan-adegan unik lainnya dalam film ini misalnya salah seorang penyamun, yang disalibkan bersama Yesus dan mengejek-Nya, matanya dipatuk seekor burung gagak, serta kilas balik sosok Yesus sebagai seorang tukang kayu yang membuatkan sebuah meja tinggi berkaki empat untuk seorang Romawi. Adegan Setan menggendong bayi jahat saat Yesus didera ditafsirkan sebagai suatu pemutarbalikan dari penggambaran Madonna dan Sang Putra menurut tradisi. Gibson mendeskripsikan adegan itu sebagai berikut:
Adalah kejahatan yang memutarbalikkan apa yang baik. Apakah yang lebih lembut dan indah daripada seorang ibu dan seorang anak? Jadi Iblis menggunakan [gambaran] itu dan sedikit memutarbalikkannya. Alih-alih seorang ibu normal dan anak, Anda melihat seorang figur androgini sedang memegang seorang 'bayi' berusia 40 tahun dengan rambut di punggungnya. Ini aneh, ini mengejutkan, ini hampir-hampir terlalu berlebihan – sama seperti membalikkan [tubuh] Yesus untuk terus menyesah Dia di dada-Nya adalah mengejutkan dan hampir-hampir terlalu berlebihan, yang merupakan saat tepat untuk menampilkan [adegan] Iblis dan sang bayi ini.[26]
Produksi
Naskah dan bahasa
Gibson awalnya mengumumkan bahwa ia akan menggunakan dua bahasa lama tanpa sub judul dan hanya mengandalkan "penceritaan filmis". Karena cerita Sengsara telah sedemikian terkenal, Gibson merasa perlu menghindari bahasa-bahasa vernakular untuk memberi kejutan kepada penonton: "Saya pikir hampir-hampir kontraproduktif jika mengucapkan beberapa hal ini dalam suatu bahasa modern. Membuat Anda ingin berdiri dan meneriakkan kalimat berikutnya, seperti ketika Anda mendengar 'Jadi atau tidak' dan secara naluriah Anda berkata kepada diri sendiri, 'Itulah pertanyaannya.'"[27] Naskah film ditulis dalam bahasa Inggris oleh Gibson dan Benedict Fitzgerald, kemudian diterjemahkan oleh William Fulco, S.J., seorang profesor di Universitas Loyola Marymount, ke dalam bahasa Latin dan Ibrani yang direkonstruksi. Gibson memilih menggunakan bahasa Latin daripada bahasa Yunani karena bahasa Latin adalah lingua franca di bagian Kekaisaran Romawi tersebut pada saat itu, dan tidak ada referensi yang menyebutkan kalau bahasa Yunani Koine digunakan di wilayah tersebut. Bahasa Yunani sehari-hari yang digunakan di wilayah Levant kuno pada zaman Yesus bukan merupakan bahasa Yunani sebenarnya yang digunakan dalam Kitab Suci.[28] Fulco terkadang memasukkan kesalahan-kesalahan yang disengaja dalam berbagai pelafalan dan akhiran kata ketika karakter-karakter berbicara bahasa yang asing bagi mereka, dan beberapa bahasa kasar yang digunakan oleh para prajurit Romawi tidak diterjemahkan dalam teks (sub judul).[29]
Pengambilan gambar
Film ini diproduksi secara independen dan syuting dilakukan di Italia – terutama dalam Studio Cinecittà di Roma, di kota tua Matera, dan di kota hantu Craco (Basilicata).[30] Biaya produksi yang diperkirakan sebesar US$30 juta, ditambah dengan biaya pemasaran yang diperkirakan sebesar $15 juta, ditanggung sepenuhnya oleh Gibson dan perusahaannya, Icon Productions. Film ini dirilis pada hari Rabu Abu tanggal 25 Februari 2004. Motion Picture Association of America memberi rating "R" (Restricted atau ada batasan bagi yang ingin menontonnya) karena terdapat "rangkaian kekerasan grafis". Icon Entertainment mendistribusikan versi bioskop film ini, dan 20th Century Fox mendistribusikan versinya dalam media VHS/DVD/Blu-ray.
Gibson berkonsultasi dengan beberapa penasihat teologis selama pengambilan gambar, termasuk Pastor Jonathan Morris. Saat syuting, asisten sutradara Jan Michelini disambar petir dua kali. Beberapa menit kemudian, Jim Caviezel juga terkena sambaran petir.[31][32][33]
Musik
Tiga album dirilis melalui kerjasama dengan Mel Gibson: (1) soundtrack film berupa musik orkestra orisinal gubahan John Debney dengan Nick Ingman sebagai konduktornya; (2) The Passion of the Christ: Songs, karya produser Mark Joseph dan Tim Cook, dengan komposisi orisinal karya berbagai artis; (3) The Passion of the Christ: Songs Inspired By. Masing-masing dari kedua album pertama meraih GMA Dove Award 2005, dan soundtrack film ini juga meraih nominasi Academy Award kategori Musik Orisinal Terbaik.
Suatu musik pendahuluan digubah dan direkam oleh Lisa Gerrard dan Patrick Cassidy, namun tidak terselesaikan saat film dirilis. Jack Lenz merupakan peneliti musik utama dan termasuk salah satu komponis soundtrack film ini;[34] beberapa klip dari komposisinya diposkan secara daring.[35]
Pasca produksi
Perubahan judul
Meskipun Mel Gibson berkeinginan untuk menyebut filmnya The Passion, pada tanggal 16 Oktober 2003 juru bicaranya mengumumkan bahwa judul yang digunakan di Amerika Serikat akan menjadi The Passion of Christ karena Miramax Films telah mendaftarkan judul The Passion dengan MPPA untuk novel tahun 1987 karya Jeanette Winterson.[36] Belakangan judulnya diganti lagi menjadi The Passion of the Christ untuk semua pasar.
Distribusi dan pemasaran
Gibson memulai produksi filmnya tanpa mengamankan pendanaan ataupun distribusi dari luar. Pada tahun 2002, ia menjelaskan mengapai ia tidak dapat memperoleh dukungan dari studio-studio Hollywood: "Ini adalah sebuah film tentang sesuatu yang tak seorang pun ingin menyentuhnya, difilmkan dalam dua bahasa mati. Di Los Angeles mereka pikir saya gila, dan mungkin demikian."[37] Gibson dan perusahaan Icon Productions miliknya merupakan satu-satunya dukungan untuk film ini, menghabiskan sekitar $30 juta untuk biaya produksi dan sekitar $15 juta untuk pemasarannya.[38] Setelah tuduhan-tuduhan awal terkait antisemitisme, sulit bagi Gibson untuk mendapatkan suatu perusahaan distribusi Amerika Serikat. 20th Century Fox memiliki kesempatan pertama untuk mendistribusikan film ini dan, menanggapi protes publik, kemudian melewatkan kesempatan itu.[39] Untuk menghindari penolakan film ini dari studio lain dan menghindari distributornya menerima kritikan publik yang intens sebagaimana telah ia terima, sehingga berpotensi menjadi tontonan khalayak ramai, Gibson memutuskan untuk mendistibusikan sendiri film ini di Amerika Serikat, dengan Newmarket Films.[40]
Gibson meninggalkan formula pemasaran film yang biasa digunakan. Ia menggunakan suatu kampanye iklan telvisi skala kecil tanpa acara-acara yang berkaitan dengan pers.[41] The Passion of the Christ dipromosikan secara besar-besaran oleh banyak kelompok gereja, baik di dalam organisasi mereka maupun kepada publik.[42] Gereja Metodis menyatakan bahwa banyak anggotanya, sama seperti umat Kristen lainnya, merasa kalau film ini merupakan salah satu cara yang baik untuk melakukan pewartaan.[43] Akibatnya banyak jemaat yang ambil bagian di bioskop-bioskop, beberapa di antaranya menyiapkan meja untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan melakukan pelayanan doa.[43] John Tanner, seorang pastor Gereja Metodis dari Hampton Cove, Alabama, mengatakan: "Mereka merasa film ini menyajikan suatu kesempatan unik untuk berbagi Kekristenan dengan cara yang dengannya masyarakat publik dapat mengidentifikasinya."[43]
Dukungan kalangan Evangelikal
The Passion of the Christ memperoleh dukungan kuat dari komunitas Evangelikal atau Injili di Amerika Serikat.[44] Sebelum film ini dirilis, Gibson secara aktif melakukan pendekatan kepada para pemimpin komunitas tersebut untuk mendapatkan dukungan dan masukan dari mereka.[45] Dengan bantuan mereka, Gibson mengorganisir dan menghadiri serangkaian penayangan prarilis bagi para pemirsa Evangelikal, membahas pembuatan film ini dan keyakinan personalnya.
Sekuel
Pada bulan Juni 2016 diumumkan bahwa Mel Gibson akan membuat sekuel The Passion of The Christ yang berfokus pada kebangkitan Yesus Kristus.[46]
Lihat pula
- Film persidangan
- Jalan Salib
- Kisah Sengsara
- Paskah
- "The Passion of the Jew" (episode South Park)
- Yesus dalam karya seni
Referensi
- ^ "The Passion of the Christ (18)". British Board of Film Classification. February 18, 2004. Diakses tanggal June 2, 2013.
- ^ "The Passion – Recut (15)". British Board of Film Classification. February 25, 2005. Diakses tanggal June 2, 2013.
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaBOM
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamanoonan
- ^ a b Father John O'Malley A Movie, a Mystic, a Spiritual Tradition America, March 15, 2004 [1]
- ^ a b c Jesus and Mel Gibson's The Passion of the Christ by Kathleen E. Corley, Robert Leslie Webb. 2004. ISBN 0-8264-7781-X. pages 160–161.
- ^ a b c Mel Gibson's Passion and philosophy by Jorge J. E. Gracia. 2004. ISBN 0-8126-9571-2. page 145.
- ^ a b Movies in American History: An Encyclopedia edited by Philip C. Dimare. 2011. ISBN 1-59884-296-X. page 909.
- ^ "The Jesuit Scholar Who Translated 'The Passion'". www.rense.com. Diakses tanggal 2015-12-12.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaEW
- ^ "The Passion of the Christ Movie Reviews, Pictures – Rotten Tomatoes". Rotten Tomatoes. Diakses tanggal 2008-07-16.
- ^ "Passion of the Christ, The (2004): Reviews". Metacritic. Diakses tanggal 2008-07-16.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaRoger
- ^ "All Time Worldwide Box Office Grosses". Box Office Mojo. Diakses tanggal 2011-02-02.
- ^ O'Neill, Eddie (February 2, 2014). "'The Passion of the Christ', a Decade Later". National Catholic Register. Diakses tanggal July 31, 2014.
- ^ The Holy Bible, Book of Revelation 21:5.
- ^ The Holy Bible, Book of Isaiah 53:5.
- ^ The Holy Bible, Book of Genesis 3:15.
- ^ Cooney Carrillo, Jenny (February 26, 2004). "The Passion of Mel". Urbancinefile.
- ^ Abramowitz, Rachel (March 7, 2004). "Along came Mary; Mel Gibson was sold on Maia Morgenstern for 'Passion' at first sight". Los Angeles Times.
- ^ Movies in American History: An Encyclopedia edited by Philip C. DiMare 2011 ISBN 1-59884-296-X page 909
- ^ a b Emmerich, Anne Catherine, and Clemens Brentano. The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ. Anvil Publishers, Georgia, 2005 pages 49–56
- ^ John Thavis, Catholic News Service February 4, 2004: "Vatican confirms papal plans to beatify nun who inspired Gibson film" [2]
- ^ John Thavis, Catholic News Service October 4, 2004: "Pope beatifies five, including German nun who inspired Gibson film" [3]
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamadolorous
- ^ Moring, Mark (March 1, 2004). "What's Up With the Ugly Baby?". Christianity Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 9, 2008. Diakses tanggal 2008-08-20.
- ^ "Mel Gibson's Great Passion". Zenit. March 6, 2003.
- ^ 'Msgr. Charles Pope' "A Hidden, Mysterious, and Much Debated Word in the Our Father".
- ^ "Translating the passion". Language Hat. March 8, 2004.
- ^ Reeves, Tony (February 2, 2012). "The Passion of the Christ film locations". The Worldwide Guide To Movie Locations. Diakses tanggal February 18, 2012.
- ^ Susman, Gary (October 24, 2003). "Charged Performance". Entertainment Weekly. Diakses tanggal March 31, 2013.
- ^ Ross, Scott. "Behind the Scenes of 'The Passion' with Jim Caviezel". Diakses tanggal March 31, 2013.
- ^ "Jesus actor struck by lightning". BBC News. October 23, 2003. Diakses tanggal April 14, 2013.
- ^ "Jack Lenz Bio". JackLenz.com.
- ^ "Clips of Musical Compositions by Jack Lenz". JackLenz.com.
- ^ Susman, Gary (October 16, 2004). "Napoleon Branding". "Entertainment Weekly". Diakses tanggal 2008-08-16.
- ^ Nick Vivarelli (September 23, 2002). "Gibson To Direct Christ Tale With Caviezel As Star". The Hollywood Reporter. Diakses tanggal 2008-10-20.
- ^ Patsuris, Penelope (March 3, 2004). "What Mel's Passion Will Earn Him". Forbes.com.
- ^ "Fox passes on Gibson's 'The Passion'". Los Angeles Times. October 22, 2004. Diakses tanggal 2008-08-30.
- ^ Horn, John (October 22, 2004). "Gibson to Market 'Christ' on His Own, Sources Say". Los Angeles Times. Diakses tanggal 2008-10-20.
- ^ Cobb, Jerry (February 25, 2004). "Marketing 'The Passion of the Christ'". MSNBC.com.
- ^ Maresco, Peter A. (Fall 2004). "Mel Gibson's The Passion of the Christ: Market Segmentation, Mass Marketing and Promotion, and the Internet". Journal of Religion and Popular Culture.
- ^ a b c "Many churches look to 'Passion' as evangelism tool". United Methodist Church. Diakses tanggal 2009-06-07.
- ^ Pauley, John L.; King, Amy (2013). Robert H. Woods, ed. Evangelical Christians and Popular Culture. 1. Westport: Praeger Publishing. hlm. 36–51. ISBN 978-0313386541.
- ^ Pawley, p. 38.
- ^ Mel Gibson is working on a ‘Passion of the Christ’ sequel
Pranala luar
- The Passion of the Christ di IMDb (dalam bahasa Inggris)
- (Inggris) The Passion of the Christ di Box Office Mojo
- The Passion of the Christ di Rotten Tomatoes (dalam bahasa Inggris)
- (Inggris) The Passion of the Christ di Metacritic
- Artikel film Juli 2016
- Film 20th Century Fox
- Film Amerika Serikat tahun 2004
- Film berbahasa Ibrani
- Film berbahasa Latin
- Film berdasarkan Injil
- Film biografi tentang Yesus
- Film Icon Productions
- Film Katolik
- Film drama Amerika Serikat
- Film epik Amerika Serikat
- Film yang disutradarai oleh Mel Gibson
- Karya seni Kisah Sengsara
- Penggambaran Perawan Maria dalam film
- Penggambaran wafat dan kebangkitan Yesus dalam film