Sam Ratulangi
Sam Ratulangi | |
---|---|
[[Gubernur Sulawesi]] 1 | |
Masa jabatan 2 September 1945 – 30 Juni 1949 | |
Presiden | Soekarno |
Pendahulu Jabatan baru | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi 5 November 1890 Tondano, Minahasa, Hindia Belanda |
Meninggal | 30 Juni 1949 Jakarta, Indonesia | (umur 58)
Makam | Tondano, Sulawesi Utara, Hindia Belanda |
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | Suzanne Houtman & Maria Tambayong |
Hubungan | Rima Melati keponakan |
Anak | Cornelis (Oddy) Ratoelangie Emily (Zus) Ratoelangie Milly Ratoelangie Lany Ratoelangie Uky Ratoelangie |
Orang tua | Jozias Ratulangi (ayah) & Augustina Gerungan (ibu) |
Alma mater | Vrije Universiteit, Amsterdam |
Pekerjaan | Politikus Guru Wartawan |
Sunting kotak info • L • B |
Dr. Gerungan Saul Samuel Jozias Ratulangi (5 November 1890 – 30 Juni 1949), atau lebih dikenal dengan nama Sam Ratulangi, adaalah seorang politikus, jurnalis, dan guru dari Sulawesi Utara, Indonesia. Ia adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Sam Ratulangi juga sering disebut-sebut sebagai tokoh multidimensional. Ia dikenal dengan filsafatnya: "Si tou timou tumou tou" yang artinya: manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia. Namanya dipakai oleh sebuah bandara di Manado, Bandara Sam Ratulangi.
Biografi
Masa muda
Sam Ratulangi lahir di Tondano yang pada saat itu merupakan bagian dari Hindia Belanda. Ia adalah putra dari Jozias Ratulangi dan Augustina Gerungan. Sam Ratulangi mengawali pendidikannya di Sekolah Dasar Belanda (Europesche Lagere School) di Tondano, lalu ia melanjutkannya di Hoofden School (Sekolah Raja:setingkat SMA), Tondano dan menyelesaikan Sekolah Teknik Koninginlijke Wilhelmina School (saat ini bernama SMK Negeri 1 Jakarta Budi Utomo) bagian mesin, Jakarta pada tahun 1908. Pada tahun 1915, Sam Ratulangi berhasil memperoleh ijazah guru ilmu pasti (Middelbare Acte Wiskunde en Paedagogiek) di Universitas Amsterdam (Universiteit van Amsterdam), Belanda. Pada tahun yang sama, ia melanjutkan studi ke Swiss dan mendapat gelar Doktor der Natur-Philosophie (Dr. Phil.) untuk Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di Universitas Zürich tahun 1919.[1][2]
Sekembalinya dari Eropa, ia pindah ke Yogyakarta untuk mengajar sains di sekolah menengah, dan kemudian pindah ke Bandung untuk mendirikan perusahaan asuransi Assurantie Maatschappij Indonesia - contoh pertama yang diketahui dari kata "Indonesia" yang digunakan dalam dokumen resmi. Dia telah memimpin beberapa asosiasi pelajar Indonesia di Eropa, dan pada tahun 1924 diangkat sebagai sekretaris Dewan Mahasiswa Minahasa. Dia menggunakan posisi ini untuk melobi untuk lebih banyak hak dan secara luas dikreditkan dengan membuat pemerintah kolonial menghapuskan kerja paksa (atau Herendiensten) di Minahasa.
Karir politik
Setelah ia diangkat ke Volksraad (parlemen Hindia Belanda) pada tahun 1927, ia terus mengusik hak yang sama dan merupakan salah satu anggota pendiri Vereniging van Indonesische Academici pada tahun 1932. Ia melanjutkan melayani di Volksraad hingga 1937, ketika dia ditangkap dan dipenjara selama beberapa bulan karena keterlibatan politiknya yang semakin meningkat. Dia kemudian menjadi editor Nationale Commentaren, majalah berita dan isu berbahasa Belanda.
Pada bulan Juni 1937, bukunya Indonesia di den Pacific (Indonesia di Pasifik) diterbitkan. Buku itu dianggap visioner" dalam isinya, di mana Sam Ratulangi memperingatkan terhadap militerisasi Jepang dan meramalkan kemungkinan bahwa Jepang mungkin menyerang kepulauan Indonesia karena sumber daya alamnya yang tidak dimiliki Jepang. Dia menggambarkan peran utama bahwa Indonesia dan negara-negara lain di Asia Tenggara di sekitar Lingkar Pasifik dapat bermain - Samudera Pasifik bisa menyamai pentingnya Atlantik.
Pengasingan dan kematian
Pada awal Agustus 1945, ia diangkat sebagai salah satu anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dan setelah proklamasi kemerdekaan sepihak Sukarno pada 17 Agustus, ia diangkat sebagai gubernur Sulawesi pada 22 Agustus. Ia lalu ditangkap oleh Belanda pada tanggal 5 April 1946 untuk pengkhianatan tingkat tinggi, ia diasingkan selama tiga tahun ke Serui di Pulau Yapen, Papua Barat. Ia lalu dibebaskan sebentar pada 23 Maret 1948 dan dibawa ke Yogyakarta, dia ditangkap kembali di sana pada tanggal 25 Desember 1948. Namun karena kesehatannya yang memburuk, dia dibebaskan di Jakarta pada bulan Februari 1949 di mana dia meninggal pada 30 Juni. Dia dimakamkan di Tondano, tempat kelahirannya.
Pahlawan nasional
Pada bulan Agustus 1961, Sam Ratulangi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia oleh Sukarno. Bandara Sam Ratulangi di Manado, Jl. Sam Ratulangi, dan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) semuanya dinamai setelah Ratulangi. Ia juga digambarkan pada uang Rp20.000
Referensi
- ^ Gamal Komandoko (2006). Kisah 124 pahlawan & pejuang Nusantara. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. ISBN 9789796610907.
- ^ DR. GSSJ.Ratulangi dan Yayasan KRIS. Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. 1978.
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Jabatan baru | Gubernur Sulawesi 1945–1949 |
Diteruskan oleh: Bernard Wilhelm Lapian |