Rahmat Effendi
Rahmat Effendi | |
---|---|
Wali Kota Bekasi ke-4 | |
Masa jabatan 20 September 2018 – 6 Januari 2022 | |
Presiden | Joko Widodo |
Gubernur | Ridwan Kamil |
Wakil | Tri Adhianto Tjahyono |
Pendahulu Toto Mohamad Toha (Pj.) | |
Masa jabatan 3 Mei 2012 – 10 Maret 2018 (Pelaksana Tugas sejak 26 April 2011) | |
Presiden | Susilo Bambang Yudhoyono Joko Widodo |
Gubernur | Ahmad Heryawan |
Wakil | Ahmad Syaikhu |
Pendahulu Mochtar Mohamad Pengganti Ruddy Gandakusumah (Pj.) | |
Wakil Wali Kota Bekasi ke-2 | |
Masa jabatan 10 Maret 2008 – 3 Mei 2012 | |
Gubernur | Danny Setiawan Ahmad Heryawan |
Pendahulu Mochtar Mohamad | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 3 Februari 1964 Bekasi, Jawa Barat |
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | Golkar |
Suami/istri | Gunarti Rahmat Effendi |
Anak | Ade Puspitasari Rhamdan Aditya Irene Pusbandari Reynaldi Aditama Rizki |
Profesi | Politisi |
Sunting kotak info • L • B |
Dr. H. Rahmat Effendi (dikenal dengan panggilan Bang Pepen; lahir 3 Februari 1964) adalah Wali Kota Bekasi yang menjabat sejak 3 Mei 2012 menggantikan Mochtar Mohamad yang tersandung masalah korupsi. Ia lalu terpilih kembali dalam pilkada dan menjadi wali kota periode 2013 – 2018, dan periode 2018–2022. Pada 5 Januari 2022, Dr. H. Rahmat Effendi ditangkap oleh KPK dalam operasi tangkap tangan KPK (OTT KPK)[1]. Selain Rahmat Effendi, terdapat 13 orang lainnya yang diamankan di OTT KPK ini. Satu hari setelah penangkapan, KPK akhirnya menetapkan Rahmat Effendi dan 8 orang lainnya sebagai tersangka kasus korupsi PBJ dan lelang jabatan.[2]
Riwayat Hidup
Riwayat pendidikan
- SD Negeri Pekayon Tahun 1979
- SMP Negeri 2 Kota Bekasi Tahun 1982
- SMA Negeri 52 Jakarta Tahun 1985
- Sarjana S1 (STIA Bagasasi) Tahun 2000
- Sarjana S2 (STIA Bagasasi) Tahun 2006
- Sarjana S3 (Universitas Pasundan) Tahun 2010
Karier
Rahmat pernah bekerja sebagai asisten pergudangan dan supervisor logistik di PT. Halliburton Indonesia. Ia juga merupakan Direktur PT. Rampita Aditama Rizki. Ia pernah menjadi Anggota DPRD Kota Bekasi 1999–2004 dan Ketua DPRD Kota Bekasi 2004–2008. Ia juga pernah menduduki beberapa jabatan seperti Ketua LKMD Pekayon Jaya, Ketua PK Golkar Bekasi Selatan, Ketua DDP MKGR Kota Bekasi, Ketua DPD AMPI Kota Bekasi, Wakil Sekjen DPD MKGR, Pengurus KONI Kota Bekasi, Ketua Perbasi Kota Bekasi, Pengurus Daerah PSSI Jawa Barat, Anggota RAPI Kota Bekasi, Penasehat ORARI Kota Bekasi (Yg1bks), Dewan Penasehat Pekat Indonesia Bersatu Bekasi.[3]
Wali Kota Bekasi
Rahmat sudah menjadi pelaksana tugas (Plt) wali kota sejak 2011 dan kemudian dilantik menjadi wali kota defintif pada 3 Mei 2012 karena Mochtar Mohammad (wali kota sebelumnya) mendapat kekuatan hukum tetap dari Mahkamah Agung dengan dinyatakan bersalah dan dikenakan hukuman penjara selama enam tahun. Dan penghentian Mochtar sebagai wali kota Bekasi berdasarkan SK Mendagri Nomor: 131.32.329 tahun 2012 tanggal 5 April 2012. Pelantikannya dilakukan di Gedung DPRD Kota Bekasi dan dipimpin oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Selain dihadiri oleh seluruh jajaran Muspida dan anggota DPRD Kota Bekasi, akan hadir juga pejabat tinggi Partai Golkar, yakni Ketua Umum Aburizal Bakrie dan Sekjen Golkar Idrus Marham.[4]
Pada Pilkada tahun 2013, Rahmad Effendi yang maju bersama Akhmad Syaikhu berhasil menang satu putaran dengan perolehan 43 persen, mengalahkan pasangan nomor urut 3 yakni Dadang Mulyadi dan Lukman Hakim yang memperoleh suara 22,9 persen. Sedangkan diposisi ketiga ditempati oleh pasangan nomor urut 2, yakni Sumiyati dan Anim Imamuddin dengan suara 18 persen. Posisi ke 4 ditempati oleh pasangan nomor urut 5, yakni Awing Asmawi dan Andi Zabidi dengan perolehan suara 10,8 persen. Dan yang terakhir diposisi kelima, ditempati oleh pasangan nomor urut 1 yakni Shalih Mangara Sitompul dan Anwar Anshori dengan perolehan suara 5,3 persen.[5]
Usulan Jakarta Tenggara
Pada Agustus 2019, Rahmat Effendi mencetuskan ide penggabungan Bekasi ke dalam wilayah Provinsi DKI Jakarta, sehingga Bekasi berubah nama menjadi Jakarta Tenggara.[6] Usulan tersebut dikeluarkan atas alasan bahwa Bekasi dianggap tak terurus selama masuk provinsi Jawa Barat[7] dan karena anggaran Jakarta mencapai Rp 86 triliun dibandingkan dengan anggaran yang didapatkan saat ini yang sejumlah 6 sampai 7 triliun rupiah, sementara yang dibutuhkan adalah 12 sampai 15 triliun rupiah.[8]
Rahmat Effendi juga menyebut bahwa warga di Bekasi merupakan "medok Betawi" atau lebih kental unsur budaya Betawi dibandingkan Sunda di Jawa Barat.[9] Kepala Pusat Penerangan Kemendagri Bahtiar menyampaikan wacana penggabungan Kota Bekasi menjadi Jakarta Tenggara bisa menelan biaya hingga Rp 500 miliar.[10]
Referensi
- ^ Aji, M Rosseno (5 Januari 2022). "Breaking News: OTT KPK, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi Ditangkap". Tempo.Co. Diakses tanggal 6 Januari 2022.
- ^ Konferensi Pers Kegiatan Tangkap Tangan Walikota Bekasi, diakses tanggal 2022-01-06
- ^ Sekilas Tentang Dr. H. Rahmat Effendi di bekasikota.go.id
- ^ Besok, Rahmat Effendi Akan Dilantik Jadi Wali kota Bekasi
- ^ Hasil Pilkada Kota Bekasi, Rahmat Effendi Menang 1 Putaran
- ^ Wuragil, Zacharias (16 Agustus 2019). "Wali Kota Bekasi Ungkap Gagasan Menjadi Jakarta Tenggara". Tempo. Diakses tanggal 27 Agustus 2019.
- ^ Arjanto, Dwi (19 Agustus 2019). "Kota Bekasi Jadi Jakarta Tenggara? Netizen: Ikut Jabar Tak Diurus". Tempo. Diakses tanggal 27 Agustus 2019.
- ^ "Wakil Wali Kota Beberkan Sederet Keuntungan Jika Bekasi Gabung DKI Jakarta". Tribun Jakarta. Diakses tanggal 27 Agustus 2019.
- ^ "Pilih Gabung Jadi Jakarta Tenggara Dibanding Bogor Raya, Wali Kota Bekasi: Kita ini Betawi Medok". 21 Agustus 2019. Diakses tanggal 27 Agustus 2019.
- ^ "Pemekaran Bekasi Jadi Jakarta Tenggara Bisa Menelan Rp500 M". CNN Indonesia. 21 Agustus 2019. Diakses tanggal 27 Agustus 2019.
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Mochtar Muhammad |
Wali Kota Bekasi 2011 - 2022 Bersama dengan: Ahmad Syaikhu Tri Adhianto Tjahyono |
Diteruskan oleh: Tri Adhianto Tjahyono |
| ||
Kecamatan | ||
Lihat juga: Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Bekasi |