Lompat ke isi

Genosida Armenia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 Agustus 2022 08.20 oleh SyAzizi (bicara | kontrib) (Menambah Kategori:Genosida Armenia menggunakan HotCat)
Genosida Armenia
Bagian dari Penyiksaan bangsa Armenia
Warga sipil Armenia, yang diiringi oleh tentara bersenjata Utsmaniyah, sedang digiring melalui Harput (Kharpert), menuju penjara di Mezireh (kini Elâzığ), April 1915
LokasiKesultanan Utsmaniyah
Tanggal1915[note 1]
SasaranPenduduk Armenia
Jenis serangan
Deportasi, pembunuhan massal
Korban tewas
1,5 juta[note 2]

Genosida Armenia[7] (bahasa Armenia: Հայոց Ցեղասպանություն Hayots’ Ts’yeghaspanut’yun), dikenal pula sebagai Pembantaian Armenia dan oleh bangsa Armenia disebut Kejahatan Besar (bahasa Armenia: Մեծ Եղեռն Mets Yegherrn),[8][9] adalah pemusnahan sistematik oleh Utsmaniyah terhadap penduduk minoritas Armenia di tanah air historis mereka di kawasan yang kini menjadi Republik Turki. Peristiwa ini terjadi selama dan setelah Perang Dunia I dan dilaksanakan dalam dua tahap: pembunuhan besar-besaran penduduk pria dewasa melalui pembantaian dan kerja paksa, dan deportasi perempuan, anak-anak, dan orang tua dan orang sakit pada perjalanan maut ke Gurun Suriah.[10][11] Jumlah korban yang tewas akibat peristiwa ini diperkirakan antara 1 hingga 1,5 juta. Kelompok etnis penduduk asli dan Kristen lainnya seperti bangsa Assyria, Yunani dan kelompok-kelompok minoritas lainnya juga menjadi sasaran pembantaian oleh pemerintah Utsmaniyah, dan perlakukan terhadap mereka oleh banyak sejarawan dianggap sebagai bagian dari kebijakan genosida yang sama.[12][13][14]

Turki sampai sekarang masih menyangkal adanya pembantaian atau genosida. Namun mereka mengakui bahwa memang terjadi kematian secara besar-besaran yang terjadi karena peperangan dan hal-hal yang bersangkutan seperti wabah penyakit dan kelaparan. Namun hal ini tidak terjadi secara sistematis.[15]

Namun sebagian besar ilmuwan dari negara Barat dan Rusia menyatakan bahwa sebuah genosida pernah terjadi dan hal ini dilaksanakan secara sistematis oleh kaum Turki Muda. Sampai saat ini ada 22 negara yang mengakui adanya genosida ini, Uruguay adalah yang pertama mengakuinya pada tahun 1965.[16]

Latar belakang

Orang Armenia di Kesultanan Utsmaniyah

Peta yang menunjukkan persebaran populasi Armenia, diterbitkan tahun 1896

Keberadaan orang Armenia di Anatolia telah tercatat oleh sejarah semenjak abad ke-6 SM, lebih dari satu milenium sebelum invasi orang Turk.[17][18] Kerajaan Armenia menjadikan agama Kristen sebagai agama negara pada abad ke-4 M dan mendirikan Gereja Apostolik Armenia.[19] Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi Timur pada tahun 1453, terdapat dua negara Islam yang saling memperebutkan kawasan Armenia Barat, yaitu Kesultanan Utsmaniyah dan Dinasti Safawiyah Iran. Wilayah Armenia Barat kemudian dipisahkan secara permanen dari Armenia Timur (yang dikendalikan oleh Dinasi Safawiyah) sesuai dengan ketentuan Perjanjian Zuhab tahun 1639.[20] Kesultanan Utsmaniyah sendiri merupakan negeri dengan keanekaragaman etnis dan agama.[21] Walaupun sistem milet memberikan perlindungan terhadap kaum non-Muslim, kedudukan mereka tidak setara dengan umat Muslim.[22] Syariat Islam memberikan berbagai hak dan keistimewaan kepada kaum Muslim, tetapi juga menjamin hak atas harta benda dan kebebasan beribadah kepada kelompok non-Muslim yang disebut dhimmi asalkan mereka membayar jizyah.[23]

Pada permulaan Perang Dunia I, terdapat sekitar dua juta orang Armenia yang tinggal di Anatolia, sementara jumlah penduduk kawasan tersebut secara keseluruhan berkisar 15–17,5 juta.[24] Menurut perkiraan Kebatrikan Armenia untuk tahun 1913–1914, terdapat 2.925 kota dan desa Armenia di Kesultanan Utsmaniyah, dengan 2.084 dari antaranya berada di Dataran Tinggi Armenia di vilayet (provinsi) Bitlis, Diyarbekir, Erzerum, Harput, dan Van.[25] Orang Armenia merupakan golongan minoritas di sebagian besar wilayah yang mereka tinggali, dan mereka hidup berdampingan dengan orang Turki, Kurdi, dan Kristen Ortodoks Yunani.[24][25] Menurut perkiraan Kebatrikan Armenia, 215.131 orang Armenia hidup di kawasan perkotaan, khususnya di Konstantinopel, Smirna, dan Trakia Timur.[25] Meskipun sebagian besar orang Armenia Utsmaniyah adalah rakyat jelata yang bermata pencaharian sebagai petani, mereka menguasai sektor perdagangan. Sebagai minoritas perantara, beberapa orang Armenia menikmati kekayaan, tetapi kekuatan politik mereka terbilang rendah, sehingga orang Armenia merupakan kelompok yang rentan.[26]

Konflik dan reformasi lahan

"Penjarahan di sebuah desa Armenia oleh kelompok Kurdi", pada tahun 1898 atau 1899

Orang-orang Armenia di provinsi-provinsi timur Kesultanan Utsmaniyah tinggal dalam suatu masyarakat semi-feodal dan umumnya menjadi korban kerja paksa, pemungutan pajak ilegal, dan kejahatan-kejahatan yang pada akhirnya tidak diusut seperti perampokan, pembunuhan, dan pelecehan seksual.[27][28] Pada pertengahan abad ke-19, Pemerintah Utsmaniyah melancarkan reformasi Tanzimat, yaitu serangkaian kebijakan yang mempersamakan status orang-orang di bawah Pemerintah Utsmaniyah terlepas dari agama mereka. Namun, kebijakan ini menuai kecaman dari para ulama dan orang-orang Muslim pada umumnya. Mayoritas kebijakan ini juga tidak pernah diimplementasikan.[29][30][31] Walaupun begitu, beberapa kelompok Islamis mengemukakan bahwa dengan melakukan reformasi untuk kesetaraan, orang-orang non-Muslim akan kehilangan perlindungan yang mereka nikmati berdasarkan syariat Islam.[32] Undang-Undang Agraria Utsmaniyah tahun 1858 merugikan orang-orang Armenia dan banyak dari mereka yang diharuskan membayar pajak berganda kepada tuan tanah Kurdi dan Pemerintah Utsmaniyah.[33] Situasi yang dialami oleh rakyat jelata Armenia di provinsi-provinsi timur mengalami kemunduran sejak tahun 1860.[34]

Sejak pertengahan abad ke-19, orang-orang Armenia mengalami penyerobotan lahan sebagai akibat dari berpindahnya masyarakat Kurdi dari gaya hidup nomaden menjadi menetap. Selain itu, penyerobotan lahan tanah ini juga disebabkan oleh kedatangan pencari suaka dan imigran Muslim (terutama orang-orang Sirkasia) sebagai akibat dari Perang Rusia-Sirkasia.[35][36][37] Pada tahun 1876, ketika Sultan Abdul Hamid II naik takhta, Pemerintah Utsmaniyah mengambil lahan milik orang-orang Armenia di provinsi-provinsi timur dan memberikannya kepada imigran Muslim sebagai bagian dari kebijakan sistematis untuk mengurangi populasi Armenia di daerah ini; kebijakan ini dilaksanakan sampai masa Perang Dunia Pertama.[38][39] Situasi ini menyebabkan penurunan jumlah populasi di dataran tinggi Armenia secara signifikan; 300.000 orang Armenia meninggalkan Kesultanan Utsmaniyah, sementara orang-orang Armenia lainnya pindah ke kota-kota.[40][41] Sebagian orang-orang Armenia bergabung dengan partai politik revolusioner; salah satu yang paling berpengaruh ialah Federasi Revolusi Armenia (ARF) yang didirikan pada tahun 1890. Partai-partai ini pada pokoknya bertujuan untuk melakukan reformasi, tetapi hanya memperoleh sedikit dukungan dari orang-orang Armenia di Kesultanan Utsmaniyah.[42]

Seusai kekalahannya dalam perang melawan Rusia pada tahun 1877-1878, Kesultanan Utsmaniyah terpaksa melepaskan sebagian wilayahnya di Anatolia Timur dan Balkan, sementara wilayah Siprus juga direlakan kepada Britania sebagai ganti atas jaminan perlindungan dari serangan Rusia.[43] Kemudian, akibat tekanan internasional dari Kongres Berlin yang diselenggarakan pada tahun 1878, Pemerintah Utsmaniyah menyatakan kesediaannya untuk melakukan reformasi dan menjamin keselamatan orang-orang Armenia. Namun, tidak ada mekanisme untuk menjamin penegakan komitmen ini,[44] dan situasi orang Armenia terus memburuk.[45][46] Kongres Berlin menandai munculnya permasalahan Armenia dalam diplomasi internasional karena isu mengenai orang-orang Armenia untuk pertama kalinya dijadikan dalih oleh negara-negara besar Eropa untuk melakukan intervensi politik terhadap Kesultanan Utsmaniyah.[47] Meskipun orang-orang Armenia telah dianggap sebagai komunitas yang setia (tidak seperti orang-orang Yunani dan kelompok lainnya yang pernah memberontak), Pemerintah Utsmaniyah mulai menganggap orang-orang Armenia sebagai ancaman setelah tahun 1878.[48] Pada tahun 1891, Abdul Hamid membentuk resimen Hamidiye yang berasal dari kelompok Kurdi, dan resimen ini diperbolehkan melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap orang-orang Armenia.[49][45] Dari tahun 1895 sampai 1896, terjadi pembantaian besar-besaran di Kesultanan Utsmaniyah; setidaknya 100.000 orang Armenia dibunuh[50][51] oleh tentara-tentara Utsmaniyah dan massa yang dibiarkan oleh aparat.[52] Banyak desa di Armenia yang dipaksa masuk Islam.[40] Pemerintah Utsmaniyah bertanggung jawab penuh atas pembantaian itu,[53][54] dengan tujuan untuk mengembalikan tatanan sosial sebelumnya (yaitu ketika orang-orang Kristen tidak mempertanyakan supremasi orang-orang Muslim)[55][56] serta untuk memaksa orang Armenia pindah dan mengurangi jumlah mereka.[57]

Revolusi Turki Muda

Kekuasaan Abdul Hamid yang sewenang-wenang memicu pembentukan kelompok oposisi yang disebut golongan Turki Muda. Mereka berupaya menjatuhkan Abdul Hamid dan mengembalikan Undang-Undang Dasar Kesultanan Utsmaniyah tahun 1876 , yang sebelumnya telah ditanggukan sang Sultan pada tahun 1877.[58] Salah satu faksi di golongan Turki Muda adalah Komite Persatuan dan Kemajuan (CUP) yang bersifat rahasia dan revolusioner. Faksi ini berbasis di Salonica (kini Thessaloniki, Yunani), dan Mehmed Talaat (kelak disebut Talaat Pasha) berperan sebagai pemimpinnya.[59] Walaupun merasa ragu dengan bangkitnya nasionalisme Turki yang bersifat eksklisif di dalam golongan Turki Muda, ARF memutuskan untuk bersekutu dengan CUP pada Desember 1907.[60][61] Pada tahun 1908, CUP melancarkan Revolusi Turki Muda dan berhasil merebut kekuasaan. Revolusi ini dimulai dengan serangkaian pembunuhan terhadap pejabat-pejabat di kawasan Makedonia.[62][63] Abdul Hamid terpaksa mengembalikan Undang-Undang Dasar tahun 1876 dan membentuk kembali parlemen, dan hal ini didukung oleh orang-orang Utsmaniyah dari berbagai suku dan agama.[64][65] Setelah tahun 1908, keamanan di provinsi-provinsi timur membaik,[66] tetapi CUP tidak mengembalikan lahan-lahan orang Armenia yang telah diserobot pada dasawarsa-dasawarsa sebelumnya.[67]

Kawasan orang Armenia di kota Adana setelah berlangsungnya pembantaian tahun 1909

Pada awal tahun 1909, kelompok konservatif dan beberapa orang liberal melancarkan upaya kudeta balasan pada tahun 1909, karena mereka menentang pemerintahan CUP yang semakin menindas, tetapi upaya ini mengalami kegagalan.[68] Saat kabar mengenai kudeta balasan mencapai kota Adana, kelompok Muslim bersenjata menyerang daerah orang Armenia, dan orang Armenia kemudian membalasnya. Tentara Utsmaniyah tidak melindungi oleh orang Armenia dan malah mempersenjatai para perusuh.[69] Sekitar 20.000 hingga 25.000 orang Armenia dibantai di Adana dan kota-kota sekitar.[70] Tidak seperti pembantaian tahun 1890-an, peristiwa ini tidak didalangi oleh pemerintah pusat, tetapi dipicu oleh pejabat setempat, cendekiawan, dan ulama, termasuk pendukung CUP di Adana.[71] Meskipun para pelaku pembantaian ini tidak pernah dihukum, ARF terus berharap bahwa akan dilancarkan reformasi yang akan meningkatkan keamanan dan mengembalikan lahan. Akhirnya, pada akhir tahun 1912, ARF memutus hubungan dengan CUP dan meminta bantuan negara-negara Eropa.[72][73][74] Pada 8 Februari 1914, CUP mau tidak mau harus menyetujui reformasi Armenia 1914 yang diprakarsai oleh komunitas internasional dan dimediasi oleh Kekaisaran Jerman. Menurut kebijakan ini, dua inspektur Eropa akan diangkat untuk seluruh kawasan timur Utsmaniyah, sementara rezimen Hamidiye akan dicadangkan. Reformasi ini pada akhirnya tidak pernah diwujudkan akibat meletusnya Perang Dunia I. Para pemimpin CUP sendiri merasa khawatir bahwa apabila kebijakan tersebut dilaksanakan, wilayah Utsmaniyah akan terpecah. Mereka bahkan menjadikan reformasi ini sebagai salah satu alasan untuk membinasakan orang Armenia pada tahun 1915.[75][76][77]

Peperangan Balkan

Sejumlah penyamun Muslim (yang disebut Çetes) mempertunjukkan hasil jarahan mereka di Phocaea (kini dikenal dengan nama Foça di Turki) pada tanggal 13 Juni 1914. Di latar belakang terdapat sejumlah pencari suaka Yunani dan gedung-gedung yang terbakar.

Perang Balkan Pertama pada tahun 1912 mengakibatkan lepasnya hampir keseluruhan wilayah Kesultanan Utsmaniyah di Eropa[78] serta pengusiran orang-orang Muslim dari daerah Balkan.[79] Masyarakat Muslim di Kesultanan Utsmaniyah tersulut oleh kekejaman yang dilakukan terhadap orang-orang Muslim Balkan. Hal ini memperkuat sentimen anti-Kristen dan menimbulkan keinginan untuk membalas dendam.[80][81] Orang-orang Kristen dijadikan kambing hitam atas kekalahan tersebut, termasuk orang-orang Armenia yang turut berjuang di pihak Kesultanan Utsmaniyah.[82] Perang Balkan mengakhiri kebijakan Otomanisme yang berupaya mewujudkan pluralisme dan kehidupan bersama,[83] malahan CUP berubah menjadi gerakan radikal nasionalis Turki yang berupaya mempertahankan Kesultanan Utsmaniyah.[84] Para pemimpin CUP seperti Talaat dan Enver Pasha menyalahkan populasi non-Muslim yang tinggal di kawasan-kawasan strategis atas masalah-masalah yang ada di Kesultanan Utsmaniyah. Mereka bahkan menyimpulkan pada pertengahan tahun 1914 bahwa populasi non-Muslim ini adalah "tumor" yang perlu diberantas.[85] Di antara orang-orang non-Muslim ini, orang-orang Armenia dianggap yang paling berbahaya karena para pemimpin CUP mengkhawatirkan bahwa tanah air mereka di Anatolia (yang diklaim sebagai tempat perlindungan terakhir bagi bangsa Turki) akan berubah menjadi seperti Makedonia yang telah menjadi wilayah Yunani.[86][87][84]

Pada bulan Januari 1913, CUP melancarkan kudeta, membentuk sebuah negara satu partai, dan menindas semua pihak yang dianggap sebagai musuh dari dalam.[88][89] Setelah kudeta ini, CUP mengubah batas-batas kesukuan dengan memukimkan kembali orang-orang Muslim Balkan dan memaksa orang-orang Kristen untuk hengkang; para imigran dijanjikan harta benda yang sebelumnya dimiliki oleh orang-orang Kristen.[90] Ketika sebagian dari Trakia Timur diduduki kembali oleh Kesultanan Utsmaniyah dalam Perang Balkan Kedua pada pertengahan tahun 1913, terjadi penjarahan dan intimidasi terhadap orang-orang Yunani dan Armenia yang mengakibatkan mereka mengungsi.[91] Sekitar 150.000 orang Ortodoks Yunani di kawasan pesisir Aegea dideportasi secara paksa pada bulan Mei dan Juni 1914 oleh kelompok penyamun Muslim (disebut Çetes) yang diam-diam didukung oleh CUP, walaupun ada pula tentara yang ikut serta.[92][93][94] Sejarawan Matthias Bjørnlund berpendapat bahwa keyakinan mengenai keberhasilan deportasi orang Yunani mendorong para pemimpin CUP untuk merencanakan kebijakan yang lebih radikal dengan maksud untuk melakukan Turkifikasi terhadap masyarakat Utsmaniyah.[95]

Keterlibatan Utsmaniyah dalam Perang Dunia I

Peta "Pembalasan" (Turki Otoman: انتقام) yang menunjukkan wilayah yang lepas pada masa Peperangan Balkan dan sesudahnya. Wilayah-wilayah tersebut ditandai dengan warna hitam.

Beberapa hari setelah meletusnya Perang Dunia Pertama, CUP menjalin persekutuan dengan Jerman pada 2 Agustus 1914.[96] Pada bulan yang sama, para perwakilan CUP mengikuti konferensi ARF. Para perwakilan ini menuntut agar ARF mengajak orang Armenia Rusia untuk membantu Utsmaniyah apabila terjadi perang melawan Rusia. Namun, para delegasi ARF malah memutuskan bahwa orang Armenia harus membela negaranya masing-masing.[97] Selama persiapan perang, Pemerintah Utsmaniyah merekrut ribuan narapidana untuk bergabung dengan kelompok paramiliter yang disebut Organisasi Khusus,[98] yang awalnya bertujuan untuk memicu pemberontakan di kalangan Muslim Rusia sebelum Kesultanan Utsmaniyah secara resmi terjun ke dalam Perang Dunia I.[99] Pada 29 Oktober 1914, Kesultanan Utsmaniyah melakukan serangan kejutan terhadap pelabuhan-pelabuhan Rusia di Laut Hitam; serangan ini menandai dimulainya keterlibatan Utsmaniyah dalam Perang Dunia I di pihak Blok Sentral.[100] Banyak orang Armenia Rusia yang antusias dengan perang ini karena mereka berangan-angan "membebaskan Armenia Turki", tetapi orang-orang Armenia di Kesultanan Utsmaniyah cenderung ragu, karena mereka khawatir bahwa dukungan kepada Rusia akan menimbulkan pembalasan. Organisasi sukarelawan yang dibentuk oleh orang-orang Armenia Rusia (kelak juga diikuti oleh para pembelot dari orang-orang Armenia di Kesultanan Utsmaniyah) semakin meningkatkan kecurigaan Pemerintah Utsmaniyah terhadap populasi Armenia.[101]

Ketika pemerintah mengambil sumber daya dari rakyat untuk keperluan perang, pengambilan tersebut sering kali dilakukan secara korup, sewenang-wenang, dan terlalu menyasar orang-orang Yunani dan Armenia.[102] Para pemimpin Armenia mendesak para pemuda agar mereka bersedia diwamilkan, tetapi banyak tentara dari berbagai kelompok etnis dan agama yang kemudian membelot karena situasi yang sulit dan kekhawatiran atas keluarga mereka.[103] Setidaknya 10 persen dari orang-orang Armenia di Kesultanan Utsmaniyah dimobilisasi, sehingga kampung mereka kehilangan orang-orang muda; hal inilah yang kelak membuat mereka tidak dapat mengangkat senjata untuk melawan deportasi pada tahun 1915.[104][105] Ketika Utsmaniyah menyerang Rusia dan Persia, Organisasi Khusus melakukan pembantaian terhadap orang-orang Armenia dan Kristen Suryani.[106][107] Semenjak awal November 1914, para gubernur provinsi Van, Bitlis, dan Erzerum mengirimkan banyak telegram ke pemerintah pusat; telegram-telegram tersebut menuntut agar pemerintah mengambil tindakan yang lebih keras terhadap orang-orang Armenia, baik itu di tingkat daerah maupun di seluruh kesultanan.[108] Tuntutan ini berperan penting dalam memperburuk persekusi terhadap orang Armenia, walaupun persekusi ini sebenarnya sudah didukung oleh pemerintah pusat dari sebelum tahun 1915.[109] Para pegawai pemerintah yang berdarah Armenia diberhentikan dari posisi mereka pada akhir 1914 dan awal 1915.[110] Pada Februari 1915, para pemimpin CUP memutuskan untuk melucuti tentara-tentara yang berdarah Armenia dan mengirim mereka ke batalion perburuhan.[111] Para tentara Armenia ini secara sistematis dieksekusi, meskipun banyak tentara yang mempunyai keahlian tertentu yang dibiarkan hidup sampai 1916.[112]

Peta Genosida Armenia

Peta Genosida Armenia pada tahun 1915.

Posisi pemerintahan Turki

Hingga sekarang pemerintahan Turki tidak mau mengakui kejahatan tersebut dengan menyatakan bahwa jumlah korban yang jatuh lebih kecil dan mereka mati karena perang saudara bukan karena pembersihan etnis. (Selama bertahun-tahun, kebanyakan negara Barat sendiri menghindari isu ini demi menghormati Turki yang menjadi sekuler setelah pemerintahan Kemal Ataturk). Pada kenyataannya, ditutup-tutupinya pembantaian ini sendiri — baik oleh orang Turki maupun pemerintahan Barat — konon memberikan inspirasi kepada Hitler untuk membantai orang Yahudi, meskipun hal ini masih menjadi kontroversi.

Sementara itu Uni Eropa menyatakan bahwa salah satu persyaratan bagi Turki untuk masuk ke Uni Eropa ialah dengan mengakuinya genosida ini.

Di sisi lain ada semakin banyak pakar dan ilmuwan Turki yang mengakui pernah adanya genosida ini. Mereka antara lain adalah Taner Akçam, Fatma Muge Gocek, dan Halil Berktay.

Pengakuan adanya Genosida Armenia

Negara-negara dan daerah yang telah mengakui Genosida Armenia

Negara-negara berikut mengakui bahwa Genosida Armenia memang pernah terjadi secara penuh:

Sementara negara-negara yang memiliki pemerintah daerah atau organisasi lain yang mengakui Genosida Armenia adalah sebagai berikut:

Lihat pula

  • Hrant Dink, seorang wartawan Turki-Armenia yang dibunuh seorang pemuda Turki berhaluan nasionalis.
  • Orhan Pamuk, penulis Turki yang mendukung pengakuan genosida atas etnis Armenia oleh Turki.

Catatan

  1. ^ Genosida Armenia bisanya dikaitkan dengan 1915, di mana sebagian besar kekejaman terjadi. Jangka waktunya beragam dalam berbagai sumber: 1915–1916, 1915–1917, 1915–1918, 1915–1923, 1894–1915, 1894–1923
  2. ^ 1.5 juta adalah angka yang paling banyak diterima,[1][2][3] namun kisarannya antara 600.000 - 1.800,000[4][5][6]

Referensi

  1. ^ "Tsitsernakaberd Memorial Complex". Armenian Genocide Museum-Institute. Diakses tanggal 5 August 2013. 
  2. ^ Kifner, John. "Armenian Genocide of 1915: An Overview". The New York Times. Diakses tanggal 5 August 2013. 
  3. ^ "The forgotten Holocaust: The Armenian massacre that inspired Hitler". The Daily Mail. 11 October 2007. Diakses tanggal 5 August 2013. 
  4. ^ Auron, Yair (2000). The banality of indifference: Zionism & the Armenian genocide. Transaction. hlm. 44. ISBN 978-0-7658-0881-3. Diakses tanggal 26 February 2012. 
  5. ^ Encyclopedia of human rights (Google Books). Oxford University Press. 11 August 2009. hlm. 98. ISBN 978-0-19-533402-9. Diakses tanggal 26 February 2012. 
  6. ^ Chalk, Frank Robert; Jonassohn, Kurt (10 September 1990). The history and sociology of genocide: analyses and case studies. Institut montréalais des études sur le génocide. Yale University Press. hlm. 270–. ISBN 978-0-300-04446-1. Diakses tanggal 26 February 2012. 
  7. ^ Armenian Genocide (affirmation), The International Association of Genocide Scholars, That this assembly of the Association of Genocide Scholars in its conference held in Montreal, June 11–3, 1997, reaffirms that the mass murder of Armenians in Turkey in 1915 is a case of genocide which conforms to the statutes of the United Nations Convention on the Prevention and Punishment of Genocide. It further condemns the denial of the Armenian Genocide by the Turkish government and its official and unofficial agents and supporters. 
  8. ^ Chakmajian, HH (1920), "Crime", A Comprehensive Dictionary English-Armenian, Boston: Yeran, hlm. 350, Եղեռն (Yeghern) 
  9. ^ Kouyoumdjian, M (1970), "Եղեռն (yeghern)", A Comprehensive Dictionary Armenian-English, Beirut: Atlas, hlm. 312, crime 
  10. ^ Walker, Christopher J (1980), Armenia: The Survival of A Nation, London: Croom Helm, hlm. 200–3 
  11. ^ Bryce, Viscount; Bryce, James; Toynbee, Arnold (2000), Sarafian, Ara, ed., The Treatment of Armenians in the Ottoman Empire, 1915–1916: Documents Presented to Viscount Grey of Falloden (edisi ke-uncensored), Princeton, NJ: Gomidas, hlm. 635–49, ISBN 0-9535191-5-5 
  12. ^ "Resolution on genocides committed by the Ottoman empire" (PDF). International Association of Genocide Scholars. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-04-22. Diakses tanggal 2014-02-08. 
  13. ^ Gaunt, David (2006), Massacres, Resistance, Protectors: Muslim-Christian Relations in Eastern Anatolia during World War I, Piscataway, NJ: Gorgias, diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-03-17, diakses tanggal 2014-02-08 
  14. ^ Schaller, Dominik J; Zimmerer, Jürgen (2008). "Late Ottoman genocides: the dissolution of the Ottoman Empire and Young Turkish population and extermination policies – introduction". Journal of Genocide Research. 10 (1): 7–14. doi:10.1080/14623520801950820. 
  15. ^ "Q&A: Armenian 'genocide'". BBC News. 2006-10-12. Diakses tanggal 2006-12-29. 
  16. ^ "National Assembly of the Republic of Armenia - Official Web Site - parliament.am". parliament.am. 
  17. ^ Ahmed 2006, hlm. 1576.
  18. ^ Suny 2015, hlm. xiv.
  19. ^ Payaslian 2007, hlm. 34–35.
  20. ^ Payaslian 2007, hlm. 105–106.
  21. ^ Suny 2015, hlm. 11, 15.
  22. ^ Suny 2015, hlm. 12.
  23. ^ Suny 2015, hlm. 5, 7.
  24. ^ a b Suny 2015, hlm. xviii.
  25. ^ a b c Kévorkian 2011, hlm. 279.
  26. ^ Bloxham 2005, hlm. 8–9.
  27. ^ Astourian 2011, hlm. 60.
  28. ^ Suny 2015, hlm. 19.
  29. ^ Kévorkian 2011, hlm. 9.
  30. ^ Kieser 2018, hlm. 8.
  31. ^ Suny 2015, hlm. 26–27.
  32. ^ Nichanian 2015, hlm. 247.
  33. ^ Suny 2015, hlm. 19, 53.
  34. ^ Astourian 2011, hlm. 62–63.
  35. ^ Astourian 2011, hlm. 56, 60.
  36. ^ Suny 2015, hlm. 19, 21.
  37. ^ Göçek 2015, hlm. 123.
  38. ^ Astourian 2011, hlm. 62, 65.
  39. ^ Suny 2015, hlm. 55.
  40. ^ a b Kévorkian 2011, hlm. 271.
  41. ^ Suny 2015, hlm. 54–56.
  42. ^ Suny 2015, hlm. 87–88.
  43. ^ Suny 2015, hlm. 94–95, 105.
  44. ^ Suny 2015, hlm. 95–96.
  45. ^ a b Astourian 2011, hlm. 64.
  46. ^ Suny 2015, hlm. 97.
  47. ^ Suny 2015, hlm. 96.
  48. ^ Suny 2015, hlm. 48–49.
  49. ^ Kévorkian 2011, hlm. 75–76.
  50. ^ Kévorkian 2011, hlm. 11, 65.
  51. ^ Suny 2015, hlm. 129.
  52. ^ Suny 2015, hlm. 129–130.
  53. ^ Suny 2015, hlm. 130.
  54. ^ Kévorkian 2011, hlm. 11.
  55. ^ Suny 2015, hlm. 131.
  56. ^ Hovannisian 2017, hlm. 201.
  57. ^ Kévorkian 2011, hlm. 266.
  58. ^ Suny 2015, hlm. 92–93, 99, 139–140.
  59. ^ Kieser 2018, hlm. 46–47.
  60. ^ Suny 2015, hlm. 152–153.
  61. ^ Kieser 2018, hlm. 50.
  62. ^ Kieser 2018, hlm. 53–54.
  63. ^ Göçek 2015, hlm. 192.
  64. ^ Kieser 2018, hlm. 54–55.
  65. ^ Suny 2015, hlm. 154–156.
  66. ^ Kaligian 2017, hlm. 82–84.
  67. ^ Astourian 2011, hlm. 66.
  68. ^ Suny 2015, hlm. 165–166.
  69. ^ Suny 2015, hlm. 168–169.
  70. ^ Suny 2015, hlm. 171.
  71. ^ Suny 2015, hlm. 172.
  72. ^ Kieser 2018, hlm. 152–153.
  73. ^ Astourian 2011, hlm. 66–67.
  74. ^ Kaligian 2017, hlm. 92.
  75. ^ Kieser 2018, hlm. 163–164.
  76. ^ Akçam 2019, hlm. 461–462.
  77. ^ Suny 2015, hlm. 203, 359.
  78. ^ Suny 2015, hlm. 184–185.
  79. ^ Kieser 2018, hlm. 167.
  80. ^ Suny 2015, hlm. 185, 363.
  81. ^ Üngör 2012, hlm. 50.
  82. ^ Bozarslan et al. 2015, hlm. 169, 171.
  83. ^ Bloxham & Göçek 2008, hlm. 363.
  84. ^ a b Kieser 2018, hlm. 156.
  85. ^ Kaligian 2017, hlm. 97–98.
  86. ^ Suny 2015, hlm. 193.
  87. ^ Göçek 2015, hlm. 191.
  88. ^ Suny 2015, hlm. 189–190.
  89. ^ Kieser 2018, hlm. 133–134, 136, 138, 172.
  90. ^ Kaligian 2017, hlm. 95, 97.
  91. ^ Kaligian 2017, hlm. 96–97.
  92. ^ Suny 2015, hlm. 193, 211–212.
  93. ^ Kieser 2018, hlm. 169, 176–177.
  94. ^ Kaligian 2017, hlm. 98.
  95. ^ Bjørnlund 2008, hlm. 51.
  96. ^ Suny 2015, hlm. 214–215.
  97. ^ Suny 2015, hlm. 223–224.
  98. ^ Üngör 2016, hlm. 16–17.
  99. ^ Suny 2015, hlm. 233–234.
  100. ^ Suny 2015, hlm. 218.
  101. ^ Suny 2015, hlm. 221–222.
  102. ^ Suny 2015, hlm. 225.
  103. ^ Suny 2015, hlm. 226–227.
  104. ^ Kévorkian 2011, hlm. 242.
  105. ^ Bozarslan et al. 2015, hlm. 179.
  106. ^ Suny 2015, hlm. 243–244.
  107. ^ Üngör 2016, hlm. 18.
  108. ^ Akçam 2019, hlm. 475.
  109. ^ Akçam 2019, hlm. 478–479.
  110. ^ Üngör 2016, hlm. 19.
  111. ^ Suny 2015, hlm. 244.
  112. ^ Suny 2015, hlm. 248–249.

Daftar pustaka

  • Akçam, Taner, From Empire to Republic: Turkish Nationalism and the Armenian Genocide, Zed Books, 2004
  • Akçam, Taner. A Shameful Act: The Armenian Genocide and the Question of Turkish Responsibility. Metropolitan Books, 2006
  • Balakian, Peter. The Burning Tigris: The Armenian Genocide and America's Response. New York: Perennial, 2003
  • Bartov, Omer, Mirrors of Destruction: War, Genocide and Modern Identity, Oxford Univ. Press, 2000
  • Dadrian, Vahakn, N. The History of the Armenian Genocide: Ethnic Conflict from the Balkans to Anatolia to the Caucasus Berghahn Books, 1995
  • Dündar, Fuat, Ittihat ve Terakki'nin Müslümanlari Iskan Politikasi (1913-18), Iletisim, 2001
  • Fisk, Robert, The Great War for Civilisation: The Conquest of the Middle East London: Alfred Knopf, 2005
  • Gaunt, David. Massacres, Resistance, Protectors: Muslim-Christian Relations in Eastern Anatolia During World War I Piscataway, NJ: Gorgias Press, 2006. ISBN 1-59333-301-3.
  • Gust, Wolfgang, Der Völkermord an den Armeniern, Zu Klampen, 2005
  • Lepsius, Johannes. Deutschland und Armenien 1914–1918, Sammlung diplomatischer Aktenstücke. Donat & Temmen Verlag, 1986
  • Melson, Robert, Revolution and Genocide. On the Origins of the Armenian Genocide and the Holocaust, The University of Chicago Press, 1996
  • Power, Samantha. "A Problem from Hell": America and the Age of Genocide. Harper, 2003
  • Wallimann, Isidor (ed.): Genocide and the Modern Age: Etiology and Case Studies of Mass Death, Syracuse Univ. Press, 2000
  • Graber, G.S. Caravans to Oblivion: The Armenian Genocide 1915. New York: John Wiley & Sons, Inc., 1996
  • "The Armenian Genocide: A Bibliography". University of Michigan, Dearborn: Armenian Research Center. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2001-11-16. Diakses tanggal March 18 2005. 
  • "The Armenian Genocide: A Supplemental Bibliography, 1993-1996". University of Michigan, Dearborn: Armenian Research Center. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-11-26. Diakses tanggal March 18 2005. 
  • Walker, Christopher J. Armenia: The Survival of a Nation, Revised Second Edition. New York, NY: St. Martin's Press, 1990. 476 pp.