Lompat ke isi

Istri-istri Muhammad

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Istri-istri Nabi Muhammad atau dikenal juga sebagai "Ummahatul Mu'minin" (ar: أمهات المؤمنين) yang berarti "Ibu-Ibu dari Orang-Orang Mukmin" adalah perempuan-perempuan yang dinikahi oleh Nabi dan Rasul terakhir Islam, Muhammad.

Umat muslim biasa menggunakan istilah "Ummul Mu'minin" atau "Ummul Mukminin" pada sebelum atau sesudah nama istri-istri beliau sebagai bentuk penghormatan, yang mana penggunaan ini berasal dari ayat Al-Qur'an yang berbunyi:

Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka...

Istri-istri Nabi Muhammad tidak menikah lagi setelah Nabi wafat, dikarenakan:

...Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelahnya (Nabi wafat). Sungguh, yang demikian itu sangat besar (dosanya) di sisi Allah.

Nabi Muhammad kerap menggilir istri-istri beliau untuk berhubungan seks dalam semalam.[1] Para sahabat Nabi menyebut, beliau dianugerahi dengan kekuatan 30 orang pria.[2]

Daftar Istri (Ummahatul Mu'minin)

Khadijah binti Khuwailid

Pada umur 25 tahun, Nabi Muhammad menikahi majikan kaya beliau, Khadijah yang pada saat itu berusia 40 tahun.[3][4][5] Pernikahan ini merupakan pernikahan pertama beliau dan satu-satunya yang mana Nabi Muhammad tidak berpoligami. Nabi Muhammad kerap bergantung pada Khadijah dalam berbagai kesempatan, sampai wafatnya Khadijah 25 tahun kemudian.[6][7] Mereka dikaruniai dua anak laki-laki bernama Qasim dan Abdullah (masing-masing dijuluki Ath-Thahir dan Ath-Thayyib),[8] yang mana keduanya meninggal muda, dan empat anak perempuan yaitu Zaynab, Ruqaiyah, Ummu Kulthum dan Fatimah. Para ulama Syiah membantah bahwa ketiga anak perempuan Khadijah selain Fatimah merupakan anak dari Rasulullah, mengatakan bahwa mereka adalah anak dari pernikahan Khadijah sebelumnya.[9] Ketika pernikahannya dengan Rasulullah, Khadijah membeli seorang budak bernama Zayd bin Haritsah, yang mana kemudian diadopsi sebagai anak angkat mereka.[10] Abu Thalib dan Khadijah meninggal pada tahun yang sama. Nabi Muhammad mendeklarasikan bahwa tahun tersebut sebagai tahun kesedihan (Aam ul-Huzn).[11]

Saudah binti Zam'ah

Nabi Muhammad menikahi Saudah setelah wafatnya Khadijah dalam bulan itu juga, Ramadhan, tahun ke-10 pasca kenabian, 3 tahun sebelum Hijrah.[12][13] Ayah Saudah masih hidup ketika Rasulullah menikahinya.[14] Saudah wafat setelah 57 tahun dirinya menikah dengan Rasul, yaitu pada bulan Syawwal tahun ke-54 Hijriyah.[15]

Saudah dikenal sebagai perempuan bijak dan penyayang. Ketika ia mulai tua, ia rela memberikan hari-hari gilirannya untuk bersama Rasulullah kepada Aisyah yang merupakan istri favorit sang Nabi,[16][17] demi menyenangkan beliau dan supaya dirinya tidak jadi diceraikan oleh beliau.[18][19]

Saudah adalah istri Rasulullah yang terlibat langsung dalam peristiwa sebab turunnya ayat hijab. Sebelum datangnya perintah dari Allah untuk berhijab, istri-istri Nabi tidaklah berhijab, dan tidak pula beliau memerintahkan mereka berhijab. Namun Umar bin Khattab, sahabat Nabi yang mempunyai karakter keras, mendatangi Nabi, menyarankan beliau agar menghijabi istri-istri beliau. Akan tetapi sang Nabi tidak mengindahkan usulannya. Di zaman Nabi Muhammad, jika istri-istri beliau ingin buang air besar, mereka keluar pada waktu malam menuju tempat buang hajat yang berupa tanah lapang dan terbuka bernama Al-Manasi. Mengetahui hal tersebut, Umar yang begitu antusias agar ayat hijab diturunkan pun menunggu ketika salah seorang istri Nabi akan buang air besar, yang mana pada saat itu adalah Saudah, lalu Umar berseru kepadanya,"Sungguh kami telah mengenalmu wahai Saudah!". Takut akan hal itu terulang, Saudah pun melaporkan hal tersebut kepada Nabi. Dan tidak lama berselang ayat hijab pun diturunkan. Dan istri-istri Nabi kembali diizinkan untuk buang air besar.[20][21][22]

Aisyah binti Abu Bakar

Nabi Muhammad dua kali bermimpi kalau Aisyah dibawakan oleh Malaikat untuk menjadi jodoh beliau.[23][24] Menganggap itu adalah ketentuan dari Allah yang harus dijalankan, beliau pun meminta kepada ayahnya Aisyah, yaitu Abu Bakar, untuk memberikan putrinya demi menjadi istri beliau. Abu Bakar awalnya keberatan akan hal itu, dikarenakan menurutnya, Nabi Muhammad dan dirinya adalah saudara. Namun setelah diyakinkan bahwa dirinya dan sang Rasul hanya saudara dalam agama, dan Aisyah adalah halal untuk Rasul nikahi, rasa ragu di dalam hati Abu Bakar pun terangkat.[25]

Aisyah dinikahi oleh Nabi Muhammad ketika Aisyah berumur 6 atau 7 tahun,[26][27][28] dan di saat itu Nabi Muhammad berumur berumur 50 tahun.[29] Namun Aisyah baru diantarkan ke rumah Nabi dan dicampuri beliau di saat dia sudah berumur 9 tahun,[30] dikarenakan pada selang waktu tersebut Aisyah sakit dan rambutnya rontok.[31]

Hal ini diriwayatkan secara mutawatir (secara massal) di dalam Kutubus Sittah yang merupakan 6 kitab hadits utama Islam, sehingga tidak ada keraguan di dalamnya.[32][33][34]

Hafshah binti Umar

Hafshah berusia sekitar 19 tahun ketika Nabi Muhammad menikahinya.[35][36] Ia adalah putri dari Umar bin Khattab yang merupakan sahabat Nabi dan salah satu orang terkaya dari suku Quraisy.[37] Saking kayanya Umar, sampai-sampai bila Hafshah ingin meminta sesuatu, Umar menyuruhnya agar tidak meminta kepada Rasulullah, melainkan meminta kepada dirinya saja.[38]

Sebelumnya, Hafshah mempunyai suami bernama Khunais bin Hudzafah as-Sahmiy namun meninggal ketika ikut berperang pada pertempuran Badar. Umar pun pergi menawarkan Hafshah kepada Utsman bin Affan. Yang mana Utsman tidak bisa menjawab langsung, sehingga ia meminta Umar menunggu beberapa hari. Setelah lewat beberapa hari, Utsman pun mendatangi Umar dan berkata bahwa dirinya berkesimpulan saat itu bukan waktunya untuk dirinya menikah. Maka Umar pun pergi menawarkan anaknya ke Abu Bakar. Namun Abu Bakar tidak kunjung memberikan jawaban, sehingga membuat Umar marah. Beberapa hari kemudian, Rasulullah meminta Hafshah untuk dinikahkan dengan beliau. Tidak lama berselang, Abu Bakar pun menemui Umar dan menceritakan kalau sebenarnya dirinya akan senang hati menikah dengan Hafshah akan tetapi tidak memberikan jawaban pada saat itu karena ia tahu bahwa Rasulullah menginginkan Hafshah.[39][40]

Hafshah dan Aisyah menjadi bagian dari pusat insiden yang menyebabkan Nabi Muhammad tidak mengunjungi istri-istri beliau selama sebulan, dan turunnya ayat-ayat yang berisi ancaman dari Allah SWT kepada mereka, bahwa sang Nabi bisa saja menceraikan mereka semua dan menggantikan mereka dengan istri-istri yang lebih baik. Ini dikarenakan Aisyah dan Hafshah telah membocorkan kepada istri-istri beliau yang lain perihal sesuatu perbuatan Rasulullah (yang beliau minta agar mereka berdua rahasiakan), yang mana perbuatan ini sebenarnya adalah halal di mata Allah SWT namun terpaksa sang Rasul haramkan pada saat itu dikarenakan beliau ingin mencari kesenangan istri-istri beliau.[41][42]

Zainab binti Khuzaimah

Zainab binti Khuzaimah berasal dari klan kaya Banu Hilal. Ia berusia sekitar 30 tahun ketika dinikahi oleh Nabi Muhammad. Ia dijuluki “Ummul Masakin" (ibu orang-orang miskin) karena komitmennya dalam membantu orang-orang miskin. Sebelum dinikahi oleh Rasulullah, ia mempunyai suami Ubaidah bin Al-Harits, tetapi tewas pada pertempuran Badar. Nabi Muhammad melamarnya pada bulan ke-31 pasca hijrah, akan tetapi Zainab meninggal 8 bulan kemudian.[43]

Hindun binti Abi Umayyah (Ummu Salamah)

Hindun berusia sekitar 28 tahun ketika dinikahi Nabi Muhammad.[44][45] Dia berasal dari klan Mughirah yang merupakan salah satu klan terkaya dari suku Quraisy.[46][47] Ia memiliki kunya atau nama panggilan Umm Salamah, karena ia mempunyai anak bernama Salamah. Sebagaimana Rasulullah yang kerap dipanggil Abul Qasim karena mempunyai anak bernama Qasim yang meninggal di usia muda.[48] Sebelum dinikahi Rasulullah ia mempunyai suami bernama Abdullah bin Abdulasad yang meninggal karena luka pertempuran yang dialaminya pada Perang Uhud semakin memarah setelah dikirimkan kembali oleh Rasulullah untuk berperang ke Qatan, tempat bermukimnya suku Banu Asad bin Khuzaymah.[49]

Zainab binti Jahsy

Zainab binti Jahsy adalah sepupu Nabi Muhammad dan awalnya merupakan istri dari anak angkat beliau, Zaid bin Haritsah.[50]

Menurut Aisyah yang merupakan istri favorit Nabi,[51][52] Zainab memiliki kecantikan yang setara dengannya.[53]

Dilaporkan oleh ath-Thabari bahwa pada suatu ketika, Nabi Muhammad mencari Zaid ke rumahnya. Namun Nabi hanya menemukan Zainab yang terburu-buru mengenakan pakaian seadanya. Nabi pun berujar: "Terpujilah Allah yang maha kuasa! Terpujilah Allah, yang membolak balikkan hati manusia!"[50][54]

Sepulangnya Zaid, Zainab pun menceritakan peristiwa ini kepadanya. Mengetahui hal tersebut, Zaid pun bersegera ke hadapan Rasulullah, dan menanyakan, apabila beliau menginginkan Zainab maka ia akan segera berpisah dengannya. Namun Rasulullah berkata kepada Zaid, "Pertahankanlah terus istrimu," walaupun di dalam lubuk hati, sang Rasul menginginkan Zainab.[55][56][57][58] Zaid pun sadar akan hal itu dan tidak mendekati Zainab lagi, dan mereka pun bercerai beberapa saat setelahnya. Ketika Rasulullah berbicara dengan Aisyah, firman Allah datang kepada beliau. Dan beliau pun berkata, "Siapa yang akan pergi mengabarkan berita baik ke Zainab, bahwa Allah telah mengawinkanku dengan dirinya?"[59] Nabi pun menikah dengan Zainab setelah masa iddah-nya selesai. Dengan mas kawin 400 dirham.[60]

Dalam norma arab pada saat itu, adalah perbuatan yang tidak bermoral apabila seorang ayah angkat menikahi mantan istri dari anak angkatnya sendiri. Namun ini diluruskan oleh Allah dengan menikahkan Rasul-Nya dengan Zainab, dan menurunkan Surat Al-Ahzab ayat 37:

Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata kepada orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan engkau (juga) telah memberi nikmat kepadanya, "Pertahankanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah," sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan ditampakkan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti. Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi.

Raihanah binti Zaid bin Amru

Raihanah berasal dari suku Yahudi, Bani Nadhir yang kemudian menjadi bagian dari Bani Quraizhah melalui pernikahan.[61][62] Nabi Muhammad pernah menyatakan niatan beliau untuk mengusir seluruh Yahudi dan Nasrani dari Jazirah Arab, dan tidak meninggalkan siapapun di dalamnya kecuali orang-orang Muslim.[63] Seusai perang Khandaq, Malaikat Jibril mengarahkan beliau untuk menyerang Bani Quraizhah.[64] Setelah berhasil mengalahkan suku tersebut, beliau memerintahkan agar tiap-tiap pria dari Bani Quraizhah dieksekusi.[65] Sedangkan harta, serta perempuan-perempuan dan anak-anak mereka beliau bagi-bagikan kepada umat muslim, dan sebagian dari tawanan perempuan beliau kirimkan ke Najd untuk ditukar dengan kuda-kuda dan senjata.[66][67] Nabi Muhammad mengambil seperlima dari harta rampasan sebagaimana yang ditetapkan di dalam Al-Quran,[68] dan mengambil Raihanah untuk diri beliau.[67]

Nabi Muhammad pernah menawarkan kepada Raihanah supaya dirinya dinikahi oleh beliau dan mengenakan hijab. Namun Raihanah menolak dengan mengatakan, "Biarlah aku tetap di bawah kekuasaanmu, karena itu adalah lebih mudah untuk diriku dan untukmu." Maka Nabi pun meninggalkannya. Semenjak menjadi tawanan umat islam, Raihanah telah menunjukkan kebenciannya terhadap islam, dan tetap berpegang pada Judaisme. Ketika Nabi sedang bersama sahabat-sahabat beliau, beliau mendengar suara sendal tiba dari belakang, dan beliau berkata: "Ini pasti Thalaba bin Sa'ya yang datang membawakan berita baik kalau Raihanah telah memeluk islam." Dan benar apa kata beliau, yang mana itu membuat beliau begitu senang.[67]

Juwairiyah binti al-Harits

Juwairiyah sebelumnya adalah tawanan milik pihak Nabi Muhammad dari suku Bani Mustaliq yang beliau serang tanpa peringatan.[69] Sang Nabi mendapatkan banyak tawanan pada saat itu sehingga beliau membagi-bagikannya kepada umat muslim.[70] Juwairiyah adalah salah satu yang dibagikan oleh Rasulullah dan ia jatuh ke tangan Tsabit bin Qais. Menurut Aisyah, Juwairiyah adalah perempuan yang sangat cantik, setiap orang yang memandangnya pasti jatuh cinta.[71]

Juwairiyah meminta kepada Tsabit untuk membuat perjanjian supaya dia dapat membayar kebebasan dirinya dengan jumlah tertentu. Maka Juwairiyah pun pergi ke Nabi Muhammad, memohon agar beliau membantunya menebus kebebasan dirinya. Sang Nabi pun menawarkan bahwa beliau akan melakukannya apabila Juwairiyah mau menjadi istri beliau. Juwairiyah pun setuju. Kabar akan hal ini pun tersebar ke orang-orang. Mereka berkata: "Berarti kaum ini saudara Rasulullah." Maka kaum muslimin pun mengembalikan tawanan-tawanan yang mereka pegang.[70]

Ramlah binti Abu Sufyan (Ummu Habibah)

Ramlah adalah anak dari Abu Sufyan, yang merupakan salah seorang pemimpin dan pedagang dari suku Quraisy. Abu Sufyan kerap memimpin kafilah-kafilah dagang besar dari dan menuju Syam. Namun karena sering dicegat dan dijarah oleh pasukan yang dikirimkan Rasulullah, ia pun menjadi salah satu penentang awal beliau.[72] Berbeda dengan ayahnya, Ramlah telah menemukan hidayah dari islam sejak awal kerasulan. Pada tahun 615 M, ia bersama suaminya, Ubaydallah bin Jahsy berhijrah dengan beberapa umat muslim lainnya ke sebuah kerajaan kristen di Habasyah. Suaminya Ramlah masuk kristen dan meninggal ketika di sana.[73]

Setelah masa iddah-nya usai, Ramlah yang saat itu masih di Habasyah menerima surat lamaran dari Rasulullah.[74] Raja Najasyi yang beragama kristen pun turut memberikannya selamat dan hadiah berupa uang 400 dinar (koin emas) serta parfum-parfum terbaik.[75] Sepulangnya ke Hijaz dan pasca hijrah ke Madinah, Ramlah menceritakan apa-apa saja yang dialaminya di Habasyah ke Rasulullah, termasuk bagaimana ia mengagumi keindahan gereja-gereja yang dihiasi dengan gambar-gambar di sana. Rasulullah pun mengangkat kepala beliau dan bersabda, "Mereka adalah orang-orang, yang ketika seorang yang alim di antara mereka meninggal, mereka mendirikan tempat peribadatan di makamnya dan mereka membuat gambar-gambar di dalamnya. Mereka adalah makhluk-makhluk terburuk di mata Allah.[76][77][78]

Shafiyah binti Huyay

Shafiyah binti Huyay adalah seorang wanita bangsawan,[79] yang merupakan putri Huyay bin Akhtab, kepala suku Yahudi, Banu Nadir, yang dieksekusi oleh pihak Nabi Muhammad setelah menyerah pada Perang Khandaq.[80][81] Suami pertamanya adalah seorang penyair bernama Sallam bin Mishkam yang mana kemudian mereka bercerai.[82] Suami keduanya adalah seorang komandan bernama Kinana bin Ar-Rabi.[83] Pada tahun 628, saat pertempuran Khaybar, Banu Nadir dikalahkan. Kinana yang saat itu masih berstatus suami Shafiyah disiksa dan dieksekusi atas perintah Nabi setelah dirinya menolak memberi tahu di mana lokasi tempat persembunyian harta karun Banu Nadir.[84][85]

Seusai perang, Shafiyah menjadi salah satu tawanannya pihak muslim. Salah seorang sahabat Nabi, Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi, meminta kepada Nabi supaya diperbolehkan mengambil salah satu tawanan untuk dijadikan budak olehnya.[86] Nabi pun mengizinkan dan Dihyah mengambil Shafiyah. Mengetahui hal itu para sahabat Nabi lainnya melapor kepada Nabi, bahwa Dihyah telah mengambil putri dari kepala suku Banu Nadir yang kecantikannya begitu luar biasa dan belum pernah mereka lihat sebelumnya.[87] Nabi pun memanggil Dihyah dan mengambil Shafiyah untuk diri beliau, lalu memberikan kepada Dihyah dua sepupu Shafiyah.[83] Nabi kemudian mengirimkan Shafiyah ke ibu dari Anas bin Malik untuk dihiasi. Dan malamnya dikembalikan kepada Rasulullah untuk beliau nikahi.[86] Shafiyah belum genap berusia 17 tahun pada saat itu.[88]

Pada malam Shafiyah disetubuhi oleh Rasulullah, seorang sahabat Nabi, Abu Ayyub berjaga di depan pintu dengan pedangnya sampai pagi hari. Ketika dia melihat Rasulullah keluar, ia mengucap takbir dan berkata kepada sang Nabi, "Wahai Rasulullah, perempuan muda ini sebelumnya baru saja menikah dan engkau bunuh ayah, saudara dan suaminya, oleh karenanya aku tidak mempercayai dirinya (tidak akan membahayakanmu)." Nabi pun tertawa dan berkata, "Bagus."[89]

Maimunah binti al-Harits

Maimunah memiliki nama asli Barrah, namun Nabi Muhammad merubahnya menjadi Maimunah yang berarti "berita baik".[90] Maimunah berasal dari klan borjuis Banu Hilal. Saudara perempuannya, Lubabah menikah dengan Abbas bin Abdul-Mutthalib yang merupakan salah satu orang terkaya dari Bani Hasyim,[91] yang mana kemudian menjadi wali-nya Maimunah.[92] Maimunah dinikahi oleh Rasulullah ketika beliau sedang melaksanakan umrah, tetapi baru disetubuhi setelah beliau selesai menjalankannya.[93]

Maimunah dikenal sebagai perempuan yang baik hati. Ia pernah memiliki seorang budak perempuan yang kemudian ia bebaskan tanpa izin sang Nabi. Di saat waktu gilirannya bersama Nabi, ia pun menceritakan apa yang telah dilakukannya. Nabi pun berkata kepada Maimunah, bahwa ketimbang membebaskannya, Maimunah akan mendapatkan pahala yang lebih besar bilamana ia memberikan budak itu kepada salah satu paman dari pihak ibunya.[94]

Maimunah pernah memiliki anak anjing yang ia simpan di bawah tempat tidurnya. Pada suatu hari ia melihat suasana hati sang Nabi sedang buruk. Rupanya itu dikarenakan Malaikat Jibril tidak menepati janjinya menemui beliau di malam sebelumnya. Sang Nabi pun teringat dengan anak anjing di bawah tempat tidur Maimunah. Beliau pun memerintahkannya untuk dikeluarkan. Dan menyiramkan air di tempat tersebut. Ketika malam tiba, Malaikat Jibril pun datang dan menginformasikan beliau bahwa dirinya tidak memasuki rumah yang ada anjing ataupun gambar di dalamnya. Lalu pada pagi hari, sang Nabi pun memerintahkan agar tiap-tiap anjing supaya dibunuh,[95] termasuk yang masih kecil.[96] Namun membiarkan anjing yang ditugaskan untuk menjaga perkebunan besar.[95]

Mariyah binti Syama’un

Mariyah al-Qibthiyah adalah seorang budak perempuan yang dikirimkan sebagai hadiah oleh penguasa Mesir, Muqawqas kepada Nabi Muhammad. Ia berkulit putih dan sangatlah cantik.[97] Thabari di dalam salah satu jilid dari kitab Tarikh-nya menyebutkan bahwa Mariyah adalah salah seorang istri Nabi Muhammad,[98] namun pada jilid berikutnya ia mengatakan bahwa Mariyah adalah gundiknya Nabi Muhammad yang disetubuhi oleh beliau sebagai barang kepemilikan beliau, dan tidak pernah beliau nikahi.[97] Menunjukkan bahwa Thabari menggunakan istilah "istri" di jilid sebelumnya dalam artian perempuan-perempuan yang ditiduri oleh sang Nabi.

Mariyah adalah satu dari dua perempuan yang berhasil mengandung anak dari Nabi Muhammad. Betapa gembiranya Rasulullah mendengar berita kehamilan Mariyah, terlebih setelah putra-putrinya, yaitu Abdullah, Qasim, dan Ruqayah meninggal dunia. Anak tersebut kemudian diberi nama Ibrahim, tetapi tidak lama setelah lahir, Ibrahim pun wafat.[99]

Batal menjadi Ummul-Mu'minin

Dhuba'ah binti 'Amir

Dhuba'ah dikenal sebagai wanita yang cantik, dia mewarisi banyak harta dari suami sebelumnya, Haudzah bin Ali al-Hanafi. Mendengar hal tersebut, Rasulullah pun melamar Dhuba'ah melalui anaknya Dhuba'ah, yakni Salamah bin Hisyam. Salamah memohon kepada Rasul agar diizinkan untuk bertanya kepada ibunya terlebih dahulu, maka Rasul pun memberikannya izin. Di saat Salamah pergi menanyakan kepada ibunya, Rasulullah diberitahu oleh sahabat beliau bahwa Dhuba'ah sudah tua. Ketika Salamah kembali untuk mengantarkan kabar gembira bahwa ibunya menyetujui lamaran beliau, sang Nabi hanya diam.[100][101]

Amrah binti Yazid

Amrah binti Yazid adalah perempuan dari Banu Amir. Nabi Muhammad mengirim Abu Usayd untuk melamarnya. Namun setelah dinikahi sang Rasul, beliau menemukan bahwa Amrah terjangkit penyakit kusta. Maka Rasulullah pun segera menceraikannya.[102]

Jamrah binti al-Harits

Rasulullah meminta kepada ayahnya Jamrah agar memberikan Jamrah untuk menjadi istri sang Nabi. Namun ayahnya berkata kalau Jamrah mempunyai penyakit serius. Maka sang Rasul pun membatalkan lamarannya.[103]

Ummu Habib binti al-Abbas

Ketika bertemu dengan Ummu Fadhl, Rasulullah melihat Ummu Habib yang masih bayi merangkak kesana kemari. Rasulullah pun berkata "Jika dia tumbuh besar ketika aku masih hidup, maka aku akan menikahinya."[104][105] Namun kemudian sang Rasul mengurungkan niatnya setelah mengetahui kalau ayah dari Ummu Habib adalah saudara sepersusuan dengan beliau.[106]

Ghaziyyah binti Jabir (Ummu Syarik)

Ghaziyyah adalah seorang janda yang kerap mengajak perempuan-perempuan kafir Quraisy agar memeluk islam. Dia mengirimkan lamaran pernikahan kepada Nabi Muhammad, dan beliau menyetujui kontrak tersebut. Namun, ketika sang Rasul bertemu dengannya secara langsung, ternyata Ghaziyyah adalah seorang perempuan tua. Maka Rasulullah pun langsung menceraikannya.[107][108]

Layla binti al-Khatim

Ketika punggung Rasulullah menghadap matahari, Layla menghampiri beliau dan menepuk pundak beliau. Nabi pun bertanya siapa gerangan, dan dia menjawab, "Aku adalah anak dari yang bersaing melawan angin. Namaku Layla binti al-Khatim. Aku datang untuk menawarkan diriku kepadamu, jadi nikahilah aku." Yang mana sang Rasul menjawab, "Baik, aku terima." Maka Layla pun kembali ke kaumnya dan berkata bahwa Rasulullah telah menikahinya. Mereka berkata, "Apa yang telah kau perbuat! Kau perempuan yang punya harga diri tinggi, sedangkan sang Nabi menikahi banyak perempuan. Segera minta pernikahan itu dibatalkan kepada beliau." Maka ia pun pergi ke hadapan sang Nabi meminta agar pernikahannya dibatalkan, dan Nabi pun menerima pembatalan tersebut.[109]

Fakhitah binti Abi Thalib (Ummu Hani)

Fakhitah atau dikenal juga sebagai Ummu Hani adalah sepupu Nabi, anak dari Abu Thalib. Sebelum menjadi Nabi, Muhammad pernah meminta Abu Thalib agar menikahkan Fakhitah dengan beliau. Namun hal yang sama juga dilakukan oleh Hubayrah, seorang pria dari klan Makhzum. Abu Thalib pun memilih menikahkan Fakhitah dengan Hubayrah.[110]

Pasca pengepungan Makkah oleh pasukan Nabi, Fakhitah masuk islam. Sedangkan Hubayrah tidak dan kabur dari Makkah dan mengungsi ke Najam takut akan dibunuh oleh pasukan Nabi. Sang Nabi pun kembali melamar Fakhitah pada saat itu. Namun Fakhitah menolak dengan alasan kalau dirinya punya anak-anak yang masih kecil, sehingga ia takut harus membagi perhatiannya dengan Rasulullah sebagai suami barunya.[111]

Setelah anak-anak Fakhitah tumbuh cukup besar, ia pun mendatangi Nabi, mengatakan bahwa dirinya sekarang sudah siap untuk diperistri. Akan tetapi Nabi menolak karena telah diturunkan ayat yang melarang beliau menikahi sepupu pertamanya yang tidak ikut berhijrah ke Madinah sebelum penaklukan Makkah.[112]

Jauniyah (Gadis dari Bani Jaun)

Nabi Muhammad melihatnya ketika beliau pergi ke sebuah kebun yang bernama Asy-Syauth. Gadis tersebut didampingi ibu susu-nya. Ketika Nabi menghampirinya, beliau berkata kepada gadis tersebut, "Berikan dirimu sebagai hadiah untukku." Gadis itu pun menjawab, "Dapatkah seorang putri bangsawan memberikan dirinya untuk menjadi istri dari orang biasa?" Di saat Nabi akan menyentuhnya untuk menenangkannya. Gadis itu berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari dirimu." Maka Rasulullah pun berkata, "Kau telah mencari perlindungan kepada Yang memberi perlindungan." Sang Rasul pun mendatangi sahabat-sahabatnya, memerintahkan salah satu dari mereka untuk memberikan dua pakaian putih untuk gadis tersebut, dan membiarkan gadis itu kembali ke kaumnya."[113]

Asma binti an-Nu'man

Asma binti An-Nu'man adalah perempuan yang sangat cantik. Ketika ia sedang dirias rambutnya oleh Hafshah dan Aisyah sebelum diantarkan ke kamar Rasulullah. Salah satu dari mereka berkata kepadanya, "Nabi Muhammad suka perempuan-perempuan yang bila diantarkan kepadanya mengatakan 'Aku berlindung kepada Allah dari dirimu.'"

Sehingga ketika Asma masuk ke kamar Rasulullah, dan beliau mengunci pintu kamarnya, menutup tirai, dan menghampirinya, Asma pun berkata "Aku berlindung kepada Allah dari dirimu." Rasulullah pun menutup wajah beliau dengan lengan baju beliau, dan berkata: "Kau sungguh telah mencari perlindungan kepada Yang memberi perlindungan" sebanyak tiga kali. Sang Rasul pun keluar dan memerintahkan Abu Usayd untuk memberikan dua pakaian putih untuk Asma, dan mengirimkannya kembali ke kaumnya.[114][115]

Setelah peristiwa ini, Asma sering berkata, "Panggil aku perempuan yang celaka." Orang-orang dari kaumnya mengutuk-ngutukinya, menganggap dirinya telah mencemarkan nama baik mereka di kalangan orang-orang Arab. Tidak ada yang boleh menikahinya dikarenakan ia telah pernah menjadi istri Nabi Muhammad,[116] dan tidak ada pula yang menghampirinya selain kerabat dekatnya. Ia pun tetap seperti itu sampai dirinya meninggal pada era kekhalifahan Utsman.[117]

Qutailah binti Qais

Setelah insiden dengan Asma binti an-Nu'man yang meminta perlindungan kepada Allah dari sang Nabi, Nabi yang keluar dengan raut wajah marah ditemui oleh Al-Asy'ats bin Qais, dia berkata, "Jangan biarkan hal itu mengganggumu, wahai Rasulullah. Maukah bila saya menikahkan anda dengan seseorang yang tidak kalah dalam kecantikan dan garis keturunan dibanding dirinya?" Nabi bertanya, "Siapa?" Al-Asy'ats menjawab, "Adikku, Qutailah." Nabi pun berkata, "Akan aku nikahi dia." Al-Asy'ats pun pergi ke Hadramaut dan menjemput Qutailah. Ketika mereka di tengah perjalanan dari Yaman, dirinya mendengar berita kematian Rasulullah.[118] Maka ia pun mengantarkan Qutailah kembali ke negaranya. Al-Asy'ats bin Qais lalu murtad dan begitupula Qutailah.[119]

Waktu Pernikahan

Catatan kaki

  1. ^ "Sahih al-Bukhari 5215 - Wedlock, Marriage (Nikaah) - كتاب النكاح - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-30. Diakses tanggal 2021-08-30. 
  2. ^ "Sahih al-Bukhari 268 - Bathing (Ghusl) - كتاب الغسل - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-31. Diakses tanggal 2021-08-31. 
  3. ^ Ibn Ishaq. Mustadrak Al-Hakim. 3. hlm. 182. 
  4. ^ Ibn Sa'd. Tabaqat al-Kubra (dalam bahasa Arab). 8. أخبرنا هشام بن محمد بن السائب عن أبيه عن أبي صالح عن ابن عباس قال:كانت خديجة يوم تزوجها رسول الله – صلى الله عليه وسلم – ابنة ثمان وعشرين سنة 
  5. ^ Abu ‘Abdullah Al-Hakim. al-Mustadrak (dalam bahasa Arab). 3. عن محمد بن إسحاق، أن أبا طالب وخديجة بنت خويلد هلكا في عام واحد، وذلك قبل مهاجر النبي صلى الله عليه وسلم إلى المدينة بثلاث سنين، ودفنت خديجة بالحجون، ونزل في قبرها رسول الله صلى الله عليه وسلم، وكان لها يوم تزوجها ثمان وعشرون سنة 
  6. ^ Esposito (1998), p.18
  7. ^ Reeves (2003), p. 46
  8. ^ Paul Gwynne (23 Dec 2013). Buddha, Jesus and Muhammad: A Comparative Study. John Wiley & Sons. ISBN 9781118465493. According to Sunni Islam, Khadija bore Muhammad four daughters (Zaynab, Ruqayya, Umm Kulthum and Fatima) and two sons ('Abdallah and Qasim). 
  9. ^ Muhammad al-Tijani in his The Shi'a: The Real Followers of the Sunnah on Al-Islam.org note 274 Diarsipkan 2006-05-04 di Wayback Machine.
  10. ^ Muhammad Husayn Haykal. The Life of Muhammad Diarsipkan 2007-08-09 di Wayback Machine.: "From Marriage to Prophethood." Translated by Isma'il Razi A. al-Faruqi
  11. ^ Guillaume. The Life of Muhammad. Oxford. hlm. 191. 
  12. ^ Al-Tabari. History of Al-Tabari, Vol. 39. hlm. 161. 
  13. ^ Al-Tabari. History of Al-Tabari volume 39. hlm. 170. 
  14. ^ Al-Tabari. History of Tabari - Volume 9. hlm. 130. 
  15. ^ Ibnu Sa'ad. Kitab at-Tabaqat al-Kabir Volume VIII: The Women of Madina. hlm. 43. 
  16. ^ "Sahih al-Bukhari 2581 - Gifts - كتاب الهبة وفضلها والتحريض عليها - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  17. ^ "Hadith - Chapters on Virtues - Jami` at-Tirmidhi - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-09-02. 
  18. ^ Ibnu Katsir. Tafsir Ibnu Katsir - QS 4:128. hlm. 421 – 422. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 Agustus 2021. 
  19. ^ "Sahih al-Bukhari 2593 - Gifts - كتاب الهبة وفضلها والتحريض عليها - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  20. ^ "Hadits Shahih Al-Bukhari No. 143 - Kitab Wudlu". Hadits.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-19. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  21. ^ "Sahih Muslim 2170d". Sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-20. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  22. ^ "Sahih al-Bukhari 146". Sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-19. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  23. ^ "Sahih al-Bukhari 7012". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  24. ^ "Sahih al-Bukhari 3895". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  25. ^ "Sahih al-Bukhari 5081". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  26. ^ "Sahih al-Bukhari 5158". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  27. ^ "Sunan Ibn Majah 1877 - The Chapters on Marriage - كتاب النكاح - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-18. Diakses tanggal 2021-08-18. 
  28. ^ "Sahih Muslim 1422d - The Book of Marriage - كتاب النكاح - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-18. Diakses tanggal 2021-08-18. 
  29. ^ al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman (2020). Sirah Nabawiyah. Gema Insani, 2020. hlm. 96. ISBN 6022508509. 
  30. ^ "Hadits Sunan Abu Dawud No. 1811 - Kitab Nikah". hadits.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  31. ^ "Sahih al-Bukhari 3894". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  32. ^ "تحقيق في عمر أم المؤمنين عائشة رضي الله عنها عندما تزوجها النبي صلى الله عليه وسلم". IslamQA.info. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-19. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  33. ^ Haddad, Gibril. "Our Mother Lady A'isha's Age at Marriage". eshaykh.com. hlm. https://www.livingislam.org/ir/d/aam1_e.pdf. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-19. Diakses tanggal 17 Agustus 2021. 
  34. ^ "More on 'Ā'isha's Age at the Time of Her Marriage - A Dialogue Between "The Learner" and Shaykh Gibril F. Haddad". eshaykh.com. hlm. https://www.livingislam.org/ir/d/aam2_e.pdf. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-19. Diakses tanggal 17 Agustus 2021. 
  35. ^ Al-Tabari. History of Al-Tabari volume 39. hlm. 174. 
  36. ^ Muhammad ibn Saad, Tabaqat vol. 8. Translated by Bewley, A. (1995). The Women of Madina p. 56. London: Ta-Ha Publishers.
  37. ^ Ibn Ishaq. Sirat Rasul Allah - The Life of Muhammad. hlm. 216. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 Agustus 2021. 
  38. ^ "Sahih al-Bukhari 5191 - Wedlock, Marriage (Nikaah) - كتاب النكاح - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  39. ^ "Sahih al-Bukhari 5122 - Wedlock, Marriage (Nikaah) - كتاب النكاح - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  40. ^ "Sahih al-Bukhari 5145 - Wedlock, Marriage (Nikaah) - كتاب النكاح - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  41. ^ Al-Jalalain. Tafsir Al-Jalalain - QS 66:1-5. hlm. 555. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 Agustus 2021. 
  42. ^ "Sahih al-Bukhari 5191 - Wedlock, Marriage (Nikaah) - كتاب النكاح - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  43. ^ al-Tabari. The History of Al-Tabari vol.39. hlm. 164. 
  44. ^ Ibnu Sa'ad. Kitab al-Tabaqat al-Kabir volume 8. hlm. 61. 
  45. ^ Ibnu Sa'ad. Kitab al-Tabaqat al-Kabir volume 8. hlm. 67. 
  46. ^ Al-Tabari. The History of Al-Tabari Volume 9: The Last Years of the Prophet. hlm. 132. 
  47. ^ Lammens 1993, hlm. 171.
  48. ^ Ibnu Hisyam. Sirah Nabawiyah-Ibnu Hisyam. Diterjemahkan oleh Ikhlas Hikmatiar. Qisthi Press. hlm. 128. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-19. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  49. ^ al-Tabari. The History of al-Tabari Vol. 39. Biographies of the Prophet's Companions and Their Successors. hlm. 175. 
  50. ^ a b Al-Tabari. The History of Al-Tabari, vol.8 - The Victory of Islam. hlm. 2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Agustus 2021. 
  51. ^ "Sahih al-Bukhari 2593 - Gifts - كتاب الهبة وفضلها والتحريض عليها - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-17. 
  52. ^ "Sahih al-Bukhari 3411 - Prophets - كتاب أحاديث الأنبياء - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-17. 
  53. ^ "Sahih al-Bukhari 4141 - Military Expeditions led by the Prophet (pbuh) (Al-Maghaazi) - كتاب المغازى - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-17. 
  54. ^ "ص562 - كتاب تاريخ الطبري تاريخ الرسل والملوك وصلة تاريخ الطبري - السنه الخامسه من الهجره - المكتبة الشاملة الحديثة". al-maktaba.org. Diakses tanggal 2022-02-11. 
  55. ^ "Tafsir Al-Jalalayn". Altafsir.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-06. Diakses tanggal 2022-02-11. 
  56. ^ "Tafsir Ibnu Abbas". Altafsir.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-10. Diakses tanggal 2022-02-11. 
  57. ^ "Sahih al-Bukhari 7420 - Oneness, Uniqueness of Allah (Tawheed) - كتاب التوحيد - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-17. 
  58. ^ "Surah Al-Ahzab - ayat 37". quran.com. Diakses tanggal 2021-08-17. 
  59. ^ al-Tabari. The History of Al-Tabari, vol.8 - The Victory of Islam. hlm. 2–3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Agustus 2021. 
  60. ^ Abdulmalik ibn Hisham. Notes to Ibn Ishaq's "Life of the Prophet", Note 918. Translated by Guillaume, A. (1955). The Life of Muhammad, p. 793. Oxford: Oxford University Press.
  61. ^ Rahman al-Mubarakpuri, S. (2005). The Sealed Nectar. Darussalam: Darussalam Editing, p. 201.
  62. ^ Abdul-Rahman, M. S. (2009). Tafsir Ibn Kathir Juz’ 21 (Part 21): Al-Ankabut 46 To Al-Azhab 30. Londra: MSA Publication Limited, p. 213.
  63. ^ "Sahih Muslim 1767a - The Book of Jihad and Expeditions - كتاب الجهاد والسير - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-30. 
  64. ^ "Sahih al-Bukhari 2813 - Fighting for the Cause of Allah (Jihaad) - كتاب الجهاد والسير - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-30. 
  65. ^ "Sunan Abi Dawud 4404 - Prescribed Punishments (Kitab Al-Hudud) - كتاب الحدود - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-30. 
  66. ^ Ibnu Hisyam. Sirah Nabawiyah-Ibnu Hisyam vol.2. Darul Falah. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-30. Diakses tanggal 2021-08-30. 
  67. ^ a b c Ibn Ishaq. Sirat Rasul Allah. hlm. 466. 
  68. ^ "Surah Al-Anfal - 41". quran.com. Diakses tanggal 2021-08-30. 
  69. ^ "Sahih al-Bukhari 2541 - Manumission of Slaves - كتاب العتق - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-18. 
  70. ^ a b Ibnu Hisyam. Sirah Nabawiyah-Ibnu Hisyam. Qisthi Press. hlm. 542. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-18. Diakses tanggal 2021-08-18. 
  71. ^ "Sunan Abi Dawud 3931 - The Book of Manumission of Slaves - كتاب العتق - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-18. 
  72. ^ Ibnu Hisyam. Sirah Nabawiya - Ibnu Hisyam. hlm. 346. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-25. Diakses tanggal 2021-08-25. 
  73. ^ Al-Tabari. The History of Al-Tabari - Volume 39. hlm. 177. 
  74. ^ Al-Tabari. The History of Tabari - Volume 39. hlm. 178. 
  75. ^ Al-Tabari. The History of Al-Tabari Volume 39. hlm. 179. 
  76. ^ "Sahih al-Bukhari 1341 - Funerals (Al-Janaa'iz) - كتاب الجنائز - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-12-10. 
  77. ^ "Sahih Muslim 528a - The Book of Mosques and Places of Prayer - كتاب الْمَسَاجِدِ وَمَوَاضِعِ الصَّلاَةِ - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-25. 
  78. ^ "Surah Al-Anfal - 55". quran.com. Diakses tanggal 2021-08-26. 
  79. ^ Al-Shati', 1971, 171
  80. ^ Ibn Ishaq. The Life of Muhammad: Translation of Ibn Ishaq's Sirat Rasul Allah. hlm. 464. 
  81. ^ Ahmad ibn Jabir al-Baladhuri, Kitab Futuh al-Buldan. Translated by Hitti, P. K. (1916). Origins of the Islamic State vol. 1 p. 41. New York: Columbia University.
  82. ^ Muhammad ibn Jarir al-Tabari (1990). The History of al-Tabari Vol. 39: Biographies of the Prophet's Companions and Their Successors. Diterjemahkan oleh Poonawala, K. I. hlm. 185. 
  83. ^ a b Ibn Ishaq. The Life of Muhammad: Translation of Ibn Ishaq's Sirat Rasul Allah. hlm. 511. 
  84. ^ Al Tabari. The History of Al-Tabari Volume 39: Biographies of the Prophet's Companions and Their Successors. hlm. 185. ISBN 0-7914-2820-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 November 2021. 
  85. ^ Al Tabari. The History of al-Tabari, Vol. 8 - The Victory of Islam. hlm. 122–123. ISBN 0-7914-3150-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 November 2021. 
  86. ^ a b "Sahih al-Bukhari 371 - Prayers (Salat) - كتاب الصلاة - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-20. Diakses tanggal 2021-08-18. 
  87. ^ "Sahih Muslim 1365f - The Book of Marriage - كتاب النكاح - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-20. Diakses tanggal 2021-07-21. 
  88. ^ Al Tabari. The History of Al-Tabari Volume 39: Biographies of the Prophet's Companions and Their Successors (PDF). hlm. 185. ISBN 0-7914-2820-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-17. Diakses tanggal 2021-08-13. 
  89. ^ Al Tabari. The History of Al-Tabari Volume 39: Biographies of the Prophet's Companions and Their Successors (PDF). hlm. 185. ISBN 0-7914-2820-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-17. Diakses tanggal 2021-08-13. 
  90. ^ Bint Al-Shāṭīʼ 222-224
  91. ^ Ibn Ishaq. The Life of Muhammad. hlm. 114. 
  92. ^ Ibn Sa'd. Kitab al-Tabaqat al-Kabir vol. 8. hlm. 97. 
  93. ^ "Sahih al-Bukhari 4258 - Military Expeditions led by the Prophet (pbuh) (Al-Maghaazi) - كتاب المغازى - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-30. 
  94. ^ "Sahih al-Bukhari 2592 - Gifts - كتاب الهبة وفضلها والتحريض عليها - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-30. 
  95. ^ a b "Sahih Muslim 2105 - The Book of Clothes and Adornment - كتاب اللباس والزينة - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-30. 
  96. ^ "Sunan an-Nasa'i 4276 - The Book of Hunting and Slaughtering - كتاب الصيد والذبائح - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-30. 
  97. ^ a b al-Tabari. The History of Al-Tabari Vol. 39. hlm. 193–194. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 Agustus 2021. 
  98. ^ Al-Tabari. The History of Al-Tabari volume. 9. hlm. 137. 
  99. ^ "الكتب - البداية والنهاية - سنة إحدى عشرة من الهجرة - فصل في ذكر أولاده عليه وعليهم الصلاة والسلام- الجزء رقم8". Islamic Library. Diakses tanggal 28 November 2019. 
  100. ^ ابن سعد. كتاب الطبقات الكبرى ط العلمية. hlm. 8:121–122. 
  101. ^ Ibn Sa'd. Kitab at-Tabaqat al-Kabir vol.8. hlm. 111. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-01. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  102. ^ al-Tabari. The History of al-Tabari vol.39. hlm. 188. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Agustus 2021. 
  103. ^ al-Tabari. The History of Al-Tabari vol.39. hlm. 140–141. 
  104. ^ "إسلام ويب - المعجم الكبير - مسند النساء - باب من يعرف من النساء بالكنى - أم حبيب بنت العباس بن عبد المطلب- الجزء رقم5". islamweb.net (dalam bahasa Arab). Diakses tanggal 2021-09-01. 
  105. ^ Ibn Ishaq. Sirat Rasul Allah. hlm. 311. 
  106. ^ al-Tabari. The History of Al-Tabari vol. 9. hlm. 140. 
  107. ^ al-Tabari. History of al-Tabari vol.9. hlm. 139. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Agustus 2021. 
  108. ^ Ibnu Sa'ad. Kitab al-Tabaqat al-Kabir vol.8. Diterjemahkan oleh Aisha Bewley. hlm. 111–114. 
  109. ^ al-Tabari. The History of Al-Tabari vol.9. hlm. 139. 
  110. ^ al-Tabari. The History of Al-Tabari vol.39. hlm. 196. 
  111. ^ Ibn Ishaq. Sirat Rasul Allah. hlm. 557. 
  112. ^ ibnu Sa'ad. Kitab at-Tabaqat al-Kabir. hlm. 110. 
  113. ^ "Sahih al-Bukhari 5255 - Divorce - كتاب الطلاق - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-09-01. 
  114. ^ al-Tabari. The History of Al-Tabari vol. 39. hlm. 189–190. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Agustus 2021. 
  115. ^ Ibn Sa'ad. "ص145 - كتاب الطبقات الكبرى ط دار صادر - أسماء بنت النعمان بن أبي الجون بن الأسود بن الحارث بن شراحيل بن الجون بن آكل المرار الكندي - المكتبة الشاملة الحديثة". al-maktaba.org. Diakses tanggal 2021-08-31. 
  116. ^ "Surah Al-Ahzab - 53". quran.com. Diakses tanggal 2021-08-31. 
  117. ^ Al-Tabari. The History of Al-Tabari Vol. 39. hlm. 191. 
  118. ^ "ص116 - كتاب الطبقات الكبرى ط العلمية - قتيلة بنت قيس - المكتبة الشاملة الحديثة". al-maktaba.org. Diakses tanggal 2021-09-02. 
  119. ^ "ص117 - كتاب الطبقات الكبرى ط العلمية - مليكة بنت كعب الليثي - المكتبة الشاملة الحديثة". al-maktaba.org. Diakses tanggal 2021-09-02. 

Referensi

Daftar pustaka