Lompat ke isi

Museum Monumen Yogya Kembali

Koordinat: 7°44′58″S 110°22′11″E / 7.749577°S 110.369599°E / -7.749577; 110.369599
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 28 Mei 2024 21.31 oleh JumadilM (bicara | kontrib) (merapikan isi artikel)
Museum Monumen Yogya Kembali
ꦩꦺꦴꦤꦸꦩꦺꦤ꧀ꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦼꦩ꧀ꦧꦭꦶ
Monumèn Yogya Kembali
JenisMuseum
LetakIndonesia Jl. Ring Road Utara, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
Kota terdekatKota Yogyakarta
Koordinat7°44′58″S 110°22′11″E / 7.749577°S 110.369599°E / -7.749577; 110.369599
Badan pengelolaKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Situs webmonjali-jogja.com

Museum Monumen Yogya Kembali (bahasa Jawa: ꦩꦺꦴꦤꦸꦩꦺꦤ꧀ꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦼꦩ꧀ꦧꦭꦶ, translit. Monumèn Yogya Kembali) biasa dikenal sebagai Monumen Jogja Kembali disingkat Monjali adalah sebuah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan dikelola oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Museum yang berada di bagian utara kota ini banyak dikunjungi oleh para pelajar dalam acara darmawisata.

Rana di pintu masuk museum

Museum monumen dengan bentuk kerucut ini terdiri dari 3 lantai dan dilengkapi dengan ruang perpustakaan serta ruang serbaguna. Pada rana pintu masuk dituliskan sejumlah 422 nama pahlawan yang gugur di daerah Wehrkreise III (RIS) antara tanggal 19 Desember 1948 sampai dengan 29 Juni 1949. Dalam 4 ruang museum di lantai 1 terdapat benda-benda koleksi: relief, replika, foto, dokumen, heraldika, berbagai jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum dalam suasana perang kemerdekaan 1945-1949. Tandu dan dokar (kereta kuda) yang pernah dipergunakan oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman juga disimpan di sini (di ruang museum nomor 2). Monumen Yogya Kembali beralamat di Jl. Ring Road Utara, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sejarah

Relief dari tulisan tangan Bung Karno yang ada di dinding luar museum
Salah satu diorama (miniatur/replika) di dalam museum ini yang menggambarkan suasana Gedung Agung (istana Kepresidenan RI di Yogyakarta) pada saat itu (yang duduk dari kanan: M. Hatta, Soekarno, Jendral Soedirman, TB Simatupang, Soeharto).

Gagasan untuk mendirikan monumen ini dilontarkan oleh kolonel Soegiarto, selaku walikota Yogyakarta pada tahun 1983. Nama Yogya Kembali dipilih dengan maksud sebagai tetenger (peringatan, penanda) dari peristiwa sejarah ditariknya tentara pendudukan Belanda dari ibu kota RI di Yogyakarta pada waktu itu, tanggal 29 Juni 1949. Hal ini merupakan tanda awal bebasnya bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerintahan Belanda.[butuh rujukan]Pembangunan Monumen Yogya Kembali dimulai pada tanggal 29 Juni 1985 Tanda dimulainya pembanguan ialah dengan diadakannya upacara tradisional berupa penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama. Kedua kegiatan ini dilakukan oleh Hamengkubuwana IX dan Paku Alam VIII.[1]

Pembangunan monumen ini dilakukan dengan memperhitungkan beberapa faktor penting. Titik pusat bangunan ini merupakan sebuah titik yang secara imajiner menghubungkan beberapa titik penting di Yogyakarta yaitu Keraton Yogyakarta, Tugu Yogyakarta, Gunung Merapi, Parangtritis Panggung Krapyak. Titik ini sendiri disebut sebagai Garis Imajiner Yogyakarta dan penanda dari titik imajiner ini sendiri berada pada lantai 3 bangunan monumen ini.

Koleksi Unggulan Museum Monumen Yogya Kembali[2]

Amanat Sri Sultan HB IX tentang bergabungnya Kesultanan Yogyakarta ke NKRI, sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pada tahun 2014 Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menerbitkan buku berisi koleksi unggulan museum di Daerah Istimewa Yogyakarta, di antaranya adalah koleksi unggulan yang dimiliki oleh Museum Yogya Kembali. Koleksi unggulan Museum Yogya Kembali adalah sebagai berikut:

  1. Replika pakaian militer, berbagai jenis pakaian tentara, polisi istimewa, gerilyawan, tentara pelajar, heiho, laskar wilayah, pakaian cadet Vaadright sebelum bersatu menjadi Tentara Nasional Indonesia.
  2. Senjata api genggam, berbagai jenis senjata api hasil rampasan yang diperoleh dari para serdadu Belanda ketika masa perang kemerdekaan.
  3. Diorama Soeharto, diorama ini menampilkan situasi ketika Soeharto merencanakan taktik penyerangan Serangan Umum 1 Maret
  4. Tandu Jenderal Soedirman, tandu yang dipakai oleh Jenderal Soedirman ketika bergerilya melawan Belanda di Yogya, Madiun, sampai Kediri.

Referensi

  1. ^ "Monumen Yogya Kembali". Sistem Registrasi Nasional Museum. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  2. ^ Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. (2014). Koleksi Unggulan Museum Yogyakarta. Yogyakarta, Indonesia: Penulis

Bibliografi

  • Buku petunjuk singkat kunjungan Museum Monumen Yogya Kembali: Nuansa Wisata Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia 1945-1949.

Pranala luar