Lompat ke isi

Jawa Tengah

Koordinat: 6°58′S 110°7′E / 6.967°S 110.117°E / -6.967; 110.117
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

{{Kotakinfo provinsi | nama=Jawa Tengah | motto="Prasetya Ulah Sakti Bhakti Praja"
(Berjanji akan berusaha keras dan setia terhadap negara) | bendera= | lambang=Central Java COA.svg | peta=Locator jateng final.png | koordinat=8º 30' - 5º 40' LS
108º 30' - 111º 30' BT (termasuk Kepulauan Karimunjawa) | tanggal=Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 | tanggal=15 Agustus 1950 | ibukota=Semarang | [[(dan Kota terbesar=Purwokerto | gubernurlink=Gubernur Jawa Tengah | wakilgubernurlink=Wakil Gubernur Jawa Tengah | nama gubernur=Bibit Waluyo | nama wakil gubernur=Dra. Hj. Rustriningsih, M.Si | luas=32548,20 | kabupaten=29 | kota=6 | kecamatan=534 | kelurahan=854031820 | penduduk=32380687 | penduduktahun=2010 | pendudukref=[1] | suku=Jawa (98%), Sunda (1%) [2], Tionghoa, dll. | agama=Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kejawen | bahasa=Bahasa Jawa, Indonesia, Sunda, Tiochiu, Mandarin | zona=WIB | ref=[3] | web=www.jatengprov.go.id }}

Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.

Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal sebagai "jantung" budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang tersebar di seluruh provinsi ini.

Sejarah

Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten) yakni Semarang, Rembang, Kedu, Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta masih merupakan daerah swapraja kerajaan (vorstenland) yang berdiri sendiri dan terdiri dari dua wilayah, Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran, sebagaimana Yogyakarta. Masing-masing gewest terdiri atas kabupaten-kabupaten. Waktu itu Rembang Gewest juga meliputi Regentschap Tuban dan Bojonegoro.

Setelah diberlakukannya Decentralisatie Besluit tahun 1905, gewesten diberi otonomi dan dibentuk Dewan Daerah. Selain itu juga dibentuk gemeente (kotapraja) yang otonom, yaitu Pekalongan, Tegal, Semarang, Salatiga, dan Magelang.

Sejak tahun 1930, provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga memiliki Dewan Provinsi (Provinciale Raad). Provinsi terdiri atas beberapa karesidenan (residentie), yang meliputi beberapa kabupaten (regentschap), dan dibagi lagi dalam beberapa kawedanan (district). Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 5 karesidenan, yaitu: Pekalongan, Jepara-Rembang, Semarang, Banyumas, dan Kedu.

Menyusul kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1946 Pemerintah membentuk daerah swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran; dan dijadikan karesidenan. Pada tahun 1950 melalui Undang-undang ditetapkan pembentukan kabupaten dan kotamadya di Jawa Tengah yang meliputi 29 kabupaten dan 6 kotamadya. Penetapan Undang-undang tersebut hingga kini diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah, yakni tanggal 15 Agustus 1950.

Pemerintahan

Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan 6 kota. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas 545 kecamatan dan 8.490 desa/kelurahan.

Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, Jawa Tengah juga terdiri atas 4 kota administratif, yaitu Purwokerto, Purbalingga, Cilacap, dan Klaten. Namun sejak diberlakukannya Otonomi Daerah tahun 2001 kota-kota administratif tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam wilayah kabupaten.

Menyusul otonomi daerah, 3 kabupaten memindahkan pusat pemerintahan ke wilayahnya sendiri, yaitu Kabupaten Magelang (dari Kota Magelang ke Mungkid), Kabupaten Tegal (dari Kota Tegal ke Slawi), serta Kabupaten Pekalongan (dari Kota Pekalongan ke Kajen).

Daftar kabupaten dan kota

No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km²)[4] Jumlah penduduk (2020) Kecamatan Kelurahan/desa Lambang Peta lokasi
1 Kabupaten Banjarnegara Banjarnegara Tri Harso Widirahmanto (Pj.) 1.023,73 1.017.767 20 12/266
2 Kabupaten Banyumas Purwokerto Hanung Cahyo Saputro (Pj.) 1.335,30 1.776.918 27 30/301
3 Kabupaten Batang Batang Lani Dwi Rejeki (Pj.) 788,65 801.718 15 9/239
4 Kabupaten Blora Blora Arief Rohman 1.955,82 888.224 16 24/271
5 Kabupaten Boyolali Boyolali Said Hidayat 1.008,45 1.062.713 22 6/261
6 Kabupaten Brebes Brebes Iwanuddin Iskandar (Pj.) 1.902,37 1.978.759 17 5/292
7 Kabupaten Cilacap Cilacap Awaluddin Muuri (Pj.) 2.124,47 1.944.857 24 15/269
8 Kabupaten Demak Demak Eisti'anah 900,12 1.203.956 14 6/243
9 Kabupaten Grobogan Purwodadi Sri Sumarni 2.013,86 1.453.526 19 7/273
10 Kabupaten Jepara Jepara Edy Supriyanta (Pj.) 1.059,25 1.184.947 16 11/184
11 Kabupaten Karanganyar Karanganyar Timotius Suryadi (Pj.) 775,44 931.693 17 15/162
12 Kabupaten Kebumen Kebumen Arif Sugiyanto 1.211,74 1.350.438 26 11/449
13 Kabupaten Kendal Kendal Dico Ganinduto 1.118,13 1.018.505 20 20/266
14 Kabupaten Klaten Klaten Sri Mulyani 658,22 1.260.506 26 10/391
15 Kabupaten Kudus Kudus Muhammad Hasan Chabibie (Pj.) 425,15 849.184 9 9/123
16 Kabupaten Magelang Mungkid Sepyo Achanto (Pj.) 1.102,93 1.299.859 21 5/367
17 Kabupaten Pati Pati Henggar Budi Anggoro (Pj.) 1.489,19 1.324.188 21 5/401
18 Kabupaten Pekalongan Kajen Fadia Arafiq 837,00 968.821 19 13/272
19 Kabupaten Pemalang Pemalang Mansur Hidayat 1.118,03 1.471.489 14 12/212
20 Kabupaten Purbalingga Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi 677,55 998.561 18 15/224
21 Kabupaten Purworejo Purworejo Yuli Hastuti 1.091,49 769.880 16 25/469
22 Kabupaten Rembang Rembang Abdul Hafidz 887,13 645.333 14 7/287
23 Kabupaten Semarang Ungaran Ngesti Nugraha 950,21 1.053.094 19 27/208
24 Kabupaten Sragen Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati 941,54 976.951 20 12/196
25 Kabupaten Sukoharjo Sukoharjo Etik Suryani 489,12 907.587 12 17/150
26 Kabupaten Tegal Slawi Agustyarsyah (Pj.) 876,10 1.596.996 18 6/281
27 Kabupaten Temanggung Temanggung Hary Agung Prabowo (Pj.) 837,71 790.174 20 23/266
28 Kabupaten Wonogiri Wonogiri Joko Sutopo 1.793,67 1.043.177 25 43/251
29 Kabupaten Wonosobo Wonosobo Afif Nurhidayat 981,41 879.124 15 29/236
30 Kota Magelang - Muhammad Nur Aziz 16,06 121.526 3 17/-
31 Kota Pekalongan - Achmad Afzan Arslan Djunaid 45,25 307.150 4 27/-
32 Kota Salatiga - Yasip Khasani (Pj.) 57,36 192.322 4 23/-
33 Kota Semarang - Hevearita Gunaryanti Rahayu 373,78 1.653.524 16 177/-
34 Kota Surakarta - Teguh Prakosa 46,01 522.364 5 51/-
35 Kota Tegal - Dadang Somantri (Pj.) 39,68 273.825 4 27/-


Daftar gubernur

Gubernur Jawa Tengah saat ini adalah Bibit Waluyo. Struktur Pemerintahan Daerah Jawa Tengah terdiri atas Sekretariat Daerah (yang meliputi 3 asisten dan membawahi 9 biro), 19 dinas, 6 kantor, 15 badan, serta 7 badan rumah sakit daerah.

Gubernur Jawa Tengah
Hanacaraka: ꦒꦸꦧꦼꦂꦤꦸꦂꦗꦮꦶꦠꦼꦔꦃ
Petahana
Nana Sudjana
Penjabat

sejak 5 September 2023
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
KediamanWisma Perdamaian (resmi)
Puri Gedeh (peristirahatan)
Masa jabatan5 tahun; dapat diperpanjang sekali
Pejabat perdanaSoeroso
Dibentuk18 Agustus 1945; 78 tahun lalu (1945-08-18)
WakilWakil Gubernur Jawa Tengah
Situs webSitus web resmi

Gubernur Jawa Tengah adalah kepala daerah tingkat satu yang memegang pemerintahan di Jawa Tengah bersama dengan wakil gubernur dan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah dipilih melalui pemilihan umum yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Pada umumnya, gubernur diusung oleh gabungan partai politik yang setidaknya memiliki kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, serta dapat didukung oleh partai-partai politik non parlemen.

Jawa Tengah termasuk salah satu provinsi pertama yang berdiri semasa Republik Indonesia dibentuk pada 1945. Gubernur pertama diumumkan oleh Presiden Soekarno melalui Badan Penerangan bahwa Soeroso ditunjuk untuk memegang jabatan Gubernur Jawa Tengah. Enam gubernur pertama memiliki gelar kebangsawanan Jawa atau priayi, seperti Raden Mas Tumenggung. Menjelang masa Orde Lama berakhir hingga transisi pemerintahan antara Orde Baru dengan Reformasi, Gubernur Jawa Tengah dijabat oleh purnawirawan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

Bibit Waluyo dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah gubernur pertama Jawa Tengah yang dipilih rakyat dengan memenangkan Pilgub Jawa Tengah 2008, setelah sebelumnya dipilih melalui sidang paripurna di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.[5]

Daftar

Berikut adalah daftar Gubernur Jawa Tengah secara definitif sejak tahun 1945.[6][7][8]

Nomor urut Gubernur Potret Partai Awal Akhir Masa jabatan Periode Wakil Ref.
1   Suroso
(1893–1981)
Independen 18 Agustus 1945 12 Oktober 1945 55 hari 1 Tidak ada
2   Wongsonegoro
(1897–1978)
Parindra 13 Oktober 1945 4 Agustus 1949 3 tahun, 295 hari 2 Tidak ada
3 Budijono
(1905–1970)
PNI 4 Agustus 1949 8 Juli 1954 4 tahun, 338 hari 3 Tidak ada [9]
4 Mangunegara PNI 8 Juli 1954 29 November 1958 4 tahun, 144 hari 4 Tidak ada
5 Sukardji Mangunkusumo PNI 29 November 1958 4 Januari 1959 36 hari 5 Tidak ada
6 Hadisubeno Sosrowerdojo
(1912–1971)
PNI 4 Januari 1959 15 Januari 1960 1 tahun, 11 hari 6 Tidak ada
7 Mokhtar
(1909–1985)
PNI 15 Januari 1960 5 Mei 1966 6 tahun, 110 hari 7 Sujono Atmo
1960–tidak diketahui
8 Munadi
(1923–2013)
Golkar[a] 5 Mei 1966 28 Desember 1974 8 tahun, 237 hari 8 Tidak ada
9 Supardjo Rustam
(1926–1993)
Golkar[a] 2 Juni 1975 2 Juni 1980 5 tahun, 0 hari 9 Tidak diketahui
2 Juni 1980 5 Juni 1983[b] 3 tahun, 3 hari 10 Tidak diketahui [11]
10 Muhammad Ismail
(1927–2008)
Golkar[a] 5 Juni 1983 1988 4–5 tahun 11 Suparto Tjitrodihardjo
1988 1993 4–5 tahun 12
Sunartejo
1990–1994
11 Suwardi Prawiranegara
(1938–2015)
Golkar[a] 1993 24 Agustus 1998 4–5 tahun 13
Susmono Martosiswojo
1994–1998
Hartono[12]
Djoko Sudantoko[12]
12 Mardiyanto
(lahir 1947)
PDI-P[c] 24 Agustus 1998 24 Agustus 2003 5 tahun, 0 hari 14
1998–2003:
  • Ahmad
  • Djoko Sudantoko
  • Mulyadi Widodo
24 Agustus 2003 29 Agustus 2007 4 tahun, 5 hari 15
(2003)
Ali Mufiz
2003–2007
[13]
13 Ali Mufiz
(lahir 1944)
PPP 28 September 2007 23 Agustus 2008 330 hari Tidak ada [14][15]
14 Bibit Waluyo
(lahir 1949)
PDI-P[d] 23 Agustus 2008 23 Agustus 2013 5 tahun 16
(2008)
Rustriningsih [16]
15 Ganjar Pranowo
(lahir 1968)
PDI-P 23 Agustus 2013 23 Agustus 2018 5 tahun 17
(2013)
Heru Sudjatmoko [17][18]
5 September 2018 5 September 2023 5 tahun 18
(2018)
Taj Yasin Maimun [19][20]

Pengganti sementara

Dalam tumpuk pemerintahan, seorang kepala daerah yang mengajukan diri untuk cuti atau berhenti sementara dari jabatannya kepada pemerintah pusat, maka Menteri Dalam Negeri menyiapkan penggantinya yang merupakan birokrat di pemerintah daerah atau bahkan wakil gubernur, termasuk ketika posisi gubernur berada dalam masa transisi. Berikut merupakan daftar pengganti sementara untuk jabatan Gubernur Jawa Tengah.

Pejabat Potret Partai Awal Akhir Masa jabatan Periode Gubernur definitif Ref.
  Supardjo Rustam
(1926–1993)
(Penjabat Sementara)
Golkar 28 Desember 1974 2 Juni 1975 156 hari Transisi
  Ali Mufiz
(lahir 1944)
(Pelaksana Tugas)
PPP 29 Agustus 2007 28 September 2007 30 hari 15
(2003)
Mardiyanto
  Heru Sudjatmoko
(lahir 1951)
(Pelaksana Tugas)
PDI-P 15 Februari 2018 24 Juni 2018 129 hari 17
(2013)
Ganjar Pranowo [ket. 1]
  Syarifuddin
(Penjabat)
Nonpartisipan 23 Agustus 2018 5 September 2018 13 hari Transisi [22]
  Nana Sudjana
(lahir 1965)
(Penjabat)
Nonpartisipan 5 September 2023 Petahana 337 hari
Catatan
  1. ^ Heru Sudjatmoko menjabat sebagai Pelaksana Tugas Gubernur selama gubernur definitif, Ganjar Pranowo berpartisipasi dalam pemilihan umum Gubernur Jawa Tengah 2018.[21]
Keterangan
  1. ^ a b c d Sekretariat Bersama Golongan Karya bukan partai politik selama kurun waktu 1964 sampai 1998. Golkar adalah rumpun golongan karya yang membawahi beberapa Kelompok Induk Organisasi (KINO), termasuk Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) yang di antaranya adalah pegawai negeri sipil.[10] Pejabat ini dahulu merupakan seorang birokrat di Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia yang "dikaryakan" sebagai gubernur sekaligus sebagai anggota Golkar.
  2. ^ Supardjo Rustam "dikaryakan" oleh pemerintah Orde Baru sebagai Menteri Dalam Negeri Indonesia pada tanggal 19 Maret 1983 sekaligus merangkap jabatan Gubernur Jawa Tengah.
  3. ^ Pernah menjadi Kader PDI-P Dari tahun 1998 hingga pada akhirnya resmi keluar Dari partai pada tahun 2004.
  4. ^ Sebelum 2013, Bibit Waluyo merupakan anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), partai yang mengusungnya menjadi Gubernur Jawa Tengah.

</onlyinclude>

Galeri foto

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Sensus Penduduk 2010
  2. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. 
  3. ^ http://www.indonesia.go.id/index.php/content/view/614/826/
  4. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  5. ^ "Bibit-Rustriningsih, Cagub/Wagub Jateng Terpilih". Kompas.com. 1 Juli 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-11. Diakses tanggal 29 April 2022. 
  6. ^ "Gubernur dan Wakil Gubernur". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Jakarta: Pusat Data, Informasi, Informasi dan Telkomunikasi Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-03. Diakses tanggal 31 Oktober 2015. 
  7. ^ "Sejarah Jawa Tengah". Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-01-21. Diakses tanggal 24 Desember 2015. 
  8. ^ "Sejarah Perkembangan Provinsi Jawa Tengah: Kepala Pemerintahan". Pemerintah Kabupaten Pati. Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pati. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-12. Diakses tanggal 12 Januari 2018. 
  9. ^ Wardaya, F. X. Baskara Tulus (2008). Mencari Supriyadi: Kesaksian Pembantu Utama Bung Karno. Yogyakarta: Galangpress. hlm. 105. ISBN 978-602-8174-07-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-19. Diakses tanggal 2018-01-12. 
  10. ^ "Golkar Bukan Hanya Milik Pegawai Negeri". Berita Yudha. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. 1986-08-01. Diakses tanggal 2024-05-17. 
  11. ^ "Sekitar Pelantikan Gubernur Jawa Tengah". Suara Karya. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. 1980-06-04. hlm. 14. Diakses tanggal 2024-05-21. 
  12. ^ a b Direktori Pemerintahan RI 1998. Mitra Info. 1998. Diakses tanggal 5 September 2023. 
  13. ^ "Mardiyanto Dilantik Menjadi Gubernur Jateng". Liputan6.com. 24 Agustus 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-02. Diakses tanggal 29 April 2022. 
  14. ^ prasetya, TRIJAYA/avi (28 September 2007). "Mendagri Lantik Ali Mufiz Jadi Gubernur Jateng". Okezone.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-29. Diakses tanggal 29 April 2022. 
  15. ^ "DPRD Usul Pemberhentian Gubernur Jateng". Kompas.com. 21 Agustus 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-06. Diakses tanggal 29 April 2022. 
  16. ^ "Bibit-Rustri Dilantik Jadi Gubernur-Wagub Jateng". detikcom. 23 Agustus 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-29. Diakses tanggal 29 April 2022. 
  17. ^ Rizki Gunawan (4 Juni 2013). "KPU: Ganjar-Heru Resmi Menang Pilkada Jateng". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-02. Diakses tanggal 29 April 2022. 
  18. ^ "Ganjar-Heru Resmi Jabat Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng 2013-2018". Detik.com. 23 Agustus 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-29. Diakses tanggal 29 April 2022. 
  19. ^ Adhitya Purbaya, Angling (24 Juli 2018). "KPU Tetapkan Ganjar-Yasin sebagai Pemenang Pilgub Jateng 2018". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-29. Diakses tanggal 29 April 2022. 
  20. ^ Ihsanuddin (5 September 2018). Maharani, Dian, ed. "Presiden Jokowi Lantik 9 Gubernur dan Wagub Hasil Pilkada 2018". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-02. Diakses tanggal 29 April 2022. 
  21. ^ Amirullah, ed. (8 Februari 2018). "Wagub Jadi Plt Gubernur selama Ganjar Cuti Kampanye Pilkada". Tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 29 April 2022. 
  22. ^ Purnomo, Daniel Ari (23 Agustus 2018). Huda, M Nur, ed. "Syarifuddin Dilantik Menjadi PJ Gubernur Jawa Tengah". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-23. Diakses tanggal 23 Agustus 2018. 



Perwakilan

Jawa Tengah mengirim 77 wakil dari sepuluh daerah pemilihan ke DPR RI dan empat wakil ke DPD.

DPRD Jawa Tengah hasil Pemilihan Umum Legislatif 2009 tersusun dari sepuluh partai, dengan perincian sebagai berikut:[1][2]

Partai Kursi %
PDI-P 23 -
Partai Demokrat 16 -
Partai Golkar 11 -
PKS 10 -
PAN 10 -
PKB 9 -
Partai Gerindra 9 -
PPP 7 -
Partai Hanura 4 -
PKNU 1 -
Total 100 100,0

Geografi

Peta Administrasi Provinsi Jawa Tengah
Peta Administrasi Provinsi Jawa Tengah

Relief

Menurut tingkat kemiringan lahan di Jawa Tengah, 38% lahan memiliki kemiringan 0-2%, 31% lahan memiliki kemiringan 2-15%, 19% lahan memiliki kemiringan 15-40%, dan sisanya 12% lahan memiliki kemiringan lebih dari 40%.

Kawasan pantai utara Jawa Tengah memiliki dataran rendah yang sempit. Di kawasan Brebes selebar 40 km dari pantai, dan di Semarang hanya selebar 4 km. Dataran ini bersambung dengan depresi Semarang-Rembang di timur. Gunung Muria pada akhir Zaman Es (sekitar 10.000 tahun SM) merupakan pulau terpisah dari Jawa, yang akhirnya menyatu karena terjadi endapan aluvial dari sungai-sungai yang mengalir. Kota Demak semasa Kesultanan Demak (abad ke-16 Masehi) berada di tepi laut dan menjadi tempat berlabuhnya kapal. Proses sedimentasi ini sampai sekarang masih berlangsung di pantai Semarang.

Di selatan kawasan tersebut terdapat Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan Kendeng, yakni pegunungan kapur yang membentang dari sebelah timur Semarang hingga Lamongan (Jawa Timur).

Rangkaian utama pegunungan di Jawa Tengah adalah Pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan. Rangkaian Pegunungan Serayu Utara membentuk rantai pegunungan yang menghubungkan rangkaian Bogor di Jawa Barat dengan Pegunungan Kendeng di timur. Lebar rangkaian pegunungan ini sekitar 30-50 km; di ujung baratnya terdapat Gunung Slamet dan bagian timur merupakan Dataran Tinggi Dieng dengan puncak-puncaknya Gunung Prahu dan Gunung Ungaran. Antara rangkaian Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu Selatan dipisahkan oleh Depresi Serayu yang membentang dari Majenang (Kabupaten Cilacap), Purwokerto, hingga Wonosobo. Sebelah timur depresi ini terdapat gunung berapi Sindoro dan Sumbing, dan sebelah timurnya lagi (kawasan Temanggung dan Magelang) merupakan lanjutan depresi yang membatasi Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pegunungan Serayu Selatan merupakan pengangkatan zone Depresi Bandung.

Kawasan pantai selatan Jawa Tengah juga memiliki dataran rendah yang sempit, dengan lebar 10-25 km. Perbukitan yang landai membentang sejajar dengan pantai, dari Yogyakarta hingga Cilacap. Sebelah timur Yogyakarta merupakan daerah pegunungan kapur yang membentang hingga pantai selatan Jawa Timur.

Hidrologi

Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa (572 km); memiliki mata air di Pegunungan Sewu (Kabupaten Wonogiri), sungai ini mengalir ke utara, melintasi Kota Surakarta, dan akhirnya menuju ke Jawa Timur dan bermuara di daerah Gresik (dekat Surabaya). Sungai-sungai yang bermuara di Laut Jawa diantaranya adalah Kali Pemali, Kali Comal, dan Kali Bodri. Sedang sungai-sungai yang bermuara di Samudra Hindia diantaranya adalah Serayu dan Kali Progo. Diantara waduk-waduk yang utama di Jawa Tengah adalah Waduk Gajahmungkur (Kabupaten Wonogiri), Waduk Kedungombo (Kabupaten Boyolali dan Sragen), Rawa Pening (Kabupaten Semarang), Waduk Cacaban (Kabupaten Tegal), Waduk Malahayu (Kabupaten Brebes), dan Waduk Sempor (Kabupaten Kebumen).

Gunung berapi

Terdapat 6 gunung berapi yang aktif di Jawa Tengah, yaitu: Gunung Merapi (di Boyolali), Gunung Slamet (di Pemalang), Gunung Sindoro (di Temanggung - Wonosobo), Gunung Sumbing ( di Temanggung - Wonosobo), dan Gunung Dieng (di Banjarnegara).

Keadaan tanah

Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1969, jenis tanah wilayah Jawa Tengah didominasi oleh tanah latosol, aluvial, dan grumusol; sehingga hamparan tanah di provinsi ini termasuk tanah yang mempunyai tingkat kesuburan yang relatif subur.

Iklim

Jawa Tengah memiliki iklim tropis, dengan curah hujan tahunan rata-rata 2.000 meter, dan suhu rata-rata 21-32oC. Daerah dengan curah hujan tinggi terutama terdapat di Nusakambangan bagian barat, dan sepanjang Pegunungan Serayu Utara. Daerah dengan curah hujan rendah dan sering terjadi kekeringan di musim kemarau berada di daerah Blora dan sekitarnya serta di bagian selatan Kabupaten Wonogiri.

Penduduk

Demografi

Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah 32.380.687 jiwa terdiri atas 16.081.140 laki-laki dan 16.299.547 perempuan. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kabupaten Brebes (1,732 juta jiwa), Kabupaten Cilacap (1,644 juta jiwa), dan Kabupaten Banyumas (1,553 juta jiwa).

Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat kota, baik kabupaten ataupun kota. Kawasan permukiman yang cukup padat berada di daerah Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah Kabupaten Demak dan Kendal), Solo Raya (termasuk sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali), serta Tegal-Brebes-Slawi.

Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,5% per tahun), sedang yang terendah adalah Kota Pekalongan (0,09% per tahun).

Dari jumlah penduduk ini, 47% diantaranya merupakan angkatan kerja. Mata pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34%), diikuti dengan perdagangan (20,91%), industri (15,71%), dan jasa (10,98%).

Suku

Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota Surakarta dan Yogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini.

Suku minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa, terutama di kawasan perkotaan meskipun di daerah pedesaan juga ditemukan. Pada umumnya mereka bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak diantara mereka yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya.

Selain itu di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula komunitas Arab-Indonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa.

Di daerah perbatasan dengan Jawa Barat terdapat pula orang Sunda yang sarat akan budaya Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di pedalaman Blora (perbatasan dengan provinsi Jawa Timur) terdapat komunitas Samin yang terisolir, yang kasusnya hampir sama dengan orang Kanekes di Banten.

Bahasa

Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar.

Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa; namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, diantaranya terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Diantara perbatasan kedua dialek tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek; daerah tersebut diantaranya adalah Pekalongan dan Kedu.

Di wilayah-wilayah berpopulasi Sunda, yaitu di kabupaten Brebes bagian selatan, dan kabupaten Cilacap utara sekitar kecamatan Dayeuhluhur, orang Sunda masih menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-harinya.

Berbagai macam dialek yang terdapat di Jawa Tengah :

  1. dialek Pekalongan
  2. dialek Kedu
  3. dialek Bagelen
  4. dialek Semarang
  5. dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
  6. dialek Blora
  7. dialek Surakarta
  8. dialek Yogyakarta
  9. dialek Madiun
  10. dialek Banyumasan (Ngapak)
  11. dialek Tegal-Brebes

Agama

Sebagian besar penduduk Jawa Tengah beragama Islam dan mayoritas tetap mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan.

Agama lain yang dianut adalah Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan. Penduduk Jawa Tengah dikenal dengan sikap tolerannya. Sebagai contoh di daerah Muntilan, Kabupaten Magelang banyak dijumpai penganut agama Katolik, dan dulunya daerah ini merupakan salah satu pusat pengembangan agama Katolik di Jawa. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan populasi Kristen terbesar di Indonesia.

Perekonomian

Pertanian merupakan sektor utama perekonomian Jawa Tengah, dimana mata pencaharian di bidang ini digeluti hampir separuh dari angkatan kerja terserap.

Kawasan hutan meliputi 20% wilayah provinsi, terutama di bagian utara dan selatan. Daerah Blora-Grobogan merupakan penghasil kayu jati. Jawa Tengah juga terdapat sejumlah industri besar dan menengah. Daerah Semarang-Ungaran-Demak-Kudus merupakan kawasan industri utama di Jawa Tengah. Kudus dikenal sebagai pusat industri rokok. Cilacap terdapat industri semen.

Blok Cepu di pinggiran Kabupaten Blora (perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah) terdapat cadangan minyak bumi yang cukup signifikan, dan kawasan ini sejak zaman Hindia Belanda telah lama dikenal sebagai daerah tambang minyak.

Transportasi

Jawa Tengah dilalui beberapa ruas jalan nasional, yang meliputi jalur pantura (menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya-Banyuwangi), jalur Tegal-Purwokerto, jalur lintas selatan (menghubungkan Bandung-Yogyakarta-Surakarta-Madiun-Surabaya), serta jalur Semarang-Solo. Losari, pintu gerbang Jawa Tengah sebelah barat dapat ditempuh 3,5 - 4 jam perjalanan dari Jakarta. Saat ini telah dibangun ruas jalan tol yang menghubungkan Semarang dan Solo, sehingga mempersingkat waktu tempuh dan memperlancar kegiatan perekonomian.

Jawa Tengah merupakan provinsi yang pertama kali mengoperasikan jalur kereta api, yakni pada tahun 1862 dengan rute Semarang-Yogyakarta, namun jalur ini sekarang tidak lagi dipakai. Saat ini jalur kereta api yang melintasi Jawa Tengah adalah lintas utara (Jakarta-Semarang-Surabaya), lintas selatan (Bandung-Yogyakarta-Surabaya), jalur Kroya-Cirebon, dan jalur Solo-Gundih-Semarang. Jalur kereta Solo-Wonogiri yang telah lama mati dihidupkan kembali pada tahun 2005.

Untuk transportasi udara, Bandara Ahmad Yani di Semarang dan Bandara Adi Sumarmo di Surakarta merupakan bandara komersial yang paling penting di Jawa Tengah. Selain itu juga terdapat Bandara Tunggulwulung di Cilacap dan Bandara Wirasaba di Purbalingga. Penerbangan Jakarta-Semarang atau Jakarta-Surakarta dapat ditempuh dalam waktu 45-50 menit.

Komunikasi dan Media Massa

Semarang, Surakarta, Purwokerto, dan Tegal merupakan kota-kota yang memiliki stasiun relay televisi swasta nasional. Beberapa stasiun televisi lokal di Jawa Tengah adalah TV Borobudur, Pro-TV, Cakra Semarang TV dan TVKU (di Semarang); TATV (di Surakarta); TegalTV (di Tegal); Kebumen TV (di Kebumen); dan Banyumas TV (di Banyumas).

Suara Merdeka, harian yang terbit dari Semarang, adalah surat kabar dengan sirkulasi tertinggi di Jawa Tengah[butuh rujukan]; harian ini juga memiliki edisi lokal Suara Pantura dan Suara Solo. Di samping itu terdapat koran jaringan Jawa Pos Group, baik yang terbit bersama induknya Jawa Pos (Radar Solo, Radar Jogja, Radar Semarang, dan Radar Kudus) maupun yang terbit sendiri (Meteor, Solo Pos, Radar Tegal, Radar Banyumas, Joglosemar).

Pendidikan Tinggi

Jawa Tengah memiliki sejumlah perguruan tinggi terkemuka, terutama di kota Semarang dan Surakarta. Perguruan tinggi negeri meliputi: Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Negeri Semarang (Unnes), dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)Walisongo di Semarang; Universitas Sebelas Maret (UNS) di Solo, serta Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) di Purwokerto

Sedangkan universitas swasta di Jawa Tengah antara lain Universitas Dian Nuswantoro Semarang (UDINUS), Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Salatiga, Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) dan Unika Soegijapranata di Semarang, STIE Bank BPD Jateng, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Magelang, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Universitas Pekalongan UNIKAL serta Universitas Panca Sakti di Tegal.

Selain itu juga terdapat Akademi Angkatan Darat (AAD) dan SMA Taruna Nusantara di Magelang serta Akademi Kepolisian di Semarang. LPLP Tutuko adalah lembaga pendidikan aviasi dan maintenance penerbangan (mekanik) di Surakarta (Jl. Merapi, Surakarta) dan Yogyakarta (Jl. Sorosutan, Yogyakarta).

Pariwisata

Bengawan Solo di Kota Cepu, Kabupaten Blora

Jawa Tengah banyak terdapat obyek wisata yang sangat menarik. Kota Semarang memiliki sejumlah bangunan kuno. Obyek wisata lain di kota ini termasuk Puri Maerokoco (Taman Mini Jawa Tengah) [(Museum Jawa Tengah Ranggawarsita)]dan Museum Rekor Indonesia (MURI).

Salah satu kebanggaan provinsi ini adalah Candi Borobudur, yakni monumen Buddha terbesar di dunia yang dibangun pada abad ke-9, terdapat di Kabupaten Magelang. Candi Mendut dan Pawon juga terletak satu kompleks dengan Borobudur.

Candi Prambanan di perbatasan Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Di kawasan Dieng terdapat kelompok candi-candi Hindu, yang diduga dibangun sebelum era Mataram Kuno. Kompleks candi Gedong Songo terletak di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang.

Surakarta dipandang sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, dimana di kota ini terdapat Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Obyek wisata menarik di luar kota ini adalah Air Terjun Grojogan Sewu dan candi-candi peninggalan Majapahit di Kabupaten Karanganyar; serta Museum Fosil Sangiran yang terletak di jalur Solo-Purwodadi.

Bagian selatan Jawa Tengah juga menyimpan sejumlah obyek wisata alam menarik, diantaranya Goa Jatijajar dan Pantai Karangbolong di Kabupaten Kebumen, serta Baturraden di Kabupaten Banyumas. Di bagian utara terdapat Obyek Wisata Guci di lereng Gunung Slamet, Kabupaten Tegal; serta Kota Pekalongan yang dikenal dengan julukan 'kota batik'.

Kawasan pantura barat banyak menyimpan wisata religius. Masjid Agung Demak yang didirikan pada abad ke-16 merupakan bangunan artistik dengan paduan arsitektur Islam dan Hindu. Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kawasan pantura barat terdapat 3 makam wali sanga, yakni Sunan Kalijaga di Demak, Sunan Kudus di kota Kudus, dan Sunan Muria di Kabupaten Kudus. Kudus juga dikenal sebagai 'kota kretek', dan kota ini juga terdapat museum kretek.

Lihat pula

Pranala luar

Catatan kaki

  1. ^ Sudibyo, TW. Rekap Pileg di Jateng, DPRD Jateng Didominasi Muka Baru. DetikNews. Edisi 19-05-2009.
  2. ^ PDIP Raih Kursi Terbanyak DPRD Jateng. AntaraNews. Edisi 19-05-2009.

6°58′S 110°7′E / 6.967°S 110.117°E / -6.967; 110.117