Lompat ke isi

Pengangguran

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dua orang pekerja bangunan yang menganggur menunggu pekerjaan di sekitar Katedral Metropolitan Kota Meksiko.
Ekonomi

Kategori umum

Ekonomi mikro · Ekonomi makro
Sejarah pemikiran ekonomi
Metodologi  · Pendekatan heterodoks

Bidang dan subbidang

Perilaku  · Budaya  · Evolusi
Pertumbuhan  · Pengembangan  · Sejarah
Internasional · Sistem ekonomi
Keuangan dan Ekonomi keuangan
Masyarakat dan Ekonomi kesejahteraan
Kesehatan  · Buruh  · Manajerial
Bisnis Informasi  · Informasi · Teori permainan
Organisasi Industri  · Hukum
Pertanian  · Sumber daya alam
Lingkungan · Ekologis
Geografi Ekonomi  · Kota · Pedesaan  · Kawasan
Peta ekonomi

Teknik

Matematika  · Ekonometrika
Eksperimental · Neraca nasional

Daftar

Jurnal · Publikasi
Kategori · Topik · Ekonom

Portal Bisnis dan ekonomi

Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari pekerjaan, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.

Umumnya pengangguran disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada serta mampu menyerapnya. Pengangguran sering kali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Pencarian kerja adalah proses mencocokkan pekerja dengan pekerjaan yang sesuai.

Statistik pengangguran

[sunting | sunting sumber]

Tingkat pengangguran adalah persentase mereka yang ingin bekerja, namun tidak memiliki pekerjaan. Tingkat pengangguran diperoleh melalui survei terhadap ribuan rumah tangga. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya produk nasional bruto (PNB, GNP) dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

Jumlah pengangguran biasanya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta tidak didukung oleh tersedianya lapangan kerja baru atau keengganan untuk menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk dirinya sendiri atau memang tidak memungkinkan untuk mendapatkan lapangan kerja atau tidak memungkinkan untuk menciptakan lapangan kerja. Sebenarnya, kalau seseorang menciptakan lapangan kerja, menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk diri sendiri akan berdampak positif untuk orang lain juga, misalnya dari sebagian hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk membantu orang lain walau sedikit saja. Pada perekonomian yang maju, sebagian besar orang yang menjadi pengangguran memperoleh pekerjaan dalam waktu singkat. Meskipun demikian, sebagian besar pengangguran yang diamati dalam periode tertentu dapat disebabkan oleh sekelompok orang yang tidak bekerja untuk waktu yang lama.[1]

Jenis pengangguran

[sunting | sunting sumber]

Pengangguran dibedakan menjadi dua macam yaitu berdasarkan sumber dan penyebabnya dan berdasarkan cirinya. Berdasarkan sumber dan penyebabnya, pengangguran dapat dibedakan menjadi:[2]

  1. Pengangguran normal/friksional.[2] Merupakan pengeluaran yang disebabkan kesenjangan waktu, informasi lowongan, kondisi geografis dan dokumen dan keinginan pencari kerja memperoleh pekerjaan lebih baik.
  2. Pengangguran siklikal[2]
  3. Pengangguran struktural.[2] Yaitu pengangguran yang tidak memenuhi persyaratan kerja akibat perubahan struktur dan cara kegiatan ekonomi sebagai dampak perkembangan ekonomi.
  4. Pengangguran teknologi[2]

Sedangkan menurut cirinya, pengangguran dapat dibedakan menjadi:[3]

Pengangguran terbuka

[sunting | sunting sumber]

Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang terjadi karena pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan.[2][3]

Menurut BPS, pengangguran terbuka terdiri atas:

  1. Penduduk yang sedang mencari pekerjaan[2]
  2. Penduduk yang sedang mempersiapkan usaha[2]
  3. Penduduk yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan[2]
  4. Penduduk yang sudah punya pekerjaan[2]

Pengangguran tersembunyi

[sunting | sunting sumber]

Pengangguran tersembunyi (terselubung) adalah pengangguran yang terjadi karena penambahan pada tenaga kerja yang dilakukan tidak menghasilkan penambahan yang berarti pada tingkat produksi.[2][3] atau angkatan kerja yang sudah bekerja, tetapi tidak bekerja secara optimal.

Pengangguran musiman

[sunting | sunting sumber]

Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi karena adanya pergantian musim (musim tanam dan musim panen) biasanya terjadi pada sektor perikanan dan pertanian.[2][3]

Setengah menganggur

[sunting | sunting sumber]

Setengah menganggur terjadi akibat migrasi dari desa ke kota sangat pesat sehingga tidak semua orang memperoleh pekerjaan dengan mudah, sebagian menjadi penganggur sepenuh waktu, ada pula yang tidak menganggur tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu dan jam kerja mereka adalah jauh lebih rendah dari yang normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari seminggu.[2][3] Setengah menganggur yaitu tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu.

Penyebab dan dampak pengangguran

[sunting | sunting sumber]

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Selain itu kurangnya informasi dimana pencari kerja tidak memiliki akses untuk mencari informasi tentang perusahaan yang kekurangan tenaga kerja dan kurangnya keahlian yang dimiliki oleh pencari kerja serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap peningkatan softskiil pencari kerja menjadi penyebab tingginya angka pengangguran di Indonesia.[4]

Tingginya angka pengangguran berdampak buruk bagi perekonomian, seperti rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat, rendahnya produktivitas dan pendapatan masyarakat, menurunnya tingkat investasi, memacu tindak kriminalitas akibat naiknya angka kemiskinan, terganggunya stabilitas ekonomi, sosial, politik, dan mengurangi penerimaan negara, serta menurunnya tingkat pajak penghasilan sehingga proses pembangunan ekonomi nasional terhambat. Apabila hal-hal tersebut dibiarkan maka pengangguran dapat menjadi masalah sosial, seperti timbulnya kemiskinan, tingginya angka kejahatan,dan masalah sosial lainnya.[5]

Peringkat negara berdasar tingkat pengangguran

[sunting | sunting sumber]
Tingkat Pengangguran tahun 2021

Tingkat pengangguran di dunia, semakin biru semakin bagus

Ranking
berdasarkan
entitas
Entitas Tingkat
pengangguran
(%)
Sumber / tanggal dari
informasi
1 Andorra Andorra 0.00 perkiraan 1996.
1 Monako Monako 0.00 2005
1 Pulau Norfolk Pulau Norfolk (Australia) 0.00
4 Guernsey Guernsey (Britania Raya) 0.90 Maret 2006 est.
5 Azerbaijan Azerbaijan 1.20 perkiraan 2006 .
6 Islandia Islandia 1.30 perkiraan 2006 .
6 Liechtenstein Liechtenstein 1.30 September 2002
8 Pulau Man Pulau Man (Britania Raya) 1.50 perkiraan Desember 2006
9 Belarus Belarus 1.60 2005
10 Vanuatu Vanuatu 1.70 1999
11 Kuba Kuba 1.90 perkiraan 2006 .
12 Gibraltar Gibraltar (Britania Raya) 2.00 perkiraan 2001 .
12 Kiribati Kiribati 2.00 perkiraan 1992.
12 Vietnam Vietnam 2.00 perkiraan 2006.
12 Papua Nugini Papua Nugini 2.00 2004
16 Bermuda Bermuda 2.10 perkiraan 2004.
16 Thailand Thailand 2.10 perkiraan 2006.
16 Kepulauan Faroe Kepulauan Faroe (Denmark) 2.10 2006
19 Jersey Jersey (Britania Raya) 2.20 perkiraan 2006.
19 Kuwait Kuwait 2.20 perkiraan 2004.
21 Uni Emirat Arab Uni Emirat Arab 2.40 2001
21 Laos Laos 2.40 perkiraan 2005.
23 Bangladesh Bangladesh 2.50 perkiraan 2006.
23 Bhutan Bhutan 2.50 2004
23 Kamboja Kamboja 2.50 perkiraan 2000.
26 Singapura Singapura 2.70 perkiraan 2006.
26 Ukraina Ukraina 2.70 2006
28 Britania Raya Britania Raya 2.90 perkiraan 2006.
29 Uzbekistan Uzbekistan 3.00 2006
30 Guatemala Guatemala 3.20 perkiraan 2005.
30 Qatar Qatar 3.20 perkiraan 2006.
30 Meksiko Meksiko 3.20 perkiraan 2006.
33 Korea Selatan Korea Selatan 3.30 perkiraan Desember 2006 .
33 Mongolia Mongolia 3.30 2005
33 Swiss Swiss 3.30 perkiraan 2006.
36 Malaysia Malaysia 3.50 perkiraan 2006.
36 Norwegia Norwegia 3.50 perkiraan 2006.
38 Kepulauan Virgin Britania Raya Kepulauan Virgin Britania Raya (Britania Raya) 3.60 1997
39 Lituania Lithuania 3.70 perkiraan 2006.
40 Denmark Denmark 3.80 perkiraan 2006.
41 Nikaragua Nikaragua 3.80 perkiraan 2006.
42 Selandia Baru Selandia Baru 3.80 perkiraan 2006.
43 San Marino San Marino 3.80 2004
44 Kepulauan Mariana Utara Kepulauan Mariana Utara (Amerika Serikat) 3.90 2001
45 Republik Tiongkok Taiwan 3.90 perkiraan 2006.
46 Brunei Brunei Darussalam 4.00 2006
47 Jepang Jepang 4.10 perkiraan 2006.
48 Makau Makau (Tiongkok) 4.10 2005
49 Luksemburg Luksemburg 4.10 perkiraan 2006.
50 Tiongkok China 4.20 2005
51 Palau Palau 4.20 perkiraan 2005.
52 Republik Irlandia Irlandia 4.30 perkiraan 2006
53 Kepulauan Cayman Kepulauan Cayman (Britania Raya) 4.40 2004
54 Estonia Estonia 4.50 2006
55 Saint Kitts dan Nevis Saint Kitts dan Nevis 4.50 1997
56 Amerika Serikat Amerika Serikat 4.80 perkiraan 2006.
57 Australia Australia 4.90 perkiraan 2006.
58 Austria Austria 4.90 perkiraan 2006.
59 Hong Kong Hong Kong (Tiongkok) 4.90 perkiraan 2006.
60 Namibia Namibia 5.30 perkiraan 2006.
61 Siprus Siprus 5.50
62 Belanda Belanda 5.50 perkiraan 2006.
63 Siprus Siprus 5.60
64 Swedia Swedia 5.60 perkiraan 2006.
65 Nigeria Nigeria 5.80 perkiraan 2006.
66 El Salvador El Salvador 6.00 perkiraan 2006.
67 Montserrat Montserrat (Britania Raya) 6.00 perkiraan 1998.
68 Rumania Romania 6.10 perkiraan 2006.
69 Kepulauan Virgin Amerika Serikat Kepulauan Virgin (Amerika Serikat) 6.20 2004
70 Kanada Kanada 6.40 perkiraan 2006.
71 Latvia Latvia 6.50 perkiraan Desember 2006.
72 Pakistan Pakistan 6.50 perkiraan 2006.
73 Kosta Rika Kosta Rika 6.60 perkiraan 2006.
74 Rusia Rusia 6.60 perkiraan 2006.
75 Italia Italia 6.80 perkiraan 2006.
76 Malta Malta 6.80 perkiraan 2005.
77 Aruba Aruba (Belanda) 6.90 perkiraan 2005
78 Finlandia Finlandia 7.00 perkiraan 2006.
79 Trinidad dan Tobago Trinidad dan Tobago 7.00 perkiraan 2006.
80 Jerman Jerman 7.10 perkiraan 2006.
81 Peru Peru 7.20 perkiraan 2006.
82 Moldova Moldova 7.30 perkiraan 2005.
83 Armenia Armenia 7.40 perkiraan November 2006.
84 Kazakhstan Kazakhstan 7.40 perkiraan 2006.
85 Hungaria Hungaria 7.40 perkiraan 2006 .
86 Sri Lanka Sri Lanka 7.60 perkiraan 2006.
87 Portugal Portugal 7.60 perkiraan 2006
88 Israel Israel 7.60 perkiraan Januari 2007.
89 Fiji Fiji 7.60 1999
90 Maroko Maroko 7.70 perkiraan 2006 .
91 Bolivia Bolivia 7.80 perkiraan 2006 .
92 India India 7.80 perkiraan 2006 .
93 Chili Chili 7.80 2006
94 Filipina Filipina 7.90 perkiraan 2006.
95 Anguilla Anguilla (Britania Raya) 8.00 2002
96 Afrika Tengah Republik Afrika Tengah 8.00 perkiraan 2001 .
97 Belgia Belgia 8.10 perkiraan 2006.
98 Spanyol Spanyol 8.10 perkiraan Oktober 2006.
99 Ceko Ceko 8.40 perkiraan 2006 .
Eropa Uni Eropa 8.50 perkiraan 2006 .
100 Prancis Prancis 8.70 perkiraan Desember 2006 .
101 Panama Panama 8.80 perkiraan 2006.
102 Venezuela Venezuela 8.90 perkiraan Oktober 2006 .
103 Yunani Yunani 9.20 perkiraan 2006 .
104 Greenland Greenland (Denmark) 9.30 perkiraan 2005 .
105 Belize Belize 9.40 2006
106 Paraguay Paraguay 9.40 perkiraan 2005.
107 Mauritius Mauritius 9.40 perkiraan 2006 .
108 Suriname Suriname 9.50 2004
109 Brasil Brasil 9.60 perkiraan 2006 .
110 Bulgaria Bulgaria 9.60 perkiraan 2006 .
111 Slovenia Slovenia 9.60 perkiraan 2006 .
112 Kepulauan Turks dan Caicos Kepulauan Turks dan Caicos (Britania Raya) 10.00 perkiraan 1997.
113 Argentina Argentina 10.20 perkiraan kuartal ketiga, 2006 .
114 Turki Turki 10.20 perkiraan 2006.
115 Slowakia Slowakia 10.20 perkiraan 2006.
116 Myanmar Myanmar 10.20 perkiraan 2006.
117 Bahama Bahama 10.20 perkiraan 2005 .
118 Mesir Mesir 10.30 perkiraan 2006.
119 Saint Pierre dan Miquelon Saint Pierre dan Miquelon (Prancis) 10.30 1999
120 Ekuador Ekuador 10.60 perkiraan 2006.
121 Barbados Barbados 10.70 perkiraan 2003 .
122 Uruguay Uruguay 10.80 perkiraan 2006.
123 Antigua dan Barbuda Antigua dan Barbuda 11.00 perkiraan 2001 .
124 Kolombia Kolombia 11.10 perkiraan 2006.
125 Jamaika Jamaika 11.30 perkiraan 2006 .
126 Guam Guam (Amerika Serikat) 11.40 perkiraan 2002 .
127 Polinesia Prancis Polinesia Prancis (Prancis) 11.70 2005
128 Niue Niue (Selandia Baru) 12.00 2001
129 Tajikistan Tajikistan 12.00 perkiraan 2004.
130 Puerto Riko Puerto Riko (Amerika Serikat) 12.00 2002
131 Grenada Grenada 12.50 2000
132 Suriah Suriah 12.50 perkiraan 2005 .
133 Indonesia Indonesia 4.82 perkiraan 2024.[6]
134 Georgia Georgia 12.60 perkiraan 2004.
135 Pantai Gading Pantai Gading 13.00 1998
136 Arab Saudi Arab Saudi 13.00 perkiraan 2004 .
137 Tonga Tonga 13.00 perkiraan Tahun anggaran 03/04 .
138 Kepulauan Cook Kepulauan Cook (Selandia Baru) 13.10 2005
139 Albania Albania 13.80 perkiraan September 2006 .
140 Tunisia Tunisia 13.90 perkiraan 2006 .
141 Saint Helena Saint Helena (Britania Raya) 14.00 perkiraan 1998.
142 Mali Mali 14.60 perkiraan 2001.
143 Polandia Polandia 14.90 perkiraan November 2006.
144 Bahrain Bahrain 15.00 perkiraan 2005 .
145 Oman Oman 15.00 perkiraan 2004 .
146 Iran Iran 15.00 perkiraan 2007 .
147 Saint Vincent dan Grenadine Saint Vincent dan Grenadines 15.00 perkiraan 2001.
148 Wallis dan Futuna Wallis and Futuna (Prancis) 15.20 2003
149 Yordania Yordania 15.40 perkiraan 2006 .
150 Aljazair Aljazair 15.70 perkiraan 2006.
151 Republik Dominika Republik Dominika 16.00 perkiraan 2006.
152 Antillen Belanda Antillen Belanda (Belanda) 17.00 perkiraan 2002.
153 Kaledonia Baru Kaledonia Baru (Prancis) 17.10 2004
154 Kroasia Kroasia 17.20 perkiraan 2006 .
155 Kirgizstan Kirgizstan 18.00 perkiraan 2004.
156 Sudan Sudan 18.70 perkiraan 2002 .
157 Komoro Komoro 20.00 perkiraan 1996 .
158 Ghana Ghana 20.00 perkiraan 1997.
159 Lebanon Lebanon 20.00 perkiraan 2006.
160 Saint Lucia Saint Lucia 20.00 perkiraan 2003.
161 Mauritania Mauritania 20.00 perkiraan 2004.
162 Negara Palestina Jalur Gaza 20.30 2005
163 Negara Palestina Tepi Barat (Israel) 20.30 2005
164 Tanjung Verde Tanjung Verde 21.00 perkiraan 2000.
165 Gabon Gabon 21.00 perkiraan 1997.
166 Mozambik Mozambik 21.00 perkiraan 1997.
167 Federasi Mikronesia Mikronesia 22.00 perkiraan 2000.
168 Dominika Dominika 23.00 perkiraan 2000
169 Botswana Botswana 23.80 2004
170 Irak Irak 25.00 perkiraan 2005 .
171 Mayotte Mayotte (Prancis) 25.40 2005
172 Afrika Selatan Afrika Selatan 25.50 perkiraan 2006.
173 Montenegro Montenegro 27.70 2005
174 Honduras Honduras 27.90 perkiraan 2006.
175 Samoa Amerika Samoa Amerika (Amerika Serikat) 29.80 2005
176 Kamerun Kamerun 30.00 perkiraan 2001.
177 Guinea Khatulistiwa Guinea Khatulistiwa 30.00 perkiraan 1998 .
178 Libya Libya 30.00 perkiraan 2004 .
Bumi 30.00 perkiraan 2006.
179 Kepulauan Marshall Kepulauan Marshall 30.90 perkiraan 2000.
180 Serbia Serbia 31.60 perkiraan 2005 .
181 Yaman Yaman 35.00 perkiraan 2003.
182 Makedonia Utara Makedonia 36.00 perkiraan September 2006 .
183 Afganistan Afganistan 40.00 perkiraan 2005 .
184 Eswatini Swaziland 40.00 perkiraan 2006.
185 Kenya Kenya 40.00 perkiraan 2001.
186 Nepal Nepal 42.00 perkiraan 2004 .
187 Lesotho Lesotho 45.00 2002
188 Bosnia dan Herzegovina Bosnia and Herzegovina 45.50 perkiraan 31 Desember 2004 .
189 Senegal Senegal 48.00 perkiraan 2001 .
190 Jibuti Djibouti 50.00 perkiraan 2004 .
191 Zambia Zambia 50.00 perkiraan 2000.
192 Timor Leste Timor Leste 50.00 perkiraan 2001
193 Kepulauan Cocos (Keeling) Kepulauan Cocos (Keeling) (Australia) 60.00 perkiraan 2000
194 Turkmenistan Turkmenistan 60.00 perkiraan 2004
195 Zimbabwe Zimbabwe 80.00 perkiraan 2005
196 Liberia Liberia 85.00 perkiraan 2003
197 Nauru Nauru 90.00 perkiraan 2004

Kebijakan-kebijakan pengangguran

[sunting | sunting sumber]

Adanya bermacam-macam pengangguran membutuhkan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut:

Cara mengatasi pengangguran struktural

[sunting | sunting sumber]

Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah:

  • Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
  • Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
  • Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
  • Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.

Cara mengatasi pengangguran friksional

[sunting | sunting sumber]

Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut:

  • Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya.
  • Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru.
  • Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
  • Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.
  • Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.

Cara mengatasi pengangguran musiman

[sunting | sunting sumber]

Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut:

  • Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain.
  • Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.

Cara mengatasi pengangguran siklis

[sunting | sunting sumber]

Untuk mengatasi pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut:

  • Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa.
  • Meningkatkan daya beli masyarakat.[7]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Mankiw, G., Quah, E. & Wilson, P. (2013). Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat ISBN 978-981-4384-85-8
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m Edyson Susanto, Eny Rochaida, Yana Ulfah (2017). "Pengaruh Inflasi dan Pendidikan Terhadap Pengangguran dan Kemiskinan". Inovasi. 13 (1): 21. ISSN 0216-7786. 
  3. ^ a b c d e Trianggono Budi Hartanto, Siti Umajah Masjkuri. "Analsis Pengaruh Jumla Penduduk, Pendidikan, Upah Minimum dan Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014". Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan. 2 (1): 3. ISSN 2541-1470. 
  4. ^ Riska Franita (2016). "Analisa Pengangguran di Indonesia". Nusantara (Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial). 1: 89-90. ISSN 2541-657X. 
  5. ^ Trianggono Budi Hartanto, Siti Umajah Masjkuri (2017). "Analsis Pengaruh Jumlah Penduduk,Pendidikan, Upah Minimum dan Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) Terhadap Jumlah Pengagguran di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014". 2 (1): 1. ISSN 2541-1470. 
  6. ^ "Indonesia Indicators". tradingeconomics.com. Diakses tanggal 2024-10-09. 
  7. ^ Pujianto, Andi (2020-08-10). "Cara Mengatasi Pengangguran Berdasarakan Ilmu Ekonomi". Akuntansi Pendidik. Diakses tanggal 2020-08-10. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]