Kabinet Natsir
Halaman ini sedang dipersiapkan dan dikembangkan sehingga mungkin terjadi perubahan besar. Anda dapat membantu dalam penyuntingan halaman ini. Halaman ini terakhir disunting oleh Abiedestar (Kontrib • Log) 0 hari 479 menit lalu. Jika Anda melihat halaman ini tidak disunting dalam beberapa hari, mohon hapus templat ini. |
Kabinet Natsir | |
---|---|
Kabinet Pemerintahan Indonesia ke-12 | |
1950–1951 | |
Dibentuk | 7 September 1950 |
Diselesaikan | 21 Maret 1951 |
Struktur pemerintahan | |
Presiden | Soekarno |
Wakil Presiden | Mohammad Hatta |
Perdana Menteri | Mohammad Natsir |
Riwayat Perdana Menteri | Mantan Menteri Penerangan (1946–1949) Mantan anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (1945–1949) |
Wakil Perdana Menteri | Sri Sultan Hamengkubuwana IX |
Jumlah menteri | 18 |
Partai anggota | |
Sejarah | |
Pendahulu | Kabinet RIS Kabinet Halim |
Pengganti | Kabinet Sukiman-Suwirjo |
Artikel ini adalah bagian dari seri |
Politik dan ketatanegaraan Indonesia |
---|
Pemerintahan pusat |
Pemerintahan daerah |
Politik praktis |
Kebijakan luar negeri |
| ||
---|---|---|
Prakemerdekaan Kebijakan dalam negeri Kebijakan luar negeri Media dan warisan Galeri: Gambar, Suara, Video |
||
Kabinet Natsir[1][2] adalah kabinet pertama yang dibentuk setelah pembubaran negara Republik Indonesia Serikat, dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kabinet ini diumumkan pada 6 September 1950 dan bertugas sejak 7 September 1950 hingga 21 Maret 1951.
Mohammad Natsir dilantik pada 7 September 1950 di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Presiden Soekarno sebagai Perdana Menteri pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia.[3] Pada masa Kabinet Natsir, terjadi beberapa pemberontakan di seluruh Indonesia dan permasalahan keamanan dalam negeri, seperti Gerakan DI/TII, Peristiwa Andi Azis, Pemberontakan APRA, dan separatis Republik Maluku Selatan. Negosiasi terhadap Irian Barat juga dilakukan namun menemui kebuntuan. Pada 22 Januari 1951, parlemen mengajukan mosi tidak percaya dan menang, yang berakibat Perdana Menteri Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno pada 21 Maret 1951. Penyebab lain dibubarkannya Kabinet Natsir adalah diterimanya mosi dari Hadikusumo, yang mengajukan pembubaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang telah dibentuk. Menurut pemerintah, mosi tersebut seharusnya tidak dapat diajukan karena alasan hukum formil.
Pimpinan[sunting | sunting sumber]
Presiden | Wakil Presiden | ||
---|---|---|---|
Soekarno | Mohammad Hatta |
Anggota[sunting | sunting sumber]
Berikut ini adalah anggota Kabinet Natsir.
No. | Jabatan | Pejabat | Periode | Partai Politik | |||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Mulai menjabat | Selesai menjabat | ||||||
Perdana dan Wakil Perdana Menteri | |||||||
1 | Perdana Menteri | Mohammad Natsir | 7 September 1950 | 21 Maret 1951 | Masyumi | ||
2 | Wakil Perdana Menteri | Sri Sultan Hamengkubuwana IX | 7 September 1950 | 21 Maret 1951 | Nonpartai | ||
Menteri | |||||||
3 | Menteri Luar Negeri | Mohammad Roem | 7 September 1950 | 21 Maret 1951 | Masyumi | ||
4 | Menteri Dalam Negeri | Assaat | 7 September 1950 | 21 Maret 1951 | Nonpartai | ||
5 | Menteri Pertahanan | Abdul Halim[4] | 7 September 1950 | 17 Desember 1950 | Nonpartai | ||
Mohammad Natsir (ad-interim) |
17 Desember 1950 | 21 Maret 1951 | Masyumi | ||||
6 | Menteri Kehakiman | Wongsonegoro | 7 September 1950 | 21 Maret 1951 | PIR | ||
7 | Menteri Penerangan | Melkias Agustinus Pellaupessy | 7 September 1950 | 21 Maret 1951 | Demokrat | ||
8 | Menteri Keuangan | Syafruddin Prawiranegara | 7 September 1950 | 21 Maret 1951 | Masyumi | ||
9 | Menteri Pertanian | Tandiono Manu | 7 September 1950 | 21 Maret 1951 | PSI | ||
10 | Menteri Perdagangan dan Perindustrian | Sumitro Djojohadikusumo | 7 September 1950 | 21 Maret 1951 | PSI | ||
11 | Menteri Perhubungan | Djuanda Kartawidjaja | 7 September 1950 | 21 Maret 1951 | Nonpartai | ||
12 | Menteri Tenaga dan Pekerjaan Umum | Herman Johannes | 7 September 1950 | 21 Maret 1951 | PIR | ||
13 | Menteri Perburuhan | Pandji Suroso | 7 September 1950 | 21 Maret 1951 | Parindra | ||
14 | Menteri Sosial | Fredericus Soetrisno Harjadi | 7 September 1950 | 21 Maret 1951 | PKRI | ||
15 | Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan | Bahder Djohan | 7 September 1950 | 21 Maret 1951 | Nonpartai | ||
16 | Menteri Agama | Wahid Hasjim | 7 September 1950 | 21 Maret 1951 | Masyumi | ||
17 | Menteri Kesehatan | Johannes Leimena | 7 September 1950 | 21 Maret 1951 | Parkindo | ||
18 | Menteri Negara (jabatan dihapuskan sejak 31 Desember 1950) |
Harsono Tjokroaminoto[5] | 7 September 1950 | 31 Desember 1950 | PSII |
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Pembentukan kabinet[sunting | sunting sumber]
On 20 August 1949, President Sukarno exercised his prerogative by appointing Mohammad Natsir to become a cabinet formation. The Natsir's Cabinet was a coalition cabinet with Masyumi Party's as it core.[butuh rujukan] However, the PNI did not get a position in this cabinet, most of the member of this party consists of Masyumi Party people, although there were non-party members in the cabinet. This cabinet was where well-known professional figures sit in it, such as Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Ir. Djuanda and Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo. It is why the cabinet got the epithet 'Zaken Cabinet'.[6] Natsir motive was to lead a nationalistic cabinet with coalition parties as the members. However, this cannot be fulfilled because there was a fight for seat formation in the cabinet between PNI and Masyumi Party, causing displeasure from PNI's side and difficulty in pursuing PNI to join his cabinet. In this case, Natsir reasoned that his party had more rights than any other party, yet on the other hand, the PNI did not agree with this because, for them, all parties were entitled to a position in the cabinet. PNI demanded that people from their party got the position as Ministry of Home Affairs, Ministry of Foreign Affairs, and Ministry of Education. After negotiating, PNI were willing to give up the position of Ministry of Foreign Affairs to Masyumi and Ministry of Education for another party with the promise of taking the position as Ministry of Home Affairs. Yet, the hope of getting that position had to crumble after it was decided that Masyumi must take the position. PNI conceded this unfair considering the position of Prime Minister itself already filled with Masyumi.[butuh rujukan]
Besides being criticised by other parties, Natsir Cabinet also got criticised by its own core party, Masyumi. The criticism was aimed at December 1949 congressional decision that banned a party's general chairman from becoming a minister.[7] The purpose of this congress was party consolidation but it was changed by the Party Council in Bogor at 3–6 June 1950 that profess the federal system could no longer be maintained. In order to not violated the congress decision too much, Natsir was deactivated from his position as the general chairman of Masyumi Party and was replaced by Jusuf Wibisono.[butuh rujukan]
Penunjukan pertama[sunting | sunting sumber]
Setelah diratifikasi dan dilantik pada 6 September 1950, Kabinet Natsit dapat bekerja secara efektif setelah mendapatkan kepercayaan dan persetujuan program kerja dari parlemen dalam sesi 25 Oktober 1950, dengan 188 suara mendukung dan 73 suara menolak.[butuh rujukan]
Program kerja[sunting | sunting sumber]
Adapun Program Kabinet Natsir adalah sebagai berikut:
- Mempersiapkan dan menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk Dewan Konstituante dalam waktu yang singkat.
- Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan Pemerintahan serta membentuk peralatan Negara yang bulat berdasarkan Pasal 146 di dalam Undang-Undang Dasar Sementara 1950.
- Menggiatkan berbagai usaha untuk mencapai keamanan dan ketenteraman.
- Mengembangkan dan memperkokoh kekuatan perekonomian rakyat sebagai dasar bagi pelaksanaan kegiatan perekonomian nasional yang sehat serta melaksanakan keragaman dan kesamarataan hak antara buruh dan majikan.
- Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas manusia dalam hal kesehatan dan kecerdasan.
- Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang dan pemulihan mantan anggota-anggota tentara dan gerilya ke dalam masyarakat.
- Memperjuangkan dan mengusahakan penyelesaian masalah perebutan wilayah Irian Barat dalam waktu yang singkat.
Lihat pula[sunting | sunting sumber]
Catatan[sunting | sunting sumber]
- ^ Kabinet Natsir dibentuk dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1950 tertanggal 6 September 1950.
- ^ Dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1951 tanggal 21 Maret 1951, Kabinet Natsir demisioner sejak 21 Maret 1951.
- ^ Dzulfikridin, Mohammad (2010). Mohammad Natsir—Dalam Sejarah Politik Indonesia—Peran dan Jasa Natsir dalam Dua Orde Indonesia. Bandung, Indonesia: PT Mizan Pustaka. hlm. 18.
- ^ Dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 2A Tahun 1951 tertanggal 9 Januari 1951, Abdul Halim berhenti menjabat sebagai Menteri Pertahanan mulai tanggal 17 Desember 1950 karena alasan kesehatan.
- ^ Dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 1950 tertanggal 20 Desember 1950, Harsono Tjokroaminoto berhenti menjabat sebagai Menteri Negara mulai tanggal 31 Desember 1950 karena partainya (PSII) keluar dari kabinet.
- ^ Afrianto, Dedy (18 July 2019). "Diorama Kabinet "Zaken"". Kompas.id. Diakses tanggal 10 October 2019.
- ^ Subarkah, Muhammad (31 August 2018). "Sukarno-Natsir:Lawan Pendapat Bukan Musuh yang Harus Dihabis". Republika.co.id. Diakses tanggal 4 September 2019.
Referensi[sunting | sunting sumber]
- Simanjuntak, P. N. H. (2003), Kabinet-Kabinet Republik Indonesia: Dari Awal Kemerdekaan Sampai Reformasi (dalam bahasa Indonesian), Jakarta: Djambatan, hlm. 116–124, ISBN 979-428-499-8.
Pranala luar[sunting | sunting sumber]
- (Indonesia) Profil Kabinet Natsir pada situs web Sekretariat Kabinet Republik Indonesia
- Marsono. 1987. Almanak Negara Republik Indonesia 1987. Jakarta: B.P. Alda
- Daradjadi. 2014. Mr. Sartono Pejuang Demokrasi & Bapak Parlemen Indonesia. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara
- https://melancongkebukittinggi.wordpress.com/2016/06/07/kenang-kenangan-abdul-halim-x/
Kabinet Pemerintahan Indonesia | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Kabinet RIS Kabinet Halim |
Kabinet Natsir 1950–1951 |
Diteruskan oleh: Kabinet Sukiman-Suwirjo |