Tebang habis: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
FianM (bicara | kontrib)
menambahkan pranala dalam
FianM (bicara | kontrib)
 
(5 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Tebang habis''' ([[bahasa Inggris]]: ''clearcutting'') merupakan sebuah istilah yang merujuk suatu tebangan yang digunakan untuk membersihkan suatu [[lahan]] secara merata tanpa memperhatikan batas [[diameter]] [[pohon]] yang akan ditebang atau tanpa pengecualian.<ref>{{Cite web|url=https://lektur.id/arti-tebang-habis/|title=3+ Arti Istilah Tebang Habis Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)|last=Kurniadi|first=Moch Rizky Prasetya|website=Lektur.ID|language=id|access-date=2020-02-24}}</ref> Sistem tebang habis digunakan untuk membersihkan suatu lahan dan setelah dilakukan tebang habis, areal hutan tersebut ditanami oleh berbagai jenis [[pohon]] yang seumur dan seragam. Tujuan dari tebang habis adalah memaksimalkan [[produktivitas]] lahan dan kualitas lingkungan hidup sesuai dengan daya dukung lingkungan setempat,<ref name=":0">{{Cite web|title=Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Habis Penanaman Buatan (THPB)|url=https://docplayer.info/37971070-Pedoman-pelaksanaan-sistem-silvikultur-tebang-habis-penanaman-buatan-thpb.html|website=docplayer.info|access-date=2020-02-24}}</ref> dan tercipta hutan seumur yang memiliki kualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri.<ref>{{Cite web|url=https://duniapendidikan.co.id/pengertian-silvikultur/|title=Pengertian Silvikultur|last=duniapcoid|date=2020-02-26|website=DUNIA PENDIDIKAN|language=id-ID|access-date=2020-03-03}}</ref>
'''Tebang habis''' ([[bahasa Inggris]]: ''clearcutting'') merupakan sebuah istilah yang merujuk suatu tebangan yang digunakan untuk membersihkan suatu [[lahan]] secara merata tanpa memperhatikan batas [[diameter]] [[pohon]] yang akan ditebang atau tanpa pengecualian.<ref>{{Cite web|url=https://lektur.id/arti-tebang-habis/|title=3+ Arti Istilah Tebang Habis Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)|last=Kurniadi|first=Moch Rizky Prasetya|website=Lektur.ID|language=id|access-date=2020-02-24}}</ref> Sistem tebang habis digunakan untuk membersihkan suatu lahan dan setelah dilakukan tebang habis, areal hutan tersebut ditanami oleh berbagai jenis [[pohon]] yang seumur dan seragam. Tujuan dari tebang habis adalah memaksimalkan [[produktivitas]] lahan dan kualitas [[lingkungan hidup]] sesuai dengan daya dukung lingkungan setempat,<ref name=":0">{{Cite web|title=Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Habis Penanaman Buatan (THPB)|url=https://docplayer.info/37971070-Pedoman-pelaksanaan-sistem-silvikultur-tebang-habis-penanaman-buatan-thpb.html|website=docplayer.info|access-date=2020-02-24}}</ref> dan tercipta hutan seumur yang memiliki kualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan [[bahan baku]] industri.<ref>{{Cite web|url=https://duniapendidikan.co.id/pengertian-silvikultur/|title=Pengertian Silvikultur|last=duniapcoid|date=2020-02-26|website=DUNIA PENDIDIKAN|language=id-ID|access-date=2020-03-03}}</ref>


Tebang habis dipilih dibandingkan dengan sistem [[Tebang pilih]] dikarenakan dapat mencegah kerusakan tegakan muda dikarenakan ditebang habis semua pohon, metode yang sederhana, murah, dan praktis, dapat menumbuhkan tegakan seumur dan seragam, tanaman yang ditanami tidak tumpang tindih dengan sifat pohon yang lain, dan dapat dilakukan teknik [[Tumpang sari|tumpangsari]]. Meskipun begitu, Tebang habis memiliki kelemahan, seperti terjadinya tanah terbuka sehingga minim [[Nutrien|unsur hara]], dapat terjadi [[Erosi|erosi tanah]], meningkatkan bahaya [[Kebakaran liar|kebakaran]], minim pemandangan yang berestetika, tujuan tebang habis dijadikan hutan seumur sehingga rentan hama dan penyakit, serta diperlukan [[penyulaman]] tanaman yang lebih besar.<ref>{{Cite web|url=http://www.silvikultur.co.id/keuntungan_kerugian_tebang_habis.html|title=SILVIKULTUR {{!}} KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SISTEM TEBANG HABIS|last=|first=|date=|website=www.silvikultur.com|access-date=2020-03-03}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
Tebang habis lebih dipilih dibandingkan dengan sistem tebang pilih karena dapat mencegah kerusakan tegakan muda, metode yang sederhana, murah dan praktis, serta dapat menumbuhkan tegakan seumur dan seragam. Tebang habis juga membuat tanaman yang ditanami tidak tumpang tindih dengan sifat pohon yang lain, dan dapat dilakukan teknik [[Tumpang sari|tumpangsari]]. Meskipun begitu, tebang habis memiliki kelemahan karena menyebabkan tanah terbuka sehingga minim [[Nutrien|unsur hara]], meningkatkan peluang terjadinya [[Erosi|erosi tanah]], meningkatkan bahaya [[Kebakaran liar|kebakaran]], minim pemandangan yang berestetika. Di sisi lain, tujuan tebang habis dijadikan hutan seumur sehingga rentan hama dan penyakit, serta diperlukan [[penyulaman]] tanaman yang lebih besar.<ref>{{Cite web|url=http://www.silvikultur.co.id/keuntungan_kerugian_tebang_habis.html|title=SILVIKULTUR {{!}} KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SISTEM TEBANG HABIS|last=|first=|date=|website=www.silvikultur.com|access-date=2020-03-03}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>


== Sistem Silvikultur ==
== Sistem Silvikultur ==
Baris 7: Baris 7:


=== Tebang Habis Permudaan Alam (THPA) ===
=== Tebang Habis Permudaan Alam (THPA) ===
Tebang habis permudaan alam (THPA) adalah suatu sistem silvikultur yang meliputi cara penebangan dengan sistem tebang habis, sedangkan penanaman kembali atau permudaan pohon dilakukan secara alami tanpa campur tangan manusia di areal bekas tebangan habis tersebut. Sistem THPA ini diperkenalkan dari sistem tebang habis [[Federasi Malaya|Malaya]] (''Malayan Clearfelling over Natural Regeneration'') yang telah diperbaharui oleh kondisi di Indonesia. Sistem THPA memberlakukan penebangan pohon-pohon dari berbagai jenis dilakukan dalam waktu yang singkat, bekisar antara 1 (satu) hingga 2 (dua) tahun, dengan catatan sistem THPA dapat dilaksanakan jika terdapat cukup banyak tanaman permudaan yang tumbuh secara alami{{Sfn|Direktorat Jenderal Kehutanan|1976|p=127|ps=: "Sistem tebang habis dengan permudaan alam ini diperkembangkan dari sistem tebang habis malaya yang telah disesuaikan dengan keadaan di Indonesia."}}.
Tebang habis permudaan alam (THPA) adalah suatu sistem silvikultur yang meliputi cara penebangan dengan sistem tebang habis, sedangkan penanaman kembali atau permudaan pohon dilakukan secara alami tanpa campur tangan manusia di areal bekas tebangan habis tersebut. Sistem THPA ini diperkenalkan dari sistem tebang habis [[Federasi Malaya|Malaya]] (''Malayan Clearfelling over Natural Regeneration'') yang telah diperbaharui oleh kondisi di Indonesia. Sistem THPA memberlakukan penebangan pohon-pohon dari berbagai jenis dilakukan dalam waktu yang singkat, bekisar antara 1 (satu) hingga 2 (dua) tahun, dengan catatan sistem THPA dapat dilaksanakan jika terdapat cukup banyak tanaman permudaan yang tumbuh secara alami.{{Sfn|Direktorat Jenderal Kehutanan|1976|p=127|ps=: "Sistem tebang habis dengan permudaan alam ini diperkembangkan dari sistem tebang habis malaya yang telah disesuaikan dengan keadaan di Indonesia."}}


=== Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB) ===
=== Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB) ===

Revisi terkini sejak 8 Juli 2023 11.24

Tebang habis (bahasa Inggris: clearcutting) merupakan sebuah istilah yang merujuk suatu tebangan yang digunakan untuk membersihkan suatu lahan secara merata tanpa memperhatikan batas diameter pohon yang akan ditebang atau tanpa pengecualian.[1] Sistem tebang habis digunakan untuk membersihkan suatu lahan dan setelah dilakukan tebang habis, areal hutan tersebut ditanami oleh berbagai jenis pohon yang seumur dan seragam. Tujuan dari tebang habis adalah memaksimalkan produktivitas lahan dan kualitas lingkungan hidup sesuai dengan daya dukung lingkungan setempat,[2] dan tercipta hutan seumur yang memiliki kualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri.[3]

Tebang habis lebih dipilih dibandingkan dengan sistem tebang pilih karena dapat mencegah kerusakan tegakan muda, metode yang sederhana, murah dan praktis, serta dapat menumbuhkan tegakan seumur dan seragam. Tebang habis juga membuat tanaman yang ditanami tidak tumpang tindih dengan sifat pohon yang lain, dan dapat dilakukan teknik tumpangsari. Meskipun begitu, tebang habis memiliki kelemahan karena menyebabkan tanah terbuka sehingga minim unsur hara, meningkatkan peluang terjadinya erosi tanah, meningkatkan bahaya kebakaran, minim pemandangan yang berestetika. Di sisi lain, tujuan tebang habis dijadikan hutan seumur sehingga rentan hama dan penyakit, serta diperlukan penyulaman tanaman yang lebih besar.[4]

Sistem Silvikultur[sunting | sunting sumber]

Pengelolaan sistem silvikultur tebang habis terdiri dari 2 (dua) macam, yakni:

Tebang Habis Permudaan Alam (THPA)[sunting | sunting sumber]

Tebang habis permudaan alam (THPA) adalah suatu sistem silvikultur yang meliputi cara penebangan dengan sistem tebang habis, sedangkan penanaman kembali atau permudaan pohon dilakukan secara alami tanpa campur tangan manusia di areal bekas tebangan habis tersebut. Sistem THPA ini diperkenalkan dari sistem tebang habis Malaya (Malayan Clearfelling over Natural Regeneration) yang telah diperbaharui oleh kondisi di Indonesia. Sistem THPA memberlakukan penebangan pohon-pohon dari berbagai jenis dilakukan dalam waktu yang singkat, bekisar antara 1 (satu) hingga 2 (dua) tahun, dengan catatan sistem THPA dapat dilaksanakan jika terdapat cukup banyak tanaman permudaan yang tumbuh secara alami.[5]

Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB)[sunting | sunting sumber]

Tebang habis permudaan buatan (THPB) adalah suatu sistem silvikultur yang meliputi cara penebangan dengan sistem tebang habis, sedangkan penanaman kembali atau permudaan pohon dilakukan dengan cara mengadakan penanaman kembali oleh manusia atau pengelola hutan di areal bekas tebangan habis tersebut.[6] Penanaman kemali yang dimaksud adalah dengan permudaan buatan, yakni kegiatan penanaman hutan menggunakan bibit yang telah diberi perlakuan terlebih dahulu.[2] Pelaksanaan THPB perlu memperhatikan dasar-dasar pelaksanaannya, seperti: pohon yang ditebang adalah pohon komersial, baik dari jenisnya ataupun ukurannya untuk ditebang dan jatah tebangan yang perlu memperhatikan kondisi hutan, target produksi, dan kemampuan reboisasi suatu hutan, diusahakan disamping volume tebangan yang banyak, tetapi volume tebangan tiap tahun selalu sama, agar bisa mencapai kondisi hutan normal.[7]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Kurniadi, Moch Rizky Prasetya. "3+ Arti Istilah Tebang Habis Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)". Lektur.ID. Diakses tanggal 2020-02-24. 
  2. ^ a b "Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Habis Penanaman Buatan (THPB)". docplayer.info. Diakses tanggal 2020-02-24. 
  3. ^ duniapcoid (2020-02-26). "Pengertian Silvikultur". DUNIA PENDIDIKAN. Diakses tanggal 2020-03-03. 
  4. ^ "SILVIKULTUR | KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SISTEM TEBANG HABIS". www.silvikultur.com. Diakses tanggal 2020-03-03. [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ Direktorat Jenderal Kehutanan 1976, hlm. 127: "Sistem tebang habis dengan permudaan alam ini diperkembangkan dari sistem tebang habis malaya yang telah disesuaikan dengan keadaan di Indonesia."
  6. ^ "Sistem Silvikultur Pada Hutan Produksi". Ilmu Hutan (dalam bahasa Inggris). 2013-07-17. Diakses tanggal 2020-02-24. 
  7. ^ Direktorat Jenderal Kehutanan 1976, hlm. 125"Dasar-dasar sistem tebang habis dengan penanaman terdiri dari: pohon yang ditebang adalah semua pohon komersil, jatah tebangan disesuaikan dengan hutan, target produksi, dan kemampuan reboisasi dengan sejauh mungkin diusahakan agar disamping volume juga areal tebangan tiap-tiap tahun sedikit banyak sama."

Daftar Pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Departemen Pertanian (1976). Vademecum Kehutanan Indonesia. Jakarta: Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Kehutanan.