Bahasa Sunda Jasinga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa Sunda Jasinga
Basa Sunda Jasinga
ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮏᮞᮤᮍ
Dituturkan diIndonesia
Wilayah
Penutur
Alfabet Latin
Aksara Sunda Baku
Status resmi
Diatur olehLembaga Basa Jeung Sastra Sunda
Kode bahasa
ISO 639-3
GlottologTidak ada
QIDQ56197450
Status konservasi
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
Sunda Jasinga belum diklasifikasikan dalam tingkatan manapun pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan
Referensi: [1][2]

Lokasi penuturan
Area di mana bahasa Sunda Jasinga adalah mayoritas
Area di mana bahasa Sunda Jasinga adalah minoritas
PetaPerkiraan persebaran penuturan bahasa ini.
 Portal Bahasa
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B • PW
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Bahasa Sunda Jasinga adalah variasi bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat Sunda yang mendiami wilayah kecamatan Jasinga dan sekitarnya di bagian barat Kabupaten Bogor (wilayah eks-Kewedanaan Jasinga).[3] Dialek ini terkait erat dengan bahasa Sunda Banten,[4] yakni bersifat egaliter atau tidak memiliki tingkatan bahasa, hal ini berbeda dengan bahasa Sunda baku atau dialek Priangan yang memiliki undak-usuk basa.[5]

Penelitian[sunting | sunting sumber]

Hal yang melatar belakangi penelitian Hari Sakti (2018) yaitu keunikan variasi bahasa Sunda yang digunakan di kecamatan Jasinga, ditambah dengan letak Jasinga yang berbatasan langsung dengan provinsi Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemetaan bahasa Sunda di kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif, kualitatif, dan kuantitatif. Objek penelitiannya adalah masyarakat kecamatan Jasinga. Masalah yang dikaji adalah pemetaan bahasa Sunda di kecamatan Jasinga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penelitian ini terdapat banyak etima, sehingga dapat dikatakan terdapat variasi dialek di kecamatan Jasinga. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan adanya gejala perubahan suara yang disebut aperesis, prostesis, sinkop, paragog, dan entesis. Gejala bahasa yang dominan dalam konteks etimologi adalah pasangan minimal.[5]

Distribusi geografis[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Kecamatan Jasinga menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Karena letak Jasinga yang berbatasan langsung dengan provinsi Banten, tidak dapat dipungkiri bahwa persebaran bahasa Sunda dialek Banten juga tersebar di kecamatan Jasinga. Teori-teori yang diuraikan di atas digunakan untuk mempelajari variasi bahasa Sunda Banten di kecamatan Jasinga.[6]

Daerah yang menggunakan dialek ini meliputi wilayah eks-Kewedanaan Jasinga, antara lain kecamatan Jasinga, Tenjo, Parungpanjang, Cigudeg, Nanggung, dan Sukajaya. Demikian pula daerah di Banten yang memiliki kedekatan dengan dialek Jasinga adalah Rangkasbitung di barat dan Tigaraksa di utara.[5]

kosakata[sunting | sunting sumber]

Instrumen yang digunakan dalam penelitian oleh Hari Sakti adalah formulir daftar pertanyaan. Kuesioner ini berisi 249 kosakata, termasuk 200 kosakata dasar Swadesh, 40 kosakata budaya dasar untuk bagian tubuh, dan 9 kosakata budaya dasar untuk kata ganti, sapaan, dan rujukan.[7]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  2. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  3. ^ Sakti (2018), hlm. 2.
  4. ^ Sakti (2018), hlm. 3.
  5. ^ a b c Sakti (2018).
  6. ^ Sakti (2018), hlm. 18.
  7. ^ Sakti (2018), hlm. 22.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]