Kerajaan Kubu
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (November 2022) |
Kerajaan Kubu atau Kesultanan Kubu adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri di wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.[1][2]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Sejarah Kerajaan Kubu memiliki kaitan yang erat dengan sejarah Kesultanan Pontianak. Sejarah pantas berhutang budi kepada sekelompok kecil petualang dan saudagar Arab yang singgah di sana atas kemunculan serta tegaknya kedua kerajaan tersebut pada awalnya. Yaitu ketika 45 penjelajah Arab yang berasal dari daerah Hadramaut di Selatan Jazirah Arab, yang pada mulanya bertujuan untuk mencari keuntungan dengan berdagang di lautan Timur-jauh (Asia) berlabuh di sana. Leluhur dan Tuan Besar (Raja) Kerajaan Kubu pertama, yaitu Syarif Idrus Al-Idrus menantu dari Tuan Besar (Panembahan) Mampawa (Mempawah). Ia, Syarif Idrus juga merupakan ipar dari sultan pertama Kesultanan Pontianak (Al-Qadri). Pada awalnya Syarif Idrus membangun perkampungan di dekat muara Sungai Terentang, barat-daya Pulau Kalimantan.
Sebagaimana keluarga sepupunya (Al-Qadri), Keluarga Syarif Idrus Al-Idrus (the Idrusi) tumbuh menjadi keluarga yang kaya raya melalui perdagangan yang maju. Mereka membangun hubungan yang terjaga baik dengan Kerajaan Inggris Raya pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Sir Thomas Stanford Raffles (yang membangun Singapura), saat Raffles ditugaskan di Hindia Belanda. Hubungan ini berlanjut hingga setelah kembalinya Belanda ke Indonesia (Hindia Belanda) dan dirintisnya pembangunan pulau Singapura.
Bagaimanapun juga, hubungan ini tidak disukai oleh Kerajaan Belanda, yang secara formal mereka mengendalikan Pulau Kalimantan berdasarkan kontrak perjanjian bangsa-bangsa yang ditetapkan pada tahun 1823. Beberapa keluarga Al-Idrus sempat juga mengalami perubahan kesejahteraan hidup menjadi sengsara pada masa itu. Mereka ada yang meninggalkan Kalimantan demi menjauhi sikap buruk Belanda ke daerah Serawak, yang mana waktu itu menjadi daerah territorial Kerajaan Inggris Raya, demi harapan yang lebih baik akan keberhasilan dalam perdagangan. Sedangkan keluarga Al-Idrus yang memilih bertahan di Kubu, bagaimanapun juga tidak mendapatkan kehidupan serta perlakuan yang lebih baik dari pemerintah Belanda.
Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië, voor het jaar 1849, wilayah ini termasuk dalam wester-afdeeling van Borneo berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8.[3]
Pemerintah Belanda menurunkan Syarif Abbas Al-Idrus dari jabatan Tuan Besar Kerajaan Kubu atas dukungan sepupunya, Syarif Zainal Al-Idrus ketika terjadi perebutan jabatan raja pada tahun 1911. Akhirnya ia justru terbukti menemui kesulitan dalam pemerintahan serta diturun-tahtakan dengan tanpa memiliki pewaris/pengganti yang jelas, delapan tahun kemudian. Tidak adanya pewaris tahta, baru ditetapkan dan disahkan setelah beberapa tahun kemudian. Sehingga pejabat kerajaan yang ada selama kurun waktu itu hanyalah “Pelaksana sementara” (temporary ruler).
Setelah beberapa lama, akhirnya Syarif Shalih mendapatkan kehormatan agung dari pemberi wewenang untuk menjabat sebagai raja, tetapi kemudian tertahan saat kedatangan tentara Jepang di Mandor, pada tahun 1943.
Dewan Kerajaan dan Keluarga Bangsawan tak semudah itu menyetujui pergantian Kerajaan kepada Syarif Shalih. Hingga akhirnya justru Jepang menempatkan putra bungsu raja terdahulu yaitu Syarif Hasan, sebagai pemimpin Dewan Kerajaan akan tetapi belum sempat terjadi karena Jepang terlebih dahulu kalah pada PD II dan meninggalkan Indonesia. Ia justru baru menerima pengesahan sebagai Pemimpin Kerajaan (Tuan Besar) Kubu pada tahun 1949, setelah Pemerintah Indonesia terbentuk. Kerajaan Kubu itu sendiri akhirnya berakhir dan menghilang ketika dihapus oleh Pemerintahan Republik Indonesia pada tahun 1958.
RAJA I: Sayyid Idrus bin Sayyid 'Abdu'l Rahman al-Idrus, Tuan Besar Kubu (1772 – 1795)
[sunting | sunting sumber]Sayyid Idrus bin Sayyid 'Abdu'l Rahman al-Idrus, Tuan Besar Kubu(1772 – 1795) –(lahir di Dukhum-Hadramaut Yaman, catatan sejarah menyatakan Dia pernah singgah di Batavia bersama Al-Habib Husain bin Abubakar al-Idrus—makamnya di Keramat Luar Batang, Jakarta Utara)-- membangun perkampungan Arab di pesisir Sungai Terentang, yang mana menjadi cikal-bakal Kerajaan Kubu pada tahun 1772. Gelar Sayyid atau Habib atau Syarif yang disandang dia menandakan bahwa dia termasuk keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur Sayyid Al-Imam Husain ra.
Dia Syarif Idrus menikahi putri H.H. Pangeran Ratu Kimas Hindi Sri Susuhanan Mahmud Badaruddin I Jayawikrama Candiwalang Khalifat ul-Mukminin Sayyidul-Iman, Sultan Palembang, pada tahun 1747. Syarif Idrus wafat pada tahun 1795, penerus Dia:[4]
- Syarif Muhammad bin Syarif Idrus al-Idrus, Yang di-Pertuan Besar Kubu – lihat bawah.
- Syarif 'Alawi bin Syarif Idrus al-Idrus, Tuan (Raja) Ambawang (Kerajaan kecil bagian dari Kerajaan Kubu). Ia mencoba menjadikan Ambawang sebagai Kerajaan yang terpisah dari Kubu pada tahun 1800 akan tetapi tidak diijinkan oleh Pemerintah Belanda yang dideklarasikan pada tahun 1833 sebagai Kerajaan terpisah. Ia wafat di Ambawang.
- Syarif Abdurrahman bin Syarif Idrus (Raja /Tuan Besar I Kubu) Al-Idrus. Syarif Abdurrahman bin Syarif Idrus Al-Idrus ini menikahi Syarifah Aisyah Al-Qadri yang merupakan putri dari Sultan Syarif Abdurrahman bin Husein Al-Qadri (Sultan I Kesultanan Pontianak di Kalimantan Barat). Berputra Sultan Syarif Ali Al-Idrus yang mendirikan Kerajaan Sabamban di Angsana (sekarang masuk wilayah Keramat Dermaga, Kabupaten Tanahbumbu—Kalimantan Selatan - Indonesia). Pangeran Syarif Ali Alaydrus menjabat sebagai Raja Sabamban hingga akhir hayatnya. Jadi Keluarga Pangeran Syarif Ali mempertemukan dua jalur kebangsawanan Kalimantan, yaitu dari jalur Kerajaan Kubu (Al-Idrus) dan Kesultanan Pontianak (Al-Qadri).
- Syarif Mustafa bin Syarif Idrus al-Idrus (Tuan Besar Kubu).
- Syarifa Muzayanah [dari Menjina] binti Syarif Idrus al-Idrus (Tuan Besar Kubu). Lahir pada 1748 (putri dari Putri Kerajaaan Palembang).
- Syarif Muhammad (1795 – 1829) ibni al-Marhum Syarif Idrus al-Idrus, Yang di-Pertuan Besar Kubu.
Kerajaan Sabamban
[sunting | sunting sumber]Syarif Ali Al-Idrus, pendiri Kerajaan Sabamban yang merupakan cucu dari Raja (Tuan Besar) Kubu -Syarif Idrus Al-Idrus ini, pada awalnya menetap di daerah Kubu-Kalimantan Barat (bersama keluarga bangsawan Kesultanan Kubu). Pada masa itu Dia telah memiliki satu istri dan berputra dua orang yaitu: Syarif Abubakar Al-Idrus dan Syarif Hasan Al-Idrus. Karena ada suatu konflik kekeluargaan, akhirnya Syarif Ali Al-Idrus memutuskan untuk hijrah/pindah ke Kalimantan Selatan dengan meninggalkan istri dan kedua putranya yang masih tinggal di Kesultanan Kubu, melalui sepanjang Sungai Barito hingga sampai di daerah Banjar.
Di daerah Banjar tersebut, dia mendirikan Kerajaan Sabamban dan menjadi Raja yang Pertama, bergelar Pangeran Syarif Ali Al-Idrus. Pada saat dia menjadi Raja Sabamban ini, Dia menikah lagi dengan 3 (tiga) wanita; Yang pertama Putri dari Sultan Adam dari Kesultanan Banjar di Kalimantan Selatan, yang Kedua dari Bugis (Putri dari Sultan Bugis di Sulawesi Selatan), yang ketiga dari Bone (Putri dari Sultan Bone di Sulawesi Selatan). Pada saat dia telah menjabat sebagai Raja Sabamban inilah, kedua putra dia dari Istri Pertama di Kubu-Kalimantan Barat yaitu Syarif Abubakar dan Syarif Hasan menyusul Dia ke Angsana - Kerajaan Sabamban (Lansekap Sabamban), dan menetap bersama Ayahandanya.
Dari Ketiga istri dia di Banjar-Kalimantan Selatan serta satu Istri dia di Kubu-Kalimantan Barat tersebut, Pangeran Syarif Ali Alaydrus memiliki 12 (duabelas) putra. Putra-putra dia yaitu: Dari Istri Pertama (Kubu-Kalimantan Barat):
- Syarif Hasan bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus, putra dia: Pangeran Syarif Qasim Al-Idrus, Raja II Sabamban menjabat sebagai Raja setelah sepeninggal Kakeknya yaitu Pangeran Syarif Ali bin Syarif Abdurrahman Al-Idrus, hingga akhirnya Kerajaan Sabamban ini hilang dari bumi Kalimantan Selatan.
- Syarif Abubakar bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus
Dari Istri ke-dua, Putri Kesultanan Banjar, Istri ke-tiga (Putri Sultan Bugis) dan Istri ke-empat (Putri Sultan Bone), menurunkan putra-putra dia:
- Syarif Musthafa bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus,
- Syarif Thaha bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus,
- Syarif Hamid bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus
- Syarif Ahmad bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus
- Syarif Muhammad bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus
- Syarif Umar bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus
- Syarif Shalih bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus
- Syarif Utsman bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus dan
- Syarif Husein bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus.
Setelah wafatnya Sultan Syarif Ali Al-Idrus, Jabatan Sultan tidak diteruskan oleh putra-putra dia, akan tetapi yang menjadi Sultan II Sabamban adalah justru cucu dia yaitu Sultan Syarif Qasim Al-Idrus, putra dari Syarif Hasan (Syarif Hasan adalah putra Sultan Syarif Ali Al-Idrus dari Istri Pertama/Kubu, waktu Syarif Ali masih menetap di Kubu-Kalimantan Barat).
Jadi sepanjang sejarahnya, Kesultanan Sabamban ini hanya dijabat oleh dua Sultan saja, yaitu pendirinya Sultan Syarif Ali Al-Idrus sebagai Sultan I dan cucu dia sebagai Sultan II Sabamban yaitu Sultan Syarif Qasim Al-Idrus.
Sementara itu, setelah tidak adanya lagi Kesultanan Sabamban tersebut, anak-cucu keluarga bangsawan dari keturunan Sultan Syarif Ali Al-Idrus ini, menyebar ke seluruh wilayah Kalimantan Selatan pada umumnya dan ada yang hijrah ke Malaysia, Filipina, pulau Jawa dan di belahan lain Nusantara hingga saat ini.
RAJA II: Syarif Muhammad (1795 – 1829)
[sunting | sunting sumber]Syarif Muhammad (1795 – 1829) ibni al-Marhum Syarif Idrus al-Idrus, Yang di-Pertuan Besar Kubu. Menggantikan Ayahandanya yang meninggal dunia pada 1795. Menerima perlindungan dari Belanda saat ia menyetujui kontrak perjanjian dengan Pemerintah NEI (Hindia Belanda), 4 Juni 1823. Ia meninggal pada 7 Juni 1829, memiliki keturunan, tiga putra:
- Syarif 'Abdu'l Rahman bin Syarif Muhammad al-Idrus, Yang di-Pertuan Besar of Kubu
- Syarif Taha bin Syarif Muhammad al-Idrus, Kampung Sungai Pinang.
- Syarif Mubarak bin Syarif Muhammad al-Idrus. Menggantikan kakaknya sebagai Pemimpin di Kampung Sungai Pinang.
RAJA III: Syarif 'Abdul Rahman (1829 – 1841)
[sunting | sunting sumber]Syarif 'Abdul Rahman (1829 – 1841) ibni al-Marhum Syarif Muhammad al-Idrus, Yang di-Pertuan Besar Kubu. Menggantikan Ayahandanya yang meninggal pada 7 Juni 1829. Menikahi Syarifa Idja. Ia meninggal pada 2 Februari 1841, memiliki keturunan:[5]
- Syarif Ismail bin Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus, Yang di-Pertuan Kubu – lihat bawah.
- Syarif Hasan bin Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus, Yang di-Pertuan Kubu – lihat bawah.
- Syarif Kasim bin Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus. menikahi putri dari Pangeran Syarif Hamid, Batavia. Ia memilki, seorang putra:
- Syarif Ismail bin Syarif Kasim al-Idrus.
- Syarif Aqil bin Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus. Menikahi Syarifa Jara. Ia memiliki keturunan:
- Syarif 'Abdu'l Rahman bin Syarif Akil al-Idrus. Menikahi Syarifa Piah ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus, putri kedua dari Syarif Hasan bin Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus, Yang di-Pertuan Besar Kubu. Ia memiliki, dua anak.
- Syarif Hamid bin Syarif Akil al-Idrus. Menikahi Syarifa Kamala.
- Syarifa Saha binti Syarif Akil al-Idrus. Menikah dengan Syarif Umar ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus, Putra ke-empat Syarif Hasan bin Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus, Yang di-Pertuan Kubu. Ia memiliki dua anak - lihat bawah.
- Syarifa Bunta binti Syarif Akil al-Idrus.
- Syarif 'Abdu'l Rahman bin Syarif Akil al-Idrus. Menikahi Syarifa Piah ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus, putri kedua dari Syarif Hasan bin Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus, Yang di-Pertuan Besar Kubu. Ia memiliki, dua anak.
- Syarifa Saida binti Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus. Menikah dengan Syarif Muhammad Ba-Hasan, dan memiliki keturunan:
- Syarifa Saha binti Syarif Muhammad Ba-Hasan. Menikah dengan Syarif Umar Al-Qadri, of Pontianak.
- Syarifa Nur binti Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus. Menikah dengan Syarif Alawi, memiliki keturunan dua putra:
- Syarif 'Abdu'llah bin Syarif Alawi. Menikah dengan Syarifa Saliha, memiliki dua anak.
- Syarif 'Abdu'l Rahman bin Syarif Alawi.
RAJA IV: Syarif Ismail (1841 – 1864)
[sunting | sunting sumber]Syarif Ismail (1841 – 1864) ibni al-Marhum Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus, Yang di-Pertuan Besar Kubu. Menggantikan Ayahandanya yang meninggal pada 2 Februari 1841, dilantik pada 28 Mei 1841. Memiliki beberapa istri, termasuk (yang pertama) Tengku Embong binti al-Marhum Tengku Besar Anum (d.s.p.), Putri bungsu dari H.H. Tengku Besar Anum ibni al-Marhum Sultan 'Abdu'l Jalil Shah, Panembahan Sukadana, dengan istri keduanya, Tengku Jeba binti Tengku Ja'afar, Putri tertua dari Tengku Ja'afar bin Tengku Musa, Tengku Panglima Besar Karimata. Syarif Ismail juga menikahi (yang kedua) Syarifa Zina.
Dia meninggal 19 September 1864, memiliki keturunan, 4 laki-laki dan 8 perempuan:
- Syarif 'Abdu'l Rahman ibni al-Marhum Syarif Ismail (Putra Mahkota) menikahi Syarifa Amina. Ia hilang saat pergi ke Serawak (diperkirakan meninggal dunia), pada 1866.
- Syarif Muhammad Zainal Idrus ibni al-Marhum Syarif Ismail, Tuan Kubu - lihat bawah.
- Syarif Said ibni al-Marhum Syarif Ismail. Menikahi Syarifa Zina, dan memiliki dua anak.
- Syarif 'Ali ibni al-Marhum Syarif Ismail. Menikahi Syarifa Marian.
Anak perempuan:
- Syarifa Nur binti al-Marhum Syarif Ismail. Dia meninggal sebelum 1903.
- Syarifa Dara binti al-Marhum Syarif Ismail, menikah dengan sepupunya, Syarif 'Ali ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus, Putra Bungsu Syarif Hasan ibni al-Marhum Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus, Yang di-Pertuan Besar Kubu. Ia memiliki, 3 anak - lihat bawah.
- Syarifa Fatima binti al-Marhum Syarif Ismail.
- Syarifa Amina binti al-Marhum Syarif Ismail.
- Syarifa Rola binti al-Marhum Syarif Ismail. menikah dengan Syarif Mahmud, dan memiliki 3 anak.
- Syarifa Zina binti al-Marhum Syarif Ismail. menikah dengan Syarif Mansur, dan memiliki 1 anak.
- Syarifa Talaha binti al-Marhum Syarif Ismail.
- Syarifa Mariam binti al-Marhum Syarif Ismail.
RAJA V: Syarif Hasan (1864 – 1871)
[sunting | sunting sumber]Syarif Hasan (1864 – 1871) ibni al-Marhum Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus, Yang di-Pertuan Besar Kubu. Menggantikan Kakak tertuanya pada 19 September 1864. dilantik pada 5 Maret 1866. Resmi memegang jabatan Tuan Kubu mulai 7 Juli 1871. menikah dengan Syarifa Isa. Ia meninggal pada 4 November 1900, memiliki 13 putra dan 6 putri.[6]
Putera:
- Syarif Muhammad ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus. Lahir sebelum 1862.
- Syarif 'Ali ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus. Lahir sebelum 1862. Ia meninggal pada waktu muda.
- Syarif 'Abbas ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus, Yang di-Pertuan Besar Kubu - lihat bawah.
- Syarif 'Abdu'llah ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus. Lahir pada 1870. menikah dengan Syarifa Selina, dan memiliki lima anak.
- Syarif Yasin ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus. Lahir 1872. menikah dengan Syarifa Muna, dan memiliki keturunan, 4 anak.
- Syarif 'Umar ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus. menikah dengan Syarifa Saha binti Syarif Akil al-Idrus, putri tertua Syarif Akil bin Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus. Ia memilki, dua anak.
- Syarif Kasim ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus. DH Kubu, Mbr. of the Cncl. of Regency (Anggota Majelis Rakyat Kabupaten/DPRD) 1919-1921. menikah dengan Syarifa Kamariah. Ia meninggal pada 16 Juni 1921.
- Syarif Taha ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus. menikah dengan Syarifa Darah, dan memiliki keturunan, 2 anak.
- Syarif Usman ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus. menikah dengan Syarifa 'Isa al-Idrus.
- Syarif Sajaf ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus.
- Syarif Husain ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus.
- Syarif 'Ali ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus. menikah dengan sepupunya, Syarifa Dara, Putri kedua Syarif Ismail ibni al-Marhum Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus, Yang di-Pertuan Besar Kubu.
- Syarif Zaman [Seman] ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus.
Puteri:
- Syarifa Shaikha binti al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus.
- Syarifa Sipa binti al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus. menikah dengan Syarif 'Abu Bakar, dan memiliki keturunan, 2 anak.
- Syarifa Piah binti al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus. menikah dengan Syarif 'Abdu'l Rahman bin Syarif Akil al-Idrus, Putra tertua Syarif Akil bin Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus. Ia memilki, dua anak – lihat atas.
- Syarifa Talaha binti al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus. menikah dengan Syarif Kechil, dan memiliki keturunan 2 anak.
- Syarifa Saida binti al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus. menikah dengan Syarif Muhammad, dan memiliki keturunan dua anak.
- Syarifah Mani binti al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus.
- Syarifa Kembong binti al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus.
RAJA VI: Syarif 'Abbas (1900 – 1911)
[sunting | sunting sumber]Syarif 'Abbas (1900 – 1912) ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus, Yang di-Pertuan Besar Kubu. Lahir 1853, Pendidikan Khusus. Menggantikan Ayahandanya yang meninggal pada 4 November 1900. Dilantik pada 6 Juli 1901. Diturunkan dari tahtanya pada April 1911. memiliki beberapa istri, termasuk Syarifa Kamariah. Ia memiliki dua putra dan 10 putri .
Putera-putera:
- Syarif 'Abdu'l Rahman ibni al-Marhum Syarif 'Abbas al-Idrus. Lahir 1903. Ia meninggal pada usia muda..
- Syarif Ahmad ibni al-Marhum Syarif 'Abbas al-Idrus [Wan Sulung]. Ia terbunuh pada 1906.
Puteri-puteri:
- Syarifa Inah binti al-Marhum Syarif 'Abbas al-Idrus.
- Syarifa Zubaida binti al-Marhum Syarif 'Abbas al-Idrus. menikah dengan Syarif Mahmud, dan memiliki keturunan tiga anak.
- Syarifa Kamala binti al-Marhum Syarif 'Abbas al-Idrus. menikah dengan Syarif Hamid, dan memiliki satu anak.
- Syarifa Buntat binti al-Marhum Syarif 'Abbas al-Idrus. menikah dengan Syarif Kasim, dan memiliki satu anak.
- Syarifa Isa binti al-Marhum Syarif 'Abbas al-Idrus.
- Syarifa Tura binti al-Marhum Syarif 'Abbas al-Idrus. menikah dengan Syarif Muhammad Zainal Idrus ibni al-Marhum Syarif Ismail al-Idrus, Tuan Besar Kubu (Lahir pada 1851), Putra kedua Syarif Ismail ibni al-Marhum Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus, Yang di-Pertuan Besar Kubu.
- Syarifa Nur binti al-Marhum Syarif 'Abbas al-Idrus. menikah dengan Syarif Muhammad [Mo] al-Idrus, dan memiliki satu anak.
- Syarifa Saliha binti al-Marhum Syarif 'Abbas al-Idrus. menikah dengan Syarif 'Umar al-Idrus.
- Syarifa Kuning binti al-Marhum Syarif 'Abbas al-Idrus.
- Syarifa Kebong binti al-Marhum Syarif 'Abbas al-Idrus.
RAJA VII: Syarif Muhammad Zainal Idrus (1911 – 1921) [7]
[sunting | sunting sumber]Syarif Muhammad Zainal Idrus (1911 – 1921) ibni al-Marhum Syarif Ismail al-Idrus, Tuan Besar Kubu. Lahir 1851, Putra kedua Syarif Ismail ibni al-Marhum Syarif 'Abdu'l Rahman al-Idrus, Yang di-Pertuan Besar Kubu, Pendidikan Khusus. Dipilih oleh Belanda untuk menggantikan sepupunya yang diturun-tahtakan sebelumnya pada 26 September 1911. Dilantik pada 15 Januari 1912. Menyerahkan menyerahkan wewenang Kesultanan kepada Dewan Kabupaten pada 1919. di-turun-tahtakan tanpa adanya pilihan pengganti pada 11 April 1921. Memiliki 3 istri, termasuk Syarifa Tura binti al-Marhum Syarif 'Abbas al-Idrus, Putri ke-enam Syarif 'Abbas ibni al-Marhum Syarif Hasan 'Ali al-Idrus, Yang di-Pertuan Besar Kubu. Ia memiliki, 7 putra:
- Syarif Mustafa ibni al-Marhum Syarif Muhammad Zainal Idrus al-Idrus.
- Syarif Akil [Agel] ibni al-Marhum Syarif Muhammad Zainal Idrus al-Idrus. Lahir 1877, Pendidikan Khusus. Menikah dengan putri Syarif Said al-Idrus pada 1900. Ia memiliki 3 putra:
- Syarif 'Usman ibni al-Marhum Syarif Akil al-Idrus. Menikah dengan halimah (tiong hoa), mendapatkan 3 orang putra yaitu : Syarif husin, Syarif umar dan Syarif Hamid.
- Syarif Tani ibni al-Marhum Syarif Akil al-Idrus.
- Syarif Mohsen [Mukhsin] ibni al-Marhum Syarif Akil al-Idrus.
- Syarif Ja'afar ibni al-Marhum Syarif Muhammad Zainal Idrus al-Idrus.
- Syarif Husain ibni al-Marhum Syarif Muhammad Zainal Idrus al-Idrus (putra dari istri pertama).
- Tuan Besar of Kubu Syarif Hasan ibni al-Marhum Syarif Muhammad Zainal Idrus al-Idrus, Tuan Besar of Kubu (putra dari istri kedua)- lihat bawah.
- Syarif 'Usman ibni al-Marhum Syarif Muhammad Zainal Idrus al-Idrus (putra dari istri ke-tiga).
- Syarif Salim ibni al-Marhum Syarif Muhammad Zainal Idrus al-Idrus.
RAJA VIII: Syarif Salih (1921 – 1943)
[sunting | sunting sumber]Syarif Salih (1921 – 1943) ibni al-Marhum Idrus al-Idrus, Tuan Besar Kubu. Lahir 1881, Pendidikan khusus. Dipilih oleh Belanda, bersama Dewan Kesultanan, dikenal sebagai Senior Mbr. of the Cncl. of Regent 1919 (Anggota Senior Dewan Rakyat Kabupaten). Menjadi Asisten Bupati pada 16 Juni 1921. Dikenal sebagai Pelaksana Sementara Kesultanan, pada September 1921. Dilantik pada 7 Februari 1922. Ditangkap oleh Jepang pada 23 November 1943. Menerima: Knt. of the Order of Orange-Nassau (17.8.1940) Gelar Ksatria-Bangsawan dari Kerajaan Belanda (17 Agustus 1940), dan Lesser Golden Star for Loyalty dan Merit (Gelar Pengabdian dan Jasa Luar Biasa dari Kerajaan Belanda). Ia dibunuh (dipancung) oleh tentara Jepang di Mandor pada 28 Juni 1944, memiliki dua putra:
- Syarif Yahya ibni al-Marhum Syarif Salih al-Idrus. Ia memiliki putra:
- Syarif Hamid bin Syarif Yahya al-Idrus.
- Syarif 'Abdu'l Rahman bin Syarif Yahya al-Idrus.
- Syarif Husain bin Syarif Salih al-Idrus. Excluded from the succession because of physical dan mental incapacity. Ia memiliki seorang anak:
- Syarif Yusuf bin Syarif Husain al-Idrus. (Mbr. of the Cncl. of Regency (Anggota Senior Dewan Rakyat Kabupaten) 1946).
- Syarif Ahmad bin Syarif Salih al-Idrus
RAJA IX: Syarif Hasan (1943 – 1958)
[sunting | sunting sumber]Syarif Hasan (1943 – 1958) ibni al-Marhum Syarif Muhammad Zainal Idrus al-Idrus, Tuan Besar of Kubu, Pendidikan: HIS Pontianak. Menjadi Ketua bestuur comite oleh Jepang pada tahun 1943. Dilantik sebagai Pemimpin Dewan Rakyat Daerah (Cncl. of Regency/DPRD) pada 1946. Terpilih sebagai head of the self-governing monarchy (Pemimpin Kerajaaan-kerajaan di Indonesia) pada 16 August 1949. Diturunkan dari tahtanya saat Kesultanan Kubu dihapus oleh Pemerintah RI pada tahun 1958.
RAJA X : (2017 – 2021)
* SYARIF ISMAIL BIN HASAN SELAKU TUAN BESAR
[sunting | sunting sumber]* SYARIF ZULFI BIN ISMAIL SELAKU RAJA KUBU
[sunting | sunting sumber]* SYARIF SYAHRIL SELAKU TUAN BESAR RAJA KUBU
[sunting | sunting sumber]~ SYARIF ISMAIL BIN HASAN, TUAN BESAR KUBU (27 Sept 2017- 28 OKT 2020)
[sunting | sunting sumber]~ SYARIF SYAHRIL, TUAN BESAR RAJA KUBU (26 September 2017- 26 Agustus 2022 (wafat)
[sunting | sunting sumber]Raja yang ditabalkan dari nasab asli dan jalur Syarif Abbas.Pada Tanggal 25 Agustus 2017 dilakukanlah perjanjian kepakatan antaraSyarif Ahyar bin Syarif Alwi Bin Husen Bin Abas Al Idrus Selaku Pangeran Istana Kerajaan Kubu dan Syarif Syahril Bin Usman Bin Abas Al Idrus Selaku Tuan Muda Kubu
Kedua belah pihak sepakat melakukan penobatan Syarif Syahril Bin Usman Bin Abas Al Idrusmelalui Majelis Agung Kerajaan Kubu, Ambawang dan Kertamulia menduduki tahta sebagai Tuan Besar Raja Kubu
Penobatan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2017 dengan menobatkan Syarif Syahril Sebagai Tuan Besar Raja Kubu dan Syarif Umar Bin Usman Bin Agil sebagai Ketua Majelis Agung Kerajaan Kubu, Ambawang dan Kertamulia
Syarif Syahril Bin Usman Wafat pada hari Jumat tanggal 26 Agustus 2022/28 Muharam 1444 H Di Pontianak dimakam di Telok Pakedai Kabupaten Kubu Raya Kalimantan barat.
Syarif Ibrahim bin Nyoh Alaydrus dinobatkan menjadi raja Kubu berikutnya dengan gelar Yang Dipertuan Agung Raja Kubu Syarif Ibrahim bin Nyoh Alaydrus, dalam kegiatan Haul Akbar Kerajaan Kubu.
Nasab Bani Alawi - al-Husaini
[sunting | sunting sumber]Bani Alawi ialah gelar marga yang diberikan kepada mereka yang nasab-nya bersambung kepada Sayyid Alawi bin Ubaidullah (Abdullah) bin Ahmad bin Isa Al-Muhajir. Ahmad bin Isa Al-Muhajir telah meninggalkan Basrah di Iraq bersama keluarga dan pengikut-pengikutnya pada tahun 317H/929M untuk berhijrah ke Hadhramaut di Yaman Selatan. Cucu Ahmad bin Isa yang bernama Alawi, merupakan orang pertama yang dilahirkan di Hadramaut. Oleh itu anak-cucu Alawi digelar Bani Alawi, yang bermakna “Keturunan Alawi”. Panggilan Bani Alawi atau Ba'Alawi juga ialah bertujuan memisahkan kumpulan keluarga ini daripada cabang-cabang keluarga yang lain yang juga keturunan dari Nabi Muhammad SAW.
Bani Alawi (Ba 'Alawi) juga dikenali dengan kata-nama Sayid (jamaknya: Sadah) atau Habib (jamaknya: Haba'ib) atau Syarif (jamaknya: Asyraf, khusus bagi bangsawan/ningrat-nya). Untuk kaum wanitanya dikenal juga dengan sebutan Syarifah. Keluarga yang bermula di Hadhramaut di negara Yaman ini, telah berkembang dan menyebar, dan saat ini banyak di antara mereka yang menetap di segenap pelosok dunia baik Arab, Indonesia, Asia Tenggara, India, Afrika dan lainnya.[8]
Gelar dan Istilah
[sunting | sunting sumber]- Putra Mahkota/Pangeran: Syarif (atau Sayyid) (nama pribadi) ibni al-Marhum Syarif (atau Sayyid) (nama bapaknya) Al-Idrus (nama marga/keluarga), Tuan Besar Kubu (aslinya: Yang di-Pertuan Besar).
- Anggota laki-laki keluarga Kesultanan yang lain, keturunan pada garis Bapak: Syarif (atau Sayyid) (nama pribadi) ibni Syarif (or Sayyid) (nama bapaknya) Al-Idrus (nama marga/keluarga).
- Anggota wanita keluarga Kesultanan, keturunan pada garis bapak: Syarifah (nama pribadi) binti Syarif (atau Sayyid) (nama bapaknya) Al-Idrus (nama marga/keluarga).
Aturan Suksesi (Pergantian)
[sunting | sunting sumber]Pemilihan Raja dijalankan oleh Dewan Kesultanan (Council of the State) dan Anggota Senior dari Keluarga kebangsawanan yang menjabat Mufti/Qadhi (Ruling House).[9]
Nasab
[sunting | sunting sumber]Jalur silsilah | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
Referensi
[sunting | sunting sumber]Sumber
[sunting | sunting sumber]- Maktab Ad-Daimy, Badan Pencatatan Nasab Bani Alawi – Al-Husaini, Rabithah Alawiyah Pusat, Jakarta–Indonesia, Attn: Habib Zainal Abidin Seggaf As-Seggaf (Ketua) dan Habib Abubakar Seggaf As-Seggaf (Wakil), Buku Data Nasab Bani Alawi-Al-Husaini, No. 1, hlm. 149, (Jakarta: Maktab ad-Daimy), 1997
- Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali Bin Yahya dan Team Penulis Panitia Muktamar ke-10 Jam’iyah Ahli Al Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah 1426H/2005 M - Pekalongan, Mengenal Thariqah – Panduan Pemula Mengenal Jalan Menuju Allah; Last Chapter, Sekilas Tentang Thariqah Alawiyah, (Jakarta: Aneka Ilmu), 2005
- http://www.asyraaf.org Diarsipkan 2018-11-27 di Wayback Machine. (Telaah Kitab Al-Mu'Jamul Lathif halaman 140-141, tentang Qabilah Marga Al-Idrus)
- Al-Habib Muhammad bin Abubakar Asy-Syalli Ba-‘Alawy, As-Syaikh Al-Akbar Abdullah Al-Idrus dalam Al-Masyra' Ar-Rawiy fi Manaqib As-Sadah Al-Kiram Bani Alawiy, tt
- Sayyid Ahmad bin Muhammad As-Syathiri, Sirah As-Salaf Min Bani 'Alawiy Al-Husainiyin, (Jeddah: dicetak oleh Alam Ma'rifah), 1405H/1984
- Prof Dr. HAMKA, Soal Jawab Agama Islam, (Kuala Lumpur: Pustaka Melayu Baru), 1978.
- Ronald Lewcock, Wadi Hadhramaut and The Walled City of Shibam, UNESCO, 1986
- Daniel van der Meulen dan H. Von Wissmann, Hadramaut -Some of Its Mysteries Unveiled
- J. P. J. Barth, Overzicht der afdeeling Soekadana, Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van kunsten en wetenschappen. Deel L, Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Albrecht & Co., Batavia, 1897.
- J.J.K. Enthoven, Bijdragen tot de Geographie van Borneo's Wester-afdeeling. E.J. Brill, Leiden, 1903.
- H. von Dewall, "Matan, Simpang, Soekadana, de Karimata-eilanden en Koeboe (Wester-afdeeling van Borneo)", Tijdschrisft voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, Deel XI, Vierde Serie Deel II, Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Batavia, 1862.
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ (Belanda) (1863)Geneeskundig tijdschrift voor Nederlandsch-Indie. 10-11. hlm. 132.
- ^ Royal Ark: Kubu
- ^ Nederlandisch Indië (1849). "Staatsblad van Nederlandisch Indië, voor het jaar 1849" (dalam bahasa Belanda). s.n.
- ^ a b "Dinasti al-Idrus (atau Al-Aidarus), Silsilah 2". Christopher Buyers. Januari 2002 – September 2008. Diakses tanggal 22 Juli 2020.
- ^ Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde (dalam bahasa Belanda). 11. Lange & Co. 1862. hlm. 141.
- ^ a b "Dinasti al-Idrus (atau Al-Aidarus), Silsilah 3". Christopher Buyers. Januari 2002 – September 2008. Diakses tanggal 22 Juli 2020.
- ^ a b "Landsdrukkerij". Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie voor 1914. Batavia: Ter Lands-Drukkerij. 1914. hlm. 260.
- ^ Mauladawilah, Abdul Qadir Umar (2008). 17 habaib berpengaruh di Indonesia. Indonesia: Pustaka Bayan. hlm. 297. ISBN 9793766093. ISBN 9789793766096
- ^ "Dinasti al-Idrus (atau Al-Aidarus), Silsilah 1". Christopher Buyers. Januari 2002 – September 2008. Diakses tanggal 22 Juli 2020.
- ^ https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/19/gematria-of-ishmael-in-the-torah-quran/
- ^ https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/29/hagar-the-princess/
- ^ https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/12/torahs-hidden-message-muhammad-%ef%b7%ba-and-jesus-%d8%b9-in-the-light-of-gematria-part-ii/
- ^ https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/08/torahs-hidden-message-muhammad-%ef%b7%ba-and-jesus-%d8%b9-in-the-light-of-gematria/
- ^ https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/19/gematria-of-ishmael-in-the-torah-quran/
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d1.htm#g1
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d2.htm#g2
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d3.htm#g3
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d4.htm#i22
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d5.htm#i21
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d6.htm#i20
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d7.htm#i19
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d8.htm#i18
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d9.htm#i17
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d10.htm#i16
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d11.htm#i15
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d12.htm#i14
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d13.htm#i13
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d14.htm#i12
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d15.htm#i11
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d16.htm#c81
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d17.htm#i9
- ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d18.htm#i8
- ^ https://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d19.htm#i7
- ^ https://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d20.htm#i6
- ^ https://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d21.htm#i5
- ^ https://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d22.htm#i4
- ^ https://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d23.htm#i3
- ^ https://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d24.htm#i33
- ^ a b c d e f g h i Hernadi, Edi (2013). Sejarah Nasional Indonesia: Edisi Revisi 2013. Indonesia: Uwais Inspirasi Indonesia. hlm. 204. ISBN 6232271211. ISBN 9786232271210
- ^ Burhanudin, Jajat (2 Januari 2017). Islam Dalam Arus Sejarah Indonesia. Indonesia: Prenada Media. hlm. 36. ISBN 6024225334. ISBN 9786024225339
- ^ Syamsu As, Muhammad (1999). Ulama pembawa Islam di Indonesia dan sekitarnya; Volume 4 dari Politik Indonesia Kontemporer; Volume 4 dari Seri buku sejarah Islam (edisi ke-2). Indonesia: Lentera. hlm. 88. ISBN 9798880161. ISBN 9789798880162
- ^ Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde (dalam bahasa Belanda). Lange & Co. 1862. hlm. 141.