Ronde (makanan)
Ronde | |
---|---|
Nama lain | Tāngyuán |
Tempat asal | Tiongkok |
Daerah | Pulau Jawa |
Bahan utama | Tepung ketan, air |
Variasi | Variasi beragam di seluruh Nusantara dan Asia Tenggara |
Sunting kotak info • L • B | |
Artikel ini merupakan bagian dari seri |
Hidangan Indonesia |
---|
Portal Indonesia Portal Makanan |
Ronde adalah makanan tradisional Tionghoa dengan nama asli Tāngyuán (Hanzi tradisional: 湯圓; Hanzi sederhana: 汤圆; Pinyin: tāngyuán). Nama tangyuan merupakan metafora dari reuni keluarga (Hanzi tradisional: 團圓; Hanzi sederhana: 团圆; Pinyin: tuányuán (menyerupai tangyuan)). Ronde terbuat dari tepung ketan yang dicampur sedikit air dan dibentuk menjadi bola, direbus, dan disajikan dengan kuah manis. Ukurannya bisa kecil atau besar, diberi isi maupun tidak. Masyarakat China biasa mengonsumsi tangyuan saat festival Yuanxiao atau Festival Lampion[1] atau Festival Dongzhi atau pada setiap kesempatan diadakan perkumpulan keluarga, misalnya saat pesta pernikahan.
Perkembangan sejarah
[sunting | sunting sumber]Asal mula
[sunting | sunting sumber]Menurut legenda,[2] pada masa Dinasti Han, terdapat seorang dayang kerajaan bernama Yuanxiao. Dia sangat merindukan kedua orang tuanya, tetapi tidak dapat meninggalkan istana. Dia terus menangis dan ingin bunuh diri. Seorang menteri yang mengetahui hal tersebut berjanji akan menolongnya. Yuanxiao membuat Tangyuan sebanyak mungkin (masakan terbaik yang bisa dia buat) sebagai persembahan kepada dewa pada tanggal 15 bulan 1 Imlek. Yuanxiao berhasil melakukannya dan sang kaisar merasa puas. Yuanxiao diizinkan bertemu kedua orang tuanya. Semenjak saat itu, pada tanggal 15 bulan 1 penanggalan Imlek diadakan Festival Yuanxiao atau Festival Lampion.
Menurut catatan sejarah, tangyuan telah menjadi camilan populer di China semenjak Dinasti Sung.[3]
Nama
[sunting | sunting sumber]Berbagai nama digunakan untuk merujuk ronde berdasarkan catatan sejarah. Pada masa Kaisar Yongle dari Dinasti Ming, nama yang digunakan adalah yuanxiao (dari Festival Yuanxiao), nama yang digunakan oleh penduduk China bagian utara. Nama tersebut secara harafiah berarti "malam pertama", merujuk pada bulan purnama pertama setelah Tahun Baru Imlek.
Penduduk China bagian selatan menyebutnya tangyuan atau tangtuan.[1] Legenda mengatakan bahwa pada masa pemerintahan Yuan Shikai (1912-1916), dia tidak menyukai nama yuanxiao (元宵) karena terdengar seperti (袁消) "menggeser Yuan" sehingga dia memberi perintah untuk mengubah namanya menjadi tangyuan.[4] Nama tersebut memiliki arti "bola bulat dalam sup". Menurut dialek Hakka dan Kanton (dua dialek besar di China bagian selatan), "tangyuan" diucapkan sebagai tong rhen dan tong jyun. Istilah "tangtuan" (Hakka: tong ton, Kanton: tong tyun) tidak terlalu sering digunakan.
Perbedaan geografi di China
[sunting | sunting sumber]Penduduk China utara makan yuanxiao sementara penduduk selatan makan tangyuan. Meskipun bentuknya sama, rasanya dapat sedikit berbeda karena perbedaan selera. Penduduk selatan menyukai tangyuan yang diberi isi yang manis, antara lain adalah gula, wijen, bunga osmanthus, pasta kacang manis, dan manisan kulit jeruk. Penduduk utara lebih menyukai isi yang asin: daging giling dan sayuran.[5] Selain Yuan Shikai mengganti nama “yuanxiao”, sebenarnya yuanxiao dan tangyuan cukup berbeda cara pembuatannya.[6] Penduduk China Utara membuat yuanxiao dengan cara memadatkan isi hingga berbentuk bulat kemudian menggulirkannya di atas keranjang yang diisi tepung ketan sambil terus memerciki dengan air sampai bentuk bola terbentuk.[7] Sebaliknya, penduduk China Selatan membuat tangyuan dengan cara membuat adonan tepung ketan menjadi bentuk bola dengan isi berada di tengahnya.[7]
Kultur budaya
[sunting | sunting sumber]Bagi masyarakat China di China daratan maupun di seberang laut, tangyuan (ronde) selalu dimakan bersama-sama sekeluarga. Bentuk tangyuan yang bulat dan mangkuk yang bundar melambangkan kebersamaan keluarga.[1]
Komposisi dan penyajian
[sunting | sunting sumber]Komposisi
[sunting | sunting sumber]Ronde (dan tangyuan) meskipun awalnya adalah makanan yang dikonsumsi saat festival, sekarang telah menjadi jajanan yang dikonsumsi kapanpun sepanjang tahun. Secara tradisional, tangyuan berwarna putih. Akan tetapi penjual memberi rasa atau warna yang berbeda untuk menarik konsumen, misalnya diberi isi cokelat, kentang tumbuk, atau pasta labu kuning.
Penduduk China utara biasanya mencampur wijen, kacang, dan pasta kacang manis untuk isinya. Ukuran tangyuan dari selatan biasanya lebih besar.[1]
Isi manis biasanya:
- Sepotong permen gula tebu
- Pasta wijen (biji wijen hitam ditumbuk dicampur gula dan lemak) - isi paling umum untuk tangyuan
- Pasta kacang merah
- Kacang (atau mentega kacang) dirajang (atau ditumbuk) dengan gula
Penyajian
[sunting | sunting sumber]Tangyuan pertama kali direbus dalam air kemudian disajikan dengan kuah sup. Tangyuan yang diberi isi manis (ronde) disajikan dengan kuah jahe yang diberi sirup. Tangyuan yang tidak diberi isi juga disajikan sebagai makanan penutup berupa sup manis (dikenal di Kanton sebagai tong sui yang secara harafiah berarti air gula). Jenis yang umum antara lain:
- Sup kacang merah
- Sup wijen hitam
- Jahe dan gula batu
- Jiuniang (ketan terfermentasi; 醪糟 atau 酒釀), bunga Osmanthus, dan gula batu.
Makanan sejenis
[sunting | sunting sumber]Vietnam
[sunting | sunting sumber]Di Vietnam Selatan, makanan sejenis bernama chè xôi nước disajikan dengan cairan manis serta parutan jahe. Sedangkan di Vietnam Utara, bánh trôi (juga disebut bánh trôi nước) dan bánh chay juga sangat mirip, tetapi bánh chay disajikan dengan kuah santan.
Filipina
[sunting | sunting sumber]Ginataang bilo-bilò disajikan dengan santan, dan terkadang disajikan dengan produk lokal seperti sabà, tapioka, dan atau ubi jalar.
Indonesia
[sunting | sunting sumber]Ronde merupakan tangyuan yang telah bercampur dengan budaya masing-masing daerah atau selera lokal. Cara pembuatannya mirip dengan pembuatan tangyuan oleh penduduk Cina bagian selatan, yaitu diisi kacang manis tumbuk dan disajikan dengan air jahe. Istilah Wedang Ronde merujuk pada air jahe panas (wedang adalah bahasa Jawa merujuk pada minuman panas) yang disajikan bersama dengan ronde. Air jahe juga bisa menggunakan gula kelapa, diberi taburan kacang tanah goreng (tanpa kulit), potongan roti, kolang-kaling, dan sebagainya.[8] Wedang Ronde sudah sangat umum bagi masyarakat Indonesia sehingga banyak yang mengira bahwa asalnya adalah asli dari Indonesia.
Sebagian warga China di Indonesia membedakan tangyuan dan yuanxiao sebagai berikut. Tangyuen adalah ronde tanpa isi (disajikan dengan air jahe manis) yang dikonsumsi pada tanggal 22 Desember. Sedangkan yuanxiao adalah ronde dengan isi manis (disajikan dengan kuah tawar) yang dikonsumi pada purnama pertama pada tahun baru Imlek.
Di Pulau Bangka, dalam Bahasa Hakka, tangyuan disebut sebagai "sia yen", yang dibuat dari ketan atau ubi yang disajikan dengan kuah dari gula aren atau jahe.[9]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d Wen Gong. 2007. Lifestyle in China: Journey into China, hal. 13. Penerbit: 五洲传播出版社. ISBN 978-7-5085-1102-3
- ^ big5.china.com.cn. Unduh: 2012-12-16. 元宵節的由來與傳説
- ^ en.tw.tranews.com. Unduh=2012-12-16. TTNews - Taiwan's Best Travel News Media
- ^ 半岛网-城市信报. 2010-02-22. 因“元宵”与“袁消”谐音袁世凯下令改叫“汤圆 Diarsipkan 2011-02-21 di Wayback Machine.
- ^ China Culture Organization. (2003). Yuanxiao. Diambil dari: http://www.chinaculture.org/gb/en_chinaway/2004-01/21/content_45732.htm Diarsipkan 2012-11-15 di Wayback Machine.
- ^ Yu, L. (21 February, 2002). Lantern Time. Diambil dari: http://app1.chinadaily.com.cn/star/2002/0221/cu18-1.html Diarsipkan 2013-07-05 di Wayback Machine.
- ^ a b Hao, T. (15 April, 2009). Yuanxiao. Retrieved from: http://www.chinese-food-recipes.net/troditional_chinese_food/tangyuan_yuanxiao.html Diarsipkan 2013-05-13 di Wayback Machine.
- ^ VisitSemarang. Unduh=11 Maret 2013. Wedang Ronde, Minuman Kesehatan Tradisional Jawa
- ^ (Indonesia)Hari ini warga Tionghoa makan onde-onde, "bangka.tribunnews". Akses:27-03-2013.