Lompat ke isi

Suku Pesisir: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Eiskrahablo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
HaidirAndiNovianto (bicara | kontrib)
k Menambah Kategori:Sumatera Utara menggunakan HotCat
 
(31 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{ethnic group|
{{ethnic group|
|group = Pesisir <br/><small>''Ughang Pasisi''</small>
|group = Orang Pesisir |native_name = {{small|'''''Ughang Pasisi'''''}}
|image=<table border=0 align="center" style="font-size:90%;">
|image=<table border=0 align="center" style="font-size:90%;">
<tr>
<tr>
Baris 11: Baris 11:
<td><small><div style="line-height:1em">[[Feisal Tanjung]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Feisal Tanjung]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Akbar Tanjung]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Akbar Tanjung]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Zainul Arifin]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Zainul Arifin Pohan]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Chairul Tanjung]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Chairul Tanjung]]</small></td>
</tr>
</tr>
Baris 19: Baris 19:
|langs = [[Bahasa Pesisir|Pesisir]]{{br}}[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
|langs = [[Bahasa Pesisir|Pesisir]]{{br}}[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
|rels = [[Islam]]
|rels = [[Islam]]
|related = [[Suku Minangkabau|Minangkabau]]{{br}}[[Suku Batak Angkola|Batak]]{{br}}[[Suku Aceh|Aceh]]
|related = [[Suku Minangkabau|Minangkabau]]{{}}[[Suku Batak|Batak]]{{}}[[Suku Aceh|Aceh]]
}}
}}


'''{{PAGENAME}}''' ([[Bahasa Pesisir]]: ''Ughang Pasisi'') adalah sebuah kelompok etnik masyarakat yang tersebar di pesisir barat [[Sumatra Utara]]. Etnis Pesisir merupakan keturunan dari orang [[Orang Minang|Minangkabau]] yang bermigrasi ke [[Tapanuli]] sejak abad ke-14 dan telah bercampur dengan suku lain, yaitu suku [[Suku Melayu-Indonesia|Melayu]], [[Suku Batak|Batak]], dan [[Suku Aceh|Aceh]].
'''Suku Pesisir''' ([[bahasa Pesisir]]: ''Ughang Pasisi'') adalah sebuah [[kelompok etnis]] yang tersebar di pesisir barat [[Sumatera Utara]]. Suku Pesisir merupakan keturunan dari orang [[Orang Minang|Minangkabau]] yang bermigrasi ke [[Tapanuli]] sejak abad ke-14 dan telah bercampur dengan suku lain, yaitu suku [[Suku Batak|Batak]] dan [[Suku Aceh|Aceh]].


Sejarah terbentuknya kelompok suku ini tidak jauh berbeda dengan sejarah terbentuknya masyarakat [[Suku Aneuk Jamee]] di pantai barat [[Aceh]], masyarakat [[Negeri Sembilan]] di [[Semenanjung Malaya]], dan beberapa kelompok masyarakat lainnya, yang merupakan [[diaspora]] dari para [[perantau Minang]] sejak berabad-abad yang lalu.
Sejarah terbentuknya kelompok suku ini tidak jauh berbeda dengan sejarah terbentuknya [[suku Aneuk Jamee]] di pantai barat [[Aceh]], masyarakat [[Negeri Sembilan]] di [[Semenanjung Malaya]], dan beberapa kelompok masyarakat lainnya, yang merupakan [[diaspora]] dari para [[perantau Minang]] sejak berabad-abad yang lalu.


== Etimologi ==
== Etimologi ==
Pesisir atau ''Pasisi'' bermakna wilayah yang berada di tepi lautan. Penamaan 'Etnis Pesisir' untuk kelompok masyarakat yang mendiami pesisir barat Sumatra Utara tidak pernah dikenal hingga akhir abad ke-20. Istilah ini dikemukakan untuk membedakan kelompok masyarakat di pesisir barat Sumatra Utara dengan masyarakat Batak di pedalaman. Berdasarkan ruang geografis etnisitas yang disusun oleh Collet (1925), Cunningham (1958), Reid (1979) dan Sibeth (1991), di pesisir barat Sumatra Utara terdapat kelompok masyarakat yang bukan merupakan bagian dari etnis Batak.<ref>Daniel Perret, Kolonialisme dan Etnisitas, Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut, École Franc̦aise d'Extrême-Orient, 1995</ref> Kelompok ini merupakan para perantau dari Minangkabau yang telah bermigrasi ke pesisir barat Tapanuli sejak berabad-abad lalu.<ref>Jane Drakard, A Malay Frontier: Unity and Duality in a Sumatran Kingdom</ref> Dalam perkembangannya, istilah Suku Pesisir lebih digunakan untuk mempertegas kepentingan politik masyarakat Sibolga-Tapanuli Tengah, terutama untuk menghindari dominasi orang Batak dari pedalaman.<ref>http://apakabarsidimpuan.com [http://apakabarsidimpuan.com/2014/04/ketua-dprd-persoalkan-pakaian-adat-pesisir-sibolga/ Ketua DPRD Persoalkan Pakaian Adat Pesisir Sibolga] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20151007062847/http://apakabarsidimpuan.com/2014/04/ketua-dprd-persoalkan-pakaian-adat-pesisir-sibolga/ |date=2015-10-07 }}</ref>
Pesisir atau ''Pasisi'' bermakna wilayah yang berada di tepi lautan. Penamaan 'Etnis Pesisir' untuk kelompok masyarakat yang mendiami pesisir barat Sumatera Utara tidak pernah dikenal hingga akhir abad ke-20. Istilah ini dikemukakan untuk membedakan kelompok masyarakat di pesisir barat Sumatera Utara dengan masyarakat Batak di pedalaman. Berdasarkan ruang geografis etnisitas yang disusun oleh Collet (1925), Cunningham (1958), Reid (1979) dan Sibeth (1991), di pesisir barat Sumatera Utara terdapat kelompok masyarakat yang bukan merupakan bagian dari etnis Batak.<ref>Daniel Perret, Kolonialisme dan Etnisitas, Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut, École Franc̦aise d'Extrême-Orient, 1995</ref> Kelompok ini merupakan para perantau dari Minangkabau yang telah bermigrasi ke pesisir barat Tapanuli sejak berabad-abad lalu.<ref>Jane Drakard, A Malay Frontier: Unity and Duality in a Sumatran Kingdom</ref> Dalam perkembangannya, istilah Suku Pesisir lebih digunakan untuk mempertegas kepentingan politik masyarakat Sibolga-Tapanuli Tengah, terutama untuk menghindari dominasi orang Batak dari pedalaman.<ref>http://apakabarsidimpuan.com {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150205232007/http://apakabarsidimpuan.com/ |date=2015-02-05 }} [http://apakabarsidimpuan.com/2014/04/ketua-dprd-persoalkan-pakaian-adat-pesisir-sibolga/ Ketua DPRD Persoalkan Pakaian Adat Pesisir Sibolga] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20151007062847/http://apakabarsidimpuan.com/2014/04/ketua-dprd-persoalkan-pakaian-adat-pesisir-sibolga/ |date=2015-10-07 }}</ref>


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Baris 35: Baris 35:


== Penyebaran ==
== Penyebaran ==
Suku Pesisir tersebar di [[Kabupaten Tapanuli Tengah|Tapanuli Tengah]], sebagian [[Kabupaten Tapanuli Selatan|Tapanuli Selatan]], [[Natal, Mandailing Natal|Natal]], dan juga di [[Kota Medan|Medan]].
Suku Pesisir tersebar di [[Kabupaten Tapanuli Tengah|Tapanuli Tengah]], [[Kota Sibolga]], pesisir [[Kabupaten Tapanuli Selatan|Tapanuli Selatan]], pesisir [[Kabupaten Mandailing Natal|Mandailing Natal]], dan juga perantauan di [[Kota Medan|Medan]].


== Bahasa ==
== Bahasa ==
[[Berkas:Languages of Northern Sumatra id.svg|jmpl|kiri|320px|Peta pengguna bahasa di Sumatra bagian utara. Pengguna Bahasa Pesisir ditunjukkan dengan kode "min" ([[Bahasa Minangkabau]]) yang berada di sebelah barat Sumatra Utara]]
[[Berkas:Languages of Northern Sumatra id.svg|jmpl|kiri|320px|Peta pengguna bahasa di Sumatra bagian utara. Pengguna Bahasa Pesisir ditunjukkan dengan kode "min" ([[Bahasa Minangkabau]]) yang berada di sebelah barat Sumatera Utara]]
Bahasa yang digunakan oleh kelompok masyarakat Pesisir merupakan salah satu dialek dari [[Bahasa Minangkabau]]. Bahasa Pesisir merupakan akulturasi dari dua bahasa, yakni Bahasa Minang dan [[Bahasa Melayu]], serta terdapat beberapa kosakata yang diambil dari [[Bahasa Batak]] dan [[Bahasa Aceh]]. Percampuran bahasa ini dikenal dengan Bahasa Pesisir yang menjadi bahasa pergaulan sehari-hari (''lingua franca'') di pesisir barat Tapanuli.
Bahasa yang digunakan oleh kelompok masyarakat Pesisir merupakan salah satu dialek dari [[Bahasa Minangkabau]]. Terdapat beberapa kosakata yang diambil dari [[Bahasa Batak]] dan [[Bahasa Aceh]]. Percampuran bahasa ini dikenal dengan Bahasa Pesisir yang menjadi bahasa pergaulan sehari-hari (''lingua franca'') di pesisir barat Tapanuli.


== Adat dan Budaya ==
== Adat dan budaya ==
Sebagai wilayah rantau Minangkabau, kebudayaan etnis Pesisir banyak dipengaruhi oleh [[Budaya Minangkabau]] atau yang dikenal dengan "Adat Sumando".<ref>Chatib Soeleman, Adat Poesaka, Voor eensluidend konform, Sohrijver Koeriahoof Sibolga, Kassianoes, 1851</ref> Adat dan budaya Suku Pesisir yang serupa dengan budaya Minangkabau ialah dalam menyambut para tamu, dimana masyarakat Pesisir juga menggunakan [[Tari Pasambahan|Tari Parsambahan]]. Meski tidak menganut sistem [[Matrilineal Minangkabau|matrilineal]], namun etnis Pesisir juga memiliki kepala kaum yang dipanggil ''mamak''. Untuk pemanggilan kepada saudara orang tua perempuan, etnis Pesisir juga menggunakan istilah ''mak tuo'', ''mak angah'', dan ''mak etek''. Sedangkan untuk pemanggilan kepada saudara kandung laki-laki, adalah ''tuan adik'', ''tak ogek'', ''kak uti'' dan ''tak ajo'', dan untuk penyebutan saudara kandung perempuan antara lain ''uniang'', ''accik'', ''cek angah'', dan ''teti/teta''.
Sebagai wilayah rantau Minangkabau, kebudayaan etnis Pesisir banyak dipengaruhi oleh [[Budaya Minangkabau]] atau yang dikenal dengan "Adat Sumando".<ref>Chatib Soeleman, Adat Poesaka, Voor eensluidend konform, Sohrijver Koeriahoof Sibolga, Kassianoes, 1851</ref> Adat dan budaya Suku Pesisir yang serupa dengan budaya Minangkabau ialah dalam menyambut para tamu, dimana masyarakat Pesisir juga menggunakan [[Tari Pasambahan|Tari Parsambahan]]. Meski tidak menganut sistem [[Matrilineal Minangkabau|matrilineal]], namun etnis Pesisir juga memiliki kepala kaum yang dipanggil ''mamak''. Untuk pemanggilan kepada saudara orang tua perempuan, etnis Pesisir juga menggunakan istilah ''mak tuo'', ''mak angah'', dan ''mak etek''. Sedangkan untuk pemanggilan kepada saudara kandung laki-laki, adalah ''tuan adik'', ''tak ogek'', ''kak uti'' dan ''tak ajo'', dan untuk penyebutan saudara kandung perempuan antara lain ''uniang'', ''accik'', ''cek angah'', dan ''teti/teta''.


Seni pertunjukan etnis Pesisir antara lain kesenian Sikambang, Tari Senyum Minang Manis, Bagala Duo Baleh, dan [[Randai]]. Dalam adat pernikahan, orang Pesisir biasa melakukan prosesi ''malam bainai'' dan ''manjapuk'' yang juga banyak dijumpai di rantau Minangkabau lainnya.<ref>Refelina Puspita, Unsur Budaya Melayu & Minang dalam Budaya Pesisir Sibolga Sumatra Utara, Unimed, 2014</ref> Untuk seorang bangsawan pada masyarakat Pesisir, masih diberikan gelar ''Sutan'' dan ''Marah'' yang dapat kita temukan pada etnis Melayu dan Minangkabau di belakang namanya.<ref>Elizabeth Graves, The Minangkabau Response to Dutch Colonial Rule in the Nineteenth Century, Cornell University, 1981</ref>
Seni pertunjukan etnis Pesisir antara lain kesenian Sikambang, Tari Senyum Minang Manis, Bagala Duo Baleh, dan [[Randai]]. Dalam adat pernikahan, orang Pesisir biasa melakukan prosesi ''malam bainai'' dan ''manjapuk'' yang juga banyak dijumpai di rantau Minangkabau lainnya.<ref>Refelina Puspita, Unsur Budaya Melayu & Minang dalam Budaya Pesisir Sibolga Sumatera Utara, Unimed, 2014</ref> Untuk seorang bangsawan pada masyarakat Pesisir, masih diberikan gelar ''Sutan'' dan ''Marah'' yang dapat kita temukan pada etnis Minangkabau di belakang namanya.<ref>Elizabeth Graves, The Minangkabau Response to Dutch Colonial Rule in the Nineteenth Century, Cornell University, 1981</ref>


== Tokoh masyarakat ==
== Tokoh masyarakat ==
Baris 59: Baris 59:
== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
{{YouTube|1=6lB2XD9RFjw|2=Etnis Pesisir Sumatera Utara, Siapa Mereka?}}
{{YouTube|1=6lB2XD9RFjw|2=Etnis Pesisir Sumatera Utara, Siapa Mereka?}}
{{Suku Bangsa Batak}}
{{Suku bangsa di Indonesia}}
{{Suku bangsa di Indonesia}}


[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|Suku bangsa di Sumatra Utara|Pesisir]]
[[Kategori:Suku bangsa di Sumatera Utara|pesisir]]
[[Kategori:Suku bangsa di Sumatra Utara]]
[[Kategori:Batak|pesisir]]
[[Kategori:Minangkabau]]
[[Kategori:Sumatera Utara]]

Revisi terkini sejak 2 Februari 2024 04.24

Orang Pesisir
Ughang Pasisi
Daerah dengan populasi signifikan
Tapanuli Tengah, Sumatera Utara
Bahasa
Pesisir
Indonesia
Agama
Islam
Kelompok etnik terkait
Minangkabau • Batak • Aceh

Suku Pesisir (bahasa Pesisir: Ughang Pasisi) adalah sebuah kelompok etnis yang tersebar di pesisir barat Sumatera Utara. Suku Pesisir merupakan keturunan dari orang Minangkabau yang bermigrasi ke Tapanuli sejak abad ke-14 dan telah bercampur dengan suku lain, yaitu suku Batak dan Aceh.

Sejarah terbentuknya kelompok suku ini tidak jauh berbeda dengan sejarah terbentuknya suku Aneuk Jamee di pantai barat Aceh, masyarakat Negeri Sembilan di Semenanjung Malaya, dan beberapa kelompok masyarakat lainnya, yang merupakan diaspora dari para perantau Minang sejak berabad-abad yang lalu.

Etimologi

Pesisir atau Pasisi bermakna wilayah yang berada di tepi lautan. Penamaan 'Etnis Pesisir' untuk kelompok masyarakat yang mendiami pesisir barat Sumatera Utara tidak pernah dikenal hingga akhir abad ke-20. Istilah ini dikemukakan untuk membedakan kelompok masyarakat di pesisir barat Sumatera Utara dengan masyarakat Batak di pedalaman. Berdasarkan ruang geografis etnisitas yang disusun oleh Collet (1925), Cunningham (1958), Reid (1979) dan Sibeth (1991), di pesisir barat Sumatera Utara terdapat kelompok masyarakat yang bukan merupakan bagian dari etnis Batak.[1] Kelompok ini merupakan para perantau dari Minangkabau yang telah bermigrasi ke pesisir barat Tapanuli sejak berabad-abad lalu.[2] Dalam perkembangannya, istilah Suku Pesisir lebih digunakan untuk mempertegas kepentingan politik masyarakat Sibolga-Tapanuli Tengah, terutama untuk menghindari dominasi orang Batak dari pedalaman.[3]

Sejarah

Pada abad ke-14, banyak masyarakat Minangkabau yang melakukan migrasi ke Tapanuli Tengah. Tujuan mereka ialah untuk menjadikan Barus sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Pagaruyung, bersama Tiku dan Pariaman, yang menjadi tempat keluar masuknya perdagangan di Pulau Sumatra.[4] Kedatangan mereka ke Barus menyebabkan tersingkirnya para pedagang Tamil yang sudah berdagang di kota itu sejak ratusan tahun sebelumnya.[5]

Gelombang berikutnya ialah rombongan yang dipimpin oleh Sultan Ibrahimsyah yang berasal dari Pesisir Selatan. Rombongan ini kemudian mendirikan Kesultanan Barus yang menjadi salah satu vassal Kerajaan Pagaruyung yang mempunyai pengaruh kuat di pesisir barat Sumatra.[6] Kedatangan orang Minang berlanjut setelah dibentuknya residentie Tapanuli yang beribu kota di Sibolga. Pemerintah Hindia Belanda banyak mempekerjakan mereka untuk mengisi jabatan guru dan di pemerintahan. Sejak pertengahan abad ke-19, masyarakat dari pedalaman Toba, Angkola, dan Mandailing mulai banyak bermukim di Barus, Sorkam, dan Sibolga. Mereka berasimilasi dengan masyarakat Minangkabau dan membentuk kelompok masyarakat Pesisir. Pada sensus penduduk tahun 2000, masyarakat Pesisir diklasifikasikan sebagai etnis tersendiri yang berbeda dengan Batak. Pada tahun 2008, sebagian besar kelompok masyarakat Pesisir menolak bergabung dengan etnis Batak Toba untuk mendirikan Provinsi Tapanuli.[7]

Penyebaran

Suku Pesisir tersebar di Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, pesisir Tapanuli Selatan, pesisir Mandailing Natal, dan juga perantauan di Medan.

Bahasa

Peta pengguna bahasa di Sumatra bagian utara. Pengguna Bahasa Pesisir ditunjukkan dengan kode "min" (Bahasa Minangkabau) yang berada di sebelah barat Sumatera Utara

Bahasa yang digunakan oleh kelompok masyarakat Pesisir merupakan salah satu dialek dari Bahasa Minangkabau. Terdapat beberapa kosakata yang diambil dari Bahasa Batak dan Bahasa Aceh. Percampuran bahasa ini dikenal dengan Bahasa Pesisir yang menjadi bahasa pergaulan sehari-hari (lingua franca) di pesisir barat Tapanuli.

Adat dan budaya

Sebagai wilayah rantau Minangkabau, kebudayaan etnis Pesisir banyak dipengaruhi oleh Budaya Minangkabau atau yang dikenal dengan "Adat Sumando".[8] Adat dan budaya Suku Pesisir yang serupa dengan budaya Minangkabau ialah dalam menyambut para tamu, dimana masyarakat Pesisir juga menggunakan Tari Parsambahan. Meski tidak menganut sistem matrilineal, namun etnis Pesisir juga memiliki kepala kaum yang dipanggil mamak. Untuk pemanggilan kepada saudara orang tua perempuan, etnis Pesisir juga menggunakan istilah mak tuo, mak angah, dan mak etek. Sedangkan untuk pemanggilan kepada saudara kandung laki-laki, adalah tuan adik, tak ogek, kak uti dan tak ajo, dan untuk penyebutan saudara kandung perempuan antara lain uniang, accik, cek angah, dan teti/teta.

Seni pertunjukan etnis Pesisir antara lain kesenian Sikambang, Tari Senyum Minang Manis, Bagala Duo Baleh, dan Randai. Dalam adat pernikahan, orang Pesisir biasa melakukan prosesi malam bainai dan manjapuk yang juga banyak dijumpai di rantau Minangkabau lainnya.[9] Untuk seorang bangsawan pada masyarakat Pesisir, masih diberikan gelar Sutan dan Marah yang dapat kita temukan pada etnis Minangkabau di belakang namanya.[10]

Tokoh masyarakat

Disamping tetap mempertahankan beberapa aspek budaya Minangkabau, seperti bahasa, seni, dan kuliner, etnis Pesisir juga mengadopsi beberapa aspek budaya Batak. Diantaranya pemakaian marga di belakang nama utama, seperti umumnya masyarakat Batak di pedalaman. Beberapa tokoh ternama dari Suku Pesisir diantaranya Akbar Tanjung, Faisal Tanjung, Chairul Tanjung, dan Zainul Arifin.

Sumber

  1. ^ Daniel Perret, Kolonialisme dan Etnisitas, Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut, École Franc̦aise d'Extrême-Orient, 1995
  2. ^ Jane Drakard, A Malay Frontier: Unity and Duality in a Sumatran Kingdom
  3. ^ http://apakabarsidimpuan.com Diarsipkan 2015-02-05 di Wayback Machine. Ketua DPRD Persoalkan Pakaian Adat Pesisir Sibolga Diarsipkan 2015-10-07 di Wayback Machine.
  4. ^ Cortesao A., The Suma Oriental of Tome Pires, London, 1944
  5. ^ Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula
  6. ^ Jane Drakard, Sejarah Raja-raja Barus: Dua Naskah dari Barus, Penerbit Angkasa dan École Franc̦aise d'Extrême-Orient, 1988
  7. ^ http://www.jpnn.com RUU Provinsi Tapanuli Terganjal Sibolga Diarsipkan 2015-10-05 di Wayback Machine.
  8. ^ Chatib Soeleman, Adat Poesaka, Voor eensluidend konform, Sohrijver Koeriahoof Sibolga, Kassianoes, 1851
  9. ^ Refelina Puspita, Unsur Budaya Melayu & Minang dalam Budaya Pesisir Sibolga Sumatera Utara, Unimed, 2014
  10. ^ Elizabeth Graves, The Minangkabau Response to Dutch Colonial Rule in the Nineteenth Century, Cornell University, 1981

Lihat pula

Pranala luar

Etnis Pesisir Sumatera Utara, Siapa Mereka? di YouTube