Lompat ke isi

Wangsa Isyana: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Syahjahaan (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(57 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Wangsa Isyana''' adalah sebuah dinasti yang berkuasa di [[Kerajaan Medang]] periode Jawa Timur pada abad ke-10 sampai masa akhir [[Kerajaan Kadiri]] awal abad ke 12.
'''Wangsa Isyana''' atau '''Dinasti Ishana''';''(īśāna)'' adalah sebuah dinasti yang pernah berkuasa dan memerintah di [[Kerajaan Medang]] '''(kaḍatwan mḍaŋ)''' periode [[Jawa Timur]] pada abad ke-10 sampai masa akhir [[Kerajaan Kadiri]] '''(pañjalu)''' abad ke-13.
{{infobox royalty
{{infobox royalty
|name = Wangsa Isyana
|name = ''Wangsa Isyana''
|image = [[Daftar]] [[Keluarga]] [[Raja]]
|image = [[Kerajaan|Daftar keluarga kerajaan]]
[[Berkas:Sailendra King and Queen, Borobudur.jpg|jmpl|360px|Adegan keluarga kerajaan raja dan ratu dengan segenap abdi pengiringnya di dalam istana Medang]]
|royal house = [[Wangsa Isyana|Isyana]]
|royal house = [[Wangsa Isyana|Isyana]]
| reign = [[Jawa Timur]] [[Indonesia]]
| reign = [[Medang]], [[Kahuripan]], [[Panjalu]] & [[Janggala]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]
|religion = [[Hindu]] [[Buddha]]
|religion = [[Hindu]] & [[Agama Buddha|Buddha]]
}}
}}
{{Sejarah Indonesia}}


== Asal usul ==
== Asal-usul ==
Istilah ''Isyana'' berasal dari nama '''Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa''', yaitu gelar [[Mpu Sindok]] setelah menjadi raja Medang ([[929]]–[[947]]). Dinasti ini menganut agama [[Hindu]] aliran [[Siwa]].
Istilah ''Isyana'' berasal dari nama '''Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa''', yaitu gelar [[Mpu Sindok]] setelah menjadi raja Medang ([[929]]–[[947]]). Dinasti ini menganut agama [[Hindu]] aliran [[Siwa]].


Berdasarkan agama yang dianut, Mpu Sindok diduga merupakan keturunan [[Sanjaya]], pendiri [[Kerajaan Medang]] ''periode Jawa Tengah''. Salah satu pendapat menyebutkan bahwa Mpu Sindok adalah cucu [[Mpu Daksa]] yang memerintah sekitar tahun [[910]]–an. Mpu Daksa sendiri memperkenalkan pemakaian ''Sanjayawarsa'' (kalender Sanjaya) untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan asli Sanjaya. Dengan demikian, Mpu Daksa dan Mpu Sindok dapat disebut sebagai anggota [[Wangsa Sanjaya]].
Berdasarkan agama yang dianut, Mpu Sindok diduga merupakan keturunan [[Sanjaya]], pendiri [[Kerajaan Medang]] ''Periode Jawa Tengah''. Salah satu pendapat menyebutkan bahwa Mpu Sindok adalah cucu [[Mpu Daksa]] yang memerintah sekitar tahun [[910]]–an. Mpu Daksa sendiri memperkenalkan pemakaian ''Sanjayawarsa'' (kalender Sanjaya) untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan asli Sanjaya. Dengan demikian, Mpu Daksa dan Mpu Sindok dapat disebut sebagai anggota [[Wangsa Sanjaya]].


Kerajaan Medang di Jawa Tengah hancur akibat letusan [[Gunung Merapi]] menurut [[teori van Bammelen]]. Mpu Sindok kemudian memindahkan ibu kota Medang dari Mataram menuju Tamwlang. Beberapa tahun kemudian ibu kota dipindahkan lagi ke Watugaluh. Kedua istana baru itu terletak di daerah [[Jombang]] sekarang.
Kerajaan Medang di [[Jawa Tengah]] hancur akibat letusan [[Gunung Merapi]] menurut [[teori van Bammelen]]. Mpu Sindok kemudian memindahkan ibu kota Medang dari '''Mataram''' menuju '''Tamwlang'''. Beberapa tahun kemudian ibu kota dipindahkan lagi ke '''Watugaluh'''. Kedua istana baru itu terletak di daerah sekitar wilayah [[Jombang]] sekarang.


Mpu Sindok tidak hanya memindahkan istana Medang ke timur, tetapi ia juga dianggap telah mendirikan dinasti baru bernama Wangsa Isyana.
[[Mpu Sindok]] tidak hanya memindahkan istana Medang dari barat ke timur, tetapi ia juga dianggap telah mendirikan dinasti baru bernama Wangsa Isyana.


Namun ada juga pendapat yang menolak keberadaan Wangsa Sanjaya dan Wangsa Isyana, antara lain yang diajukan oleh Prof. Poerbatjaraka, Pusponegoro, dan Notosutanto. Menurut versi ini, dalam Kerajaan Medang hanya ada satu dinasti saja, yaitu [[Wangsa Syailendra]], yang semula beragama [[Hindu]]. Kemudian muncul Wangsa Syailendra terpecah dengan munculnya anggota yang beragama [[Buddha]].
Namun terdapat pula pendapat yang menolak keberadaan [[Wangsa Sanjaya]] dan Wangsa Isyana, antara lain yang diajukan oleh ''Prof. Poerbatjaraka'', ''Pusponegoro'', dan ''Notosutanto''. Menurut versi ini, di dalam Kerajaan Medang hanya ada satu dinasti dan keluarga yang memerintah, yaitu [[Wangsa Syailendra]], keluarga Syailendra yang semula beragama [[Hindu]]. Lalu kemudian terpecah dengan munculnya anggota Syailendra lain yang beragama [[Buddha]].


Dengan kata lain, versi ini berpendapat bahwa Mpu Sindok adalah anggota Wangsa Syailendra yang beragama Hindu Siwa, dan yang memindahkan istana Kerajaan Medang ke Jawa Timur.
Dengan kata lain, versi ini berpendapat bahwa [[Mpu Sindok]] adalah anggota [[Wangsa Syailendra]] yang beragama [[Hindu]] [[Siwa]], dan kemudian memindahkan istana Kerajaan Medang dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.


== Silsilah keluarga ==
== Silsilah keluarga ==
Silsilah Wangsa Isyana dijumpai dalam [[Prasasti Pucangan]] tahun [[1041]] atas nama [[Airlangga]], seorang raja yang mengaku keturunan [[Mpu Sindok]]. Prasasti inilah yang melahirkan pendapat tentang munculnya sebuah dinasti baru sebagai kelanjutan [[Wangsa Sanjaya]].
Silsilah Wangsa Isyana dijumpai di dalam [[Prasasti Pucangan]] tahun 1041 M, yang dikeluarkan atas nama [[Airlangga]], seorang raja yang mengaku sebagai keturunan [[Mpu Sindok]]. Prasasti inilah yang melahirkan pendapat tentang munculnya sebuah dinasti baru sebagai kelanjutan [[Wangsa Sanjaya]].


Cikal bakal Wangsa Isyana tentu saja ditempati oleh Mpu Sindok alias Maharaja Isyana. Ia memiliki putri bernama [[Sri Isyanatunggawijaya]] yang menikah dengan pangeran [[Bali]] bernama [[Sri Lokapala]]. Dari perkawinan itu lahir [[Makutawangsawardhana]], yang kemudian memiliki putri bernama [[Mahendradatta]], yaitu ibu dari Airlangga.
Cikal bakal Wangsa Isyana tentu saja ditempati oleh Mpu Sindok alias Maharaja Isyana. Ia memiliki putri bernama [[Sri Isyanatunggawijaya]] yang menikah dengan pangeran [[Bali]] bernama [[Sri Lokapala]]. Dari perkawinan itu lahir [[Makutawangsawardhana]], yang kemudian memiliki putri bernama [[Mahendradatta]], yaitu ibu dari Airlangga.


Ayah dari Airlangga adalah [[Udayana]] Warmadewa raja Bali. Dalam beberapa prasasti, nama Mahendradatta atau Gunapriya Dharmapatni disebut lebih dulu sebelum suaminya. Hal ini menunjukkan seolah-olah kedudukan Mahendradatta lebih tinggi daripada Udayana. Mungkin saat itu Bali merupakan negeri bawahan Jawa. Penaklukan Bali diperkirakan terjadi pada zaman pemerintahan [[Dyah Balitung]] (sekitar tahun [[890]]–[[900]]–an)
Ayah dari Airlangga adalah [[Udayana]] [[wangsa Warmadewa|Warmadewa]] raja Bali. Dalam beberapa prasasti, nama Mahendradatta atau Gunapriya Dharmapatni disebut lebih dulu sebelum suaminya. Hal ini menunjukkan seolah-olah kedudukan Mahendradatta lebih tinggi daripada Udayana. Mungkin saat itu Bali merupakan negeri bawahan Jawa. Penaklukkan Bali diperkirakan terjadi pada zaman pemerintahan [[Dyah Balitung]] (sekitar tahun [[890]]–[[900]]–an).


Prasasti Pucangan juga menyebutkan seorang raja bernama [[Dharmawangsa Teguh]], mertua sekaligus kerabat Airlangga. Para sejarawan cenderung sepakat bahwa Dharmawangsa adalah putra Makutawangsawardhana. Pendapat ini diperkuat oleh prasasti Sirah Keting yang menyebut Dharmawangsa dengan nama Sri Maharaja Isyana Dharmawangsa.
Prasasti Pucangan juga menyebutkan seorang raja bernama [[Dharmawangsa Teguh]], mertua sekaligus kerabat Airlangga. Para sejarawan cenderung sepakat bahwa Dharmawangsa adalah putra Makutawangsawardhana. Pendapat ini diperkuat oleh [[prasasti Sirah Keting]] yang menyebut Dharmawangsa dengan nama Sri Maharaja Isyana Dharmawangsa.


Dengan demikian, Dharmawangsa dapat dipastikan sebagai keturunan Mpu Sindok, meskipun prasasti Pucangan tidak menyebutnya dengan pasti.
Dengan demikian, Dharmawangsa dapat dipastikan sebagai keturunan Mpu Sindok, meskipun prasasti Pucangan tidak menyebutnya dengan pasti.


Pada akhir masa pemerintahannya, [[Airlangga]] berhadapan dengan masalah persaingan perebutan takhta antara kedua putranya. Sebelum turun takhta, pada akhir November [[1042]] atas saran penasehat kerajaan [[Mpu Bharada]], Airlangga terpaksa membagi wilayah kerajaannya menjadi dua.
== Daftar raja-raja ==

Bagian barat wilayah Panjalu/[[Kadiri]] beribukota di kota baru yaitu [[Daha]] diberikan kepada [[Sri Samarawijaya]], kemudian wilayah bagian timur yaitu wilayah [[Janggala]] beribukota di kota lama yakni [[Kahuripan]] diberikan kepada [[Mapanji Garasakan]].

== Daftar nama penguasa ==
Daftar raja-raja Wangsa Isyana dapat disusun sebagai berikut,
Daftar raja-raja Wangsa Isyana dapat disusun sebagai berikut,
# [[Mpu Sindok]] alias Maharaja Isyana
# Dyah Sindok ([[Mpu Sindok]]) atau Maharaja Isyana Wikramadharmottunggadewa.
# [[Sri Isyanatunggawijaya]], memerintah bersama Sri Lokapala
# [[Sri Isyanatunggawijaya]] memerintah bersama suaminya [[Sri Lokapala]].
# [[Makutawangsawardhana]]
# [[Makutawangsawardhana|Sri Makutawangsawardhana]].
# [[Dharmawangsa Teguh]] memerintah di Jawa, [[Mahendradatta]] memerintah di Bali
# [[Dharmawangsa Teguh]] memerintah di Jawa, [[Mahendradatta]] memerintah di Bali.
# [[Airlangga]], putra [[Mahendradatta]] dan menantu [[Dharmawangsa Teguh]]
# [[Airlangga]], putra [[Mahendradatta]] serta menantu dari [[Dharmawangsa Teguh|Sri Maharaja Isyana Dharmawangsa Teguh]].
# Dilanjutkan garis keturunan oleh [[Kadiri]] dan [[Janggala]] dua Kerajaan hasil pembelahan [[Airlangga]]
# Penerus keturunan garis Dinasti Isyana dilanjutkan oleh [[Panjalu]] dan [[Janggala]] dua kerajaan hasil pembelahan [[Airlangga]].


== Daftar pustaka ==
== Daftar pustaka ==
* Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka.
* Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka.
* [[Slamet Muljana]]. 1979. ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhratara.
* [[Slamet Muljana]]. 1979. ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhratara.
== Lihat pula ==
* [[Wangsa Syailendra]]
* [[Kerajaan Medang]]
* [[Kerajaan Sriwijaya]]
* [[Sanjaya]]
* [[Rakai Panangkaran]]
* [[Rakai Pikatan]]


[[Kategori:Sejarah Nusantara]]
[[Kategori:Wangsa]]
[[Kategori:Kerajaan Medang]]

Revisi terkini sejak 31 Maret 2024 12.11

Wangsa Isyana atau Dinasti Ishana;(īśāna) adalah sebuah dinasti yang pernah berkuasa dan memerintah di Kerajaan Medang (kaḍatwan mḍaŋ) periode Jawa Timur pada abad ke-10 sampai masa akhir Kerajaan Kadiri (pañjalu) abad ke-13.

Wangsa Isyana
Daftar keluarga kerajaan
Adegan keluarga kerajaan raja dan ratu dengan segenap abdi pengiringnya di dalam istana Medang
BerkuasaMedang, Kahuripan, Panjalu & Janggala, Jawa Timur, Indonesia
WangsaIsyana
AgamaHindu & Buddha

Asal-usul

[sunting | sunting sumber]

Istilah Isyana berasal dari nama Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa, yaitu gelar Mpu Sindok setelah menjadi raja Medang (929947). Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa.

Berdasarkan agama yang dianut, Mpu Sindok diduga merupakan keturunan Sanjaya, pendiri Kerajaan Medang Periode Jawa Tengah. Salah satu pendapat menyebutkan bahwa Mpu Sindok adalah cucu Mpu Daksa yang memerintah sekitar tahun 910–an. Mpu Daksa sendiri memperkenalkan pemakaian Sanjayawarsa (kalender Sanjaya) untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan asli Sanjaya. Dengan demikian, Mpu Daksa dan Mpu Sindok dapat disebut sebagai anggota Wangsa Sanjaya.

Kerajaan Medang di Jawa Tengah hancur akibat letusan Gunung Merapi menurut teori van Bammelen. Mpu Sindok kemudian memindahkan ibu kota Medang dari Mataram menuju Tamwlang. Beberapa tahun kemudian ibu kota dipindahkan lagi ke Watugaluh. Kedua istana baru itu terletak di daerah sekitar wilayah Jombang sekarang.

Mpu Sindok tidak hanya memindahkan istana Medang dari barat ke timur, tetapi ia juga dianggap telah mendirikan dinasti baru bernama Wangsa Isyana.

Namun terdapat pula pendapat yang menolak keberadaan Wangsa Sanjaya dan Wangsa Isyana, antara lain yang diajukan oleh Prof. Poerbatjaraka, Pusponegoro, dan Notosutanto. Menurut versi ini, di dalam Kerajaan Medang hanya ada satu dinasti dan keluarga yang memerintah, yaitu Wangsa Syailendra, keluarga Syailendra yang semula beragama Hindu. Lalu kemudian terpecah dengan munculnya anggota Syailendra lain yang beragama Buddha.

Dengan kata lain, versi ini berpendapat bahwa Mpu Sindok adalah anggota Wangsa Syailendra yang beragama Hindu Siwa, dan kemudian memindahkan istana Kerajaan Medang dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.

Silsilah keluarga

[sunting | sunting sumber]

Silsilah Wangsa Isyana dijumpai di dalam Prasasti Pucangan tahun 1041 M, yang dikeluarkan atas nama Airlangga, seorang raja yang mengaku sebagai keturunan Mpu Sindok. Prasasti inilah yang melahirkan pendapat tentang munculnya sebuah dinasti baru sebagai kelanjutan Wangsa Sanjaya.

Cikal bakal Wangsa Isyana tentu saja ditempati oleh Mpu Sindok alias Maharaja Isyana. Ia memiliki putri bernama Sri Isyanatunggawijaya yang menikah dengan pangeran Bali bernama Sri Lokapala. Dari perkawinan itu lahir Makutawangsawardhana, yang kemudian memiliki putri bernama Mahendradatta, yaitu ibu dari Airlangga.

Ayah dari Airlangga adalah Udayana Warmadewa raja Bali. Dalam beberapa prasasti, nama Mahendradatta atau Gunapriya Dharmapatni disebut lebih dulu sebelum suaminya. Hal ini menunjukkan seolah-olah kedudukan Mahendradatta lebih tinggi daripada Udayana. Mungkin saat itu Bali merupakan negeri bawahan Jawa. Penaklukkan Bali diperkirakan terjadi pada zaman pemerintahan Dyah Balitung (sekitar tahun 890900–an).

Prasasti Pucangan juga menyebutkan seorang raja bernama Dharmawangsa Teguh, mertua sekaligus kerabat Airlangga. Para sejarawan cenderung sepakat bahwa Dharmawangsa adalah putra Makutawangsawardhana. Pendapat ini diperkuat oleh prasasti Sirah Keting yang menyebut Dharmawangsa dengan nama Sri Maharaja Isyana Dharmawangsa.

Dengan demikian, Dharmawangsa dapat dipastikan sebagai keturunan Mpu Sindok, meskipun prasasti Pucangan tidak menyebutnya dengan pasti.

Pada akhir masa pemerintahannya, Airlangga berhadapan dengan masalah persaingan perebutan takhta antara kedua putranya. Sebelum turun takhta, pada akhir November 1042 atas saran penasehat kerajaan Mpu Bharada, Airlangga terpaksa membagi wilayah kerajaannya menjadi dua.

Bagian barat wilayah Panjalu/Kadiri beribukota di kota baru yaitu Daha diberikan kepada Sri Samarawijaya, kemudian wilayah bagian timur yaitu wilayah Janggala beribukota di kota lama yakni Kahuripan diberikan kepada Mapanji Garasakan.

Daftar nama penguasa

[sunting | sunting sumber]

Daftar raja-raja Wangsa Isyana dapat disusun sebagai berikut,

  1. Dyah Sindok (Mpu Sindok) atau Maharaja Isyana Wikramadharmottunggadewa.
  2. Sri Isyanatunggawijaya memerintah bersama suaminya Sri Lokapala.
  3. Sri Makutawangsawardhana.
  4. Dharmawangsa Teguh memerintah di Jawa, Mahendradatta memerintah di Bali.
  5. Airlangga, putra Mahendradatta serta menantu dari Sri Maharaja Isyana Dharmawangsa Teguh.
  6. Penerus keturunan garis Dinasti Isyana dilanjutkan oleh Panjalu dan Janggala dua kerajaan hasil pembelahan Airlangga.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]
  • Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]