Arnold Mononutu: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi |
|||
(14 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Nama Minahasa|Mononutu}} |
|||
{{Infobox Officeholder |
{{Infobox Officeholder |
||
| honorific-prefix = <small>[[Profesor|Prof.]] [[Meester in de rechten|Mr.]]</small> |
| honorific-prefix = <small>[[Profesor|Prof.]] [[Meester in de rechten|Mr.]]</small> |
||
Baris 22: | Baris 23: | ||
| term_start2 = 3 April 1952 |
| term_start2 = 3 April 1952 |
||
| term_end2 = 30 Juli 1953 |
| term_end2 = 30 Juli 1953 |
||
| successor2 = [[Ferdinand |
| successor2 = [[Ferdinand Lumban Tobing]] |
||
| order3 = ke-1 |
| order3 = ke-1 |
||
| office3 = Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok |
| office3 = Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok |
||
Baris 29: | Baris 30: | ||
| predecessor3 = ''Tidak ada'' |
| predecessor3 = ''Tidak ada'' |
||
| successor3 = [[Sukarjo Wiryopranoto]] |
| successor3 = [[Sukarjo Wiryopranoto]] |
||
| office4 = |
| office4 = [[Rektor Universitas Hasanuddin]] ke-3 |
||
| term_start4 = 1960 |
| term_start4 = 1960 |
||
| term_end4 = 1965 |
| term_end4 = 1965 |
||
Baris 35: | Baris 36: | ||
| successor4 = M. Natsir Said |
| successor4 = M. Natsir Said |
||
| birth_date = {{birth date|1896|12|4}} |
| birth_date = {{birth date|1896|12|4}} |
||
| birth_place = [[Manado]], [[ |
| birth_place = [[Manado]], [[Celebes]], [[Hindia Belanda]] |
||
| death_date = {{death date and age|1983|9|5|1896|12|4}} |
| death_date = {{death date and age|1983|9|5|1896|12|4}} |
||
| death_place = [[Jakarta]] |
| death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]] |
||
| party = |
| party = {{Parpolicon|PNI}} |
||
| spouse = |
| spouse = |
||
| children = |
| children = |
||
Baris 46: | Baris 47: | ||
| signature = Signature of Arnold Mononutu.svg |
| signature = Signature of Arnold Mononutu.svg |
||
}} |
}} |
||
⚫ | [[Profesor|Prof.]] [[Meester in de rechten|Mr.]] '''Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu''' ({{lahirmati|[[Manado]], [[Sulawesi Utara]]|4|12|1896|Jakarta|5|9|1983}}) adalah [[Pahlawan Nasional Indonesia|pahlawan nasional]] yang pernah menjabat sebagai [[Menteri Penerangan]], anggota [[Konstituante|Majelis Konstituante]], dan rektor [[Universitas Hasanuddin]]. Selain itu ia adalah [[Daftar Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok|Duta Besar Indonesia pertama untuk Tiongkok]].<ref>{{Cite web|title=Arnold Mononutu - PNI (Partai Nasional Indonesia) - Profil Anggota|url=https://www.konstituante.net/id/profile/PNI_arnold_mononutu|website=Konstituante.Net|access-date=2021-10-24}}</ref> |
||
⚫ | [[Profesor|Prof.]] [[Mr.]] '''Arnoldus Isaac Zacharias |
||
== Kehidupan awal == |
== Kehidupan awal == |
||
⚫ | |||
⚫ | Mononutu lahir di Manado pada tanggal 4 Desember 1896. Ayahnya bernama Karel Charles Wilson Mononutu dan ibunya bernama Agustina van der Slot.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 9.</ref> Baik ayah dan kakeknya adalah tokoh terkemuka dalam masa-masa mereka. Ayahnya adalah seorang pegawai negeri (''ambtenaar'') [[Hindia Belanda]]. Kakeknya yang juga bernama Arnold Mononutu adalah orang [[Minahasa]] pertama yang menyelesaikan studi di sekolah untuk pelatihan dokter pribumi (''School tot Opleiding van Inlandsche Artsen'', STOVIA) di [[Batavia]].<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 5.</ref> |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
Ketika Mononutu berusia dua tahun, ayahnya ditugaskan ke [[Gorontalo]]. Empat adiknya lahir di Gorontalo, tetapi sayangnya keempatnya meninggal antara lima dan enam bulan. Pada tahun 1903, Mononutu mengikuti sekolah dasar bahasa [[Belanda]] (''Europeesche Lagere School'', ELS) di Gorontalo.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 10.</ref> Ia melanjutkan studinya di tingkat sekolah yang sama di Manado setelah ayahnya dipindahtugaskan ke Manado. Pada tahun 1913, Mononutu belajar di sekolah menengah Belanda (''Hogere burgerschool'', HBS) di Batavia di mana ia bertemu dan berteman dengan [[Alexander Andries Maramis|AA Maramis]] yang juga dari Minahasa dan [[Achmad Soebardjo|Achmad Subardjo]].<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 15.</ref> |
Ketika Mononutu berusia dua tahun, ayahnya ditugaskan ke [[Gorontalo]]. Empat adiknya lahir di Gorontalo, tetapi sayangnya keempatnya meninggal antara lima dan enam bulan. Pada tahun 1903, Mononutu mengikuti sekolah dasar bahasa [[Belanda]] (''Europeesche Lagere School'', ELS) di Gorontalo.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 10.</ref> Ia melanjutkan studinya di tingkat sekolah yang sama di Manado setelah ayahnya dipindahtugaskan ke Manado. Pada tahun 1913, Mononutu belajar di sekolah menengah Belanda (''Hogere burgerschool'', HBS) di Batavia di mana ia bertemu dan berteman dengan [[Alexander Andries Maramis|AA Maramis]] yang juga dari Minahasa dan [[Achmad Soebardjo|Achmad Subardjo]].<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 15.</ref> |
||
Baris 81: | Baris 79: | ||
[[Berkas:Misi muhibah nit ke ri.jpg|jmpl|250px|Mononutu (ketiga dari kanan) bersama Hatta dan [[Hamengkubuwono IX]]]] |
[[Berkas:Misi muhibah nit ke ri.jpg|jmpl|250px|Mononutu (ketiga dari kanan) bersama Hatta dan [[Hamengkubuwono IX]]]] |
||
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]], Mononutu memfokuskan usahanya untuk membantu rakyat [[Maluku Utara]] untuk menentukan respon mereka yang terbaik. Dia adalah salah seorang yang mendirikan organisasi politik bernama Persatuan Indonesia. Sebuah koran bernama Menara Merdeka diterbitkan untuk mempromosikan cita-cita Persatuan Indonesia.<ref>[[#Prisma1983|Prisma (1983)]], p. 110.</ref> Koran ini memberikan pesan-pesan pro-republik dan mengkritik upaya-upaya Belanda untuk membentuk sebuah negara yang terpisah dari Republik Indonesia yang baru saja diproklamasikan. |
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]], Mononutu memfokuskan usahanya untuk membantu rakyat [[Maluku Utara]] untuk menentukan respon mereka yang terbaik. Dia adalah salah seorang yang mendirikan organisasi politik bernama Persatuan Indonesia. Sebuah koran bernama Menara Merdeka diterbitkan untuk mempromosikan cita-cita Persatuan Indonesia.<ref name="Prisma 1983 p. 110">[[#Prisma1983|Prisma (1983)]], p. 110.</ref> Koran ini memberikan pesan-pesan pro-republik dan mengkritik upaya-upaya Belanda untuk membentuk sebuah negara yang terpisah dari Republik Indonesia yang baru saja diproklamasikan. |
||
Upaya Belanda untuk menemukan solusi federalis untuk Indonesia termasuk diantaranya pembentukan [[Negara Indonesia Timur]] (NIT) pada tahun 1946. Mononutu menjadi anggota parlemen NIT dan memimpin kelompok anggota parlemen yang pro-republik.<ref |
Upaya Belanda untuk menemukan solusi federalis untuk Indonesia termasuk diantaranya pembentukan [[Negara Indonesia Timur]] (NIT) pada tahun 1946. Mononutu menjadi anggota parlemen NIT dan memimpin kelompok anggota parlemen yang pro-republik.<ref name="Prisma 1983 p. 110"/><ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 181.</ref> Dia memfokuskan usahanya untuk membujuk anggota parlemen lain untuk mendukung gagasan menyatukan NIT dengan Republik Indonesia. Setelah [[Agresi Militer Belanda I]] pada tahun 1947, Mononutu mendirikan Gabungan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia.<ref>[[#Sudarmanto2006|Sudarmanto (2006)]], p. 420.</ref> Organisasi ini berusaha menyoroti tindakan Belanda yang berupaya untuk kembali menjajah Indonesia. Pada bulan Februari 1948, ia memimpin sebuah delegasi NIT untuk mengunjungi dan bertemu dengan para pemimpin Republik Indonesia di [[Yogyakarta]].<ref>[[#Atmakusumah2011|Atmakusumah (2011)]], p. 315.</ref> Pada tahun 1949, NIT menjadi konstituen dari [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS), yang kemudian dibubarkan pada 17 Agustus 1950 dan digantikan oleh Republik Indonesia yang bersatu. |
||
== Menteri Penerangan == |
== Menteri Penerangan == |
||
Baris 98: | Baris 96: | ||
Selama menjabat sebagai menteri penerangan, beberapa daerah di Indonesia diguncang oleh pemberontakan-pemberontakan termasuk di [[Jawa Barat]] ([[Angkatan Perang Ratu Adil]]), [[Sulawesi Selatan]] (oleh [[Andi Azis]]), dan [[Maluku]] (oleh [[Christiaan Robbert Steven Soumokil|Chris Soumokil]]). Mononutu bersama dengan Soekarno mengunjungi daerah-daerah ini dan dalam rapat-rapat terbuka mempromosikan cita-cita sebuah bangsa yang bersatu.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 202.</ref> |
Selama menjabat sebagai menteri penerangan, beberapa daerah di Indonesia diguncang oleh pemberontakan-pemberontakan termasuk di [[Jawa Barat]] ([[Angkatan Perang Ratu Adil]]), [[Sulawesi Selatan]] (oleh [[Andi Azis]]), dan [[Maluku]] (oleh [[Christiaan Robbert Steven Soumokil|Chris Soumokil]]). Mononutu bersama dengan Soekarno mengunjungi daerah-daerah ini dan dalam rapat-rapat terbuka mempromosikan cita-cita sebuah bangsa yang bersatu.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 202.</ref> |
||
Pada tahun 1949 sesudah berlangsungnya [[Konferensi Meja Bundar]] di [[Den Haag]], Belanda, yang menghasilkan kesepakatan pembentukan RIS, dalam suatu tim kerja dengan kolega terdekatnya sesama Diplomat, Mr. Soedibjo Wirjowerdojo (yang kemudian mendampinginya selaku charge d'affaires/Wakil Duta Besar di |
Pada tahun 1949 sesudah berlangsungnya [[Konferensi Meja Bundar]] di [[Den Haag]], Belanda, yang menghasilkan kesepakatan pembentukan RIS, dalam suatu tim kerja dengan kolega terdekatnya sesama Diplomat, Mr. Soedibjo Wirjowerdojo (yang kemudian mendampinginya selaku charge d'affaires/Wakil Duta Besar di RRT tahun 1953–1955), ia yang pertama kali mengumumkan nama Batavia menjadi Jakarta. Sedangkan Mr. Soedibjo Wirjowerdojo mengumumkannya di [[Belanda]].<ref>[http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/ministers/popup_biodata_pejabat.asp?id=112 Biodata: Arnold Mononutu]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> |
||
== Rektor Universitas Hasanuddin == |
== Rektor Universitas Hasanuddin == |
||
Pada tahun 1960, Mononutu diminta oleh Soekarno untuk menjadi rektor Universitas Hasanuddin.<ref>[[#Sanovra2018|Sanorva (2018)]].</ref> Dalam lima tahun jabatannya sebagai rektor, jumlah mahasiswa bertumbuh dari 4000 mahasiswa menjadi 8000 mahasiswa. Pada awal jabatannya, universitas ini hanya memiliki tiga fakultas yaitu Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, dan Fakultas Kedokteran. Selama masa jabatannya, enam fakultas baru didirikan yakni Fakultas Ilmu Pasti dan Alam, Fakultas Pertanian, Fakultas Peternakan, Fakultas Sastra, Fakultas Sosial Politik, dan Fakultas Teknik.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 239.</ref> |
Pada tahun 1960, Mononutu diminta oleh Soekarno untuk menjadi rektor Universitas Hasanuddin.<ref>[[#Sanovra2018|Sanorva (2018)]].</ref> Dalam lima tahun jabatannya sebagai rektor, jumlah mahasiswa bertumbuh dari 4000 mahasiswa menjadi 8000 mahasiswa. Pada awal jabatannya, universitas ini hanya memiliki tiga fakultas yaitu Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, dan Fakultas Kedokteran. Selama masa jabatannya, enam fakultas baru didirikan yakni Fakultas Ilmu Pasti dan Alam, Fakultas Pertanian, Fakultas Peternakan, Fakultas Sastra, Fakultas Sosial Politik, dan Fakultas Teknik.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 239.</ref> |
||
== Meninggal == |
|||
[[Berkas:Prof. Arnoldus Izaak Zacharias Nononutu - TMP Kalibata.jpg|jmpl|Foto makam Arnoldus Izaak Zacharias N di TMPNU Kalibata, Jakarta]] |
|||
Pada tanggal 5 September 1983, Mononutu wafat dan dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata|Taman Makam Pahlawan Kalibata Nasional Utama]], [[Kota Administrasi Jakarta Selatan|Jakarta Selatan]]. |
|||
== Penghargaan == |
== Penghargaan == |
||
Baris 171: | Baris 173: | ||
}} |
}} |
||
⚫ | |||
* {{cite web |
|||
⚫ | |||
| date = {{date|2018-11-05}} |
| date = {{date|2018-11-05}} |
||
| url = https://makassar.tribunnews.com/2018/11/05/tribunwiki-daftar-rektor-universitas-hasanuddin-makassar-dari-tahun-1956-2022?page=all |
| url = https://makassar.tribunnews.com/2018/11/05/tribunwiki-daftar-rektor-universitas-hasanuddin-makassar-dari-tahun-1956-2022?page=all |
||
| title = Daftar Rektor Universitas Hasanuddin Makassar, dari Tahun |
| title = TRIBUNWIKI: Daftar Rektor Universitas Hasanuddin Makassar, dari Tahun 1956-2022 |
||
| publisher = Tribun Timur |
| publisher = Tribun Timur |
||
| ref = Sanovra2018 |
| ref = Sanovra2018 |
||
| last = Maharani |
|||
| first = Ina |
|||
| language = id |
|||
| work = [[Tribunnews|Tribunnews.com]] |
|||
}} |
}} |
||
Baris 215: | Baris 220: | ||
{{DEFAULTSORT:Mononutu, Arnold}} |
{{DEFAULTSORT:Mononutu, Arnold}} |
||
⚫ | |||
[[Kategori:Profesor Indonesia]] |
[[Kategori:Profesor Indonesia]] |
||
[[Kategori:Rektor Indonesia]] |
[[Kategori:Rektor Indonesia]] |
||
Baris 222: | Baris 228: | ||
[[Kategori:Tokoh Sulawesi Utara]] |
[[Kategori:Tokoh Sulawesi Utara]] |
||
[[Kategori:Tokoh dari Manado]] |
[[Kategori:Tokoh dari Manado]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Tokoh Kristen Indonesia]] |
||
[[Kategori:Politikus Indonesia]] |
[[Kategori:Politikus Indonesia]] |
||
[[Kategori:Politikus Partai Nasional Indonesia]] |
[[Kategori:Politikus Partai Nasional Indonesia]] |
||
Baris 228: | Baris 234: | ||
[[Kategori:Menteri Penerangan Indonesia]] |
[[Kategori:Menteri Penerangan Indonesia]] |
||
[[Kategori:Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia]] |
[[Kategori:Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia]] |
||
⚫ | |||
[[Kategori:Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok]] |
[[Kategori:Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok]] |
||
[[Kategori:Anggota Konstituante Republik Indonesia]] |
[[Kategori:Anggota Konstituante Republik Indonesia]] |
||
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]] |
|||
[[Kategori:pahlawan nasional Indonesia yang beragama Kristen]] |
Revisi terkini sejak 4 Oktober 2024 14.44
Arnold Mononutu | |
---|---|
Menteri Penerangan Indonesia ke-6 | |
Masa jabatan 20 Desember 1949 – 6 September 1950 | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Mohammad Hatta |
Masa jabatan 27 April 1951 – 3 April 1952 | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Soekiman Wirjosandjojo |
Pendahulu M.A. Pellaupessy Pengganti Petahana | |
Masa jabatan 3 April 1952 – 30 Juli 1953 | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Wilopo |
Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok ke-1 | |
Masa jabatan 28 Agustus 1953 – 1955 | |
Pendahulu Tidak ada | |
Rektor Universitas Hasanuddin ke-3 | |
Masa jabatan 1960–1965 | |
Pendahulu K.R.M.T. Djokomarsaid Pengganti M. Natsir Said | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Manado, Celebes, Hindia Belanda | 4 Desember 1896
Meninggal | 5 September 1983 Jakarta, Indonesia | (umur 86)
Partai politik | PNI |
Tanda tangan | |
Sunting kotak info • L • B |
Prof. Mr. Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu (4 Desember 1896 – 5 September 1983) adalah pahlawan nasional yang pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan, anggota Majelis Konstituante, dan rektor Universitas Hasanuddin. Selain itu ia adalah Duta Besar Indonesia pertama untuk Tiongkok.[1]
Kehidupan awal
[sunting | sunting sumber]Mononutu lahir di Manado pada tanggal 4 Desember 1896. Ayahnya bernama Karel Charles Wilson Mononutu dan ibunya bernama Agustina van der Slot.[2] Baik ayah dan kakeknya adalah tokoh terkemuka dalam masa-masa mereka. Ayahnya adalah seorang pegawai negeri (ambtenaar) Hindia Belanda. Kakeknya yang juga bernama Arnold Mononutu adalah orang Minahasa pertama yang menyelesaikan studi di sekolah untuk pelatihan dokter pribumi (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen, STOVIA) di Batavia.[3]
Ketika Mononutu berusia dua tahun, ayahnya ditugaskan ke Gorontalo. Empat adiknya lahir di Gorontalo, tetapi sayangnya keempatnya meninggal antara lima dan enam bulan. Pada tahun 1903, Mononutu mengikuti sekolah dasar bahasa Belanda (Europeesche Lagere School, ELS) di Gorontalo.[4] Ia melanjutkan studinya di tingkat sekolah yang sama di Manado setelah ayahnya dipindahtugaskan ke Manado. Pada tahun 1913, Mononutu belajar di sekolah menengah Belanda (Hogere burgerschool, HBS) di Batavia di mana ia bertemu dan berteman dengan AA Maramis yang juga dari Minahasa dan Achmad Subardjo.[5]
Sewaktu di Belanda
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1920, Mononutu berangkat ke Eropa untuk memulai studinya di Belanda. Setelah beberapa tahun mengambil kursus persiapan untuk mendaftar di universitas, ia memutuskan untuk mendaftar di Akademi Hukum Internasional Den Haag (Académie de droit internasional de La Haye di Den Haag).[6] Pada awalnya, Mononutu tidak memiliki jiwa nasionalisme. Namun, setelah menghadiri rapat-rapat Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging) di Belanda, rasa nasionalisme untuk Indonesia mulai bertumbuh dalam dirinya. Dia menjadi lebih terlibat dalam organisasi tersebut dan terpilih sebagai wakil ketua pada periode yang sama di mana Mohammad Hatta terpilih sebagai bendahara.[7]
Ketika Soekiman Wirjosandjojo menjadi ketua Perhimpunan Indonesia, Mononutu diminta untuk mewakili organisasi ini di antara organisasi-organisasi mahasiswa di Paris.[8] Selama berada di Paris, unsur-unsur dari Dinas Intelijen Politik Belanda (Politieke Inlichtingen Dienst) menjadi curiga terhadap kegiatan-kegiatan Mononutu. Pemerintah kolonial di Indonesia menyebarkan desas-desus palsu kepada ayahnya bahwa dia bersimpati kepada gerakan komunis. Ayahnya diancam akan dipindahkan dari posisinya jika ia terus mengirimkan uang kepada anaknya.[9] Ketika ayahnya berhenti membiayainya, Mononutu menjadi tergantung pada teman-temannya. Dia kembali ke Belanda dari Prancis dan tinggal bersama Ali Sastroamidjojo dan keluarganya.[10] Setelah diam-diam menerima uang dari ayahnya melalui pamannya yang datang ke Belanda, Mononutu dapat membayar semua hutangnya dan ia kembali ke Indonesia pada bulan September 1927.[11]
Kembali ke Indonesia
[sunting | sunting sumber]Setelah kembali ke Indonesia, Mononutu segera terlibat dalam upaya nasionalisme. Ia menjadi anggota Partai Nasional Indonesia (PNI) yang baru dibentuk.[12] Ia juga bertemu dengan pendirinya, Soekarno, untuk pertama kalinya.[13] Mononutu menyewa sebuah kamar di rumah yang sama dengan Suwirjo dan Sugondo Djojopuspito yang keduanya adalah pemimpin Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia.[14] Organisasi ini adalah bagian dari Kongres Pemuda Indonesia Kedua pada tahun 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda.
Pada mulanya, Mononutu bekerja untuk sebuah perusahaan eksplorasi minyak Jepang bernama Mitsui Buissan Kaisha, tetapi kemudian memutuskan untuk bekerja di Perguruan Rakyat yang baru didirikan walaupun dengan gaji yang lebih rendah.[15] Ia mengelola dan mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan oleh Perguruan Rakyat. Guru-guru lain termasuk Mohammad Yamin dan Gunawan Mangunkusumo (saudara Tjipto Mangoenkoesoemo).[16] Sekolah-sekolah tersebut memiliki total sekitar 300 siswa yang terdaftar. Pada tahun 1930, Mononutu harus meninggalkan posisinya di Perguruan Rakyat dan kembali ke Manado, karena dia menerima kabar bahwa ibunya sakit.
Waktu di Manado dan Ternate
[sunting | sunting sumber]Mononutu tinggal di Manado selama 12 tahun dari 1930 hingga 1942. Selama waktu ini, ia menjadi direktur koperasi kopra. Koperasi ini memiliki sekitar 500 anggota yang tersebar di seluruh wilayah Minahasa dan Bolaang Mongondow. Mononutu berhasil mendapatkan kredit dari Bank Kredit Umum Rakyat (Algemene Volkscredietbank) yang sekarang Bank Rakyat Indonesia untuk membayar hutang-hutang para petani kopra. Ini memungkinkan para petani untuk menjual kopra mereka ke koperasi, yang menawarkan harga lebih stabil dan sesuai dengan standar. Kopra itu kemudian diekspor melalui Nationale Handelsbank yakni sebuah bank yang didirikan Belanda untuk membiayai perdagangan antara Belanda dan Hindia Belanda.[17]
Pada awal pendudukan Jepang pada tahun 1942, Mononutu dicari oleh Jepang karena sikap nasionalisnya dan hubungannya dengan organisasi-organisasi nasionalis. Dengan bantuan seorang Jepang yang bersimpatik bernama Yamanishi, Mononutu melarikan diri ke pulau Ternate di Kepulauan Maluku dan menetap di sana sampai akhir pendudukan Jepang.[18]
Keterlibatan dalam Negara Indonesia Timur
[sunting | sunting sumber]Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Mononutu memfokuskan usahanya untuk membantu rakyat Maluku Utara untuk menentukan respon mereka yang terbaik. Dia adalah salah seorang yang mendirikan organisasi politik bernama Persatuan Indonesia. Sebuah koran bernama Menara Merdeka diterbitkan untuk mempromosikan cita-cita Persatuan Indonesia.[19] Koran ini memberikan pesan-pesan pro-republik dan mengkritik upaya-upaya Belanda untuk membentuk sebuah negara yang terpisah dari Republik Indonesia yang baru saja diproklamasikan.
Upaya Belanda untuk menemukan solusi federalis untuk Indonesia termasuk diantaranya pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT) pada tahun 1946. Mononutu menjadi anggota parlemen NIT dan memimpin kelompok anggota parlemen yang pro-republik.[19][20] Dia memfokuskan usahanya untuk membujuk anggota parlemen lain untuk mendukung gagasan menyatukan NIT dengan Republik Indonesia. Setelah Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947, Mononutu mendirikan Gabungan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia.[21] Organisasi ini berusaha menyoroti tindakan Belanda yang berupaya untuk kembali menjajah Indonesia. Pada bulan Februari 1948, ia memimpin sebuah delegasi NIT untuk mengunjungi dan bertemu dengan para pemimpin Republik Indonesia di Yogyakarta.[22] Pada tahun 1949, NIT menjadi konstituen dari Republik Indonesia Serikat (RIS), yang kemudian dibubarkan pada 17 Agustus 1950 dan digantikan oleh Republik Indonesia yang bersatu.
Menteri Penerangan
[sunting | sunting sumber]Mononutu ditunjuk sebagai Menteri Penerangan dalam pemerintahan Indonesia pada tiga kesempatan terpisah:
- Di Kabinet Republik Indonesia Serikat mulai 20 Desember 1949 hingga 6 September 1950[23]
- Di Kabinet Sukiman-Suwirjo dari 27 April 1951 hingga April 1952[24]
- Di Kabinet Wilopo dari 3 April 1952 hingga 30 Juli 1953[25]
Selama menjabat sebagai menteri penerangan, beberapa daerah di Indonesia diguncang oleh pemberontakan-pemberontakan termasuk di Jawa Barat (Angkatan Perang Ratu Adil), Sulawesi Selatan (oleh Andi Azis), dan Maluku (oleh Chris Soumokil). Mononutu bersama dengan Soekarno mengunjungi daerah-daerah ini dan dalam rapat-rapat terbuka mempromosikan cita-cita sebuah bangsa yang bersatu.[26]
Pada tahun 1949 sesudah berlangsungnya Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda, yang menghasilkan kesepakatan pembentukan RIS, dalam suatu tim kerja dengan kolega terdekatnya sesama Diplomat, Mr. Soedibjo Wirjowerdojo (yang kemudian mendampinginya selaku charge d'affaires/Wakil Duta Besar di RRT tahun 1953–1955), ia yang pertama kali mengumumkan nama Batavia menjadi Jakarta. Sedangkan Mr. Soedibjo Wirjowerdojo mengumumkannya di Belanda.[27]
Rektor Universitas Hasanuddin
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1960, Mononutu diminta oleh Soekarno untuk menjadi rektor Universitas Hasanuddin.[28] Dalam lima tahun jabatannya sebagai rektor, jumlah mahasiswa bertumbuh dari 4000 mahasiswa menjadi 8000 mahasiswa. Pada awal jabatannya, universitas ini hanya memiliki tiga fakultas yaitu Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, dan Fakultas Kedokteran. Selama masa jabatannya, enam fakultas baru didirikan yakni Fakultas Ilmu Pasti dan Alam, Fakultas Pertanian, Fakultas Peternakan, Fakultas Sastra, Fakultas Sosial Politik, dan Fakultas Teknik.[29]
Meninggal
[sunting | sunting sumber]Pada tanggal 5 September 1983, Mononutu wafat dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Nasional Utama, Jakarta Selatan.
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]Pada tanggal 15 Februari 1961, Mononutu dianugerahi Bintang Mahaputra Utama yaitu penghargaan tertinggi yang diberikan kepada seorang warga sipil oleh pemerintah Indonesia.[30] Pada tanggal 10 November 2020, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo dalam sebuah upacara di Istana Negara.[31]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Arnold Mononutu - PNI (Partai Nasional Indonesia) - Profil Anggota". Konstituante.Net. Diakses tanggal 2021-10-24.
- ^ Nalenan (1981), p. 9.
- ^ Nalenan (1981), p. 5.
- ^ Nalenan (1981), p. 10.
- ^ Nalenan (1981), p. 15.
- ^ Nalenan (1981), p. 55.
- ^ Nalenan (1981), p. 48.
- ^ Nalenan (1981), p. 58.
- ^ Nalenan (1981), p. 64.
- ^ Nalenan (1981), p. 71.
- ^ Nalenan (1981), p. 76.
- ^ Nalenan (1981), p. 90.
- ^ Nalenan (1981), p. 95.
- ^ Nalenan (1981), p. 79.
- ^ Nalenan (1981), p. 101.
- ^ Nalenan (1981), p. 104.
- ^ Nalenan (1981), p. 111, 112.
- ^ Nalenan (1981), p. 120.
- ^ a b Prisma (1983), p. 110.
- ^ Nalenan (1981), p. 181.
- ^ Sudarmanto (2006), p. 420.
- ^ Atmakusumah (2011), p. 315.
- ^ Feith (1962), p. 47.
- ^ Feith (1962), p. 180.
- ^ Feith (1958), p. 94.
- ^ Nalenan (1981), p. 202.
- ^ Biodata: Arnold Mononutu[pranala nonaktif permanen]
- ^ Sanorva (2018).
- ^ Nalenan (1981), p. 239.
- ^ Nalenan (1981), p. 255.
- ^ Kementerian Sekretariat Negara (2020).
Sumber referensi
- Atmakusumah (2011). Takhta untuk Rakyat: Celah-celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX. Jakarta: Gramedia.
- Feith, Herbert (1958). The Wilopo Cabinet, 1952-1953: A Turning Point in Post-Revolutionary Indonesia. Equinox Publishing.
- Feith, Herbert (1962). The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. Equinox Publishing.
- "Presiden Jokowi Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada Enam Tokoh". Kementerian Sekretariat Negara. 10 November 2020.
- Nalenan, R. (1981). Arnold Mononutu: Potret Seorang Patriot. Jakarta: Gunung Agung.
- "Arnold Mononutu". Prisma. 12 (7-12): 110. 1983.
- Maharani, Ina (5 November 2018). "TRIBUNWIKI: Daftar Rektor Universitas Hasanuddin Makassar, dari Tahun 1956-2022". Tribunnews.com. Tribun Timur.
- Sudarmanto, J.B. (2006). Jejak-jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia. Jakarta: Grasindo: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jabatan pemerintahan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: R. Syamsudin |
Menteri Penerangan 1949–1950 |
Diteruskan oleh: R. Syamsudin |
Didahului oleh: M.A. Pellaupessy |
Menteri Penerangan 1951–1953 |
Diteruskan oleh: Ferdinand Lumban Tobing |
Jabatan diplomatik | ||
Jabatan baru | Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok 1953–1955 |
Diteruskan oleh: Sukarjo Wiryopranoto |
- Kelahiran 1896
- Kematian 1983
- Meninggal usia 87
- Pahlawan nasional Indonesia
- Profesor Indonesia
- Rektor Indonesia
- Rektor Universitas Hasanuddin
- Tokoh Minahasa
- Marga Mononutu
- Tokoh Sulawesi Utara
- Tokoh dari Manado
- Tokoh Kristen Indonesia
- Politikus Indonesia
- Politikus Partai Nasional Indonesia
- Menteri Indonesia
- Menteri Penerangan Indonesia
- Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia
- Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok
- Anggota Konstituante Republik Indonesia
- Penerima Bintang Mahaputera Utama
- Pahlawan nasional Indonesia yang beragama Kristen