Lompat ke isi

Ikan nila: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
34Ricky (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Taxobox otomatis
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(102 revisi perantara oleh 62 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Speciesbox
{{Taxobox
| color = pink
| name = Ikan nila
| name = Ikan Nila
| image = Oreo nilo 071011-0507 F jtg.jpg
| image = Oreo nilo 071011-0507 F jtg.jpg
| image_width = 250px
| image_caption = Ikan nila betina dari [[Lumajang]], [[Jawa Timur]]
| image_caption = Ikan nila betina dari [[Lumajang]], [[Jawa Timur]]
| genus = Oreochromis
| regnum = [[Hewan|Animalia]]
| phylum = [[Chordata]]
| species = niloticus
| authority = [[Carolus Linnaeus|Linnaeus]], [[1758]]
| sub-phylum = [[Vertebrata]]
| classis = [[Osteichtyes]]
| sub-classis=[[Actinopterygii]]
| image_width=250px
| sub-classis = [[Actinopterygii]]
| ordo = [[Perciformes]]
| sub-phylum=[[Vertebrata]]
| familia = [[Cichlidae]]
| genus = ''[[Oreochromis]]''
| species = '''''Oreochromis niloticus'''''
| binomial = ''Oreochromis niloticus''
| binomial_authority = [[Carolus Linnaeus|Linnaeus]], [[1758]]
}}
}}


'''Ikan Nila''' adalah sejenis [[ikan]] konsumsi [[ikan air tawar|air tawar]]. Ikan ini di[[introduksi]] dari [[Afrika]] tepatnya Afrika bagian timur yaitu di [[sungai Nil]] ([[mesir]]), danau [[Tangayika]], [[Chad]], [[Nigeria]], dan [[Kenya]] pada tahun 1969, dan kini menjadi [[ikan]] peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di [[Indonesia]].
'''Ikan nila''' adalah sejenis [[ikan]] konsumsi [[ikan air tawar|air tawar]]. Ikan ini di[[introduksi]] dari [[Afrika]], tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi [[ikan]] peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di [[Indonesia]] sekaligus hama di setiap sungai dan danau Indonesia. Nama ilmiahnya adalah '''''Oreochromis niloticus''''', dan dalam [[bahasa Inggris]] dikenal sebagai ''Nile [[Tilapia]]''.
Nama ilmiahnya adalah '''''Oreochromis niloticus''''', dan dalam [[bahasa Inggris]] dikenal sebagai ''Nile Tilapia''.[[Genus]] '''''Oreochromis''''' merupakan [[genus]] [[ikan]] yang beradaptasi tinggi dan mempunyai toleransi terhadap kualitas [[air]] dengan kisaran yang lebar. [[Genus]] ini dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrim sekalipun karena sering kali ditemukan hidup normal pada [[habitat]]-[[habitat]] yang [[ikan]] [[air]] [[tawar]] dari jenis lain tidak dapat hidup.
Ciri [[ikan]] [[nila]] ('''''Oreochromis niloticus''''') adalah [[garis]] [[vertikal]] yang berwarna gelap di [[sirip]] [[ekor]] sebanyak enam buah, di [[sirip]] [[punggung]] ([[dorsal]]), [[sirip]] [[dubur]] ([[anal]]), berpunggung tinggi dan rendah.
[[Ikan]] [[nila]] yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya. Setelah berat badannya mencapai 50 [[gram]], dapat diketahui perbedaaan antara [[jantan]] dan [[betina]]. Untuk membedakan antara [[ikan]] [[jantan]] dan [[betina]] dapat dilakukan dengan mengamati seksama [[lubang]] [[genital]]nya ([[kelamin]] [[sekunder]]). Pada [[ikan]] [[jantan]], [[warna]] tubuhnya lebih gelap, [[tulang]] [[rahang]] melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh, terdapat [[lubang]] [[anus]] dan satu [[lubang]] [[genital]] yang berupa tonjolan agak kecil meruncing sebagai [[saluran]] pengeluaran [[air]] [[kencing]] dan [[sperma]].
Rasio jumlah [[ikan]] [[jantan]] dan [[betina]] ideal adalah 3:1, yaitu jumlah [[ikan]] [[betina]]] lebih banyak daripada [[ikan jantan]. Padat penebaran disesuaikan dengan wadah atau [[kolam]] [[budidaya]]nya. Bila [[ikan]] [[nila]] dipelihara dalam kepadatan populasi yang tinggi, pertumbuhannya kurang pesat.
Kualitas [[air]] yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan [[ikan]] menjadi lambat. Berikut [[parameter]] yang menentukan [[kualitas]] [[air]] :
* '' Suhu
[[Suhu]] [[air]] sangat berpengaruh terhadap [[metabolisme]] dan [[pertumbuhan]] [[organisme]] serta mempengaruhi jumlah [[pakan]] yang dikonsumsi [[organisme]] perairan. [[Suhu]] juga mempengaruhi [[oksigen]] terlarut dalam perairan. [[Suhu]] optimal untuk [[hidup]] [[ikan]] [[nila]] pada kisaran 14-38 °C, secara [[alami]] [[ikan]] ini dapat memijah pada suhu 22-37 °C namun [[suhu]] yang baik untuk perkembanganbiakannya berkisar 25-30 °C.
* '' pH
Nilai [[pH]] merupakan [[logaritma]] negatif dari [[aktivitas]] [[ion]] [[hydrogen]]. Beberapa faktor yang mempengaruhi [[pH]] perairan yaitu [[aktivitas]] [[fotosintesis]], [[suhu]], dan terdapatnya [[anion]] dan [[kation]]. [[pH]] yang ditoleransi [[ikan]] [[nila]] antara 5-11, tetapi [[pertumbuhan]] dan perkembangan yang [[optimal adalah pada kisaran pH 7-8.
* '' Amonia
[[Amonia]] merupakan bentuk utama [[ekskresi]] [[nitrogen]] dari [[organisme]] [[akuatik]]. Sumber utama [[ammonia]] ([[NH3]]) adalah bahan [[organik]] dalam bentuk sisa [[pakan]], kotoran [[ikan]] maupun dalam bentuk [[plankton]] dari bahan [[organik]] ter[[suspensi]]. Pembusukan bahan [[organik]] terutama yang banyak mengandung [[protein]] menghasilkan [[ammonium]] ([[NH4+]]) dan [[NH3]]. Bila proses lanjut dari [[pembusukan]] ([[nitrifikasi]]) tidak berjalan lancar maka akan terjadi penumpukan [[NH3]] sampai pada [[konsentrasi]] yang membahayakan bagi [[ikan]].
* '' Oksigen Terlarut
[[Oksigen]] terlarut diperlukan untuk [[respirasi]], proses [[pembakaran]] [[makanan]], [[aktivitas]] be[[renang]], [[pertumbuhan]], [[reproduksi]] dan lain-lain. Sumber [[oksigen]] dapat berasal dari [[difusi]] [[oksigen]] yang terdapat di [[atmosfer]] sekitar 35% dan [[aktivitas]] [[fotosintesis]] oleh [[tumbuhan]] [[air]] dan [[fitoplankton]]. [[Kadar]] [[oksigen]] terlarut yang [[optimal]] bagi pertumbuhan [[ikan]] [[nila]] adalah lebih dari 5 mg/l.
Kekeruhan [[air]] yang disebabkan oleh [[pelumpuran]] (untuk kolam yang bagian dasarnya berlumpur) juga akan memperlambat pertumbuhan [[ikan]]. Lain halnya bila kekeruhan air yang disebabkan oleh adanya [[plankton]], [[air]] yang kaya [[plankton]] dapat berwarna [[hijau]] ke[[kuning]] dan [[hijau]] ke[[coklat]]an karena banyak mengandung [[diatom]]. [[Plankton]] ini baik untuk makanan [[ikan]] [[nila]]. Sedangkan [[plankton]] [[biru]] kurang baik. Tingkat kecerahan [[air]] karena [[plankton]] harus dikendalikan. Kadar [[garam]] [[air]] yang [[optimal]] untuk pemmbudidayaan [[ikan]] [[nila]] antara 0-35 C, oleh karena itu [[ikan]] [[nila]] cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 dpl).
[[Telur]] [[ikan]] [[nila]] berbentuk [[bulat]] berwarna ke[[kuning]]an dengan [[diameter]] sekitar 2,8 mm. Sekali memijah dapat mengeluarkan [[telur]] sebanyak 300-1.500 butir, tergantung ukuran [[induk]] [[betina]], sehingga [[larva]] yang dihasilkan pun kurang lebih sama dengan jumlah [[telur]]nya. [[Ikan]] [[nila]] merupakan [[ikan]] yang mempunyai sifat yang unik setelah memijah. [[Induk]] [[betina]] mengulum[[telur]]-[[telur]] yang telah dibuahi di dalam [[rongga]] [[mulut]]nya. Perilaku in disebut [[Mouth Breeder]] (pengeram [[telur]] dalam [[mulut]]).


== Pemerian ==
== Pemeliharaan ==
Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 [[sentimeter|cm]] dan kadang ada yang lebih dan ada yang kurang dari itu. Sirip punggung ('' pinnae dorsalis'') dengan 16–17 duri (tajam) dan 11–15 jari-jari (duri lunak) dan sirip dubur (''pinnae analis'') dengan 3 duri dan 8–11 jari-jari.
[[Berkas:Oreo nilo 071011-0531 M jtg.jpg|thumb|left|220px|Ikan nila jantan]]
[[Berkas:Jaka apung Ranupakis 071013-0586 klk.jpg|thumb|left|220px|[[Keramba]] [[jala]] apung untuk memelihara ikan nila di Ranu Pakis, [[Klakah, Lumajang|Klakah]], [[Lumajang]] ]]
Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 [[sentimeter|cm]]. Sirip punggung (''dorsal'') dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (''anal'') dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.


Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor ''bergaris-garis tegak'', 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak.Langkah Pertama dalam [[budidaya]] [[ikan nila]] ialah pemilihan induk [[ikan]] yang akan dibudidayakan. Pemilihan induk ini harus sesusai dan induk [[ikan]] tersebut siap memijah. Kemudian menentukan perbandingan rasio antara [[ikan]] jantan dan betina. Rasio idealnya adalah 1:3, yaitu [[ikan]] betina lebih banyak daripada [[ikan]] jantannya. Jumlah seluruh [[ikan]] yang dibudidayakan adalah 12 ekor, yaitu 3 ekor induk jantan dan 9 ekor induk betina.
Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor ''bergaris-garis tegak'', 7–12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor, dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak. Ada garis gurat sisi pada bagian batang tubuh yang berfungsi untuk alat keseimbangan ikan pada saat berenang.
Seleksi induk [[ikan]] nila dilakukan dengan melihat jenis kelamin [[ikan]] tersebut, yaitu bisa dilihat dari kelamin primer maupun sekuder. Untuk mengetahui kelamin primer dilakukan pembedahan, sedangkan untuk mengetahui kelamin sekunder dilihat dari lubang genitalnya.


Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat [[kelamin]]<nowiki/>nya. Setelah berat badannya mencapai 50 [[gram]], dapat diketahui perbedaan antara [[jantan]] dan [[betina]]. Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang [[genital]]nya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang [[anus]] terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran [[kencing]] dan [[sperma]]. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap, dengan [[tulang]] [[rahang]] melebar ke belakang yang memberi kesan kukuh, sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar.

== Pembenihan Ikan Nila==
Langkah Pertama dalam [[budidaya]] [[ikan]] [[nila]] ialah pemilihan [[induk]] [[ikan]] yang akan di[[budidaya]]kan. Pemilihan [[induk]] ini harus sesusai dan [[induk]] [[ikan]] tersebut siap memijah. Kemudian menentukan perbandingan [[rasio]] antara [[ikan]] [[jantan]] dan [[betina]]. [[Rasio]] idealnya adalah 1:3, yaitu [[ikan]] [[betina]] lebih banyak daripada [[ikan]] [[jantan]]nya. Jumlah seluruh [[ikan]] yang di[[budidaya]]kan adalah 12 ekor, yaitu 3 ekor [[induk]] [[jantan]] dan 9 ekor [[induk]] [[betina]].
Seleksi induk ikan nila dilakukan dengan melihat jenis kelamin ikan tersebut, yaitu bisa dilihat dari kelamin primer maupun sekuder. Untuk mengetahui kelamin primer dilakukan pembedahan, sedangkan untuk mengetahui kelamin sekunder dilihat dari lubang genitalnya.


== Kebiasaan dan penyebaran ==
== Kebiasaan dan penyebaran ==
[[Berkas:Oreo nilo 071011-0531 M jtg.jpg|jmpl|ka|Ikan nila]]
Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala ([[omnivora]]), pemakan [[plankton]], sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air.


Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala ([[omnivora]]), ia dapat memakan hewan kecil lainnya seperti [[Jentik|larva nyamuk]] dan [[plankton]] sampai aneka tumbuhan air seperti tanaman [[hydrilla]] dan ganggang air seperti [[enteromorpha]], sehingga ikan ini dapat dimanfaatkan sebagai pengendali [[gulma]] air.<ref>{{Cite journal|last=Sudomo|first=M.|last2=Nurisa|first2=Ima|last3=Idram|first3=Sushanti Idris|last4=Sujitno|first4=Sujitno|date=1998-06|title=Efektivitas Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus) sebagai Pemakan Jentik Nyamuk|url=https://www.neliti.com/publications/158953/|journal=Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan|language=id|volume=8|issue=02|pages=158953|issn=0853-9987}}</ref>
Ikan ini sangat [[peridi]], mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan ''Nile'', Sungai Nil) ditemukan mulai dari [[Syria]] di utara hingga Afrika timur sampai ke [[Kongo]] dan [[Liberia]]. Pemeliharaan ikan ini diyakini pula telah berlangsung semenjak peradaban [[Mesir]] purba.


Ikan ini sangat [[peridi]], mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan ''Nile'', [[Sungai Nil]]) ditemukan mulai dari [[Syria|Suriah]] di utara hingga Afrika Timur sampai ke [[Kongo]] dan [[Liberia]]; yaitu di Sungai Nil ([[Mesir]]), [[Danau Tanganyika]], [[Chad]], [[Nigeria]], dan [[Kenya]]. Diyakini pula bahwa pemeliharaan ikan ini telah berlangsung semenjak peradaban [[Mesir Kuno]].
Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan ''[[fillet]]''.

[[Telur]] ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan [[diameter]] sekitar 2,8 [[milimeter|mm]]. Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 300–1.500 butir, tergantung pada ukuran tubuhnya. Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah, induk betinanya mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga [[mulut]]nya. Perilaku ini disebut ''mouth breeder'' (pengeram telur dalam mulut).

Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan filet.

Ikan ini menjadi hama di seluruh sungai-sungai dan danau di Indonesia ketika ditebar ke dalam sungai dan danau karena ikan ini memakan banyak tumbuhan air dan menggantikan posisi ikan endemik indonesia, akan tetapi ikan nila masih tetap ditebar oleh pemerintah di sungai-sungai dan danau Indonesia tanpa memperhatikan dampaknya.


== Anak jenis dan kerabatnya ==
== Anak jenis dan kerabatnya ==
Ada beberapa anak jenis ikan nila, di antaranya:
Ada beberapa anak jenis ikan nila, di antaranya:
[[Berkas:ChromisNiloticus.jpg|thumb|left|220px|''O. niloticus niloticus'']]
[[Berkas:ChromisNiloticus.jpg|jmpl|kiri|220px|''O. niloticus niloticus'']]
* ''Oreochromis niloticus baringoensis'' <small>Trewavas, 1983</small>
* ''Oreochromis niloticus baringoensis'' <small>Trewavas, 1983</small>
* ''Oreochromis niloticus cancellatus'' <small>(Nichols, 1923)</small>
* ''Oreochromis niloticus cancellatus'' <small>(Nichols, 1923)</small>
Baris 67: Baris 45:
* ''Oreochromis niloticus vulcani'' <small>(Trewavas, 1983)</small>
* ''Oreochromis niloticus vulcani'' <small>(Trewavas, 1983)</small>


Ikan nila berkerabat dekat dengan [[mujair]] (''Oreochromis mossambicus''). Dan sebagaimana kerabatnya itu pula, ikan nila memiliki potensi sebagai ikan yang [[invasi]]f apabila terlepas ke badan-badan air alami.
Ikan nila berkerabat dekat dengan [[mujair]] (''Oreochromis mossambicus''). Dan sebagaimana kerabatnya itu pula, ikan nila memiliki potensi sebagai ikan yang [[invasi]]f apabila terlepas ke badan-badan air alami.

[[Genus]] ''Oreochromis'' memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan toleransi terhadap kualitas [[air]] pada kisaran yang lebar. Anggota-anggota genus ini dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrem sekalipun, karena sering ditemukan hidup normal pada [[habitat|habitat-habitat]] di mana jenis ikan [[air tawar]] lainnya tak dapat hidup.


== Nilai gizi ==
== Nilai gizi ==
Ikan nila dan mujair merupakan sumber [[protein]] hewani murah bagi konsumsi manusia. Karena budidayanya mudah, harga jualnya juga rendah. Budidaya dilakukan di [[kolam]]-kolam atau tangki pembesaran. Pada budidaya intensif, nila dan mujair tidak dianjurkan dicampur dengan ikan lain karena memiliki perilaku agresif.
Ikan nila dan mujair merupakan sumber [[protein]] hewani murah bagi konsumsi manusia. Karena budi dayanya mudah, harga jualnya juga rendah. Budi daya dilakukan di [[kolam]]-kolam atau tangki pembesaran. Pada budi daya intensif, nila dan mujair tidak dianjurkan dicampur dengan ikan lain karena memiliki perilaku agresif.


Nilai kurang bagi ikan ini sebagai bahan konsumsi adalah kandungan [[asam lemak]] omega-6 yang tinggi sementara asam lemak omega-3 yang rendah. Komposisi ini kurang baik bagi mereka yang memiliki penyakit yang berkait dengan peredaran [[darah]].<ref>Commonly Consumed Fish, Tilapia, Deadly Source of Fatty Acids. [http://www.medindia.net/news/Commonly-Consumed-Fish-Tilapia-Deadly-Source-of-Fatty-Acids-39151-1.htm medindia.net]. Akses 11 Juli 2008</ref>
Nilai kurang bagi ikan ini sebagai bahan konsumsi adalah kandungan [[asam lemak]] omega-6 yang tinggi sementara asam lemak omega-3 yang rendah. Komposisi ini kurang baik bagi mereka yang memiliki penyakit yang berkait dengan peredaran [[darah]].<ref>Commonly Consumed Fish, Tilapia, Deadly Source of Fatty Acids. [http://www.medindia.net/news/Commonly-Consumed-Fish-Tilapia-Deadly-Source-of-Fatty-Acids-39151-1.htm medindia.net]. Akses 11 Juli 2008</ref>


== Budi daya dan pembenihan ==
== Rujukan ==
{{see also|Budidaya ikan nila}}
{{Commons|Oreochromis niloticus}}
Langkah pertama dalam [[budi daya]] ikan nila ialah pemilihan induk ikan yang akan dibiakkan. Sebagai induk dipilih ikan-ikan yang telah cukup umurnya dan siap memijah. Rasio ideal antara induk jantan dan betina adalah 1:3.<!-- Jumlah seluruh [[ikan]] yang di[[budidaya]]kan adalah 12 ekor, yaitu 3 ekor [[induk]] [[jantan]] dan 9 ekor [[induk]] [[betina]]. --> Padat penebarannya disesuaikan dengan wadah atau [[kolam]] pemeliharaan. Ikan nila yang dipelihara dalam kepadatan populasi tinggi, pertumbuhannya kurang pesat.<ref>{{Cite journal|last=Tarigan|first=Muhammad Irwan|date=2015-07|title=Analisis Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan Budidaya Ikan Nila di Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)|url=http://repository.uma.ac.id/handle/123456789/10383|language=id}}</ref>


Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah kualitas air kolam pemeliharaan. Kualitas air yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Beberapa [[parameter]] yang menentukan kualitas air, di antaranya:
{{reflist}}


[[Berkas:Jaka apung Ranupakis 071013-0586 klk.jpg|jmpl|kiri|220px|[[Keramba]] [[jala]] apung untuk memelihara ikan nila di Ranu Pakis, [[Klakah, Lumajang|Klakah]], [[Lumajang]] ]]
* ''Suhu''
:Suhu atau [[temperatur]] air sangat berpengaruh terhadap [[metabolisme]] dan pertumbuhan [[organisme]] serta memengaruhi jumlah [[pakan]] yang dikonsumsi organisme perairan. Suhu juga memengaruhi [[oksigen]] terlarut dalam perairan. Suhu optimal untuk hidup ikan nila pada kisaran 14–38&nbsp;°C. Secara alami ikan ini dapat memijah pada suhu 22–37&nbsp;°C namun suhu yang baik untuk perkembangbiakannya berkisar antara 25–30&nbsp;°C.

* ''pH''
:Nilai [[pH]] merupakan indikator tingkat [[asam|keasaman]] perairan <!-- [[logaritma]] negatif dari [[aktivitas]] [[ion]] [[hydrogen]]-->. Beberapa faktor yang memengaruhi pH perairan di antaranya aktivitas [[fotosintesis]], suhu, dan terdapatnya [[anion]] dan [[kation]]. Nilai pH yang ditoleransi ikan nila berkisar antara 5 hingga 11, tetapi pertumbuhan dan perkembangannya yang optimal adalah pada kisaran pH 7–8 .

* ''Amonia''
:[[Amonia]] merupakan bentuk utama [[ekskresi]] [[nitrogen]] dari organisme [[akuatik]]. Sumber utama amonia (NH3) adalah bahan [[Senyawa organik|organik]] dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan maupun dalam bentuk [[plankton]] dari bahan organik ter[[suspensi]]. Pembusukan bahan organik, terutama yang banyak mengandung [[protein]], menghasilkan [[ammonium]] (NH4+) dan NH3. Bila proses lanjut dari pembusukan ([[nitrifikasi]]) tidak berjalan lancar maka dapat terjadi penumpukan NH3 sampai pada konsentrasi yang membahayakan bagi ikan.

* ''Oksigen terlarut''
:[[Oksigen]] terlarut diperlukan untuk [[respirasi]], proses pembakaran makanan, aktivitas berenang, pertumbuhan, [[reproduksi]], dan lain-lain. Sumber oksigen perairan dapat berasal dari [[difusi]] oksigen yang terdapat di [[atmosfer]] sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan [[fitoplankton]]. Kadar oksigen terlarut yang optimal bagi pertumbuhan ikan nila adalah lebih dari 5 mg/l.

Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran di dasar kolam juga akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya [[plankton]]; air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung [[diatom]]. Plankton ini baik sebagai makanan ikan nila, sedangkan plankton biru kurang baik. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan.<!--Kadar [[garam]] air yang optimal untuk pembudidayaan ikan nila antara 0-35 C, oleh karena itu ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 dpl). [maksudnya?]-->

== Lihat pula ==
* [[Tilapia]]

== Referensi ==
<small>
<small>
{{reflist}}
* [http://www.fishbase.org/Summary/SpeciesSummary.php?id=2 ''Oreochromis niloticus''] pada FishBase, diakses 27/10/07
* [http://www.fishbase.org/Summary/SpeciesSummary.php?id=2 ''Oreochromis niloticus''] pada FishBase, diakses 27/10/07
* [http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=553310 ''Oreochromis niloticus''] pada ITIS Database, diakses 27/10/07
* [http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=553310 ''Oreochromis niloticus''] pada ITIS Database, diakses 27/10/07
* Bardach, J.E.; J.H. Ryther & W.O. McLarney. 1972. ''Aquaculture. the Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organisms''. John Wiley & Sons.
* Bardach, J.E.; J.H. Ryther & W.O. McLarney. 1972. ''Aquaculture. the Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organisms''. John Wiley & Sons.
* Kottelat, M.; A.J. Whitten; S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo. 1993. ''Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi''. Periplus, Jakarta.
* Kottelat, M.; A.J. Whitten; S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo. 1993. ''Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi''. Periplus, Jakarta.
* Boyd. C.E. 1982. ''Water quality Management For Pond Fish Culture''. Amsterdam, Netherland : Scientific Pulishing Company.
* Boyd. C.E. 1982. ''Water quality Management For Pond Fish Culture''. Amsterdam, Netherland: Scientific Pulishing Company.
* Watanabe, T.1998. ''Nutrition and Mariculture. JICA Textbook. The General Aquaculture Course''. Departement of Aquatic Bioscience. Tokyo Universityof Fisheries. Tokyo
* Watanabe, T.1998. ''Nutrition and Mariculture. JICA Textbook. The General Aquaculture Course''. Departement of Aquatic Bioscience. Tokyo Universityof Fisheries. Tokyo
* Nagl, S.; H. Tichy; W.E. Mayer; I.E. Samonte; B.J. McAndrew & J. Klein. 2001. Classification and Phylogenetic Relationships of African Tilapiine Fishes Inferred from Mitochondrial DNA Sequences. ''Molecular Phylogenetics and Evolution'' '''20'''(3): 361–374.
* Nagl, S.; H. Tichy; W.E. Mayer; I.E. Samonte; B.J. McAndrew & J. Klein. 2001. Classification and Phylogenetic Relationships of African Tilapiine Fishes Inferred from Mitochondrial DNA Sequences. ''Molecular Phylogenetics and Evolution'' '''20'''(3): 361–374.
</small>
</small>


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
{{Commons|Oreochromis niloticus}}
* [http://www.miami-aquaculture.com/red%20nilotica.jpg Foto ikan nila merah], diakses 27/10/07.
* [http://www.miami-aquaculture.com/Rocky%20mountain%20white.jpg Foto ikan nila putih], diakses 27/10/07.
* [http://www.miami-aquaculture.com/red%20nilotica.jpg Foto ikan nila merah] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070929015355/http://www.miami-aquaculture.com/red%20nilotica.jpg |date=2007-09-29 }}, diakses 27/10/07.
* [http://www.miami-aquaculture.com/Rocky%20mountain%20white.jpg Foto ikan nila putih] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070929015344/http://www.miami-aquaculture.com/Rocky%20mountain%20white.jpg |date=2007-09-29 }}, diakses 27/10/07.


{{sumberdaya perikanan}}
{{DEFAULTSORT:Nila}}
{{ikan-stub}}
{{Makanan laut}}
{{daging}}


{{Taxonbar|from=Q311170}}
[[Kategori:Ikan air tawar]]


{{DEFAULTSORT:Nila}}
[[bn:নাইলোটিকা]]
[[Kategori:Ikan konsumsi]]
[[ca:Tilàpia del Nil]]
[[Kategori:Ikan air tawar Afrika]]
[[cs:Okounovec nilský]]
[[Kategori:Cichlidae]]
[[en:Oreochromis niloticus]]
[[fr:Tilapia du Nil]]
[[Kategori:Ikan air tawar]]
[[Kategori:Ikan]]
[[hu:Nílusi tilápia]]
[[Kategori:Ikan pancing]]
[[la:Coracinus]]
[[Kategori:Oreochromis]]
[[no:Nilmunnruger]]
[[pl:Tilapia nilowa]]
[[pt:Sarotherodon niloticus]]
[[th:ปลานิล]]
[[vi:Rô phi sông Nin]]

Revisi terkini sejak 10 Oktober 2024 08.59

Ikan nila
Ikan nila betina dari Lumajang, Jawa Timur
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Cichliformes
Famili: Cichlidae
Genus: Oreochromis
Spesies:
O. niloticus
Nama binomial
Oreochromis niloticus

Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia sekaligus hama di setiap sungai dan danau Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.

Pemeliharaan

[sunting | sunting sumber]

Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm dan kadang ada yang lebih dan ada yang kurang dari itu. Sirip punggung ( pinnae dorsalis) dengan 16–17 duri (tajam) dan 11–15 jari-jari (duri lunak) dan sirip dubur (pinnae analis) dengan 3 duri dan 8–11 jari-jari.

Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak, 7–12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor, dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak. Ada garis gurat sisi pada bagian batang tubuh yang berfungsi untuk alat keseimbangan ikan pada saat berenang.

Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya. Setelah berat badannya mencapai 50 gram, dapat diketahui perbedaan antara jantan dan betina. Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kukuh, sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar.

Kebiasaan dan penyebaran

[sunting | sunting sumber]
Ikan nila

Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), ia dapat memakan hewan kecil lainnya seperti larva nyamuk dan plankton sampai aneka tumbuhan air seperti tanaman hydrilla dan ganggang air seperti enteromorpha, sehingga ikan ini dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air.[1]

Ikan ini sangat peridi, mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai Nil) ditemukan mulai dari Suriah di utara hingga Afrika Timur sampai ke Kongo dan Liberia; yaitu di Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini pula bahwa pemeliharaan ikan ini telah berlangsung semenjak peradaban Mesir Kuno.

Telur ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan diameter sekitar 2,8 mm. Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 300–1.500 butir, tergantung pada ukuran tubuhnya. Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah, induk betinanya mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga mulutnya. Perilaku ini disebut mouth breeder (pengeram telur dalam mulut).

Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan filet.

Ikan ini menjadi hama di seluruh sungai-sungai dan danau di Indonesia ketika ditebar ke dalam sungai dan danau karena ikan ini memakan banyak tumbuhan air dan menggantikan posisi ikan endemik indonesia, akan tetapi ikan nila masih tetap ditebar oleh pemerintah di sungai-sungai dan danau Indonesia tanpa memperhatikan dampaknya.

Anak jenis dan kerabatnya

[sunting | sunting sumber]

Ada beberapa anak jenis ikan nila, di antaranya:

O. niloticus niloticus
  • Oreochromis niloticus baringoensis Trewavas, 1983
  • Oreochromis niloticus cancellatus (Nichols, 1923)
  • Oreochromis niloticus eduardianus (Boulenger, 1912)
  • Oreochromis niloticus filoa Trewavas, 1983
  • Oreochromis niloticus niloticus (Linnaeus, 1758)
  • Oreochromis niloticus sugutae Trewavas, 1983
  • Oreochromis niloticus tana Seyoum & Kornfield, 1992
  • Oreochromis niloticus vulcani (Trewavas, 1983)

Ikan nila berkerabat dekat dengan mujair (Oreochromis mossambicus). Dan sebagaimana kerabatnya itu pula, ikan nila memiliki potensi sebagai ikan yang invasif apabila terlepas ke badan-badan air alami.

Genus Oreochromis memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan toleransi terhadap kualitas air pada kisaran yang lebar. Anggota-anggota genus ini dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrem sekalipun, karena sering ditemukan hidup normal pada habitat-habitat di mana jenis ikan air tawar lainnya tak dapat hidup.

Nilai gizi

[sunting | sunting sumber]

Ikan nila dan mujair merupakan sumber protein hewani murah bagi konsumsi manusia. Karena budi dayanya mudah, harga jualnya juga rendah. Budi daya dilakukan di kolam-kolam atau tangki pembesaran. Pada budi daya intensif, nila dan mujair tidak dianjurkan dicampur dengan ikan lain karena memiliki perilaku agresif.

Nilai kurang bagi ikan ini sebagai bahan konsumsi adalah kandungan asam lemak omega-6 yang tinggi sementara asam lemak omega-3 yang rendah. Komposisi ini kurang baik bagi mereka yang memiliki penyakit yang berkait dengan peredaran darah.[2]

Budi daya dan pembenihan

[sunting | sunting sumber]

Langkah pertama dalam budi daya ikan nila ialah pemilihan induk ikan yang akan dibiakkan. Sebagai induk dipilih ikan-ikan yang telah cukup umurnya dan siap memijah. Rasio ideal antara induk jantan dan betina adalah 1:3. Padat penebarannya disesuaikan dengan wadah atau kolam pemeliharaan. Ikan nila yang dipelihara dalam kepadatan populasi tinggi, pertumbuhannya kurang pesat.[3]

Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah kualitas air kolam pemeliharaan. Kualitas air yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Beberapa parameter yang menentukan kualitas air, di antaranya:

Keramba jala apung untuk memelihara ikan nila di Ranu Pakis, Klakah, Lumajang
  • Suhu
Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan pertumbuhan organisme serta memengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi organisme perairan. Suhu juga memengaruhi oksigen terlarut dalam perairan. Suhu optimal untuk hidup ikan nila pada kisaran 14–38 °C. Secara alami ikan ini dapat memijah pada suhu 22–37 °C namun suhu yang baik untuk perkembangbiakannya berkisar antara 25–30 °C.
  • pH
Nilai pH merupakan indikator tingkat keasaman perairan . Beberapa faktor yang memengaruhi pH perairan di antaranya aktivitas fotosintesis, suhu, dan terdapatnya anion dan kation. Nilai pH yang ditoleransi ikan nila berkisar antara 5 hingga 11, tetapi pertumbuhan dan perkembangannya yang optimal adalah pada kisaran pH 7–8 .
  • Amonia
Amonia merupakan bentuk utama ekskresi nitrogen dari organisme akuatik. Sumber utama amonia (NH3) adalah bahan organik dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan maupun dalam bentuk plankton dari bahan organik tersuspensi. Pembusukan bahan organik, terutama yang banyak mengandung protein, menghasilkan ammonium (NH4+) dan NH3. Bila proses lanjut dari pembusukan (nitrifikasi) tidak berjalan lancar maka dapat terjadi penumpukan NH3 sampai pada konsentrasi yang membahayakan bagi ikan.
  • Oksigen terlarut
Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi, proses pembakaran makanan, aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan lain-lain. Sumber oksigen perairan dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Kadar oksigen terlarut yang optimal bagi pertumbuhan ikan nila adalah lebih dari 5 mg/l.

Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran di dasar kolam juga akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton; air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung diatom. Plankton ini baik sebagai makanan ikan nila, sedangkan plankton biru kurang baik. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Sudomo, M.; Nurisa, Ima; Idram, Sushanti Idris; Sujitno, Sujitno (1998-06). "Efektivitas Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus) sebagai Pemakan Jentik Nyamuk". Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 8 (02): 158953. ISSN 0853-9987. 
  2. ^ Commonly Consumed Fish, Tilapia, Deadly Source of Fatty Acids. medindia.net. Akses 11 Juli 2008
  3. ^ Tarigan, Muhammad Irwan (2015-07). "Analisis Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan Budidaya Ikan Nila di Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)". 
  • Oreochromis niloticus pada FishBase, diakses 27/10/07
  • Oreochromis niloticus pada ITIS Database, diakses 27/10/07
  • Bardach, J.E.; J.H. Ryther & W.O. McLarney. 1972. Aquaculture. the Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organisms. John Wiley & Sons.
  • Kottelat, M.; A.J. Whitten; S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus, Jakarta.
  • Boyd. C.E. 1982. Water quality Management For Pond Fish Culture. Amsterdam, Netherland: Scientific Pulishing Company.
  • Watanabe, T.1998. Nutrition and Mariculture. JICA Textbook. The General Aquaculture Course. Departement of Aquatic Bioscience. Tokyo Universityof Fisheries. Tokyo
  • Nagl, S.; H. Tichy; W.E. Mayer; I.E. Samonte; B.J. McAndrew & J. Klein. 2001. Classification and Phylogenetic Relationships of African Tilapiine Fishes Inferred from Mitochondrial DNA Sequences. Molecular Phylogenetics and Evolution 20(3): 361–374.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]