Lompat ke isi

Bandar Udara Internasional Kemayoran: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 06°08′50″S 106°51′00″E / 6.14722°S 106.85000°E / -6.14722; 106.85000
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k Bot: Mengganti kategori Bandar udara di DKI Jakarta dengan Bandar udara di Jakarta
 
(384 revisi perantara oleh 73 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox airport
'''Bandar Udara Internasional Kemayoran''' merupakan [[bandar udara]] pertama di [[Indonesia]] yang dibuka untuk penerbangan internasional. Bandara ini dibangun pada tahun [[1901]] dan secara resmi dibuka pada tanggal [[1 Januari]] [[1910]] meski mulai tanggal [[6 Juli]] [[1910]] tercatat bandara ini sudah mulai beroperasi dimulai dengan pesawat pertama yang mendarat jenis [[DC-3 Dakota]] milik perusahaan penerbangan [[Hindia Belanda]], [[KNILM]] (Koningkelije Nederlands Indische Luchtvaart Maatschapij). Tercatat pesawat ini beroperasi di Kemayoran sampai akhir beroperasi. Bandara Kemayoran dengan kode KMO ini berhenti beroperasi pada [[1 Januari]] [[1983]] dan resmi berhenti beroperasi pada tanggal [[1 Juni]] [[1984]]. Sedangkan '''[[Bandara Internasional Soekarno-Hatta]]''' dibuka secara resmi pada tanggal [[1 Januari]] [[1984]] untuk menggantikan Kemayoran dan [[Bandara Halim Perdanakusuma]] yang kemudian digunakan sebagai pangkalan militer dan VVIP serta bandara sipil terbatas.
| name = Bandar Udara Kemayoran
| nativename = {{small|{{lang|en|Kemayoran Airport}}}}
| image = Kemayoran Airport logo.png
| image-width = 250px
| caption =
| image2 = Kemayoran International Airport Jakarta, Indonesia.jpg
| image2-width = 250px
| caption2 =
| IATA = <s>JKT</s>
| ICAO = <s>WIID</s>
| type = Mati
| owner = Pemerintah Indonesia
| operator = [[Angkasa Pura I|Perusahaan Umum Angkasa Pura]]
| opened = {{start date|1940|7|8|df=y}}
| passenger_services_ceased = {{end date|1984|10|1|df=yes}}
| closed = {{end date and age|1985|3|31|df=y}}
| city-served = <s>[[Jabotabek]]</s>
| location = [[Kemayoran, Jakarta Pusat]], Indonesia
| hub = <!--NOT USED FOR DEFUNCT AIRPORTS. DO NOT ADD ANY FORMER AIRLINES HERE-->
| elevation-f = 12
| elevation-m = 4
| coordinates = {{coord|06|08|50|S|106|51|00|E|display=inline,title}}
| website =
| r1-number = <s>17/35</s>
| r1-length-f = <s>8,120</s>
| r1-length-m = <s>2,475</s>
| r1-surface = <s>[[Aspal beton|Aspal]]</s> (Tutup)
| r2-number = <s>08/26</s>
| r2-length-f = <s>6,234</s>
| r2-length-m = <s>1,900</s>
| r2-surface = <s>[[Aspal beton|Aspal]]</s> (Tutup)
}}
'''Bandar Udara Kemayoran''' <s>{{airport codes|JKT|WIID}}</s><ref name="fallingrain">{{cite web |url=http://www.fallingrain.com/icao/WIID.html|title=Kemayoran Airport |publisher=fallingrain.com |access-date=9 July 2022}}</ref> atau dalam ejaan lama '''Kemajoran''', merupakan [[bandar udara]] pertama di Indonesia yang dibuka untuk penerbangan internasional secara berjadwal. Landasan bandar udara ini dibangun pada tahun 1934 dan secara resmi dibuka pada tanggal 8 Juli 1940<ref name="Setiati">{{harvnb|Setiati|1980|p=16}}</ref>. Namun sebenarnya mulai tanggal 6 Juli 1940 tercatat bandar udara ini sudah mulai beroperasi dimulai dengan pesawat pertama yang mendarat jenis [[DC-3 Dakota]] milik perusahaan penerbangan [[Hindia Belanda]], ''[[KNILM|Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij]]'' (KNILM) yang diterbangkan dari [[Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma|Lapangan Terbang Tjililitan]]. Tercatat pesawat ini sebagai pesawat yang terus beroperasi di bandara ini hingga akhir masa pengooperasian bandar udara ini.{{sfn|Ensiklopedi Jakarta 2013, "Kemayoran, Bandara"}}


Bandar udara ini resmi dihentikan operasionalnya pada 31 Maret 1985 dengan dimulainya pemindahan aktivitas penerbangan ke [[Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta]].{{sfn|PPK Kemayoran 2020, Sejarah Awal Bandara Kemayoran}}
Bandara ini memiliki dua [[landasan pacu]] yang bersilangan, yakni landasan pacu utara-selatan (17-35) dengan ukuran 2.475 x 45 meter dan landasan pacu barat-timur (08-26) dengan ukuran 1.850 x 30 meter.


Bandar udara ini memiliki dua [[landasan pacu]] yang bersilangan, yakni landasan pacu Utara - Selatan (17-35) dengan ukuran 2.475 x 45 meter dan landasan pacu Barat - Timur (08-26) dengan ukuran 1.850 x 30 meter.
== Pengelolaan ==


== Etimologi ==
Pengelola Bandara Internasional Kemayoran oleh pemerintah Hindia Belanda dipercayakan kepada KNILM sampai masa pendudukan [[Jepang]], [[Maret]] [[1942]] sampai tahun [[1945]] (selama [[Perang Dunia II]]) diambil alih pemerintah Jepang. Kemudian bandara ini dikelola atau dioperasikan oleh pendudukan sekutu/pemerintah NICA-Belanda selama perang kemerdekaan Indonesia, karena pada saat itu pemerintah Indonesia berkedudukan di [[Yogyakarta]].
Nama "''Kemayoran''" pertama kali muncul pada tahun 1816 di dalam iklan ''Java Government Gazette'' sebagai "''tanah yang terletak di dekat [[Weltevreden]]''". Tanah ini merupakan milik Komandan [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]], [[Isaac de l'Ostal de Saint-Martin]] (1629–1696) yang dikenal oleh penduduk setempat dengan panggilan Mayor. Sehingga penduduk setempat menyebut kawasan ini sebagai ''"Mayoran"'', yang kemudian pelafalan tersebut berubah menjadi "''Kemayoran''" seiring berjalannya waktu.{{sfn|CNN Indonesia 2021, Kemayoran, Berawal dari Hunian Mayor Belanda di Indonesia}}


== Sejarah ==
Pada tahun [[1950-an]] setelah selesai perang kemerdekaan, pengelolaan penerbangan sipil dan pelabuhan udara langsung dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1958 dikelola oleh Djawatan Penerbangan Sipil.
=== Era Pemerintahan Hindia Belanda ===
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_aanleg_van_het_vliegveld_Kemajoran_bij_Batavia_Java_TMnr_10010730.jpg|thumb|left|Pembangunan Bandar Udara Kemayoran difoto dari udara]]
[[Berkas:Kemayoran Airport shortly after opening, Star Magazine 2.20 (August 1940), p45.jpg|thumb|right|Bandar Udara Kemayoran di bulan Agustus 1940, beberapa bulan setelah diresmikan]]
Rencana untuk mendirikan bandar udara sipil bertaraf internasional di [[Batavia]] memang sudah menjadi prioritas utama Pemerintah Hindia Belanda. Sebelumnya, Batavia sudah memiliki [[Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma|lapangan terbang yang terletak di Tjililitan]]. Lapangan terbang tersebut digunakan oleh ''[[KLM|Koninklijke Luchtvaart Maatschappij]]'' (KLM) dan ''[[KNILM|Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij]]'' (KNILM) sebagai basis operasional kedua maskapai tersebut. Namun, Lapangan Terbang Tjililitan dianggap tidak strategis karena letaknya berada di pinggiran kota dan harus berbagi kepemilikan dengan militer. Maka untuk memenuhi ambisi Pemerintah Hindia Belanda, pada tahun 1934, dibangun lah sebuah bandar udara baru di Kemayoran yang saat itu masih berupa rawa, areal persawahan, serta pemukiman penduduk.{{sfn|Avia Historia 2020, Selamat Ulang Tahun Bandara Kemayoran!}}


Ambisi ini tercakup dalam desainnya, membangun dua landasan pacu bersilangan utara-selatan dan barat-timur, masing-masing dengan panjang 800 m, dibangun menara pengontrol lalu lintas udara, kantor urusan penerbangan, kantor meterologi, dan pusat komunikasi baik radio dan telegraf. Dari sisi kenyamanan penumpang, terminal berukuran besar dirancang bertingkat dua, dilengkapi kafe dan restoran, bilik telepon, kantor pos, dan sistem pengeras suara. Belum lagi hanggar yang tidak hanya untuk menyimpan pesawat namun juga sanggup melaksanakan perawatan pesawat dan mesin secara mandiri.{{sfn|Avia Historia 2020, Selamat Ulang Tahun Bandara Kemayoran!}}
Antara tahun [[1960]] pengelolaan Bandara Kemayoran diserahkan kepada BUMN yang diberi nama Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran. Untuk ini, pemerintah menanam modal awal sebesar Rp 15 Juta Rupiah pada masa itu. Selanjutnya pemerintah menambah modal dengan mengalihkan bangunan terminal, bangunan penunjang lain, runway, taxiway, apron, hanggar dan peralatan operasional. Sampai akhir beroperasi pada tahun [[1984]] pengelolaan dilakukan oleh Perum Angkasa Pura I setelah berganti nama sesuai perkembangan.


Pada 6 Juli 1940, dua hari sebelum peresmiannya, pesawat pertama yang mendarat adalah [[DC-3]] milik KNILM yang diterbangkan dari Lapangan Terbang Tjililitan. Pesawat sejenis, yakni [[DC-3]] beregistrasi PK-AJW juga yang pertama bertolak dari Kemayoran menuju [[Australia]], sehari kemudian.{{sfn|Ensiklopedi Jakarta 2013, "Kemayoran, Bandara"}}
Sebagai bandara, Kemayoran banyak disinggahi pesawat dalam penerbangan domestik dan internasional. Karena semakin padat, pemerintah memindahkan jalur internasional ke Bandara Halim Perdanakusuma yang resmi dibuka pada [[1 Januari]] [[1960]]. Kesibukan bandara itu, pada saat itu hanya ditandingi oleh [[Bandara Sepinggan]] di [[Balikpapan]], yang saat itu ramai dalam kegiatan pertambangan, perminyakan dan perkayuan.


Pada Senin pagi 8 Juli 1940, Kemayoran akhirnya diresmikan oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan harapan dapat menjadi pintu gerbang utama Hindia Belanda, serta dapat menjadi kebanggaan masyarakat Batavia. Banyak antusiasme masyarakat Batavia yang diundang dalam peresmiannya. Masyarakat dapat menyaksikan sendiri fasilitas bandar udara yang berkelas dan modern, serta tidak kalah dengan [[Bandar Udara Internasional Schiphol]], dan bandar udara lainnya yang terletak khususnya di Eropa.{{sfn|Avia Historia 2020, Selamat Ulang Tahun Bandara Kemayoran!}} Tidak ketinggalan KNILM juga memamerkan beberapa armada pesawat miliknya seperti [[Douglas DC-2|Douglas DC-2 Uiver]], [[Douglas DC-3|Douglas DC-3 Dakota]], [[Fokker F.VII|Fokker F.VIIb 3m]], [[Grumman G-21 Goose]], [[de Havilland Dragon Rapide|de Havilland DH-89 Dragon Rapide]], dan [[Lockheed Model 14 Super Electra|Lockheed L-14 Super Electra]].{{sfn|PPK Kemayoran 2020, Sejarah Awal Bandara Kemayoran}} Setelah Kemayoran mulai beroperasi, pengelolaan bandar udara ini dipegang oleh KNILM, yang bertanggung jawab langsung kepada Pemerintahan Hindia Belanda.<ref name="Setiati"/>
== Penyelenggaraan pameran udara ==


Bertepatan dengan hari ulang tahun [[Wilhelmina dari Belanda|Ratu Wilhelmina]] pada 31 Agustus 1940. Pemerintah Hindia Belanda mengadakan Pameran Kedirgantaraan pertama yang diselenggarakan di Kemayoran. Selain pesawat-pesawat milik KNILM, sejumlah pesawat-pesawat pribadi yang bernaung dalam Aeroclub di Batavia ikut meramaikannya. Pesawat-pesawat tersebut ada [[Bücker Bü 131|Buckmeister Bu-131 Jungmann]], [[De Havilland Tiger Moth|de Haviland DH-82 Tigermoth]], [[Piper J-3 Cub]], dan [[Walraven 2]] yang pernah melakukan penerbangan dari Batavia menuju [[Amsterdam]] pada 27 September 1935.{{sfn|PPK Kemayoran 2020, Sejarah Awal Bandara Kemayoran}}
Di Bandara Kemayoran, tercatat dilaksanakannya pameran udara (Air Show). [[Pameran kedirgantaraan]] pertama dilaksanakan pada tanggal [[1 Januari]] [[1940]] tepat pada hari ulangtahun Raja Belanda. Kemudian pada bulan Juni 1986, setelah bandara tidak dioperasikan, diselenggarakan Indonesian Air Show (Pameran kedirgantaraan Indonesia) yang pertama. Sedangkan pameran kedirgantaraan Indonesia yang kedua pada bulan Juni 1996, diselenggarakan di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng.


=== Perang Dunia II, Pendudukan Jepang, dan pasca perang ===
== Perjalanan dan perkembangannya ==
[[file:DC-5Japan.jpg|thumb|left|Pesawat Douglas DC-5 yang diambil alih oleh militer [[Kekaisaran Jepang]] di Kemayoran, kurun 1942-1945]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM J. Vink-Duiven in gezelschap van onder meer haar dochter Geesje op het vliegveld Kemajoran TMnr 60049216.jpg|thumb|300px|Kemayoran di tahun [[1950-an]] : ruang tunggu]]
Pada 17 Mei 1940, [[Jerman Nazi]] berhasil [[Pertempuran Belanda|menginvasi wilayah Belanda]], membuat [[Pemerintahan Belanda di pengasingan|Pemerintahan Belanda harus mengungsi]] ke [[London]], Inggris. Hindia Belanda praktis menjadi koloni terpenting Belanda dalam menghadapi serangan [[Blok Poros]]. Peristiwa ini menjadikan Kemayoran digunakan sebagai basis penerbangan pesawat-pesawat militer [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Sekutu]] dan Belanda. Pesawat-pesawat militer yang singgah di Kemayoran antara lain [[:en:Martin B-10|Martin B-10]], [[:en:Martin B-10|Martin B-12]], [[:en:Koolhoven F.K.51|Koolhoven F.K.51]], [[:en:Brewster F2A Buffalo|Brewster F2A Buffalo]], [[Lockheed Model 18 Lodestar|Lockheed L-18 Lodestar]], [[:en:Curtiss P-36 Hawk|Curtiss P-36 Hawk]], [[:en:Fokker C.X|Fokker C.X]], dan [[Boeing B-17 Flying Fortress]].{{sfn|PPK Kemayoran 2020, Sejarah Awal Bandara Kemayoran}} Kemayoran juga dioperasikan sebagai hub utama KLM menggantikan Schiphol yang saat itu sudah dikuasai oleh Jerman Nazi.{{sfn|Avia Historia 2020, Selamat Ulang Tahun Bandara Kemayoran!}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret met onder meer J. Vink-Duiven en haar dochter Geesje voor het hek van het vliegveld Kemajoran TMnr 60049180.jpg|thumb|300px|Kemayoran di tahun [[1950-an]] : gedung terminal]]
Bandara Kemayoran mengalami masa fase-fase bersejarah Indonesia dari masa pemerintahan Hindia Belanda, pendudukan Jepang hingga kemerdekaan Indonesia ([[Orde Lama]], dan [[Orde Baru]]), terutama sekali di dunia penerbangan. Dari pesawat-pesawat sipil hingga pesawat militer mulai awal perkembangannya dengan bermesin piston, propeler hingga turbojet mendarat di sini. Misalkan tercatat pesawat jenis [[Fokker]] dari mulai Fokker F-VIIb-3 dengan mesin torak, Fokker Friendship dengan mesin turbo hingga Fokker F-28 yang bermesin jet mendarat di sini. Kemudian pesawat jenis DC-3 Dakota yang tercatat mendarat dan terbang dari sejak awal dan akhir dioperasikannya bandara ini. Serta hadirnya pesawat berbadan lebar generasi awal seperti Boeing 747 seri 200, DC-10 dan Airbus A-300.


Pada 9 Februari 1942, Kemayoran menjadi target serangan [[Pasukan Udara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang]] yang berusaha menguasai pulau Jawa. Dua pesawat DC-5, dua pesawat Brewster dan sebuah pesawat F.VII terbakar terkena serangan pesawat-pesawat militer Jepang. Hanya dalam waktu satu jam, akhirnya Kemayoran berhasil diduduki oleh Jepang.{{sfn|Tribun Jabar 2021, Kisah Pria Jepang di Indonesia Dicap Gila Makan Kotoran, Ternyata Intelejen, Belanda pun Takluk}} Peristiwa ini memaksa KNILM mengungsikan pesawat-pesawatnya ke Australia. Pesawat pertama yang mendarat ialah pesawat tempur [[Mitsubishi A6M Zero|Mitsubishi A6M2b Tipe 0 Model 21]], yang lebih dikenal dengan nama "Zeke" oleh Sekutu. Selain itu, Pesawat-pesawat buatan Jepang yang pernah singgah di Kemayoran antara lain [[Showa/Nakajima L2D]], [[Nakajima Ki-43|Nakajima Ki-43 Hayabusa]], [[:en:Tachikawa Ki-9|Tachikawa Ki-9]], dan [[:en:Tachikawa Ki-36|Tachikawa Ki-36]].{{sfn|PPK Kemayoran 2020, Sejarah Awal Bandara Kemayoran}}
Selain itu, beberapa peristiwa kelam juga mewarnai pengoperasian bandara ini. Antara lain pesawat [[Beechcraft]] yang kecelakaan ketika mendarat, kemudian Convair-340 yang mendarat tanpa roda, pesawat DC-3 Dakota yang terbakar dan pesawat DC-9 yang mengalami patah badan ketika mendarat di landasan. Kemudian pesawat Fokker F-27 yang ketika tinggal landas menukik dan membelok kebawah hingga hancur terbakar dalam penerbangan latihan. Tercatat pula pesawat yang tidak pernah kembali setelah lepas landas dari bandara Kemayoran.


Pada 14 Agustus 1945, [[Chairul Saleh]], [[Joesoef Ronodipoero]], dan tokoh-tokoh pemuda lainnya datang menjemput [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] di Kemayoran pasca kunjungannya menemui Jenderal [[Hisaichi Terauchi]] di [[Dalat]], Vietnam. Setibanya di Kemayoran, Soekarno menyampaikan pidato singkat di hadapan anak-anak sekolah dan orang-orang yang datang dikerahkan oleh [[Hokokai]] dan Gunseikanbu. Para pemuda itu langsung menghampiri Soekarno seraya meminta proklamasi disegerakan karena Kekaisaran Jepang sudah kalah dalam [[Perang Pasifik]]. Namun, Soekarno tidak menanggapi permintaan para pemuda tersebut dengan alasan tidak ingin membahas soal kemerdekaan. Tak mendapatkan jawaban yang memuaskan, para pemuda itu lalu mengadakan rapat yang dipimpin oleh Chairul Saleh di [[Gedung Joang '45|Gedung Menteng Raya 31]]. Kesimpulannya, mereka sepakat membawa Soekarno dan Hatta ke [[Rengasdengklok]] untuk menyegerakan proklamasi tanpa menunggu Jepang.{{sfn|CNN Indonesia 2021, Bandara Kemayoran, Saksi Bisu Rangkaian Sejarah Proklamasi RI}}
Bandara Kemayoran juga dikenal dan menyebut-nyebut Bandara Kemayoran dalam salah satu episode cerita dalam komik [[Tintin]] yakni [[Penerbangan 714 ke Sydney]], dengan menampilkan menara pemandu lalu lintas (tower) Kemayoran. Gambar yang ditampilkan sesuai dengan kondisi sebenarnya.


[[Berkas:Collectie NMvWereldculturen, TM-60042264, Foto- Brigadier-Generaal Bodet (chef van de Franse Luchtstrijdkrachten in het Verre Oosten) arriveert voor een bezoek op Kemajoran, Batavia, 1945-1950.jpg|thumb|right|Kedatangan Brigadir Jenderal Bodet di Kemayoran, kurun 1945-1950]]
== Perkembangan setelah bandara tidak dioperasikan ==
Setelah peristiwa [[Dokumen Kapitulasi Jepang|penandatanganan penyerahan Jepang]] pada 2 September 1945, [[:en:South East Asia Command|''South East Asia Command'']] (SEAC) mengirimkan 7 anggota misi Sekutu di bawah pimpinan Mayor A.G. Greenhalgh ke Jakarta. Tujuh perwira inggris ini diterjunkan di Kemayoran pada 8 September 1945 dan segera mengadakan pertemuan dengan Jenderal Yamaguchi, pimpinan Jepang di Jakarta.<ref name="Kartasasmita1">{{harvnb|Kartasasmita|1975|p=34}}</ref> Hasilnya, Panglima Bala Tentara Kekaisaran Jepang di Jawa mengeluarkan pengumuman yang menyatakan pemerintahan akan diserahkan kepada Sekutu, bukan kepada Indonesia.<ref name="Kartasasmita2">{{harvnb|Kartasasmita|1975|p=35-36}}</ref>


Disusul pada 29 September 1945, ''Allied Forces Netherlands East Indies'' (AFNEI) berhasil mendarat di Kemayoran dengan membawa pasukannya yang terdiri atas 3 divisi untuk bertugas di Sumatra dan Jawa. Namun, kedatangan Sekutu ke Indonesia juga membawa ''[[Pemerintahan Sipil Hindia Belanda|Nederlandsch Indische Civiele Administratie]]'' (NICA) yang hendak menegakkan kembali kekuasaan kolonial Hindia Belanda di Indonesia.<ref name="Kartasasmita3">{{harvnb|Kartasasmita|1975|p=44-45}}</ref> Pada Masa ini, giliran pesawat-pesawat Sekutu yang datang ke Kemayoran, seperti [[Supermarine Spitfire]], [[North American B-25 Mitchell]], dan [[P-51 Mustang|North American P-51 Mustang]]. Selain itu, berdatangan juga pesawat-pesawat penumpang seperti [[Douglas DC-4]], [[C-54 Skymaster]], [[Douglas DC-6]], [[Boeing 377|Boeing 377 Stratocruiser]], dan [[Lockheed Constellation]].{{sfn|PPK Kemayoran 2020, Sejarah Awal Bandara Kemayoran}}
Setelah dihentikan kegiatan operasionalnya, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No 31 tahun 1985, untuk menghindarkan perebutan kewenangan antar instansi terhadap areal bekas bandara itu, berdasarkan peraturan itu, kekayaan negara yang merupakan sebagian modal Perum Angkasa Pura I ditarik kembali sebagai kekayaan negara.


Pada 1 Agustus 1947, Kemayoran menjadi saksi berdirinya maskapai penerbangan [[KLM Interinsulair Bedrijf|KLM ''Interinsulair Bedrijf'']]. Maskapai penerbangan ini kemudian dinasionalisasikan menjadi maskapai penerbangan nasional pertama di Indonesia, [[Garuda Indonesia|Garuda Indonesian Airways]].
Untuk pemanfaatan lebih lanjut, maka dibentuklah Badan Pengelola Komplek Kemayoran (BPKK) berdasarkan Keputusan Presiden RI no. 53 Tahun 1985 jo Keppres No. 73 tahun [[1999]]. Sebagai pelaksana, diunjuklah DP3KK yang melaksanakan pembangunan dengan memanfaatkan pihak swasta di Indonesia. Pembangunan dimulai pada [[1990-an]] dengan rumah susun sederhana ditahun [[1988]] di bekas Apron bandara dengan nama jalan-jalan yang mengambil nama pesawat seperti Jl. Dakota. Kemudian pembangunan kondominium dan proyek kotabaru Kemayoran yang sempat menuai masalah. Juga sempat diselenggarakan proyek '''Menara Jakarta''' ('''Jakarta Tower''') dengan ketinggian 558 meter di depan gedung perkantoran PT Jakarta International Trade Fair Corporation. Namun rencana ini kandas karena badai [[Krisis Asia]] pada tahun [[1990]]. Bahkan ironisnya, pada saat krisis ekonomi tersebut, menara ini dijuluki masyarakat sebagai ''Menara Kesenjangan''.


=== Era Pemerintahan Indonesia ===
Selain itu, di bekas Bandara Kemayoran juga diselenggarakan Jakarta Fairground Kemayoran (JFK) yang dulu dikenal sebagai Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang sebelumnya diselenggarakan di taman '''[[Monumen Nasional]]''' ('''[[Monas]]''') Jakarta yang diselenggarakan setiap hari ulang tahun [[DKI Jakarta]] setiap 22 Juni.
[[File:McDonnell Douglas DC-10-30, Garuda - Indonesian Airways AN0818821.jpg|thumb|247x247px|[[Garuda Indonesia|Garuda Indonesian Airways]] [[McDonnell Douglas DC-10|McDonnell Douglas DC-10-30]] di [[Bandar Udara Paris-Charles de Gaulle|Charles de Gaulle]], [[Paris]] pada tahun 1980]]
Setelah [[Jakarta]] kembali menjadi Ibu Kota Indonesia, pengelolaan penerbangan sipil dan pelabuhan udara langsung dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Baru pada tahun 1958 dikelola oleh [[Direktorat Jenderal Perhubungan Udara|Djawatan Penerbangan Sipil]], yang sekarang lebih dikenal sebagai [[Direktorat Jenderal Perhubungan Udara]].


Pada tahun 1950-an, Era penerbangan sipil modern dimulai dengan beroperasinya pesawat-pesawat bermesin jet. Pada masa itu juga pesawat-pesawat turboprop berdatangan ke Kemayoran. Di antaranya [[Saab 91 Safir]], [[Grumman HU-16 Albatross]], [[Ilyushin Il-14]], dan [[Cessna]]. Begitu pula dengan pesawat-pesawat buatan [[Nurtanio Pringgoadisuryo]] seperti [[Pesawat Sikumbang|NU-200 Si Kumbang]], [[LIPNUR Belalang|Belalang]], dan [[LIPNUR Kunang|Kunang]]. Berbagai Kepala Negara dunia juga pernah menginjakkan kakinya di Kemayoran dengan diselenggarakannya event tingkat internasional seperti [[Konferensi Asia–Afrika]] pada tahun 1955.{{sfn|PPK Kemayoran 2020, Sejarah Awal Bandara Kemayoran}}
Rencana lain, kawasan ini adalah dijadikan sebagai kawasan hutan wisata yang selanjutnya akan dijadikan sebagai suaka margasatwa atau ''bird sanctuary'' bagi burung-burung di kawasan ini, namun karena banyaknya proyek konstruksi, maka kawasan ''bird sanctuary'' ditempatkan di Pulau Rambut, salah satu dari gugusan [[Kepulauan Seribu]] di Teluk Jakarta. Suaka Margasatwa ini juga akan memelihara menara pemandangan serta bekas tower bandara yang akan dipertahankan sebagai kawasan situs bersejarah bahwa dahulunya tempat ini adalah Bandara Internasional.


[[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara|Angkatan Udara Republik Indonesia]] juga memanfaatkan Kemayoran sebagai pangkalan udara disamping [[Bandar Udara Halim Perdanakusuma|Lanud Halim Perdanakusuma]]. Akhir tahun 1950-an sampai awal tahun 1960-an berdatangan pesawat tempur [[Mikoyan-Gurevich MiG-17|MiG-17]], [[Mikoyan-Gurevich MiG-15|MiG-15 UTI]], [[Mikoyan-Gurevich MiG-19|MiG-19]], [[Mikoyan-Gurevich MiG-21|MiG-21]], dan Pesawat pembom [[Ilyushin Il-28]].{{sfn|PPK Kemayoran 2020, Sejarah Awal Bandara Kemayoran}}
Sementara dua landasan pacu tetap dipertahankan sebagai jalan utama dengan median (pembatas jalan) yang tidak permanen untuk sewaktu waktu digunakan sebagai landasan pacu guna kepentingan militer karena struktur landasannya yang menggunakan konstruksi standar landas pacu bandara internasional yang kuat. Pada bekas landas pacu utara-selatan diberi nama Jalan [[Benyamin Sueb]], nama seorang tokoh dan artis serbabisa kelahiran Jakarta yang merupakan warga asli Kemayoran, oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta.


Antara tahun 1960, pengelolaan Kemayoran diserahkan kepada BUMN yang diberi nama Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran. Untuk ini, pemerintah menanam modal awal sebesar Rp 15 Juta Rupiah pada masa itu. Selanjutnya pemerintah menambah modal dengan mengalihkan bangunan terminal, bangunan penunjang lain, runway, taxiway, apron, hanggar dan peralatan operasional. Sampai akhir beroperasi pada tahun 1985 pengelolaan dilakukan oleh Perum Angkasa Pura setelah berganti nama sesuai perkembangan.
== Sumber ==
* Majalah Angkasa No. 5 Februari 1992, No. 4 Januari 1996 dan No.2 November 1999.


Memasuki tahun 1970-an, era pesawat jet badan lebar berteknologi canggih muncul, yakni [[Boeing 747]], [[Lockheed L-1011 TriStar]], [[McDonnell Douglas DC-10]], dan [[Airbus A300]]. Pada 29 Oktober 1973, pesawat McDonnell Douglas DC-10-30 milik KLM yang disewa Garuda Indonesian Airways untuk angkutan jemaah haji, tercatat sebagai pesawat terbesar dan terberat yang pernah singgah di bandara Kemayoran.{{sfn|PPK Kemayoran 2020, Sejarah Awal Bandara Kemayoran}} Kesibukan Kemayoran pada saat itu memaksa pemerintah memindahkan penerbangan internasional ke [[Bandar Udara Halim Perdanakusuma]] pada 10 Januari 1974. Namun penerbangan domestik seluruhnya masih bertahan di Kemayoran.{{sfn|Avia Historia 2020, Selamat Ulang Tahun Bandara Kemayoran!}}
[[Kategori:Bandar udara di Indonesia|Kemayoran]]


=== Rencana pemindahan lokasi dan penutupan bandar udara ===


Menjelang pertengahan tahun 1970-an, Kemayoran dianggap terlalu dekat dengan basis militer Indonesia, [[Bandar Udara Halim Perdanakusuma]]. Penerbangan sipil di area tersebut menjadi sempit, sementara lalu lintas udara meningkat cepat, yang mengancam lalu lintas internasional. Hal itu yang kemudian pemerintah berencana untuk memindahkan aktivitas bandar udara ini ke bandar udara yang baru.{{sfn|Angkasa 2002, Riwayat Pembangunan Cengkareng}}
[[en:Kemayoran Airport]]

[[nl:Luchthaven Kemayoran]]
Rencana tersebut mendapat dukungan dari [[Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat]] (USAID) seperti kucuran dana serta kajian konsep hingga pemilihan lokasi. Awalnya USAID mengkaji sebuah dataran berkontur datar (200-230 [[Mdpl]]) yang masih sangat sepi diantara [[Klapanunggal, Bogor|Ci Kahuripan-Klapanunggal]] hingga [[Jonggol, Bogor|Jonggol]] seluas 2.300 ha sebagai lokasi yang cocok untuk berdirinya Bandara Internasional pengganti Bandar Udara Kemayoran tersebut. Lokasi tersebut berjarak sekitar 50&nbsp;km arah tenggara dari Bandar Udara Kemayoran. Alasan dipilihnya wilayah [[Jonggol, Bogor|Jonggol]] adalah perlunya memperhatikan aspek masa depan dalam pembangunan [[Jakarta]] Raya melalui perluasan jangkauan pembangunan [[Jakarta]] ke arah luar kota guna mempersiapkan pesatnya pertumbuhan fisik dan ekonomi [[Jakarta]] yang tentunya akan berdampak kepada lonjakan populasi di masa yang akan datang.{{sfn|Angkasa 2002, Riwayat Pembangunan Cengkareng}}

Namun [[Bappenas]] tidak dapat menyanggupi usulan lokasi USAID, yakni [[Jonggol, Bogor|Jonggol]] untuk dijadikan pengganti dari Bandar Udara Kemayoran dengan alasan belum terkoneksinya daerah tersebut dengan moda transportasi lain, ditambah jaraknya yang lumayan jauh, akhirnya dipilihlah wilayah perbatasan antara [[Cengkareng, Jakarta Barat|Cengkareng]] dan [[Kabupaten Tangerang|Tangerang Utara]] sebagai lokasi bandar udara yang baru dengan luas lahan 1.800 ha, lebih kecil 500 ha dari lokasi lahan usulan USAID di [[Jonggol, Bogor]].{{sfn|Angkasa 2002, Riwayat Pembangunan Cengkareng}}

Pada 1 Oktober 1984, [[Angkasa Pura I|Perum Angkasa Pura]] menutup semua penerbangan domestik di Kemayoran. Saat itu, penumpang yang sudah melakukan check-in di Kemayoran langsung ''boarding'' menuju Cengkareng dengan bus untuk menaiki pesawat.{{sfn|Satu Suara Express 2021, Menilik Sejarah Cengkareng, Kampung Besar di Sudut Kota Jakarta}} Perum Angkasa Pura akhirnya resmi menghentikan seluruh kegiatan operasional Bandar Udara Kemayoran pada 31 Maret 1985, sehari sebelum beroperasinya [[Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta]]. Pesawat-pesawat yang menghuni bandar udara ini ikut dipindahkan. Sebagian besar dipindahkan ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, sebagian lagi dipindahkan ke Bandar Udara Halim Perdanakusuma.{{sfn|Indo Aviaton 2016, Suara Masa Lalu Kemayoran}}

Setelah dihentikan kegiatan operasionalnya, Kemayoran dijadikan lokasi ''test flight'' pesawat buatan [[Dirgantara Indonesia|Industri Pesawat Terbang Nusantara]], [[CN-235]] dan sempat menjadi tuan rumah ajang dirgantara bergengsi Indonesian Air Show pada tahun 1986.{{sfn|Indo Aviaton 2016, Suara Masa Lalu Kemayoran}}

=== Perkembangan setelah bandar udara tidak dioperasikan ===
==== Pengembangan kawasan Kota Baru Bandar Kemayoran ====
[[Berkas:Ex Apron of Airport Kemajoran, Jakarta.jpg|thumb|right|Bekas apron dan terminal]]
[[Berkas:Kemayoran ATC Old.jpg|thumb|right|Bekas menara ''Air Traffic Controller'']]
Untuk menghindarkan perebutan kewenangan antar instansi terhadap areal bekas bandar udara ini, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 1985, dimana kekayaan negara yang merupakan sebagian modal Perum Angkasa Pura ditarik kembali sebagai kekayaan negara. Setelah itu, dibentuklah Badan Pengelola Komplek Kemayoran (BPKK) berdasarkan Keputusan Presiden RI no. 53 Tahun 1985 jo Keppres No. 73 tahun 1999. Sebagai pelaksana, diunjuklah DP3KK yang melaksanakan pembangunan dengan memanfaatkan pihak swasta di Indonesia.

Pembangunan dimulai pada 1990-an dengan rumah susun sederhana di bekas Apron bandar udara dengan nama jalan-jalan yang mengambil nama pesawat seperti Jl. Dakota. Kemudian pembangunan kondominium dan proyek kotabaru Kemayoran yang sempat menuai masalah. Juga sempat diselenggarakan proyek [[Menara Jakarta]] (Jakarta Tower) dengan ketinggian 558 meter di depan gedung perkantoran PT Jakarta International Trade Fair Corporation. Namun rencana ini kandas karena badai [[Krisis finansial Asia 1997|Krisis Asia]] pada tahun 1990. Bahkan ironisnya, pada saat krisis ekonomi tersebut, menara ini dijuluki masyarakat sebagai ''Menara Kesenjangan''.

Selain itu, di bekas Bandar Udara Kemayoran juga diselenggarakan Jakarta Fairground Kemayoran (JFK) yang dulu dikenal sebagai [[Pekan Raya Jakarta]] (PRJ) yang sebelumnya diselenggarakan di taman [[Monumen Nasional]] (Monas) Jakarta yang diselenggarakan setiap hari ulang tahun [[DKI Jakarta]] setiap 22 Juni.

Sementara dua landasan pacu tetap dipertahankan sebagai jalan utama dengan median (pembatas jalan) yang tidak permanen untuk sewaktu waktu digunakan sebagai landasan pacu guna kepentingan militer karena struktur landasannya yang menggunakan konstruksi standar landas pacu bandar udara internasional yang kuat. Pada bekas landas pacu utara-selatan diberi nama Jalan [[Benyamin Sueb]], nama seorang tokoh dan artis serbabisa kelahiran Jakarta yang merupakan warga asli Kemayoran, oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta.

Sesuai dengan SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 475 Tahun 1993, bekas menara ''Air Traffic Controller'' Kemayoran dijadikan Bangunan Cagar Budaya yang harus dilestarikan. Surat Keputusan tersebut langsung ditandatangani oleh Gubernur DKI Jakarta [[Soerjadi Soedirja]].<ref>[https://ppid.jakarta.go.id/download/2cd7c7f2ee8a22d8d5d3d9be6ac552b0bc2e16673ce92469848dbfc46fb9aee84fb5a80f57c790abcce9acad42734fa00b22abd40c68db016d309ceb7409ac7e6uRqJQkj3bLjXFyYdFsu3kBY7zNe3JBJclztAUSCNT3pRzbLz18q9QuMB5fnO8 Surat Keputusan Gubernur Nomor 475 Tahun 1993]</ref>

Karena Bandar Udara Kemayoran dinilai bersejarah dalam perkembangan kedirgantaraan Indonesia, maka banyak komunitas-komunitas pencinta kedirgantaraan Indonesia yang menginginkan agar bekas bandar udara ini segera dilestarikan, serta dimuseumkan. Mereka adalah Komunitas Tintin Indonesia, Komunitas Save Ex Airport Kemajoran-Kemayoran (KMO), IndoFlyer, dan Komunitas ATCO Indonesia yang bersama-sama membuat petisi lalu akan segera diserahkan kepada [[Presiden Republik Indonesia]] dan [[Gubernur DKI Jakarta]].<ref>[https://www.change.org/p/selamatkan-menara-kemajoran-komplek-prj-kemayoran-jakarta-pusat-indonesia Petisi yang berisi tentang pelestarian Bandar Udara Kemayoran]</ref>

Pada 31 Mei 2016, [[PT Angkasa Pura I]], Komunitas Save Ex Airport Kemajoran-Kemayoran (KMO), dan Komunitas Tintin Indonesia mengadakan pertemuan untuk membahas rencana pembangunan sebuah Museum Bandar Udara Kemayoran Indonesia di bekas terminal Bandar udara. Gagasan ini rupanya disambut positif oleh Pusat Pengelola Kawasan (PPK) Kemayoran, yang ditindak lanjuti dengan napak tilas ke lokasi pada 5 Juni 2016.{{sfn|Angkasa 2016, Tak Jadi Digusur, AP I Punya Rencana Lain Untuk Bandara Kemayoran}}

==== Rencana lainnya ====
Rencana lain terhadap penggunaan areal bekas bandar udara ini adalah akan dijadikan sebagai kawasan hutan wisata yang selanjutnya akan dijadikan sebagai suaka margasatwa atau ''bird sanctuary'' bagi burung-burung yang mendiami kawasan ini. Namun karena banyaknya proyek konstruksi, maka kawasan ''bird sanctuary'' ditempatkan di [[Pulau Rambut]], salah satu dari gugusan [[Kepulauan Seribu]] di Teluk Jakarta.

== Dalam budaya populer ==
Bandar Udara Internasional Kemayoran muncul dalam salah satu episode cerita dalam komik [[Tintin]] yakni [[Penerbangan 714 ke Sydney]], dengan menampilkan terminal bandar udara dan menara pemandu lalu lintas (ATC tower). Gambar yang ditampilkan sesuai dengan kondisi sebenarnya.

== Maskapai dan Tujuan Sebelumnya ==

=== Penumpang ===
{{Airport-dest-list
| [[Aeroflot]] | [[Bandar Udara Internasional Domodedovo|Moskow–Domodedovo]]
| [[Air Ceylon]] | [[Bandar Udara Kolombo|Kolombo–Bandaranaike]]
| [[Air China]] | [[Bandar Udara Internasional Ibu Kota Beijing|Beijing–Ibu Kota]]
| [[Air France]] | [[Bandar Udara Orly|Paris]]
| [[Air India]] | [[Bandar Udara Internasional Chhatrapati Shivaji Maharaj|Bombay]], [[Bandar Udara Internasional Indira Gandhi|Delhi]]
| [[Airfast Indonesia]] | [[Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan|Balikpapan]], [[Bandar Udara Matak|Matak]], [[Bandar Udara Seletar|Singapura–Seletar]], [[Bandar Udara Sydney|Sydney]]
| Bharat Airways | [[Bandar Udara Internasional Indira Gandhi|Delhi]]
| [[British Airways]] | [[Bandar Udara Heathrow|London–Heathrow]], [[Pangkalan Udara Paya Lebar|Singapura–Paya Lebar]]
| [[Bouraq Indonesia Airlines]] | [[Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan|Balikpapan]], [[Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara|Bandung]], [[Bandar Udara Syamsudin Noor|Banjarmasin]], [[Bandar Udara Bima|Bima]], [[Bandar Udara Internasional Francisco Bangoy|Davao]], [[Bandar Udara Internasional Ngurah Rai|Denpasar]], [[Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah|Kuala Lumpur]], [[Bandar Udara El Tari|Kupang]], [[Bandar Udara Sam Ratulangi|Manado]], [[Bandar Udara Internasional Ahmad Yani|Semarang]], [[Bandar Udara Internasional Changi Singapura|Singapura–Changi]], [[Bandar Udara Tawau|Tawau]], [[Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin|Ujung Pandang]]
| [[:en:CAAC Airlines|CAAC Airlines]] | [[Bandar Udara Internasional Ibu Kota|Beijing–Ibu Kota]], [[Bandar Udara Internasional Shuangliu Chengdu|Chengdu]], [[:en:Guangzhou Baiyun International Airport (former)|Guangzhou]], [[Bandar Udara Internasional Hongqiao Shanghai|Shanghai–Hongqiao]]
| Caltex Indonesia | [[Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II|Palembang]], [[Pangkalan Udara Paya Lebar|Singapura–Paya Lebar]]
| [[Cathay Pacific]] | [[Bandar Udara Kai Tak|Hong Kong]]
| [[China Airlines]] | [[Bandar Udara Songshan Taipei|Taipei–Songshan]], [[Bandar Udara Internasional Taoyuan|Taipei–Taoyuan]]
| [[Czech Airlines]] | [[Bandar Udara Internasional Ruzyně|Praha]]
| [[de Kroonduif]] | [[Bandar Udara Internasional Frans Kaisiepo|Biak]], [[Bandar Udara Kambuaya|Ayamaru]], [[Bandar Udara Fakfak|Fak Fak]], [[Bandar Udara Sentani-Jayapura|Hollandia]], [[Bandar Udara Utarom|Kaimana]], [[Bandar Udara Kebar|Kebar]], [[Mimika Barat, Mimika|Kokonao]], [[Angkaisera, Kepulauan Yapen|Manawi]], [[Bandar Udara Rendani|Manokwari]], [[Bandar Udara Internasional Mopah|Merauke]], [[Napan, Nabire|Napan]], [[Pulau Numfor|Noemfoer]], [[Ransiki, Manokwari Selatan|Ransiki]], [[Bandar Udara Jefman|Sorong]], [[Bandar Udara Stenkol|Steenkool]], [[Tanahmerah, Molagalome, Jayawijaya|Tanahmerah]], [[Teminabuan, Sorong Selatan|Teminaboean]], [[Wasior, Teluk Wondama|Wasior]], [[Kabupaten Paniai|Wisselmeren]]
| [[Deraya Air Taxi]] | [[Bandar Udara Hang Nadim|Batam]], [[Bandar Udara Matak|Matak]], [[Bandar Udara Iskandar|Pangkalanbun]], [[Bandar Udara Seletar|Singapura–Seletar]]
| [[Garuda Indonesia|Garuda Indonesian Airways]] | [[Bandar Udara Schiphol Amsterdam|Amsterdam]], [[Bandar Udara Syamsudin Noor|Banjarmasin]], [[Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara|Bandung]], [[Bandar Udara Internasional Frans Kaisiepo|Biak]], [[Bandar Udara Internasional Darwin|Darwin]], [[Bandar Udara Internasional Ngurah Rai|Denpasar]], [[Bandar Udara Internasional Dubai|Dubai–Internasional]], [[Bandar Udara Frankfurt|Frankfurt]], [[Bandar Udara Kai Tak|Hong Kong]], [[Bandar Udara Internasional Daniel K. Inouye|Honolulu]], [[Bandar Udara Internasional King Abdulaziz|Jeddah]], [[Bandar Udara Internasional O. R. Tambo|Johannesburg–O. R. Tambo]], [[Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah|Kuala Lumpur]], [[Bandar Udara Gatwick|London–Gatwick]], [[Bandar Udara Internasional Los Angeles|Los Angeles]], [[Bandar Udara Adisucipto|Yogyakarta]], [[Pangkalan Udara Soewondo|Medan]], [[Bandar Udara Internasional Leonardo da Vinci|Roma]], [[Bandar Udara Pangkal Pinang|Pangkal Pinang]], [[Bandar Udara Orly|Paris]], [[Bandar Udara Internasional Ahmad Yani|Semarang]], [[Bandar Udara Internasional Gimpo|Seoul]], [[Bandar Udara Internasional Hongqiao Shanghai|Shanghai–Hongqiao]], [[Bandar Udara Internasional Juanda|Surabaya]], [[Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II|Palembang]], [[Bandar Udara Internasional H.A.S. Hanandjoeddin|Tanjung Pandan]], [[Bandar Udara Haneda|Tokyo]], [[Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin|Ujung Pandang]], [[Bandar Udara Internasional Wina|Wina]], [[Bandar Udara Zurich|Zurich]]
| [[Imperial Airways]] | [[Bandar Udara Kepulauan Cocos (Keeling)|Kepulauan Cocos]], [[Bandar Udara Internasional Darwin|Darwin]], [[:en:Croydon Airport|London–Croydon]], [[Bandar Udara Seletar|Singapura–Seletar]], [[Bandar Udara Sydney|Sydney]]
| [[Indian Airlines]] | [[Bandar Udara Internasional Chhatrapati Shivaji Maharaj|Bombay]]
| [[Japan Airlines]] | [[Bandar Udara Haneda|Tokyo]]
| [[KLM]] | [[Bandar Udara Schiphol Amsterdam|Amsterdam]], [[Bandar Udara Internasional Tân Sơn Nhất|Saigon]]
| [[KLM Interinsulair Bedrijf]] | [[:en:Nielson Field|Manila–Nielson]], [[Pangkalan Udara Soewondo|Medan]], [[Bandar Udara Penang|Penang]], [[Bandar Udara Seletar|Singapura–Seletar]], [[Bandar Udara Umbu Mehang Kunda|Waingapoe]]
| [[Kavminvodyavia|KMV]] | [[Bandar Udara Internasional Vnukovo|Moskow–Vnukovo]]
| [[KNILM]] | [[Bandar Udara Syamsudin Noor|Banjarmasin]], [[Bandar Udara Internasional Ahmad Yani|Semarang]], [[Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara|Bandung]], [[Pangkalan Udara Soewondo|Medan]], [[Bandar Udara Internasional Juanda|Surabaya]], [[Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II|Palembang]]
| [[Korean Air]] | [[Bandar Udara Internasional Gimpo|Seoul]]
| [[Lufthansa]] | [[Bandar Udara Berlin Tempelhof|Berlin–Tempelhof]], [[:en:Munich-Riem Airport|Munich]]
| [[Malaysia Airlines System]] | [[Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah|Kuala Lumpur]]
| [[Malaysia-Singapore Airlines]] | [[Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah|Kuala Lumpur]], [[Bandara Kallang|Singapura–Kallang]]
| [[Mandala Airlines]] | [[Bandar Udara Internasional Ahmad Yani|Semarang]], [[Bandar Udara Internasional Adisucipto|Yogyakarta]]
| [[:en:Martinair|Martinair]] | [[Bandar Udara Schiphol Amsterdam|Amsterdam]], [[Bandar Udara Internasional King Abdulaziz|Jeddah]]
| [[Merpati Nusantara Airlines]] | [[Bandar Udara Sepinggan|Balikpapan]], [[Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara|Bandung]], [[Bandar Udara Syamsudin Noor|Banjarmasin]], [[Bandar Udara Internasional Canberra|Canberra]], [[Bandar Udara Internasional Francisco Bangoy|Davao]], [[Bandar Udara Internasional Ngurah Rai|Denpasar]], [[Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah|Kuala Lumpur]], [[Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin|Ujung Pandang]], [[Pangkalan Udara Soewondo|Medan]], [[Bandar Udara Perth|Perth]], [[Bandar Udara Internasional Ahmad Yani|Semarang]], [[Bandar Udara Internasional Changi Singapura|Singapura–Changi]], [[Bandar Udara Internasional Juanda|Surabaya]], [[Bandar Udara Sydney|Sydney]], [[Bandar Udara Internasional Gimpo|Seoul]], [[Bandar Udara Internasional Hongqiao Shanghai|Shanghai–Hongqiao]], [[Bandar Udara Internasional Juanda|Surabaya]], [[Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II|Palembang]]
| [[Pan American World Airways]] | [[Bandar Udara Internasional Daniel K. Inouye|Honolulu]], [[Bandar Udara Kai Tak|Hong Kong]], [[Bandar Udara Internasional Los Angeles|Los Angeles]]
| [[Pelita Air Service]] | [[Bandar Udara Bontang|Bontang]], [[Bandar Udara Pinang Kampai|Dumai]], [[Bandar Udara Internasional Changi Singapura|Singapura–Changi]]
| Penas Air Service | [[Bandar Udara Seletar|Singapura–Seletar]]
| [[Philippine Airlines]] | [[Bandar Udara Internasional Ninoy Aquino|Manila]]
| [[Qantas]] | [[Bandar Udara Internasional Darwin|Darwin]], [[Bandar Udara Heathrow|London–Heathrow]], [[Bandar Udara Sydney|Sydney]]
| [[Saudi Arabian Airlines]] | [[Bandar Udara Internasional King Abdulaziz|Jeddah]], [[Bandar Udara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz|Medinah]]
| [[Sempati Air]] | [[Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah|Kuala Lumpur]], [[Bandar Udara Internasional Ninoy Aquino|Manila]], [[Bandar Udara Seletar|Singapura–Seletar]]
| [[Singapore Airlines]] | Singapura ([[Pangkalan Udara Paya Lebar|Paya Lebar]], [[Bandar Udara Seletar|Seletar]], [[Bandara Kallang|Kallang]], [[Bandar Udara Internasional Changi Singapura|Changi]])
| [[:en:Swissair|Swissair]] | [[Bandar Udara Internasional Cointrin Jenewa|Jenewa]], [[Bandar Udara Zurich|Zurich]]
| [[Thai Airways]] | [[Bandar Udara Internasional Don Mueang|Bangkok]]
| Trans Nusantara Airways | [[Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan|Balikpapan]], [[Bandar Udara Tanjung Bara|Sangatta]], [[Pangkalan Udara Paya Lebar|Singapura–Paya Lebar]]
| [[:en:Transports Aériens Intercontinentaux|Transports Aeriens Intercontinentaux]] | [[Bandar Udara Orly|Paris]]
| [[Turkish Airlines]] | [[Bandar Udara Istanbul Atatürk|Istanbul–Atatürk]]
| [[:en:Union de Transports Aériens|UTA French Airlines]] | [[Bandar Udara Orly|Paris]]
| [[Zamrud Aviation Corp.|Zamrud Aviation Corporation]] | [[Bandar Udara Internasional Ngurah Rai|Denpasar]], [[Bandar Udara El Tari|Kupang]]
}}

=== Kargo ===
{{Airport-dest-list
| [[Bayu Indonesia|Bayu Indonesia Air]] | [[Bandar Udara Darwin|Darwin]], [[Bandar Udara Seletar|Singapura–Seletar]]
| [[Merpati Nusantara Airlines|Merpati Cargo]] | [[Bandar Udara Darwin|Darwin]], [[Bandar Udara Kai Tak|Hong Kong]], [[Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah|Kuala Lumpur]], [[Bandar Udara Internasional Los Angeles|Los Angeles]], [[Bandar Udara Seletar|Singapura–Seletar]]
| [[Pelita Air Service|Pelita Cargo]] | [[Bandar Udara Kai Tak|Hong Kong]], [[Bandar Udara Sentani-Jayapura|Jayapura]], [[Bandar Udara Seletar|Singapura–Seletar]]
| Penas Air Cargo | [[Bandar Udara Seletar|Singapura–Seletar]]
}}

== Kecelakaan dan insiden ==
* Pada tanggal 13 Oktober 1941, pesawat [[Militaire Luchtvaart van het Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger|Angkatan Udara Hindia Belanda]] [[Lockheed Model 18 Lodestar|Lockheed 18-40]] beregistrasi LT-910 mendarat darurat 5 menit setelah lepas landas akibat kerusakan pada mesin di bagian kirinya. Pesawat menabrak pohon, dan menabrak pemukiman penduduk dengan kondisi pesawat terbakar. Semua penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 5 orang, serta 1 peduduk setempat tewas akibat peristiwa ini.{{sfn|Aviaton Safety Network, Lockheed 18 Lodestar LT-910}}
* Pada tanggal 16 Desember 1945, pesawat [[Angkatan Udara Britania Raya]] [[Douglas C-47 Skytrain|Douglas Dakota III]] beregistrasi FL573 menabrak truk dan terbakar akibat pesawat mengalami ketidakstabilan setelah lepas landas. 1 orang tewas akibat tertabrak pesawat.{{sfn|Aviaton Safety Network, Douglas Dakota III FL573}}
* Pada tanggal 6 Maret 1946, pesawat Angkatan Udara Britania Raya [[Douglas C-47 Skytrain|Douglas Dakota IV]] beregistrasi KJ951 melakukan ''crosswind landing'' yang mengakibatkan pesawat kehilangan kendali di landasan pacu Kemayoran. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaaan ini.{{sfn|Aviaton Safety Network, Douglas Dakota IV KJ951}}
* Pada tanggal 29 May 1946, pesawat Angkatan Udara Britania Raya Douglas Dakota IV beregistrasi KN501 mengalami kerusakan pada rem ketika mendarat. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini. Namun mesin pesawat mengalami kerusakan yang parah.{{sfn|Aviaton Safety Network, Douglas Dakota IV KN501}}
* Pada tanggal 27 Januari 1951, pesawat [[Grumman G-73 Mallard]] beregistrasi PK-AKE milik ''[[Bataafsche Petroleum Maatschappij]]'' terbakar di hangar ketika sedang dalam perawatan berkala.{{sfn|Aviaton Safety Network, Grumman G-73 Mallard PK-AKE}}
* Pada tanggal 11 April 1955, pesawat [[Pengeboman pesawat Kashmir Princess 1955|Air India Penerbangan 300]] [[Lockheed L-749 Constellation|Lockheed L-749A]] ''"Kashmir Princess"'' beregistrasi VT-DEP tujuan Kemayoran meledak di atas [[Kepulauan Natuna]] akibat ledakan bom yang ditargetkan untuk [[Zhou Enlai]], [[Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok|Perdana Menteri Tiongkok]] pada saat itu. Pesawat ini diketahui membawa perutusan Tiongkok dan Eropa Timur yang sedianya akan menghadiri [[Konferensi Asia–Afrika]] di [[Kota Bandung|Bandung]]. Akibatnya, sebanyak 16 orang yang terdiri dari penumpang dan beberapa awak pesawat tewas tenggelam di kawasan perairan. Sementara 3 awak pesawat lainnya selamat. Zhou Enlai sendiri batal menumpangi pesawat tersebut dan baru memutuskan berangkat ke [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] 3 hari kemudian.{{sfn|Aviaton Safety Network, Lockheed L-749A VT-DEP}}
* Pada tanggal 5 April 1962, pesawat [[Garuda Indonesia|Garuda Indonesia Airways]] [[Douglas C-47 Skytrain|Douglas C-47A]] beregistrasi PK-GDM terbakar di hangar ketika sedang dalam perbaikan.{{sfn|Aviaton Safety Network, Douglas C-47A PK-GDM}}
* Pada tanggal 1 April 1971, pesawat [[Merpati Nusantara Airlines]] [[NAMC YS-11|NAMC YS-11-102]] "Nanggala" beregistrasi PK-MYN mengalami kecelakaan setelah lepas landas. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini.{{sfn|Aviaton Safety Network, NAMC YS-11-102 PK-MYN}}
* Pada tanggal 26 September 1972, pesawat Garuda Indonesia Airways [[Fokker F27|Fokker F-27 Friendship 600]] beregistrasi PK-GFP jatuh dari ketinggian 30 m setelah lepas landas. Semua penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 3 orang tewas akibat kecelakaan ini.{{sfn|Aviaton Safety Network, Fokker F-27 Friendship 600 PK-GFP}}
* Pada tanggal 26 Agustus 1980, pesawat [[Bouraq Indonesia Airlines]] [[Vickers Viscount|Vickers 812 Viscount]] beregistrasi PK-IVS tujuan Kemayoran mengalami masalah pada elevator sebelah kanan dan jatuh 26 km sebelah timur laut Jakarta. Menewaskan seluruh 37 penumpang dan awak pesawat. Pesawat disewa dari ''[[Far Eastern Air Transport]]''.{{sfn|Aviaton Safety Network, Vickers 812 Viscount PK-IVS}}
* Pada tanggal 11 Juni 1984, pesawat Garuda Indonesia Airways [[McDonnell Douglas DC-9|McDonnell Douglas DC-9-32]] beregistrasi PK-GNE mengalami 3 kali lonjakan ketika mendarat. Akibatnya bagian belakang badan pesawat hampir terbelah. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini.{{sfn|Aviaton Safety Network, McDonnell Douglas DC-9-32 PK-GNE}}

== Galeri ==
<gallery widths="220" heights="220" style="border: 5px solid #a86; box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0.0.0.0.75); -moz-box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0.0.0.0.75); -webkit-box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0.0.0.0.75); border-radius: 0.5em; -moz-border-radius: 0.5em; -webkit-border-radius: 0.5em;">
Berkas:RAF 47 Squadron crew in Batavia IWM CF 812.jpg|Letnan A Jacomb-Hood DFC dari Skuadron No. 47 [[Angkatan Udara Britania Raya]] sedang bercerita kepada rekannya perihal aksinya menyerang stasiun radio di [[Surakarta]] yang dikuasai oleh pejuang kemerdekaan Indonesia kurun 1945-1946.
Berkas:RAF Thunderbolt Batavia IWM CF 842.jpg|Kru Skuadron No. 81 Angkatan Udara Britania Raya sedang mempersiapkan [[Republic P-47 Thunderbolt]] untuk menghadapi pejuang kemerdekaan Indonesia di [[Surabaya]] kurun 1945-1946.
Berkas:Militairen rijden een verkenningsvliegtuig uit een hangar, Bestanddeelnr 2232.jpg|Pesawat pengintai milik [[TNI Angkatan Udara]] yang berhasil ditangkap oleh Belanda selama Perang Kemerdekaan Indonesia pada 19 Desember 1948.
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Wederopbouw van het vliegveld Kemajoran bij Batavia Java TMnr 10001521.jpg|Pembangunan di areal Bandar Udara Kemayoran sekitar tahun 1948.
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret met onder meer J. Vink-Duiven en haar dochter Geesje voor het hek van het vliegveld Kemajoran TMnr 60049180.jpg|J. Vink-Duiven bersama putrinya Geesje dan rekan-rekannya di gerbang Bandar Udara Kemayoran kurun 1950-1959.
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM J. Vink-Duiven in gezelschap van onder meer haar dochter Geesje op het vliegveld Kemajoran TMnr 60049216.jpg|J. Vink-Duiven bersama putrinya Geesje dan rekan-rekannya di restoran terminal lama Kemayoran kurun 1950-1959.
Berkas:Airport in Kemayoran, Indonesia Tanah Airku, p95.jpg|Suasana restoran terminal lama Kemayoran di malam hari. Tampak [[KLM]] [[Lockheed Constellation]] yang terparkir di apron bandar udara sekitar tahun 1952.
Berkas:Koningin Juliana op vliegveld Kemajoran bij Jakarta voorafgaand aan haar vertrek.jpg|Kedatangan Ratu [[Juliana dari Belanda|Juliana]] di Kemayoran pada 26 Agustus 1971.
</gallery>

== Rujukan ==
;Catatan kaki
{{Reflist|colwidth=30em}}

;Bibliografi
{{refbegin|30em}}
* {{cite book|last=Setiati|first=Eni|title=Ensiklopedia Jakarta|url=|year=1980|publisher=Lentera Abadi|location=Jakarta|isbn=978-979-3535-54-8|ref=harv }}
* {{cite journal |publisher=Kompas Gramedia Group Of Magazine |date= Februari 1992 |title=Tahun Antarika Internasional '92 |journal=Angkasa |issue=5 |pages= |location=Jakarta |ref=}}
* {{cite journal |publisher=Kompas Gramedia Group Of Magazine |date= Januari 1996 |title=Tekad Mahathir |journal=Angkasa |issue=4 |pages= |location=Jakarta |ref=}}
* {{cite journal |publisher=Kompas Gramedia Group Of Magazine |date= November 1999 |title=Menyelamatkan Hawk Dari Bangkok |journal=Angkasa |issue=2 |pages= |location=Jakarta |ref=}}
* {{cite book |editor1-last=Kartasasmita|editor1-first=Ir. Ginandjar|display-editors = 1|editor2-last=Prabowo|editor2-first=Mayor Adm. A.|editor3-last=Kesowo, S.H.|editor3-first=Bambang |editor4-last=Suherly|editor4-first=Kapten Tit. Drs. Tanu|editor5-last=Martoredjo|editor5-first=Drs. Wirawan|editor6-last=R.|editor6-first=Kapten Inf. Drs. Supardi|editor7-last=Drs. Soegiarto|editor7-first=|editor8-last=Hadijanto|editor8-first=Drs. M.|editor9-last=Drs.Soedarto|editor9-first=|editor10-last=Kale|editor10-first=A.C.|title=30 Tahun Indonesia Merdeka 1945–1949 |edition= |year=1975 |publisher=PT. Tira Pustaka |location=Jakarta |isbn= |ref=harv }}
{{refend}}

;Sumber berita
{{refbegin|30em}}
* {{cite web|url=http://angkasa.co.id/komunitas/tak-jadi-digusur-ap-punya-rencana-lain-untuk-bandara-kemayoran/|title=Tak Jadi Digusur, AP I Punya Rencana Lain Untuk Bandara Kemayoran|work=angkasa.co.id|date=2016|accessdate=13 Juli 2022|archivedate=2016-09-16|archiveurl= https://web.archive.org/web/20160909230848/http://angkasa.co.id/komunitas/tak-jadi-digusur-ap-punya-rencana-lain-untuk-bandara-kemayoran/|ref={{harvid|Angkasa 2016, Tak Jadi Digusur, AP I Punya Rencana Lain Untuk Bandara Kemayoran}}|dead-url=yes}}
* {{cite web |url=https://satusuaraexpress.co/2021/04/menilik-sejarah-cengkareng-kampung-besar-di-sudut-kota-jakarta/ |ref={{harvid|Satu Suara Express 2021, Menilik Sejarah Cengkareng, Kampung Besar di Sudut Kota Jakarta}} |title=Menilik Sejarah Cengkareng, Kampung Besar di Sudut Kota Jakarta |publisher=satusuaraexpress.co |access-date= 13 Juli 2022}}
* {{Cite news|url=https://jabar.tribunnews.com/2021/11/30/kisah-pria-jepang-di-indonesia-dicap-gila-makan-kotoran-ternyata-intelejen-belanda-pun-takluk |ref={{harvid|Tribun Jabar 2021, Kisah Pria Jepang di Indonesia Dicap Gila Makan Kotoran, Ternyata Intelejen, Belanda pun Takluk}} |title=Kisah Pria Jepang di Indonesia Dicap Gila Makan Kotoran, Ternyata Intelejen, Belanda pun Takluk |publisher= jabar.tribunnews.com |access-date= 15 Juli 2022|language=id |work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]] }}
* {{cite web|url=http://www.angkasa-online.com/12/04/lain/lain12.htm|title=Riwayat Pembangunan Cengkareng|work=www.angkasa-online.com|date=2002|accessdate=15 Juli 2022|archivedate=2002-01-22|archiveurl=https://web.archive.org/web/20020122074831/http://www.angkasa-online.com/12/04/lain/lain12.htm|ref={{harvid|Angkasa 2002, Riwayat Pembangunan Cengkareng}}|dead-url=no}}
* {{Cite news|url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210806195258-20-677551/bandara-kemayoran-saksi-bisu-rangkaian-sejarah-proklamasi-ri |ref={{harvid|CNN Indonesia 2021, Bandara Kemayoran, Saksi Bisu Rangkaian Sejarah Proklamasi RI}} |title=Bandara Kemayoran, Saksi Bisu Rangkaian Sejarah Proklamasi RI |publisher=www.cnnindonesia.com |access-date= 15 Juli 2022|work=[[CNN Indonesia]] }}
* {{Cite news|url=https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210806213055-269-677588/kemayoran-berawal-dari-hunian-mayor-belanda-di-indonesia/1 |ref={{harvid|CNN Indonesia 2021, Kemayoran, Berawal dari Hunian Mayor Belanda di Indonesia}} |title=Kemayoran, Berawal dari Hunian Mayor Belanda di Indonesia |publisher=www.cnnindonesia.com |access-date= 17 Juli 2022|last=Adiningsih |first=Yulia |work=[[CNN Indonesia]] }}

{{refend}}

;Sumber internet
{{refbegin|30em}}
* {{cite web |url=http://www.fallingrain.com/icao/WIID.html |ref={{harvid|Falling Rain Software 1999, Kemayoran Airport}} |title= Kemayoran Airport |publisher= fallingrain.com |access-date= 7 Juli 2022}}
* {{cite web|url=https://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1430/Kemayoran-Bandara|title=Kemayoran, Bandara|work=www.jakarta.go.id|date=2013|accessdate=7 Juli 2022|archivedate=2013-09-15|archiveurl= https://web.archive.org/web/20131224094959/https://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1430/Kemayoran-Bandara|ref={{harvid|Ensiklopedi Jakarta 2013, "Kemayoran, Bandara"}}|dead-url=no}}
* {{cite web|url=http://indo-aviation.com/2016/06/15/suara-masa-lalu-kemayoran/|title=Suara Masa Lalu Kemayoran|work=indo-aviation.com|date=15 Juni 2016|accessdate=7 Juli 2022|archivedate=2016-06-17|archiveurl= https://web.archive.org/web/20160811192135/http://indo-aviation.com/2016/06/15/suara-masa-lalu-kemayoran/|ref={{harvid|Indo Aviaton 2016, Suara Masa Lalu Kemayoran}}|dead-url=no}}
* {{cite web |url=https://aviahistoria.com/2020/07/08/selamat-ulang-tahun-bandara-kemayoran/ |ref={{harvid|Avia Historia 2020, Selamat Ulang Tahun Bandara Kemayoran!}} |title= Selamat Ulang Tahun Bandara Kemayoran! |publisher= aviahistoria.com |access-date= 12 Juli 2022}}
* {{cite web |url=https://www.setneg-ppkk.co.id/profil/sejarah |ref={{harvid|PPK Kemayoran 2020, Sejarah Awal Bandara Kemayoran}} |title= Sejarah Awal Bandara Kemayoran |publisher= www.setneg-ppkk.co.id |access-date= 13 Juli 2022}}
* {{cite web |url=https://aviation-safety.net/database/record.php?id=19411013-1 |ref={{harvid|Aviaton Safety Network, Lockheed 18 Lodestar LT-910}} |title= Lockheed 18 Lodestar LT-910 |publisher= aviation-safety.net |access-date= 13 Juli 2022}}
* {{cite web |url=https://aviation-safety.net/database/record.php?id=19451216-0 |ref={{harvid|Aviaton Safety Network, Douglas Dakota III FL573}} |title= Douglas Dakota III FL573 |publisher= aviation-safety.net |access-date= 13 Juli 2022}}
* {{cite web |url=https://aviation-safety.net/database/record.php?id=19460306-0 |ref={{harvid|Aviaton Safety Network, Douglas Dakota IV KJ951}} |title= Douglas Dakota IV KJ951 |publisher= aviation-safety.net |access-date= 13 Juli 2022}}
* {{cite web |url=https://aviation-safety.net/database/record.php?id=19460529-1 |ref={{harvid|Aviaton Safety Network, Douglas Dakota IV KN501}} |title= Douglas Dakota IV KN501 |publisher= aviation-safety.net |access-date= 13 Juli 2022}}
* {{cite web |url=https://aviation-safety.net/database/record.php?id=19510127-1 |ref={{harvid|Aviaton Safety Network, Grumman G-73 Mallard PK-AKE}} |title= Grumman G-73 Mallard PK-AKE |publisher= aviation-safety.net |access-date= 13 Juli 2022}}
* {{cite web |url=https://aviation-safety.net/database/record.php?id=19620405-0 |ref={{harvid|Aviaton Safety Network, Douglas C-47A PK-GDM}} |title=Douglas C-47A PK-GDM |publisher= aviation-safety.net |access-date= 13 Juli 2022}}
* {{cite web |url=https://aviation-safety.net/database/record.php?id=19710401-0 |ref={{harvid|Aviaton Safety Network, NAMC YS-11-102 PK-MYN}} |title=NAMC YS-11-102 PK-MYN |publisher= aviation-safety.net |access-date= 13 Juli 2022}}
* {{cite web |url=https://aviation-safety.net/database/record.php?id=19720926-0 |ref={{harvid|Aviaton Safety Network, Fokker F-27 Friendship 600 PK-GFP}} |title=Fokker F-27 Friendship 600 PK-GFP |publisher= aviation-safety.net |access-date= 13 Juli 2022}}
* {{cite web |url=https://aviation-safety.net/database/record.php?id=19800826-1 |ref={{harvid|Aviaton Safety Network, Vickers 812 Viscount PK-IVS}} |title=Vickers 812 Viscount PK-IVS |publisher= aviation-safety.net |access-date= 13 Juli 2022}}
* {{cite web |url=https://aviation-safety.net/database/record.php?id=19840611-0 |ref={{harvid|Aviaton Safety Network, McDonnell Douglas DC-9-32 PK-GNE}} |title=McDonnell Douglas DC-9-32 PK-GNE |publisher= aviation-safety.net |access-date= 13 Juli 2022}}
* {{cite web |url=http://aviation-safety.net/database/record.php?id=19550411-1 |ref={{harvid|Aviaton Safety Network, Lockheed L-749A VT-DEP}} |title=Lockheed L-749A VT-DEP |publisher= aviation-safety.net |access-date= 25 Maret 2023}}
{{refend}}

== Lihat pula ==
{{Commonscat|Kemayoran Airport|Bandar Udara Internasional Kemayoran}}
* [[Relief Tiga Perupa Kemayoran]]
* [[Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta]]
* [[Bandar Udara Halim Perdanakusuma]]
* [[Bandar Udara Pulau Panjang]]
{{Bandara di Indonesia}}
{{Bandar udara di pulau Jawa}}
{{Batavia}}

[[Kategori:Bandar udara di Jakarta|Kemayoran]]
[[Kategori:Kota Administrasi Jakarta Pusat]]

Revisi terkini sejak 7 Agustus 2024 13.40

Bandar Udara Kemayoran

Kemayoran Airport
Informasi
JenisMati
PemilikPemerintah Indonesia
PengelolaPerusahaan Umum Angkasa Pura
MelayaniJabotabek
LokasiKemayoran, Jakarta Pusat, Indonesia
Dibuka8 Juli 1940 (1940-07-08)
Ditutup31 Maret 1985; 39 tahun lalu (1985-03-31)
Penerbangan komersial berakhir1 Oktober 1984 (1984-10-1)
Ketinggian dpl4 mdpl
Koordinat06°08′50″S 106°51′00″E / 6.14722°S 106.85000°E / -6.14722; 106.85000
Landasan pacu
Arah Panjang Permukaan
kaki m
17/35 8,120 2,475 Aspal (Tutup)
08/26 6,234 1,900 Aspal (Tutup)

Bandar Udara Kemayoran (IATA: JKTICAO: WIID)[1] atau dalam ejaan lama Kemajoran, merupakan bandar udara pertama di Indonesia yang dibuka untuk penerbangan internasional secara berjadwal. Landasan bandar udara ini dibangun pada tahun 1934 dan secara resmi dibuka pada tanggal 8 Juli 1940[2]. Namun sebenarnya mulai tanggal 6 Juli 1940 tercatat bandar udara ini sudah mulai beroperasi dimulai dengan pesawat pertama yang mendarat jenis DC-3 Dakota milik perusahaan penerbangan Hindia Belanda, Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM) yang diterbangkan dari Lapangan Terbang Tjililitan. Tercatat pesawat ini sebagai pesawat yang terus beroperasi di bandara ini hingga akhir masa pengooperasian bandar udara ini.[3]

Bandar udara ini resmi dihentikan operasionalnya pada 31 Maret 1985 dengan dimulainya pemindahan aktivitas penerbangan ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.[4]

Bandar udara ini memiliki dua landasan pacu yang bersilangan, yakni landasan pacu Utara - Selatan (17-35) dengan ukuran 2.475 x 45 meter dan landasan pacu Barat - Timur (08-26) dengan ukuran 1.850 x 30 meter.

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

Nama "Kemayoran" pertama kali muncul pada tahun 1816 di dalam iklan Java Government Gazette sebagai "tanah yang terletak di dekat Weltevreden". Tanah ini merupakan milik Komandan VOC, Isaac de l'Ostal de Saint-Martin (1629–1696) yang dikenal oleh penduduk setempat dengan panggilan Mayor. Sehingga penduduk setempat menyebut kawasan ini sebagai "Mayoran", yang kemudian pelafalan tersebut berubah menjadi "Kemayoran" seiring berjalannya waktu.[5]

Era Pemerintahan Hindia Belanda

[sunting | sunting sumber]
Pembangunan Bandar Udara Kemayoran difoto dari udara
Bandar Udara Kemayoran di bulan Agustus 1940, beberapa bulan setelah diresmikan

Rencana untuk mendirikan bandar udara sipil bertaraf internasional di Batavia memang sudah menjadi prioritas utama Pemerintah Hindia Belanda. Sebelumnya, Batavia sudah memiliki lapangan terbang yang terletak di Tjililitan. Lapangan terbang tersebut digunakan oleh Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM) dan Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM) sebagai basis operasional kedua maskapai tersebut. Namun, Lapangan Terbang Tjililitan dianggap tidak strategis karena letaknya berada di pinggiran kota dan harus berbagi kepemilikan dengan militer. Maka untuk memenuhi ambisi Pemerintah Hindia Belanda, pada tahun 1934, dibangun lah sebuah bandar udara baru di Kemayoran yang saat itu masih berupa rawa, areal persawahan, serta pemukiman penduduk.[6]

Ambisi ini tercakup dalam desainnya, membangun dua landasan pacu bersilangan utara-selatan dan barat-timur, masing-masing dengan panjang 800 m, dibangun menara pengontrol lalu lintas udara, kantor urusan penerbangan, kantor meterologi, dan pusat komunikasi baik radio dan telegraf. Dari sisi kenyamanan penumpang, terminal berukuran besar dirancang bertingkat dua, dilengkapi kafe dan restoran, bilik telepon, kantor pos, dan sistem pengeras suara. Belum lagi hanggar yang tidak hanya untuk menyimpan pesawat namun juga sanggup melaksanakan perawatan pesawat dan mesin secara mandiri.[6]

Pada 6 Juli 1940, dua hari sebelum peresmiannya, pesawat pertama yang mendarat adalah DC-3 milik KNILM yang diterbangkan dari Lapangan Terbang Tjililitan. Pesawat sejenis, yakni DC-3 beregistrasi PK-AJW juga yang pertama bertolak dari Kemayoran menuju Australia, sehari kemudian.[3]

Pada Senin pagi 8 Juli 1940, Kemayoran akhirnya diresmikan oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan harapan dapat menjadi pintu gerbang utama Hindia Belanda, serta dapat menjadi kebanggaan masyarakat Batavia. Banyak antusiasme masyarakat Batavia yang diundang dalam peresmiannya. Masyarakat dapat menyaksikan sendiri fasilitas bandar udara yang berkelas dan modern, serta tidak kalah dengan Bandar Udara Internasional Schiphol, dan bandar udara lainnya yang terletak khususnya di Eropa.[6] Tidak ketinggalan KNILM juga memamerkan beberapa armada pesawat miliknya seperti Douglas DC-2 Uiver, Douglas DC-3 Dakota, Fokker F.VIIb 3m, Grumman G-21 Goose, de Havilland DH-89 Dragon Rapide, dan Lockheed L-14 Super Electra.[4] Setelah Kemayoran mulai beroperasi, pengelolaan bandar udara ini dipegang oleh KNILM, yang bertanggung jawab langsung kepada Pemerintahan Hindia Belanda.[2]

Bertepatan dengan hari ulang tahun Ratu Wilhelmina pada 31 Agustus 1940. Pemerintah Hindia Belanda mengadakan Pameran Kedirgantaraan pertama yang diselenggarakan di Kemayoran. Selain pesawat-pesawat milik KNILM, sejumlah pesawat-pesawat pribadi yang bernaung dalam Aeroclub di Batavia ikut meramaikannya. Pesawat-pesawat tersebut ada Buckmeister Bu-131 Jungmann, de Haviland DH-82 Tigermoth, Piper J-3 Cub, dan Walraven 2 yang pernah melakukan penerbangan dari Batavia menuju Amsterdam pada 27 September 1935.[4]

Perang Dunia II, Pendudukan Jepang, dan pasca perang

[sunting | sunting sumber]
Pesawat Douglas DC-5 yang diambil alih oleh militer Kekaisaran Jepang di Kemayoran, kurun 1942-1945

Pada 17 Mei 1940, Jerman Nazi berhasil menginvasi wilayah Belanda, membuat Pemerintahan Belanda harus mengungsi ke London, Inggris. Hindia Belanda praktis menjadi koloni terpenting Belanda dalam menghadapi serangan Blok Poros. Peristiwa ini menjadikan Kemayoran digunakan sebagai basis penerbangan pesawat-pesawat militer Sekutu dan Belanda. Pesawat-pesawat militer yang singgah di Kemayoran antara lain Martin B-10, Martin B-12, Koolhoven F.K.51, Brewster F2A Buffalo, Lockheed L-18 Lodestar, Curtiss P-36 Hawk, Fokker C.X, dan Boeing B-17 Flying Fortress.[4] Kemayoran juga dioperasikan sebagai hub utama KLM menggantikan Schiphol yang saat itu sudah dikuasai oleh Jerman Nazi.[6]

Pada 9 Februari 1942, Kemayoran menjadi target serangan Pasukan Udara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang berusaha menguasai pulau Jawa. Dua pesawat DC-5, dua pesawat Brewster dan sebuah pesawat F.VII terbakar terkena serangan pesawat-pesawat militer Jepang. Hanya dalam waktu satu jam, akhirnya Kemayoran berhasil diduduki oleh Jepang.[7] Peristiwa ini memaksa KNILM mengungsikan pesawat-pesawatnya ke Australia. Pesawat pertama yang mendarat ialah pesawat tempur Mitsubishi A6M2b Tipe 0 Model 21, yang lebih dikenal dengan nama "Zeke" oleh Sekutu. Selain itu, Pesawat-pesawat buatan Jepang yang pernah singgah di Kemayoran antara lain Showa/Nakajima L2D, Nakajima Ki-43 Hayabusa, Tachikawa Ki-9, dan Tachikawa Ki-36.[4]

Pada 14 Agustus 1945, Chairul Saleh, Joesoef Ronodipoero, dan tokoh-tokoh pemuda lainnya datang menjemput Soekarno, Mohammad Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat di Kemayoran pasca kunjungannya menemui Jenderal Hisaichi Terauchi di Dalat, Vietnam. Setibanya di Kemayoran, Soekarno menyampaikan pidato singkat di hadapan anak-anak sekolah dan orang-orang yang datang dikerahkan oleh Hokokai dan Gunseikanbu. Para pemuda itu langsung menghampiri Soekarno seraya meminta proklamasi disegerakan karena Kekaisaran Jepang sudah kalah dalam Perang Pasifik. Namun, Soekarno tidak menanggapi permintaan para pemuda tersebut dengan alasan tidak ingin membahas soal kemerdekaan. Tak mendapatkan jawaban yang memuaskan, para pemuda itu lalu mengadakan rapat yang dipimpin oleh Chairul Saleh di Gedung Menteng Raya 31. Kesimpulannya, mereka sepakat membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok untuk menyegerakan proklamasi tanpa menunggu Jepang.[8]

Kedatangan Brigadir Jenderal Bodet di Kemayoran, kurun 1945-1950

Setelah peristiwa penandatanganan penyerahan Jepang pada 2 September 1945, South East Asia Command (SEAC) mengirimkan 7 anggota misi Sekutu di bawah pimpinan Mayor A.G. Greenhalgh ke Jakarta. Tujuh perwira inggris ini diterjunkan di Kemayoran pada 8 September 1945 dan segera mengadakan pertemuan dengan Jenderal Yamaguchi, pimpinan Jepang di Jakarta.[9] Hasilnya, Panglima Bala Tentara Kekaisaran Jepang di Jawa mengeluarkan pengumuman yang menyatakan pemerintahan akan diserahkan kepada Sekutu, bukan kepada Indonesia.[10]

Disusul pada 29 September 1945, Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) berhasil mendarat di Kemayoran dengan membawa pasukannya yang terdiri atas 3 divisi untuk bertugas di Sumatra dan Jawa. Namun, kedatangan Sekutu ke Indonesia juga membawa Nederlandsch Indische Civiele Administratie (NICA) yang hendak menegakkan kembali kekuasaan kolonial Hindia Belanda di Indonesia.[11] Pada Masa ini, giliran pesawat-pesawat Sekutu yang datang ke Kemayoran, seperti Supermarine Spitfire, North American B-25 Mitchell, dan North American P-51 Mustang. Selain itu, berdatangan juga pesawat-pesawat penumpang seperti Douglas DC-4, C-54 Skymaster, Douglas DC-6, Boeing 377 Stratocruiser, dan Lockheed Constellation.[4]

Pada 1 Agustus 1947, Kemayoran menjadi saksi berdirinya maskapai penerbangan KLM Interinsulair Bedrijf. Maskapai penerbangan ini kemudian dinasionalisasikan menjadi maskapai penerbangan nasional pertama di Indonesia, Garuda Indonesian Airways.

Era Pemerintahan Indonesia

[sunting | sunting sumber]
Garuda Indonesian Airways McDonnell Douglas DC-10-30 di Charles de Gaulle, Paris pada tahun 1980

Setelah Jakarta kembali menjadi Ibu Kota Indonesia, pengelolaan penerbangan sipil dan pelabuhan udara langsung dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Baru pada tahun 1958 dikelola oleh Djawatan Penerbangan Sipil, yang sekarang lebih dikenal sebagai Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Pada tahun 1950-an, Era penerbangan sipil modern dimulai dengan beroperasinya pesawat-pesawat bermesin jet. Pada masa itu juga pesawat-pesawat turboprop berdatangan ke Kemayoran. Di antaranya Saab 91 Safir, Grumman HU-16 Albatross, Ilyushin Il-14, dan Cessna. Begitu pula dengan pesawat-pesawat buatan Nurtanio Pringgoadisuryo seperti NU-200 Si Kumbang, Belalang, dan Kunang. Berbagai Kepala Negara dunia juga pernah menginjakkan kakinya di Kemayoran dengan diselenggarakannya event tingkat internasional seperti Konferensi Asia–Afrika pada tahun 1955.[4]

Angkatan Udara Republik Indonesia juga memanfaatkan Kemayoran sebagai pangkalan udara disamping Lanud Halim Perdanakusuma. Akhir tahun 1950-an sampai awal tahun 1960-an berdatangan pesawat tempur MiG-17, MiG-15 UTI, MiG-19, MiG-21, dan Pesawat pembom Ilyushin Il-28.[4]

Antara tahun 1960, pengelolaan Kemayoran diserahkan kepada BUMN yang diberi nama Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran. Untuk ini, pemerintah menanam modal awal sebesar Rp 15 Juta Rupiah pada masa itu. Selanjutnya pemerintah menambah modal dengan mengalihkan bangunan terminal, bangunan penunjang lain, runway, taxiway, apron, hanggar dan peralatan operasional. Sampai akhir beroperasi pada tahun 1985 pengelolaan dilakukan oleh Perum Angkasa Pura setelah berganti nama sesuai perkembangan.

Memasuki tahun 1970-an, era pesawat jet badan lebar berteknologi canggih muncul, yakni Boeing 747, Lockheed L-1011 TriStar, McDonnell Douglas DC-10, dan Airbus A300. Pada 29 Oktober 1973, pesawat McDonnell Douglas DC-10-30 milik KLM yang disewa Garuda Indonesian Airways untuk angkutan jemaah haji, tercatat sebagai pesawat terbesar dan terberat yang pernah singgah di bandara Kemayoran.[4] Kesibukan Kemayoran pada saat itu memaksa pemerintah memindahkan penerbangan internasional ke Bandar Udara Halim Perdanakusuma pada 10 Januari 1974. Namun penerbangan domestik seluruhnya masih bertahan di Kemayoran.[6]

Rencana pemindahan lokasi dan penutupan bandar udara

[sunting | sunting sumber]

Menjelang pertengahan tahun 1970-an, Kemayoran dianggap terlalu dekat dengan basis militer Indonesia, Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Penerbangan sipil di area tersebut menjadi sempit, sementara lalu lintas udara meningkat cepat, yang mengancam lalu lintas internasional. Hal itu yang kemudian pemerintah berencana untuk memindahkan aktivitas bandar udara ini ke bandar udara yang baru.[12]

Rencana tersebut mendapat dukungan dari Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) seperti kucuran dana serta kajian konsep hingga pemilihan lokasi. Awalnya USAID mengkaji sebuah dataran berkontur datar (200-230 Mdpl) yang masih sangat sepi diantara Ci Kahuripan-Klapanunggal hingga Jonggol seluas 2.300 ha sebagai lokasi yang cocok untuk berdirinya Bandara Internasional pengganti Bandar Udara Kemayoran tersebut. Lokasi tersebut berjarak sekitar 50 km arah tenggara dari Bandar Udara Kemayoran. Alasan dipilihnya wilayah Jonggol adalah perlunya memperhatikan aspek masa depan dalam pembangunan Jakarta Raya melalui perluasan jangkauan pembangunan Jakarta ke arah luar kota guna mempersiapkan pesatnya pertumbuhan fisik dan ekonomi Jakarta yang tentunya akan berdampak kepada lonjakan populasi di masa yang akan datang.[12]

Namun Bappenas tidak dapat menyanggupi usulan lokasi USAID, yakni Jonggol untuk dijadikan pengganti dari Bandar Udara Kemayoran dengan alasan belum terkoneksinya daerah tersebut dengan moda transportasi lain, ditambah jaraknya yang lumayan jauh, akhirnya dipilihlah wilayah perbatasan antara Cengkareng dan Tangerang Utara sebagai lokasi bandar udara yang baru dengan luas lahan 1.800 ha, lebih kecil 500 ha dari lokasi lahan usulan USAID di Jonggol, Bogor.[12]

Pada 1 Oktober 1984, Perum Angkasa Pura menutup semua penerbangan domestik di Kemayoran. Saat itu, penumpang yang sudah melakukan check-in di Kemayoran langsung boarding menuju Cengkareng dengan bus untuk menaiki pesawat.[13] Perum Angkasa Pura akhirnya resmi menghentikan seluruh kegiatan operasional Bandar Udara Kemayoran pada 31 Maret 1985, sehari sebelum beroperasinya Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Pesawat-pesawat yang menghuni bandar udara ini ikut dipindahkan. Sebagian besar dipindahkan ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, sebagian lagi dipindahkan ke Bandar Udara Halim Perdanakusuma.[14]

Setelah dihentikan kegiatan operasionalnya, Kemayoran dijadikan lokasi test flight pesawat buatan Industri Pesawat Terbang Nusantara, CN-235 dan sempat menjadi tuan rumah ajang dirgantara bergengsi Indonesian Air Show pada tahun 1986.[14]

Perkembangan setelah bandar udara tidak dioperasikan

[sunting | sunting sumber]

Pengembangan kawasan Kota Baru Bandar Kemayoran

[sunting | sunting sumber]
Bekas apron dan terminal
Bekas menara Air Traffic Controller

Untuk menghindarkan perebutan kewenangan antar instansi terhadap areal bekas bandar udara ini, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 1985, dimana kekayaan negara yang merupakan sebagian modal Perum Angkasa Pura ditarik kembali sebagai kekayaan negara. Setelah itu, dibentuklah Badan Pengelola Komplek Kemayoran (BPKK) berdasarkan Keputusan Presiden RI no. 53 Tahun 1985 jo Keppres No. 73 tahun 1999. Sebagai pelaksana, diunjuklah DP3KK yang melaksanakan pembangunan dengan memanfaatkan pihak swasta di Indonesia.

Pembangunan dimulai pada 1990-an dengan rumah susun sederhana di bekas Apron bandar udara dengan nama jalan-jalan yang mengambil nama pesawat seperti Jl. Dakota. Kemudian pembangunan kondominium dan proyek kotabaru Kemayoran yang sempat menuai masalah. Juga sempat diselenggarakan proyek Menara Jakarta (Jakarta Tower) dengan ketinggian 558 meter di depan gedung perkantoran PT Jakarta International Trade Fair Corporation. Namun rencana ini kandas karena badai Krisis Asia pada tahun 1990. Bahkan ironisnya, pada saat krisis ekonomi tersebut, menara ini dijuluki masyarakat sebagai Menara Kesenjangan.

Selain itu, di bekas Bandar Udara Kemayoran juga diselenggarakan Jakarta Fairground Kemayoran (JFK) yang dulu dikenal sebagai Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang sebelumnya diselenggarakan di taman Monumen Nasional (Monas) Jakarta yang diselenggarakan setiap hari ulang tahun DKI Jakarta setiap 22 Juni.

Sementara dua landasan pacu tetap dipertahankan sebagai jalan utama dengan median (pembatas jalan) yang tidak permanen untuk sewaktu waktu digunakan sebagai landasan pacu guna kepentingan militer karena struktur landasannya yang menggunakan konstruksi standar landas pacu bandar udara internasional yang kuat. Pada bekas landas pacu utara-selatan diberi nama Jalan Benyamin Sueb, nama seorang tokoh dan artis serbabisa kelahiran Jakarta yang merupakan warga asli Kemayoran, oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta.

Sesuai dengan SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 475 Tahun 1993, bekas menara Air Traffic Controller Kemayoran dijadikan Bangunan Cagar Budaya yang harus dilestarikan. Surat Keputusan tersebut langsung ditandatangani oleh Gubernur DKI Jakarta Soerjadi Soedirja.[15]

Karena Bandar Udara Kemayoran dinilai bersejarah dalam perkembangan kedirgantaraan Indonesia, maka banyak komunitas-komunitas pencinta kedirgantaraan Indonesia yang menginginkan agar bekas bandar udara ini segera dilestarikan, serta dimuseumkan. Mereka adalah Komunitas Tintin Indonesia, Komunitas Save Ex Airport Kemajoran-Kemayoran (KMO), IndoFlyer, dan Komunitas ATCO Indonesia yang bersama-sama membuat petisi lalu akan segera diserahkan kepada Presiden Republik Indonesia dan Gubernur DKI Jakarta.[16]

Pada 31 Mei 2016, PT Angkasa Pura I, Komunitas Save Ex Airport Kemajoran-Kemayoran (KMO), dan Komunitas Tintin Indonesia mengadakan pertemuan untuk membahas rencana pembangunan sebuah Museum Bandar Udara Kemayoran Indonesia di bekas terminal Bandar udara. Gagasan ini rupanya disambut positif oleh Pusat Pengelola Kawasan (PPK) Kemayoran, yang ditindak lanjuti dengan napak tilas ke lokasi pada 5 Juni 2016.[17]

Rencana lainnya

[sunting | sunting sumber]

Rencana lain terhadap penggunaan areal bekas bandar udara ini adalah akan dijadikan sebagai kawasan hutan wisata yang selanjutnya akan dijadikan sebagai suaka margasatwa atau bird sanctuary bagi burung-burung yang mendiami kawasan ini. Namun karena banyaknya proyek konstruksi, maka kawasan bird sanctuary ditempatkan di Pulau Rambut, salah satu dari gugusan Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta.

Dalam budaya populer

[sunting | sunting sumber]

Bandar Udara Internasional Kemayoran muncul dalam salah satu episode cerita dalam komik Tintin yakni Penerbangan 714 ke Sydney, dengan menampilkan terminal bandar udara dan menara pemandu lalu lintas (ATC tower). Gambar yang ditampilkan sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Maskapai dan Tujuan Sebelumnya

[sunting | sunting sumber]

Penumpang

[sunting | sunting sumber]
MaskapaiTujuan
Aeroflot Moskow–Domodedovo
Air Ceylon Kolombo–Bandaranaike
Air China Beijing–Ibu Kota
Air France Paris
Air India Bombay, Delhi
Airfast Indonesia Balikpapan, Matak, Singapura–Seletar, Sydney
Bharat Airways Delhi
British Airways London–Heathrow, Singapura–Paya Lebar
Bouraq Indonesia Airlines Balikpapan, Bandung, Banjarmasin, Bima, Davao, Denpasar, Kuala Lumpur, Kupang, Manado, Semarang, Singapura–Changi, Tawau, Ujung Pandang
CAAC Airlines Beijing–Ibu Kota, Chengdu, Guangzhou, Shanghai–Hongqiao
Caltex Indonesia Palembang, Singapura–Paya Lebar
Cathay Pacific Hong Kong
China Airlines Taipei–Songshan, Taipei–Taoyuan
Czech Airlines Praha
de Kroonduif Biak, Ayamaru, Fak Fak, Hollandia, Kaimana, Kebar, Kokonao, Manawi, Manokwari, Merauke, Napan, Noemfoer, Ransiki, Sorong, Steenkool, Tanahmerah, Teminaboean, Wasior, Wisselmeren
Deraya Air Taxi Batam, Matak, Pangkalanbun, Singapura–Seletar
Garuda Indonesian Airways Amsterdam, Banjarmasin, Bandung, Biak, Darwin, Denpasar, Dubai–Internasional, Frankfurt, Hong Kong, Honolulu, Jeddah, Johannesburg–O. R. Tambo, Kuala Lumpur, London–Gatwick, Los Angeles, Yogyakarta, Medan, Roma, Pangkal Pinang, Paris, Semarang, Seoul, Shanghai–Hongqiao, Surabaya, Palembang, Tanjung Pandan, Tokyo, Ujung Pandang, Wina, Zurich
Imperial Airways Kepulauan Cocos, Darwin, London–Croydon, Singapura–Seletar, Sydney
Indian Airlines Bombay
Japan Airlines Tokyo
KLM Amsterdam, Saigon
KLM Interinsulair Bedrijf Manila–Nielson, Medan, Penang, Singapura–Seletar, Waingapoe
KMV Moskow–Vnukovo
KNILM Banjarmasin, Semarang, Bandung, Medan, Surabaya, Palembang
Korean Air Seoul
Lufthansa Berlin–Tempelhof, Munich
Malaysia Airlines System Kuala Lumpur
Malaysia-Singapore Airlines Kuala Lumpur, Singapura–Kallang
Mandala Airlines Semarang, Yogyakarta
Martinair Amsterdam, Jeddah
Merpati Nusantara Airlines Balikpapan, Bandung, Banjarmasin, Canberra, Davao, Denpasar, Kuala Lumpur, Ujung Pandang, Medan, Perth, Semarang, Singapura–Changi, Surabaya, Sydney, Seoul, Shanghai–Hongqiao, Surabaya, Palembang
Pan American World Airways Honolulu, Hong Kong, Los Angeles
Pelita Air Service Bontang, Dumai, Singapura–Changi
Penas Air Service Singapura–Seletar
Philippine Airlines Manila
Qantas Darwin, London–Heathrow, Sydney
Saudi Arabian Airlines Jeddah, Medinah
Sempati Air Kuala Lumpur, Manila, Singapura–Seletar
Singapore Airlines Singapura (Paya Lebar, Seletar, Kallang, Changi)
Swissair Jenewa, Zurich
Thai Airways Bangkok
Trans Nusantara Airways Balikpapan, Sangatta, Singapura–Paya Lebar
Transports Aeriens Intercontinentaux Paris
Turkish Airlines Istanbul–Atatürk
UTA French Airlines Paris
Zamrud Aviation Corporation Denpasar, Kupang
MaskapaiTujuan
Bayu Indonesia Air Darwin, Singapura–Seletar
Merpati Cargo Darwin, Hong Kong, Kuala Lumpur, Los Angeles, Singapura–Seletar
Pelita Cargo Hong Kong, Jayapura, Singapura–Seletar
Penas Air Cargo Singapura–Seletar

Kecelakaan dan insiden

[sunting | sunting sumber]
  • Pada tanggal 13 Oktober 1941, pesawat Angkatan Udara Hindia Belanda Lockheed 18-40 beregistrasi LT-910 mendarat darurat 5 menit setelah lepas landas akibat kerusakan pada mesin di bagian kirinya. Pesawat menabrak pohon, dan menabrak pemukiman penduduk dengan kondisi pesawat terbakar. Semua penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 5 orang, serta 1 peduduk setempat tewas akibat peristiwa ini.[18]
  • Pada tanggal 16 Desember 1945, pesawat Angkatan Udara Britania Raya Douglas Dakota III beregistrasi FL573 menabrak truk dan terbakar akibat pesawat mengalami ketidakstabilan setelah lepas landas. 1 orang tewas akibat tertabrak pesawat.[19]
  • Pada tanggal 6 Maret 1946, pesawat Angkatan Udara Britania Raya Douglas Dakota IV beregistrasi KJ951 melakukan crosswind landing yang mengakibatkan pesawat kehilangan kendali di landasan pacu Kemayoran. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaaan ini.[20]
  • Pada tanggal 29 May 1946, pesawat Angkatan Udara Britania Raya Douglas Dakota IV beregistrasi KN501 mengalami kerusakan pada rem ketika mendarat. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini. Namun mesin pesawat mengalami kerusakan yang parah.[21]
  • Pada tanggal 27 Januari 1951, pesawat Grumman G-73 Mallard beregistrasi PK-AKE milik Bataafsche Petroleum Maatschappij terbakar di hangar ketika sedang dalam perawatan berkala.[22]
  • Pada tanggal 11 April 1955, pesawat Air India Penerbangan 300 Lockheed L-749A "Kashmir Princess" beregistrasi VT-DEP tujuan Kemayoran meledak di atas Kepulauan Natuna akibat ledakan bom yang ditargetkan untuk Zhou Enlai, Perdana Menteri Tiongkok pada saat itu. Pesawat ini diketahui membawa perutusan Tiongkok dan Eropa Timur yang sedianya akan menghadiri Konferensi Asia–Afrika di Bandung. Akibatnya, sebanyak 16 orang yang terdiri dari penumpang dan beberapa awak pesawat tewas tenggelam di kawasan perairan. Sementara 3 awak pesawat lainnya selamat. Zhou Enlai sendiri batal menumpangi pesawat tersebut dan baru memutuskan berangkat ke Jakarta 3 hari kemudian.[23]
  • Pada tanggal 5 April 1962, pesawat Garuda Indonesia Airways Douglas C-47A beregistrasi PK-GDM terbakar di hangar ketika sedang dalam perbaikan.[24]
  • Pada tanggal 1 April 1971, pesawat Merpati Nusantara Airlines NAMC YS-11-102 "Nanggala" beregistrasi PK-MYN mengalami kecelakaan setelah lepas landas. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini.[25]
  • Pada tanggal 26 September 1972, pesawat Garuda Indonesia Airways Fokker F-27 Friendship 600 beregistrasi PK-GFP jatuh dari ketinggian 30 m setelah lepas landas. Semua penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 3 orang tewas akibat kecelakaan ini.[26]
  • Pada tanggal 26 Agustus 1980, pesawat Bouraq Indonesia Airlines Vickers 812 Viscount beregistrasi PK-IVS tujuan Kemayoran mengalami masalah pada elevator sebelah kanan dan jatuh 26 km sebelah timur laut Jakarta. Menewaskan seluruh 37 penumpang dan awak pesawat. Pesawat disewa dari Far Eastern Air Transport.[27]
  • Pada tanggal 11 Juni 1984, pesawat Garuda Indonesia Airways McDonnell Douglas DC-9-32 beregistrasi PK-GNE mengalami 3 kali lonjakan ketika mendarat. Akibatnya bagian belakang badan pesawat hampir terbelah. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini.[28]
Catatan kaki
  1. ^ "Kemayoran Airport". fallingrain.com. Diakses tanggal 9 July 2022. 
  2. ^ a b Setiati 1980, hlm. 16
  3. ^ a b Ensiklopedi Jakarta 2013, "Kemayoran, Bandara".
  4. ^ a b c d e f g h i PPK Kemayoran 2020, Sejarah Awal Bandara Kemayoran.
  5. ^ CNN Indonesia 2021, Kemayoran, Berawal dari Hunian Mayor Belanda di Indonesia.
  6. ^ a b c d e Avia Historia 2020, Selamat Ulang Tahun Bandara Kemayoran!.
  7. ^ Tribun Jabar 2021, Kisah Pria Jepang di Indonesia Dicap Gila Makan Kotoran, Ternyata Intelejen, Belanda pun Takluk.
  8. ^ CNN Indonesia 2021, Bandara Kemayoran, Saksi Bisu Rangkaian Sejarah Proklamasi RI.
  9. ^ Kartasasmita 1975, hlm. 34
  10. ^ Kartasasmita 1975, hlm. 35-36
  11. ^ Kartasasmita 1975, hlm. 44-45
  12. ^ a b c Angkasa 2002, Riwayat Pembangunan Cengkareng.
  13. ^ Satu Suara Express 2021, Menilik Sejarah Cengkareng, Kampung Besar di Sudut Kota Jakarta.
  14. ^ a b Indo Aviaton 2016, Suara Masa Lalu Kemayoran.
  15. ^ Surat Keputusan Gubernur Nomor 475 Tahun 1993
  16. ^ Petisi yang berisi tentang pelestarian Bandar Udara Kemayoran
  17. ^ Angkasa 2016, Tak Jadi Digusur, AP I Punya Rencana Lain Untuk Bandara Kemayoran.
  18. ^ Aviaton Safety Network, Lockheed 18 Lodestar LT-910.
  19. ^ Aviaton Safety Network, Douglas Dakota III FL573.
  20. ^ Aviaton Safety Network, Douglas Dakota IV KJ951.
  21. ^ Aviaton Safety Network, Douglas Dakota IV KN501.
  22. ^ Aviaton Safety Network, Grumman G-73 Mallard PK-AKE.
  23. ^ Aviaton Safety Network, Lockheed L-749A VT-DEP.
  24. ^ Aviaton Safety Network, Douglas C-47A PK-GDM.
  25. ^ Aviaton Safety Network, NAMC YS-11-102 PK-MYN.
  26. ^ Aviaton Safety Network, Fokker F-27 Friendship 600 PK-GFP.
  27. ^ Aviaton Safety Network, Vickers 812 Viscount PK-IVS.
  28. ^ Aviaton Safety Network, McDonnell Douglas DC-9-32 PK-GNE.
Bibliografi
  • Setiati, Eni (1980). Ensiklopedia Jakarta. Jakarta: Lentera Abadi. ISBN 978-979-3535-54-8. 
  • "Tahun Antarika Internasional '92". Angkasa. Jakarta: Kompas Gramedia Group Of Magazine (5). Februari 1992. 
  • "Tekad Mahathir". Angkasa. Jakarta: Kompas Gramedia Group Of Magazine (4). Januari 1996. 
  • "Menyelamatkan Hawk Dari Bangkok". Angkasa. Jakarta: Kompas Gramedia Group Of Magazine (2). November 1999. 
  • Kartasasmita, Ir. Ginandjar; et al., ed. (1975). 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945–1949. Jakarta: PT. Tira Pustaka. 
Sumber berita
Sumber internet

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]