Museum Bahari: Perbedaan antara revisi
k ←Suntingan 111.95.209.52 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Kenrick95Bot |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k Robot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 5: | Baris 5: | ||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
Pada masa pendudukan [[Belanda]] bangunan ini dulunya adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditi utama [[VOC]] yang sangat laris di pasaran [[Eropa]]. Bangunan yang berdiri persis di samping muara [[Ci Liwung]] ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan [[Westzijdsche Pakhuizen]] atau Gudang Barat (dibangun secara bertahap mulai tahun [[1652]]-[[1771]]) dan sisi timur, disebut [[Oostzijdsche Pakhuizen]] atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan, dan tiga unit di antaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari. Gedung ini awalnya digunakan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC di [[Nusantara]], yaitu rempah, kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil. |
Pada masa pendudukan [[Belanda]] bangunan ini dulunya adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditi utama [[VOC]] yang sangat laris di pasaran [[Eropa]]. Bangunan yang berdiri persis di samping muara [[Ci Liwung]] ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan [[Westzijdsche Pakhuizen]] atau Gudang Barat (dibangun secara bertahap mulai tahun [[1652]]-[[1771]]) dan sisi timur, disebut [[Oostzijdsche Pakhuizen]] atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan, dan tiga unit di antaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari. Gedung ini awalnya digunakan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC di [[Nusantara]], yaitu rempah, kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil. |
||
Pada masa pendudukan [[Jepang]], gedung-gedung ini dipakai sebagai tempat menyimpan barang logistik tentara Jepang. Setelah Indonesia Merdeka, bangunan ini dipakai oleh [[PLN]] dan [[PTT]] untuk gudang. Tahun [[1976]], bangunan cagar budaya ini dipugar kembali, dan kemudian pada [[7 Juli]] [[1977]] diresmikan sebagai Museum Bahari. |
Pada masa pendudukan [[Jepang]], gedung-gedung ini dipakai sebagai tempat menyimpan barang logistik tentara Jepang. Setelah Indonesia Merdeka, bangunan ini dipakai oleh [[PLN]] dan [[PTT]] untuk gudang. Tahun [[1976]], bangunan cagar budaya ini dipugar kembali, dan kemudian pada [[7 Juli]] [[1977]] diresmikan sebagai Museum Bahari. |
||
Baris 15: | Baris 15: | ||
== Alamat dan jam operasi == |
== Alamat dan jam operasi == |
||
Museum ini berlokasi di Jalan Pasar Ikan No. 1 Sunda Kelapa, [[Jakarta Utara |
Museum ini berlokasi di Jalan Pasar Ikan No. 1 Sunda Kelapa, [[Jakarta Utara]] . Jam kunjung museum adalah 09.00 - 15.00 WIB, dari Selasa hingga Minggu. Pada hari libur sekolah, museum tetap dibuka.<ref name="jadwal">''Jam operasional'' http://://www.museumbahari.org/jam.htm.</ref> |
||
[[Berkas:Panoramasyahbandar_hariadhi.jpg|thumb|815px|center|Pandangan luas dari [[Menara Syahbandar]], di samping Museum Bahari. Museum Bahari terlihat di bagian kiri foto, sementara Pelabuhan Sunda Kelapa di bagian kanan.]] |
[[Berkas:Panoramasyahbandar_hariadhi.jpg|thumb|815px|center|Pandangan luas dari [[Menara Syahbandar]], di samping Museum Bahari. Museum Bahari terlihat di bagian kiri foto, sementara Pelabuhan Sunda Kelapa di bagian kanan.]] |
||
Revisi per 10 Maret 2016 07.32
Museum Bahari adalah museum yang menyimpan koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke yang berlokasi di seberang Pelabuhan Sunda Kelapa. Museum adalah salah satu dari delapan museum yang berada di bawah pengawasan dari Dinas Kebudayaan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.[1]
Sejarah
Pada masa pendudukan Belanda bangunan ini dulunya adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditi utama VOC yang sangat laris di pasaran Eropa. Bangunan yang berdiri persis di samping muara Ci Liwung ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat (dibangun secara bertahap mulai tahun 1652-1771) dan sisi timur, disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan, dan tiga unit di antaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari. Gedung ini awalnya digunakan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC di Nusantara, yaitu rempah, kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil.
Pada masa pendudukan Jepang, gedung-gedung ini dipakai sebagai tempat menyimpan barang logistik tentara Jepang. Setelah Indonesia Merdeka, bangunan ini dipakai oleh PLN dan PTT untuk gudang. Tahun 1976, bangunan cagar budaya ini dipugar kembali, dan kemudian pada 7 Juli 1977 diresmikan sebagai Museum Bahari.
Koleksi
Koleksi-koleksi yang disimpan terdiri atas berbagai jenis perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC. Selain itu ada pula berbagai model dan miniatur kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran. Juga peralatan yang digunakan oleh pelaut pada masa lalu seperti alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan meriam.
Museum Bahari juga menampilkan koleksi biota laut, data-data jenis dan sebaran ikan di perairan Indonesia dan aneka perlengkapan serta cerita dan lagu tradisional masyarakat nelayan Nusantara. Museum ini juga menampilkan matra TNI AL, koleksi kartografi, maket Pulau Onrust, tokoh-tokoh maritim Nusantara serta perjalanan kapal KPM Batavia - Amsterdam.
Alamat dan jam operasi
Museum ini berlokasi di Jalan Pasar Ikan No. 1 Sunda Kelapa, Jakarta Utara . Jam kunjung museum adalah 09.00 - 15.00 WIB, dari Selasa hingga Minggu. Pada hari libur sekolah, museum tetap dibuka.[2]
Referensi
- ^ Museum Bahari Indonesia. http://://www.museumbahari.org/.
- ^ Jam operasional http://://www.museumbahari.org/jam.htm.