Lompat ke isi

Musa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Kalebidi (bicara | kontrib)
Baris 329: Baris 329:
== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi7 Kisah Nabi Musa di situs Islam.elvini.net]
* [http://islam.elvini.net/rasul.cgi?nabi7 Kisah Nabi Musa di situs Islam.elvini.net]
* [https://www.isadanislam.org/kisah-para-nabi/kisah-nabi-musa/ Kisah Nabi Musa]


{{Portal bar|Islam|Kristen|Biografi}}
{{Portal bar|Islam|Kristen|Biografi}}

Revisi per 27 April 2020 18.27

Musa
موسىמֹשֶׁה
Kaligrafi Musa alaihis-salam (keselamatan atasnya)
LahirMesir[1]
MakamLembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor[2] (sekarang: Yordania)
Gelar
Suami/istriZipora binti Rehuel (Yitro) [4]
Anak
Orang tua*Imran/Amram[7][8] (ayah)
Kerabat

Bagian dari seri artikel Kristen tentang
Musa

Musa dan Israel
Sekilas Tentang Musa
Nama dan Julukan
TulahMujizatPelayanan

Musa dan Sejarah
Garis waktuKronologiTokoh
Kehidupan pribadi Musa
Budaya dan sejarah latar belakang

Musa dan Kekristenan
Peran Musa


Musa (bahasa Arab: موسى, translit. Mūsā, bahasa Ibrani: מֹשֶׁה, Modern Mošé Tiberias Mōšeh; bahasa Ge'ez: ሙሴ Musse) adalah tokoh dalam Al-Qur'an, Alkitab, dan Tanakh. Dia merupakan sosok yang sangat dihormati dan dikenal dalam agama-agama Abrahamik. Bersama Harun, Musa dikenal sebagai seorang pemimpin dan nabi yang membebaskan Bani Israel dari perbudakan di Mesir. Taurat yang dialamatkan padanya menjadi landasan hukum utama bagi para nabi Bani Israel dan kehidupan beragama bangsa Yahudi.

Nama

<
F31S29S29
>
Musa
Hieroglif Mesir

Menurut Kitab Keluaran, nama Musa (Mošeh משה) berarti "diangkat dari air" dari akar kata mšh משה "mengangkat, menarik ke luar", menurut Keluaran 2:10:

Putri Firaun ... menamainya Musa (משה), sebab katanya: "Karena aku telah menariknya (משיתהו) dari air."[9]

Nama "Musa" ini dapat mengindikasikan bentuk pasif "ditarik keluar", yaitu "dia yang ditarik keluar", tetapi juga ada yang melihat dalam arti aktif, yaitu: "ia yang menarik keluar" dalam arti "Juruselamat" (bahasa Latin: Soter; bahasa Inggris: saviour, deliverer).[10] Bentuk nama yang tertulis dalam Teks Masoret sesungguhnya merupakan bentuk aktif partisipel dalam tata bahasa Ibrani.[11] Sejarawan Yahudi-Romawi dari abad ke-1 M, Flavius Yosefus (37-100), berpendapat bahwa nama ini diambil dari etimologi Mesir. Ini didukung oleh sejumlah pandangan sarjana yang menunjukkan turunan dari istilah bahasa Koptik mo yaitu "air" dan `uses "menolong, menyelamatkan", memberi arti "diselamatkan dari air".[12]

Pandangan lain mengkaitkan nama Musa dengan kata Mesir kuno ms -- artinya "lahir" atau "anak; keturunan" atau "pemberian"—yang ditemukan dalam nama-nama "Thut-mose", "anak dari (dewa) Thoth") dan "Ra-messes", yang berarti "anak yang diberi oleh (dewa) Ra.[9][13]

Dari antara orang-orang Aram dan Neo-Hitit, penduduk di Sam'al Utara, Yahudi, menyebutkan bahwa ada jejak-jejak kebudayaan nenek moyang pahlawan Moschos, menunjuk kepada pahlawan Yunani Mopsus (berarti "anak sapi") yang memiliki beberapa kesamaan dengan Musa.[14] Kesamaan-kesamaan ini hanya berkisar pada kedekatan lokasi dan kemiripan nama.

Catatan riwayat hidup

Dalam Kitab-Kitab Suci

Dalam Al-Qur'an (kitab suci umat Islam), nama Musa disebutkan sebanyak 136 kali, menjadikannya sebagai manusia yang namanya paling banyak disebut dalam Al-Qur'an. Kisahnya disebutkan dalam Surah Al-Baqarah (2): 49-61, Al-A'raf (7): 103-160, Yunus (10): 75-93, Al-Isra' (17): 101-104, Thaha (20): 9-97, Asy-Syu'ara' (26): 10-66, An-Naml (27): 7-14, Al-Qashash (28): 3-46, Al-Ghafir (40): 23-30, Az-Zukhruf (43): 46-55, Ad-Dukhan (44): 17-31, dan An-Naziat (79): 15-25.

Dalam Tanakh (kitab suci umat Yahudi) dan Alkitab (kitab suci umat Kristen), riwayat kehidupan Musa terutama dicatat dalam Kitab Keluaran (Syemot), Imamat (Wayiqra), Bilangan (Bemidbar), dan Ulangan (Devarim). Namanya disebutkan sebanyak 873 kali dalam 803 ayat dalam 31 buku di dalam Alkitab versi Terjemahan Baru[15]

Dalam sastra

Tulisan-tulisan di luar kitab-kitab suci mengenai Musa pertama kali muncul pada awal periode Hellenistik, sejak 323 SM sampai kira-kira 146 SM. Shmuel mencatat bahwa "suatu ciri sastra zaman ini adalah penghormatan tinggi terhadap orang-orang Timur pada umumnya dan sekelompok orang tertentu di antara masyarakat."[16]

Para sejarawan Yahudi-Romawi atau Yahudi-Yunani termasuk Artapanus,[17][18][19] Eupolemus,[20] Flavius Yosefus, dan Filo meninggalkan informasi mengenai Musa. Sejumlah sejarawan bukan orang Yahudi termasuk Hecataeus dari Abdera (dikutip oleh Diodoros Sikolos),[20][21] Alexander Polyhistor, Manetho, Apion, Chaeremon dari Aleksandria, Tacitus dan Porfirios juga menyinggung mengenai Musa. Tidak diketahui sejauh mana tulisan-tulisan ini mengambil dari sumber-sumber lebih kuno.[22]

Sejarawan, ahli geografi dan filsuf Yunani, Strabo, menulis secara rinci mengenai Musa dalam tulisannya Geographica (~ 24 M), yang dianggapnya sebagai seorang imam Mesir yang tidak puas terhadap keadaan negerinya dan mengumpulkan pengikut untuk melawan penyembahan ilah yang berupa manusia atau binatang, karena percaya bahwa sembahannya adalah suatu sosok yang melebihi segalanya – tanah dan laut.[23][24][25]

Sejarawan Romawi Tacitus (~ 56–120 M) menyinggung mengenai Musa ketika menggambarkan agama Yahudi yang monoteistik tanpa patung yang jelas dalam karyanya Histories (~ 100 M), sehingga penyembahan paganisme ditinggalkan.[26] Tacitus menyatakan bahwa sumber-sumbernya meyakini adanya peristiwa keluarnya orang-orang dari Mesir pada zaman Firaun Bocchoris, di mana Mesir mengalami wabah sampar sehingga atas nubuat dewa Zeus-Amun ia mengusir orang-orang Yahudi ke padang gurun, dan orang-orang ini dipimpin oleh Musa selama 6 hari mengembara kemudian merebut tanah Kanaan pada hari ketujuh.[27]

Numenios, seorang filsuf Yunani asal Apamea, di Suriah, pada paruh akhir abad ke-2 M, mempelajari Musa, para nabi dan Yesus,[28] di samping mitos Mesir dan Hindu. Ia menyebut Musa sebagai "nabi" sebagaimana Homer adalah penyair. Plato digambarkannya sebagai "Musa Yunani".[29]

Filsuf Kristen, Yustinus Martir (103–165 M) menulis bahwa Musa "lebih dapat dipercaya, lebih jelas dan benar karena hidup pada masa lebih tua dari pada para filsuf Yunani,"[30] sebagai nabi, pemberi hukum dan guru agama paling awal bagi orang Kristen.[30]

Musa juga disebutkan dalam berbagai teks agamawi Yahudi yaitu Mishnah (sekitar 200 M), Midras (200–1200 M),[31]

Waktu

Ada beberapa pendapat terkait waktu kehidupan Musa.

Keluarga

Musa adalah seorang Bani Israel, yakni mereka yang merupakan keturunan Ya'qub (Yakub). Disebutkan bahwa Ya'qub awalnya tinggal di Palestina. Putra kesebelas Ya'qub, Yusuf, yang telah menjadi orang kepercayaan raja kemudian mengundang Ya'qub dan keluarganya yang ada di Palestina untuk tinggal di Mesir lantaran paceklik hebat. Mereka kemudian beranak-pinak di sana.[35][36]

Alkitab menyebutkan bahwa ayah Musa bernama Amram (Imran dalam sumber Islam), salah seorang keturunan Lewi, putra ketiga Yakub. Ibu Musa adalah Yokhebed, keturunan Lewi yang juga merupakan saudari dari ayah Amram.[37] Silsilah keluarga Musa dari adalah:

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Lewi
 
istri
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Gerson
 
Kehat
 
Merari
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
2 putra
 
 
 
 
 
 
2 putra
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Yokhebed
 
Amram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Yizhar
 
Hebron
 
Uziel
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Miryam
 
Harun
 
Zipora
 
Musa
 
wanita Kush
 
3 putra
 
 
 
 
 
3 putra
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Nadab
 
 
 
 
Gersom
 
Eliezer
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abihu
 
 
 
 
Sebuel
 
Rehabya
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Eleazar
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Itamar
 
 
 
 
Pinehas
 


Latar belakang

Putri Firaun digambarkan di sinagoge Dura-Europos, dibuat sekitar 244 M.

Alkitab menyebutkan bahwa setelah Yusuf dan orang-orang seangkatannya meninggal, naiklah penguasa Mesir yang tidak mengenalnya. Raja ini khawatir lantaran jumlah Bani Israel dirasa lebih banyak dari kaumnya dan ditakutkan mereka akan berkhianat lalu bergabung dengan musuh jika terjadi perang, sehingga ia memerintahkan agar mereka dipaksa melakukan pekerjaan keras. Dia juga memerintahkan para bidan yang membantu persalinan para perempuan Bani Israel, namanya Sifra dan Pua, untuk membunuh tiap bayi laki-laki yang lahir. Namun mereka tidak melakukannya karena takut akan Allah. Saat ditanya alasannya, mereka berdalih bahwa para perempuan Bani Israel kuat sehingga dapat melahirkan sendiri sebelum para bidan tiba.[38]

Al-Qur'an tidak menyebutkan motif Fir'aun menindas Bani Israel. Para ulama memberikan keterangan bahwa Fir'aun melakukan hal tersebut lantaran yakin bahwa akan ada Bani Israel yang akan menghancurkan kekuasaannya. Sebagian menyebutkan bahwa keyakinan itu didapat lantaran Fir'aun bermimpi melihat api dari Baitul Maqdis (Palestina) datang dan menghancurkan rumah-rumah bangsa Qibti, tapi tidak dengan rumah Bani Israel. Sebagian berpendapat bahwa hal ini berkaitan dengan penguasa Mesir terdahulu yang terkena tulah lantaran hendak menodai Sarah, istri Ibrahim (Abraham). Dari peristiwa tersebut kemudian diyakini bahwa akan ada keturunan Sarah yang akan menghancurkan kekuasaan Fir'aun.[39] Sebagian ulama menyebutkan bahwa bangsa Qibti mengeluh pada Fir'aun lantaran jumlah Bani Israel menjadi terlalu sedikit untuk mengerjakan pekerjaan keras karena kebijakan pembunuhan bayi laki-laki tersebut, sehingga dikhawatirkan bangsa Qibti yang nantinya akan mengurus berbagai pekerjaan kasar itu. Fir'aun kemudian mengadakan kebijakan berselang-seling: satu tahun tidak dilangsungkan pembunuhan bayi dan tahun berikutnya dilakukan pembunuhan bayi. Harun lahir pada saat kebijakan pembunuhan bayi tidak dijalankan.[40]

Sebagian ulama menyebutkan bahwa pembunuhan bayi laki-laki tersebut dilakukan setelah Musa dan Harun diutus menyeru Fir'aun. Sebagian menyebutkan bahwa hal itu dilakukan sejak sebelum Musa lahir dan tetap dilaksanakan setelah Musa diutus pada Fir'aun.[41]

Kelahiran dan masa muda

Disebutkan bahwa Allah mengilhamkan Yokhebed untuk memasukkan Musa ke dalam peti dan menghanyutkannya ke sungai agar dia tidak dibunuh Fir'aun. Peti berisi Musa tersebut kemudian ditemukan oleh perempuan istana keluarga Fir'aun. Perempuan istana itu kemudian mengangkat Musa sebagai anaknya. Menurut Al Qur'an, Musa menolak semua perempuan yang dijadikan ibu susunya. Sumber Al Qur'an dan Alkitab mencatat bahwa kakak perempuan Musa itu kemudian mengajukan kepada keluarga Fir'aun agar Yokhebed menjadi ibu susu Musa. Perempuan istana itu setuju dan Musa kembali pada Yokhebed selama beberapa waktu.[42][43][44][45] Alkitab menyebutkan bahwa Musa berusia tiga bulan saat itu dan saudarinya yang mengikutinya di sungai bernama Miryam. Al-Qur'an menyebutkan bahwa Yokhebed menjadi putus asa setelah menghanyutkan Musa dan hampir saja berteriak dan membuka jati diri anaknya sendiri bila Allah tidak menguatkan hatinya. Disebutkan pula bahwa Musa menolak semua wanita yang dijadikan ibu susunya sebelum akhirnya dia menyusu pada ibunya sendiri. Sumber Al-Qur'an menyebutkan bahwa perempuan istana yang menjadikan Musa sebagai anak angkat adalah istri Fir'aun, sementara Alkitab menyebutkannya sebagai "putri Fir'aun".

Al-Qur'an dan Alkitab tidak mencatat kehidupan Musa antara masa belia sampai dewasa. Sejarawan Yahudi pada akhir abad ke-3 SM dan penulis "Peri Iudaion", Artapanus, menyebutkan riwayat masa muda Musa, yang dilestarikan dalam tulisan sejarawan Kristen, Eusebius,[46] antara lain:

  • Pangeran Musa ("Mousos") diadopsi oleh putri 'Merris', anak perempuan Fir'aun Palmanothes, yang kemudian menikah dengan Fir'aun Khenephrês (= Sobekhotep IV), "yang menjadi raja atas wilayah di seberang Memphis, karena pada zaman itu ada banyak raja di Mesir."
  • Setelah dewasa, Pangeran Musa mengatur negeri itu untuk Fir'aun Khenephrês dan menjadi terkenal di kalangan rakyat Mesir.
  • Pangeran Musa memimpin peperangan melawan orang Etiopia yang menyerang Mesir, selama 10 tahun. Peristiwa ini juga dicatat oleh sejarawan Yahudi-Romawi Flavius Yosefus (37-100 M).
  • Ketika kembali dan membawa kemenangan, Fir'aun Khenephrês berupaya membunuhnya karena cemburu atas keberhasilan Musa, tetapi Musa "lari ke Arabia dan hidup dengan Raguel, penguasa daerah itu, dan menikahi putrinya."[46]

Pergi dari Mesir

Saat Musa dewasa, berusia empat puluh tahun menurut Alkitab, dia bertemu seorang bangsa Mesir yang menyiksa seorang Bani Israel (bangsa Ibrani). Musa kemudian membunuh orang Mesir tersebut. Pada kesempatan berikutnya, Musa kembali melihat dua orang Bani Israel sedang berkelahi. Saat Musa berusaha memperingatkannya, salah satu orang Israel itu justru menanyakan apakah Musa hendak membunuhnya juga seperti Musa telah membunuh orang Mesir kemarin.[47][48][49] Terkait peristiwa ini, Al-Qur'an menggambarkan bahwa Musa sangat menyesal telah membunuh orang Mesir tersebut dan merasa sangat takut setelahnya.[50] Alkitab menyebutkan bahwa dengan membunuh orang Mesir tersebut Musa mengira bani Israel tahun bahwa Allah akan menyelamatkan mereka melalui Musa, tetapi bani Israel tidak memahami maksud perbuatan Musa.[51]

Setelah mengetahui perbuatan Musa, Fir'aun bermaksud membunuh Musa. Musa kemudian melarikan diri ke Madyan (Midian). Saat sampai di sumber air Madyan, terdapat beberapa perempuan yang kesulitan memberi minum ternak-ternak mereka dan Musa membantu mereka. Setelahnya, ayah dari para perempuan tersebut meminta putrinya untuk mengundang Musa ke kediaman mereka. Musa kemudian bekerja menjadi penggembala pada lelaki tersebut dan menikahi putrinya.[52][53][54]

Al-Qur'an memberikan keterangan bahwa Musa keluar dari Mesir lantaran ada seseorang yang memperingatkannya bahwa para pembesar berencana membunuhnya.[55] Terkait lelaki di Madyan yang kemudian menjadi mertua Musa, Al-Qur'an tidak menyebutkan jati diri lelaki tersebut selain bahwa dia adalah seorang yang usianya sudah sangat lanjut.[56] Banyak literatur Muslim menyebutkan bahwa mertua Musa adalah Syu'aib, meski keterangan ini tidak terdapat dalam Al-Qur'an. Alkitab menyebutkan bahwa dia adalah seorang imam (pendeta), namanya Rehuel[57] atau Yitro.[58] Al-Qur'an menyebutkan bahwa putri lelaki tua tersebut yang ditemui Musa di sumber air berjumlah dua orang,[59] sementara Alkitab menyebutkan bahwa Rehuel atau Yitro memiliki tujuh putri.[60] Ibnu Katsir menyebutkan bahwa bisa jadi lelaki tersebut memiliki tujuh putri, tetapi yang sedang meminumkan ternak saat itu dua orang.[61] Al-Qur'an menyebutkan bahwa lelaki tua itu akan menikahkan Musa dengan putrinya jika Musa mau bekerja padanya selama delapan tahun atau digenapkan sepuluh tahun.[62] Alkitab menyebutkan bahwa putri Rehuel atau Yitro yang dinikahkan dengan Musa bernama Zipora. Mereka memiliki putra bernama Gersom[5] dan Eliezer.[6] Sumber Alkitab juga menyebutkan bahwa Fir'aun yang ingin membunuh Musa kemudian wafat, sehingga Fir'aun berikutnya merupakan orang yang berbeda.[63]

Diutus Allah untuk kembali ke Mesir

Setelahnya, Allah berfirman pada Musa saat dia berada di gunung. Al-Qur'an dan Alkitab memiliki narasi serupa terkait percakapan antara Allah dan Musa, yakni bahwa Allah memerintahkan Musa menanggalkan alas kakinya karena tempat itu adalah tempat suci, kemudian memeintahkan agar Musa menyeru kepada Fir'aun dan membiarkan Bani Israel keluar dari Mesir. Allah memberikan Musa mukjizat, yakni tongkatnya dapat berubah menjadi ular dan tangannya dapat berubah menjadi putih. Namun Musa masih merasa takut, dan kakak Musa, Harun, juga diutus Allah untuk mendampingi Musa.[64][65][66][67][68]

Terkait waktu, Al-Qur'an menyebutkan bahwa peristiwa tersebut terjadi setelah Musa menyelesaikan waktu perjanjian kerja dengan mertuanya dan saat Musa pergi bersama keluarganya. Ulama tafsir menyebutkan bahwa mereka dalam perjalanan menuju Mesir.[69] Disebutkan bahwa saat dalam perjalanan bersama keluarganya, Musa melihat api di lereng gunung, sehingga dia mendatangi tempat tersebut untuk mencari kabar atau membawa api untuk keluarganya. Selanjutnya, Allah berfirman kepadanya.[70] Dalam Alkitab, Musa sedang menggembalakan ternak mertuanya, kemudian takjub melihat api muncul dari semak duri, tapi semak tersebut tidak terbakar. Allah kemudian berfirman pada Musa.[71] Setelahnya, Musa kembali ke kediaman mertuanya untuk meminta izin kembali ke Mesir, kemudian dia membawa istri dan anak-anaknya pergi ke Mesir bersamanya. Al-Qur'an menyebutkan bahwa tempat Allah berfirman pada Musa adalah lembah Thuwa, sedangkan Alkitab menyebutnya gunung Horeb.[72] Beberapa tempat di kawasan semenanjung Sinai, Arab barat laut, dan sekitarnya diidentifikasikan sebagai tempat Allah berfirman pada Musa.

Dalam Alkitab disebutkan bahwa saat Musa dan keluarganya bermalam di tengah perjalanan menuju Mesir, Tuhan hendak membunuh Musa, tetapi setelah Zipora mengambil pisau batu dan menyunat anak Musa, maka Musa dibiarkan hidup. Namun, Zipora mengatakan bahwa Musa adalah "pengantin darah",[73] lalu membawa kedua anak Musa pulang ke Madyan.[74] Di tempat lain, Allah berfirman pada Harun agar dia menemui Musa di padang gurun, dan keduanya bertemu di gunung Horeb. Setelahnya, mereka berdua menemui para tetua Bani Israel sembari menunjukkan mukjizat. Mengetahui bahwa itu adalah pertanda Allah mendengar doa mereka yang meminta dibebaskan dari penindasan bangsa Mesir, bani Israel kemudian berlutut dan sujud menyembah.[75]

Seruan

Dalam Al-Quran disebutkan bahwa Musa dan Harun menghadap Fir'aun, menyatakan diri sebagai utusan Allah, dan meminta agar Fir'aun membebaskan Bani Israel. Terjadi dialog di antara mereka mengenai Allah. Fir'aun mengungkit masa lalu Musa yang dibesarkan di istana dan kesalahan Musa dulu, yakni membunuh seorang bangsa Mesir. Fir'aun menganggap Musa dan Harun sebagai orang yang gila dan menyatakan bahwa siapa yang menyembah selain padanya akan dipenjara. Selanjutnya, Musa menunjukkan mukjizatnya, yakni tongkat yang menjadi ular dan tangannya yang menjadi putih. Fir'aun dan pengikutnya menertawakannya dan menganggap bahwa hal itu hanyalah sihir belaka. Fir'aun menolak beriman pada Musa dan Harun yang dianggap berusaha memalingkannya dari kepercayaan leluhur, juga menganggap mereka berusaha merebut kekuasaan di Mesir dan akan mengusir Fir'aun dan pengikutnya.[76][77][78][79][80][81]

Kedua belah pihak kemudian menyepakati perjanjian untuk mengadakan pertandingan terbuka di hari raya antara Musa dan Harun dengan ahli-ahli sihir Mesir. Kepada para ahli sihir Mesir, Fir'aun menjanjikan kedudukan yang dekat dengannya bila mereka memenangkan pertandingan. Para penyihir itu kemudian melemparkan tali-temali dan tongkat-tongkat mereka dan menyihirnya menjadi ular. Musa sempat gentar, tetapi Allah menguatkannya. Musa kemudian melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular. Ular Musa memakan ular-ular para penyihir itu. Para penyihir tersebut kemudian bersujud dan beriman kepada Tuhannya Musa dan Harun. Fir'aun mengancam akan menyiksa para penyihir itu, tetapi mereka tetap teguh mengimani Musa.[82][83][84][85][86]

Alkitab menyebutkan bahwa Musa dan Harun menghadap Fir'aun dan memintanya agar membiarkan orang Israel bersama mereka untuk pergi ke padang gurun sejauh perjalanan tiga hari untuk mempersembahkan korban kepada Allah. Namun Fir'aun menolak permintaan mereka dan berkata bahwa dia tidak mengenal Tuhan yang dimaksud Musa dan Harun. Tidak hanya melarang mereka keluar, Fir'aun bahkan menitahkan untuk memperberat pekerjaan orang Israel. Bani Israel diperintahkan mencari jerami sendiri, sebelumnya mereka menerima pasokan, tetapi tetap harus menyelesaikan jumlah batu bata sesuai target seperti sebelumnya. Lantaran hal ini, mandor-mandor Bani Israel menyalahkan Musa dan Harun.[87] Alkitab juga menyebutkan bahwa Musa dan Harun menghadap Fir'aun. Harun melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular. Fir'aun kemudian memanggil ahli-ahli sihir. Mereka melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular, tetapi tongkat Harun menelan tongkat-tongkat ahli sihir itu. Meski demikian, Fir'aun tetap berkeras hati. Disebutkan bahwa Musa saat itu berusia delapan puluh tahun dan Harun berusia 83 tahun.[88]

Al-Qur'an menyebutkan tanggapan Bani Israel terhadap Musa dan seruannya. Disebutkan bahwa keturunan kaum Musa beriman, juga takut bahwa Fir'aun dan pemuka kaumnya akan menyiksa mereka.[89] Sebagian mengeluh dan menyebutkan bahwa mereka ditindas baik sebelum maupun sesudah Musa datang.[90] Sebagian menyatakan bahwa mereka bertawakal pada Allah dan berdoa untuk diselamatkan dari orang-orang kafir.[91]

Fir'aun sendiri tetap tidak beriman pada seruan Musa dan Harun. Disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa Fir'aun menyatakan bahwa kerajaan Mesir adalah miliknya dan sungai-sungai mengalir di bawahnya. Dia juga mengejek Musa yang tidak ahli dalam berbicara, juga karena Musa tidak memakai gelang dari emas atau tidak diiringi para malaikat. Perkataan Fir'aun tersebut berhasil mempengaruhi para pengikutnya.[92] Lebih jauh, Fir'aun menyatakan tidak ada tuhan bagi kaumnya selain dirinya sendiri dan memerintahkan tangan kanannya, Haman, untuk mendirikan bangunan tinggi agar dapat melihat Tuhannya Musa.[93][94] Disebutkan pula bahwa ada ada seorang dari keluarga Fir'aun yang beriman pada Musa dan menyeru bangsa Mesir agar turut beriman.[95]

Azab dan bencana

Al-Qur'an menyebutkan bahwa Mesir ditimpa kemarau bertahun-tahun sebagai salah satu peringatan Allah, tetapi Fir'aun dan para pengikutnya menyalahkan Musa dan pengikutnya sebagai sebab kesialan yang mereka terima. Jika mereka mendapat kemakmuran, para penentang Musa menyebutkan bahwa itu karena usaha mereka. Mereka juga menegaskan bahwa bukti apa saja yang dibawa Musa dan Harun untuk menyihir mereka, mereka tetap tidak akan beriman. Negeri Mesir kemudian dilanda topan, serangan belalang, wabah kutu, menyebarnya katak-katak di sepenjuru negeri, dan air minum bangsa Mesir berubah menjadi darah. Fir'aun dan pengikutnya memohon pada Musa agar dia dapat mendoakan mereka agar terbebas dari segala bencana tersebut dengan janji akan membiarkan Bani Israel pergi bersamanya. Namun setelah azab tersebut hilang, mereka mengingkari janjinya.[96]

Dalam Alkitab disebutkan bahwa Allah menimpakan sepuluh tulah atau azab kepada bangsa Mesir. Tulah pertama, darah. Harun memegang tongkat dan mengulurkan tangannya ke atas sungai, selokan, kolam, dan semua sumber air Mesir, dan semua air tersebut berubah menjadi darah. Namun ahli-ahli sihir Fir'aun juga dapat membuat hal yang sama sehingga Fir'aun tetap menolak permintaan Musa.[97] Tulah kedua, katak. Harun mengulurkan tangannya dengan tongkat ke perairan Mesir dan keluarlah katak-katak dalam jumlah besar dan memenuhi Mesir. Fir'aun kemudian meminta Musa dan Harun berdoa pada Tuhan untuk menghilangkan katak-katak tersebut dengan janji akan membiarkan Bani Israel pergi. Namun Fir'aun mengingkari janjinya setelah katak-katak tersebut hilang.[98] Tulah ketiga, nyamuk. Harun memukulkan tongkatnya pada debu tanah dan muncullah nyamuk yang menghinggapi manusia dan binatang.[99] Tulah keempat, lalat. Lalat pikat mengerubuti negeri Mesir, termasuk istana Fir'aun dan pegawai-pegawainya, tapi tidak dengan kediaman Bani Israel. Fir'aun meminta Musa dan Harun berdoa pada Tuhan untuk menghilangkan katak-katak tersebut dengan janji akan membiarkan Bani Israel pergi, tetapi kemudian Fir'aun mengingkari janjinya lagi.[100]

Tulah kelima, sampar. Hewan-hewan ternak bangsa Mesir mati terkena penyakit sampar, tapi tidak dengan milik Bani Israel.[101] Tulah keenam, barah atau bisul. Musa menggambil segenggam abu dari tempat pembakaran dan menghamburkannya di udara. Abu itu menjadikan manusia dan hewan terkena bisul bernanah, termasuk ahli sihir Fir'aun.[102] Tulah ketujuh, hujan es. Musa mengangkat tongkatnya ke langit, kemudian turunlah hujan es dahsyat disertai petir yang sambar-menyambar. Seluruh negeri Mesir dilanda hujan es, kecuali daerah pemukiman Bani Israel. Fir'aun meminta Musa dan Harun berdoa pada Tuhan untuk menghilangkan tulah tersebut dengan janji akan membiarkan Bani Israel pergi, tetapi kemudian Fir'aun mengingkari janjinya lagi.[103] Tulah kedelapan, belalang. Musa mengacungkan tongkatnya ke langit dan bertiuplah angin timur membawa belalang yang sangat banyak jumlahnya dan memenuhi Mesir. Fir'aun kembali memohon untuk menghilangkan bencana yang muncul, tapi kembali mengingkari janjinya setelah tulah tersebut hilang.[104] Tulah kesembilan, kegelapan. Mesir dilanda kegelapan selama tiga hari, tapi tidak dengan pemukiman Bani Israel.[105]

Tulah kesepuluh, kematian anak sulung. Berbeda dengan tulah sebelumnya yang hanya menimpa bangsa Mesir, tulah terakhir ini merata dan dapat mengenai siapa saja, termasuk Bani Israel. Sebelum tulah turun, Allah memerintahkan Musa agar Bani Israel meminta perhiasan emas dan perak dari tetangga-tetangga mereka bangsa Mesir. Bangsa Mesir kemudian memberikannya. Bani Israel kemudian menyembelih, memanggang, dan memakan seekor domba atau kambing jantan, kemudian darah hewan tersebut ditorehkan sedikit pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas pintu pada tiap-tiap rumah keluarga Bani Israel yang memakannya. Malamnya, matilah semua anak sulung bangsa Mesir, mulai anak raja sampai anak tahanan. Semua ternak yang pertama lahir juga mati. Malam itu juga, Fir'aun memanggil Musa dan Harun dan menyuruh mereka pergi dari Mesir bersama Bani Israel.[106]

Hijrah dari negeri Mesir

Menurut Al Qur'an, Allah memerintah Musa supaya mengajak Bani Israel bergegas mempersiapkan perbekalan lalu meninggalkan negeri Mesir. Musa menyampaikan pula kepada Bani Israel agar mereka memuati perbekalan dari negeri Mesir serta mengambil segala barang yang diberikan oleh orang-orang Mesir sebagai upah atas segala pekerjaan mereka di negeri Mesir.[107] Orang-orang Mesir merasa ketakutan terhadap Bani Israel dan orang-orang Mesir menganggap harta benda tidak lagi berguna sejak kematian anak-anak sekaligus kaum pewaris bangsa Mesir. Setelah mendapati seluruh keturunan di istana Fir'aun telah mati, Fir'aun beserta para pemuka kaumnya meratap serta berkabung atas musibah ini.

Sementara Bani Israel mengambil banyak harta benda dan perhiasan di negeri Mesir, Musa mencari sebuah warisan berharga dari keluarga Ya'qub yang masih berada di tanah Mesir dan ia berhasil menemukannya, yakni jasad Yusuf yang telah lama disembunyikan oleh kaum pemuka bangsa Mesir. Sewaktu masih tinggal di istana Fir'aun; Musa mengetahui kabar bahwa kaum pemuka bangsa Mesir telah mengawetkan jasad Yusuf di sebuah tempat khusus. Oleh sebab Yusuf merupakan pewaris utama dari berkat Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub;[108] sehingga dimanapun jasad Yusuf berada maka Allah akan melimpahi kemakmuran di wilayah itu. Musa menyadari pula bahwa Allah telah menjanjikan Yusuf sebagai tanda penyelamatan untuk Bani Israel. Sebagaimana Allah telah memuliakan kedudukan Yusuf, yang bertujuan menyelamatkan keberlangsungan hidup seluruh keluarga Ya'qub melalui kedatangan mereka ke negeri Mesir; demikian halnya Allah akan berkenan menyelamatkan Bani Israel sewaktu meninggalkan negeri Mesir apabila umat itu bersedia menghargai jasa-jasa Yusuf, yakni melalui pengangkutan jasad putra kesayangan Israel ini berpulang menuju tanah airnya.

Menurut Alkitab, pada malam Paskah (tanggal 15 Abib atau 15 Nisan) Allah menurunkan tulah kematian anak sulung pada orang Mesir, sehingga Firaun akhirnya menyuruh bangsa Israel pergi dari Mesir beserta seluruh harta milik dan ternak mereka. Orang Mesir juga mendesak dengan keras kepada bangsa itu, menyuruh bangsa itu pergi dengan segera dari negeri itu, supaya mereka jangan "mati semuanya". Orang Israel berangkat keluar dari Mesir sambil membawa adonan roti sebelum sempat diragi. Adonan itu dibakarlah menjadi roti bundar yang tidak beragi, sebab adonan itu tidak diragi, karena mereka diusir dari Mesir dan tidak dapat berlambat-lambat, dan mereka tidak pula menyediakan bekal baginya. Menuruti kata Musa yang diperolehnya dari Allah, orang Israel meminta dari orang Mesir barang-barang emas dan perak serta kain-kain. dan TUHAN membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga memenuhi permintaan mereka. Demikianlah mereka merampasi orang Mesir itu. Kemudian berangkatlah orang Israel dari Raamses ke Sukot, kira-kira enam ratus ribu orang laki-laki berjalan kaki, tidak termasuk anak-anak. Juga banyak orang dari berbagai-bagai bangsa turut dengan mereka; lagi sangat banyak ternak kambing domba dan lembu sapi. Lamanya orang Israel diam di Mesir adalah 430 tahun. Sesudah lewat 430 tahun, tepat pada hari itu juga, TUHAN membawa orang Israel keluar dari tanah Mesir, menurut pasukan mereka.[109]

Penyeberangan Laut Merah

Menurut Al Qur-an, bani Israel meninggalkan negeri Mesir dalam keadaan terburu-buru sebab Allah telah memerintahkan supaya bergegas berangkat pada malam tersebut.[110] Bani Israel mengangkut banyak ternak serta muatan harta benda saat berangkat dari negeri Mesir. Allah juga menghadirkan sebuah naungan yang melindungi Bani Israel dalam keberangkatan ini. Sementara itu, ketika seisi istana Fir'aun sedang meratapi segala bencana yang telah melanda mereka; Fir'aun masih tetap berkeras diri dan berusaha menyesatkan kaumnya. Akibat menolak mengakui Bani Israel sebagai hamba-hamba Allah, Fir'aun maupun seluruh pengikutnya berikrar untuk melenyapkan mereka dari muka bumi. Akan tetapi kaum Fir'aun merasa sangat murka ketika mendapati tiada seorang pun dari Bani Israel masih berada di negeri Mesir; Fir'aun berkata: "Sesungguhnya mereka benar-benar golongan kecil, dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan kemurkaan kita dan sesungguhnya tentulah kita golongan yang selalu berjaga-jaga."[111]

Maka Fir'aun dan bala tentaranya menyiapkan kendaraan untuk mengejar Bani Israel dan hampir menyusuli mereka di pesisir Laut Merah sewaktu matahari terbit;[112] setelah kedua golongan itu dapat saling melihat, para pengikut Musa berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul." Musa menjawab: "Mustahil akan tersusul; sebab Tuhanku yang menyertai diriku; bahwa Dialah akan memberi petunjuk kepada diriku."[113] lalu Allah wahyukan kepada Musa: "Pukulah lautan itu mempergunakan tongkatmu!" seketika lautan itu terbelah dan tiap-tiap belahan laut menyerupai pegunungan besar kemudian Bani Israel segera melalui jalan kering di antara lautan yang terbelah itu; Bani Israel percaya bahwa Allah yang telah menghadirkan mukjizat yang bertujuan menyelamatkan mereka terhadap kejaran bala tentara Fir'aun.

Bala tentara Fir'aun turut menyaksikan salah satu keajaiban terbesar yang Allah karuniakan untuk Bani Israel; bala tentara ini berhenti seraya takjub terhadap kejadian ini. Namun kesombongan Fir'aun kembali memaksa dirinya untuk mengingkar, Fir'aun berkata: "Apakah kita datang ke tempat ini agar duduk dan menyaksikan Bani Israel pergi begitu saja, bukankah kita telah bersumpah supaya mencincang dan melenyapkan mereka dari muka bumi," seketika kaum Fir'aun segera bergegas ke jalan kering di tengah-tengah lautan itu. Sewaktu kaum Fir'aun berada di tengah-tengah tanah kering itu, tiba-tiba mereka merasa kelelahan dan tidak sanggup bergerak, maka Allah hantamkan kedua lautan itu untuk menenggelamkan serta menghancurkan tubuh bala tentara Fir'aun menjadi berkeping-keping. Ketika Fir'aun hampir tenggelam; ia berucap: "Saya percaya bahwa tiada Tuhan selain Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israel, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri."[114] Namun Allah menolak pernyataan ini sebab Fir'aun telah mendurhaka sejak dahulu tatkala berada dalam keadaan makmur;[115] serta Fir'aun termasuk orang-orang yang mengadakan kekacauan di muka bumi.[116] Pada hari itu Allah luputkan jasad Fir'aun dari hancur berkeping-keping supaya menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya.[117]

Kaum Fir'aun dinaungi kutukan di dunia maupun kutukan di Akhirat,[118] bahwa pada hari kiamat Fir'aun akan memimpin kaumnya lalu melempar mereka sebagai golongan yang dicampakkan ke dalam Neraka oleh sebab kaum Fir'aun membantah serta menyombongkan diri terhadap segala perintah Allah maupun segala mukjizat Allah, serta akibat memandang rendah dua Rasul Allah, Musa dan Harun, bahkan kaum tersebut secara sewenang-wenang memperlakukan Bani Israel, umat milik Allah, maka Allah jadikan kaum Fir'aun sebagai kiasan dan contoh bagi generasi terkemudian.

Menurut Alkitab, Musa memimpin bangsa Israel (jumlahnya kira-kira 600.000 orang laki-laki, tidak termasuk anak-anak) keluar dari Mesir pada tanggal 15 Nisan, berangkat dari Raamses ke Sukot.[119] Musa membawa tulang-tulang Yusuf, sesuai wasiat Yusuf.[120] Allah menuntun dalam wujud tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari yang berjalan di depan umat itu di sepanjang jalan.[121] Umat itu tidak dituntun melalui jalan ke negeri orang Filistin, melainkan berputar melalui jalan di padang gurun menuju ke Laut Teberau,[122] Dari Sukot sampailah mereka ke Etam, di tepi padang gurun, untuk berkemah di sana.[123] Kemudian mereka dituntun berbalik kembali dan berkemah di tepi laut di depan Pi-Hahirot, antara Migdol dan laut Merah, tepat di depan Baal-Zefon.[124] Ini menyebabkan Firaun mengira bani Israel telah tersesat di padang gurun, dan mengubah pikirannya untuk mengejar umat itu supaya diperbudak kembali.[125] Firaun mengerahkan pasukannya beserta 600 kereta perang untuk mengepung bangsa Israel dari belakang, sementara di hadapan mereka adalah laut Merah.[126] Bangsa Israel ketakutan dan menyalahkan Musa, tetapi Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menggerakkan malaikat-Nya dalam bentuk tiang awan yang tadinya berjalan di depan umat Israel untuk berpindah ke belakang mereka sehingga menimbulkan kegelapan di antara tentara orang Mesir dan orang Israel sepanjang malam dan tentara Mesir tidak dapat mendekati orang Israel malam itu.[127] Kemudian Musa diperintahkan untuk mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN membelah air laut itu dengan perantaraan angin timur yang keras, sehingga ada jalur kering di tengah-tengahnya, sehingga orang Israel dapat berjalan menyeberangi laut itu sementara air laut membentuk tembok di kiri dan di kanan mereka. Tentara berkuda dan kereta perang Mesir mengejar mereka ke tengah laut, tetapi Allah mengacaukan roda kereta mereka sehingga berjalan miring dan maju dengan berat. Saat seluruh bangsa Israel sudah sampai di seberang, Musa diperintahkan untuk mengulurkan tangannya ke atas laut, supaya air berbalik meliputi tentara Mesir, kereta perang dan kuda-kuda mereka, sehingga semuanya mati. Pada hari itu orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut dan mereka menyatakan percaya akan TUHAN dan Musa, hamba-Nya,[128] serta menaikkan nyanyian syukur kepada Allah dipimpin oleh Musa dan Miryam.[129]

Perjalanan ke gunung Sinai

Menurut Al Qur'an, melalui penyelamatan Bani Israel terhadap bala tentara Fir'aun; Allah telah menggenapi Ketetapan yang baik untuk Bani Israel sebagai umat yang diselamatkan Allah oleh karena kesabaran mereka, dan telah Allah hancurkan segala yang telah dirancang maupun yang telah didirikan oleh kaum Fir'aun. Allah hendak memberi "negeri warisan" kepada kaum yang telah ditindas itu, bagian timur bumi dan bagian baratnya yang telah Allah berkahi.[130]

Setelah Bani Israel berada di seberang lautan itu, mereka sampai kepada suatu kaum penyembah berhala, sebagian dari mereka berkata: "Wahai Musa, dirikan untuk kami sebuah dewa sebagaimana mereka mempunyai beberapa dewa." Musa menjawab: "Sesungguhnya kalian ini adalah golongan yang tidak mengetahui, sebab mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianut oleh mereka sendiri dan akan sia-sia segala hal yang selalu mereka kerjakan."[131] lalu Musa berkata: "Patutkah aku mencari sembahan untuk kalian selain Allah, padahal Dialah yang telah mengistimewakan kalian melampaui semesta alam."[132]

Sewaktu jumlah perbekalan makanan semakin sedikit; Bani Israel sering mengeluh kepada Musa tentang yang akan mereka makan maupun yang akan mereka minum selama perjalanan. Kemudian Allah menurunkan hujan manna sebagai makanan khusus untuk umat ini,[133] serta Allah sediakan sumber minuman berupa aliran-aliran sungai melalui celah bebatuan.[134] Allah hendak menyadarkan Bani Israel supaya senantiasa mengingat seraya bersyukur sebab segala makanan berasal dari langit atas Kebaikan Allah, sebagaimana Allah yang telah mengaruniakan air yang menghujani bumi untuk kemudian menumbuhkan berbagai tanaman yang dimakan makhluk seisi bumi. Sebagai anugerah istimewa, Allah mengaruniakan makanan yang turun secara langsung dari langit untuk sebuah umat pilihan di semesta alam.[135] Allah juga menghadirkan naungan awan kemuliaan yang melindungi Bani Israel terhadap terik matahari maupun udara malam hari.[136]

Dalam Alkitab dicatat bahwa selama perjalanan, bangsa Israel terus mengeluh dan mencobai Allah sehingga Allah marah dan menghukum Israel mengembara di padang pasir 40 tahun.[137] Padahal Allah setia menuntun dalam wujud tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari yang berjalan di depan umat itu di sepanjang jalan.[138] Dari Laut Teberau (Laut Merah), mereka berjalan tiga hari melewati padang gurun Syur tanpa mendapatkan air, tetapi ketika akhirnya mereka sampai di Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di sana, karena pahit rasanya, sehingga bangsa itu bersungut-sungut kepada Musa. Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Dari sana mereka berjalan sampai ke Elim, di mana terdapat 12 mata air dan 70 pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu.[139] Dari Elim, tibalah segenap jemaah Israel di padang gurun Sin, yang terletak di antara Elim dan gunung Sinai, pada hari yang ke-15 bulan yang kedua, berarti tepat sebulan sejak mereka keluar dari tanah Mesir. Di padang gurun itu bersungut-sungutlah umat Israel kepada Musa dan Harun karena mereka merindukan makan daging dan roti seperti di Mesir.[140] Pada waktu petang hari itu datanglah burung puyuh berduyun-duyun menutupi perkemahan itu, sehingga umat itu dapat memakan daging sampai kenyang, dan pada keesokan paginya TUHAN mulai menurunkan hujan roti manna dari langit yang tampak seperti embun beku berbentuk sisik halus di tanah. Manna ini turun setiap pagi kecuali pada hari ketujuh dalam setiap minggu, selama 40 tahun, sampai mereka tiba di perbatasan tanah Kanaan.[141] Dari padang gurun Sin, umat Israel berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan, sesuai dengan titah TUHAN, sampai tiba di Rafidim, untuk berkemah di sana. Ketika tidak mendapatkan air minum, umat itu mulai bertengkar dengan Musa, sehingga tempat itu dinamai "Masa dan Meriba". Atas perintah TUHAN, Musa menggunakan tongkatnya untuk memukul gunung batu di Horeb, maka dari dalamnya keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum. Di Rafidim itu orang Amalek menyerang orang Israel di Rafidim, tetapi bangsa Israel dipimpin oleh Yosua melawan mereka, sementara Musa ditemani oleh Harun dan Hur berdiri di puncak bukit dengan memegang tongkat Allah di tangannya. Ketika Musa mengangkat tangannya,lebih kuatlah orang Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. Tangan Musa menjadi penat, maka ia duduk di atas sebuah batu sementara Harun dan Hur menopang kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam. Demikianlah Yosua dan tentara Israel mengalahkan orang Amalek.[142] Di tempat itu pula Yitro, mertua Musa, datang berkunjung dengan membawa serta Zipora, istri Musa, dan kedua anak laki-lakinya, Gersom dan Eliezer. Yitro menasihati Musa untuk mengangkat para hakim guna membantunya mengadili kasus-kasus yang ada pada bangsa Israel.[143] Pada bulan ketiga setelah orang Israel keluar dari tanah Mesir, mereka berangkat dari Rafidim dan tiba di padang gurun Sinai, lalu mereka berkemah di depan gunung Sinai itu.[144]

Perjanjian Abadi antara Allah dengan Bani Israel

Menurut Al Qur'an setelah mengantarkan para pengikutnya menuju Gunung Sinai yang telah dijanjikan sebagai tempat mengadakan Perjanjian antara Allah dengan Bani Israel; Musa terlebih dahulu menghadap kepada Allah supaya mendapat perkenan Allah.[145] Kemudian Allah memerintahkan melalui Musa supaya Bani Israel menguduskan diri serta membersihkan diri selama beberapa hari sebelum mengadakan perjanjian kepada Allah. Pada Hari Perjanjian, terdapat segolongan orang yang masih meragukan kerasulan Musa; golongan tersebut berkata bahwa mereka tak akan beriman kepada Musa sebelum melihat Allah secara nyata.[146]

Kemudian Allah menghadirkan "KemuliaanNya" di atas Gunung Sinai seraya menyampaikan Suara Ilahi diiringi gemuruh petir dan kilat menyambar; Suara Ilahi tersebut berisi berbagai ikrar perintah kepada seluruh Bani Israel. Allah bahkan mengangkat Gunung Sinai diatas kepala seluruh Bani Israel supaya umat itu berikrar teguh untuk berpedoman terhadap segala yang diperintahkan oleh Allah;[147] dengan harapan Bani Israel senantiasa mengingat segala perintah Allah sehingga mereka membuktikan diri sebagai hamba-hamba yang hanya tunduk kepada Allah. Perjanjian Allah ini tidak hanya berlaku kepada Bani Israel semata melainkan pula kepada seluruh umat manusia yang bersedia berserah diri dan menjadi milik Allah.[butuh rujukan]

Allah juga menobatkan dua belas orang pemimpin dalam Bani Israel. Dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku menyertai kalian, sesungguhnya apabila kalian mendirikan shalat dan kalian menunaikan zakat serta beriman terhadap para RasulKu dan kalian bantu mereka juga kalian pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik; sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosa kalian serta kelak Kuantarkan kalian ke dalam surga-surga yang dibawahnya dialiri sungai-sungai, akan tetapi barangsiapa yang mengingkari perkara ini sungguh orang itu telah menyimpang terhadap Jalan Lurus."[148]

Setelah Perjanjian ini; terdapat sebagian orang dalam Bani Israel yang memalingkan diri akibat orang-orang tersebut hanya memperhatikan petir maupun kilat yang menyambar pada waktu Perjanjian lalu mereka hendak melihat-lihat ke langit sehingga mengabaikan berbagai perintah Allah. Sementara itu, terdapat sebagian lain dari Bani Israel merasa sangat gentar seraya bersegera menemui Musa; mereka memohon Musa supaya Allah tidak lagi menyampaikan Suara Ilahi secara langsung sebab Suara Ilahi dapat mengguncangkan nyawa hingga meninggalkan tubuh orang tersebut.[butuh rujukan] Permohonan ini dikabulkan sehingga hanya Musa seorang yang dipanggil menemui Allah supaya Musa menerima Al-Kitab yang berisi segala perintah maupun segala ketetapan yang hendak Allah serahkan kepada Bani Israel.[149]

Menurut Alkitab, setelah umat Israel mendirikan perkemahan di depan gunung Sinai, pada bulan ketiga setelah mereka keluar dari Mesir, maka naiklah Musa ke atas gunung itu untuk menghadap Allah, dan TUHAN berseru dari gunung itu kepadanya bahwa Ia akan datang dalam awan tebal untuk berbicara langsung dengan bangsa itu serta mengikat perjanjian dengan mereka. Musa memperingatkan bangsa itu untuk menguduskan diri selama 3 hari dan tidak ada seorangpun boleh mendaki atau menyentuh gunung itu, sehingga didirikan pembatas di sekeliling kaki gunung itu. Pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh, kilat dan awan padat di atas gunung serta bunyi sangkakala yang keras. Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung. Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api dan seluruh gunung itu bergetar keras, sementara bunyi sangkakala kian lama kian keras. Musa berbicara dengan Allah yang menjawabnya dalam guruh. TUHAN memanggil Musa ke puncak gunung itu, dan di atas gunung Musa diberitahu hanya orang-orang yang dikuduskan yang boleh naik.[150] Namun, selain Musa tidak ada yang berani mendekat, karena seluruh umat itu berdiri jauh-jauh, dan hanya Musa yang pergi mendekati embun yang kelam di mana Allah ada.[151] Maka Allah berbicara dari gunung itu kepada seluruh umat yang mendengarkan di kaki gunung, menyampaikan perintah-perintah dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh bani Israel dalam ikatan perjanjian dengan Allah.[152] Musa menuliskan segala firman TUHAN itu. Keesokan paginya Musa mendirikan mezbah di kaki gunung itu, dengan dua belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel. Kemudian disuruhnyalah orang-orang muda dari bangsa Israel untuk mempersembahkan korban bakaran dan menyembelih lembu-lembu jantan sebagai korban keselamatan kepada TUHAN. Sesudah itu Musa mengambil sebagian dari darah itu, lalu ditaruhnya ke dalam pasu, sebagian lagi dari darah itu disiramkannya pada mezbah itu. Diambilnyalah kitab perjanjian, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan." Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: "Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini." Lalu Musa, Harun, Nadab, Abihu dan tujuh puluh orang dari para tua-tua Israel mendaki gunung itu. Mereka diizinkan melihat Allah Israel; kaki-Nya berjejak pada sesuatu yang buatannya seperti lantai dari batu nilam dan yang terangnya seperti langit yang cerah. Para pemuka orang Israel lalu makan dan minum di hadapan Allah.[153]

Musa menghadap kepada Allah

Menurut Al Qur'an sebelum pergi untuk menghadap kepada Allah,nabi Musa berpesan kepada nabi Harun, saudaranya: "Gantikan kedudukan diriku dalam kaumku, dan perbaikilah, serta jangan turuti perilaku orang-orang yang mengadakan kekacauan." Kemudian Musa harus melewati tingkat-tingkat langit hingga langit ketujuh sebelum menghadap kepada Allah. Setelah waktu tiga puluh malam, Allah penuhkan jumlah malam itu dengan sepuluh hari lain, hingga sempurnalah waktu yang telah ditentukan Allah yakni empat puluh malam.[154]

Tatkala nabi Musa telah hadir untuk menghadap pada waktu yang telah ditetapkan dan Allah berbicara secara langsung dengan dirinya, Musa berkata: "Wahai Tuhanku, nampakkan DiriMu kepada diriku supaya aku dapat melihat Engkau." Allah berfirman: "kamu takkan sanggup melihat Aku tetapi pandanglah ke arah bukit itu, sekiranya ia tetap berada di tempatnya niscaya kamu dapat melihat Aku." Tatkala Tuhannya menampakkan kepada gunung itu, Dia jadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa bangun tersadar, Musa berkata: "Dipermuliakanlah Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku merupakan orang yang bersegera beriman." Allah berfirman: "Wahai Musa, bahwa Akulah yang memilih dirimu dibanding seluruh manusia yang lain supaya kamu menerima risalahKu dan supaya kamu berbicara secara langsung dengan Aku, sebab itu berpedomanlah terhadap yang Aku serahkan kepada dirimu dan hendaklah kamu termasuk golongan yang bersyukur." dan telah Allah tuliskan untuk Musa pada loh-loh batu yang berisi tentang pelajaran serta penjelasan segala sesuatu.[155]

Allah berfirman: "Berpedomanlah kepada Kitab itu secara teguh dan suruhlah pula kaummu berpedoman sebaik mungkin kepada Kitab itu, kelak akan Aku antarkan dirimu menuju negeri-negeri kaum yang fasik. Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar terhadap berbagai Bukti KekuasaanKu. Apabila orang-orang itu mengetahui tiap-tiap ayatKu, orang-orang itu tidak beriman terhadapnya; dan sewaktu orang-orang itu mendapati jalan yang membawa kepada petunjuk; orang-orang itu tidak mau menempuhnya. Sebaliknya sewaktu mereka melihat jalan kesesatan, justru mereka terus menempuhnya, yang demikian disebabkan orang-orang itu mendustakan ayat-ayat Allah dan orang-orang itu selalu melalaikan diri terhadap hal tersebut. Maka ketahuilah bahwa orang-orang yang menolak ayat-ayat Allah serta mendustakan tentang menemui Akhirat, kelak takkan berguna segala perbuatan mereka, orang-orang itu tidak diberi balasan selain hal-hal yang telah mereka kerjakan."[156] maka Allah telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayatNya: "Bebaskan kaummu dari kegelapan menuju cahaya terang benderang dan ingatkan mereka tentang Hari-Hari Allah." bahwa dalam hal demikian terdapat berbagai Bukti bagi setiap orang yang bersabar dan yang banyak bersyukur.[157]

Allah menyerahkan kepada Musa, Al-Kitab berisi penjelasan yang memisahkan kebenaran dan kesalahan; supaya umat Milik Allah harus mengerti kebenaran maupun kesalahan menurut Allah sehingga umat itu tidak memutuskan perkara berdasarkan sekehendak mereka sendiri melainkan berdasar apa yang dikehendaki Allah; sebagaimana Allah yang bersedia mengistimewakan Bani Israel sebagai umatNya dibanding segala bangsa lain di bumi bahkan melampaui semesta alam, demikian pula Bani Israel harus mengistimewakan Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan satu-satunya Penguasa mereka,[158] serta Bani Israel harus mengutamakan Allah dibanding apapun, agar Bani Israel mengikuti teladan Ibrahim yang benar-benar beriman dan benar-benar bersedia mengorbankan apapun sehingga umat ini layak bergelar sebagai golongan pewaris berkat Ibrahim. Al-Kitab yang diserahkan kepada Musa juga disebut sebagai "Kitab Musa" yang Allah jadikan sebagai Bimbingan untuk seluruh umat manusia yang berakal.[159]

Menurut Alkitab, setelah dilakukan ikatan perjanjian serta para pemuka Israel makan dan minum dengan Allah, maka Allah memerintahkan Musa untuk naik menghadap ke atas gunung, dan tinggal di sana untuk diberi loh batu, yakni hukum dan perintah, yang telah ditulis oleh Allah untuk diajarkan kepada umat Israel. Musa berangkat dengan Yosua, abdinya, tetapi menyuruh para tua-tua untuk menunggu bersama umat sampai ia dan Yosua kembali, serta menyatakan bahwa siapa yang mempunyai perkara di antara umat untuk datang kepada Harun dan Hur. Maka Musa mendaki gunung dan awan itu menutupinya enam hari lamanya. Kemuliaan TUHAN sebagai api yang menghanguskan di puncak gunung itu pada pemandangan orang Israel. Pada hari ketujuh Musa dipanggil masuk ke tengah-tengah awan dengan mendaki gunung itu, lalu tinggal di atas gunung itu empat puluh hari dan empat puluh malam lamanya.[160] Selama itu Musa menerima dari Allah petunjuk pembuatan Kemah Suci beserta perangkat-perangkatnya, pembuatan pakaian imam, aturan penerimaan persembahan dari umat, aturan pentahbisan imam serta pengangkatan para ahli yang akan membangun Kemah Suci.[161]

Bani Israel setelah Musa pergi menghadap Allah

Menurut Al Qur'an, sewaktu Musa telah berangkat untuk menghadap kepada Allah, Bani Israel masih percaya bahwa Musa akan kembali kepada mereka sebagaimana terdapat dua tokoh terhormat di tengah-tengah mereka, Hur dan Harun, yang keduanya memerintahkan Bani Israel bersabar terhadap Ketetapan Allah. Akan tetapi kesabaran mereka mulai goyah sewaktu mendapati Musa tidak kunjung kembali. Oleh karena terdapat beberapa golongan yang mengabaikan perintah-perintah Allah sewaktu Perjanjian;[162] maka golongan-golongan itu menuntut kepada Hur supaya menghadirkan kembali Kemuliaan Allah, golongan itu tidak dapat bersabar untuk menunggu Musa dan menghendaki adanya patung dewa. Akan tetapi Hur berusaha menegur seraya memperingatkan ikrar bahwa tiada yang serupa dengan Allah, baik yang di langit maupun yang di bumi Allah serta berupaya menyadarkan tentang kesia-siaan patung dewa. Lalu terdapat orang-orang justru murka hingga Hur menjadi korban amarah mereka;[butuh rujukan] kemudian orang-orang itu menghadap seraya mengancam Harun: "Buatkan sebuah dewa supaya kami sembah atau kamu akan bernasib seperti orang ini!"[163] dalam keadan semacam ini, Harun terpaksa mengalah oleh karena ia tidak hanya mengkhawatirkan keselamatan dirinya sendiri melainkan pula mengkhawatirkan betapa besar dosa yang akan ditanggung Bani Israel apabila dirinya benar-benar turut dibunuh oleh mereka. Harun juga khawatir apabila ia tidak segera mengambil keputusan maka Bani Israel akan saling berperang atau bahkan saling membunuh karena berada dalam keadaan berpecah belah.[164]

Samiri mendirikan sebuah tempat pembakaran dan memerintahkan mereka melempar banyak perhiasan emas ke sebuah perapian; tatkala perapian itu memunculkan patung anak sapi emas bersuara; Samiri secara sewenang-wenang menyatakan bahwa patung tersebut dahulunya disembah Musa namun Musa lupa mengatakan hal demikian.[165] Kemudian banyak orang dari Bani Israel yang turut mengikuti upacara penyembahan patung anak sapi emas; orang-orang itu bernyanyi dengan suara lantang serta menari-nari sambil menyebut-nyebut anak sapi itu sebagai sembahan mereka. Seketika Harun berkata kepada mereka: "Wahai kaumku, sesungguhnya kalian hanya diuji melalui anak sapi ini dan sesungguhnya Tuhanmu adalah Yang Maha Pengasih, maka turutilah aku dan taatilah perintahku" mereka menjawab: "Kami akan tetap menyembah patung anak sapi ini, hingga Musa kembali kepada kami." [166] Ketika terdapat orang-orang dari setiap suku Bani Israel yang mengikuti tindakan penyembahan patung anak sapi; hanya suku Lawy yang tetap setia kepada Allah sebab suku ini tidak terlibat dalam penyembahan patung anak sapi emas. Mereka menahan kegeraman dalam hati seraya mempertanyakan sikap penyembahan berhala yang dilakukan di tengah-tengah mereka.

Tatkala Musa pulang dari Gunung Sinai sambil membawa loh-loh batu setelah menghadap kepada Allah, ia mendengar sorak-sorai yang riuh dari kejauhan; Musa memahami bahwa ada perkara besar yang sedang terjadi di tengah-tengah umat ini. Musa sangat geram dan berdukacita ketika ia mendapati orang-orang dari Bani Israel yang sujud menyembah dan memuja-muja patung anak sapi emas. Musa membanting loh-loh batu yang ia telah bawa sebab Musa memahami bahwa Allah akan seketika menimpakan Hukuman pedih ke tengah-tengah Bani Israel apabila Musa menyampaikan loh yang berisi larangan penyembahan berhala sedangkan orang-orang itu sedang menyembah berhala. Lalu Musa menemui Harun yang telah diserahi kedudukan pemimpin Bani Israel untuk meminta pertanggungjawaban namun Harun menyatakan bahwa ia terpaksa membiarkan mereka akibat mereka berani mengancam untuk membunuh orang yang menghalangi kemauan mereka. Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah diriku beserta saudaraku dan masukkan kami ke dalam rahmatMu, dan Engkaulah Yang Maha Penyayang di antara segala penyayang.[167] Musa berkata kepada Samiri: "Apakah yang mendasari tindakanmu wahai Samiri?" Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui maka aku ambil segenggam dari peninggalan rasul lalu aku melemparkan itu, dan demikianlah kecenderungan diri membujuk diriku." lalu Musa mengusir Samiri dan memberitahukan hukuman Allah kepada Samiri, dan Musa membakar patung anak sapi itu yang tetap disembah Samiri; kemudian Musa menghamburkan abu patung itu ke lautan.[168] Musa menyatakan: "Bahwasanya Tuhan hanyalah Allah, tiada Tuhan selain Dia, IlmuNya meliputi segala sesuatu."[169]

Musa berkata kepada orang-orang dari Bani Israel yang menyembah berhala: "Wahai kaumku, bukankah Tuhan kalian telah mengadakan sebuah perjanjian yang berkenan untuk kalian? maka apakah hal itu tampak mustahil bagi kalian atau kalian menghendaki agar kemurkaan dari Tuhan kalian menimpa diri kalian, sehingga kalian berani melanggar ikrar kalian dengan aku bahwa kalian setia menghamba kepada Allah saja dalam keadaan apapun?" Musa berkata kepada kaumnya: "Wahai kaumku, sesungguhnya kalian telah sewenang-wenang terhadap diri kalian sendiri karena kalian telah beribadah kepada anak sapi itu, maka bertobatlah kepada Tuhan yang telah menjadikan kalian dan bunuhlah diri kalian; hal tersebut adalah lebih baik untuk kalian menurut Tuhan yang menciptakan diri kalian supaya Allah menerima tobat kalian. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengasihani, Maha Penyayang." lalu sebagian dari kaum itu merasa sangat menyesal seraya meratapi tindakan ini dan memahami bahwa diri mereka telah sesat kemudian berkata: "Sekiranya Tuhan kami tidak memberi anugerah kepada kami dan tidak mengampuni diri kami, pastilah kami termasuk golongan yang dibinasakan."[170] Akan tetapi masih terdapat sebagian orang yang berpaling melalaikan diri seraya enggan bertobat dari tindakan penyembahan patung berhala. Kemudian Musa memanggil siapapun yang bersedia membela Allah; maka seluruh orang dari suku Lawy hadir kepada Musa. Kemudian Musa memerintahkan suku itu untuk menimpakan kemurkaan Allah, yakni dengan memburu dan membunuh orang-orang yang masih berkeras menyatakan sebagai penyembah patung anak sapi,[171] sebab penyembahan ini merupakan tindakan keji yang setara dengan melecehkan kehormatan Allah akibat adanya sikap mempersamakan KemuliaanNya dengan sebuah patung.

Ketika menyadari Murka Allah akibat kejadian ini, Musa memilih tujuh puluh orang saleh dari Bani Israel untuk memohonkan pengampunan Allah pada waktu yang telah ditentukan. Tatkala sebuah gempa bumi mengguncang mereka, Musa berkata: "Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau kehendaki, tentulah Engkau binasakan mereka beserta diriku sebelum ini. Apakah Engkau melenyapkan kami semua lantaran tindakan orang-orang bodoh di tengah-tengah kami? kejadian ini hanyalah ujian dari Engkau, supaya Engkau liarkan yang Engkau kehendaki melalui ujian ini serta supaya Engkau berikan petunjuk kepada siapa yang Engkau perkenan. Engkaulah Yang memimpin kami, kiranya ampunilah kami serta kasihanilah kami dan Engkaulah Pemberi ampun Terbaik dan tetapkan untuk kami anugerah di dunia maupun di Akhirat; sesungguhnya kami bertobat kepada Engkau." Allah berfirman: "KegeramanKu akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki, dan KasihKu meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku sediakan KasihKu untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan yang beriman terhadap ayat-ayatKu."[172]

Musa juga memohon supaya awan "Kemuliaan Allah" senantiasa menaungi Bani Israel dengan harapan umat Allah kembali percaya bahwa Allah benar-benar telah mengampuni kesalahan UmatNya dan menerima pertaubatan UmatNya. Namun sebagaimana Allah membenci segala jenis kekejian, terdapat risiko yang sangat besar bahwa manusia yang berbuat dosa keji di hadapan Allah maka orang tersebut layak mendapat hukuman mati; sehingga kekejian apapun yang dilakukan oleh banyak orang di Bani Israel akan berakhir dengan kematian banyak orang pula, yang berakibat tiada yang sampai ke negeri yang diwariskan selain orang-orang yang berhati tulus di hadapan Allah. Walaupun demikian, Musa tetap bersungguh-sungguh memohon supaya Allah tetap menyertai Umat MilikNya supaya benar-benar nyata bahwa Kasih beserta Pengampunan yang dimiliki Allah yakni Yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun sanggup melebihi segala dosa yang dimiliki umatNya.

Dalam Alkitab dicatat bahwa ketika Musa tidak segera turun dari gunung itu, maka bani Israel berkumpul mengerumuni Harun dan meminta dibuatkan untuk mereka "allah" yang akan berjalan di depan mereka sebab mereka tidak tahu apa yang terjadi dengan Musa, orang yang telah memimpin mereka keluar dari tanah Mesir. Lalu Harun dari umat itu anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, untuk dibawa kepadanya, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah umat itu: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!" 32:5 Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!" Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria. Lalu TUHAN berfirman kepada Musa untuk turun dari gunung itu karena bangsa itu telah menyimpang dari jalan yang diperintahkan Allah kepada mereka dengan membuat anak lembu tuangan untuk disembah dan dipersembahkan korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir. Musa turun dari gunung dengan membawa kedua loh hukum Allah dalam tangannya, loh-loh yang bertulis pada kedua sisinya; bertulis sebelah-menyebelah. Kedua loh itu ialah pekerjaan Allah dan tulisan itu ialah tulisan Allah, ditukik pada loh-loh itu. Ketika Yosua mendengar suara bangsa itu bersorak, berkatalah ia kepada Musa: "Ada bunyi sorak peperangan kedengaran di perkemahan." Tetapi Musa menjawab bahwa itu bukan bunyi nyanyian kemenangan atau nyanyian kekalahan, melainkan bunyi orang menyanyi berbalas-balasan. Ketika Musa tiba di perkemahan itu dan melihat anak lembu serta orang menari-nari, maka ia menjadi marah, dilemparkannyalah kedua loh itu dari tangannya dan dipecahkannya pada kaki gunung itu. Sesudah itu diambilnyalah anak lembu yang dibuat mereka itu, dibakarnya dengan api dan digilingnya sampai halus, kemudian ditaburkannya ke atas air dan disuruhnya diminum oleh orang Israel. Lalu berkatalah Musa kepada Harun: "Apakah yang dilakukan bangsa ini kepadamu, sehingga engkau mendatangkan dosa yang sebesar itu kepada mereka?" Tetapi Harun menjawab: "Janganlah bangkit amarah tuanku; engkau sendiri tahu, bahwa bangsa ini jahat semata-mata. Mereka berkata kepadaku: Buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir--kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. Lalu aku berkata kepada mereka: Siapa yang empunya emas haruslah menanggalkannya. Mereka memberikannya kepadaku dan aku melemparkannya ke dalam api, dan keluarlah anak lembu ini." Ketika Musa melihat, bahwa bangsa itu seperti kuda terlepas dari kandang, sebab Harun telah melepaskannya, sampai menjadi buah cemooh bagi lawan mereka, maka berdirilah Musa di pintu gerbang perkemahan itu serta berkata: "Siapa yang memihak kepada TUHAN datanglah kepadaku!" Lalu berkumpullah kepadanya seluruh bani Lewi. Berkatalah ia kepada mereka: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Baiklah kamu masing-masing mengikatkan pedangnya pada pinggangnya dan berjalanlah kian ke mari melalui perkemahan itu dari pintu gerbang ke pintu gerbang, dan biarlah masing-masing membunuh saudaranya dan temannya dan tetangganya." Bani Lewi melakukan seperti yang dikatakan Musa dan pada hari itu tewaslah kira-kira tiga ribu orang dari bangsa itu. Kemudian berkatalah Musa: "Baktikanlah dirimu mulai hari ini kepada TUHAN, masing-masing dengan membayarkan jiwa anaknya laki-laki dan saudaranya--yakni supaya kamu diberi berkat pada hari ini." Keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Kamu ini telah berbuat dosa besar, tetapi sekarang aku akan naik menghadap TUHAN, mungkin aku akan dapat mengadakan pendamaian karena dosamu itu." Musa kembali menghadap TUHAN meminta ampun untuk bangsa itu, maka TUHAN berfirman kepada Musa: "Siapa yang berdosa kepada-Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku. Tetapi pergilah sekarang, tuntunlah bangsa itu ke tempat yang telah Kusebutkan kepadamu; akan berjalan malaikat-Ku di depanmu, tetapi pada hari pembalasan-Ku itu Aku akan membalaskan dosa mereka kepada mereka."[173] Allah sendiri tidak akan berjalan di tengah-tengah mereka supaya Ia tidak membinasakan seluruh umat itu di jalan. Ketika bangsa itu mendengar ancaman yang mengerikan ini, berkabunglah mereka dan seorangpun tidak ada yang memakai perhiasannya sejak meninggalkan gunung itu.[174]

Perjalanan dari Gunung Sinai ke negeri warisan

Menurut Al Qur'an, dalam perjalanan dari Gunung Sinai, Allah mengajari Bani Israel tentang Al-Kitab, berisi perintah-perintah Allah serta larangan-larangan Allah, yang meliputi berbagai perkara dalam kehidupan sehari-hari, peraturan-peraturan pokok, peraturan hari-hari khusus, peraturan sunat, penyucian rohani dalam ibadah, hukum pembersihan jasmani tentang kenajisan dan ketahiran, hukum makanan halal maupun makanan haram, hukum upacara persembahan, hukum penyisihan hasil ternak maupun hasil ladang, dan banyak hukum lain dalam Al-Kitab. Selama perjalanan ini pula, Bani Israel berjalan di bawah naungan awan kemuliaan Allah sehingga umat ini hidup secara dekat di hadapan Allah, sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki umat-umat lain di muka bumi. Walaupun demikian, sifat keduniawian membuat Bani Israel berkeluh kesah, terdapat orang-orang dari Bani Israel yang berkata: "Wahai Musa, kami tidak betah dengan satu jenis makanan saja; oleh sebab itu mohonkan kiranya untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan untuk kami segala yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merahnya." Musa berkata: "Maukah kalian mengambil barang duniawi sebagai pengganti karunia yang terbaik? maka pergilah kalian ke suatu kota, pasti kalian memperoleh apa yang kalian minta" lalu orang-orang itu ditimpa kesengsaraan dan kehinaan.[175] Tatkala banyak orang dalam Bani Israel yang memohon jenis makanan lain, maka Allah karuniakan salwa (burung puyuh) sebagai hidangan daging untuk mereka. Musa pun beberapa kali menjadi sasaran keluhan kaumnya hingga Musa berkata: "Wahai kaumku, mengapa kamu menyakiti diriku, sedangkan kalian mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada kalian?" ketika mereka berpaling, Allah memalingkan kalbu mereka, dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.[176]

Tatkala Bani Israel sampai di perbatasan negeri warisan; Allah mewahyukan melalui Musa supaya Bani Israel di generasinya senantiasa mengingat kembali semua kelimpahan karunia Allah dan supaya Bani Israel bersyukur terhadap semua anugerah Allah, serta supaya umat ini bersegera mematuhi sebuah perintah Allah, yakni menduduki negeri yang telah Allah wariskan untuk golongan pewaris Ibrahim. Namun sebagian besar Bani Israel justru enggan melaksanankan perintah tersebut. Di antara seluruh suku di Bani Israel, hanya suku Lawy yang sepenuhnya tidak mengeluh maupun tidak menyatakan keengganan terhadap Kehendak Allah, serta terdapat dua laki-laki bertakwa, Yusha dari suku Yusuf, dan Qolib dari suku Yahudah, bahkan keduanya maju menasehati seraya memberi semangat agar Bani Israel maju menyerbu gerbang kota kemudian menguasai negeri yang Allah wariskan untuk umatNya; supaya terbukti Bani Israel menuruti Kehendak Allah. Walaupun demikian, sebagian Bani Israel menolak nasihat keduanya, seraya menyatakan takkan mau menduduki negeri waris sebelum orang-orang perkasa telah meninggalkan negeri tersebut dan menyatakan kalimat keengganan kepada Musa: "Majulah kamu bersama Tuhanmu; dan berperanglah sementara kami duduk menanti saja di sini." lalu Musa berdoa: "Wahai Tuhanku, aku tidak dapat menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku; sebab itu pisahkan antara kami dengan orang-orang fasik itu."[177] Allah mengabulkan permohonan ini dengan menyampaikan keistimewaan Musa dan Harun sebagai golongan beriman yang meraih kesejahteraan.[178]

Pengingkaran melalui dalih tidak berani menghadapi para raksasa bangsa Kana’an, menunjukkan sebagian besar generasi ini melalaikan Keperkasaan Allah yang telah menyelamatkan mereka terhadap pasukan Mesir. Penentangan Bani Israel di generasi ini merupakan salah satu penentangan besar, oleh sebab tujuan utama Allah membebaskan Bani Israel dari negeri Mesir adalah supaya penindasan dan kehidupan mereka yang pahit diganti dengan kehidupan yang sangat lebih baik di "sebuah negeri yang diberkahi daripada semesta alam,"[179] apabila mereka bersedia tunduk dan patuh kepada Kehendak Allah. Akibat kengganan generasi ini melaksanakan janji yang Allah kehendaki, Allah menjadikan negeri warisan terlarang bagi Bani Israel selama empat puluh tahun; bahwa generasi tersebut harus tetap mengembara selama empat puluh tahun pula,[180] sebagai hukuman akibat kegagalan dalam kesetiaan mematuhi Kehendak Allah, maupun dalam menggenapi Perjanjian waris para leluhur mereka.

Menurut Alkitab, sesudah itu peristiwa anak lembu mas itu, Musa mengambil kemah dan membentangkannya di luar perkemahan, jauh dari perkemahan, dan menamainya Kemah Pertemuan. Setiap orang yang mencari Allah, keluarlah ia pergi ke Kemah Pertemuan yang di luar perkemahan. Apabila Musa keluar pergi ke kemah itu, bangunlah seluruh bangsa itu dan berdirilah mereka, masing-masing di pintu kemahnya, dan mereka mengikuti Musa dengan matanya, sampai ia masuk ke dalam kemah. Apabila Musa masuk ke dalam kemah itu, turunlah tiang awan dan berhenti di pintu kemah dan berbicaralah Allah dengan Musa di sana. Setelah seluruh bangsa itu melihat, bahwa tiang awan berhenti di pintu kemah, maka mereka bangun dan sujud menyembah, masing-masing di pintu kemahnya. TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya. Sesudah berbicara dengan Allah, Musa kemudian kembali ke perkemahan, tetapi abdinya yang masih muda, Yosua bin Nun, tetap tidak meninggalkan kemah itu. Kemudian Musa meminta agar Allah memperlihatkanlah kemuliaan-Nya kepada dirinya. Allah setuju untuk melewatkan segenap kegemilangan-Nya dari depan Musa dan menyerukan nama Allah di depannya, tetapi karena Musa tidak akan tahan memandang wajah Allah, maka apabila kemuliaan Allah lewat, maka Allah akan menempatkan Musa dalam suatu lekuk di puncak gunung serta menudunginya dengan tangan Allah, sampai Ia berjalan lewat, kemudian ketika Allah menarik tangan-Nya, Musa dapat melihat bagian belakang Allah, tetapi wajah-Nya tidak akan kelihatan.[181] Maka Allah turun dan berjalan lewat dari depan Musa dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat."[182] Segeralah Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah serta meminta penyertaan Allah dalam perjalanan mereka, meminta ampun atas kesalahan dan dosa mereka, dan mengambil umat itu sebagai milik Allah. Musa ada di sana bersama-sama dengan TUHAN empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air. Musa telah diperintahkan membawa loh-loh batu baru dan di atasnya Musa menulis segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman, serta diberikan aturan-aturan lainnya.[183] Setelah itu Musa turun dari gunung Sinai membawa kedua loh hukum Allah di tangannya. Tanpa disadari oleh Musa, kulit mukanya bercahaya karena ia telah berbicara dengan Allah, sehingga Harun dan segala orang Israel ketika melihat kulit muka Musa yang bercahaya itu, mereka menjadi takut untuk mendekati dia. Tetapi Musa memanggil mereka, maka Harun dan segala pemimpin jemaah itu berbalik kepadanya dan Musa berbicara kepada mereka serta seluruh orang Israel. Kepada mereka Musa menyampaikan segala perintah yang diucapkan Allah kepadanya di atas gunung Sinai. Setelah Musa selesai berbicara dengan mereka, diselubunginyalah mukanya. Tetapi apabila Musa masuk menghadap Allah maka Musa menanggalkan selubung itu sampai ia keluar; dan apabila ia keluar dikatakannyalah kepada orang Israel apa yang diperintahkan kepadanya, sementara kulit mukanya bercahaya. Apabila ia selesai berbicara, maka Musa menyelubungi mukanya kembali sampai ia masuk menghadap untuk berbicara dengan Allah.[184]

Pengembaraan Bani Israel

Menurut Al Qur'an, selama masa empat puluh tahun pengembaraan, Musa tetap menjadi perantara bagi Bani Israel dalam menerima pengajaran dari Allah. Banyak anak yang dilahirkan di tengah-tengah Bani Israel selama masa pengembaraan; yang kelak generasi inilah yang menjadi generasi Bani Israel yang menduduki negeri waris menggantikan generasi bapak mereka.[butuh rujukan]

Menurut Alkitab, selama bangsa Israel mengembara 40 tahun di padang gurun, maka semua orang dewasa yang tidak percaya terhadap laporan Yosua dan Kaleb telah mati dalam perjalanan.[185] Meskipun demikian anak-anak mereka tumbuh dewasa sehingga jumlah umat tidak berubah banyak. Pada tahun pertama jumlah orang laki-laki dewasa berusia 20 tahun ke atas (tidak termasuk orang laki-laki berusia di bawah 20 tahun, orang-orang perempuan dan orang-orang suku Lewi) adalah 603.550 orang,[186] sedangkan pada tahun terakhir jumlahnya adalah 601.730 orang.[187] Dalam Kitab Bilangan dicatat 42 tempat persinggahan umat Israel selama mengembara.[188] Tempat perkemahan terakhir sebelum menyeberangi sungai Yordan untuk masuk ke tanah Kanaan adalah di Sitim,[189][190] yaitu di sebelah timur sungai Yordan, di dataran Moab, berseberangan dengan kota Yerikho;[191] di padang gurun, di Araba-Yordan, di tentangan Suf, antara Paran dengan Tofel, Laban, Hazerot dan Di-Zahab; sebelas hari perjalanan jauhnya dari Horeb sampai Kadesh-Barnea, melalui jalan pegunungan Seir,[192]

Perlawanan Qarun terhadap Musa

Menurut Al Qur'an, Musa juga harus menghadapi rintangan-rintangan dari para pengikutnya, salah satu rintangan terbesar adalah perlawanan Qarun terhadap kedudukan Musa. Oleh sebab memiliki harta kekayaan yang sangat berlimpah ruah; Qarun merasa dirinya berhak untuk segala kedudukan termasuk kedudukan Musa. Beberapa orang bijak di Bani Israel memperingatkan Qarun supaya tidak terlalu bangga melainkan bersikap rendah diri.[193] Namun Qarun tetap berlaku angkuh seraya menyatakan bahwa ilmunya yang hebat adalah sebab adanya kekayaan berlimpah ruah yang dimilikinya. Terdapat banyak orang di Bani Israel yang merasa iri seraya mengidam-idamkan kekayaan duniawi Qarun, namun terdapat pula orang-orang yang menyadarkan tentang keutamaan anugerah Allah dibanding kekayaan duniawi.[194]

Tatkala Hukuman Allah menimpa Qarun akibat menyombongkan diri sebagai yang terkaya di muka bumi dan berani merendahkan kedudukan istimewa Musa, yakni seorang Rasul Allah, maka Allah membenamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam tanah.[195] Setelah hukuman ini terjadi, banyak orang yang berbalik menyesal pernah mendambakan kekayaan Qarun; mereka menyadari bahwa kekayaan duniawi tidak menjamin bahwa Allah berkenan terhadap manusia tersebut;[196] melainkan kekayaan dapat menjadi cobaan dan ujian yang menjerumuskan manusia itu sendiri. Kisah Qarun menyerupai kaum Fir'aun yang kaya raya namun mereka ditimpa hukuman pedih karena harta kekayaan duniawi telah membutakan kedudukan manusia pada diri mereka; sehingga mereka sekehendak hati berlaku sombong terhadap perintah-perintah Allah.[197] Peristiwa yang mirip dalam Alkitab adalah pemberontakan Korah, Datan, Abiram dan On terhadap Musa.[198]

Pemberontakan Korah, Datan, Abiram dan On terhadap Musa

Menurut Alkitab, ketika umat Israel masih dalam pengembaraan di padang gurun, Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi (putra paman Musa),[199] Datan dan Abiram (keduanya putra Eliab), serta On bin Pelet, ketiganya dari suku Ruben, mengajak orang-orang untuk memberontak melawan Musa, beserta 250 orang Israel yang termasuk pemimpin-pemimpin umat dan mempunyai nama. Mereka berkumpul mengerumuni Musa dan Harun untuk menggugat kepemimpinan atas jemaah Allah. Mendengar perkataan mereka Musa bersujud dan kemudian berkata kepada Korah dan segenap kumpulannya bahwa besok pagi Allah akan memberitahukan, siapa kepunyaan-Nya, dan siapa yang kudus, maka orang yang dipilih-Nya akan diperbolehkan-Nya mendekat kepada-Nya. Masing-masing harus membawa perbaraan yang dibubuhi api ke dalamnya dan di atasnya ditaruh ukupan di hadapan Allah. Demikianlah dilakukan mereka, lalu berdiri di depan pintu Kemah Pertemuan, bersama Musa dan Harun. Maka tampaklah kemuliaan Allah kepada segenap umat itu. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun: "Pisahkanlah dirimu dari tengah-tengah umat ini, supaya Kuhancurkan mereka dalam sekejap mata." Tetapi sujudlah mereka berdua dan berkata: "Ya Allah, Allah dari roh segala makhluk! Satu orang saja berdosa, masakan Engkau murka terhadap segenap perkumpulan ini?" Maka berfirmanlah Allah kepada Musa: "Katakanlah kepada umat itu: Pergilah dari sekeliling tempat kediaman Korah, Datan dan Abiram." Lalu Musa berkata kepada seluruh umat: "Baiklah kamu menjauh dari kemah orang-orang fasik ini dan janganlah kamu kena kepada sesuatu apapun dari kepunyaan mereka, supaya kamu jangan mati lenyap oleh karena segala dosa mereka." Maka pergilah mereka dari sekeliling tempat kediaman Korah, Datan dan Abiram. Keluarlah Datan dan Abiram, lalu berdiri di depan pintu kemah mereka bersama-sama dengan isterinya, para anaknya dan anak-anak yang kecil. Sesudah itu berkatalah Musa: "Dari hal inilah kamu akan tahu, bahwa aku diutus TUHAN untuk melakukan segala perbuatan ini, dan hal itu bukanlah dari hatiku sendiri: jika orang-orang ini nanti mati seperti matinya setiap manusia, dan mereka mengalami yang dialami setiap manusia, maka aku tidak diutus Allah. Tetapi, jika Allahakan menjadikan sesuatu yang belum pernah terjadi, dan tanah mengangakan mulutnya dan menelan mereka beserta segala kepunyaan mereka, sehingga mereka hidup-hidup turun ke dunia orang mati, maka kamu akan tahu, bahwa orang-orang ini telah menista Allah." Baru saja Musa selesai berbicara, maka terbelahlah tanah yang di bawah mereka dan menelan mereka dengan seisi rumahnya beserta semua yang bersama Korah dengan segala harta milik mereka, dan bumi menutupi mereka, sehingga mereka binasa dari tengah-tengah jemaah itu.[200]

Pewarisan kepemimpinan Bani Israel kepada Yusha/Yosua

Menurut Al Qur'an, sewaktu masa pengembaraan mendekati empat puluh tahun; hampir seluruh generasi Bani Israel yang terlahir di Mesir telah mati; kecuali Yusha, Qolib dan sebagian besar orang di suku Lawy. Musa pun harus ditinggalkan dua saudaranya, Harun dan Miryam, ketika pengembaraan ini hendak berakhir. Ketika Musa memohon kepada Allah supaya diizinkan mencapai negeri yang diberkahi, Allah berfirman bahwa Yusha, seorang dari keturunan Yusuf, merupakan orang yang ditakdirkan sebagai pemimpin Bani Israel untuk menduduki negeri warisan serta Allah memperingatkan Musa supaya taat terhadap Ketetapan Allah. Kemudian Musa memberi berbagai pesan wasiat kepada Bani Israel serta menyampaikan berbagai berkat kepada Bani Israel sebelum meninggalkan mereka. Musa juga mewariskan tugas kepemimpinan kepada Yusha, seorang keturunan Yusuf.[butuh rujukan]

Menurut Alkitab, ketika bangsa Israel sudah berkemah di tanah Moab menjelang akhir tahun ke-40 penggembaraan mereka dan siap menyeberang ke tanah Kanaan, Allah berfirman kepada Musa untuk naik ke gunung Abarim supaya dapat memandang ke arah barat, ke seberang sungai Yordan, mengamati negeri yang akan diberikan oleh Allah kepada orang Israel, sebelum hidup Musa berakhir. Musa memohon Allah untuk mengangkat seorang pemimpin bagi umat Israel, mereka "jangan seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala" Lalu Allah berfirman kepada Musa supaya menahbiskan Yosua bin Nun menjadi penggantinya, dengan meletakkanlah tangan di atasnya di depan imam Eleazar dan segenap umat, lalu memberikan kepadanya perintah penerusan kepemimpinan disaksikan semua orang. Imam Eleazar harus menanyakan keputusan Urim bagi Yosua di hadapan TUHAN; atas titahnya mereka akan keluar dan atas titahnya mereka akan masuk, ia beserta semua orang Israel, segenap umat itu. Maka Musa melakukan seperti yang diperintahkan Allah kepadanya dengan memanggil Yosua dan menyuruh dia berdiri di depan imam Eleazar dan segenap umat itu, lalu Musa meletakkan tangannya atas Yosua dan memberikan kepadanya perintahnya, sesuai firman Allah kepada Musa.[201]

Kematian

Monumen Musa (Memorial of Moses), gunung Nebo, Yordania

Menurut Alkitab, sebelum matinya, naiklah Musa dari dataran Moab ke atas gunung Nebo, yakni ke atas puncak Pisga, (di sisi timur sungai Yordan) yang di tentangan Yerikho, lalu TUHAN memperlihatkan kepadanya seluruh negeri itu.[202]

Dan berfirmanlah TUHAN kepadanya [Musa]: "Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub; demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu. Aku mengizinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana."[203]

Lalu Musa mati di sana dan dikuburkan oleh Allah di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini.[204]

Yosua bin Nun meneruskan kepemimpinan Musa dan membawa bangsa Israel akhirnya menempati tanah perjanjian.[205]

Pelayanan

Selama hidupnya, Musa melakukan berbagai fungsi pelayanan, antara lain:

Penulis

Musa merupakan penulis (atau penyusun bahan) dari 5 kitab pertama dari Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab. Kitab-kitab tersebut dalam Alkitab bahasa Indonesia diberi judul: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Kitab-kitab tersebut kemudian dikenal di kalangan orang Yahudi dengan nama Taurat, karena di dalam kitab-kitab tersebut terkandung banyak sekali perintah-perintah yang disampaikan oleh Tuhan kepada Musa untuk bangsa Israel.[206] Musa juga menggubah sebuah mazmur, yang termasuk dalam kumpulan Kitab Mazmur, yaitu Mazmur 90.[207]

Hakim

Musa mengatur kehidupan seluruh umat Israel, dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di dalam bangsa Israel. Namun semakin lama permasalahan itu semakin banyak, dan Musa harus menangani permasalahan seluruh bangsa Israel yang mengantri untuk diselesaikan permasalahannya dari pagi hingga malam hari. Atas saran Yitro mertuanya, Musa mengangkat pemimpin-pemimpin atas bangsa itu untuk menangani perkara-perkara yang kecil-kecil, sehingga Musa hanya menangani masalah-masalah yang cukup besar saja.[208]

Pembuat Tabut Perjanjian

Musa, atas perintah Tuhan, membuat tabut perjanjian dan kemah suci, di mana di dalam tabut perjanjian itu terletak dua loh batu yang berisi sepuluh perintah Allah. Dalam pembuatan itu, Musa dibantu oleh Bezaleel bin Uri bin Hur dari kaum Yehuda dan Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan. Mereka berdua adalah orang-orang yang diperlengkapi Tuhan dengan keahlian.[209]

Pengajar

Di dalam Alkitab, Musa merupakan seseorang yang diutus oleh Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan menuntun Israel menuju tanah perjanjian, yaitu tanah Kanaan.

Musa juga berperan untuk menguak sisi-sisi pribadi Allah, yang pada zaman orang Israel dianggap sebagai Pribadi yang menakutkan dan cenderung untuk menghukum. Musa menunjukkan bahwa bahkan pada zaman itu pun Musa dapat bergaul karib dengan Tuhan, bahkan sampai disebutkan berbicara berhadap-hadapan muka dengan Allah seperti sepasang sahabat.[210]

Musa juga mengajarkan bagaimana untuk menjadi seorang pemimpin yang penuh belas kasihan terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Di dalam banyak kesempatan ketika orang Israel memberontak, Tuhan sudah "menawarkan" kepada Musa untuk mengambil jalan pintas, yaitu dengan Tuhan memberantas seluruh orang Israel, dan akan menjadikan dari Musa seorang, suatu keturunan, bangsa yang besar. Namun Musa belajar untuk tidak mementingkan dirinya sendiri, dan memperjuangkan orang Israel di hadapan Tuhan.[211]

Namun Musa juga mampu marah bila saatnya tepat. Musa sungguh-sungguh marah kepada orang Israel ketika orang Israel, bahkan sampai Harun, kakaknya, berbuat dosa dengan menyembah patung Lembu Emas, sementara Musa sedang naik ke gunung Sinai untuk mendapatkan petunjuk dari Tuhan untuk bangsa Israel.[212]

Gelar dan Peninggalan

Allah memberi beberapa gelar kepada Musa, salah satunya sebagai "manusia pilihan Allah," sebab Allah telah melebihkan kedudukan risalah nabi Musa dibanding seluruh umat manusia lain:

Allah berfirman: "Wahai Musa, sesungguhnya Aku memilih kamu dibanding manusia yang lain untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur".

Nabi Musa juga diizinkan untuk berbicara secara langsung dengan Allah sehingga digelari "Kalimullah" serta dijuluki sebagai "manusia yang berkedudukan terhormat di sisi Allah."[213] Kitab Musa merupakan salah satu peninggalan utama, yakni sebuah kitab suci yang ditulis sendiri oleh nabi Musa. Sebagian besar isi Kitab Taurat dianggap bersumber dari Kitab Musa yang murni dan utuh.[214] Allah juga memberi pertanda keselamatan untuk Bani Israel melalui benda peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, yakni "Tabut" yang dibawa oleh malaikat, pada waktu Bani Israel menghendaki seorang raja di tengah-tengah mereka supaya umat itu percaya bahwa Allah yang telah memilih Thalut sebagai raja atas Bani Israel.[215] Allah menjadikan riwayat nabi Musa sebagai pelajaran untuk umat manusia, serta Allah menganjurkan supaya mengisahkan riwayat hidup nabi Musa:

Dan ceritakanlah riwayat Musa di dalam Al-Kitab. Sesungguhnya ia merupakan seorang yang terpilih dan seorang rasul dan nabi.

Musa dan para nabi

Menurut ajaran Islam, Musa merupakan salah seorang nabi yang memiliki berbagai kesamaan dengan beberapa nabi terdahulu semisal nabi Nuh, nabi Ibrahim dan nabi Ya'qub; serta nabi Muhammad. Di antara para nabi tersebut, kaitan nabi Musa dengan nabi Ibrahim adalah salah satu yang cukup erat. Sebagaimana keluarga nabi Ibrahim merasa cemas sewaktu mendengar perintah keji tentang pembunuhan anak laki-laki,[butuh rujukan] demikian pula yang dirasakan keluarga nabi Musa. Sebagaimana Ibunda nabi Ibrahim harus berlindung dan bersembunyi di sebuah gua untuk menyelamatkan putranya, demikian pula yang dilakukan oleh Yukhabad, ibunda nabi Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim merupakan anak ketiga dalam keluarganya, demikian pula nabi Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim memiliki kecerdasan luar biasa sewaktu masih muda, demikian pula nabi Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim harus menghadapi seisi kerajaan Babilonia dan mengalahkan mereka; demikian pula nabi Musa menghadapi seisi kerajaan Mesir. Sebagaimana Namrudz harus mendapat hukuman pedih akibat mendustakan dan menyombongkan diri terhadap nabi Ibrahim, demikian halnya Fir'aun harus mendapat azab dunia dan azab akhirat akibat mendustakan dan menyombongkan diri terhadap nabi Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim beserta para pengikutnya meninggalkan negeri Mesir dengan membawa banyak hadiah, demikian pula nabi Musa beserta para pengikutnya. Sebagaimana nabi Ibrahim menunjukkan mu'jizat Allah di hadapan Namrudz demikian halnya nabi Musa kepada Fir'aun ketika datang di istana Mesir. Sebagaimana Allah memberi gelar langka kepada nabi Ibrahim sebagai "Kesayangan Allah" (Khalilullah) demikian halnya Allah menggelari nabi Musa dengan julukan "manusia yang berbicara secara langsung dengan Allah" (Kalimullah). Dalam Al-Qur'an, keduanya pula disebut memiliki ajaran yang sama berupa shuhuf-shuhuf terpilih, yakni Shuhuf Ibrahim dan Shuhuf Musa.[216]

Nabi Ya'qub sebagai pendahulu nabi Musa juga memiliki berbagai kesamaan. Sebagaimana nabi Ya'qub harus meninggalkan negeri kelahirannya sewaktu berlindung terhadap Ishau, demikian pula nabi Musa sewaktu berlindung terhadap orang-orang Mesir. Sebagaimana Allah menyertai nabi Ya'qub saat pergi seorang diri ke negeri Haran demikian pula nabi Musa ketika ke negeri Madyan. Sebagaimana nabi Ya'qub bertemu dengan jodohnya, Rahil, saat pertama kali tiba di negeri Haran demikian pula nabi Musa ketika pertama kali sampai di negeri Madyan. Sebagaimana nabi Ya'qub harus bekerja selama bertahun-tahun untuk mendapat Rahil, demikian pula nabi Musa untuk mendapat Zipporah. Sebagaimana nabi Ya'qub memimpin keluarganya dari negeri Haran menuju Palestina, negeri asalnya; demikian pula nabi Musa memimpin keturunan keluarga Ya'qub dari negeri Mesir menuju Palestina. Sebagaimana nabi Ya'qub digelisahkan terhadap tindakan putra-putranya; demikian halnya nabi Musa digelisahkan kaum keturunan Ya'qub; Bani Israel pada generasinya. Sebagaimana nabi Ya'qub mengagumi dan mengetahui keistimewaan pada diri nabi Yusuf demikian pula nabi Musa yang mengagumi dan menghargai keistimewaan jasad nabi Yusuf. Nabi Ya'qub menyampaikan wasiat berkat kepada putra-putranya, wasiat yang juga dilakukan nabi Musa kepada Bani Israel.

Nabi Nuh adalah tokoh lain yang memiliki perbandingan dengan nabi Musa; keduanya mengalami perjuangan mendakwahi umat yang jahat, yakni kaum Nuh ataupun kaum Fir'aun; sebab kedua nabi ini mendapati berbagai penentangan dan berbagai penolakan selama berdakwah. Nabi Nuh diremehkan oleh para pemuka kafir dalam kaumnya sebagaimana nabi Musa diremehkan oleh kaum pemuka Fir'aun. Allah memerintahkan nabi Nuh untuk menyelamatkan segala makhluk yang akan mewarisi bumi sebagaimana Allah memerintahkan nabi Musa menyelamatkan Bani Israel, umat manusia yang akan mewarisi bumi. Allah menghukum dan menenggelamkan para musuh nabi Nuh melalui perairan bah sebagaimana Allah menenggelamkan para musuh nabi Musa di perairan Laut Merah. Nabi Nuh berdoa untuk pengampunan terhadap keluarganya beserta orang-orang beriman supaya diselamatkan menghadapi azab pedih,[217] demikian pula nabi Musa memohonkan pengampunan kepada Allah supaya Bani Israel diselamatkan terhadap azab pedih;[172] kemudian Allah menyelamatkan segala pengikut nabi Nuh sebagaimana Allah menyelamatkan para pengikut nabi Musa. Nabi Musa juga memiliki beberapa kesamaan dengan nabi Muhammad, selain menerima kitab suci yang diperuntukkan kepada seluruh umat manusia, kedua nabi ini juga pernah menghadap kepada Allah untuk secara langsung menerima risalah Allah.[218]

Gambar

Dalam budaya Barat, Musa digambarkan dalam berbagai lukisan dan patung.

Identifikasi di sejarah Mesir

Ada sejumlah teori mengenai putri yang mengambil Musa sebagai putranya. Putri Firaun itu diduga adalah:

Musa sendiri diduga sebagai Amenemhat IV[219]

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ Keluaran 2:2
  2. ^ Ulangan 34:6
  3. ^ Ulangan 34:10
  4. ^ Keluaran 2:21; 18:2
  5. ^ a b Keluaran 2:22; 18:3
  6. ^ a b Keluaran 18:4
  7. ^ a b c Keluaran 6:20
  8. ^ a b c d Bilangan 26:59
  9. ^ a b New World Dictionary-Concordance to the New American Bible. World Publishing. 1970. hlm. 461. ISBN 0-529-04540-0. 
  10. ^ HAW Theological Wordbook of the Old Testament
  11. ^ Lambdin, T.O., Intro. to Biblical Hebrew. NY:Charles Scribner's Sons, 1971. pp. 18-19
  12. ^ Gesenius' Lexicon (1906), s.v. מֹשֶׁה‎ ; Gesenius lebih condong kepada etimologi Koptik. Demikian pula "Jones' Dictionary of Old Testament Proper Names"
  13. ^ So BDB Theological Dictionary and HAW Theological Wordbook of the Old Testament; lihat "Meaning, origin and etymology of the name Moses". 
  14. ^ http://www.bibleorigins.net/MopsusMoxusExodus.html
  15. ^ http://alkitab.sabda.org/search.php?search=musa
  16. ^ Shmuel 1976, hlm. 1102.
  17. ^ Barclay, John M. G. Jews in the Mediterranean Diaspora: From Alexander to Trajan (323 BCE – 117 CE), University of California Press (1996) p. 130
  18. ^ "Moses". Jewish Encyclopedia. Diakses tanggal 2010-03-02. 
  19. ^ Feldman 1998, hlm. 40.
  20. ^ a b Droge 1989, hlm. 18.
  21. ^ Hecataeus "menggambarkan Musa sebagai seorang yang unggul dalam hikmat dan keberanian."
  22. ^ Shmuel 1976, hlm. 1103.
  23. ^ Shmuel 1976, hlm. 1132.
  24. ^ Strabo. The Geography, 16.2.35–36, Translated by H.C. Hamilton and W. Falconer in 1854, pp. 177–78,
  25. ^ Assmann 1997, hlm. 38.
  26. ^ Tacitus, Cornelius. The works of Cornelius Tacitus: With an essay on his life and genius by Arthur Murphy, Thomas Wardle Publ. (1842) p. 499
  27. ^ Tacitus, Cornelius. Tacitus, The Histories, Volume 2, Book V. Chapters 5, 6 p. 208.
  28. ^ Guthrie 1917, hlm. 194.
  29. ^ Guthrie 1917, hlm. 101.
  30. ^ a b Blackham 2005, hlm. 39.
  31. ^ Hammer, Reuven (1995), The Classic Midrash: Tannaitic Commentaries on the Bible, Paulist Press, hlm. 15 .
  32. ^ Seder Olam Rabbah[perlu rujukan lengkap]
  33. ^ Jerome's Chronicon (4th century) gives 1592 for the birth of Moses
  34. ^ The 17th-century Ussher chronology calculates 1571 BC (Annals of the World, 1658 paragraph 164)
  35. ^ Yusuf (12): 93-100
  36. ^ Kejadian 46:1–34
  37. ^ Keluaran 6:20
  38. ^ Keluaran 1:1–21
  39. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 428-429.
  40. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 430-431.
  41. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 478-479.
  42. ^ Thaha (20): 38-40
  43. ^ Al-Qashash (28): 7-13
  44. ^ Keluaran 2:1–10
  45. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 431-435.
  46. ^ a b Eusebius Pamphilis, Buku 9, Bab 27:1-37. Terjemahan Inggris oleh (a) E.H. Gifford, 1903, dan (b) J.J. Collins, 1985, halaman 889-903. Dikutip dalam: Rohl, David (1995). A Test of Time: The Bible - from Myth to History. London: Century. ISBN 0-7126-5913-7.  Published in the US as Rohl, David (1995). Pharaohs and Kings: A Biblical Quest. New York: Crown Publishers. ISBN 0-517-70315-7.  Bab 12
  47. ^ Al-Qashash (28): 14-19
  48. ^ Keluaran 2: 11–14
  49. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 436-439.
  50. ^ Al-Qashash (28): 15-17
  51. ^ Kisah Para Rasul 7: 24–25
  52. ^ Al-Qashash (28): 20-28
  53. ^ Keluaran 2: 14–22
  54. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 439-443.
  55. ^ Al-Qashash (28): 20
  56. ^ Al-Qashash (28): 23
  57. ^ Keluaran 2:18
  58. ^ Keluaran 3: 1
  59. ^ Al-Qashash (28): 23
  60. ^ Keluaran 2: 16
  61. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 440.
  62. ^ Al-Qashash (28): 27-28
  63. ^ Keluaran 2:23
  64. ^ Thaha (20): 9-36
  65. ^ Al-Qashash (28): 29-35
  66. ^ Keluaran 3: 1–22
  67. ^ Keluaran 4: 1–17
  68. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 447-455.
  69. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 448.
  70. ^ Al-Qashash (28): 29-30
  71. ^ Keluaran 3: 1–4
  72. ^ Keluaran 4: 18–20
  73. ^ Keluaran 4:24–26
  74. ^ Keluaran 18:5–6
  75. ^ Keluaran 4: 27–31
  76. ^ Al-A'raf (7): 104-110
  77. ^ Yunus (10): 75-78
  78. ^ Thaha (20): 47-57
  79. ^ Asy-Syu'ara' (26): 16-34
  80. ^ Az-Zukhruf (43): 46-47
  81. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 455-465.
  82. ^ Al-A'raf (7): 111-126
  83. ^ Yunus (10): 79-82
  84. ^ Thaha (20): 61-73
  85. ^ Asy-Syu'ara' (26): 35-51
  86. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 465-477.
  87. ^ Keluaran 5: 1–23
  88. ^ Keluaran 7: 1–13
  89. ^ Yunus (10): 83
  90. ^ Al-A'raf (7): 129
  91. ^ Yunus (10): 84-86
  92. ^ Az-Zukhruf (43): 51-54
  93. ^ Al-Qashash (28): 38
  94. ^ Ghafir (40): 36-37
  95. ^ Ghafir (40): 28-44
  96. ^ Al-A'raf (7): 130-135
  97. ^ Keluaran 7: 14–25
  98. ^ Keluaran 8: 1–15
  99. ^ Keluaran 8: 16–19
  100. ^ Keluaran 8: 20–32
  101. ^ Keluaran 9: 1–7
  102. ^ Keluaran 9: 8–12
  103. ^ Keluaran 9: 13–34
  104. ^ Keluaran 10: 1–20
  105. ^ Keluaran 10: 21–29
  106. ^ Keluaran 12: 1–42
  107. ^ Surah Asy-Syu'ara: 58-59, Ad-Dukhan: 27-28, Ta Ha: 87
  108. ^ Surah Yusuf: 6, Yusuf: 38
  109. ^ Keluaran 12:30-51
  110. ^ Surah Ta Ha: 77, Asy-Syu'ara: 52
  111. ^ Surah Asy-Syu'ara: 53-56
  112. ^ Surah Asy-Syu'ara: 60
  113. ^ Surah Asy-Syu'ara: 62
  114. ^ Surah Yunus: 90
  115. ^ Surah Al-Qalam: 42-45
  116. ^ Surah Yunus: 91
  117. ^ Surah Yunus: 92
  118. ^ Surah Hud: 98-99, Al-Qashash: 41-42
  119. ^ Keluaran 12:37
  120. ^ Keluaran 13:19
  121. ^ Keluaran 13:21–22
  122. ^ Keluaran 13:17–18
  123. ^ Keluaran 13:20
  124. ^ Keluaran 14:2
  125. ^ Keluaran 14:3–5
  126. ^ Keluaran 14:6–9
  127. ^ Keluaran 14:10–20
  128. ^ Keluaran 14:21–31
  129. ^ Keluaran 15:1–21–31
  130. ^ Surah Al-Qashash: 5, Al-A'raf: 137
  131. ^ Surah Al-A'raf: 138
  132. ^ Surah Al-A'raf: 139, Al-Baqarah: 47
  133. ^ Surah Al-Baqarah: 57, Al-A'raf: 160, Ta Ha: 80
  134. ^ Surah Al-Baqarah: 60, Al-A'raf: 160
  135. ^ Surah Ad-Dukhan: 32-33
  136. ^ Surah Al-Baqarah: 57, Al-A'raf: 160
  137. ^ Lihat catatan Kitab Bilangan dengan daftar pengembaraan pada Bilangan pasal 33
  138. ^ Keluaran 13:21–22
  139. ^ Keluaran 15:22–27
  140. ^ Keluaran 16:1–3
  141. ^ Keluaran 16:4–16
  142. ^ Keluaran 17:1–16
  143. ^ Keluaran 18:1–27
  144. ^ Keluaran 19:1–2
  145. ^ Surah Ta Ha: 83-84
  146. ^ Surah Al-Baqarah: 55
  147. ^ Surah Al-Baqarah: 63, An-Nisa: 154, Al-A'raf: 171
  148. ^ Surah Al-Maidah: 12
  149. ^ Surah Al-A'raf: 57, Al-Baqarah: 53, Al-Isra: 2
  150. ^ Keluaran 19:1–25
  151. ^ Keluaran 20:18–21
  152. ^ Keluaran 20-23
  153. ^ Keluaran 24:1–11
  154. ^ Surah Al-A'raf: 142
  155. ^ Surah Al-A'raf: 143-145, Al-An'am: 154
  156. ^ Surah Al-A'raf: 145-147
  157. ^ Surah Ibrahim: 5
  158. ^ Surah Al-Isra: 2
  159. ^ Surah Al-Qashash: 43, Al-Mu'min: 53-54
  160. ^ Keluaran 24:12–18
  161. ^ Keluaran 25-Keluaran 31
  162. ^ Surah Al-Baqarah: 93
  163. ^ Surah Al-A'raf: 150
  164. ^ Surah Ta Ha: 94
  165. ^ Surah Ta Ha: 88-89
  166. ^ Surah Ta Ha: 90-91
  167. ^ Surah Al-A'raf: 151
  168. ^ Surah Ta Ha: 95-97
  169. ^ Surah Ta Ha: 98
  170. ^ Surah Al-Baqarah: 63-64, Al-A'raf: 149
  171. ^ Surah Al-A'raf: 151-153
  172. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Surah Al-A'raf: 155-156
  173. ^ Keluaran 32:1–35
  174. ^ Keluaran 33:1–6
  175. ^ Surah Al-Baqarah: 61
  176. ^ Surah As-Saff: 5
  177. ^ Surah Al-Maidah: 20-25, Al-Baqarah: 58-59
  178. ^ Surah As-Saffat: 114-122
  179. ^ Surah Al-Anbiya: 71
  180. ^ Surah Al-Maidah: 26
  181. ^ Keluaran 33:7–23
  182. ^ Keluaran 34:5–6
  183. ^ Keluaran 34:1–4, 7–28
  184. ^ Keluaran 34:29–35
  185. ^ Bilangan 1:45–46; Bilangan 26:64
  186. ^ Bilangan 1
  187. ^ Bilangan 26
  188. ^ Bilangan 33
  189. ^ Yosua 2:1
  190. ^ Bilangan 25:1
  191. ^ Bilangan 22:1
  192. ^ Ulangan 1:1–2
  193. ^ Surah Al-Qashash: 76-77
  194. ^ Surah Al-Qashash: 79-80
  195. ^ Surah Al-Ankabut: 39, Al-Qashash: 81
  196. ^ Surah Al-Qashash: 82
  197. ^ Surah Al-Qashash: 78, Al-Mu'minun: 55-78, Yunus: 88
  198. ^ Bilangan 16
  199. ^ Keluaran 6:21
  200. ^ Bilangan 16:1–33
  201. ^ Bilangan 27:12–23
  202. ^ Ulangan 34:1
  203. ^ Ulangan 34:4
  204. ^ Ulangan 34:5–6
  205. ^ Ulangan 34:9
  206. ^ Lihat Taurat
  207. ^ Mazmur 90 dalam Alkitab Sabda
  208. ^ Keluaran 19
  209. ^ Keluaran 25-Keluaran 40
  210. ^ Keluaran 3, Keluaran 31
  211. ^ Keluaran 32
  212. ^ Lihat peristiwa "Anak lembu emas"
  213. ^ Surah Al-Ahzab: 69
  214. ^ Surah Al-An'am: 91, Hud: 110
  215. ^ Surah Al-Baqarah: 247-248
  216. ^ Surah Al-A'la: 6-19
  217. ^ Surah Nuh: 28
  218. ^ Surah Al-A'raf: 143-145, An-Najm: 1-18
  219. ^ Searching for Moses by David Down (April 1, 2001)
Kesalahan pengutipan: Tag <ref> dengan nama "FOOTNOTEShmuel19761133" yang didefinisikan di <references> tidak digunakan pada teks sebelumnya.

Daftar pustaka

  • Assmann, Jan, Moses the Egyptian: The Memory of Egypt in Western Monotheism, Harvard University Press, ISBN 978-0-674-58738-0 
  • Blackham, Paul (2005), "The Trinity in the Hebrew Scriptures", dalam Metzger, Paul Louis, Trinitarian Soundings in Systematic Theology (essay), Continuum International 
  • Droge, Arthur J (1989), Homer or Moses?: Early Christian Interpretations of the History of Culture, Mohr Siebeck 
  • Feldman, Louis H (1998), Josephus's Interpretation of the Bible, University of California Press 
  • Ibnu Katsir (2014). Kisah-Kisah Para Nabi. Diterjemahkan oleh Muhammad Zaini. Surakarta: Insan Kamil Solo. ISBN 978-602-6247-11-7. 
  • Shmuel, Safrai (1976), Stern, M, ed., The Jewish People in the First Century, Van Gorcum Fortress Press 

Pranala luar