Lompat ke isi

Hubungan Belanda dengan Indonesia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 20: Baris 20:


Ada juga penduduk Indonesia yang tinggal di Belanda, dan banyak mendirikan gereja-gereja mereka sendiri dalam apa yang telah mengistilahkan "misi terbalik," yang mengacu kepada para misionaris Belanda pada saat berkoloni.
Ada juga penduduk Indonesia yang tinggal di Belanda, dan banyak mendirikan gereja-gereja mereka sendiri dalam apa yang telah mengistilahkan "misi terbalik," yang mengacu kepada para misionaris Belanda pada saat berkoloni.

== Kunjungan kepala negara ==
=== Ratu Juliana ===
{{main|Kunjungan Ratu Juliana ke Indonesia}}
[[Ratu Juliana]] pernah ke [[Indonesia]] pada tahun 1971<ref>[https://www.youtube.com/watch?v=kVEU3IhPIc4 State visit of Queen Juliana and Prince Bernhard to the Republic Indonesia 1971]</ref> sambil membawa "oleh-oleh", antara lain naskah [[manuskrip]] [[Kakawin Nagarakretagama]]. Naskah [[lontar]] ini berasal dari [[Lombok]] dan sampai ke Belanda karena dijarah oleh [[KNIL]] pada tahun 1894, sewaktu tentara Belanda menaklukkan Lombok.

=== Raja Willem-Alexander ===
{{Main|Kunjungan Raja Willem-Alexander ke Indonesia}}
{{sect-stub}}


== Tokoh Indonesia-Belanda ==
== Tokoh Indonesia-Belanda ==

Revisi per 15 Oktober 2020 14.56

Hubungan Indonesia – Belanda
Peta memperlihatkan lokasiIndonesia and Netherlands

Indonesia

Belanda

Hubungan Belanda dengan Indonesia mengacu pada hubungan antara Indonesia dan Belanda. Hubungan yang dimulai selama perdagangan rempah-rempah dan Belanda mulai membuat pos perdagangan di Hindia Belanda sebelum menjajah Indonesia

Sejarah

Pada 1602, Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC mulai beroperasi di Indonesia di mana ia memonopoli dagangan rempah-rempah. Meskipun sejarah Indonesia menampilkan rezim kolonial Eropa lainnya, itu adalah Belanda yang dipadatkan terus mereka pada negara. Setelah kebangkrutan Perusahaan pada 31 Desember 1799, negara Belanda menguasai kepulauan ini pada tahun 1826. Setelah ini negara Belanda juga berperang melawan dia pribumi dan kemudian ditegakkan periode kerja paksa dan perbudakan sampai tahun 1870 ketika, pada tahun 1901, mereka mengadopsi "Kebijakan Etis Belanda dan Kebangkitan Nasional," yang termasuk investasi yang agak meningkat dalam pendidikan adat dan reformasi politik yang sederhana. Hanya dalam abad ke-20, bagaimanapun, adalah pemerintahan Belanda ditingkatkan untuk apa yang akan menjadi Indonesia. Setelah penjajahan Jepang selama Perang Dunia II, Belanda mencoba untuk membangun kembali kekuasaan mereka, di tengah perjuangan bersenjata dan diplomatik pahit yang berakhir pada Desember 1949. Tekanan internasional kemudian memaksa Belanda untuk memerdekaan Indonesia yang diakui secara resmi.

Hubungan Politik

Ratu Juliana dan Presiden Soeharto di Jakarta saat kunjungan resmi sang ratu ke Indonesia pada tahun 1971.

Hubungan antara keduanya telah dirusak oleh niat separatis Gerakan Papua Merdeka. Selain itu, Republik Maluku Selatan juga merupakan populasi Kristen yang berusaha memisahkan diri dari mayoritas-Muslim Indonesia. Dalam lapisan ini, mereka telah menyerang target di Belanda pada 1970-an dan 1980-an, berusaha untuk memaksa negara itu untuk menekan Indonesia menjadi memungkinkan untuk memisahkan diri dari bangsa mereka. Hubungan politik kemudian tegangnya seperti pejabat Indonesia menolak untuk mengunjungi Belanda, sementara kelompok itu diizinkan untuk membawa kasus ke pengadilan terhadap mereka Pada tahun 2010., Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, membatalkan kunjungan ke Belanda setelah aktivis kelompok meminta pengadilan Belanda untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan baginya. langkah itu dikecam oleh aktivis pro-Indonesia Maluku di Jakarta. [5]

Namun, kunjungan Menteri Luar Negeri Belanda, Bernard Bot ke Indonesia pada tahun 2005 untuk merayakan ulang tahun kemerdekaan ke-60 ditandai dengan momen bersejarah dalam hubungan antara kedua negara. Setelah berkunjung, hubungan antara Indonesia dan Belanda lebih lanjut ditingkatkan dan diperkuat oleh perluasan kerjasama dalam berbagai bidang.

Kemiliteran

Militer Indonesia kadang-kadang masih membeli peralatan dari Belanda. Meski saat ini Indonesia telah menjadi Negara yang berdaulat, Indonesia telah memfokuskan kedepan untuk bidang Militer yang jauh lebih kuat karena masa kelamnya dijajah oleh bangsa barat dan juga jepang, Militer Indonesia telah mencapai angka peringkat 14 dunia dari GFP(GLOBAL FIRE POWER) data yang telah dikumpulkan, bahkan telah menjadi negara dengan bidang militer paling maju di ASEAN .[1]

Hubungan Kebudayaan

Meskipun hubungan budaya tidak lagi kuat, Kristen di Indonesia adalah hasil bagi para misionaris Belanda.

Lain warisan dari pemerintahan kolonial di Indonesia adalah sistem hukum yang diwariskan dari Belanda. Pada tahun 2009, Menteri Kehakiman Belanda Ernst Hirsch Ballin mengunjungi Indonesia dalam apa yang dianggap sebagai batu loncatan untuk mereformasi sistem hukumnya.

Ada juga penduduk Indonesia yang tinggal di Belanda, dan banyak mendirikan gereja-gereja mereka sendiri dalam apa yang telah mengistilahkan "misi terbalik," yang mengacu kepada para misionaris Belanda pada saat berkoloni.

Kunjungan kepala negara

Ratu Juliana

Ratu Juliana pernah ke Indonesia pada tahun 1971[2] sambil membawa "oleh-oleh", antara lain naskah manuskrip Kakawin Nagarakretagama. Naskah lontar ini berasal dari Lombok dan sampai ke Belanda karena dijarah oleh KNIL pada tahun 1894, sewaktu tentara Belanda menaklukkan Lombok.

Raja Willem-Alexander


Tokoh Indonesia-Belanda

Alamat kedutaan

Kedutaan Indonesia di Belanda

Duta Besar RI
Tobias Asserlaan
KC Den Haag 82517 Netherlands.
Telepon: +31-070-3108 100
Faks: +31-070-3643 331
Laman web: http://www.id.indonesia.nl/content/view/151/75/

Kedutaan Belanda di Indonesia

Jalan HR Rasuna Said Kav. S-3
Kecamatan Kuningan
Jakarta Selatan
Jakarta 12950 Indonesia
Telepon: (+62) 21 524 8200
Faks: (62-21)3435-9922
Laman web: http://indonesia-in.nlembassy.org/

INA - INDONESIAN BENELUX CHAMBER OF COMMERCE

Menara Jamsostek Building Tower A 20th floor,
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 38, Jakarta 12710 Tel. +62-21-52902177 | Fax. +62-21-52902178 | Email. ina@ina.or.id | Website. www.ina.or.id
Telepon: (+62) 21 529 02177
Faks: (+62) 21 529 02178
Laman web: http://www.ina.or.id/

Referensi

Pranala luar