Lompat ke isi

TvOne: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Cnegiehkj (bicara | kontrib)
Dexwartana (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 188: Baris 188:
|-
|-
|rowspan=2|PT Lativi Media Karya Bali dan Kepulauan Riau
|rowspan=2|PT Lativi Media Karya Bali dan Kepulauan Riau
|[[Denpasar]], [[Singaraja]]
|[[Kota Denpasar]], [[Singaraja]]
|41 UHF
|41 UHF
|42 UHF
|42 UHF

Revisi per 10 September 2021 09.50

tvOne
Nama sebelumnyaLativi (30 Juli 2002–14 Februari 2008)
JenisJaringan televisi
SloganMemang Beda
NegaraIndonesia
BahasaBahasa Indonesia
PendiriAbdul Latief
Tanggal siaran perdana17 Januari 2002 (siaran percobaan)
Tanggal peluncuran30 Juli 2002 (sebagai Lativi)
14 Februari 2008 (sebagai tvOne)
Kantor pusatKawasan Industri Pulo Gadung JIEP, Jl. Rawa Terate II, Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur
Wilayah siaranNasional
PemilikVisi Media Asia
Anggota jaringanlihat #Transmisi
Tokoh kunciAhmad R. Widarmana (Presiden Direktur)
Karni Ilyas (Wakil Presiden Direktur)
Anindra Ardiansyah Bakrie (Presiden Komisaris)
Format gambar576i SDTV 4:3
Satelit
Kabel
IPTV
Televisi Internet
Situs webtvonenews.com
tvOne
PT Lativi Media Karya
Jakarta Timur, DKI Jakarta
Indonesia
SaluranAnalog: 53 UHF
Digital: 34 UHF
SloganMemang Beda
Pemrograman
AfiliasitvOne (stasiun induk)
Kepemilikan
PemilikALatief Corporation (2002–2007)
Visi Media Asia (2007–sekarang)
antv (2007–sekarang)
sportOne (2013–sekarang)
Riwayat
Siaran perdana
17 Januari 2002 (siaran percobaan)
30 Juli 2002 (sebagai Lativi)
14 Februari 2008 (sebagai tvOne)
Bekas tanda panggil
Lativi (2002–2008)
Televisi Olahraga, News, dan Entertainment
Informasi teknis
Otoritas perizinan
Kemkominfo dan KPID Provinsi DKI Jakarta
Pranala
Situs webtvonenews.com

PT Lativi Media Karya beroperasi sebagai tvOne (sebelumnya bernama Lativi) adalah sebuah jaringan televisi nasional di Indonesia. Berawal dari penggunaan nama Lativi, jaringan televisi ini didirikan pada tanggal 30 Juli 2002 pukul 16:00 WIB oleh Abdul Latief dan dimiliki oleh ALatief Corporation. Pada saat itu, konsep penyusunan acaranya banyak menonjolkan masalah yang berbau klenik, erotisme, berita kriminalitas dan beberapa hiburan ringan lainnya. Sejak tahun 2007, saham mayoritasnya dimiliki oleh Grup Bakrie (melalui PT Visi Media Asia) yang juga memiliki stasiun televisi antv, dan Abdul Latief tidak lagi berada dalam kepemilikan sahamnya.

Pada tanggal 14 Februari 2008 pukul 19:30 WIB, Lativi secara resmi berganti nama menjadi tvOne, dengan komposisi 70 persen berita, sisanya gabungan program olahraga dan hiburan. Direktur Utama tvOne saat ini adalah Ahmad R. Widarmana.[1][2]

Sejarah

Logo pertama Lativi saat siaran percobaan (17 Januari-29 Juli 2002)
Logo kedua Lativi saat resmi diluncurkan (30 Juli 2002-31 Agustus 2007)
Logo ketiga Lativi (1 September-Desember 2007)
Logo terakhir Lativi versi perak, digunakan sebelum berganti nama menjadi tvOne (Desember 2007-14 Februari 2008)
Logo pertama tvOne (14 Februari 2008-25 Februari 2011)
Logo kedua tvOne (25 Februari 2011-2 Maret 2012, ditambahkan gambar peta pada huruf O)
Logo ketiga tvOne, digunakan saat on-air (2 Maret 2012-sekarang, ditambahkan gambar peta pada huruf O)

Lativi

Pada awal siaran, tvOne dahulu bernama Lativi. Lativi sendiri mendapat izin siaran nasional No. 799/MP/PM/1999 dari Departemen Penerangan pada 25 Oktober 1999,[3][4] dan sebelumnya menjadi salah satu pemenang dari seleksi pendirian televisi yang diumumkan Deppen pada 12 Oktober 1999 (bersama 4 stasiun lain yaitu DVN TV, MetroTV, Trans TV dan Global TV). Stasiun televisi ini dimiliki oleh ALatief Corporation (perusahaan yang dimiliki oleh Abdul Latief), dan awalnya bernama Pasaraya TV (PRTV, dengan nama perusahaan PT Pasaraya Media Karya) ketika mendapatkan izin dari pemerintah. Sebetulnya, PT Pasaraya Media Karya sudah didirikan sejak 15 Oktober 1991, dan awalnya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan majalah bernama Pasaraya Belanja (untuk promosi Pasaraya milik Latief), tetapi kemudian menjadi badan usaha dari stasiun televisi baru ini.[5][6] PRTV awalnya diharapkan oleh Latief menjadi media bagi perusahaan retailnya, Pasaraya Group.[7]

Pada awal tahun 2001, Lativi memulai siaran percobaannya dan membangun stasiun relai televisi di DKI Jakarta. Beberapa bulan sebelum siaran percobaannya, PRTV mengubah namanya menjadi Lativi yang diambil dari nama pendirinya, Abdul Latief (La(tief)tivi), dan nama perusahaannya menjadi PT Lativi Media Karya. Siaran Lativi diluncurkan pada 30 Juli 2002, dan awalnya dapat dinikmati di tujuh kota, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, dan Medan.[4] Untuk menyukseskan stasiun televisi baru ini, Latief sebelumnya sudah merekrut bekas orang-orang yang pernah terlibat dalam dunia penyiaran seperti Chrys Kelana dan Desi Anwar dari RCTI.[8]

Awalnya, Lativi tidak dimaksudkan sebagai stasiun televisi yang cenderung pada kelas bawah dan menyiarkan program-program agak keras (lebih bersifat umum layaknya stasiun televisi lain) seperti menayangkan sinetron,[9] film Barat atau film Mandarin,[10] dan bahkan sempat mencoba dengan tayangan edukatif dokumenter berbahasa Inggris.[11] Lativi juga sempat menggandeng Nickelodeon untuk menyiarkan acara kartun darinya seperti Dora The Explorer, SpongeBob SquarePants, dan Blue's Clues (kemudian pindah ke Global TV) pada tahun 2004.[12] Di bulan Ramadan, Lativi juga dikenal dengan acara Pildacil (Pemilihan Da'i Cilik) yang cukup populer dan ditayangkan beberapa kali.[13]

Namun, seiring dengan sulitnya mencari keuntungan dan terus merugi (Rp 10-20 miliar/bulan),[14] maka stasiun ini pun sejak 2004 mulai mencoba menyiarkan acara-acara yang kontroversial (terutama pada malam hari). Acara tersebut banyak yang berbau erotisme (seperti Layar Tancap, Bisikan Nafsu, acara dangdut dan Komedi Tengah Malam),[15][16][17] kekerasan (seperti WWE SmackDown yang pernah memakan korban dari anak-anak),[18][19] mistis (seperti Pemburu Hantu dan Rahasia Alam Gaib), dan berita kriminalitas yang vulgar seperti Brutal dan Tikam.[20][21] Tidak pelak, hal itu menimbulkan polemik dan kontroversi di berbagai kalangan masyarakat.

Setelah diakuisisi Bakrie, pada 2007 Lativi mulai mengurangi acaranya yang kontroversial, namun masih tetap menayangkan acara hiburan seperti drama Asia, kartun dan lainnya. Pada September 2007, Lativi berhasil mendapatkan hak siar Liga Utama Inggris 2007-2008.[22] Salah satu bentuk perubahan pasca beralih kepemilikan ada pada logo Lativi, dimana logo rajawali[23] ALatief Corporation dihilangkan dan hanya menjadi tulisan "Lativi" saja.

tvOne

Mulai Kamis, 14 Februari 2008 pukul 19:30 WIB, Lativi secara resmi berganti nama menjadi tvOne. Kepastian peresmian nama baru ini disampaikan Direktur utama dari tvOne, Erick Thohir, dalam jumpa pers Rabu, 13 Februari 2008. Perubahan nama ini adalah upaya strategi manajemen untuk memberikan sesuatu yang berbeda di industri pertelevisian Indonesia. Peresmian tvOne akan dilaksanakan di Plenary Hall, Gedung Jakarta Convention Center, dan ditayangkan secara langsung di tvOne mulai pukul 19:30 WIB. Peresmian tvOne juga dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada tanggal 25 Februari 2011, tvOne mengubah logonya yaitu dalam huruf O terdapat gambar peta, bertepatan dengan ulang tahun ke-3 tvOne, "Menuju Satu Dunia".

Pada tahun 2014, tvOne resmi memiliki hak siar dalam ajang sepak bola bergengsi di dunia Piala Dunia FIFA 2014 bersama ANTV.

Pada tanggal 15 April 2017, tvOne untuk pertama kalinya sejak 9 tahun kembali mulai menayangkan program hiburan, seperti drama Turki dan acara permainan. Beberapa drama Turki dan acara permainan yang ditayangkan oleh tvOne, sebelumnya juga pernah ditayangkan oleh antv. Namun untuk jangka panjang, tvOne akan mengarahkan program-program hiburan yang ditayangkan untuk segmentasi pria dan remaja, yang dimulai dengan kembalinya Radio Show pada awal tahun 2017. Dengan format baru ini, tvOne diharapkan dapat melampaui peringkat Trans TV dan Trans7 dalam klasemen tahunan Nielsen, di mana kedua stasiun televisi tersebut sedang mengalami stagnasi pada saat ini. Sayangnya, proses reposisi tvOne harus terhenti per 31 Juli 2017 hingga batas waktu yang tidak ditentukan, diduga karena adanya friksi antara redaksi dengan programming mengenai penjadwalan, serta rating drama Turki dan acara permainan yang tayang di tvOne malah cenderung rendah dan tidak sesuai harapan. tvOne pun kembali seperti semula, menjadi TV yang fokus ke tayangan berita dan olahraga.

Kepemilikan

Lativi awalnya seperti telah dijelaskan dimiliki oleh Abdul Latief, yang merupakan mantan Menaker di era Presiden Soeharto. Hingga dilepas kepemilikannya pada 2007, secara resmi 100% kepemilikan stasiun televisi ini ada pada Latief, walaupun pada tahun 2003 Lativi sudah dikabarkan akan dilepas kepada Tomy Winata.[24] Namun, pada akhirnya Latief justru "tersandung" dengan stasiun televisi miliknya ini akibat kredit macet, yang pada akhirnya memaksanya melepaskan kepemilikan atas Lativi.

Kredit macet ini bermula ketika di awal bersiaran, untuk membantu pengembangannya, Lativi meminjam dana dari Bank Mandiri sebesar Rp 328 miliar.[25] Sialnya, Lativi justru tidak bisa menghasilkan keuntungan yang memadai karena programnya tidak mendapatkan rating yang bagus, sehingga kredit ke Bank Mandiri tersebut macet. Walaupun pihak Lativi sudah membantah hal ini,[26] kenyataannya pemerintah tetap menyatakan bahwa Lativi telah gagal bayar dan melakukan tindak pidana sehingga pada 2005-2006, Direktur Utama Lativi Hasyim Sumiyana, Komisaris Utama Lativi Abdul Latief dan mantan Direktur Utamanya Usman Ja'far ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung.[27] Alasannya, Latief hanya membayar Rp 50 miliar dari hutangnya tersebut (yang telah berbunga sehingga menjadi Rp 450 miliar). Akibat kemacetan kredit tersebut, Lativi praktis kini berada di bawah pengusaan Bank Mandiri selaku kreditor. Melihat situasi tersebut (ditambah keuangan Lativi yang terus memburuk dan siarannya yang makin tidak menguntungkan), sejumlah investor berminat untuk mengakuisisi Lativi, seperti Chairul Tanjung, pemilik Trans TV dan TV3 Malaysia pada 2005. Keduanya tampak serius, bahkan Trans TV sudah memasukan hal ini dalam rencana kerjanya serta TV3 sudah melakukan uji tuntas dan berunding langsung dengan Latief di Malaysia.[28][29][30] Begitu juga dengan Mahaka Media yang dipimpin Erick Thohir juga sempat berencana membeli TV ini.[31]

Namun, yang pada akhirnya mendapatkan Lativi justru adalah Bakrie Group. Pihak Bakrie sudah melakukan penjajakan untuk membeli Lativi dari Agustus 2006,[32] namun baru bisa terlihat ketika tangan kanan mereka, konsorsium Capital Managers Asia Pte. Ltd melakukan pelunasan pada seluruh hutang Lativi di Bank Mandiri pada Maret 2007.[33] Dengan itulah, selain ditambah keinginan Latief yang memang ingin fokus pada bisnis ritelnya, pihak Bakrie kemudian mengakusisi Lativi dari tangan Abdul Latief di tahun itu juga dengan harga Rp 600-700 miliar, dan ditambah berbagai hal totalnya sekitar Rp 1,4 triliun. (Untuk pengusutan kasus Abdul Latief dkk, tampaknya menguap dan tidak ada kejelasan setelah peristiwa ini).[34] Lativi sendiri dimiliki oleh Bakrie bersama Erick Thohir (Mahaka Media) dan Rosan Roeslani. Mereka menggunakan wadah perusahaan PT Visi Media Asia (VIVA) yang menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 49%, ditambah dengan PT Redal Semesta (anak usaha VIVA) 31%, Good Response Ltd 10% serta Promise Result Ltd 10%.[35][36] Pemilik Lativi menggunakan tangan Erick dan anak Aburizal Bakrie yaitu Anindya Bakrie serta Ardi Bakrie untuk mengelola stasiun TV tersebut, yang kelak namanya akan diubah menjadi tvOne dan segmentasinya menjadi TV berita.[37] Sampai tahun 2010, komposisi kepemilikan saham tvOne masih dimiliki oleh beberapa pihak, hingga kemudian akhirnya seluruhnya beralih pada VIVA, menjadikannya sebagai pemegang saham mutlak di stasiun TV ini sebesar 99%.[38]

Sejak akuisisi pada 2007 tersebut, Bakrie tetap menguasai tvOne lewat kepemilikan saham di Visi Media Asia (VIVA) sampai saat ini. Walaupun ada rumor pada awal 2013 yang disampaikan oleh Surya Paloh dan isu dalam rencana RUPS VIVA bahwa mereka akan menjual sahamnya kepada pemilik grup Media Nusantara Citra, Hary Tanoesoedibjo pada tahun 2013 senilai US$ 1,2-2 miliar (Rp 10-19 triliun), tetapi hal itu dibantah oleh Aburizal Bakrie, kemudian oleh Hary Tanoe dan terakhir oleh VIVA itu sendiri sehingga rencana itu dipastikan batal.[39][40][41] Di samping HT, kabar lain juga mengatakan bahwa di tahun yang sama, Chairul Tanjung dari CT Corp juga menargetkan untuk mengakuisisi VIVA (termasuk tvOne di dalamnya yang bisa katakan merupakan upaya kedua kalinya), bahkan CT sudah menyampaikan bahwa ia siap membeli VIVA dengan modal Rp 17,2 triliun (US$ 1,8 miliar) langsung secara tunai. Walaupun demikian, rencana ini kemudian tidak terjadi.[42][43]

Transmisi

Berikut ini adalah transmisi tvOne dan stasiun afiliasinya (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data Izin Penyelenggaraan Penyiaran Kominfo.[44]

Nama Jaringan Daerah Frekuensi Analog (PAL) Frekuensi Digital (DVB-T2)[45]
PT Lativi Media Karya DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi 53 UHF 34 UHF
PT Lativi Media Karya Bali dan Kepulauan Riau Kota Denpasar, Singaraja 41 UHF 42 UHF
Batam off air 44 UHF (segera)
PT Lativi Media Karya Yogyakarta dan Lampung Yogyakarta, Bantul, Wonosari, Sleman, Wates, Solo 38 UHF 35 UHF
Bandar Lampung, Kota Metro 55 UHF 37 UHF
PT Lativi Media Karya Bandung Bandung, Cimahi, Padalarang, Cianjur 48 UHF 47 UHF
PT Lativi Media Karya Semarang-Padang Semarang, Ungaran, Kendal, Demak, Jepara, Kudus 39 UHF 40 UHF
Padang, Pariaman, Bukittinggi, Padang Panjang, Solok 27 UHF 40 UHF
PT Lativi Media Karya Surabaya dan Jambi Surabaya, Lamongan, Gresik, Mojokerto, Pasuruan, Bangkalan 52 UHF 23 UHF
Jambi 39 UHF
PT Lativi Media Karya Kendari dan Pontianak Kendari 51 UHF
Pontianak 25 UHF
PT Lativi Media Karya Banjarmasin dan Bengkulu Banjarmasin, Martapura, Marabahan 26 UHF 43 UHF
Bengkulu 44 UHF
PT Lativi Media Karya Manado dan Samarinda Manado 22 UHF
Samarinda 39 UHF 42 UHF
PT Lativi Media Karya Makassar dan Ambon Makassar, Maros, Sungguminasa, Pangkajene 47 UHF
Ambon 22 UHF 45 UHF
PT Lativi Media Karya Palembang dan Palangkaraya Palembang 40 UHF
Palangkaraya 23 UHF
PT Lativi Media Karya Medan dan Pekanbaru Medan 37 UHF 40 UHF
Pekanbaru 38 UHF 45 UHF
PT Lativi Media Karya Aceh dan Gorontalo Banda Aceh 44 UHF 38 UHF
Gorontalo 46 UHF
PT Lativi Media Karya Bangka Belitung dan Ternate Pangkal Pinang 29 UHF
Ternate
PT Lativi Media Karya Kupang dan Mamuju Kupang
Mamuju
PT Lativi Media Karya Papua dan Sorong Jayapura 53 UHF
Sorong
PT Lativi Media Karya Lombok dan Palu Mataram 56 UHF
Palu
PT Lativi Media Karya Cirebon dan Magetan Cirebon, Indramayu off air (52 UHF) 47 UHF
Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo
PT Lativi Media Karya Garut dan Kediri Garut, Tasikmalaya, Ciamis 48 UHF 47 UHF
Kediri, Pare, Kertosono, Jombang, Blitar, Tulungagung 52 UHF
PT Lativi Media Karya Sukabumi dan Jember Sukabumi 37 UHF
Jember
PT Lativi Media Karya Sumedang dan Malang Sumedang 48 UHF 47 UHF
Malang off air sejak 2019 37 UHF (segera)
PT Lativi Mediakarya 2 Pematang Siantar 56 UHF 40 UHF
PT Lativi Mediakarya 3 Tarakan 37 UHF 39 UHF
Bungo
PT Lativi Mediakarya 4 Tanjung Pinang
PT Lativi Mediakarya 5 Situbondo
Purworejo off air (23 UHF)
PT Lativi Mediakarya 6 Banyuwangi
PT Lativi Mediakarya 7 Sumenep, Pamekasan
Majalengka 54 UHF 47 UHF
PT Lativi Mediakarya 8 Kuningan 33 UHF
Pati dan Rembang 53 UHF 40 UHF
PT Lativi Mediakarya 9 Bontang
Kolaka 23 UHF
Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Cilacap off air (51 UHF) 25 UHF
Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan 39 UHF 36 UHF
Tanjungbalai 38 UHF
Pandeglang 34 UHF
Cilegon, Serang 41 UHF
Malingping, Lebak 42 UHF
Malinau 46 UHF
Nunukan 38 UHF
Balikpapan 42 UHF

Slogan utama

Sebagai Lativi

  • Saluran Penuh Nilai Dan Makna (17 Januari 2002-7 Agustus 2004)
  • Pasti (7 Agustus 2004-31 Desember 2006)
  • Berani Beda (1 Januari 2007-31 Desember 2007)
  • Memang Beda (1 Januari 2008-14 Februari 2008)

Sebagai tvOne

  • Memang Beda (14 Februari 2008-14 Februari 2010, 2 Maret 2012-sekarang)
  • Terdepan Mengabarkan (14 Februari 2010-2 Maret 2012)
  • Menuju Satu Dunia (24 Februari 2011-2 Maret 2012)
  • News+Sports+Entertainment (15 April-31 Juli 2017, masih digunakan pada logo tvOne)
  • tvOne, TV Pemilu. Kami Kabarkan, Anda Putuskan (versi Pemilu 2009, 2014 dan 2019)

Program

Penyiar

Biro

Domestik

Internasional

Direksi

Daftar direktur utama

No. Nama Awal jabatan Akhir jabatan
1 Usman Ja'far 2002 2003
2 Hasyim Sumiana 2003 2006
3 Medina Latief Harjani 2006 2007
4 Erick Thohir 2007 2010
5 Anindra Ardiansyah Bakrie 2010 2017
6 Ahmad R. Widarmana 2017 sekarang

Direksi saat ini

Nama Jabatan
Anindra Ardiansyah Bakrie Presiden Komisaris
Ahmad R. Widarmana Presiden Direktur
Karni Ilyas Wakil Presiden Direktur dan Pemimpin Redaksi
Reva Deddy Utama Direktur Olahraga dan Pemrograman
Andi Pravidya Saliman Direktur Keuangan
David Eric Burke Direktur Penjualan, Pemasaran dan Pengembangan Bisnis
Totok Suryanto Wakil Pemimpin Redaksi
Harya M. Hidayat Kepala Pengembangan Bisnis dan Komunikasi Korporasi
Dudi Hendrakusuma Syahlani Kepala Modal Manusia dan Petugas Operasi
Arni Yuliartiningsih Kepala Penjualan dan Pemasaran

Kontroversi

Era Lativi

Lativi sempat memperoleh kecaman publik saat menayangkan program gulat SmackDown pada jam tayang yang dapat ditonton anak-anak, saat seorang anak berusia 9 tahun tewas setelah menirukan adegan dari program gulat tersebut. Lativi sempat mengubah jam tayang program namun memutuskan untuk menghentikan penayangan setelah memperoleh peringatan.

Era tvOne

Netralitas

Secara umum, banyak pihak mempertanyakan netralitas tvOne, karena sering kali menyajikan pemberitaan yang cenderung tidak berimbang. Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama yang pada 2013 menjabat sebagai pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta sempat secara terbuka marah saat diwawancarai tvOne. Joko Widodo marah karena merasa dibohongi dan kemudian disudutkan saat diwawancarai mengenai 100 hari kinerja Gubernur DKI Jakarta,[46] sementara Basuki marah karena merasa difitnah dengan pemberitaan yang tidak logis.[47]

Pada pemilihan umum Presiden 2014, tvOne memperoleh kritikan tajam karena memberikan porsi berita lebih banyak kepada pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa beserta Koalisi Merah Putih ketimbang pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.[48] Kritikan yang sama juga dilontarkan kepada 4 stasiun televisi lainnya.[49] KPI secara pribadi juga menyorot Metro TV dan tvOne karena dianggap tidak berimbang dalam pemberitaan seputar Pilpres 2014.[50]

Pelanggaran iklan

tvOne mendapatkan teguran karena menyelipkan iklan niaga dalam siaran adzan maghrib pada 2011.[51] tvOne juga merupakan salah satu dari 8 stasiun televisi yang diberi sanksi oleh KPI karena melanggar aturan iklan kampanye Pilpres 2014.[52]

Konten tidak layak siar

Pada waktu pencarian korban dan puing-puing setelah jatuhnya pesawat AirAsia, tvOne sempat dikecam karena menampilkan gambar jasad mengapung yang diduga korban AirAsia.[53]

Eksploitasi korban dalam wawancara

tvOne mendapat kecaman keras dari berbagai pihak setelah tayangan Indonesia Lawyers Club pada 13 Oktober 2013 yang mengundang salah satu anak-anak yang dekat dengan pelaku kekerasan seksual. Dalam acara tersebut, korban diwawancara dan diminta untuk menceritakan kehidupan sehari-harinya dan kedekatannya dengan pelaku dalam siaran langsung. Remotivi berpendapat bahwa wawancara tersebut sebagai "eksploitasi anak" karena dapat berdampak traumatik kepada anak serta melanggar pedoman Komisi Penyiaran Indonesia.[54]

Pembatalan menayangkan Indonesia Lawyers Club di tvOne

tvOne dikecam karena menghentikan penayangan program talkshow Indonesia Lawyers Club pada saat menayangkan program tvOne seperti Kabar Utama, Buru Sergap, Kabar Hari Ini, Kabar Arena Malam dan Menyingkap Tabir, di mana berlangsung menayangkan program talkshow Indonesia Lawyers Club di tvOne pada hari Selasa, 10 November 2020.

Penangkapan Anindra Ardiansyah Bakrie dan Nia Ramadhani

tvOne dikecam karena penangkapan salah satu mantan direktur utamanya, Anindra Ardiansyah Bakrie dan istrinya Nia Ramadhani, mengenakan kasus dugaan penyalahgunaan dan kepemilikan narkoba, pihak polisi menyita barang bukti berupa sabu, meskipun Ardi sudah memperjuangkannya selama 14 tahun dengan mengajak jajaran pimpinan level atas antv dan tvOne untuk berdiskusi panjang.[55] Menurut pihak VIVA, mereka hanya akan penangkapan mantan direktur utamanya bersama istrinya mengaku pakai narkoba.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Alamat stasiun tvOne di Jakarta diterbitkan oleh bayu kusuma wijaya selaku direksi tvone.
  2. ^ VIVA, Tim. "Profil – tvOne Corporate Website". www.tvonenews.tv (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-07-07. 
  3. ^ LIMA TEVE SWASTA BARU, BEREBUT IKLAN DAN KAVLING DI UDARA
  4. ^ a b "Company Profile". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-10-22. Diakses tanggal 2006-10-22. 
  5. ^ Data penerbitan pers nasional tahun 1998
  6. ^ Prospektus VIVA 2011
  7. ^ Demokrasi dan globalisasi: meretas jalan menuju kejatidirian
  8. ^ Membuka Kejadian Menonjol Media Massa Indonesia Sejak Era Reformasi Sampai 2000
  9. ^ Pertemuan dalam pipa: cerita dari Riau
  10. ^ Seni Menggelindingkan TV Baru
  11. ^ Matinya rating televisi
  12. ^ Terbang dengan Dora dan Spongebob
  13. ^ Mainstreaming Islam in Indonesia: Television, Identity, and the Middle Class
  14. ^ Informasi & peluang bisnis SWA sembada, Volume 22,Masalah 8-12
  15. ^ Lativi Bisa Dilaporkan ke Polisi
  16. ^ Inilah Acara TV Bermuatan Seks dan Kekerasan Versi KPI
  17. ^ Erotisme, tiara amara dan tv kabel
  18. ^ Lativi Resmi Stop Smack Down
  19. ^ Komnas Perlindungan Anak: Stop Tayangan "Smackdown"
  20. ^ Program Tayangan Mistis, Kekerasan dan Seksual Diprotes!
  21. ^ Media, kematian, dan identitas budaya minoritas: representasi etnik Tionghoa dalam iklan dukacita
  22. ^ Lativi Siarkan Langsung Liga Utama Inggris 2007/2008
  23. ^ Bahana: Bulanan Kristiani popular
  24. ^ Seni Menggelindingkan TV Baru
  25. ^ Ekonomi Politik Media Penyiaran
  26. ^ Lativi Membantah Memiliki Kredit Macet
  27. ^ Lativi Lunasi Seluruh Utang di Bank Mandiri
  28. ^ Trans TV Siap Ambil Alih Lativi
  29. ^ Nego dengan TV3 di Malaysia, Latief Mangkir Diperiksa Lagi
  30. ^ Raja Media - Rupert Murdoch dan Peta Bisnis Televisi di Indonesia
  31. ^ Pemilik Jak-TV Incar Lativi
  32. ^ Lativi Segera Beralih ke ANTV
  33. ^ Lativi di Bawah Bendera Bakrie?
  34. ^ STIGMA Tuntut Kejaksaan Seret Abdul Latief
  35. ^ Lativi Menjadi TVOne
  36. ^ tvOne Dimodali Rp 400 M Untuk 2009
  37. ^ Ardi Bakrie Gaya Si Bungsu di Puncak TV One
  38. ^ Lapkeu VIVA 2011
  39. ^ Hary Tanoe: tvOne dan antv batal dijual
  40. ^ TV One Mau Dijual? Ini Kata Ical
  41. ^ Bakrie Batal Jual ANTV dan TVOne ke Hary Tanoe
  42. ^ Chairul Tanjung Akui Akan Beli TVOne, ANTV dan Vivanews
  43. ^ Soal Pembelian Visi Media, HT Kalah Bersaing dari Chairul Tanjung
  44. ^ DAFTAR IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN TELEVISI YANG SUDAH DITERBITKAN OLEH MENTERI KOMINFO SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2017
  45. ^ Peta ISR TV Digital - SDPPI Maps
  46. ^ http://forum.detik.com/akibat-ingkar-janji-jokowi-marah-kepada-tv-one-t613415.html
  47. ^ http://www.merdeka.com/jakarta/cerita-jokowi-ahok-marahi-wartawan-tvone.html
  48. ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/32095-peringatan-tentang-pemberitaan-pasangan-calon-presiden-dan-wakil-presiden-tv-one
  49. ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32097-pernyataan-bersama-dewan-pers-dan-komisi-penyiaran-indonesia-tentang-independensi-media-penyiaran
  50. ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32130-kpi-imbau-pengelola-tv-jaga-independensi-pemberitaan
  51. ^ http://www.merdeka.com/peristiwa/kontroversi-tayangan-azan-di-tv.html
  52. ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/31988-siaran-pers-tentang-pelanggaran-iklan-kampanye-di-lembaga-penyiaran
  53. ^ http://news.detik.com/read/2014/12/30/151504/2790180/10/airasia-marah-tvone-tayangkan-gambar-jasad-korban-mengapung
  54. ^ "Eksploitasi Anak di Televisi", Remotivi.co.id. Diakses 17 Oktober 2015.
  55. ^ 4 Fakta Penangkapan Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie Terkait Kasus Narkoba

Pranala luar