Suku Basemah
Daerah dengan populasi signifikan | |
---|---|
Kabupaten Empat Lawang Kabupaten Lahat Ogan Komering Ulu Kota Pagar Alam Kabupaten Muara Enim | |
Bahasa | |
Basemah Indonesia Melayu Melayu Tengah | |
Agama | |
Islam Kristen Protestan Kristen Katolik | |
Kelompok etnik terkait | |
Lintang • Serawai • Kaur • Palembang • Ogan • Lampung • Rejang • Minangkabau • Melayu |
Suku Basemah[1] atau juga disebut Besemah, Pasemah atau Pesemah adalah suku bangsa yang mendiami wilayah kota Pagaralam, kabupaten Empat Lawang, kabupaten Lahat, Ogan Komering Ulu, dan Muara Enim. Suku ini secara umum bermukim di sekitar kawasan gunung berapi yang masih aktif, gunung Dempo. Suku bangsa ini juga banyak yang merantau ke daerah-daerah di provinsi Bengkulu. Suku Pasemah merupakan salah satu suku bangsa asli yang berasal dari wilayah Sumatra Selatan yang memiliki kerabatan dengan suku Melayu dan Komering yang juga sudah ratusan tahun tinggal di Sumatera Selatan.
Suku Pasemah yang sekarang paling identik adalah Kota Pagar Alam, Lahat, Muara Enim dan Empat Lawang. Empat Lawang merupakan kabupaten baru pemerkaran dari Kabupaten Lahat. Sedangkan Muara Enim yang merupakan suku Basemah adalah daerah sekitar Semendo, kurang lebih 50km dari kota Muara Enim.
Masyarakat Suku Pasemah yang hidup di sekitar gunung Dempo sebagian besar merupakan petani dengan mengelola kebun. Tanaman pokok adalah yang terbanyak. Saat ini pun daerah ini masih menjadi sentra produksi kopi di Sumatera Selatan. Kopi Semendo adalah salah satu kopi yang paling dicari oleh para penikmat kopi. Sedangkan tanaman lainnya adalah sayuran, Kota Pagar Alam sebagai sentral sayuran sepeti kobis, wortel, cabe, daun bawang, seledri, dan lain-lain.
- Suku Basemah yang hidup di sekitar Gunung Patah di wilayah Sumatera Selatan, memiliki dua tradisi yakni matrilineal dan patrilineal. Tradisi matrilineal berlaku pada marga Semende daghat (darat).
- Meskipun memiliki dua tradisi, tapi peranan dan posisi perempuan tetap sama di keluarga maupun masyarakat. Perempuan dan laki-laki bekerjasama mengurus rumah, sawah, kebun, dan akses terhadap hutan, termasuk pula terhadap hukum adat.
- Tradisi matrilineal di marga Semende Darat sebagai simbol penghormatan terhadap alam yang mereka ibaratkan sebagai ibu. Semua kekayaan alam itu dari ibu kembali ke ibu.
- Falsafah hidup Suku Basemah yang mengatakan “tidak dapat membantu, tapi jangan merusak jadilah”. Falsafah ini sama seperti sikap alam terhadap makhluk hidup, khususnya manusia.[2]
Lihat pula
Referensi
- ^ Kamus Besar Bahasa Indonesia: Basemah
- ^ "Mongabay.co.id". www.mongabay.co.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-10-28.
Daftar pusaka
- Brigitte Khan Majlis. Catalogue// Art Institute of Chicago Museum Studies. — 1966. — Vol.33 — № 2. pp. 28—112.
- Edwin M. Sumatra. Its History and People/ Edwin M. // Artibus Asiae. — 1937. — Vol.7— № 2. — pp. 290—296.
- Miksic J. Classical Archaeology in Sumatra/ Miksic J. // Indonesia. — 1966.— Vol. 30.— pp. 42—66.
Pranala luar
- Ethnologue
- Brigitte Khan Majlis. Catalogue// Art Institute of Chicago Museum Studies. — 1966. — Vol.33 — № 2. pp. 28—112.
- Edwin M. Sumatra. Its History and People/ Edwin M. // Artibus Asiae. — 1937. — Vol.7— № 2. — pp. 290—296.
- Miksic J. Classical Archaeology in Sumatra/ Miksic J. // Indonesia. — 1966. — №30.— pp. 42—66.