Douglas MacArthur
Douglas MacArthur (26 Januari 1880 – 5 April 1964) adalah seorang jenderal bintang lima asal Amerika Serikat dan marsekal lapangan Angkatan Darat Filipina. Ia menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat Amerika Serikat pada dasawarsa 1930-an dan memiliki sumbangsih yang besar dalam upaya untuk melawan Kekaisaran Jepang di teater Pasifik selama Perang Dunia II. Ia dianugerahi Medal of Honor berkat jasa-jasanya selama kampanye militer Filipina sehingga dirinya dan ayahnya, Arthur MacArthur, Jr., menjadi pasangan ayah dan anak pertama yang sama-sama mendapatkan medali tersebut. Ia juga merupakan salah satu dari hanya lima orang yang diberikan pangkat Jenderal Besar di Angkatan Darat Amerika Serikat dan satu-satunya orang yang pernah diangkat sebagai marsekal lapangan di Angkatan Darat Filipina.
Douglas dibesarkan di sebuah keluarga berlatar belakang militer di American Old West. Ia adalah seorang siswa yang berprestasi di Akademi Militer West Texas yang kemudian meneruskan pendidikan militernya di Akademi Militer Amerika Serikat di West Point dengan pangkat Kapten Pertama. Ia berhasil lulus dari West Point dengan peringkat pertama pada tahun 1903. Selama pendudukan Veracruz oleh Amerika Serikat pada tahun 1914, ia mengadakan sebuah misi pengintaian, dan berkat kiprahnya ia dinominasikan sebagai penerima Medal of Honor. Pada tahun 1917, pangkatnya dinaikkan dari mayor menjadi kolonel dan ia menjadi kepala staf Divisi ke-42 (yang juga disebut Divisi Pelangi). Saat sedang bertempur di Front Barat selama Perang Dunia I, ia diangkat menjadi brigadir jenderal, kembali dinominasikan sebagai penerima Medal of Honor, dan dianugerahi Distinguished Service Cross sebanyak dua kali dan Silver Star sebanyak tujuh kali.
Dari tahun 1919 hingga 1922, MacArthur menjabat sebagai Gubernur Akademi Militer Amerika Serikat di West Point, dan pada masa jabatannya ini ia mengupayakan serangkaian reformasi. Ia kemudian ditugaskan di Filipina, dan pada tahun 1924, ia berperan penting dalam memadamkan Pemberontakan Kepanduan Filipina. Pada tahun 1925, ia menjadi mayor jenderal termuda di Angkatan Darat. Ia menjadi salah satu hakim di Pengadilan Militer yang menghakimi Brigadir Jenderal Billy Mitchell, dan ia juga mengepalai Komite Olimpiade Amerika Serikat selama Olimpiade Musim Panas 1928 di Amsterdam. Pada tahun 1930, ia menjadi Kepala Staf Angkatan Darat Amerika Serikat. Maka dari itu, ia terlibat dalam peristiwa pengusiran para pengunjuk rasa Bonus Army dari kota Washington, D.C. pada tahun 1932. Pada masa jabatannya ini, ia juga turut mendirikan Civilian Conservation Corps. Ia pensiun dari angkatan darat pada tahun 1937 untuk menjadi Penasihat Militer untuk Pemerintahan Persemakmuran Filipina.
Pada tahun 1941, MacArthur dipanggil lagi untuk bertugas sebagai panglima Pasukan Angkatan Darat Amerika Serikat di Timur Jauh. Kemudian terjadi sejumlah bencana militer, yakni kehancuran Angkatan Udara Timur Jauh Amerika Serikat pada 8 Desember 1941 serta serangan Jepang ke Filipina. Pasukan MacArthur kemudian terpaksa mundur ke Bataan, dan mereka bertahan di tempat tersebut hingga Mei 1942. Pada Maret 1942, MacArthur, keluarganya, dan anggota stafnya pergi ke Pulau Corregidor yang terletak tidak jauh dari Bataan dengan menumpangi perahu-perahu torpedo patroli, dan kemudian mereka melarikan diri ke Australia. Di sana, MacArthur menjadi Panglima Tertinggi Kawasan Pasifik Barat Daya. Setibanya di Australia, MacArthur menyampaikan sebuah pidato dan berjanji bahwa ia akan kembali ke Filipina. Setelah pertempuran yang berkecamuk selama lebih dari dua tahun di teater Pasifik, ia berhasil memenuhi janjinya. Berkat upayanya untuk mempertahankan Filipina, MacArthur dianugerahi Medal of Honor. Ia secara resmi menerima pernyataan menyerah tanpa syarat Jepang pada 2 September 1945 di atas USS Missouri yang berlabuh di Teluk Tokyo. Ia lalu menjadi penanggungjawab pendudukan Jepang dari tahun 1945 hingga 1951. Sebagai penguasa de facto Jepang, ia mengawasi proses perombakan sistem ekonomi, politik, dan sosial negara tersebut. Ia lalu memimpin Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa selama Perang Korea dan awalnya ia cukup berhasil; namun, serangan terhadap Korea Utara telah memicu campur tangan dari Republik Rakyat Tiongkok. Setelah mengalami kekalahan dalam berbagai pertempuran yang genting, ia diberhentikan oleh Presiden Harry S. Truman pada 11 April 1951. Ia kemudian menjadi chairman of the board di Remington Rand.
Kehidupan awal dan pendidikan
Sebagai seorang anak tentara, Douglas MacArthur lahir pada 26 Januari 1880, di Barak Little Rock, Little Rock, Arkansas, dari pasangan Arthur MacArthur, Jr., seorang kapten Angkatan Darat AS, dan istrinya, Mary Pinkney Hardy MacArthur (dijuluki "Pinky").[1] Arthur, Jr. adalah putra dari seorang ahli hukum dan politikus kelahiran Skotlandia, Arthur MacArthur, Sr.,[2] Arthur Jr. kemudian mendapatkan Medal of Honor sebagai penghargaan atas jasanya untuk Angkatan Darat Amerika Serikat dalam Pertempuran Missionary Ridge selama Perang Saudara Amerika,[3] dan pangkatnya juga dinaikkan menjadi letnan jenderal.[4] Sementara itu, Pinkney berasal dari keluarga penting dari Norfolk, Virginia.[1] Dua saudara laki-lakinya berjuang untuk pihak Konfederasi selama Perang Saudara, dan mereka menolak menghadiri pernikahan Pinkney.[5] Arthur dan Pinky dikaruniai tiga putra, dan Douglas adalah anak bungsu, setelah kakaknya Arthur III, lahir pada 1 Agustus 1876, dan kakaknya yang kedua, Malcolm, lahir pada 17 Oktober 1878.[6] Keluarganya tinggal di berbagai pos Angkatan Darat di American Old West. Keadaan di wilayah tersebut terbilang primitif, dan Malcolm tutup usia akibat penyakit campak pada tahun 1883.[7] Dalam memoirnya yang berjudul Reminiscences, MacArthur menulis, "Aku belajar menunggangi kuda dan menembak bahkan sebelum aku dapat membaca atau menulis—bahkan sebelum aku bisa berjalan dan berbicara."[8]
Kehidupan MacArthur di garis terdepan Amerika Serikat berakhir pada Juli 1889 setelah keluarganya pindah ke Washington, D.C.,[9] dan di situ Douglas masuk Force Public School. Ayahnya ditugaskan ke San Antonio, Texas, pada September 1893. Di sana, MacArthur masuk Akademi Militer West Texas,[10] dan di situ ia dianugerahi medali emas sebagai penghargaan atas pencapaian akademis dan sikapnya. Ia juga bergabung dengan tim tenis sekolahnya, dan selain itu ia menjadi quarterback di tim football dan shortstop di tim bisbol sekolah tersebut. Ia berhasil menjadi seorang valedictorian dengan rata-rata nilai tahun terakhir sebesar 97,33 dari 100.[11] Namun, ayah dan kakek MacArthur tidak berhasil meyakinkan Presiden untuk mencalonkan Douglas sebagai siswa di Akademi Militer Amerika Serikat di West Point, baik itu pada masa Presiden Grover Cleveland maupun pada masa Presiden William McKinley.[12] Setelah dua penolakan tersebut,[13] Douglas dibimbing secara pribadi oleh seorang guru SMA asal Milwaukee, Gertrude Hull.[14] Ia kemudian berhasil lulus ujian yang membuatnya mendapatkan pencalonan masuk West Point dari seorang anggota Kongres yang bernama Theobald Otjen,[10] dan ia sendiri mendapatkan nilai 93,3 dalam ujian tersebut.[15] Ia kemudian menulis: "Ini adalah sebuah pelajaran yang tak pernah kulupakan. Persiapan adalah kunci keberhasilan dan kemenangan."[15]
MacArthur masuk West Point pada 13 Juni 1899,[16] dan ibunya juga pindah ke sebuah ruangan di Hotel Craney yang berdekatan dengan halaman Akademi.[17] Perpeloncoan merupakan praktik yang lumrah di West Point pada masa itu, dan MacArthur dan teman sekelasnya, Ulysses S. Grant III, menarik perhatian khusus dari para kadet selatan, karena mereka adalah anak seorang jenderal dan ibu mereka sama-sama tinggal di Hotel Craney. Setelah kadet Oscar Booz meninggalkan West Point karena perploncoan dan kemudian tutup usia akibat tuberkulosis, Kongres mengadakan sebuah penyelidikan. MacArthur dipanggil untuk menghadap sebuah komite khusus di Kongres pada tahun 1901, dan dalam pertemuan tersebut, ia memberikan kesaksian tentang para kadet yang terlibat dalam perploncoan, tetapi ia sendiri mengecilkan peristiwa perploncoan terhadap dirinya sendiri walaupun kadet-kadet yang lain menceritakan semua yang telah terjadi kepada komite. Kongres kemudian melarang tindakan-tindakan yang melecehkan, menghina, mempermalukan, atau kejam, tetapi perploncoan masih berlanjut.[18] MacArthur menjadi seorang kopral di Kompi B pada tahun keduanya, sersan pertama di Kompi A pada tahun ketiganya, dan Kapten Pertama pada tahun terakhirnya.[19] Ia menjadi pemain left fielder di regu bisbol sekolahan tersebut, dan secara akademis ia mendapatkan nilai 2424,12 dari 2470.00, atau sebesar 98,14; ini merupakan nilai tertinggi ketiga yang pernah tercatat, dan ia lulus dengan peringkat pertama di kelasnya yang terdiri dari 93 lelaki pada 11 Juni 1903.[20] Pada masa itu, kadet-kadet berpangkat tinggi biasanya ditugaskan ke Korps Zeni Angkatan Darat Amerika Serikat, sehingga MacArthur diangkat menjadi letnan kedua dalam korps tersebut.[21]
Perwira muda
MacArthur menjalani cuti kelulusannya dengan orang tuanya di Fort Mason, Kalifornia. Di tempat tersebut, ayahnya (yang pada saat itu telah menjadi mayor jenderal) menjabat sebagai panglima Departemen Pasifik. Sesudahnya, MacArthur bergabung dengan Bataliun Zeni Ketiga yang diberangkatkan ke Filipina pada Oktober 1903. MacArthur ditugaskan ke Iloilo, dan di situ ia mengawasi pembangunan sebuah dermaga di Camp Jossman. Ia ditugaskan untuk melakukan survei di Kota Tacloban, Kota Calbayog, dan Kota Cebu. Pada November 1903, saat bekerja di Guimaras, ia disergap oleh sepasang gerilyawan Filipina; ia berhasil menembak dan membunuh keduanya dengan menggunakan pistolnya.[22] Ia dipromosikan menjadi "letnan pertama" di Manila pada April 1904.[23] Pada Oktober 1904, saat sedang melakukan survei di Bataan, ia terpaksa berhenti bertugas karena ia terserang malaria dan tinea cruris. Ia kembali ke San Francisco, dan di situ ia ditempatkan di California Debris Commission. Pada Juli 1905, ia menjadi kepala zeni di Divisi Pasifik.[24]
Pada Oktober 1905, MacArthur mendapatkan perintah untuk datang ke Tokyo untuk diangkat menjadi aide-de-camp ayahnya. Seorang pria yang mengenal mereka berdua pada masa itu menulis bahwa: "Arthur MacArthur merupakan seorang pria paling egois yang pernah aku lihat, sampai aku bertemu putranya."[25] Mereka menginspeksi pangkalan-pangkalan militer Jepang di Nagasaki, Kobe, dan Kyoto, dan kemudian mereka melakukan perjalanan ke India melewati Shanghai, Hong Kong, Jawa, dan Singapura, mencapai Kalkuta pada Januari 1906. Di India, mereka mengunjungi Madras, Tuticorin, Quetta, Karachi, Perbatasan Barat Laut, dan Celah Khyber. Mereka kemudian berlayar ke Tiongkok lewat Bangkok dan Saigon, dan mereka berkunjung ke Kanton, Tsingtao, Peking, Tientsin, Hankow, dan Shanghai sebelum akhirnya kembali ke Jepang pada bulan Juni. Pada bulan berikutnya, mereka kembali ke Amerika Serikat,[26] dan di situ Arthur MacArthur meneruskan tugasnya di Fort Mason dengan putranya sebagai aide-de-camp-nya. Pada bulan September, Douglas menerima perintah untuk melapor kepada Bataliun Zeni Kedua di Barak Washington dan masuk ke Sekolah Zeni. Di sana, ia juga bertugas sebagai "seorang aide untuk membantu fungsi-fungsi Gedung Putih" atas permintaan Presiden Theodore Roosevelt.[27]
Pada Agustus 1907, MacArthur dikirim ke kantor distrik zeni di Milwaukee, yang merupakan kota tempat tinggal orang tuanya pada masa tersebut. Pada April 1908, ia ditempatkan di Fort Leavenworth, dan di situ ia diberi komando pertamanya: Kompeni K, Bataliun Zeni Ketiga.[27] Ia menjadi ajudan batalion pada tahun 1909 dan kemudian sebagai perwira zeni di Fort Leavenworth pada tahun 1910. MacArthur dipromosikan menjadi kapten pada Februari 1911 dan dilantik menjadi kepala Departemen Zeni Militer dan Sekolah Zeni Lapangan. Ia ikut serta dalam pelatihan-pelatihan di San Antonio, Texas, bersama dengan Divisi Manuver pada 1911 dan bertugas di Panama pada Januari dan Februari 1912. Kematian mendadak ayahnya pada 5 September 1912 membuat Douglas dan saudaranya Arthur kembali ke Milwaukee untuk merawat ibu mereka, terutama mengingat bahwa kesehatan ibu mereka telah memburuk. MacArthur meminta untuk dipindahkan ke Washington, D.C. agar ibunya dapat dibawa ke Rumah Sakit Johns Hopkins. Kepala Staf Angkatan Darat Mayor Jenderal Leonard Wood mengajukan permohonan tersebut kepada Menteri Perang Henry L. Stimson, dan kemudian sang menteri mengabulkan permintaan MacArthur untuk ditempatkan di Kantor Kepala Staf pada 1912.[28]
Ekspedisi Veracruz
Pada 21 April 1914, Presiden Woodrow Wilson memerintahkan pendudukan Veracruz. MacArthur bergabung dengan staf markas besar yang dikirim ke kawasan tersebut, dan ia tiba pada tanggal 1 Mei 1914. Ia lalu menyadari bahwa jalur kereta api dibutuhkan untuk memasok logistik yang diperlukan untuk melaju dari Veracruz. Ia menemukan banyak gerbong kereta, tetapi tidak ada lokomotifnya, sehingga ia pergi untuk memastikan kebenaran laporan bahwa terdapat beberapa lokomotif di Alvarado, Veracruz. Dengan membelanjakan emas senilai $150, ia dapat membeli sebuah gerobak sorong dan mempekerjakan tiga orang Meksiko (yang sudah ia lucuti). MacArthur dan rombongannya menemukan lima mesin di Alvarado. Walaupun dua dari antaranya hanya berupa switcher, tiga lokomotif lainnya sesuai dengan kebutuhan MacArthur. Selama perjalanan kembali ke Veracruz, rombongannya dihadang oleh lima pria bersenjata. MacArthur dan rombongannya pun melesat untuk meloloskan diri dari kejaran mereka, sementara dua orang yang masih mengejar ditembak oleh MacArthur. Tak lama sesudahnya, mereka diserang oleh suatu kelompok yang terdiri dari lima belas pria berkuda. Tiga lubang peluru terbentuk di pakaian MacArthur, tetapi ia tidak mengalami luka-luka. Salah satu rekannya mengalami luka ringan, tetapi pada akhirnya MacArthur menembak empat dari pria berkuda tersebut, dan pria berkuda yang masih tersisa kemudian melarikan diri. Kemudian, MacArthur dan rombongannya diserang oleh tiga pria berkuda. Lubang peluru kembali terbentuk di pakaian MacArthur. Dengan menggunakan gerobak sorong, mereka berhasil lolos dari para penyerang tersebut, kecuali untuk satu orang yang kemudian ditembak mati beserta dengan kudanya. Rombongan MacArthur pun harus mengangkat mayat kuda dari jalur kereta sebelum dapat melanjutkan perjalanan.[29]
Salah seorang perwira sejawat MacArthur menulis sebuah surat kepada Wood yang menyarankan agar nama MacArthur diajukan dalam daftar calon penerima Medal of Honor. Wood menyetujui usulan tersebut, dan Kepala Staf Hugh L. Scott lalu mengadakan pertemuan untuk mempertimbangkan pemberian penghargaan tersebut.[30] Mereka mempertanyakan apakah tindakan tersebut dapat dilakukan tanpa sepengetahuan jenderal yang bertugas.[31] Ini adalah pernyataan Brigjen Frederick Funston (juga merupakan seorang penerima Medal of Honor) yang merasa bahwa pemberian penghargaan kepada MacArthur merupakan suatu hal yang "sangat patut dan dapat dibenarkan."[32] Namun, badan pertimbangan tersebut merasa khawatir bahwa "penganugerahan penghargaan ini akan mendorong perwira staf lainnya yang ada dalam keadaan yang sama untuk mengabaikan komandan mereka, kemungkinan juga menghalangi rencana [sang komandan]"; alhasil MacArthur sama sekali tidak diberikan penghargaan.[33]
Perang Dunia I
Divisi Pelangi
MacArthur kembali ke Departemen Perang dan lalu ia diangkat menjadi mayor pada 11 Desember 1915. Pada Juni 1916, ia mulai mengemban jabatan kepala Biro Informasi di kantor Menteri Perang Newton D. Baker. Semenjak itu, MacArthur dianggap sebagai petugas pers utama Angkatan Darat. Setelah Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jerman pada 6 April 1917, Baker dan MacArthur berhasil mendapatkan persetujuan dari Presiden Wilson untuk mengerahkan Garda Nasional ke Front Barat. MacArthur mengusulkan agar divisi yang dikirim terlebih dahulu adalah divisi yang terdiri dari satuan-satuan dari negara-negara bagian yang berbeda-beda untuk menghindarkan kesan pilih kasih terhadap negara bagian tertentu. Baker menyetujui pembentuan divisi tersebut, yang kemudian dikenal dengan julukan Divisi ke-42 ("Pelangi"), dan yang diangkat sebagai panglimanya adalah Mayjen William A. Mann, kepala Biro Garda Nasional, sementara MacArthur bertugas sebagai kepala stafnya dengan pangkat kolonel. Atas permintaan dari MacArthur, ia ditugaskan di infanteri dan bukan di antara para zeni.[34]
Divisi ke-42 dikumpulkan di Camp Mills, New York, pada Agustus dan September 1917, dan di situ mereka memperoleh pelatihan perang di medan terbuka alih-alih perang di parit. Mereka bertolak dari Hoboken, New Jersey, ke Prancis pada 18 Oktober 1917. Pada 19 Desember, posisi Mann sebagai panglima divisi digantikan oleh Mayjen Charles T. Menoher.[35]
Serangan Champagne-Marne
Divisi ke-42 mulai memasuki barisan di sektor Lunéville pada Februari 1918. Pada 26 Februari, MacArthur dan Kapten Thomas T. Handy ikut serta dalam penyerbuan parit yang dilancarkan oleh Prancis, dan dalam serangan tersebut MacArthur membantu menangkap sejumlah tawanan Jerman. Komandan Korps VII Prancis, Mayjen Georges de Bazelaire, menganugerahi MacArthur dengan Croix de guerre. Menoher menyarankan agar MacArthur diberi Silver Star, dan kemudian ia dianugerahi bintang jasa tersebut.[36] Silver Star Medal baru dilembagakan pada 8 Agustus 1932, tetapi Silver Citation Star yang lebih kecil sudah boleh dikenakan oleh mereka yang dianggap telah menunjukkan keberanian.[37] Setelah Silver Star Medal dilembagakan, bintang jasa tersebut diberikan secara retroaktif kepada orang-orang yang telah dianugerahi Silver Citation Star.[38] Pada 9 Maret, Divisi ke-42 melancarkan tiga serangan ke parit-parit Jerman di Salient du Feys. MacArthur menemani sebuah kompi dari Infanteri ke-168. Kepemimpinan MacArthur membuatnya dianugerahi Distinguished Service Cross. Beberapa hari kemudian, MacArthur (yang sangat ketat terhadap pasukannya yang tidak membawa masker gas, tetapi dia sendiri sering kali lupa membawanya) terkena serangan gas. Kesehatannya kemudian memulih dan ia lalu membawa Sekretaris Baker berkeliling di sekitaran kawasan tersebut pada 19 Maret.[39]
MacArthur diangkat menjadi brigadir jenderal pada 26 Juni.[40] Pada akhir Juni, Divisi ke-42 dipindahkan ke Châlons-en-Champagne untuk menghadapi serangan Jerman ke Champagne-Marne. Général d'Armée Henri Gouraud dari Angkatan Darat Keempat Prancis memutuskan untuk menanggapi serangan tersebut dengan taktik pertahanan secara mendalam: barisan depan dibuat setipis mungkin, dan serangan Jerman akan dihadapi di garis pertahanan kedua. Rencana ini berhasil dan MacArthur kemudian dianugerahi Silver Star kedua.[41] Divisi ke-42 ikut serta dalam serangan balasan yang dilancarkan oleh Sekutu, dan MacArthur dianugerahi Silver Star ketiga pada 29 Juli. Dua hari sesudahnya, Menoher melepastugaskan Brigjen Robert A. Brown dari Brigade Infanteri ke-84 dan menggantikannya dengan MacArthur. Setelah mendengar kabar bahwa musuh telah mundur, MacArthur turun langsung pada 2 Agustus untuk melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.[42] Ia kelak menuliskan pengalamannya ini:
Peristiwa ini terjadi pada pukul 3:30 pagi saat aku masuk dari sisi kanan di Sergy. (...) Aku tak akan pernah melupakan perjalanan itu. Jenazah-jenazah menumpuk di tempat sampai-sampai kami terguling. Sudah pasti ada paling tidak 2.000 mayat yang terkapar. Aku mengenali lambang enam divisi terbaik Jerman. Bau busuknya begitu melemaskan. Tak ada pohon yang tersisa. Teriakan dan tangisan prajurit yang terluka terdengar dari mana-mana. Peluru-peluru penembak runduk berbunyi seperti dengungan lebah-lebah yang mengamuk. Ledakan peluru yang kadang terdengar selalu memicu sumpah serapah dari pemanduku. Aku melihat hampir seratus senapan yang sudah dilumpuhkan dengan berbagai macam ukuran serta senapan-senapan mesin yang sudah ditinggalkan dan jumlahnya beberapa kali lipat [dari senapan-senapan tersebut].[43]
MacArthur melaporkan kepada Menoher dan Letjen Hunter Liggett bahwa pasukan Jerman benar-benar sudah mundur, dan ia lalu dianugerahi Silver Star keempat.[44] Ia juga dianugerahi Croix de guerre kedua dan diangkat menjadi seorang commandeur dari Légion d'honneur.[45]
Pertempuran Saint-Mihiel dan Serangan Meuse-Argonne
Divisi ke-42 beristirahat selama beberapa minggu,[46] dan lalu terjun ke dalam Pertempuran Saint-Mihiel pada 12 September 1918. Pasukan Sekutu dapat melaju dengan cepat dan MacArthur dianugerahi Silver Star kelima berkat kepemimpinannya di Brigade Infanteri ke-84.[47] Ia lalu meraih Silver Star keenam sebagai penghargaan atas keikutsertaannya dalam sebuah penyerbuan pada malam tanggal 25–26 September. Pada malam tanggal 30 September, Divisi ke-42 dipindah ke sektor Argonne dan di situ mereka menggantikan Divisi Pertama pada malam tanggal 11 Oktober. Saat sedang melakukan pengintaian pada keesokan harinya, MacArthur kembali terkena serangan gas, alhasil ia mendapatkan Wound Chevron kedua.[48]
Divisi ke-42 mulai turut serta dalam Serangan Meuse-Argonne pada 14 Oktober dan mereka mengerahkan kedua brigadenya. Pada sore harinya, sebuah konferensi diadakan untuk membahas serangan. Selama pertemuan tersebut, Charles Pelot Summerall (komandan Divisi Infantri Pertama dan Korps V) menelepon dan memerintahkan agar Châtillon direbut pada pukul 18:00 keesokan harinya. Sebuah foto udara yang sebelumnya telah diabadikan menunjukkan sebuah celah di kawat berduri Jerman di Châtillon timur laut. Letkol Walter E. Bare (komandan Infanteri ke-167) mengusulkan sebuah serangan dari tempat tersebut dengan perlindungan dari tembakan senapan mesin. MacArthur menyetujui rencana tersebut.[49] Saat sedang memastikan keberadaan celah di kawat berduri Jerman, ia mengalami luka-luka, tetapi luka tersebut tidak parah.[50]
Summerall mengusulkan agar MacArthur dianugerahi Medal of Honor dan diangkat menjadi Mayjen, tetapi kedua usulan tersebut tidak diterima.[51] Sebagai ganti, ia dianugerahi Distinguished Service Cross kedua.[52] Divisi ke-42 kembali bertempur untuk terakhir kalinya pada tanggal 4–5 November 1918.[53] MacArthur kelak menulis komentarnya mengenai serangan terakhir ke Sedan bahwa operasi ini "hampir menjadi salah satu tragedi terbesar dalam sejarah Amerika."[54] Akibat keluarnya perintah untuk mengabaikan batas antar satuan, satuan-satuan tersebut pun memasuki zona satu sama lain. Selama terjadinya kekacauan, MacArthur ditawan oleh pasukan dari Divisi Pertama yang mengiranya sebagai seorang jenderal Jerman.[55] Walaupun begitu, kinerjanya selama serangan di dataran tinggi Meuse membuatnya dianugerahi Silver Star ketujuh. Pada 10 November, sehari sebelum disepakatinya gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran, MacArthur diangkat menjadi panglima Divisi ke-42. Berkat jasanya sebagai kepala staf dan panglima Brigade Infanteri ke-84, ia dianugerahi Distinguished Service Medal.[56]
Tugasnya sebagai panglima tidak berlangsung lama, karena pada tanggal 22 November, ia digantikan (seperti halnya brigjen-brigjen lainnya) dan dikembalikan ke Brigade Infanteri ke-84. Divisi ke-42 dipilih untuk turut serta dalam operasi pendudukan Rheinland, dan mereka menduduki distrik Ahrweiler.[57] Pada April 1919, mereka bertolak ke Brest dan Saint-Nazaire, dan dari situ mereka menumpangi kapal untuk pulang ke Amerika Serikat. MacArthur menaiki kapal lintas samudera SS Leviathan yang mencapai New York pada 25 April 1919.[58]
Masa antar-perang
Gubernur Akademi Militer Amerika Serikat
Pada tahun 1919, MacArthur menjadi Gubernur Akademi Militer AS di West Point. Pada masa itu, Kepala Staf Peyton March merasa West Point sudah ketinggalan zaman dan perlu dirombak.[59] Dengan menerima tugas tersebut, MacArthur dapat mempertahankan pangkat brigadir jenderalnya dan tidak diturunkan pangkatnya menjadi mayor seperti rekan-rekannya yang lain.[60] Saat MacArthur pindah ke rumah gubernur akademi militer bersama dengan ibunya pada Juni 1919,[61] ia menjadi gubernur akademi militer termuda semenjak Sylvanus Thayer pada tahun 1817.[62] Namun, MacArthur menghadapi perlawanan dari para lulusan dan dewan akademik.[63]
Visi MacArthur mengenai pribadi seorang perwira tidak hanya dipetik dari pengalamannya di Prancis, tetapi juga selama pendudukan Rheinland di Jerman. Angkatan darat harus berurusan dengan masalah-masalah politik, ekonomi, dan sosial di wilayah pendudukan tersebut, tetapi MacArthur mendapati bahwa banyak lulusan West Point yang tidak menguasai ilmu di luar militer.[61] Selain itu, pada masa perang, West Point telah berubah menjadi sekadar sekolah calon perwira, dengan lima kelas yang lulus dalam kurun waktu dua tahun. Moral kadet dan staf di West Point juga rendah, dan perploncoan "mencapai puncak kebengisannya".[64] MacArthur pertama-tama mencoba mengubah masa studi di West Point. Kongres telah menetapkan masa studi selama tiga tahun. MacArthur berhasil mengembalikan masa studi selama empat tahun.[65]
Selama perdebatan yang terjadi seputar masa studi, The New York Times mengangkat permasalahan mengenai kehidupan siswa di West Point yang tertutup dan tidak demokratis.[65] Selain itu, universitas-universitas biasa sudah mulai menilai mahasiswa berdasarkan performa akademisnya (dimulai dari Universitas Harvard pada tahun 1869), tetapi West Point masih berpegangan pada konsep pendidikan manusia secara utuh. MacArthur berupaya untuk memodernisasi sistem di West Point, dan juga memperluas cakupan konsep watak militer agar juga meliputi postur, kepemimpinan, keefisienan, dan performa atletis. Ia meresmikan Kode Kehormatan Kadet yang sebelumnya hanya ada dalam bentuk tak tertulis pada tahun 1922 setelah ia membentuk Komite Kehormatan Kadet untuk meninjau tuduhan pelanggaran-pelanggaran aturan. Anggota komite tersebut dipilih oleh para kadet sendiri, dan komite ini tidak berwenang mengganjar hukuman, tetapi mereka dapat melaporkan pelanggaran kepada komandan.[66] MacArthur juga berupaya untuk mengakhiri perploncoan dengan menugaskan para perwira alih-alih para mahasiswa senior untuk melatih para junior.[67]
Daripada mengirim para kadet ke kamp musim panas tradisional di Fort Clinton, MacArthur memerintahkan agar mereka menjalani pelatihan mengenai cara penggunaan senjata modern di Fort Dix dengan bimbingan dari para sersan.[67] Ia berupaya untuk memodernisasi kurikulum dengan menambahkan kursus-kursus ekonomi, pemerintahan, dan seni liberal, tetapi ia menghadapi perlawanan yang sengit dari dewan akademik. Di kelas seni militer, pelajaran tentang Perang Saudara Amerika digantikan dengan pelajaran tentang Perang Dunia I. Di kelas sejarah, ia memberikan perhatian khusus kepada kawasan Timur Jauh. MacArthur juga menambah jumlah bidang olahraga yang tersedia dan mewajibkan semua kadet untuk ikut serta.[68] Ia mengizinkan kadet kelas atas untuk meninggalkan asrama, dan ia mendukung pendirian sebuah surat kabar oleh para kadet, yaitu The Brag yang merupakan pendahulu surat kabar West Pointer yang beredar saat ini. Selain itu, ia memperbolehkan para kadet pergi menonton pertandingan tim sepak bola mereka, dan ia memberikan mereka uang saku sebesar $5 setiap bulannya (sama dengan $70 pada zaman modern jika disesuaikan dengan inflasi[69]). Para profesor dan alumni menentang terobosan-terobosan MacArthur.[67] Sebagian besar program reformasi MacArthur di West Point langsung dibatalkan, tetapi belakangan gagasan-gagasannya mulai diterima dan perombakan yang telah dicetuskan olehnya pun dikembalikan secara perlahan.[70]
Mayor jenderal termuda Angkatan Darat
MacArthur menjalin hubungan percintaan dengan Louise Cromwell Brooks, seorang sosialita yang mewarisi harta seorang jutawan. Mereka menikah di vila keluarga Louise di Palm Beach, Florida, pada 14 Februari 1922. Beredar desas-desus bahwa Jenderal Pershing (yang juga ingin meminang Louise) mengancam akan mengasingkan mereka ke Filipina jika mereka menikah. Hal ini disangkal oleh Pershing sebagai "omong kosong sialan".[71] Pada Oktober 1922, MacArthur meninggalkan West Point dan berangkat ke Filipina bersama dengan Louise dan kedua anaknya, Walter dan Louise, untuk mengemban jabatan panglima Distrik Militer Manila.[72] MacArthur menyukai anak-anak tirinya, dan ia banyak menghabiskan waktu luangnya bersama mereka.[73]
Pemberontakan di Filipina telah lama dipadamkan, sehingga kepulauan tersebut sedang menikmati masa damai. Sesudah disepakatinya Perjanjian Angkatan Laut Washington, jumlah garnisun di wilayah tersebut pun dikurangi.[74] Persahabatan MacArthur dengan orang-orang Filipina seperti Manuel Quezon telah menyinggung beberapa orang. MacArthur kelak mengakui bahwa masih ada orang yang menganut "gagasan lama tentang eksploitasi kolonial".[75] Pada Februari dan Maret 1923, MacArthur kembali ke Washington untuk menengok ibunya yang sedang sakit akibat penyakit jantung. Ia berhasil pulih, tetapi ini adalah kali terakhirnya Douglas bertemu dengan saudaranya, Arthur, yang meninggal secara mendadak akibat apendisitis pada Desember 1923. Pada Juni 1923, MacArthur menjadi panglima Brigade Infanteri ke-23 di Divisi Filipina. Pada 7 Juli 1924, ia menerima laporan bahwa para anggota Kepanduan Filipina telah memberontak akibat ketidakpuasan soal upah dan tunjangan. Lebih dari 200 orang ditangkap, dan juga muncul kekhawatiran bahwa pemberontakan besar akan meletus. MacArthur berjaya menenangkan keadaan tersebut, tetapi upaya-upayanya untuk meningkatkan upah pasukan Filipina digagalkan oleh penghematan anggaran dan prasangka buruk terhadap orang Filipina. Pada 17 Januari 1925, saat MacArthur masih berumur 44 tahun, ia dinaikkan pangkatnya menjadi mayor jenderal termuda di Angkatan Darat.[76]
Sekembalinya di Amerika Serikat, MacArthur menjadi panglima Kawasan Korps IV yang bermarkas di Fort McPherson, Atlanta, Georgia, pada 2 Mei 1925.[77] Namun, ia menghadapi prasangka buruk dari orang-orang selatan, karena ia adalah anak seorang perwira dari Angkatan Darat Pasukan Utara selama Perang Saudara Amerika, sehingga MacArthur meminta agar ia dilepaskan dari tugas ini.[78] Beberapa bulan kemudian, ia memegang komando Kawasan Korps III yang bermarkas di Fort McHenry, Baltimore, Maryland. Dengan ini, MacArthur dan Louise dapat pindah ke properti milik Louise di Rainbow Hill yang berada di dekat Garrison, Maryland.[77] Akan tetapi, MacArthur kemudian menerima perintah yang ia anggap sebagai "perintah paling menjengkelkan yang pernah aku terima":[79] arahan untuk menjadi salah satu hakim di mahkamah militer yang mengadili Brigadir Jenderal Billy Mitchell. MacArthur merupakan hakim termuda dari 13 hakim yang bertugas. Tiga dari mereka (termasuk Summerall yang bertugas sebagai ketua hakim) dilepaskan dari tugas sebagai hakim setelah upaya pembelaan terhadap Mitchell berhasil membongkar prasangka mereka terhadap pihak tertuduh. Meskipun MacArthur mengklaim bahwa ia telah memilih untuk membebaskan Mitchell, pada akhirnya Mitchell dinyatakan bersalah.[77] MacArthur merasa "bahwa seorang perwira senior seharusnya tidak dibuat bungkam akibat perbedaan pendapat dengan atasannya dan dengan doktrin yang diterima secara umum."[79]
Pada tahun 1927, MacArthur dan Louise memutuskan berpisah, dan Louise kemudian pindah ke New York City.[80] Pada bulan Agustus, ketua Komite Olimpiade Amerika Serikat William C. Prout meninggal secara mendadak dan komite tersebut kemudian memilih MacArthur sebagai ketua baru mereka. Tugas utamanya adalah mempersiapkan tim Amerika Serikat dalam menghadapi Olimpiade Musim Panas 1928 di Amsterdam.[81] MacArthur menganggap tim tersebut sebagai perwakilan Amerika Serikat, dan tugasnya adalah untuk memenangkan medali. Ia berkata kepada mereka, "Kita tak datang sejauh 3.000 mil hanya untuk kalah dengan terhormat."[82] Tim Amerika berhasil memenangkan ajang tersebut dan mencetak berbagai rekor.[83] Sekembalinya di Amerika Serikat, MacArthur mendapatkan perintah untuk menjadi panglima Departemen Filipina.[81] Pada tahun 1929, saat MacArthur sedang berada di Manila, permohonan cerai Louise dikabulkan dengan alasan "kegagalan memberikan nafkah".[84] Mengingat bahwa Louise adalah seorang wanita yang kaya raya, penulis biografi MacArthur, William Manchester, menganggapnya sebagai dalih yang "konyol".[85]
Kepala Staf
Pada 1930, walaupun sudah berumur 50 tahun, MacArthur masih menjadi mayor jenderal termuda dan paling terkenal di Angkatan Darat AS. Ia meninggalkan Filipina pada 19 September 1930 dan sempat menjadi panglima Kawasan Korps IX di San Francisco. Pada tanggal 21 November, ia disumpah sebagai Kepala Staf Angkatan Darat Amerika Serikat dengan pangkat jenderal.[86] Saat berada di Washington, ia pulang ke rumah setiap harinya untuk makan siang bersama dengan ibunya. Di kantornya, ia mengenakan kimono upacara Jepang, menyejukkan dirinya dengan kipas ala timur, dan menghisap cerutunya. Pada sore hari, ia gemar membaca buku-buku sejarah militer. Pada masa-masa itu, ia mulai menyebut dirinya dengan julukan "MacArthur".[87] Ia telah mempekerjakan staf hubungan masyarakatnya sendiri untuk meningkatkan citranya di mata orang Amerika dan juga gagasan-gagasan yang ia dukung, yaitu: sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat membutuhkan seorang pemimpin yang kuat untuk menghadapi kemungkinan bahwa kaum komunis akan menghasut para pengangguran dalam jumlah yang besar untuk mengobarkan revolusi; keyakinan bahwa Amerika Serikat ditakdirkan untuk meluas di kawasan Asia Pasifik; dan sikap bermusuhan terhadap Imperium Britania.[88] Salah satu orang yang hidup pada zaman itu menyebut MacArthur sebagai aktor terbaik yang pernah menjabat sebagai jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat.[89]
Akibat kekalutan ekonomi yang dikenal dengan istilah Depresi Besar, Kongres terpaksa memangkas anggaran dan jumlah personil Angkatan Darat. Sekitar 53 pangkalan ditutup, tetapi MacArthur berhasil mencegah upaya untuk mengurangi jumlah perwira reguler dari 12.000 menjadi 10.000.[90] Program-program utama MacArthur meliputi pengembangan rencana mobilisasi baru. Ia mengkelompokkan sembilan kawasan korps di bawah empat pasukan, yang ditugaskan melakukan pelatihan dan menjadi pertahanan perbatasan.[91] Ia juga merundingkan sebuah perjanjian dengan Kepala Operasi Angkatan Laut, Laksamana William V. Pratt. Perjanjian ini merupakan perjanjian pertama dari antara perjanjian-perjanjian antar-dinas lainnya yang menetapkan tanggung jawab berbagai dinas dalam hak penerbangan. Perjanjian ini membebankan tanggung jawab pertahanan udara di kawasan pesisir kepada Angkatan Darat. Pada Maret 1935, MacArthur mengaktifkan sebuah komando udara tersentralisasi yang disebut General Headquarters Air Force di bawah kepemimpinan Mayor Jenderal Frank M. Andrews.[92]
Pada tahun 1932, MacArthur mengambil salah satu tindakannya yang paling kontroversial ketika "Bonus Army" yang terdiri dari para veteran berkumpul di Washington. MacArthur mengirim tenda-tenda dan peralatan kamp kepada para pengunjuk rasa, ditambah dengan dengan dapur-dapur bergerak hingga akhirnya keriuhan di Kongres mengakibatkan penarikan dapur-dapur tersebut. MacArthur merasa khawatir bahwa unjuk rasa tersebut telah dibajak oleh kaum komunis dan pasifis, tetapi divisi intelijen Staf Umum mengabarkan hanya 3 dari 26 pemimpin utama unjuk rasa tersebut yang menganut paham komunis. MacArthur kemudian mempertimbangkan rencana cadangan untuk menghadapi kekacauan di ibukota. Peralatan mekanis dibawa ke Fort Myer dan di situ digelar pelatihan anti-kerusuhan.[93]
Pada tanggal 28 Juli 1932, terjadi bentrok antara polisi distrik dengan pengunjuk rasa yang mengakibatkan dua orang ditembak. Presiden Herbert Hoover memerintahkan kepada MacArthur untuk "mengepung kawasan yang terkena dampaknya dan membersihkannya tanpa penundaan."[94] MacArthur mengerahkan pasukan dan tank. Ia tidak menuruti nasihat Mayor Dwight D. Eisenhower dan memutuskan untuk ikut dengan pasukan tersebut, padahal ia bukan orang yang memimpin operasi tersebut. Pasukan tersebut bergerak dengan membawa bayonet dan pedang meskipun mereka dilempari oleh batu dan bata. Tidak ada peluru yang tertembak, dan dalam waktu kurang dari empat jam, mereka berhasil membersihkan perkemahan Bonus Army dengan menyemprotkan gas air mata. Tabung gas ini mengakibatkan kebakaran yang menimbulkan korban jiwa. Operasi ini memang tidak separah operasi anti-kerusuhan lainnya, tetapi dari sudut pandang hubungan masyarakat, operasi ini merupakan sebuah bencana.[95] Walaupun begitu, kekalahan "Bonus Army" menjadikan MacArthur sebagai pahlawan di mata kelompok sayap kanan di Partai Republik yang meyakini bahwa sang jenderal telah menyelamatkan Amerika dari revolusi komunis.[88]
Pada tahun 1934, MacArthur menuntut wartawan Drew Pearson dan Robert S. Allen dengan tuduhan pencemaran nama baik setelah mereka menyebut tindakannya terhadap para anggota Bonus Army sebagai tindakan yang "tak berdasar, tak diperlukan, melawan perintah, keras, dan bengis".[96] Akibatnya, mereka mengancam akan memanggil Isabel Rosario Cooper sebagai saksi. MacArthur berkenalan dengan Isabel (seorang wanita Eurasia) di Filipina, dan Isabel pernah menjadi gundiknya. MacArthur terpaksa menyelesaikan permasalahan ini di luar pengadilan dan diam-diam menyuap Pearson dengan uang sebesar $15.000.[97]
Presiden Hoover dikalahkan oleh Franklin D. Roosevelt dalam pemilihan umum tahun 1932. MacArthur dan Roosevelt telah bekerja sama pada masa sebelum Perang Dunia I. Walaupun mereka memiliki pandangan politik yang berbeda, mereka berdua tetap berteman. MacArthur mendukung kebijakan New Deal melalui kegiatan Civilian Conservation Corps yang merupakan bagian dari Angkatan Darat. Ia berusaha memastikan agar rencana-rencana yang terperinci disusun untuk korps tersebut, dan ia juga mendesentralisasi administrasi kepada kawasan korps, dan hal ini menjadi salah satu faktor yang menyukseskan kebijakan tersebut.[98] Namun, MacArthur mendukung militer yang kuat, dan ia secara terbuka mengkritik pasifisme dan isolasionisme,[99] sehingga ia tidak disukai oleh anggota pemerintahan Roosevelt.[100]
Roosevelt dan MacArthur berseteru akibat usulan pemerintah untuk memotong anggaran Angkatan Darat sebesar 51% biaya Angkatan Darat. MacArthur berkata kepada Roosevelt bahwa "Ketika kita kalah dalam perang berikutnya, dan ketika seorang anak Amerika, yang terbaring di lumpur dengan bayonet musuh yang menusuk perutnya dan kaki musuh di atas tenggorokannya, meneriakkan sumpah serapah terakhirnya, aku ingin agar nama yang disebutkan bukan nama MacArthur, tetapi Roosevelt." Roosevelt membalasnya dengan ujaran berikut: "Anda tidak sepantasnya berbicara seperti itu kepada seorang Presiden!" MacArthur menawarkan pengunduran dirinya, namun Roosevelt menolak tawaran tersebut, dan MacArthur kemudian terhuyung keluar dari Gedung Putih dan muntah di tangga depan.[101]
Walaupun begitu, masa jabatan MacArthur sebagai kepala staf diperpanjang setahun, dan tugasnya ini berakhir pada Oktober 1935.[100] Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya sebagai kepala staf, ia dianugerahi Distinguished Service Medal kedua. Ia juga dianugerahi dua Purple Hearts sebagai penghargaan atas jasanya dalam Perang Dunia I,[102] sebuah anugerah yang mulai diberikan pada 1932 dengan mengikuti contoh Military Badge of Merit yang sudah ditiadakan. MacArthur sendiri bersikeras bahwa ia adalah penerima Purple Heart yang pertama, dan ia bahkan mengukir anugerah tersebut dengan tulisan "#1."[103][104]
Marsekal Lapangan Angkatan Darat Filipina
Setelah Persemakmuran Filipina memperoleh status semi-independen pada tahun 1935, Presiden Filipina Manuel Quezon meminta MacArthur untuk mengawasi proses pembentukan Angkatan Darat Filipina. Quezon dan MacArthur telah menjadi sahabat karib sejak ayah MacArthur menjadi Gubernur-Jenderal Filipina 35 tahun sebelumnya. Dengan persetujuan dari Presiden Roosevelt, MacArthur menerima penugasan tersebut. Mereka sepakat bahwa MacArthur akan diberi pangkat marsekal lapangan lengkap dengan gaji dan tunjangannya, ditambah dengan gaji mayor jenderalnya sebagai Penasihat Militer Pemerintah Persemakmuran Filipina.[105] Ini adalah kelima kalinya ia mendatangi kawasan Timur Jauh. MacArthur berangkat dari San Francisco dengan menaiki SS President Hoover pada Oktober 1935,[106] ditemani oleh ibu dan saudari iparnya. Ia membawa serta Eisenhower dan Mayor James B. Ord sebagai asistennya.[107] Penumpang lainnya di atas President Hoover adalah Jean Marie Faircloth, seorang sosialita berusia 37 tahun yang belum menikah. Dalam kurun waktu dua tahun sesudahnya, MacArthur dan Faircloth sering terlihat bersama.[108] Namun, ibunda MacArthur terserang penyakit selama perjalanan dan akhirnya wafat di Manila pada 3 Desember 1935.[109]
Presiden Quezon secara resmi menyematkan gelar marsekal lapangan kepada MacArthur dalam sebuah upacara di Istana Malacañan pada tanggal 24 Agustus 1936, dan ia juga memberinya sebuah tongkat emas dan seragam yang khas.[110] Angkatan Darat Filipina terdiri dari orang-orang yang diwamilkan. Pelatihan dilakukan oleh kader reguler, dan Akademi Militer Filipina didirikan dengan mengikuti contoh West Point untuk melatih para perwira.[111] MacArthur dan Eisenhower mendapati bahwa hanya ada segelintir kamp pelatihan yang telah dibangun dan kelompok pertama yang terdiri dari 20.000 anggota yang akan menerima pelatihan tidak melapor hingga awal tahun 1937.[112] Peralatan dan persenjataan yang diberikan kepada pasukan Filipina merupakan buangan dari Amerika yang "kurang lebih sudah usang", dan anggaran yang diterima juga tidak mencukupi.[111] Permintaan dari MacArthur agar pasukan tersebut diberi peralatan yang baru sama sekali tidak digubris, walaupun MacArthur dan penasihat angkatan lautnya, Letnan Kolonel Sidney L. Huff, berhasil membujuk Angkatan Laut untuk memprakarsai pengembangan perahu torpedo patroli.[113] Harapan yang besar ditempatkan pada Korps Udara Angkatan Darat Filipina, tetapi skuadron pertamanya baru dihimpun pada tahun 1939.[114]
MacArthur menikahi Jean Faircloth pada tanggal 30 April 1937.[115] Pernikahan mereka dikaruniai seorang anak laki-laki, Arthur MacArthur IV, yang lahir di Manila pada tanggal 21 Februari 1938.[116] Pada 31 Desember 1937, MacArthur secara resmi pensiun dari Angkatan Darat. Ia tidak lagi mewakili Amerika Serikat sebagai penasehat militer, tetapi ia masih menjadi penasihat untuk Quezon sebagai seorang warga.[117] Eisenhower kembali ke Amerika Serikat, dan perannya sebagai kepala staf MacArthur digantikan oleh Letnan Kolonel Richard K. Sutherland, sementara Richard J. Marshall menjadi wakil kepala staf.[118]
Perang Dunia II
Kampanye militer Filipina (1941–42)
Pada 26 Juli 1941, Roosevelt kembali menempatkan Angkatan Darat Filipina di bawah naungan pemerintah federal, memanggil MacArthur untuk kembali bertugas sebagai mayor jenderal, dan menjadikannya panglima Pasukan Angkatan Darat AS di Timur Jauh (USAFFE). MacArthur dipromosikan menjadi letnan jenderal pada keesokan harinya,[119] dan kemudian menjadi jenderal pada 20 Desember. [120] Pada 31 Juli 1941, Departemen Filipina memiliki 22.000 pasukan, dan 12.000 di antaranya adalah anggota Kepanduan Filipina. Komponen utama dari departemen tersebut adalah Divisi Filipina yang berada di bawah komando Mayor Jenderal Jonathan M. Wainwright.[121] Berdasarkan rencana awal yang disusun oleh Amerika Serikat, pasukan utama akan mundur ke Semenanjung Bataan di Teluk Manila dan bertahan melawan Jepang hingga bala bantuan tiba.[122] MacArthur mengubah rencana ini menjadi upaya untuk mempertahankan seluruh pulau Luzon dan mengerahkan pesawat B-17 Flying Fortresses untuk menenggelamkan kapal-kapal Jepang yang mendekati pulau tersebut.[123] MacArthur berhasil meyakinkan para pejabat di Washington bahwa rencananya merupakan rencana yang terbaik agar Jepang tidak memilih perang, dan kalaupun memang mereka memutuskan untuk berperang, agar serangan mereka dapat dipatahkan.[123]
Garnisun di Filipina mendapatkan bala bantuan sebanyak 8.500 serdadu antara Juli hingga Desember 1941.[124] Setelah kekurangan anggaran selama bertahun-tahun, akhirnya banyak juga peralatan yang didatangkan. Pada bulan November, terjadi penumpukan 1.100.000 ton peralatan di pelabuhan-pelabuhan Amerika Serikat yang sedang menunggu kapal untuk dikirim ke Filipina.[125] Selain itu, Stasiun CAST milik Angkatan Laut yang berfungsi untuk mengintersepsi pesan dari musuh memiliki sebuah mesin sandi sangat rahasia yang disebut PURPLE, yang berhasil membaca pesan-pesan diplomatik Jepang. Stasiun ini juga memiliki buku-buku sandi angkatan laut JN-25. Stasiun CAST mengirim seluruh hasil temuannya kepada MacArthur melalui Sutherland; Sutherland sendiri merupakan satu-satunya staf MacArthur yang diizinkan melihat temuan-temuan tersebut.[126]
Pada pukul 03:30 waktu setempat pada tanggal 8 Desember 1941 (sekitar pukul 09:00 pada tanggal 7 Desember di Hawaii),[127] Sutherland mendengar kabar mengenai serangan Pearl Harbor dan memberitahukan hal tersebut kepada MacArthur. Pada pukul 05:30, Kepala Staf Angkatan Darat AS, Jenderal George Marshall, memerintahkan kepada MacArthur untuk melancarkan rencana perang yang telah disusun, yaitu Rainbow Five. MacArthur sama sekali tidak mengambil tindakan apapun. Tiga kali panglima Angkatan Udara Timur Jauh, Mayor Jenderal Lewis H. Brereton, memohon izin untuk menyerang pangkalan-pangkalan Jepang di Formosa, sesuai dengan rencana sebelum perang, tetapi permohonan ini ditolak oleh Sutherland. Brereton baru membahas hal ini dengan MacArthur pada pukul 11:00, dan ia lalu diberi izin.[128] MacArthur belakangan menampik bahwa ia pernah berbicara dengan Brereton mengenai hal tersebut.[129] Pada pukul 12:30, sembilan jam setelah serangan Pearl Harbor, pesawat dari Armada Udara ke-11 Jepang berhasil mengejutkan pasukan Amerika Serikat dengan menyerang Pangkalan Clark dan pangkalan pesawat tempur yang terletak di Lapangan Udara Iba. Mereka berhasil menghancurkan atau melumpuhkan 18 dari 35 pesawat B-17 milik Angkatan Udara Timur Jauh, 53 dari 107 pesawat P-40 miliknya, 3 pesawat P-35, dan lebih dari 25 pesawat lainnya. Kebanyakan dari pesawat tersebut dihancurkan saat masih berada di darat. Serangan ini juga mengakibatkan kerusakan berat di pangkalan-pangkalan tersebut, dan secara keseluruhan terdapat 80 korban tewas dan 150 korban luka-luka.[130] Pesawat-pesawat Angkatan Udara Timur Jauh yang masih tersisa dihancurkan dalam kurun waktu beberapa hari.[131]
MacArthur mencoba memperlambat pergerakan pasukan Jepang dengan melawan upaya pendaratan dari Jepang. Rencana MacArthur untuk mempertahankan seluruh Luzon kandas karena pasukan Amerika-Filipina terlalu tersebar di pulau tersebut.[132] Ia sendiri juga mulai "menimbang-nimbang" kepercayaannya kepada pasukan Filipina setelah pasukan pendarat Jepang berhasil mendarat di pesisir Teluk Lingayen pada tanggal 21 Desember dan kemudian melaju dengan cepat.[133] MacArthur lalu memerintahkan kepada pasukannya untuk mundur ke Bataan.[134] Dalam waktu dua hari setelah pasukan Jepang mendarat di pesisir Teluk Lingayen, MacArthur memutuskan untuk kembali ke rencana yang disusun sebelum Juli 1941: pasukan Amerika-Filipina akan bertahan di Bataan sampai bala bantuan tiba.[132] Sebagian besar pasukan Amerika dan beberapa pasukan Filipina berhasil mundur ke Baatan, tetapi mereka terpaksa meninggalkan sebagian besar dari persediaan mereka.[135] Manila dinyatakan sebagai kota terbuka pada tengah malam 24 Desember tanpa ada pembahasan terlebih dahulu dengan Laksamana Thomas C. Hart yang merupakan panglima Armada Asiatik, alhasil Angkatan Laut terpaksa menghancurkan perlengkapan-perlengkapan dengan jumlah yang cukup besar.[136]
Pada sore tanggal 24 Desember, MacArthur memindahkan markas besarnya ke pulau Corregidor di Teluk Manila, dan ia tiba di tempat tersebut pada pukul 21:30. Berdasarkan laporan yang dikirim ke Washington, markas besar tersebut dibuka pada tanggal 25 Desember.[137][138] Serangan-serangan udara yang dilancarkan oleh Jepang kemudian menghancurkan semua bangunan yang berada di permukaan pulau tersebut, sehingga markas besar USAFFE dipindah ke ke Terowongan Malinta. Kemudian, sebagian besar anggota markas besar tersebut dipindah ke Bataan, dan yang disisakan hanyalah para anggota inti dan MacArthur.[139] Pasukan di Bataan sadar bahwa mereka telah ditinggalkan, tetapi mereka tetap melanjutkan pertempuran. Beberapa orang menganggap Roosevelt dan MacArthur sebagai kambing hitam kesengsaraan mereka. Sebuah musik balada yang dinyanyikan dengan nada "The Battle Hymn of the Republic" mencemooh MacArthur dengan julukan "Dugout Doug".[140] Namun, sebagian besar orang berkeyakinan bahwa MacArthur akan melakukan terobosan di tengah situasi yang genting.[141]
Pada tanggal 1 Januari 1942, MacArthur menerima bayaran sebesar $500.000 dari Presiden Filipina Manuel Quezon sebagai upah atas jasanya pada masa sebelum perang. Anggota staf MacArthur juga menerima bayaran: $75.000 untuk Sutherland, $45.000 untuk Richard Marshall, dan $20.000 untuk Huff.[142][143] Setelah diangkat menjadi Panglima Tertinggi Pasukan Ekspedisi Sekutu, Eisenhower juga ditawarkan uang oleh Quezon, tetapi ia menolaknya.[144] Pemberian upah ini hanya diketahui oleh segelintir orang di Manila dan Washington, termasuk Presiden Roosevelt dan Menteri Perang Henry L. Stimson, sampai informasi ini diterbitkan oleh sejarawan Carol Petillo pada tahun 1979.[145][146] Meskipun pemberian upah tersebut tidak melanggar hukum,[146] informasi ini telah menodai citra MacArthur.[146][147]
Mundur ke Australia dan Medal of Honor
Pada Februari 1942, MacArthur diperintahkan oleh Presiden Roosevelt untuk pindah ke Australia.[148] Pada malam 12 Maret 1942, MacArthur dan beberapa orang terpilih (termasuk istrinya Jean, putranya Arthur, dan pembantunya Ah Cheu) melarikan diri dari Corregidor. MacArthur dan rombongannya mendatangi Pangkalan Udara Del Monte di Mindanao, dan di situ mereka dijemput oleh pesawat B-17 yang membawa mereka ke Australia.[149][150] Dalam pidatonya yang terkenal di stasiun kereta api Terowie di Australia Selatan pada 20 Maret, ia berkata, "Saya berhasil bertahan dan saya akan kembali."[151] Washington meminta MacArthur untuk mengubah janjinya menjadi "Kami akan kembali", tetapi ia mengabaikan permintaan tersebut.[152]
Bataan menyerah pada 9 April,[153] dan Corregidor juga melakukan hal yang sama pada 6 Mei.[154] Walaupun begitu, George Marshall memutuskan untuk menganugerahkan Medal of Honor kepada MacArthur "untuk menutupi propaganda musuh yang mencoba menyerang pribadi [MacArthur] karena telah meninggalkan komandonya".[155] Eisenhower merasa bahwa MacArthur sebenarnya masih belum menunjukkan keberanian (yang merupakan salah satu syarat yang telah ditetapkan oleh undang-undang untuk menerima medali ini), tetapi Marshall hendak menjadikan penghargaan Medal of Honor kepada Charles Lindbergh pada tahun 1927 sebagai contoh: pada masa itu, undang-undang khusus harus ditetapkan agar medali tersebut dapat diberikan kepada Lindbergh. Namun, setelah rancangan undang-undang semacam itu diusulkan oleh anggota Kongres J. Parnell Thomas dan James E. Van Zandt untuk memberikan landasan hukum terhadap penganugerahan medali ini kepada MacArthur, Marshall menegaskan bahwa seorang jenderal yang sedang bertugas sepatutnya menerima medali ini dari Presiden dan Departemen Perang, dan ia berkata bahwa pengakuan ini "akan lebih bermakna" jika kriteria keberanian tidak dihapuskan oleh undang-undang khusus.[156] MacArthur mengerti bahwa ia mendapatkan medali ini karena kepemimpinannya dan bukan karena keberanian, dan ia berujar bahwa "Penghargaan ini bukan dimaksudkan untuk diri saya, tetapi merupakan pengakuan terhadap keberanian yang begitu besar dari angkatan darat, dan saya merasa terhormat untuk memimpinnya."[157] Dengan ini, Arthur dan Douglas MacArthur menjadi ayah dan anak pertama yang dianugerahi Medal of Honor. Mereka masih menjadi satu-satunya pasangan yang menerima anugerah tersebut hingga tahun 2001, ketika Theodore Roosevelt mendapatkan Medal of Honor secara anumerta sebagai penghargaan atas jasanya selama Perang Spanyol-Amerika, dan anaknya Theodore Roosevelt, Jr. juga mendapatkan penghargaan tersebut secara anumerta atas jasanya selama Perang Dunia II.[158][159] Kutipan penganugerahan Medal of Honor untuk MacArthur, yang ditulis oleh George Marshall,[160] berbunyi:
[Sebagai penghargaan] atas kepemimpinannya dalam mempersiapkan Kepulauan Filipina dalam upaya untuk melawan penaklukan, atas keberaniannya di luar panggilan tugas dalam pertempuran melawan pasukan Jepang, dan atas tindakan kepahlawanan selama operasi pertahanan dan penyerangan di Semenanjung Bataan. Ia memobilisasi, melatih, dan memimpin sebuah pasukan yang telah mendapatkan pengakuan dari dunia karena mereka berani bertahan melawan pasukan musuh yang jauh lebih unggul dari segi jumlah maupun persenjataan. Ketidakpeduliannya terhadap bahaya yang dapat menimpanya di tengah tembakan dan pengeboman dari udara, kemampuannya dalam mengambil keputusan dengan tenang dalam setiap kemelut, telah mengilhami pasukannya, membangkitkan semangat pemberontakan di antara rakyat Filipina, dan memperkuat kepercayaan rakyat Amerika terhadap Angkatan Bersenjata mereka.[161]
Sebagai simbol pasukan yang berusaha melawan Jepang, MacArthur menerima banyak penghargaan lainnya. Suku-suku asli Amerika dari kawasan Barat Daya memilihnya sebagai "Kepala Suku dari Segala Kepala Suku", dan MacArthur sendiri berkata bahwa gelar ini diberikan oleh "kawan-kawan lamaku, sahabat-sahabat dari masa kecilku di wilayah perbatasan Barat".[162] Ia merasa tersentuh saat ia diangkat menjadi "Ayah Tahun Ini" pada tahun 1942, dan ia berkata kepada Komite Hari Ayah Nasional bahwa:
Berdasarkan mata pencaharian, saya adalah seorang tentara dan saya bangga akan hal itu, tetapi saya lebih bangga lagi, sungguh sangat lebih bangga menjadi seorang ayah. Seorang tentara merusak untuk membangun; ayah hanya membangun dan tidak pernah merusak. Tentara bisa kapan saja mati; ayah menjelmakan penciptaan dan kehidupan. Dan meskipun gerombolan kematian itu kuat, batalion kehidupan masih lebih kuat. Saya berharap anak saya akan tetap mengingat saya setelah saya sudah tiada, bukan di pertempuran, tetapi di rumah, mengulang bersamanya doa harian sederhana kami, "Bapa kami yang ada di surga."[162]
Kampanye militer Nugini
Markas Besar Umum
Pada 18 April 1942, MacArthur diangkat menjadi Panglima Tertinggi Pasukan Sekutu di Kawasan Pasifik Barat Daya, sementara Letnan Jenderal George Brett menjadi Panglima Angkatan Udara Sekutu, dan Wakil Laksamana Herbert F. Leary menjadi Panglima Angkatan Laut Sekutu.[163] Sebagian besar dari pasukan darat di teater Pasifik Barat Daya berasal dari Australia, sehingga George Marshall bersikeras agar tugas Panglima Angkatan Darat Sekutu diberikan kepada seseorang yang berasal dari Australia; jabatan ini kemudian diberikan kepada Jenderal Sir Thomas Blamey. Walaupun sebagian besar pasukannya adalah orang Australia dan Amerika, MacArthur juga mengepalai sejumlah personil dari Hindia Belanda, Britania Raya, dan negara-negara lainnya.[164]
MacArthur menjalin hubungan yang erat dengan Perdana Menteri Australia John Curtin,[165] dan mungkin MacArthur merupakan orang paling berkuasa kedua di Australia setelah sang perdana menteri,[166] walaupun banyak orang Australia yang membenci MacArthur karena ia dianggap sebagai seorang jenderal asing yang dipaksakan kepada mereka.[167] MacArthur tidak percaya dengan kemampuan Brett sebagai panglima Angkatan Udara Sekutu,[163][168][169] dan pada Agustus 1942, ia memilih Mayor Jenderal George C. Kenney sebagai penggantinya.[170][171] Pendekatan Kenney yang menggunakan kekuatan udara untuk mendukung pasukan Blamey terbukti sangat penting dalam upaya untuk memenangkan perang.[172]
Staf Markas Besar Umum (GHQ) MacArthur terdiri dari orang-orang yang telah mengungsi dari Filipina bersama dengannya, dan mereka pun dikenal dengan julukan "Bataan Gang".[173] Meskipun Roosevelt dan George Marshall mendesak MacArthur agar para perwira Belanda dan Austria juga ditempatkan di GHQ, kepala-kepala semua divisi stafnya adalah orang Amerika, dan perwira-perwira dari negara lain menjadi bawahannya.[164] Awalnya GHQ terletak di Melbourne,[174] tetapi GHQ kemudian dipindah ke Brisbane (kota dengan fasilitas komunikasi yang diperlukan di Australia utara) pada Juli 1942,[175] dan di situ mereka menduduki gedung Australian Mutual Provident Society (berganti nama setelah perang menjadi MacArthur Chambers).[176]
MacArthur membentuk organisasi intelijen sinyalnya sendiri yang dikenal dengan nama Central Bureau, dan para anggotanya berasal dari satuan-satuan intelijen Australia ditambah dengan ahi-ahli kriptoanalisis Amerika yang berhasil lolos dari Filipina.[177] Satuan ini mengirimkan informasi Ultra kepada Willoughby untuk dianalisis.[178] Setelah rincian penempatan kapal-kapal Jepang selama Pertempuran Laut Karang (yang merupakan bagian dari upaya gagal Jepang untuk merebut Port Moresby) bocor akibat jumpa pers,[179] Roosevelt memerintahkan agar penyensoran diberlakukan di Australia, dan Dewan Penasihat Perang memberikan kepada GHQ wewenang untuk menyensor pers Australia. Surat-surat kabar Australia pun dibatasi dan hanya mengabarkan apa yang tertulis di dalam pengumuman harian GHQ.[179][180] Para koresponden veteran menganggap pengumuman harian tersebut (yang ditulis secara langsung oleh MacArthur) sebagai "lelucon" dan "informasi Alice-in-Wonderland yang disebarkan di tingkat tinggi."[181]
Kampanye militer Papua
Untuk menghadapi kemungkinan bahwa Jepang akan menyerang Port Moresby lagi, garnisun di kota tersebut diperkuat dan MacArthur juga memerintahkan pendirian pangkalan-pangkalan baru di Merauke dan Teluk Milne.[182] Seusai Pertempuran Midway pada Juni 1942, Sekutu mulai mempertimbangkan serangan yang terbatas di kawasan Pasifik. MacArthur mengusulkan penyerangan pangkalan Jepang di Rabaul, tetapi usulan ini ditolak oleh Angkatan Laut yang menginginkan pendekatan yang tidak terlalu ambisius dan menolak adanya jenderal Angkatan Darat yang memimpi operasi amfibi. Jalan tengahnya adalah dengan melaju dalam tiga langkah. Langkah pertama adalah dengan merebut kawasan Tulagi, dan operasi ini akan dilaksanakan oleh Kawasan Samudra Pasifik di bawah kepemimpinan Laksamana Chester W. Nimitz. Tahap-tahap berikutnya akan dikepalai oleh MacArthur.[183]
Jepang melakukan serangan terlebih dahulu. Mereka mendarat di Buna pada bulan Juli,[184] dan kemudian di Teluk Milne pada bulan Agustus. Pasukan Australia berhasil menghalau pasukan Jepang di Teluk Milne,[185] tetapi sejumlah kekalahan yang terjadi selama kampanye militer Kokoda Track telah melemahkan moral di Australia. Pada 30 Agustus, MacArthur mengirim kabar radio kepada Washington bahwa Pasukan Nugini akan kalah jika Washington tidak mengambil tindakan lebih lanjut. Ia mengirim Blamey ke Port Moresby dengan tugas untuk memimpin pasukan secara langsung.[186] Setelah mengirimkan semua pasukan Australia yang tersedia, MacArthur memutuskan untuk juga mengirim pasukan Amerika. Ia memilih Divisi Infanteri ke-32, sebuah divisi Garda Nasional yang tidak dibekali pelatihan yang cukup.[187] Akibat sejumlah kegagalan dalam Pertempuran Buna–Gona, Australia mulai menyampaikan kritik yang tajam kepada Amerika. MacArthur kemudian memerintahkan kepada Letnan Jenderal Robert L. Eichelberger untuk mengambil alih komando atas pasukan Amerika, dan "merebut Buna, dan jika gagal jangan pulang hidup-hidup."[188][189]
Setelah Buna berhasil direbut oleh Sekutu pada 3 Januari 1943,[190] MacArthur menganugerahi Distinguished Service Cross kepada dua belas perwira untuk menghargai jasa mereka dalam melaksanakan operasi ini. Cara MacArthur dalam memberikan anugerah tertinggi kedua di Amerika Serikat ini menimbulkan kemarahan karena beberapa orang (seperti Eichelberger dan George Alan Vasey) telah berjuang di medan perang, sementara yang lainnya (seperti Sutherland dan Willoughby) sama sekali tidak.[191] MacArthur sendiri mendapatkan Distinguished Service Medal ketiganya,[192] dan pemerintah Australia menganugerahinya dengan Knight Grand Cross of the Order of the Bath.[193]
Kampanye militer Nugini
Di Konferensi Militer Pasifik pada Maret 1943, Kepala Staf Gabungan menyetujui rencana Operasi Cartwheel yang digagas oleh MacArthur untuk bergerak ke Rabaul.[194] MacArthur menjelaskan strateginya:
Gagasan strategiku untuk Teater Pasifik, yang aku jabarkan setelah kampanye militer Papua dan semenjak itu selalu aku anjurkan, membayangkan serangan besar-besaran terhadap sasaran-sasaran strategis, menggunakan unsur kejutan dan serangan udara-darat yang didukung dan dibantu oleh armada. Ini adalah lawan dari istilah "melompat dari satu pulau ke satu pulau lain" yang berupaya memukul mundur musuh secara bertahap dengan serangan langsung yang dapat menimbulkan korban jiwa yang besar. Titik-titik utama tentunya harus direbut, tetapi pemilihan sasaran secara bijak akan meniadakan keperluan untuk menyerbu banyak sekali pulau yang sekarang dikendalikan musuh. "Melompat dari satu pulau ke pulau lainnya" dengan korban jiwa yang begitu besar dan pergerakan yang lambat ... menurutku bukan cara untuk mengakhiri perang secepat mungkin dan semurah mungkin. Keadaan-keadaan baru membutuhkan solusi, dan persenjataan baru membutuhkan metode-metode baru, imajinatif, dan berdaya guna maksimal. Peperangan tidak pernah dimenangkan pada masa lalu.[195]
Wilayah Nugini tidak memiliki jalanan, dan pengangkutan prajurit dan material dalam jumlah besar harus dilakukan dengan menggunakan pesawat atau kapal. Pendekatan baru diambil untuk menanggulangi masalah ini. Kapal pendarat yang telah dibongkar dikirim ke Australia dan lalu dirakit di Cairns.[196] Jangkauan kapal pendarat kecil ini dapat diperluas dengan kapal perang amfibi milik Pasukan Amfibi VII yang mulai tiba pada akhir 1942, dan merupakan bagian dari Armada Ketujuh yang baru dibentuk.[197] Armada Ketujuh tidak memiliki kapal-kapal induk, sehingga jangkauan operasi angkatan laut dibatasi oleh jangkauan pesawat tempur Angkatan Udara Kelima.[198]
Kantor pusat Angkatan Darat Keenam yang dipimpin oleh Letjen Walter Krueger pindah ke Kawasan Pasifik Barat Daya pada awal tahun 1943, tetapi MacArthur hanya memiliki tiga divisi Amerika, dan para prajurit di dalam divisi-divisi ini sudah merasa kelelahan akibat Pertempuran Buna–Gona dan Guadalcanal. Oleh sebab itu, segala upaya untuk melancarkan serangan di kawasan Pasifik Barat Daya pada tahun 1943 memerlukan Angkatan Darat Australia sebagai ujung tombak.[199] Serangan tersebut dimulai dengan pendaratan di Lae oleh Divisi ke-9 Australia pada 4 September 1943. Keesokan harinya, MacArthur menyaksikan pendaratan di Nadzab yang dilakukan oleh pasukan lintas udara dari Infanteri Parasut ke-503. Pesawat B-17 yang ditumpanginya melakukan perjalanan dengan tiga mesin, karena salah satu mesinnya rusak tidak lama setelah meninggalkan Port Moresby. MacArthur tetap bersikeras untuk melanjutkan penerbangan ke Nadzab.[200] Berkat tindakannya ini, ia dianugerahi Air Medal.[201]
Divisi ke-7 dan ke-9 Australia berkumpul di Lae, dan kota tersebut berhasil direbut pada tanggal 16 September. MacArthur memajukan jadwalnya dan memerintahkan kepada Divisi ke-7 untuk merebut Kaiapit dan Dumpu, sementara Divisi ke-9 melancarkan operasi amfibi ke Finschhafen. Para penyerang di Finschhafen menghadapi kesulitan yang besar, salah satunya karena MacArthur mendasarkan keputusannya untuk menyerang tempat tersebut dari taksiran Willoughby bahwa hanya terdapat 350 prajurit Jepang di Finschhafen, padahal di tempat tersebut sebenarnya terdapat hampir 5.000 prajurit. Pertempuran yang sengit pun berlangsung.[202]
Pada awal bulan November, rencana MacArthur untuk bergerak ke arah barat hingga mencapai Filipina disatukan dengan rencana-rencana perang melawan Jepang.[203][204] Tiga bulan kemudian, para penerbang tidak menemukan tanda-tanda musuh di Kepulauan Admiralty. Meskipun Willoughby tak setuju dengan dugaan bahwa kepulauan tersebut telah dievakuasi, MacArthur memerintahkan pendaratan amfibi di sana, sehingga dimulailah kampanye militer Kepulauan Admiralty. Ia menyertai pasukan penyerang di atas kapal jelajah ringan Phoenix, kapal bendera Wakil Laksamana Thomas C. Kinkaid yang baru saja menjadi panglima Armada Ketujuh, dan kapal tersebut mendarat tujuh jam setelah kedatangan gelombang pertama kapal pendarat; berkat tindakannya ini, MacArthur dianugerahi Bronze Star.[205] Divisi Kavaleri Pertama baru dapat menaklukkan kepulauan tersebut setelah berlangsungnya pertempuran yang sengit selama enam minggu.[206]
MacArthur memiliki salah satu mesin pencitraan yang paling kuat bila dibandingkan dengan jenderal-jenderal Sekutu lainnya pada masa perang, alhasil ia menjadi pahlawan yang sangat populer di Amerika Serikat.[207] Pada akhir tahun 1943 dan awal tahun 1944, faksi konservatif di Partai Republik yang berpusat di kawasan Midwest mencoba meyakinkan MacArthur untuk maju sebagai bakal calon presiden dari partai tersebut untuk pemilu tahun 1944, karena dua orang yang paling mungkin memenangkan pencalonan dari Partai Republik (yaitu Wendell Willkie dan Gubernur New York Thomas E. Dewey) dianggap terlalu liberal oleh mereka.[207] Menurut sejarawan Amerika Serikat Gerhard Weinberg, MacArthur "sangat tertarik" untuk maju sebagai bakal calon presiden dari Partai Republik pada tahun 1944.[207] Namun, janji MacArthur untuk "kembali" ke Filipina masih belum dipenuhi pada tahun 1944, alhasil ia memutuskan untuk tidak maju sebagai bakal calon presiden sampai ia berhasil membebaskan Filipina.[208]
Selain itu, menurut pendapat Weinberg, terdapat kemungkinan bahwa Roosevelt telah memanfaatkan informasi mengenai uang yang diterima oleh MacArthur dari Quezon untuk mengancamnya agar ia tidak maju sebagai calon presiden.[209] Pada akhirnya, meskipun kaum konservatif dari Partai Republik telah mencurahkan segala upaya untuk memasukkan nama MacArthur ke dalam surat suara, Gubernur Dewey berhasil memperoleh kemenangan yang gemilang dalam bursa pencalonan di Wisconsin pada 4 April 1944 (apalagi mengingat bahwa kawasan Midwest merupakan benteng kaum konservatif yang menentang Dewey), dan akhirnya ia pun memenangkan bursa pencalonan Partai Republik secara keseluruhan dan maju sebagai calon presiden dari partai tersebut pada tahun 1944.[208]
MacArthur memutuskan untuk melewati pasukan Jepang di Teluk Hansa dan Wewak, dan menyerang Hollandia dan Aitape; Willoughby sendiri telah melaporkan berdasarkan laporan intelijen yang dikumpulkan dari Pertempuran Sio bahwa hanya sedikit pasukan Jepang yang menjaga kedua tempat ini. Para petinggi militer Jepang dikejutkan oleh keberanian MacArthur dalam mengambil risiko dengan melaju sejauh 600 mil di daerah pesisir.[210] Meskipun berada di luar jangkauan pesawat tempur Angkatan Darat Kelima yang berpangkalan di Lembah Ramu, pemilihan waktu operasi tersebut memungkinkan pemberian dukungan udara dari kapal-kapal induk Armada Pasifik yang dipimpin oleh Nimitz.[211] Operasi ini sukses walaupun risikonya besar. MacArthur berhasil mengepung pasukan Tentara XVIII Jepang yang dipimpin oleh Letjen Hatazō Adachi di kawasan Wewak. Karena Jepang dikejutkan oleh serangan Sekutu, garnisunnya lemah dan korban jiwa di pihak Sekutu juga rendah. Namun, medan di daerah yang baru dikuasai ternyata tidak cocok untuk pembangunan pangkalan udara, sehingga MacArthur terpaksa mencari tempat yang lebih baik di sebelah barat. Walaupun melewati pasukan Jepang merupakan tindakan yang menguntungkan Sekutu secara taktis, pasukan Sekutu harus ada yang tetap berada di belakang untuk menahan pasukan Jepang yang terkepung. Selain itu, Adachi masih belum kalah, seperti yang ia tunjukkan dalam Pertempuran Sungai Driniumor.[212]
Kampanye militer Filipina (1944–45)
Leyte
Pada Juli 1944, Presiden Roosevelt memanggil MacArthur untuk bertemu dengannya di Hawaii "untuk menentukan tahapan aksi melawan Jepang". Nimitz mengusulkan penyerangan pulau Formosa, tetapi MacArthur menegaskan bahwa Amerika Serikat memiliki kewajiban moral untuk membebaskan Filipina. Pada bulan September, kapal-kapal induk pimpinan Laksamana William Halsey, Jr. melancarkan serangan udara di Filipina. Mereka tidak menghadapi perlawanan yang berarti, alhasil Halsey menarik kesimpulan yang salah bahwa Leyte berada dalam posisi "terbuka lebar" dan mungkin tidak memiliki pertahanan, maka ia menyarankan untuk melewatkan operasi yang telah direncanakan agar dapat menyerang Leyte.[213]
Pada 20 Oktober 1944, pasukan Angkatan Darat Keenam pimpinan Krueger mendarat di Leyte, sementara MacArthur menyaksikan operasi tersebut dari kapal penjelajah ringan USS Nashville. Siang itu, ia tiba di dekat pantai. Belum ada pergerakan lebih lanjut; para penembak jitu masih aktif dan kawasan tersebut masih ditembaki oleh mortir. Ketika kapalnya karam di perairan dangkal, MacArthur meminta sebuah kapal pengangkut, tetapi perwira yang memimpin operasi pendaratan amfibi terlalu sibuk untuk mengabulkan permintaannya. MacArthur pun akhirnya terpaksa berjalan sendiri ke darat. Dalam pidatonya yang telah dipersiapkan dengan matang, ia berkata:
Rakyat Filipina: Aku telah kembali. Atas rahmat Tuhan yang Maha Kuasa, pasukan kami berdiri lagi di tanah Filipina—tanah yang disucikan dengan darah dua bangsa kita. Kami telah berdedikasi dan berkomitmen dalam tugas menghancurkan sisa-sisa kendali musuh atas kehidupan sehari-hari kalian, dan memulihkan fondasi kekuatan tak terhancurkan, yaitu kebebasan rakyat kalian.[214]
Mengingat bahwa Leyte berada di luar jangkauan pesawat Kenney yang berbasis di daratan, MacArthur harus menggantungkan dirinya pada pesawat pengangkut.[215] Jepang kemudian melancarkan serangan udara ke Tacloban (yang telah dipilih oleh MacArthur sebagai lokasi markas besarnya) dan terhadap armada lepas pantai. MacArthur bertahan di jembatan Nashville selama terjadinya penyerbuan udara, meskipun beberapa bom mendarat di dekatnya, dan dua kapal penjelajah di dekatnya juga terkena serangan.[216] Selama beberapa hari, Jepang melakukan serangan balasan dalam Pertempuran Teluk Leyte yang hampir mengakibatkan sebuah bencana militer di pihak Amerika Serikat, dan MacArthur merasa bahwa biang keroknya adalah terbaginya komando antara dirinya dengan Nimitz.[217] Kampanye di darat pun tidak berjalan mulus. Hujan lebat mengganggu program pembangunan pangkalan udara. Pesawat pengangkut terbukti bukan pengganti pesawat yang berbasis di darat, dan kurangnya perlindungan udara memungkinkan Jepang untuk mengerahkan pasukannya ke Leyte. Cuaca buruk dan perlawanan dari pihak Jepang memperlambat laju pasukan Amerika, sehingga kampanye militernya pun berlarut-larut.[218][219]
Pada akhir bulan Desember, markas besar Krueger memperkirakan bahwa terdapat 5.000 pasukan Jepang yang tersisa di Leyte, dan pada tanggal 26 Desember, MacArthur mengeluarkan sebuah pengumuman resmi yang menyatakan bahwa "kampanye militer ini sekarang dapat dianggap selesai kecuali untuk pembersihan kecil-kecilan". Kenyataannya, Angkatan Darat Kedelapan pimpinan Eichelberger menewaskan 27.000 pasukan Jepang lainnya di Leyte sebelum kampanye militer berakhir pada Mei 1945.[220] Pada 18 Desember 1944, MacArthur dipromosikan menjadi Jenderal Besar Angkatan Darat (yang merupakan pangkat bintang lima). Pengangkatan ini menyejajarkannya dengan Marshall, Eisenhower, dan Henry "Hap" Arnold. Mereka berempat adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih pangkat ini pada masa Perang Dunia II. Jika ditambah dengan Omar Bradley, maka kelima orang ini adalah satu-satunya orang yang mendapatkan gelar Jenderal Besar semenjak wafatnya Philip Sheridan pada 5 Agustus 1888. MacArthur lebih senior dari mereka semua kecuali Marshall.[221] Pangkat ini sendiri diciptakan melalui Undang-Undang Publik 78–482 yang disahkan pada 14 Desember 1944[222] sebagai pangkat sementara, dan pangkat ini dapat dijadikan pangkat permanen enam bulan setelah berakhirnya perang. Pangkat sementara tersebut kemudian dinyatakan sebagai pangkat permanen pada 23 Maret 1946 melalui Undang-Undang Publik 333 yang dikeluarkan oleh Kongres ke-79.[223][224]
Luzon
Tindakan MacArthur berikutnya adalah serangan ke Mindoro, terutama mengingat bahwa di pulau tersebut terdapat tempat-tempat yang cocok untuk mendirikan lapangan udara. Willoughby memperkirakan dengan benar bahwa pulau tersebut hanya dijaga oleh sekitar 1.000 tentara Jepang. Kali ini masalahnya adalah kesulitan untuk menjangkau pulau tersebut. Kinkaid menolak mengirim kapal-kapal induk kawal ke perairan sempit di Laut Sulu, dan Kenney tidak dapat menjamin perlindungan dari udara. Operasi tersebut berbahaya, dan MacArthur berhasil diyakinkan oleh stafnya untuk tidak mengiringi pasukan penyerang di atas kapal Nashville. Saat pasukan penyerang memasuki Laut Sulu, terjadi serangan kamikaze terhadap Nashville yang menewaskan 133 orang dan melukai 190 orang lainnya. Para zeni Australia dan Amerika berhasil mengoperasikan tiga landasan pacu di pulau tersebut dalam waktu dua minggu, tetapi konvoi yang membawa persediaan berulang kali terkena serangan kamikaze.[225] Sementara itu, MacArthur berseteru dengan Sutherland (yang terkenal akan kekasarannya) terkait dengan hubungan Sutherland dengan gundiknya, Kapten Elaine Clark. MacArthur memerintahkan agar Sutherland tidak membawa Clark ke Leyte karena MacArthur telah berjanji secara pribadi kepada Curtin bahwa wanita Australia yang menjadi staf Markas Besar Umum tidak akan dibawa ke Filipina, tetapi Sutherland masih tetap membawanya.[226]
Berkat keberhasilan di Mindoro, Amerika Serikat dapat melancarkan serangan ke Luzon. Pada saat itu, berdasarkan taksiran-taksiran yang berbeda dari data intelijen yang sama, Willoughby memperkirakan bahwa pasukan Jenderal Tomoyuki Yamashita memiliki 137.000 tentara di Luzon, sementara Angkatan Darat Keenam memperkirakan jumlahnya mencapai 234.000 tentara. MacArthur menanggapinya dengan berkata "Omong kosong!".[227] Ia merasa bahwa perkiraan Willoughby terlalu tinggi. "Keberanian, risiko yang telah diperhitungkan, dan tujuan strategis yang jelas merupakan ciri-ciri MacArthur",[228] dan ia mengabaikan perkiraan tersebut. Kenyataannya, jumlah-jumlah tersebut terlalu rendah; Yamashita memiliki lebih dari 287.000 tentara di Luzon.[229] Sementara itu, ketika MacArthur melakukan perjalanan di atas kapal penjelajah ringan USS Boise, ia menyaksikan secara langsung saat kapal tersebut hampir terkena bom dan torpedo yang ditembakkan oleh kapal-kapal selam kecil.[230] Pengumuman resminya menyatakan: "Pertempuran yang penting untuk membebaskan Filipina dan mengendalikan Pasifik Barat Daya berada di depan mata. Jenderal MacArthur memimpin secara langsung di barisan depan dan mendarat dengan pasukan penyerangnya."[231]
Hal yang menjadi perhatian utama MacArthur adalah penguasaan pelabuhan Manila dan pangkalan udara di Clark Field, yang dibutuhkan untuk mendukung operasi-operasi pada masa mendatang. Ia lalu mendesak para panglimanya untuk mewujudkan hal ini.[232] Pada 25 Januari 1945, ia memindahkan markas besarnya ke Hacienda Luisita, yang lebih dekat dengan barisan depan daripada Krueger.[233] Ia memerintahkan kepada Divisi Kavaleri Pertama untuk melaju ke Manila dengan cepat. Pasukan tersebut mencapai daerah pinggiran utara Manila pada 3 Februari,[234] tetapi, tanpa diketahui oleh pihak Amerika, Laksamana Muda Sanji Iwabuchi telah memutuskan untuk mempertahankan Manila sampai titik darah penghabisan. Pertempuran Manila pun berkecamuk selama tiga minggu.[235] MacArthur melarang serangan udara untuk melindungi warga sipil,[236] tetapi ribuan warga tewas dalam baku tembak atau dibantai oleh Jepang.[237] Ia juga menolak untuk membatasi lalu lintas warga yang telah mengakibatkan macet di jalanan di dalam dan di luar Manila, karena ia mendahulukan pertimbangan kemanusiaan daripada militer kecuali dalam keadaan darurat.[238] Berkat keberhasilannya dalam merebut Manila, MacArthur dianugerahi Distinguished Service Cross ketiganya.[239]
Setelah menguasai Manila, MacArthur memberikan jabatan kepada salah satu sahabatnya di Filipina, yaitu Manuel Roxas (yang juga merupakan salah satu dari segelintir orang yang tahu menahu soal uang yang diberikan Quezon kepada MacArthur pada tahun 1942); jabatan ini kelak membantu Roxas menjadi presiden Filipina yang berikutnya.[240] Roxas pernah menjadi pendukung Jepang dan bergabung dalam pemerintahan boneka José Laurel, tetapi MacArthur mengklaim bahwa Roxas diam-diam menjadi agen Amerika.[240] Perihal klaim MacArthur bahwa Roxas merupakan bagian dari gerakan perlawanan terhadap Jepang, sejarawan Amerika Gerhard Weinberg menulis bahwa "...bukti yang memperkuat hal ini masih belum ditemukan", dan ia juga mengamati bahwa dengan mendukung Roxas, MacArthur telah memastikan bahwa tidak akan ada upaya yang serius untuk mengangkat isu soal kolaborasi orang Filipina dengan Jepang setelah perang berakhir.[241]
Seusai Pertempuran Manila, MacArthur mengalihkan perhatiannya kepada Yamashita yang telah mundur ke kawasan pegunungan di Luzon tengah dan utara.[242] Yamashita memilih untuk bertahan, dan pasukannya dipukul mundur secara perlahan oleh Krueger. Pasukan Yamashita masih tetap berjuang pada masa ketika Perang Dunia II berakhir, yang membuat kesal MacArthur karena ia ingin membebaskan seluruh Filipnia sebelum perang berakhir.[243] Pada tanggal 2 September 1945, Yamashita (yang sempat tidak dapat meyakini bahwa Kaisar telah memerintahkan Jepang untuk menandatangani gencatan senjata) turun dari pegunungan dan menyerah bersama dengan sekitar 100.000 pasukannya.[243]
Filipina Selatan
Meskipun MacArthur tidak mendapatkan arahan khusus untuk melakukan hal ini dan pertempuran di Luzon masih belum selesai, ia mengerahkan pasukannya untuk membebaskan wilayah Filipina yang tersisa.[244] Dalam pengumuman resmi Markas Besar Umum pada 5 Juli, ia mengumandangkan bahwa Filipina telah dibebaskan dan semua operasi sudah diakhiri, padahal Yamashita masih bertahan di Luzon utara.[245] Semenjak Mei 1945, MacArthur mengirim pasukan Australia untuk melancarkan serangan ke Pulau Kalimantan. Ia mengiringi serangan di Labuan, dan ia juga mengunjungi prajuritnya di pesisir. Sekembalinya di Markas Besar Umum di Manila, ia mengunjungi Davao, dan di kota tersebut ia berkata kepada Eichelberger bahwa jumlah pasukan Jepang yang tersisa di pulau Mindanao tidak melebihi 4.000 jiwa. Beberapa bulan kemudian, pasukan Jepang dengan jumlah enam kali lipat dari taksiran MacArthur menyerah kepada Sekutu.[246] Pada Juli 1945, ia dianugerahi Distinguished Service Medal keempatnya.[247]
Sebagai bagian dari persiapan untuk melancarkan Operasi Downfall (serangan besar-besaran ke Jepang), MacArthur menjadi panglima tertinggi Pasukan Angkatan Darat Amerika Serikat di Pasifik pada April 1945, alhasil ia mengambil alih komando atas semua satuan Angkatan Darat dan Pasukan Udara Angkatan Darat di Pasifik kecuali Angkatan Udara Keduapuluh. Pada saat yang sama, Nimitz menjadi panglima seluruh angkatan laut. Oleh sebab itu, komando di Pasifik masih tetap terbagi.[248] Ketika MacArthur tengah merencanakan serangan ke Jepang, ia menegaskan kepada para perumus kebijakan di Washington bahwa Uni Soviet harus ikut berperang melawan Jepang agar Angkatan Darat Kwantung disibukkan oleh Tentara Merah di Manchuria.[249] Pada akhirnya, Operasi Downfall tidak pernah dilancarkan karena Jepang menyerah tanpa syarat pada Agustus 1945. Pada tanggal 2 September, MacArthur secara resmi menerima penyerahan Jepang di atas kapal tempur USS Missouri, sehingga berakhirlah Perang Dunia II.[250] Sebagai penghargaan atas jasanya sebagai penyusun strategi maritim, Angkatan Laut AS menganugerahi Navy Distinguished Service Medal kepadanya.[251]
Pendudukan Jepang
Melindungi Kaisar
Pada 29 Agustus 1945, MacArthur diperintahkan untuk menjalankan kewenangan dengan memanfaatkan sistem pemerintahan Jepang, termasuk Kaisar Hirohito.[252] Markas besar MacArthur terletak di Gedung Asuransi Jiwa Dai Ichi di Tokyo. Tidak seperti negara Jerman yang dibubarkan oleh Sekutu pada Mei 1945, Amerika Serikat memutuskan untuk mempertahankan negara Jepang, meskipun negara tersebut tetap berada di bawah kendali mutlak mereka.[253] Selain itu, tidak seperti di Jerman, terbentuk semacam kemitraan antara Amerika Serikat dengan Jepang, karena MacArthur memerintah Jepang melalui perpanjangan tangan Kaisar dan elit-elit Jepang yang tersisa.[254] Kaisar dianggap sebagai dewa hidup oleh rakyat Jepang, dan MacArthur menyadari bahwa keberadaan Kaisar mempermudah pekerjaannya.[255]
MacArthur berkeyakinan bahwa segelintir tokoh militer ekstrem telah "membajak" Jepang pada tahun 1931 dengan mendalangi Insiden Mukden, sementara bagi Douglas, Kaisar merupakan sosok "moderat" pro-Barat yang tidak berdaya dalam menghadapi tokoh-tokoh militer tersebut, sehingga ia dianggap tidak bertanggung jawab atas segala kejahatan perang yang telah dilakukan oleh Jepang antara tahun 1931 hingga 1945.[255] Sejarawan Amerika Serikat Herbert P. Bix menggambarkan hubungan antara sang jenderal dengan Kaisar sebagai berikut: "Sang Panglima memanfaatkan Sang Kaisar, sementara Sang Kaisar pun sengaja membiarkan dirinya dimanfaatkan. Hubungan di antara keduanya merupakan hubungan kemanfaatan dan saling melindungi, yang secara politik lebih menguntungkan Hirohito daripada MacArthur, karena taruhan Hirohito jauh lebih besar, yakni segala kebesaran dan kewenangan yang melekat pada jabatan Kaisar Jepang."[256]
Pada saat yang sama, staf MacArthur telah mengedarkan gambar pertemuan pertama sang jenderal dengan Kaisar, dan gambar tersebut mengejutkan rakyat Jepang karena itu adalah kali pertamanya mereka melihat sang Kaisar sebagai orang yang tampak lebih kecil daripada MacArthur dan bukannya sebagai dewa hidup. Sebelum tahun 1945, Kaisar adalah sosok yang dianggap misterius oleh rakyatnya. Ia jarang terlihat di muka umum dan foto-fotonya selalu diambil dari sudut tertentu agar ia terlihat lebih besar dan tinggi. Tidak ada tukang foto Jepang yang berani mengambil foto Kaisar dengan postur tubuh yang lebih kecil daripada MacArthur. Pemerintah Jepang langsung mencekal foto tersebut karena dianggap merusak aura mistis Kaisar, tetapi MacArthur mencabut pelarangan tersebut dan malah memerintahkan kepada semua surat kabar Jepang untuk menerbitkannya. Foto tersebut dimaksudkan sebagai sebuah pesan kepada Kaisar untuk menunjukkan siapa yang lebih tinggi dalam hubungan di antara mereka.[257]
MacArthur masih membutuhkan sosok Kaisar, sehingga ia melindunginya dari segala upaya untuk menyeretnya ke meja hijau, dan ia juga mengizinkannya untuk mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang keliru bahwa zaman demokratis pasca-perang merupakan kelanjutan dari reformasi era Meiji.[258] MacArthur tidak mengizinkan penyelidikan terhadap Kaisar, dan pada Oktober 1945, ia memerintahkan kepada stafnya "demi kepentingan pendudukan yang damai dan rehabilitasi Jepang, pencegahan revolusi dan komunisme, [agar] disusun semua fakta seputar penyampaian pernyataan perang dan posisi Kaisar sesudahnya yang menunjukkan tipuan, ancaman, atau paksaan [terhadapnya]."[259] Pada Januari 1946, MacArthur melaporkan kepada pemerintah pusat bahwa Kaisar tak dapat didakwa atas tuduhan kejahatan perang atas dasar:
Pendakwaan terhadapnya sudah pasti akan membuat kacau rakyat Jepang, dan dampaknya tidak boleh diremehkan. Ia adalah simbol yang menyatukan semua orang Jepang. Jika ia dihancurkan, maka bangsa [Jepang] juga akan bubar... Mungkin saja satu juta tentara akan dibutuhkan dan harus dipertahankan untuk waktu yang lama.[260]
Demi melindungi Kaisar, MacArhur mengutus salah satu stafnya, Brigadir Jenderal Bonner Fellers, untuk memberitahukan kepada Laksamana genrō Mitsumasa Yonai pada 6 Maret 1946:
Untuk menanggulangi permasalahan ini, alangkah baiknya jika pihak Jepang dapat membuktikan kepada kami bahwa Kaisar sama sekali tidak bersalah. Aku merasa bahwa pengadilan-pengadilan yang akan datang merupakan kesempatan terbaik untuk melakukan hal tersebut. Tojo khususnya perlu menanggung segala kesalahan di pengadilannya. Saya ingin Anda membuat Tojo berkata: "Di konferensi kekaisaran sebelum perang dimulai, aku sudah memutuskan untuk memulai perang bahkan jika yang mulia kaisar menentang perang melawan Amerika Serikat."[261]
Dari sudut pandang Amerika Serikat maupun Jepang, keberadaan sosok "jahat" Jenderal Hideki Tojo sangat bermanfaat secara politik, terutama mengingat bahwa segala tanggung jawab dapat dilemparkan kepadanya.[261] Dalam pertemuan kedua yang digelar pada tanggal 22 Maret 1946, Fellers berkata kepada Laksamana Yonai:
Pendukung pemikiran yang paling tidak Amerikawi di Amerika Serikat adalah Cohen (seorang Yahudi dan Komunis), penasihat tingkat tinggi untuk Menteri Luar Negeri Byrnes. Seperti yang telah aku katakan kepada Yonai... MacArthur akan sangat dirugikan di Amerika Serikat jika Kaisar yang bekerja sama dengannya dan memudahkan pendudukan malah diadili. Inilah hal yang mendasari permintaan saya... "Saya ingin tahu apakah yang telah aku katakan kepada Laksamana Yonai sebelumnya sudah disampaikan kepada Tojo?".[262][263]
Upaya MacArthur untuk melindungi Kaisar dan mengambinghitamkan Tojo terbukti berhasil, dan Herbert P. Bix mengamati bahwa keberhasilan tersebut "...memberikan dampak berkelanjutan dan sangat menyesatkan pemahaman Jepang mengenai perang yang sudah kalah tersebut".[262]
Pengadilan kejahatan perang
MacArthur bertanggung jawab dalam menegakkan vonis hukuman yang dijatuhkan oleh Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh.[264] Pada akhir 1945, komisi militer Sekutu di berbagai kota di Asia Timur mengadili 5.700 orang Jepang, Taiwan, dan Korea atas dakwaan kejahatan perang. Sekitar 4.300 orang dinyatakan bersalah, dan hampir 1.000 orang diganjar hukuman mati, dan ratusan orang diberi hukuman penjara seumur hidup. Dakwaan-dakwaan di pengadilan tersebut berkaitan dengan berbagai peristiwa besar, seperti Pemerkosaan Nanking, Pawai Kematian Bataan, dan Pembantaian Manila.[265] Pengadilan Yamashita di Manila menuai kritikan karena ia diganjar hukuman gantung setelah dinyatakan bersalah atas pembantaian Manila yang dilakukan oleh Iwabuchi, padahal Yamashita sendiri tidak pernah memerintahkan pembantaian tersebut dan terdapat kemungkinan bahwa ia tidak tahu menahu soal kejadian tersebut.[266] Iwabuchi sendiri telah bunuh diri menjelang berakhirnya pertempuran Manila.[267]
MacArthur memberikan kekebalan hukum kepada Shiro Ishii dan para anggota satuan penelitian bakteriologi lainnya agar Amerika Serikat dapat memperoleh data penelitian tentang senjata biologi yang didapat dari percobaan manusia.[268] Ia juga mengamankan kaisar dan seluruh anggota keluarga kekaisaran (termasuk pangeran Chichibu, Asaka, Takeda, Higashikuni, dan Fushimi) dari jeratan hukum. MacArthur memastikan bahwa kaisar tidak perlu mengundurkan diri.[269] Dengan ini, ia telah mengabaikan nasihat dari anggota-anggota keluarga kekaisaran dan juga cendekiawan-cendekiawan Jepang.[270]
Panglima Tertinggi Blok Sekutu
MacArthur selaku Panglima Tertinggi Blok Sekutu (Supreme Commander for the Allied Powers, disingkat SCAP) di Jepang bersama dengan staf-stafnya membantu negeri matahari terbit tersebut membangun kembali negaranya, menghapuskan militerisme dan ultranasionalisme, memperkuat kebebasan sipil dan politik, mendirikan pemerintahan yang demokratis, serta merintis jalan baru yang kelak akan menjadikan Jepang sebagai salah satu kekuatan industri terbesar di dunia. Jepang saat itu masih dikendalikan oleh AS, sehingga MacArthur menjadi penguasa de facto Jepang dari tahun 1945 hingga 1948.[271] Pada tahun 1946, staf MacArthur merumuskan sebuah konstitusi baru yang melucuti wewenang militer Kaisar. Konstitusi tersebut (yang mulai berlaku pada 3 Mei 1947) mendirikan sebuah pemerintahan dengan sistem parlementer, dan berdasarkan sistem tersebut, Kaisar hanya dapat bertindak berdasarkan nasihat para menterinya. Di dalam konstitusi tersebut terdapat Pasal 9 yang mencabut hak negara untuk menyatakan perang dan melarang keberadaan angkatan darat, laut, dan udara. Konstitusi tersebut juga memberdayakan perempuan, menjamin hak asasi manusia, melarang diskriminasi ras, memperkuat wewenang Parlemen dan Kabinet, serta mendesentralisasi polisi dan pemerintahan daerah.[272]
Reformasi pertanahan besar-besaran juga dilancarkan, dan pelaksanaan kebijakan ini dikepalai oleh Wolf Ladejinsky, salah satu staf MacArthur. Dari tahun 1947 hingga 1949, sekitar 4.700.000 ekar (1.900.000 ha) lahan dibeli dari para tuan tanah (38% lahan yang telah digarap di Jepang), dan kemudian 4.600.000 ekar (1.860.000 ha) dari lahan tersebut dijual kembali kepada para petani yang mengerjakan lahan tersebut. Hasil dari kebijakan tersebut dapat dilihat pada tahun 1950: 89% dari seluruh lahan pertanian dikelola oleh pemiliknya, sementara hanya 11% yang dikelola oleh petani yang bermukim di lahan milik tuan tanah.[273] Upaya MacArthur untuk menambah jumlah anggota serikat buruh juga sangat berhasil, dan pada tahun 1947, 48% tenaga kerja di luar sektor pertanian telah bergabung dengan serikat semacam itu. Beberapa reformasi yang dicanangkan oleh MacArthur dicabut pada tahun 1948 setelah Departemen Luar Negeri menjadi semakin terlibat dalam urusan pendudukan Jepang dan MacArthur tidak lagi mengendalikan negara tersebut secara sepihak.[274] Pada masa pendudukan, MacArthur berhasil membubarkan banyak konglomerat yang sebelumnya memonopoli industri di Jepang dan dikenal dengan sebutan Zaibatsu, walaupun keberadaan mereka tidak dapat sepenuhnya dihapuskan.[275] Pada akhirnya, muncul kelompok industri dengan ikatan yang lebih renggang yang disebut Keiretsu. Reformasi tersebut menggelisahkan banyak orang di Departemen Pertahanan dan Luar Negeri Amerika Serikat, karena mereka berkeyakinan bahwa program tersebut menghambat prospek industri Jepang yang dianggap penting dalam upaya untuk menjadikannya sebagai pembendung penyebaran ideologi komunisme di Asia.[276]
Pada tahun 1948, MacArthur mencoba maju dalam bursa pencalonan presiden dari Partai Republik, dan ini merupakan upayanya yang paling serius.[277] MacArthur dinilai memiliki modal yang kuat karena ia dianggap sebagai pahlawan perang di Amerika Serikat, dan juga karena ia memiliki reputasi sebagai seorang negarawan yang telah mengubah Jepang, tetapi upayanya ini terhalang karena ia tidak memiliki koneksi yang cukup di partainya.[278] Ia memperoleh dukungan terkuat dari sayap Barat Tengah di Partai Republik yang berhaluan setengah isolasionis, yang mencakup tokoh-tokoh seperti Brigadir Jenderal Hanford MacNider, mantan Gubernur Wisconsin Philip La Follette, serta Brigjen Robert E. Wood, dan sayap ini sendiri terdiri dari tokoh-tokoh Republikan "Old Right" dan Progresif yang disatukan oleh keyakinan bahwa Amerika Serikat terlalu banyak campur tangan di Eropa.[279] MacArthur menolak untuk berkampanye, tetapi ia secara pribadi mengajak pendukungnya untuk menulis namanya di surat suara.[280] MacArthur sering berkata bahwa ia akan pensiun setelah Amerika Serikat menandatangani sebuah perjanjian perdamaian dengan Jepang, dan desakannya agar perjanjian semacam tersebut ditandatangani pada musim gugur tahun 1947 dimaksudkan agar ia dapat pensiun dengan kiprah yang baik sebagai modal untuk maju menjadi calon presiden. Namun, Presiden Truman juga ingin memenangkan pemilu, dan ia menghalangi upaya MacArthur dengan dalih bahwa Amerika Serikat perlu lebih banyak waktu sebelum dapat meresmikan perdamaian dengan Jepang.[281]
Walaupun tidak berhasil membuat perjanjian perdamaian, MacArthur memutuskan untuk tidak mengundurkan diri dari bursa pencalonan, dan pada saat yang sama ia juga menulis surat kepada Wood yang mengatakan bahwa pada ia dengan senang hati akan menerima tawaran pencalonan dari Partai Republik.[282] Pada akhir tahun 1947 dan awal tahun 1948, MacArthur menyambut beberapa pembesar Partai Republik di Tokyo.[283] Pada 9 Maret 1948, MacArthur mengeluarkan sebuah pernyataan pers yang mengungkapkan bahwa ia tertarik menjadi calon presiden dari Partai Republik, dan ia juga berkata bahwa ia akan merasa terhormat jika Partai Republik akan mencalonkannya, tetapi ia juga menambahkan bahwa ia tidak akan mengundurkan diri dari Angkatan Darat untuk berkampanye.[284] Pernyataan pers tersebut telah dipaksakan oleh Wood, yang telah memberitahukan kepada MacArthur bahwa ia tidak dapat berkampanye untuk orang yang tidak maju sebagai calon presiden secara resmi, dan ia juga berkata bahwa ia akan berhenti berkampanye untuknya apabila MacArthur tidak segera memaklumkan niatannya untuk maju.[284] Para pendukung MacArthur berjuang agar ia dapat memenangkan konvensi di Wisconsin yang digelar pada 6 April 1948.[285] Penolakan MacArthur untuk berkampanye merusak kesempatannya, dan pada akhirnya semua orang dikejutkan oleh kemenangan Harold Stassen di Wisconsin.[286] Sesudah itu, MacArthur juga kalah di Nebraska, sehingga kesempatan MacArthur untuk memenangkan bursa pencalonan pun sirna, tetapi MacArthur menolak mundur hingga Konvensi Nasional Partai Republik 1948 dimenangkan oleh Gubernur New York Thomas Dewey.[287]
Saat sedang berpidato di hadapan Kongres pada 19 April 1951, MacArthur memaklumkan:
Rakyat Jepang pasca perang telah menjalani reformasi terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah modern. Dengan niatan yang patut dipuji, hasrat untuk belajar, dan kemampuan untuk memahami, mereka telah mendirikan di atas puing-puing yang tersisa dari perang sebuah bangunan yang dibaktikan demi keutamaan kebebasan individu dan harga diri, dan dalam prosesnya telah diciptakan sebuah pemerintahan yang sungguh bersifat mewakili dan berkomitmen untuk memajukan moralitas politik, kebebasan ekonomi, dan keadilan sosial.[288]
MacArthur menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah Jepang pada tahun 1949, tetapi ia masih berada di Jepang hingga ia dilepaskan dari tugas oleh Presiden Harry S. Truman pada 11 April 1951. Perjanjian Damai San Francisco yang ditandatangani pada 8 September 1951 mengakhiri masa pendudukan Sekutu, dan ketika perjanjian tersebut mulai berlaku pada 28 April 1952, Jepang kembali menjadi sebuah negara yang merdeka.[289] Jepang kemudian memberikan julukan Gaijin Shogun ("penguasa militer asing") kepada MacArthur pada masa kematiannya pada tahun 1964.[290]
Perang Korea
Selatan ke Naktong, Utara ke Yalu
Pada 25 Juni 1950, Korea Utara menyerang Korea Selatan, sehingga dimulailah Perang Korea.[291] Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengesahkan Resolusi 82 yang memberikan wewenang kepada pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membantu Korea Selatan.[292] PBB memberikan kuasa kepada pemerintah Amerika untuk memilih seorang panglima, dan Kepala-Kepala Staf Gabungan menyarankan nama MacArthur.[293] Ia kemudian menjadi Panglima Tertinggi Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa.[294] Semua pasukan Korea Selatan juga ditempatkan di bawah komandonya. Saat pasukan Korsel mundur dari serangan pasukan Korut, MacArthur diberi izin untuk mengerahkan prajurit AS. Satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh satuan-satuan pertama yang tiba di Korea adalah menunda serangan dan mundur ke Perimeter Pusan.[295] Pada akhir bulan Agustus, pasukan AS mulai melihat secerca harapan. Serangan-serangan Korea Utara di perimeter tersebut telah dihalau. Meskipun pasukan Korea Utara berjumlah 88.000 orang, Angkatan Darat Kedelapan yang dipimpin oleh Letjen Walton Walker memiliki 180.000 pasukan, dan ia memiliki lebih banyak tank dan artileri.[296]
Pada tahun 1949, Ketua Kepala Staf Gabungan, Jenderal Besar Omar Bradley, memprediksi bahwa "operasi-operasi amfibi gabungan berskala besar ... tidak akan pernah terjadi lagi," tetapi pada Juli 1950, MacArthur malah merencanakan sebuah operasi semacam itu.[297] MacArthur membandingkan rencananya dengan tindakan yang dilakukan oleh Jenderal James Wolfe dalam Pertempuran Dataran Abraham, dan mengabaikan masalah-masalah seperti pasang surut, hidrografi, dan topografi.[298] Pada bulan September, walaupun para petinggi merasa khawatir, prajurit-prajurit dan marinir-marinir MacArthur berhasil mendarat di Inchon yang berada jauh di belakang garis tempur Korea Utara. Operasi ini dilancarkan dengan dukungan dari udara dan laut, dan berkat tindakan ini, kota Seoul dapat direbut kembali dan pasukan Korut terpaksa mundur ke arah utara dalam keadaan yang kacau.[299] Saat mendatangi medan tempur pada 17 September, MacArthur meninjau enam tank T-34 yang telah dikalahkan oleh para marinir sambil menghiraukan tembakan dari penembak jitu di sekitarnya, walaupun ia masih sempat berujar bahwa para penembak jitu Korut telah menerima pelatihan yang buruk.[300]
Pada tanggal 11 September, Truman mengeluarkan perintah untuk melintasi garis paralel ke-38 dan memasuki wilayah Korea Utara. MacArthur saat itu tengah merencanakan serangan amfibi terhadap Wonsan yang terletak di pesisir timur, tetapi kota tersebut jatuh ke tangan pasukan Korea Selatan sebelum Divisi Marinir Pertama dapat menjangkaunya lewat laut.[301] Pada bulan Oktober, MacArthur bertemu dengan Truman di Konferensi Pulau Wake.[302] MacArthur menerima Distinguished Service Medal kelimanya dari sang presiden.[303] Truman sempat bertanya soal ancaman dari Tiongkok, tetapi MacArthur sama sekali tidak merasa khawatir dan ia malah berkata bahwa ia ingin agar Angkatan Darat Kedelapan dapat ditarik kembali ke Jepang sebelum Natal, dan agar sebuah divisi dapat dipindahkan ke Eropa pada bulan Januari. Ia lebih mengkhawatirkan kemungkinan bahwa Uni Soviet akan melakukan campur tangan.[304]
Sebulan kemudian, keadaan telah berubah. Dalam Pertempuran Unsan yang meletus pada akhir bulan Oktober, pasukan PBB mendapati keberadaan pasukan Tiongkok di Korea, dan korban jiwa yang timbul di pihak Amerika dan PBB cukup besar. Walaupun begitu, Willoughby masih tetap meremehkan bukti keterlibatan Tiongkok dalam perang. Ia memperkirakan bahwa jumlah pasukan Tiongkok di Korea Utara mencapai 71.000, padahal jumlah yang sebenarnya mendekati 300.000 prajurit.[305] Tidak hanya Willoughby yang membuat kesalahan ini; pada 24 November, Central Intelligence Agency melaporkan kepada Truman bahwa meskipun jumlah pasukan Tiongkok di Korea bisa mencapai 200.000, "tidak ada bukti bahwa Komunis Tiongkok tengah merencanakan operasi serangan besar-besaran."[306]
Pada hari yang sama, MacArthur terbang ke markas besar Walker dan ia kemudian menulis:
Selama lima jam aku mengelilingi garis terdepan. Saat berbicara dengan sejumlah perwira, aku memberitahukan kepada mereka tentang keinginan Jenderal Bradley dan harapan agar dua divisi bisa dikirim pulang sebelum Natal ... Apa yang aku lihat di garis depan sangat mengkhawatirkanku. Pasukan Republik Korea masih belum dalam kondisi yang baik, dan seluruh barisannya lemah. Jika pasukan Tiongkok benar-benar berjumlah besar, saya memutuskan bahwa saya akan menarik pasukan kami dan mencoba menghindari upaya pergerakan ke utara. Saya memutuskan untuk meninjau dan mencoba melihat dengan mata kepala saya sendiri, dan menafsirkan berdasarkan pengalaman saya yang panjang apa yang sedang terjadi ...[307]
MacArthur kemudian meninjau garis terdepan secara langsung dengan menaiki pesawat Douglas C-54 Skymaster, tetapi ia tidak melihat tanda-tanda penghimpunan pasukan Tiongkok dan ia kemudian memutuskan untuk menunggu sebelum memerintahkan untuk maju atau mundur. Bukti kegiatan pasukan Tiongkok telah disembunyikan dari mata MacArthur: mereka bergerak pada malam hari dan menggali pada siang hari.[305] Walaupun begitu, berkat upayanya untuk melakukan peninjauan, MacArthur menerima penghargaan Distinguished Flying Cross dan United States Aviator Badge.[307]
Keesokan harinya, pada tanggal 25 November 1950, Angkatan Darat Kedelapan yang dipimpin oleh Walker diserang oleh pasukan Tiongkok, dan tak lama kemudian pasukan PBB memutuskan untuk mundur.[308] Pada tanggal 23 Desember, Walker tewas setelah jipnya tabrakan dengan sebuah truk, dan ia digantikan oleh Letjen Matthew B. Ridgway yang sudah dipilih oleh MacArthur dari sebelumnya.[309] Ridgway mengamati bahwa citra MacArthur rusak akibat serangan yang dilancarkan oleh Tiongkok.[310]
Pada bulan Desember, Collins berbicara dengan MacArthur perihal kemungkinan penggunaan senjata nuklir di Korea, dan kemudian ia menanyakan kepada MacArthur daftar tempat yang dapat dijatuhi bom atom di Uni Soviet apabila negara komunis tersebut memutuskan untuk ikut campur. MacArthur bersaksi di hadapan Kongres pada tahun 1951 bahwa ia tidak pernah menyarankan penggunaan senjata nuklir. Ia sendiri pernah mempertimbangkan rencana untuk memutus akses dari Korea Utara dengan racun radioaktif; ia tidak menyarankannya pada masa itu, tetapi kemudian ia memulai pembicaraan mengenai hal ini dengan Eisenhower (yang telah menjadi presiden terpilih) pada tahun 1952. Pada tahun 1954, dalam sebuah wawancara yang diterbitkan setelah kematiannya, MacArthur mengatakan bahwa ia ingin menjatuhkan bom atom ke pangkalan-pangkalan musuh, tetapi pada tahun 1960, ia menyangkal pernyataan dari Truman yang mengatakan bahwa MacArthur pernah menganjurkan penggunaan bom atom. Truman menarik pernyataannya dan berkata bahwa tidak memiliki bukti yang memperkuat klaim yang ia buat, dan yang ia katakan hanyalah pendapat pribadinya.[311][312][313]
Pada April 1951, Kepala-Kepala Staf Gabungan merumuskan sebuah perintah kepada MacArthur yang memberikan wewenang untuk menjatuhkan bom nuklir di Manchuria dan Semenanjung Shandong apabila Tiongkok melancarkan serangan udara dari wilayah tersebut.[314] Keesokan harinya, Truman bertemu dengan ketua Komisi Tenaga Atom Amerika Serikat, Gordon Dean,[315] dan sang presiden mengatur penyerahan kendali atas sembilan bom nuklir Mark 4 kepada militer.[316] Dean merasa resah dengan pemberian wewenang untuk menggunakan senjata nuklir kepada MacArthur, terutama mengingat bahwa ia tidak memiliki pemahaman teknis mengenai senjata tersebut dan dampak penggunaannya.[317] Kepala-Kepala Staf Gabungan juga tidak nyaman dengan hal ini, karena mereka takut bahwa MacArthur akan melaksanakan perintah yang ia terima secara gegabah.[314] Sebagai gantinya, mereka memutuskan bahwa pasukan pelaksana serangan nuklir akan melapor kepada Komando Udara Strategis.[318]
Pemberhentian
Dalam waktu beberapa minggu setelah Tiongkok mulai melancarkan serangan, MacArthur terpaksa mundur dari Korea Utara.[319] Seoul jatuh ke tangan musuh pada Januari 1951, dan Truman dan MacArthur terpaksa mempertimbangkan kemungkinan untuk meninggalkan Semenanjung Korea.[320] Negara-negara Eropa tidak setuju dengan pandangan geopolitik MacArthur, tidak percaya dengan kemampuannya dalam mengambil keputusan, dan merasa khawatir bahwa ia akan menggunakan pengaruhnya untuk menarik perhatian Amerika Serikat dari Eropa ke Asia. Mereka merasa resah dengan kemungkinan bahwa tindakannya akan memicu perang besar dengan Tiongkok yang dapat melibatkan senjata nuklir.[321] Mengingat bahwa Uni Soviet dan Tiongkok telah menandatangani perjanjian persekutuan pada Februari 1950, pada saat itu banyak yang merasa takut bahwa serangan Amerika terhadap Tiongkok akan memicu Perang Dunia III. Saat sedang mengunjungi Amerika Serikat pada Desember 1950, Perdana Menteri Britania Raya Clement Attlee menyampaikan kekhawatiran dari pemerintah Britania dan negara-negara Eropa lainnya bahwa "Jenderal MacArthur adalah orang yang mengendalikan keadaan."[322]
Atas perintah dari Ridgway, Angkatan Darat Kedelapan kembali melancarkan serangan ke utara pada bulan Januari. Ia berhasil menimbulkan korban jiwa yang besar di pihak Tiongkok,[323] merebut kembali Seoul pada Maret 1951, dan terus mendesak musuh hingga ke garis paralel ke-38.[324] Berkat keberhasilan ini, Truman melihat peluang untuk berdamai, tetapi pada tanggal 24 Maret, MacArthur menyerukan kepada Tiongkok agar mereka mengaku kalah, alhasil ia menantang Tiongkok sekaligus atasannya sendiri. Rencana pengumuman Truman pun diurungkan.[325]
Pada tanggal 5 April, Joseph William Martin, Jr. (yang merupakan pemimpin faksi Partai Republik di Dewan Perwakilan) mengumandangkan isi sebuah surat dari MacArthur yang mengkritik kebijakan Truman yang mendahulukan Eropa dan mengobarkan perang yang terbatas.[326] Surat tersebut menyimpulkan:
Agaknya sulit bagi beberapa orang untuk menyadari bahwa Asia adalah tempat yang telah dipilih oleh komplotan komunis untuk melancarkan penaklukan dunia, dan bahwa kita telah melawannya di medan perang; bahwa kita mengobarkan perang demi Eropa dengan senjata, sementara diplomat di sana masih bertempur dengan kata-kata; bahwa andaikan kita kalah perang melawan komunisme di Asia, kejatuhan Eropa tak lagi terhindarkan, menangkan [perang di Asia], dan Eropa kemungkinan besar akan terhindar dari perang dan mempertahankan kebebasannya. Seperti yang Anda katakan, kita harus menang. Tidak ada pilihan lain selain menang.[327]
Pada Maret 1951, hasil penyadapan menemukan perbincangan rahasia antara Jenderal MacArthur dengan kedutaan besar Spanyol dan Portugal di Tokyo yang mengatakan bahwa ia akan berhasil meningkatkan skala perang di Korea menjadi perang melawan Komunis Tiongkok. Setelah hasil sadapan ini diketahui oleh Presiden Truman, ia mengamuk karena MacArthur tidak hanya mencoba memperoleh dukungan rakyat terhadap pandangannya mengenai perang, tetapi juga diam-diam memberitahukan pemerintah asing bahwa ia berencana mengambil tindakan yang bertentangan dengan kebijakan resmi Amerika Serikat. Presiden Truman tidak bisa langsung mengambil tindakan karena ia tidak dapat membongkar penyadapan tersebut, dan karena MacArthur sangat populer di mata rakyat dan memiliki dukungan politik dari Kongres. Namun, setelah surat MacArthur kepada Martin dikumandangkan pada tanggal 5 April, Truman merasa bahwa ia dapat memberhentikan Truman tanpa dirugikan secara politik.[328][329][330]
Truman memanggil Menteri Pertahanan George Marshall, Ketua Kepala Staf Gabungan Omar Bradley, Menteri Luar Negeri Dean Acheson, serta Averell Harriman, untuk membahas tindakan yang perlu diambil terhadap MacArthur.[331] Mereka sepakat bahwa MacArthur sebaiknya diberhentikan dari militer, tetapi mereka tidak menyarankan hal tersebut. Walaupun mereka merasa bahwa tindakan tersebut adalah tindakan yang benar dari sudut pandang militer,[332] mereka sadar bahwa dampak politiknya perlu dipertimbangkan.[332] Truman dan Acheson sepakat bahwa MacArthur telah membangkang, tetapi Kepala Staf menghindari penyebutan hal ini.[333] Pembangkangan adalah sebuah kejahatan militer, dan MacArthur dapat meminta pengadaan pengadilan militer khusus untuknya. Mungkin saja pengadilan itu akan menyatakan bahwa MacArthur tidak bersalah dan memerintahkan agar ia tidak diberhentikan.[334] Bradley sepakat bahwa "hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa MacArthur pernah gagal menjalankan perintah langsung dari Kepala Staf Gabungan, atau bertindak berlawanan dengan suatu perintah". Bradley justru bersikeras bahwa MacArthur secara hukum "tidak melanggar arahan-arahan dari Kepala Staf Gabungan. Ia telah melanggar arahan Presiden pada 6 Desember [untuk tidak membuat pernyataan publik tentang masalah kebijakan], yang disampaikan kepadanya lewat Kepala Staf Gabungan, tetapi ini bukan pelanggaran terhadap perintah JCS."[333] Truman lalu memerintahkan agar Ridgway mencopot MacArthur, dan perintah tersebut dikeluarkan pada tanggal 10 April dengan tanda tangan dari Bradley.[335]
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di majalah Time pada tanggal 3 Desember 1973, Truman dikutip mengeluarkan pernyataan berikut pada awal dasawarsa 1960-an:
Saya memecatnya karena ia tidak menghormati wewenang Presiden. Aku bukan memecatnya karena ia adalah bajingan yang bodoh, walaupun sebenarnya ia memang seperti itu, tetapi hal tersebut tidak melanggar hukum untuk para jenderal. Kalau iya, setengah hingga tiga per empat dari mereka akan mendekam di penjara.[336]
Pemberhentian seorang jenderal yang populer di tangan politikus yang tidak disukai karena sang jenderal telah berkomunikasi kepada Kongres memicu kontroversi dan krisis konstitusional.[337] Hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat tak menyetujui keputusan pemberhentian MacArthur.[338] Pada Februari 1952, hampir sembilan bulan kemudian, tingkat kesetujuan terhadap Truman turun menjadi 22 persen. Pada tahun 2014, ini merupakan tingkat kesetujuan terendah yang dicatat oleh Gallup Poll dalam sejarah.[339][340] Ketika perang di Korea masih berlarut-larut, pemerintahan Truman juga diguncang oleh skandal korupsi, dan akhirnya ia memutuskan untuk tidak maju lagi sebagai calon presiden.[341] Pada 3 Mei 1951, sebuah Komite Senat Gabungan (yang dikepalai oleh Richard Russell, Jr. dari Partai Demokrat) mulai menyelidiki pemberhentian MacArthur. Komite ini pada akhirnya menyimpulkan bahwa "pemberhentian Jenderal MacArthur merupakan wewenang konstitusional Presiden, tetapi dampaknya mengguncangkan kebanggaan nasional."[342]
Kehidupan setelahnya
Sehari setelah tiba di San Francisco dari Korea pada 18 April 1951, MacArthur menaiki pesawat bersama dengan keluarganya menuju Washington, D.C. Di kota tersebut, ia dijadwalkan berpidato di hadapan sesi gabungan Kongres. Ini adalah kunjungan pertama MacArthur dan istrinya ke daratan utama Amerika Serikat sejak tahun 1937, yang merupakan tahun pernikahan mereka; Arthur IV yang sudah berumur 13 tahun bahkan sama sekali belum pernah pergi ke Amerika Serikat.[343] Pada tanggal 19 April 1951, MacArthur menyampaikan pidatonya di hadapan Kongres, dan ia berusaha membela dirinya sehubungan dengan perselisihannya dengan Truman. Selama pidato tersebut, ia diinterupsi oleh lima puluh kali tepuk tangan.[344] MacArthur menutup pidatonya dengan berkata:
Saya mengakhiri 52 tahun tugas militer saya. Ketika saya bergabung dengan Angkatan Darat, bahkan sebelum pergantian abad, harapan dan mimpi masa kecil saya terwujud. Dunia telah beberapa kali berputar balik semenjak saya disumpah di lapangan West Point, dan harapan dan mimpi saya telah lama sirna, tetapi saya masih bisa mengingat refrain dari nyanyian barak paling populer masa masa itu yang mengumandangkan dengan sangat bangga bahwa "prajurit tua tidak pernah mati; mereka hanya menghilang."
Dan seperti prajurit tua dalam nyanyian tersebut, saya menutup karier militer saya dan hanya menghilang, seorang prajurit tua yang mencoba melaksanakan tugasnya seperti yang telah ditunjukkan oleh Tuhan.
Selamat tinggal.[345]
MacArthur disanjung oleh publik, sehingga muncul harapan bahwa ia akan maju menjadi presiden, tetapi ia tidak menjadi seorang calon. MacArthur menjadi pembicara di berbagai tempat pada tahun 1951–52, dan ia mengkritik pemerintahan Truman karena dianggap telah melakukan "penenangan di Asia" dan tidak mengurus ekonomi dengan baik.[346] Awalnya banyak yang menghadiri acaranya, tetapi pada awal tahun 1952, jumlah hadirinnya terus berkurang karena banyak yang mengeluh bahwa MacArthur lebih tertarik menyerang Truman dan memuji dirinya sendiri daripada menjabarkan visi yang membangun untuk masa depan Amerika Serikat.[347] Menjelang pemilu, MacArthur enggan berkampanye untuk maju sebagai bakal calon presiden dari Partai Republik, dan ia berharap konvensi Partai Republik akan berakhir buntu antara Senator Robert A. Taft dengan Jenderal Eisenhower agar Partai Republik akan mencalonkan dirinya sebagai jalan tengah.[348] Keengganan MacArthur untuk berkampanye sangat merusak kesempatannya untuk memenangkan bursa pencalonan. Pada akhirnya, MacArthur mendukung Senator Taft, dan ia menjadi juru bicara utama dalam Konvensi Nasional Partai Republik 1952. Taft pada akhirnya dikalahkan oleh Eisenhower, dan Eisenhower kemudian berhasil memenangkan pemilu tahun 1952.[349] Setelah terpilih, Eisenhower berkonsultasi dengan MacArthur tentang upaya untuk mengakhiri perang di Korea.[350]
Douglas dan Jean MacArthur menghabiskan tahun-tahun terakhir mereka di sebuah apartemen di Waldorf Towers, yang merupakan bagian dari Hotel Waldorf-Astoria.[352] Ia terpilih sebagai chairman of the board di Remington Rand. Pada tahun tersebut, ia mendapatkan gaji sebesar $68.000 (setara dengan $612.000 pada tahun 2016), ditambah dengan bayaran dan tunjangan sebagai Jenderal Besar yang mencapai $20.000.[353] The Waldorf menjadi tempat pesta ulang tahun MacArthur yang digelar setiap tanggal 26 Januari oleh mantan wakil kepala zeni yang pernah bekerja untuknya, Mayjen Leif J. Sverdrup. Dalam perayaan ulang tahun MacArthur yang ke-80 pada tahun 1960, banyak temannya yang terkejut dengan kesehatan sang jenderal yang telah memburuk. Keesokan harinya, ia pingsan dan dilarikan ke Rumah Sakit St. Luke untuk membedah prostatnya yang telah membengkak.[354]
Setelah berhasil pulih, MacArthur mengunjungi Gedung Putih untuk bertemu dengan Eisenhower untuk terakhir kalinya. Pada tahun 1961, ia melakukan "perjalanan sentimental" ke Filipina, dan di negara tersebut ia dianugerahi Philippine Legion of Honor oleh Presiden Carlos P. Garcia. MacArthur juga menerima $900.000 (setara dengan $7,25 juta pada 2016) dari Henry Luce untuk mendapatkan hak penerbitan atas memoir-memoirnya, dan MacArthur lalu menulis buku yang akhirnya akan diterbitkan dengan judul Reminiscences.[354] Bagian-bagian dari memoir ini mulai diterbitkan di majalah Life beberapa bulan sebelum MacArthur mangkat.[355]
Presiden John F. Kennedy meminta nasihat dari MacArthur pada tahun 1961. Pertemuan pertama dari dua pertemuan mereka digelar tidak lama setelah invasi Teluk Babi. MacArthur sangat mengkritik nasihat militer yang sebelumnya diberikan kepada Kennedy, dan ia memperingatkan sang Presiden muda untuk tidak menambah jumlah pasukan AS di Vietnam, dan menekankan bahwa masalah-masalah dalam negeri harus diberi prioritas yang lebih besar.[356] Tak lama sebelum MacArthur wafat, MacArthur memberikan nasihat serupa kepada Presiden Lyndon B. Johnson.[357]
Pada tahun 1962, West Point menganugerahi MacArthur dengan Sylvanus Thayer Award sebagai penghargaan atas jasa-jasanya yang luar biasa kepada negara; penghargaan ini sendiri pernah diberikan kepada Eisenhower setahun sebelumnya.[358]
Pada tahun 1963, Presiden Kennedy meminta MacArthur untuk membantu menengahi sengketa antara National Collegiate Athletic Association dan Amateur Athletic Union terkait dengan wewenang atas olahraga amatir di Amerika Serikat. Sengketa tersebut mengancam keikutsertaan Amerika Serikat dalam Olimpiade Musim Panas 1964. Keberadaan MacArthur membantu menyelesaikan sengketa ini, dan keikutsertaan atlet-atlet AS dalam ajang olahraga tersebut akhirnya berjalan lancar.[359]
Kematian dan tinggalan sejarah
Douglas MacArthur meninggal dunia di Walter Reed Army Medical Center pada tanggal 5 April 1964 akibat penyakit sirosis biliari.[360] Presiden Kennedy sudah mengizinkan pemakaman negara untuk MacArthur sebelum ia sendiri tewas dibunuh pada tahun 1963, dan Presiden Johnson kemudian memastikan arahan tersebut, dan ia memerintahkan agar MacArthur dimakamkan "dengan segala kehormatan yang dapat diberikan kepada seorang pahlawan yang telah tiada oleh sebuah bangsa yang berterima kasih."[361] Pada 7 April, jenazahnya diangkut dengan menggunakan sebuah kereta pemakaman ke Union Station dan lalu diarak ke Capitol,[362] dan di situ jenazahnya dibaringkan. Sekitar 150.000 orang berjalan melewati peti matinya. MacArthur sebelumnya pernah meminta agar ia dikuburkan di Norfolk, Virginia, yang merupakan tempat kelahiran ibunya dan tempat pernikahan kedua orang tuanya. Maka dari itu, pada tanggal 11 April, pemakamannya digelar di Gereja Episkopal Santo Paulus di Norfolk dan jenazahnya disemayamkan di Douglas MacArthur Memorial (bekas gedung Balai Kota Norfolk).[363][364]
Dari segi militer, ia pernah mengalami kekalahan di Filipina pada tahun 1942 yang disebut oleh sejarawan militer Australia Gavin Long sebagai kekalahan "terbesar dalam sejarah perang Amerika di luar negeri".[365] Reformasinya di West Point langsung dibatalkan, walaupun akhirnya dikembalikan secara perlahan.[70] Gagasannya mengenai tentara yang juga mengerjakan urusan sipil dan memadamkan kerusuhan telah diabaikan oleh sebagian besar perwira yang berjuang di Eropa selama Perang Dunia II.[366] Namun demikian, kemenangan MacArthur di Nugini pada tahun 1944, di Filipina pada tahun 1945, dan di Korea pada tahun 1950 berhasil dicapai walaupun ia kalah jumlah dan dengan menggunakan strategi dan manuver yang tepat.[367] Pemberhentiannya sendiri juga berdampak besar terhadap hubungan antara sipil dengan militer di Amerika. Ketika Presiden Johnson bertemu dengan Jenderal William Westmoreland di Honolulu pada tahun 1966, ia berkata kepadanya: "Jenderal, saya mempertaruhkan banyak hal dengan bergantung kepada Anda. Saya harap Anda tidak mencoba melakukan MacArthur kepada saya."[368]
MacArthur masih menjadi tokoh yang kontroversial. Ia telah digambarkan sebagai seorang reaksioner, walaupun dalam beberapa hal ia lebih maju daripada zamannya. Ia mendukung pendekatan yang progresif untuk membangun kembali masyarakat Jepang. Ia sering kali berbeda pendapat dengan rekan-rekannya, seperti pada tahun 1941 ketika ia menyatakan bahwa Jerman Nazi tidak bisa mengalahkan Uni Soviet, atau ketika ia meyakini bahwa Korea Utara dan Tiongkok tidak lebih dari sekadar boneka Soviet. Sepanjang kariernya, ia juga bersikeras bahwa masa depan Amerika Serikat berada di kawasan Timur Jauh. Ditambah lagi, MacArthur secara tersirat menolak gagasan keunggulan ras yang dianut oleh banyak orang kulit putih di Amerika pada masa itu. Ia memperlakukan para pemimpin Filipina dan Jepang dengan hormat dan menganggap mereka setara.[369] Ketika ditanyakan tentang MacArthur, Marsekal Lapangan Sir Thomas Blamey pernah berujar, "Hal terbaik dan terburuk yang Anda dengar tentang dirinya itu benar."[370]
Penghargaan dan penghormatan
Sepanjang hidupnya, MacArthur memperoleh lebih dari 100 penghargaan militer dari Amerika Serikat dan negara-negara lainnya yang meliputi Medal of Honor, Légion d'honneur dan Croix de guerre dari Prancis, Ordo Takhta Italia, Ordo Orange-Nassau dari Belanda, Honorary Knight Grand Cross of the Order of the Bath dari Australia, dan Ordo Matahari Terbit dari Jepang.[371]
MacArthur sangat dikenal di Amerika. Nama MacArthur diabadikan sebagai nama jalan raya, fasilitas umum, dan anak-anak. Bahkan ada nama lantai untuk dansa yang diambil dari namanya.[372] Pada 1955, pengangkatannya menjadi General of the Armies diusulkan di Kongres, tetapi usulan tersebut tidak ditindaklanjuti.[373][374]
Semenjak tahun 1987, General Douglas MacArthur Leadership Awards dianugerahkan setiap tahunnya oleh Angkatan Darat Amerika Serikat atas nama General Douglas MacArthur Foundation untuk menghargai para perwira junior yang telah menunjukkan "tugas, kehormatan, dan negara" dalam kehidupan profesional mereka dan dalam pengabdian mereka kepada masyarakat.[375]
Karya tulis
- MacArthur, Douglas (1942). Waldrop, Frank C, ed. MacArthur on War. New York: Duell, Sloan and Pearce. OCLC 1163286.
- —— (1952). Revitalizing a Nation; a Statement of Beliefs, Opinions, and Policies Embodied in the Public Pronouncements of Douglas MacArthur. Chicago: Heritage Foundation. OCLC 456989.
- —— (1964). Reminiscences. New York: McGraw-Hill. OCLC 562005.
- —— (1965). Whan Jr, Vorin E, ed. A Soldier Speaks; Public Papers and Speeches of General of the Army, Douglas MacArthur. New York: Praeger. OCLC 456849.
- —— (1965). Courage was the Rule: General Douglas MacArthur's Own Story (Juvenile audience) (edisi ke-Abridged). New York: McGraw-Hill. OCLC 1307481.
- —— (1965). Duty, Honor, Country; a Pictorial Autobiography (edisi ke-1st). New York: McGraw-Hill. OCLC 1342695.
- —— (1966). Willoughby, Charles A, ed. Reports of General MacArthur (4 Volumes). Washington, D.C.: U.S. Government Printing Office. OCLC 407539.
Catatan kaki
- ^ a b MacArthur 1964, hlm. 13–14.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 4–5.
- ^ "Medal of Honor recipients: Civil War (M-Z)". Fort Lesley J. McNair, Washington, D.C.: United States Army Center of Military History. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 Februari 2009. Diakses tanggal 18 Mei 2012.
- ^ James 1970, hlm. 41–42.
- ^ Manchester 1978, hlm. 24.
- ^ James 1970, hlm. 23.
- ^ James 1970, hlm. 25.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 15.
- ^ James 1970, hlm. 56.
- ^ a b MacArthur 1964, hlm. 16–18.
- ^ James 1970, hlm. 60–61.
- ^ James 1970, hlm. 62–66.
- ^ Thompson, Paul (24 Juli 2005). "Douglas MacArthur: Born to Be a Soldier". Voice of America. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Agustus 2009. Diakses tanggal 11 April 2009.
- ^ "Gertrude Hull, Teacher, Dies / MacArthur Was Pupil". The Milwaukee Journal (p. "M" 1st column). Milwaukee, Wisconsin. 24 Maret 1947.
- ^ a b James 1970, hlm. 66.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 25.
- ^ "Douglas MacArthur and his mother". Smithsonian Institution. Diakses tanggal 12 Desember 2007.
- ^ James 1970, hlm. 69–71.
- ^ James 1970, hlm. 79.
- ^ James 1970, hlm. 77.
- ^ Manchester 1978, hlm. 60–61.
- ^ James 1970, hlm. 87–89.
- ^ Manchester 1978, hlm. 65.
- ^ James 1970, hlm. 90–91.
- ^ Fairbank, John K. (12 Oktober 1978). "Digging Out Doug". The New York Review of Books. Diakses tanggal 18 Maret 2016.
- ^ Manchester 1978, hlm. 66–67.
- ^ a b James 1970, hlm. 95–97.
- ^ James 1970, hlm. 105–109.
- ^ James 1970, hlm. 115–120.
- ^ James 1970, hlm. 121–125.
- ^ James 1970, hlm. 125.
- ^ James 1970, hlm. 124.
- ^ James 1970, hlm. 125–127.
- ^ James 1970, hlm. 130–135.
- ^ James 1970, hlm. 148.
- ^ James 1970, hlm. 157.
- ^ Farwell 1999, hlm. 296.
- ^ Frank 2007, hlm. 7.
- ^ James 1970, hlm. 159–160.
- ^ Manchester 1978, hlm. 92.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 57–58.
- ^ James 1970, hlm. 187.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 60.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 61.
- ^ James 1970, hlm. 193.
- ^ James 1970, hlm. 196–197.
- ^ James 1970, hlm. 203–204.
- ^ James 1970, hlm. 213–217.
- ^ Ferrell 2008, hlm. 47–50.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 66.
- ^ James 1970, hlm. 223.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 67.
- ^ James 1970, hlm. 227–228.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 68.
- ^ James 1970, hlm. 232–233.
- ^ James 1970, hlm. 239–240.
- ^ James 1970, hlm. 241–245.
- ^ James 1970, hlm. 256–259.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 77.
- ^ Manchester 1978, hlm. 117.
- ^ a b James 1970, hlm. 265.
- ^ James 1970, hlm. 261.
- ^ Leary 2001, hlm. 10.
- ^ James 1970, hlm. 262.
- ^ a b Leary 2001, hlm. 11.
- ^ Leary 2001, hlm. 24–25.
- ^ a b c James 1970, hlm. 278–279.
- ^ Leary 2001, hlm. 20–21.
- ^ 1634–1699: McCusker, J. J. (1997). How Much Is That in Real Money? A Historical Price Index for Use as a Deflator of Money Values in the Economy of the United States: Addenda et Corrigenda (PDF). American Antiquarian Society. 1700–1799: McCusker, J. J. (1992). How Much Is That in Real Money? A Historical Price Index for Use as a Deflator of Money Values in the Economy of the United States (PDF). American Antiquarian Society. 1800–present: Federal Reserve Bank of Minneapolis. "Consumer Price Index (estimate) 1800–". Diakses tanggal 28 Mei 2023.
- ^ a b Leary 2001, hlm. 26–27.
- ^ James 1970, hlm. 291.
- ^ Manchester 1978, hlm. 130–132.
- ^ James 1970, hlm. 320.
- ^ James 1970, hlm. 295–297.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 84.
- ^ James 1970, hlm. 300–305.
- ^ a b c James 1970, hlm. 307–310.
- ^ Rhoades 1987, hlm. 287.
- ^ a b MacArthur 1964, hlm. 85.
- ^ James 1970, hlm. 322.
- ^ a b James 1970, hlm. 325–332.
- ^ Lucas 1994, hlm. 112.
- ^ James 1970, hlm. 329.
- ^ "Wife Divorces General M'Arthur". The New York Times. 18 Juni 1929. Diakses tanggal 3 Maret 2010.
- ^ Manchester 1978, hlm. 141.
- ^ James 1970, hlm. 340–347.
- ^ Manchester 1978, hlm. 145.
- ^ a b Murray & Millet 2001, hlm. 181.
- ^ Murray & Millet 2001, hlm. 182.
- ^ James 1970, hlm. 357–361.
- ^ James 1970, hlm. 367.
- ^ James 1970, hlm. 458–460.
- ^ James 1970, hlm. 389–392.
- ^ James 1970, hlm. 397.
- ^ Leary 2001, hlm. 36–38.
- ^ Manchester 1978, hlm. 156.
- ^ Petillo 1981, hlm. 164–166.
- ^ James 1970, hlm. 415–420.
- ^ James 1970, hlm. 376–377.
- ^ a b James 1970, hlm. 445–447.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 101.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 102–103.
- ^ Vierk 2005, hlm. 231.
- ^ Thompson 2006, hlm. 72.
- ^ James 1970, hlm. 479–484.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 103.
- ^ James 1970, hlm. 485–486.
- ^ James 1970, hlm. 494–495.
- ^ Petillo 1981, hlm. 175–176.
- ^ James 1970, hlm. 505.
- ^ a b MacArthur 1964, hlm. 103–105.
- ^ James 1970, hlm. 504.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 106.
- ^ James 1970, hlm. 547.
- ^ James 1970, hlm. 513.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 107.
- ^ James 1970, hlm. 525.
- ^ Rogers 1990, hlm. 39–40.
- ^ Morton 1953, hlm. 19.
- ^ Rogers 1990, hlm. 100.
- ^ Morton 1953, hlm. 21.
- ^ Weinberg 2004, hlm. 311.
- ^ a b Weinberg 2004, hlm. 312.
- ^ Morton 1953, hlm. 50.
- ^ Morton 1953, hlm. 35–37.
- ^ Drea 1992, hlm. 11.
- ^ Pettinger 2003, hlm. 9.
- ^ Pettinger 2003, hlm. 9, 56.
- ^ Pettinger 2003, hlm. 57.
- ^ Morton 1953, hlm. 84–88.
- ^ Morton 1953, hlm. 97.
- ^ a b Weinberg 2004, hlm. 313.
- ^ Morton 1953, hlm. 125.
- ^ Morton 1953, hlm. 163.
- ^ Weinberg 2004, hlm. 313-314.
- ^ Pettinger 2003, hlm. 53.
- ^ Morton 1953, hlm. 164.
- ^ Rogers 1990, hlm. 118–121.
- ^ Rogers 1990, hlm. 125–141.
- ^ James 1975, hlm. 65–66.
- ^ James 1975, hlm. 68.
- ^ Rogers 1990, hlm. 165.
- ^ Petillo 1979, hlm. 107–117.
- ^ Halberstam 2007, hlm. 372.
- ^ Warren, Jim; Ridder, Knight (29 Januari 1980). "MacArthur Given $500,000". The Washington Post. Diakses tanggal 11 Februari 2017.
- ^ a b c "The Secret Payment (Januari - Februari 1942) | American Experience". PBS. Diakses tanggal 11 Februari 2017.
- ^ "But writer says she has proof – Claims MacArthur took half million denied". Ellensburg Daily Record. 30 Januari 1980. Diakses tanggal 23 Maret 2010.
- ^ James 1975, hlm. 98.
- ^ Morton 1953, hlm. 359–360.
- ^ Rogers 1990, hlm. 190–192.
- ^ "'I Came Through; I Shall Return'". The Advertiser (Adelaide, SA : 1931 – 1954). Adelaide, SA: National Library of Australia. 21 Maret 1942. hlm. 1. Diakses tanggal 22 Juli 2012.
- ^ "Down but Not Out". Time. 2 Desember 1991. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-09-02. Diakses tanggal 7 Mei 2010.
- ^ Morton 1953, hlm. 463–467.
- ^ Morton 1953, hlm. 561.
- ^ James 1975, hlm. 129.
- ^ James 1975, hlm. 129–130.
- ^ James 1975, hlm. 132.
- ^ "Arthur MacArthur, Jr". Arlington National Cemetery Website. Diakses tanggal 7 Mei 2010.
- ^ "President Clinton Awards Medals of Honor to Corporal Andrew Jackson Smith and President Teddy Roosevelt". CNN. 16 Januari 2001. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-09-01. Diakses tanggal 7 Mei 2010.
- ^ James 1975, hlm. 131.
- ^ "Medal of Honor recipients: World War II (M-S)". Fort Lesley J. McNair, Washington, D.C.: United States Army Center of Military History. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-04-30. Diakses tanggal 21 Mei 2012.
- ^ a b Manchester 1978, hlm. 290.
- ^ a b Gailey 2004, hlm. 7–14.
- ^ a b Milner 1957, hlm. 18–23.
- ^ Horner, David (2000). "MacArthur, Douglas (1880–1964)". Australian Dictionary of Biography. 15. Canberra: Australian National University. Diakses tanggal 6 Maret 2010.
- ^ Lloyd, Neil; Saunders, Malcolm (2007). "Forde, Francis Michael (Frank) (1890–1983)". Australian Dictionary of Biography. 17. Canberra: Australian National University. Diakses tanggal 26 Desember 2016.
- ^ Rogers 1990, hlm. 253.
- ^ Rogers 1990, hlm. 275–278.
- ^ Craven & Cate 1948, hlm. 417–418.
- ^ James 1975, hlm. 197–198.
- ^ Kenney 1949, hlm. 26.
- ^ McCarthy 1959, hlm. 488.
- ^ James 1975, hlm. 80.
- ^ Rogers 1990, hlm. 202.
- ^ Milner 1957, hlm. 48.
- ^ Rogers 1990, hlm. 285–287.
- ^ Drea 1992, hlm. 18–19.
- ^ Drea 1992, hlm. 26.
- ^ a b James 1975, hlm. 165–166.
- ^ Rogers 1990, hlm. 265.
- ^ "The Press: Who Is Fooling Whom?". Time. 15 Januari 1951. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-27. Diakses tanggal 7 Mei 2010.
- ^ Milner 1957, hlm. 39–41.
- ^ Milner 1957, hlm. 46–48.
- ^ Milner 1957, hlm. 53–55.
- ^ Milner 1957, hlm. 77–88.
- ^ McCarthy 1959, hlm. 225.
- ^ Milner 1957, hlm. 91–92.
- ^ McCarthy 1959, hlm. 371–372.
- ^ Luvaas 1972, hlm. 32–33.
- ^ Milner 1957, hlm. 321.
- ^ James 1975, hlm. 275.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 167.
- ^ "Honours and Awards – Douglas MacArthur". Australian War Memorial. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-01. Diakses tanggal 1 November 2013.
- ^ Hayes 1982, hlm. 312–334.
- ^ Willoughby 1966, hlm. 100.
- ^ Casey 1959, hlm. 31–33.
- ^ Morison 1950, hlm. 130–132.
- ^ James 1975, hlm. 220.
- ^ Dexter 1961, hlm. 12.
- ^ James 1975, hlm. 327.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 179.
- ^ James 1975, hlm. 328–329.
- ^ James 1975, hlm. 364–365.
- ^ Hayes 1982, hlm. 487–490.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 189.
- ^ Willoughby 1966, hlm. 137–141.
- ^ a b c Weinberg 2004, hlm. 654.
- ^ a b Weinberg 2004, hlm. 655.
- ^ Weinberg 2004, hlm. 1084.
- ^ Weinberg 2004, hlm. 653.
- ^ Willoughby 1966, hlm. 142–143.
- ^ Taaffe 1998, hlm. 100–103.
- ^ Drea 1992, hlm. 152–159.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 216.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 228.
- ^ James 1975, hlm. 561–562.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 222–231.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 231–234.
- ^ James 1975, hlm. 568–569.
- ^ James 1975, hlm. 602–603.
- ^ "Five-Star Generals and Dates of Rank". Fort Lesley J. McNair, Washington, D.C.: Website Operations Activity, United States Army Center of Military History. 4 Agustus 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-05-25. Diakses tanggal 12 Mei 2010.
- ^ "Public Law 482". Diakses tanggal 29 April 2008.
- ^ "Public Law 333, 79th Congress". Naval Historical Center. 11 April 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 Oktober 2007. Diakses tanggal 22 Oktober 2007.
- ^ "Public Law 79-333" (PDF). legisworks.org. Legis Works. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-11-21. Diakses tanggal 19 Oktober 2015.
- ^ James 1975, hlm. 604–609.
- ^ Murray & Millet 2001, hlm. 495.
- ^ Drea 1992, hlm. 186.
- ^ Drea 1992, hlm. 187.
- ^ Drea 1992, hlm. 180–187.
- ^ James 1975, hlm. 619–620.
- ^ James 1975, hlm. 622.
- ^ James 1975, hlm. 629.
- ^ James 1975, hlm. 623.
- ^ James 1975, hlm. 632–633.
- ^ Drea 1992, hlm. 195–200.
- ^ Rogers 1991, hlm. 261.
- ^ James 1975, hlm. 642–644.
- ^ James 1975, hlm. 654.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 244.
- ^ a b Weinberg 2004, hlm. 863.
- ^ Weinberg 2004, hlm. 863-864.
- ^ Murray & Millet 2001, hlm. 500-501.
- ^ a b Murray & Millet 2001, hlm. 502.
- ^ James 1975, hlm. 737–741.
- ^ James 1975, hlm. 749.
- ^ James 1975, hlm. 757–761.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 260.
- ^ James 1975, hlm. 725–726, 765–771.
- ^ Weinberg 2004, hlm. 872.
- ^ James 1975, hlm. 786–792.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 265.
- ^ James 1975, hlm. 782–783.
- ^ Bix 2000, hlm. 541.
- ^ Bix 2000, hlm. 544-545.
- ^ a b Bix 2000, hlm. 545.
- ^ Bix 2000, hlm. 549.
- ^ Bix 2000, hlm. 550-551.
- ^ Bix 2000, hlm. 562.
- ^ Bix 2000, hlm. 567.
- ^ Bix 2000, hlm. 568.
- ^ a b Bix 2000, hlm. 584.
- ^ a b Bix 2000, hlm. 585.
- ^ Benjamin V. Cohen menuntut agar Kaisar diadili sebagai penjahat perang.Neary 2014, hlm. 202
- ^ MacArthur 1964, hlm. 318–319.
- ^ Drea et al. 2006, hlm. 7.
- ^ Connaughton, Pimlott & Anderson 1995, hlm. 72–73.
- ^ Manchester 1978, hlm. 487.
- ^ Gold 1996, hlm. 109.
- ^ Dower 1999, hlm. 323.
- ^ Dower 1999, hlm. 321–322.
- ^ James 1985, hlm. 39–139.
- ^ James 1985, hlm. 119–139.
- ^ James 1985, hlm. 183–192.
- ^ James 1985, hlm. 174–183.
- ^ Schaller 1985, hlm. 25.
- ^ James 1985, hlm. 222–224, 252–254.
- ^ Schonberger 1974, hlm. 202.
- ^ Schonberger 1974, hlm. 203.
- ^ Schonberger 1974, hlm. 203–204.
- ^ Schonberger 1974, hlm. 205.
- ^ Schonberger 1974, hlm. 207.
- ^ Schonberger 1974, hlm. 207–208.
- ^ Schonberger 1974, hlm. 208.
- ^ a b Schonberger 1974, hlm. 213.
- ^ Schonberger 1974, hlm. 206–207.
- ^ Schonberger 1974, hlm. 212, 217.
- ^ Schonberger 1974, hlm. 218–219.
- ^ Imparato 2000, hlm. 165.
- ^ James 1985, hlm. 336–354.
- ^ Valley 2000, hlm. xi.
- ^ James 1985, hlm. 387.
- ^ James 1985, hlm. 434.
- ^ James 1985, hlm. 436.
- ^ James 1985, hlm. 440.
- ^ James 1985, hlm. 433–435.
- ^ James 1985, hlm. 451.
- ^ James 1985, hlm. 465.
- ^ James 1985, hlm. 467–469.
- ^ James 1985, hlm. 475–483.
- ^ Stanton 1989, hlm. 78–80.
- ^ James 1985, hlm. 486–493.
- ^ James 1985, hlm. 500.
- ^ MacArthur 1964, hlm. 360–363.
- ^ James 1985, hlm. 507–508.
- ^ a b Halberstam, David (Oktober 2007). "MacArthur's Grand Delusion". Vanity Fair. Diakses tanggal 15 Mei 2012.
- ^ Manchester 1978, hlm. 604.
- ^ a b MacArthur 1964, hlm. 372–373.
- ^ James 1985, hlm. 537–538.
- ^ James 1985, hlm. 545.
- ^ James 1985, hlm. 559.
- ^ James 1985, hlm. 578–581.
- ^ Schnabel 1972, hlm. 320.
- ^ Senate Committees on Armed Services and Foreign Relations, 15 May 1951—Military Situation in the Far East, hearings, 82d Congress, 1st session, part 1, p. 77 (1951).
- ^ a b James 1985, hlm. 591.
- ^ Anders 1988, hlm. 1–2.
- ^ Cumings, Bruce. "Why Did Truman Really Fire MacArthur? ... The Obscure History of Nuclear Weapons and the Korean War Provides the Answer". History News Network. Diakses tanggal 19 Juni 2011.
- ^ Anders 1988, hlm. 3–4.
- ^ Dingman 1988, hlm. 72.
- ^ Schnabel 1972, hlm. 300–304.
- ^ Schnabel 1972, hlm. 310–314.
- ^ Schnabel 1972, hlm. 287–292.
- ^ Lowe 1990, hlm. 636.
- ^ Schnabel 1972, hlm. 333–339.
- ^ Schnabel 1972, hlm. 354–355.
- ^ Schnabel 1972, hlm. 357–359.
- ^ James 1985, hlm. 584–589.
- ^ James 1985, hlm. 590.
- ^ Goulden 1982, hlm. 476–478.
- ^ Nitze, Smith & Rearden 1989, hlm. 109–111.
- ^ Marshall 1989, hlm. 115–117.
- ^ James 1985, hlm. 591–597.
- ^ a b Pearlman 2008, hlm. 214.
- ^ a b James 1985, hlm. 594.
- ^ Meilinger 1989, hlm. 179.
- ^ James 1985, hlm. 607–608.
- ^ "Historical Notes: Giving Them More Hell". Time. 3 Desember 1973. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-17. Diakses tanggal 17 Januari 2012.
- ^ Spanier 1959, hlm. ix.
- ^ Casey 2008, hlm. 253–254.
- ^ Pearlman 2008, hlm. 246, 326.
- ^ "Presidential Approval Ratings – Gallup Historical Statistics and Trends". The Gallup Organization. Diakses tanggal 25 April 2013.
- ^ Casey 2008, hlm. 327.
- ^ Senate Committees on Armed Services and Foreign Relations 1951, hlm. 3601.
- ^ James 1985, hlm. 611.
- ^ James 1985, hlm. 613.
- ^ Torricelli, Carroll & Goodwin 2008, hlm. 185–188.
- ^ Schaller 1989, hlm. 250.
- ^ Schaller 1989, hlm. 250-251.
- ^ Schaller 1989, hlm. 251.
- ^ James 1985, hlm. 648–652.
- ^ James 1985, hlm. 653–655.
- ^ "MacArthur Statue". MacArthur Memorial. April 2009. Diakses tanggal 10 Januari 2014.
- ^ James 1985, hlm. 655–656.
- ^ James 1985, hlm. 661–662.
- ^ a b Perret 1996, hlm. 581–583.
- ^ James 1985, hlm. 684–685.
- ^ O'Donnell, Kenneth (7 Agustus 1970). "LBJ and the Kennedys". Life. hlm. 51. Diakses tanggal 29 Januari 2012.
- ^ James 1985, hlm. 687.
- ^ "MacArthur's Sylvanus Thayer Award acceptance speech at West Point, 1962". The West Point Connection. Diakses tanggal 14 Maret 2010.
- ^ "Eastern Colleges Enter NCAA-AAU Track Flight". Harvard Crimson. 11 Desember 1964. Diakses tanggal 22 Juli 2012.
- ^ Perret 1996, hlm. 585.
- ^ Mossman & Stark 1991, hlm. 216.
- ^ Mossman & Stark 1991, hlm. 225–231.
- ^ Mossman & Stark 1991, hlm. 236–253.
- ^ "General MacArthur Buried". The Canberra Times. 38, (10,820). Australian Capital Territory, Australia. 13 April 1964. hlm. 3. Diakses tanggal 4 November 2016 – via National Library of Australia.
- ^ Long 1969, hlm. 226.
- ^ Frank 2007, hlm. 168.
- ^ Long 1969, hlm. 227.
- ^ Danner 1993, hlm. 14–15.
- ^ Frank 2007, hlm. 167–174.
- ^ Hetherington 1973, hlm. 223.
- ^ "General Orders, No. 13" (PDF). Department of the Army, Headquarters. 6 April 1964. Diakses tanggal 1 Maret 2010.
- ^ Costello 1981, hlm. 225.
- ^ Foster 2011, hlm. 19.
- ^ Senate Joint Resolution 26, 21 Januari 1955
- ^ Leipold, J. D. (31 May 2013). "CSA presents 28 junior officers with MacArthur Leadership Awards". Diakses tanggal 22 July 2014.
Daftar pustaka
- Anders, Roger M. (Januari 1988). "The Atomic Bomb and the Korean War: Gordon Dean and the Issue of Civilian Control". Military Affairs. Lexington, Virginia: Society for Military History. 52 (1): 1–6. doi:10.2307/1988372. JSTOR 1988372.
- Bix, Herbert (2000). Hirohito and the Making of Modern Japan. New York: HarperCollins. ISBN 0-06-093130-2.
- Casey, Hugh J., ed. (1959). Volume IV: Amphibian Engineer Operations. Engineers of the Southwest Pacific 1941–1945. Washington, D.C.: Government Printing Office. OCLC 220327009.
- Casey, Steven (2008). Selling the Korean War: Propaganda, Politics and Public Opinion. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-971917-4. OCLC 227005561.
- Connaughton, Richard; Pimlott, David; Anderson, Duncan (1995). The Battle for Manila. London: Bloomsbury. ISBN 0-7475-3709-7. OCLC 260177075.
- Costello, John (1981). The Pacific War. New York: Rawson, Wade. ISBN 0-89256-206-4. OCLC 7554100.
- Craven, Wesley Frank; Cate, James Lea, ed. (1948). Vol. I, Plans and Early Operations. The Army Air Forces in World War II. Chicago: University of Chicago Press. OCLC 9828710. Diakses tanggal 30 Maret 2006.
- Danner, Stephen A. (1993). The Truman-MacArthur Tug of War – A Lingering Aftermath. Maxwell Air Force Base, Alabama: Air War College. OCLC 50988290. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-27. Diakses tanggal 16 Mei 2011.
- Davis, Henry Blaine, Jr. (1998). Generals in Khaki. Raleigh, North Carolina: Pentland Press, Inc. ISBN 978-1-57197-088-6. OCLC 40298151.
- Dexter, David (1961). The New Guinea Offensives. Australia in the War of 1939–1945. Series 1 – Army. Volume 6. Canberra: Australian War Memorial. OCLC 2028994.
- Dingman, Roger (Winter 1988–1989). "Atomic Diplomacy during the Korean War". International Security. Cambridge, Massachusetts: The MIT Press. 13 (3): 50–91. doi:10.2307/2538736. JSTOR 2538736.
- Dower, John (1999). Embracing Defeat: Japan in the Wake of World War II. New York: W. W. Norton & Company. ISBN 978-0-393-32027-5. OCLC 39143090.
- Drea, Edward J (1992). MacArthur's ULTRA: Codebreaking and the War Against Japan, 1942–1945. Lawrence, Kansas: University Press of Kansas. ISBN 0-7006-0504-5. OCLC 23651196.
- Drea, Edward; Bradsher, Greg; Hanyok, Robert; Lide, James; Petersen, Michael; Yang, Daqing (2006). Researching Japanese War Crimes Records. Washington, D.C.: National Archives and Records Administration. ISBN 1-880875-28-4. OCLC 71126844.
- Farwell, Byron (1999). Over There: The United States in the Great War, 1917–1918. New York: W.W. Norton & Company. ISBN 0-393-04698-2. OCLC 39478133.
- Ferrell, Robert H. (2008). The Question of MacArthur's Reputation: Côte-de-Châttillon October 14–16, 1918. Columbia, Missouri: University of Missouri Press. ISBN 978-0-8262-1830-8. OCLC 227919803.
- Foster, Frank C. (2011). United States Army Medals, Badges and Insignia. Fountain Inn, South Carolina: Medals of America Press,. ISBN 978-1-884452-67-3. OCLC 747618459.
- Frank, Richard B. (2007). MacArthur. Great Generals Series. New York: Palgrave Macmillan. ISBN 978-1-4039-7658-1. OCLC 126872347.
- Gailey, Harry A. (2004). MacArthur's Victory: The War in New Guinea, 1943–1944. New York: Presidio Press. ISBN 0-345-46386-2. OCLC 54966430.
- Gold, Hal (1996). Unit 731 Testimony. Boston: Tuttle. ISBN 0-8048-3565-9. OCLC 57440210.
- Goulden, Joseph C. (1982). Korea, The Untold Story of the War. McGraw-Hill. ISBN 0-07-023580-5. OCLC 7998103.
- Halberstam, David (2007). The Coldest Winter: America and the Korean War. New York: Hyperion. ISBN 1-4013-0052-9. OCLC 137324872.
- Hayes, Grace P. (1982). The History of the Joint Chiefs of Staff in World War II: The War Against Japan. Annapolis: United States Naval Institute. ISBN 0-87021-269-9. OCLC 7795125.
- Hetherington, John (1973). Blamey, Controversial Soldier: a Biography of Field Marshal Sir Thomas Blamey. Canberra: Australian War Memorial. ISBN 0-9592043-0-X. OCLC 2025093.
- Imparato, E. T. (2000). General MacArthur: Speeches and Reports 1908–1964. Paducah, Kentucky: Turner Pub. ISBN 1-56311-589-1. OCLC 45603650.
- James, D. Clayton (1970). Volume 1, 1880–1941. The Years of MacArthur. Boston: Houghton Mifflin. ISBN 0-395-10948-5. OCLC 60070186.
- —— (1975). Volume 2, 1941–1945. The Years of MacArthur. Boston: Houghton Mifflin. ISBN 0-395-20446-1. OCLC 12591897.
- —— (1985). Volume 3, Triumph and Disaster 1945–1964. The Years of MacArthur. Boston: Houghton Mifflin. ISBN 0-395-36004-8. OCLC 36211311.
- Kenney, George C. (1949). General Kenney Reports: A Personal History of the Pacific War. New York: Duell, Sloan and Pearce. ISBN 0-912799-44-7. OCLC 16466573. Diakses tanggal 20 Februari 2009.
- Leary, William M., ed. (2001). MacArthur and the American Century: A Reader. Lincoln: University of Nebraska Press. ISBN 0-8032-2930-5. OCLC 44420468.
- Long, Gavin Merrick (1969). MacArthur as Military Commander. London: Batsford. ISBN 978-0-938289-14-2. OCLC 464094918.
- Lowe, Peter (Juli 1990). "An Ally and a Recalcitrant General: Great Britain, Douglas MacArthur and the Korean War, 1950–1". The English Historical Review. Oxford: Oxford University Press. 105 (416): 624–653. doi:10.1093/ehr/cv.ccccxvi.624. JSTOR 570755.
- Lucas, John A. (1994). "USOC President Douglas MacArthur and His Olympic Moment, 1927–1928" (PDF). Olympika: the International Journal of Olympic Studies. III: 111–115. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-08-10. Diakses tanggal 2017-08-20.
- Luvaas, Jay (1972). Dear Miss Em: General Eichelberger's war in the Pacific, 1942–1945. Westport, Connecticut: Greenwood Press. ISBN 0-8371-6278-5. OCLC 415330.
- MacArthur, Douglas (1964). Reminiscences of General of the Army Douglas MacArthur. Annapolis: Bluejacket Books. ISBN 1-55750-483-0. OCLC 220661276.
- Manchester, William (1978). American Caesar: Douglas MacArthur 1880–1964. Boston: Little, Brown. ISBN 0-440-30424-5. OCLC 3844481.
- Marshall, Charles Burton (1989). "Interview Transcript of Oral History Interview with Charles Burton Marshall by Niel M. Johnson in Washington, DC, June 21 and 23, 1989". Harry S. Truman Library and Museum. Diakses tanggal 27 Oktober 2015.
- McCarthy, Dudley (1959). South-West Pacific Area – First Year. Australia in the War of 1939–1945. Series 1 – Army. Volume 5. Canberra: Australian War Memorial. OCLC 3134247.
- Meilinger, Phillip S. (1989). Hoyt S. Vandenberg, the Life of a General. Bloomington, Indiana: Indiana University Press. ISBN 0-253-32862-4. OCLC 18164655.
- Milner, Samuel (1957). Victory in Papua. United States Army in World War II. Washington, D.C.: United States Department of the Army. ISBN 1-4102-0386-7. OCLC 1260772. Diakses tanggal 13 Maret 2010.
- Morison, Samuel Eliot (1950). Breaking the Bismarcks Barrier: 22 Juli 1942–1 Mei 1944. History of United States Naval Operations in World War II. Boston: Little, Brown and Company. ISBN 0-7858-1307-1. OCLC 10310299.
- Morton, Louis (1953). The Fall of the Philippines (PDF). United States Army in World War II. Washington, D.C.: United States Department of the Army. ISBN 1-4102-1696-9. OCLC 29293689. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-04-30. Diakses tanggal 17 Oktober 2011.
- Mossman, B.; Stark, M. W. (1991). The Last Salute: Civil and Military Funeral, 1921–1969,. Washington, D.C.: United States Department of the Army. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-12. Diakses tanggal 11 Maret 2010.*
- Murray, Williamson; Millet, Alan (2001). A War To Be Won: Fighting the Second World War. Cambridge: Harvard University Press. ISBN 9780674006805.
- Neary, Ian (2014). Leaders and Leadership in Japan. London ; New York: Routledge. ISBN 978-1-134-24418-8. OCLC 879074494.
- Nitze, Paul H.; Smith, Ann M.; Rearden, Steven L. (1989). From Hiroshima to Glasnost – At the Center of Decision – A Memoir. New York: Grove Weidenfeld. ISBN 1-55584-110-4. OCLC 19629673.
- Pearlman, Michael D. (2008). Truman & MacArthur: Policy, Politics, and the Hunger for Honor and Renown. Bloomington: Indiana University Press. ISBN 0-253-35066-2. OCLC 159919446.
- Perret, Geoffrey (1996). Old Soldiers Never Die: The Life of Douglas MacArthur. New York: Random House. ISBN 0-679-42882-8. OCLC 32396366.
- Petillo, Carol M. (Februari 1979). Douglas MacArthur and Manuel Quezon: A Note on an Imperial Bond. Pacific Historical Review. Volume 48. University of California Press. hlm. 107–117. JSTOR 3638940.
- —— (1981). MacArthur: The Philippine Years. Bloomington: Indiana University Press. ISBN 0-253-11248-6. OCLC 7815453.
- Pettinger, Matthew R. (2003). Held to a Higher Standard: The Downfall of Admiral Kimmel. Fort Leavenworth, Kansas: US Army Command and General Staff College. OCLC 465214958. Diakses tanggal 22 Mei 2011.
- Rhoades, Weldon E. (1987). Flying MacArthur to Victory. College Station, Texas: Texas A & M University Press. ISBN 0-585-17430-X. OCLC 44965807.
- Rogers, Paul P. (1990). The Good Years: MacArthur and Sutherland. New York: Praeger Publishers. ISBN 0-275-92918-3. OCLC 20452987.
- —— (1991). The Bitter Years: MacArthur and Sutherland. New York: Praeger Publishers. ISBN 0-275-92919-1. OCLC 21523648.
- Schaller, Michael (1985). The American Occupation of Japan: The Origins of the Cold War in Asia. New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-503626-3. OCLC 11971554.
- Schaller, Michael (1989). Douglas MacArthur The Far Eastern General. New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-503886-X. OCLC 11971554.
- Schonberger, Howard (Spring 1974). "The General and the Presidency: Douglas MacArthur and the Election of 1948". The Wisconsin Magazine of History. Madison, Wisconsin: Wisconsin Historical Society. 57 (3): 201–219. doi:10.2307/1988372. JSTOR http://www.jstor.org/stable/4634887.
- Schnabel, James F (1972). Policy and Direction: the First Year. United States Army in the Korean War. Washington, DC: US Government Printing Office. OCLC 595249. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-17. Diakses tanggal 17 Mei 2011.
- Senate Committees on Armed Services and Foreign Relations, Hearings, 82d Congress, 1st session (1951). Military Situation in the Far East. Washington, D.C.: US Government Printing Office. OCLC 4956423. Diakses tanggal 11 September 2011.
- Smith, Jean Edward (2012). Eisenhower in War and Peace. New York: Random House. ISBN 978-0-679-64429-3.
- Spanier, John W. (1959). The Truman-MacArthur Controversy and the Korean War. Cambridge, Massachusetts: Belknap Press of Harvard University Press. ISBN 0674366026. OCLC 412555.
- Stanton, Shelby L. (1989). America's Tenth Legion. Novato, California: Presidio. ISBN 0-89141-258-1. OCLC 19921899.
- Taaffe, Stephen (1998). MacArthur's Jungle War: The 1944 New Guinea Campaign. Lawrence, Kansas: University Press of Kansas. ISBN 0-7006-0870-2. OCLC 37107216.
- Thompson, James (2006). Complete Guide to United States Marine Corps Medals, Badges and Insignia : World War II to Present. Fountain Inn, South Carolina: MOA Press. ISBN 1-884452-43-4. OCLC 131299310.
- Torricelli, Robert G.; Carroll, Andrew; Goodwin, Doris Kearns (2008). In Our Own Words Extraordinary Speeches of the American Century. Washington Square Press. ISBN 978-0-7434-1052-6. OCLC 45144217.
- Weinberg, Gerhard (2004). A World In Arms. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-61826-7. OCLC 45586737.
- Valley, David J. (2000). Gaijin Shogun: General Douglas MacArthur, Stepfather of Postwar Japan. Sektor Company. ISBN 0-9678175-2-8. OCLC 45586737.
- Vierk, Valerie Lee (2005). Gold Stars and Purple Hearts: the War Dead of the Ravenna, Nebraska Area. Bloomington, Indiana: AuthorHouse. ISBN 1-4208-7607-4. OCLC 70700519.
- Willoughby, Charles A., ed. (1966). Japanese Operations in the Southwest Pacific Area Volume II – Part I. Reports of General MacArthur. Washington, D.C.: United States Government Printing Office. OCLC 482111659. CMH Pub 13-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-01-25. Diakses tanggal 10 Februari 2009.
Bacaan tambahan
- Barbey, Daniel E. (1969). MacArthur's Amphibious Navy: Seventh Amphibious Force Operations, 1943–1945. Annapolis, Maryland: United States Naval Institute. OCLC 52066.
- Bartsch, William H. (2003). 8 December 1941: MacArthur's Pearl Harbor. College Station, Texas: Texas A&M University Press. ISBN 1-58544-246-1. OCLC 50920708.
- Bix, Herbert P. (2000). Hirohito and the Making of Modern Japan. New York: HarperCollins. ISBN 0-06-019314-X. OCLC 43031388.
- Duffy, Bernard K; Carpenter, Ronald H. (1997). Douglas MacArthur: Warrior as Wordsmith. Westport, Connecticut: Greenwood Press. ISBN 0-313-29148-9. OCLC 34117548.
- Leary, William M., ed. (1988). We Shall Return!: MacArthur's Commanders and the Defeat of Japan, 1942–1945. Lexington, Kentucky: University Press of Kentucky. ISBN 978-0-8131-9105-8. OCLC 17483104.
- Lowitt, Richard (1967). The Truman-MacArthur Controversy. Chicago: Rand McNally. ISBN 978-0-528-66344-4. OCLC 712199.
- Lutz, David W. (Januari 2000). "The Exercise of Military Judgment: A Philosophical Investigation of The Virtues And Vices of General Douglas MacArthur". Journal of Power and Ethics (1).
- Masuda, Hiroshi (2012). MacArthur in Asia: The General and His Staff in the Philippines, Japan, and Korea. Ithaca, NY: Cornell University Press. ISBN 978-0-8014-4939-0. OCLC 780415694.
- Rasor, Eugene L. (1994). General Douglas MacArthur, 1880–1964: Historiography and Annotated Bibliography. Westport, Connecticut: Greenwood Press. ISBN 978-0-313-28873-9. OCLC 29428597.
- Schaller, Michael (1964). Douglas MacArthur: The Far Eastern General. New York: Oxford University Press. ISBN 0-7351-0354-2. OCLC 18325485.
- Schonberger, Howard B. (1989). Aftermath of War: Americans and the Remaking of Japan, 1945–1952. American Diplomatic History. Kent, Ohio: Kent State University Press. ISBN 978-0-87338-382-0. OCLC 18557205.
- Sodei, Rinjirō (1964). Dear General MacArthur: Letters from the Japanese During the American Occupation. Lanham, Maryland: Rowman & Littlefield Publishers. ISBN 0-7425-1115-4. OCLC 47177004.
- Wainstock, Dennis D. (1999). Truman, MacArthur, and the Korean War. Contributions in Military Studies. Westport, Connecticut: Greenwood Press. ISBN 978-0-313-30837-6. OCLC 261176470.
- Weintraub, Stanley (2000). MacArthur's War: Korea and the Undoing of an American Hero. New York: Free Press. ISBN 0-684-83419-7. OCLC 41548333.
- Wolfe, Robert (1984). Americans as Proconsuls: United States Military Government in Germany and Japan, 1944–1952. Carbondale, Illinois: Southern Illinois University Press. ISBN 978-0-8093-1115-6. OCLC 9465314.
Pranala luar
- Karya oleh/tentang Douglas MacArthur di Internet Archive (pencarian dioptimalkan untuk situs non-Beta)
- "Douglas MacArthur". Hall of Valor. Military Times.
- "The MacArthur Memorial".
- "The MacArthur Museum of Arkansas Military History". City of Little Rock.
- "Obituary: Commander of Armies That Turned Back Japan Led a Brigade in World War I". New York Times. 6 April 1964.
- "MacArthur". PBS.
- "Douglas MacArthur". History.
- Film pendek Big Picture: The Douglas MacArthur Story tersedia untuk diunduh secara gratis di the Internet Archive [selebihnya]
- Truman Fires MacArthur, Aftermath: Original Letters Diarsipkan 2014-05-12 di Wayback Machine.
- Senate joint resolution to authorize the appointment of General of the Army Douglas MacArthur as General of the Armies of the United States
- Douglas MacArthur di IMDb (dalam bahasa Inggris)
- Douglas MacArthur (Character) di IMDb (dalam bahasa Inggris)
- FBI file on General Douglas MacArthur di vault.fbi.gov
- "MacArthur Museum Brisbane". AMP Building, Cnr of Queen and Edward Sts, Brisbane, Queensland, Australia.
- Kemunculan di C-SPAN